Anda di halaman 1dari 73

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perkembangan alat pembayaran dan sistem transfer saat ini dapat

dikatakan telah berkembang sangat pesat dan maju. Dalam alat pembayaran,

selain uang yang masih menjadi alat pembayaran utama yang berlaku di

masyarakat, terdapat pula alat pembayaran non tunai. Sebagai contoh, telah

dikenal alat pembayaran berbasis kertas seperti cek dan bilyet giro atau alat

pembayaran menggunakan kartu (APMK), seperti kartu kredit dan kartu

ATM/debet. Sedangkan untuk sistem transfer, telah dilakukan pengembangan

sistem transfer dana secara berkesinambungan oleh Bank Indonesia, sehingga saat

ini telah tersedia sistem BI-RTGS dan sistem Kliring Nasional (SKNBI).

Penggunaan instrumen cek dan/atau bilyet giro sebagai alat pembayaran

di Indonesia masih sangat diminati khususnya dilihat dari tingginya nilai nominal

perputaran cek dan/atau bilyet giro. Cek dan Bilyet Giro (BG) merupakan alat

pembayaran paling lama yang digunakan oleh masyarakat Indonesia. Cek telah

diatur dalam Kitab Undang-undang Hukum Dagang (KUHD), sementara Bilyet

Giro pertama kali diatur tahun 1972 dalam Surat Edaran Bank Indonesia.

Penggunaan Cek dan BG untuk pembayaran umumnya dilakukan oleh pelaku

usaha dalam mendukung kelancaran transaksi bisnisnya. Namun demikian, tidak

1
menutup kemungkinan nasabah individu menggunakan Cek dan BG dalam

melakukan pembayaran. Cek dan Bilyet Giro diberikan kepada nasabah yang

memiliki simpanan di bank, khususnya simpanan dalam bentuk rekening giro.

Walaupun secara fisik Cek dan BG terlihat sama, namun pada dasarnya terdapat

beberapa perbedaan antara Cek dan BG, seperti pencairan Cek dapat dilakukan

secara tunai atau melalui pemindahbukuan sementara BG hanya dapat dicairkan

dengan pemindahbukuan. Selain itu Cek, khususnya Cek atas unjuk dapat

dipindahtangankan sementara Bilyet Giro tidak dapat dipindahtangankan.

Cek adalah surat perintah tidak bersyarat untuk membayar sejumlah dana

yang tercantum dalam cek. Penarikan cek dapat dilakukan baik "atas nama"

maupun "atas unjuk" dan merupakan surat berharga yang dapat diperdagangkan

(negotiable paper). Sedangkan Bilyet Giro adalah surat perintah dari nasabah

kepada bank penyimpan dana untuk memindahbukukan sejumlah dana dari

rekening yang bersangkutan kepada rekening pemegang yang disebutkan

namanya.

Penyalahgunaan Cek/Bilyet Giro akan mempengaruhi kepercayaan

masyarakat terhadap penggunaan cek dan/atau bilyet giro sebagai instrument

pembayaran. Salah satunya adalah Cek/Bilyet Giro Kosong yang merupakan Cek

dan/atau Bilyet Giro yang pada saat dicairkan dananya oleh Pemegang baik

melalui kliring maupun melalui loket bank secara langsung, ditolak

pembayarannya/pemindahbukuannya oleh bank dengan alasan "saldo rekening

giro tidak cukup" atau “rekening giro telah ditutup".

2
Daftar Hitam Nasional (DHN) adalah informasi mengenai identitas

pemilik rekening yang melakukan penarikan Cek dan/atau Bilyet Giro Kosong

baik melalui kliring maupun loket bank (over the counter). Pencantuman identitas

pemilik rekening yang masuk dalam DHN dilakukan oleh bank tertarik, yaitu

bank yang menerima perintah pembayaran atau perintah pemindahbukuan atas

sejumlah dana dari penarik dengan menggunakan Cek dan/atau Bilyet Giro,

secara self assessment. Implikasi bagi pemilik rekening jika identitasnya masuk

DHN adalah pemilik rekening akan dikenakan sanksi pembekuan hak penggunaan

Cek dan/atau Bilyet Giro selama 1 (satu) tahun sejak tanggal penerbitan DHN

oleh bank tertarik dan bank selain bank tertarik.

Berkaitan dengan hal tersebut diatas, dalam rangka melindungi dan

menjaga kepercayaan masyarakat atas penarikan cek dan/atau bilyet giro kosong

diperlukan dasar pengaturan penerapan sanksi yang lebih proporsional kepada

penarik cek dan/atau bilyet giro kosong dalam suatu daftar hitam yang berlaku

secara nasional. Berdasarkan pertimbangan tersebut maka Bank Indonesia perlu

membentuk Peraturan tentang Daftar Hitam Nasional Penarik Cek dan/atau Bilyet

Giro Kosong. Ketentuan mengenai DHN diatur dalam PBI No.8/29/PBI/2006

tentang Daftar Hitam Nasional Penarik Cek dan/atau Bilyet Giro Kosong.

Berdasarkan uraian di atas, maka rumusan masalah penulisan laporan

akhir KPM ini yaitu “Bagaimana Mekanisme Penerbitan Daftar Hitam Nasional

(DHN) Penarik Cek dan/atau Bilyet Giro Kosong di Daerah Bali oleh Kantor

Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali?”

3
1.2 Tujuan dan Kegunaan Penulisan Laporan

1.2.1 Tujuan Penulisan Laporan

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, tujuan dari laporan

ini adalah untuk mengetahui Bagaimana Mekanisme Penerbitan Daftar Hitam

Nasional (DHN) Penarik Cek dan/atau Bilyet Giro Kosong di Daerah Bali oleh

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali.

1.2.2 Kegunaan Penulisan Laporan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada

berbagai pihak antara lain:


1) Kegunaan Teoritis
Laporan ini diharapkan dapat mempermudah mahasiswa mendalami teori-teori

mengenai alat pembayaran dan sistem pembayaran, khususnya pada

Penerbitan Daftar Hitam Nasional (DHN) Penarik Cek dan/atau Bilyet Giro

yang diperoleh di bangku kuliah sehingga dapat membandingkan dengan yang

ada di lapangan. Laporan ini dapat digunakan sebagai pendukung teoritis atau

menambah khasanah ilmu pengetahuan yang nantinya dapat dipergunakan

sebagai pedoman pendukung dalam melakukan penelitian selanjutnya.


2) Kegunaan Praktis
- Laporan ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi Kantor Perwakilan

Bank Indonesia Provinsi Bali untuk mensosialisasikan kembali kepada bank-

bank umum dan masyarakat luas atau pelaku bisnis mengenai alat

pembayaran, sistem sistem pembayaran serta mekanisme penerbitan daftar

hitam nasional penarikan cek dan/atau giro kosong agar dapat mengurangi

terjadinya kesalahan atau penyalahgunaan Cek dan/atau Bilyet Giro.

4
1.3 Metode Penulisan Laporan

1.3.1 Lokasi Kerja Profesi Mahasiswa (KPM)

Kegiatan KPM ini dilakukan di Kantor Perwakilan Bank Indonesia

Provinsi Bali yang beralamat di Jalan Letda Tantular No.4 Denpasar. Pemilihan

lokasi KPM didasarkan atas pertimbangan peneliti karena Bank Indonesia

Provinsi Bali memiliki tujuan tunggal yaitu Mencapai dan Memelihara Kestabilan

Nila Rupiah dan untuk mencapai tujuan tersebut Bank Indonesia di dukung oleh

tiga pilar yang merupakan tiga bidang tugasnya. Ketiga bidang tugas tersebut

perlu diintegrasi agar tujuan mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah

dapat dicapai secara efektif dan efisien. Bidang tugas tersebut antara lain,

Menetapkan dan Melaksanakan Kebijakan Moneter, Mengatur dan Menjaga

Kelancaran Sistem Pembayaran, dan Stabilitas Sistem Keuangan.

1.3.2 Waktu Kerja Profesi Mahasiswa (KPM)

Kerja Profesi Mahasiswa ini dilaksanakan selama 2 bulan, mulai dari

tanggal 19 September 2016 sampai dengan 20 November 2016. Hari kerja dimulai

dari hari Senin sampai dengan Jumat dengan jam kerja mulai pukul 07.40 sampai

dengan pukul 16.45 WITA.

1.3.3 Objek Penulisan Laporan

Objek yang digunakan dalam penulisan laporan ini adalah Mekanisme

Penerbitan Daftar Hitam Nasional (DHN) Penarik Cek dan/atau Bilyet Giro

Kosong di Daerah Bali oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali..

5
1.3.4 Jenis dan Sumber Data

1) Jenis Data
Berdasarkan sifatnya, data yang digunakan adalah data kualitatif.. Data

kualitatif adalah data yang berbentuk kata, kalimat, skema, dan gambar

(Sugiyono, 2006: 13). Data kualitatif dalam laporan ini adalah sejarah

berdirinya perusahaan, struktur perusahaan, uraian jabatan, visi, dan misi

perusahaan Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali.


2) Sumber Data
Berdasarkan sumbernya, data dapat dibedakan menjadi data primer dan

data sekunder (Rahyuda, dkk., 2004:76). Sumber data yang dipergunakan

dalam laporan ini adalah data sekunder. Data sekunder adalah data yang

secara tidak langsung diperoleh dari pihak yang ditelitti, tetapi

menggunakan data yang dikumpulkan, diolah dan dipublikasikan oleh

pihak lain. Data sekunder dalam penelitian ini berupa sejarah berdirinya

perusahaan, struktur organisasi, uraian jabatan, visi dan misi Kantor

Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali.

1.3.5 Metode Pengumpulan Data

1. Wawancara
Wawancara merupakan metode pengumpulan data kualitatif yang

dilakukan dengan cara tanya jawab dan bertatap muka antara pewawancara

dengan informan. Data dalam laporan ini diperoleh melalui wawancara

dengan Manager unit SP non tunai, pegawai petugas kliring dan peserta

kliring (bank) mengenai peran yang di lakukan Kantor Perwakilan Bank

Indonesia Provinsi Bali dalam pelaksanaan sistem BI-RTGS, sistem

6
Kliring Nasional Bank Indonesia (SKNBI) dan penerbitan Daftar Hitam

Nasional (DHN) di daerah Bali.


2. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan salah satu metode pengumpulan data

kualitatif dengan melihat atau menganalisis dokumen-dokumen yang

dibuat oleh subjek sendiri atau oleh orang lain tentang subjek. Data yang

diperoleh melalui metode dokumentasi dalam laporan ini berupa dokumen-

dokumen yang diperlukan dalam Peran Kantor Perwakilan Bank Indonesia

Provinsi Bali Dalam Penerbitan Daftar Hitam Nasional (DHN) di Daerah

Bali.

1.3.6 Teknik Analisis Data

Penulisan laporan ini menggunakan teknik analisis deskriptif kualitatif.

Teknik tersebut merupakan teknik analisis dengan cara menggambarkan secara

jelas dan terperinci mengenai masalah yang diteliti berdasarkan fakta-fakta yang

ada yang didukung dengan wawancara terhadap pihak-pihak terkait.

1.4 Sistematika Penyajian

Laporan ini dibagi menjadi empat bab, dimana masing-masing bab dibagi

dalam bagian-bagian yang lebih mendalam dan terperinci. Penjabaran dari

masing-masing bab sebagai berikut:

Bab I Pendahuluan

7
Bab ini menguraikan tentang latar belakang yang mengarah pada

pokok permasalahan, tujuan penulisan laporan, metode penulisan

laporan, dan sistematika penyajian.

Bab II Tinjauan Teoritis

Bab ini menguraikan tentang uraian-uraian materi yang relevan

dengan judul laporan.

Bab III Pembahasan

Bab ini menguraikan tentang gambaran umum tempat KPM seperti

sejarah berdirinya perusahaan, struktur perusahaan, uraian jabatan,

visi dan misi perusahaan, deskripsi kegiatan selama KPM

berlangsung, dan analisis sesuai dengan tujuan penelitian yaitu peran

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali dalam Penerbitan

Daftar Hitam Nasional (DHN) Penarik Cek dan/atau Bilyet Giro

Kosong di Daerah Bali oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia

Provinsi Bali.

Bab IV Penutup

Bab ini menguraikan tentang simpulan yang diperoleh dari hasil

pembahasan pada bab sebelumnya dan sekaligus memberikan saran

yang sekiranya dapat bermanfaat.

8
BAB II

TINJAUAN TEORITIS

2.1 Pengertian Bank Sentral

Bank sentral adalah suatu institusi yang bertanggung jawab untuk menjaga

stabilitas harga atau nilai suatu mata uang yang berlaku di negara tersebut, yang

dalam hal ini dikenal dengan istilah inflasi atau naiknya harga-harga yang dalam

arti lain turunnya nilai mata uang. Pada dasarnya, bila dilihat dari istilah atau

namanya, bank sentral tidak dapat diartikan sebagai “bank” seperti pada bank

umum. Dalam hal ini bank sentral memiliki konsepsi yang berbeda. Bank umum

9
cenderung untuk berusaha menginvestasikan assetnya, dengan tujuan

memaksimumkan profit. Di sisi lain, bank sentral sebagai bank milik pemerintah,

adalah lembaga keuangan yang tidak bertujuan untuk memaksimumkan profit

melainkan untuk mencapai tujuan tertentu seperti mencegah kegagalan yang

dialami perbankan maupun bukan bank, kestabilan tingkat harga, kesempatan

kerja dan akhirnya pada pertumbuhan ekonomi. Dengan kata lain, bank sentral

bertugas untuk melaksanakan fungsi-fungsi pemerintah karena bank sentral adalah

juga bagian dari pemerintah. Setiap negara memiliki bank sentral, di Indonesia

terdapat satu bank sentral yang dikenal dengan Bank Indonesia.

2.2 Pengertian Sistem Pembayaran

Sistem pembayaran adalah serangkaian sub-sistem atau sub-komponen

yang secara bersama-sama membentuk suatu kesatuan yang diperlukan dalam

perpindahan nilai uang (tansfer of value) dari satu pihak ke pihak yang lainnya

yang dapat merupakan perorangan, perusahaan, bank dan sebagainya.

Sistem pembayaran menurut UU No. 27 Tahun 1999 adalah sistem yang

mencakup seperangkat aturan, lembaga dan mekanisme yang digunakan untuk

melaksanakan pemindahan dana guna memenuhi suatu kewajiban yang timbul

dari suatu kegiatan ekonomi (Untoro et al., 2014).


Undang-undang No. 23 tentang Bank Indonesia (pasal 1) mendefinisikan

sistem pembayaran sebagai berikut, yaitu: “Sistem yang mencakup seperangkat

aturan, lembaga dan mekanisme yang digunakan untuk melaksanakan pemindahan

dana guna memenuhi suatu kewajiban yang timbul dari suatu kegiatan ekonomi”.

2.3 Penyelenggaraan Sistem Pembayaran Non tunai

10
Alat pembayaran non tunai sudah berkembang dan lazim digunakan

masyarakat. Hal ini menunjukkan bahwa jasa pembayaran non tunai yang

dilakukan bank maupun lembaga keuangan bukan bank, baik dalam proses

pengiriman dana, penyelenggara kliring, maupun sistem penyelesaian akhir

(settlement) sudah tersedia dan dapat berlangsung di Indonesia. Transaksi

pembayaran non tunai dengan nilai yang besar diselenggarakan Bank Indonesia

melalui sistem BI-RTGS (Real Time Gross Settlement) dan sistem kliring.
Hampir 95% transaksi keuangan nasional bernilai besar dan bersifat

mendesak. Contohnya, transaksi di Pasar Uang Antar Bank (PUAB), transaksi di

bursa saham, transaksi pemerintah, transaksi valuta asing, serta settlement hasil

kliring dilakukan melalui sistem BI-RTGS. Pada tahun 2010, misalnya, BI-RTGS

telah melakukan transaksi sedikitnya Rp174,3 triliun per hari. Sementara itu,

sebagai perbandingan, transaksi non tunai dengan Alat Pembayaran Menggunakan

Kartu (APMK) dan uang elektronik yang dilakukan bank atau lembaga keuangan

bukan bank hanya sekitar Rp8,8 triliun per hari.

2.4 Jenis-Jenis Sistem Pembayaran

Secara garis besar, sistem pembayaran terbagi menjadi dua jenis, yaitu

sistem pembayaran bernilai besar/tinggi (Large Value Payment System) dan sistem

pembayaran retail (Retail Payment System) (Alam S, 2006).


a. Large Value Payment System
Sistem pembayaran bernilai tinggi biasanya menangani transaksi bernilai

tinggi dan berisiko tinggi yang memerlukan penyelesaian cepat dan aman,

seperti transaksi pasar uang antar bank, transaksi pasar modal, valuta asing,

pembayaran kepada pemerintah (misalnya pajak pendapatan pajak), dan

11
transfer antar rekening Bank Indonesia. Hal ini biasanya dicapai melalui

mekanisme penyelesaian real-time, seperti sistem Bank Indonesia Real Time

Gross Settlement (BI-RTGS), dan Bank Indonesia Scripless Securities

Settlement System (BI-SSSS). Bank Indonesia Real Time Gross Settlement

(BI-RTGS) dikategorikan sebagai sistem pembayaran sistematis penting yang

menjamin kelancaran fungsi ekonomi dan sistem keuangan, yakni suatu sistem

transfer dana elektronik yang memungkinkan penyelesaian transaksi

individual secara real time. Sementara itu, sebagai registri pusat untuk obligasi

pemerintah, pada bulan Februari 2004 Bank Indonesia memperkenalkan Bank

Indonesia Scripless Securities Settlement System (BI-SSSS) yang

menyediakan fasilitas bagi pelaku pasar keuangan untuk melakukan transaksi

dengan Bank Indonesia. Bank Indonesia Scripless Securities Settlement

System (BI-SSSS) adalah sistem registri otomatis terintegrasi yang

menghubungkan Bank Indonesia dengan sub-pendaftar dan dengan klien

lainnya secara langsung.


b. Retail Payment System (low-value payment system)
Sistem pembayaran ini sama pentingnya dengan sistem pembayaran bernilai

besar dalam hal pemberian kontribusi, baik stabilitas maupun efisiensi sistem

keuangan secara keseluruhan. Sistem pembayaran ritel biasanya digunakan

untuk sebagian besar pembayaran yang bernilai rendah dan penyelesaiannya

biasanya dilakukan melalui mekanisme Sistem Kliring Nasional Bank

Indonesia (SKNBI).

2.5 Instrumen Pembayaran Non tunai


Di Indonesia, instrumen pembayaran nontunai disediakan terutama oleh

sistem perbankan. Instrumen yang disediakan terdiri dari instrumen yang berbasis

12
warkat, seperti cek, bilyet giro, nota debet, dan nota kredit, serta instrumen yang

berbasis bukan warkat, seperti kartu ATM, kartu debet, dan kartu kredit.

Penggunaan alat pembayaran nontunai yang berbasis bukan warkat di masyarakat

semakin meningkat. Hal itu disebabkan antara lain oleh semakin banyaknya

inovasi dalam menciptakan instrumen yang dilakukan oleh perbankan untuk

memenuhi kebutuhan konsumen.


Penggunaan instrumen cek dan/atau bilyet giro sebagai alat pembayaran di

Indonesia masih sangat diminati khususnya dilihat dari tingginya nilai nominal

perputaran cek dan/atau bilyet giro. Cek dan Bilyet Giro (BG) merupakan alat

pembayaran paling lama yang digunakan oleh masyarakat Indonesia. Cek telah

diatur dalam Kitab Undang-undang Hukum Dagang (KUHD), sementara Bilyet

Giro pertama kali diatur tahun 1972 dalam Surat Edaran Bank Indonesia.
4.1 Cek
Cek merupakan surat perintah tidak bersyarat dari nasabah kepada bank

penyimpan dana untuk membayar suatu jumlah tertentu pada saat diunjukkan.
Jenis- Jenis Cek :
1) Cek Atas Nama (Order Cheque)
Cek Atas Nama adalah cek yang mencantumkan nama penerima dana dan

bank akan melakukan pembayaran kepada nama yang tertera pada cek

tersebut. Pembayaran dilakukan paling cepat sesuai tanggal yang tertera

pada cek tersebut.


2) Cek Atas Unjuk (Bearer Cheque)
Cek Atas Unjuk adalah cek yang tidak mencantumkan nama penerima dan

bank akan melakukan pembayaran kepada siapa saja yang membawa cek

tersebut. Pembayaran dilakukan paling cepat sesuai tanggal yang diterima

pada cek tersebut.


3) Cek Silang (Cross Cheque)

13
Cek Silang adalah Cek Atas Nama dan/atau Cek Atas Unjuk yang

diberikan tanda garis menyilang pada unjuk kiri atas warkat atau dapat

juga diberi tanda garis menyilang sepanjang cek dari ujung kiri bawah ke

ujung kanan atas. Cek Silang tidak dapat diuangkan secara tunai, tetapi

hanya dapat dimasukkan ke dalam rekening penerima cek.

Gambar 2.1 Contoh Cek

Cek harus memenuhi syarat formal sebagai berikut :


1. Nama “Cek” harus termuat dalam teks.
2. Perintah tidak bersyarat untuk membayar sejumlah uang tertentu.
3. Nama pihak yang harus membayar (tertarik).
4. Penunjukan tempat dimana pembayaran harus dilakukan.
5. Pernyataan tanggal beserta tempat Cek ditarik.
6. Tanda tangan orang yang mengeluarkan Cek (penarik).

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pengunaan Cek :

1
1. Penarik wajib menyediakan dana yang cukup dalam rekening

2
gironya pada saat Cek diunjukkan pada bank tertarik

2. Daluarsa Cek dihitung setelah lewat waktu 6 (enam) bulan terhitung

sejak mulai tanggal berakhirnya tenggang waktu penawaran,

14
sedangkan tenggang waktu pengunjukan Cek adalah 70 (tujuh

puluh) hari sejak tanggal penarikan.

3. Jika saat Cek diunjukan pada masa pengunjukan dananya tidak

mencukupi, dikategorikan sebagai Cek Kosong.

4. Jika saat Cek diunjukan setelah daluarsa dananya tidak mencukup,

tidak dikategorikan sebagai Cek Kosong

5. Jika ada coretan/perubahan harus ditandatangani oleh pemilik rekening

6. Cek yang jumlah uangnya ditulis dalam huruf dan angka bila

terdapat perbedaan, berlaku jumlah yang ditulis lengkap dalam

huruf.

Gambar 2.2 Masa Pengunaan Cek

4.2 Bilyet Giro

Bilyet Giro adalah surat perintah dari nasabah kepada bank penyimpan

dana untuk memindahbukukan sejumlah dana dari rekening yang bersangkutan

15
kepada rekening pemegang yang disebutkan namanya.

Setiap Bilyet Giro harus memenuhi syarat formal sebagai

berikut :

1. Nama "Bilyet Giro" dan nomor Bilyet Giro yang

bersangkutan.

2. Nama tertarik.

3. Perintah yang jelas dan tanpa syarat untuk

memindahbukukan dana atas beban rekening penarik.

4. Nama dan nomor rekening pemegang.

5. Nama bank penerima.

6. Jumlah dana yang dipindahkan baik dalam angka maupun

dalam huruf selengkap-lengkapnya.

7. Tempat dan tanggal penarikan.

8. Tanda tangan, nama jelas dan atau dilengkapi dengan

cap/stempel dengan persyaratan pembukaan rekening.

16
Gambar 2.3 Contoh Bilyet Giro

Hal-hal yang harus diperhatikan bila mengunakan Bilyet Giro :

1. Tenggang waktu penawaran Bilyet Giro adalah 70 (tujuh puluh hari)

terhitung sejak tanggal penarikan;

2. Tanggal Efektif merupakan tanggal mulai berlakunya perintah

pemindahbukuan, yang harus berada dalam tenggang waktu penawaran.

3. Bilyet Giro yang ditawarkan kepada bank sebelum tanggal efektif atau

sebelum tanggal penarikan harus ditolak oleh bank, tanpa

memperhatikan tersedia atau tidaknya dana dalam rekening penarik;

4. Bilyet Giro yang diterima oleh bank setelah tanggal berakhirnya

tenggang waktu penawaran dapat dilaksanakan perintahnya sepanjang

dananya tersedia dan tidak dibatalkan oleh penarik.

5. Daluarsa Bilyet Giro dihitung setelah lewat waktu 6 (enam) bulan

terhitung mulai tanggal berakhirnya tanggang waktu penawaran.

6. Bila tanggal efektif tidak ada maka tanggal penarikan berlaku sebagai

tanggal efektif.

7. Jika ada coretan/perubahan pada Bilyet Giro harus ditandatangani oleh si

penerbit.

2.6 Daftar Hitam Nasional (DHN)

Daftar Hitam Nasional adalah informasi mengenai identitas pemilik

rekening yang melakukan penarikan Cek dan/atau Bilyet Giro Kosong baik

17
melalui kliring maupun loket bank (over the counter). Cek/Bilyet Giro Kosong

adalah Cek dan/atau Bilyet Giro yang pada saat dicairkan dananya oleh Pemegang

baik melalui kliring maupun melalui loket bank secara langsung, ditolak

pembayarannya/pemindah bukuannya oleh bank dengan alasan "saldo rekening

giro tidak cukup" atau “rekening giro telah ditutup".

18
Rekam Jejak Regulasi Daftar Hitam Nasional
Penarik Cek dan/atau Bilyet Giro Kosong

19
5.1 Dasar Hukum :

- Undang-undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia

sebagaimana sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 3

Tahun 2004

- Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana

telah diubah dengan Undang- Undang Nomor 10 Tahun 1998

- Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia Nomor 28/32/KEP/DIR tanggal 4

Juli 1995 tentang Bilyet Giro

- Kitab Undang-Undang Hukum Dagang (Wet-boek van Koophandel,

Staatsblad 1847:23) sebagaimana telah beberapa kali diubah, terakhir

dengan Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1971

2.6.2 Regulasi Terkait :

- Peraturan Bank Indonesia Nomor 7/18/PBI/2005 tentang Sistem Kliring

Nasional Bank Indonesia

- Peraturan Bank Indonesia Nomor 1/3/PBI/1999 tentang Penyelenggaraan

Kliring Lokal dan Penyelesaian Akhir Transaksi Pembayaran antar Bank

atsa Hasil Kliring Lokal

- Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 9/35/DASP 2007 perihal

Penyelenggaraan Kliring antar Wilayah

- Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 9/15/DASP 2007 perihal Perubahan

Kedua atas Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 7/26/DASP 2007 perihal

20
Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia

- Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia Nomor 28/32/KEP/DIR/1995

tentang Cek/Bilyet Giro Kosong

2.6.3 Regulasi Bank Indonesia :

- Peraturan Bank Indonesia Nomor 8/29/PBI/2006 tentang Daftar Hitam

Nasional Penarik Cek dan/atau Bilyet Giro Kosong

- Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 9/13/DASP 2007 perihal Daftar

Hitam Nasional Penarik Cek dan/atau Bilyet Giro Kosong

- Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 8/33/DASP 2006 perihal Perubahan

Ketiga atas Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 2/10/DASP 2000 Perihal

Tata Usaha Penarikan Cek/Bilyet Giro Kosong

2.6.4 Ketentuan Umum

1. Bank adalah Bank Umum sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang

Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan

sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Republik Indonesia

Nomor 10 Tahun 1998.

2. Unit Usaha Syariah yang selanjutnya disebut UUS, adalah unit kerja di

kantor pusat bank umum yang melaksanakan kegiatan usaha secara

21
konvensional yang berfungsi sebagai kantor induk dari kantor cabang

syariah dan/atau unit syariah, atau unit kerja di kantor cabang dari bank

yang berkedudukan di luar negeri yang melaksanakan kegiatan usaha

secara konvensional yang berfungsi sebagai kantor induk dari kantor

cabang pembantu syariah dan/atau unit syariah.

3. Kantor Cabang Syariah adalah Kantor Cabang yang melakukan kegiatan

usaha berdasarkan prinsip syariah dari Bank Umum konvensional.

4. Cek adalah cek sebagaimana diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum

Dagang (KUHD).

5. Bilyet Giro adalah bilyet giro sebagaimana diatur dalam ketentuan Bank

Indonesia yang mengatur mengenai bilyet giro.

6. Penarik adalah pemilik rekening atau orang yang dikuasakan oleh pemilik

rekening yang memerintahkan bank tertarik untuk melakukan

pembayaran atau pemindahbukuan sejumlah dana atas beban rekening

pemilik rekening kepada pemegang atau kepada pihak yang disebutkan

namanya dalam Cek atau Bilyet Giro.

7. Pemilik Rekening adalah orang atau badan yang memiliki rekening giro

atau memiliki fasilitas rekening khusus pada bank.

8. Rekening Giro adalah rekening giro rupiah yang dananya dapat ditarik

setiap saat dengan menggunakan Cek dan/atau Bilyet Giro, sarana

perintah pembayaran lainnya, atau dengan pemindahbukuan.

9. Rekening Khusus adalah rekening yang khusus dibuka dan disediakan

oleh Bank Tertarik untuk Penarik yang Rekening Gironya ditutup atas

22
permintaan sendiri atau karena dikenakan sanksi setelah dicantumkannya

identitas Pemilik Rekening dalam daftar hitam nasional yang berlaku, dan

hanya dapat digunakan untuk menampung dana guna memenuhi

kewajiban pembayaran atas Cek dan/atau Bilyet Giro yang masih beredar.

10. Dana adalah saldo pada Rekening Penarik, termasuk fasilitas cerukan dari

Bank Tertarik.

11. Bank Tertarik adalah Bank yang menerima perintah pembayaran atau

perintah pemindahbukuan atas sejumlah Dana dari Penarik dengan

menggunakan Cek dan/atau Bilyet Giro.

12. Pemegang adalah nasabah yang memperoleh pembayaran atau

pemindahbukuan Dana dari Bank Tertarik sebagaimana diperintahkan

oleh Penarik kepada Bank Tertarik.

13. Perjanjian Pembukaan Rekening Giro adalah dokumen tertulis dalam

rangka pembukaan Rekening Giro yang mendasari hubungan hukum

antara Bank dengan Pemilik Rekening.

14. Penarikan adalah setiap kegiatan penerbitan Cek atau Bilyet Giro dari

Penarik.

15. Tanggal Penarikan Cek atau Bilyet Giro adalah tanggal yang terdapat

pada Cek atau Bilyet Giro yang merupakan tanggal diterbitkannya Cek

atau Bilyet Giro.

16. Pengunjukan adalah penyerahan Cek sebagaimana diatur dalam KUHD

atau penawaran Bilyet Giro sebagaimana diatur dalam ketentuan yang

mengatur mengenai Bilyet Giro oleh Pemegang kepada Bank Tertarik

23
baik secara langsung (over the counter) ataupun melalui kliring oleh

Bank penagih.

17. Bank Penagih adalah Bank yang melakukan penagihan Cek dan/atau

Bilyet Giro kepada Bank Tertarik melalui kliring untuk kepentingan

Pemegang.

18. Daftar Hitam Individual Bank, yang selanjutnya disebut DHIB adalah

suatu daftar yang dibuat oleh Bank yang mencantumkan data Penarik Cek

dan/atau Bilyet Giro kosong yang ditetapkan oleh Bank yang

bersangkutan.

19. Kantor Pengelola Daftar Hitam Nasional, yang selanjutnya disebut

sebagai KPDHN adalah kantor yang ditetapkan oleh kantor pusat Bank

Tertarik untuk mengelola daftar hitam untuk seluruh kantor Bank yang

bersangkutan secara nasional.

20. Daftar Hitam Nasional yang selanjutnya disebut DHN adalah daftar yang

merupakan kumpulan DHIB yang berada di Bank Indonesia yang datanya

berasal dari KPDHN untuk diakses oleh Bank.

21. Tenggang Waktu Pengunjukan adalah jangka waktu selama 70 (tujuh

puluh) hari sejak Tanggal Penarikan Cek atau Bilyet Giro yang pada masa

tersebut Penarik dilarang untuk membatalkan Cek atau Bilyet Giro

tersebut.

22. Tanggal Efektif adalah tanggal mulai berlakunya perintah

pemindahbukuan pada Bilyet Giro.

23. Kliring adalah pertukaran warkat dan/atau data keuangan elektronik

24
antarpeserta kliring baik atas nama peserta maupun atas nama nasabah

peserta yang perhitungannya diselesaikan pada waktu tertentu.

24. Nasabah adalah pihak yang menggunakan jasa Bank, termasuk pihak

yang tidak memiliki Rekening namun memanfaatkan jasa Bank untuk

melakukan transaksi keuangan (walk-in customer).

25. Cek dan/atau Bilyet Giro Kosong adalah Cek dan/atau Bilyet Giro yang

diunjukkan oleh Pemegang baik melalui Kliring maupun melalui loket

bank secara langsung (over the counter) dan ditolak pembayaran atau

pemindahbukuannya oleh Bank Tertarik dengan alasan penolakan

sebagaimana ditetapkan dalam Peraturan Bank Indonesia ini.

26. Rekening Giro Gabungan (joint account) adalah rekening giro yang

dimiliki oleh lebih dari satu Pemilik Rekening, yang dapat terdiri dari

gabungan badan, orang pribadi, dan/atau campuran keduanya.

27. Keadaan Darurat adalah suatu kondisi dimana terjadi suatu bencana alam

seperti gempa bumi, banjir bandang, gunung meletus atau bencana

lainnya atau peristiwa tak terduga atau tidak dapat diperkirakan

sebelumnya seperti kerusuhan masal yang kemunculannya bersifat

mendadak, yang melanda di suatu wilayah tanah air Indonesia.

2.6.5 Tata Usaha Penolakan Cek dan/atau Bilyet Giro

(1) Bank wajib menatausahakan penolakan Cek dan/atau Bilyet Giro yang

ditolak dengan alasan apapun secara lengkap dan benar.

25
Yang dimaksud dengan “melakukan penatausahaan penolakan Cek

dan/atau Bilyet Giro dengan lengkap” antara lain adalah penatausahaan

identitas Pemilik Rekening yang mencakup informasi

sebagaimana dipersyaratkan pada saat pembukaan Rekening Giro secara

sama dan konsisten.

Yang dimaksud dengan “melakukan penatausahaan penolakan Cek

dan/atau Bilyet Giro dengan benar” adalah pencantum an alasan

penolakan Cek dan/atau Bilyet Giro berdasarkan fakta dan kondisi yang

sebenarnya terjadi serta berpedoman pada ketentuan mengenai alasan

penolakan yang berlaku.

(2) Bank wajib menatausahakan secara terpisah Cek dan/atau Bilyet Giro yang

ditolak dengan alasan kosong.

Kewajiban menatausahakan secara terpisah untuk Cek dan/atau Bilyet

Giro yang ditolak dengan alasan kosong dimaksudkan agar dapat

mempermudah Bank untuk menetapkan Penarik masuk ke dalam DHIB

(3) Dalam hal Bank melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan

berdasarkan prinsip syariah secara bersamaan, penatausahaan penolakan

Cek dan/atau Bilyet Giro sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2)

dilakukan secara terpisah antara Bank konvensional dan UUS.

(4) Dalam menatausahakan penolakan Cek dan/atau Bilyet Giro Kosong, Bank

Tertarik wajib membuat:

a. Data Penolakan

Data penolakan berisi informasi antara lain alasan atas Cek dan/atau

26
Bilyet Giro yang ditolak baik melalui Kliring maupun over the

counter.

b. Surat Keterangan Penolakan (SKP)

Dalam hal Bank melakukan penolakan Cek dan/atau Bilyet Giro baik

melalui Kliring maupun over the counter, Bank wajib membuat SKP

dan menyampaikan kepada Pemegang dengan tata cara sebagai :

1) Untuk penolakan Cek dan/atau Bilyet Giro melalui Sistem

Kliring Nasional Bank Indonesia (SKNBI), dilakukan hal-hal

sebagai berikut:

a) Bank Tertarik wajib mengisi informasi pada “DKE Debet

Kliring Pengembalian” secara lengkap dan benar untuk

disampaikan kepada penyelenggara Kliring.

b) Bank Tertarik wajib membuat “Daftar Data Kliring

Elektronik (DKE) yang Ditolak per Peserta Pengirim”

(D3P3) berdasarkan data “DKE Debet Kliring

Pengembalian” untuk disampaikan kepada Bank Penagih.

c) Penyelenggara Kliring memproses “DKE Debet Kliring

Pengembalian” dan mendistribusikannya kepada Bank

Penagih.

d) Bank Penagih mencetak SKP berdasarkan incoming “DKE

Debet Kliring Pengembalian”.

e) Bank Penagih wajib mencocokkan SKP tersebut dengan

D3P3.

27
f) Bank Penagih menyampaikan SKP dimaksud kepada

Pemegang.

g) SKP dibuat dalam rangkap 2 (dua), masing-masing

ditujukan:

(1) Lembar ke-1 untuk Pemegang; dan

(2) Lembar ke-2 untuk Bank Penagih.

2) Untuk penolakan Cek dan/atau Bilyet Giro melalui wilayah

Kliring yang belum menerapkan Sistem Kliring Nasional Bank

Indonesia (SKNBI) dilakukan hal-hal sebagai berikut:

a) SKP dibuat oleh Bank Tertarik secara lengkap dan benar.

b) SKP disampaikan oleh Bank Tertarik kepada Pemegang

melalui Bank Penagih.

c) SKP dibuat dalam rangkap 3 (tiga), masing-masing

ditujukan untuk:

(1) Lembar ke-1 untuk Pemegang;

(2) Lembar ke-2 untuk Bank Penagih; dan

(3) Lembar ke-3 untuk Penyelenggara Kliring.

3) Untuk penolakan Cek dan/atau Bilyet Giro yang diunjukkan

langsung kepada Bank Tertarik (over the counter) dilakukan hal-

hal sebagai berikut:

a) Bank Tertarik wajib menyampaikan data Penolakan Cek

dan/atau Bilyet Giro Kosong yang diunjukkan langsung

kepada Bank Indonesia sesuai dengan jadwal periode

28
penyampaian.

b) Bank Tertarik wajib membuat SKP secara lengkap dan benar

terhadap penolakan Cek dan/atau Bilyet Giro.

c) SKP dibuat dalam rangkap 2 (dua), masing-masing ditujukan

untuk:

(1) Lembar ke-1 untuk Pemegang; dan

(2) Lembar ke-2 untuk Bank Tertarik sebagai arsip.

Contoh format SKP adalah sebagaimana pada Lampiran 2.a untuk penolakan Cek

dan/atau Bilyet Giro yang diproses melalui wilayah Kliring sebagaimana

dimaksud pada angka 2) dan Lampiran 2.b untuk penolakan Cek dan/atau Bilyet

Giro yang diunjukkan langsung kepada Bank Tertarik (over the counter)

sebagaimana dimaksud pada angka 3).

2.6.6 Kriteria Penarik Cek dan/atau Bilyet Giro Kosong yang

Dicantumkan dalam DHN

(1) Bank wajib menetapkan dan mencantumkan dalam DHIB identitas

Pemilik Rekening yang melakukan Penarikan Cek dan/atau Bilyet Giro

Kosong sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 11 ayat (2) jika memenuhi

kriteria sebagai berikut:

Penetapan Pemilik Rekening yang memenuhi kriteria untuk dicantumkan

dalam DHIB dilakukan oleh Bank Tertarik secara self assessment.

a. melakukan penarikan Cek dan/atau Bilyet Giro Kosong yang berbeda

sebanyak 3 (tiga) lembar atau lebih dengan nilai nominal masing-

29
masing di bawah Rp500.000.000,- (lima ratus juta rupiah) pada Bank

Tertarik yang sama dalam jangka waktu 6 (enam) bulan; atau

Penarikan satu lembar Cek dan/atau Bilyet Giro Kosong yang sama

dan dilakukan berulang kali, diperhitungkan sebagai satu lembar

Penarikan Cek dan/atau Bilyet Giro Kosong.

b. melakukan penarikan Cek dan/atau Bilyet Giro Kosong 1 (satu)

lembar dengan nilai nominal Rp500.000.000,- (lima ratus juta rupiah)

atau lebih.

Penghitungan Penarikan Cek dan/atau Bilyet Giro Kosong baik yang

diunjukkan melalui proses Kliring maupun melalui loket Bank secara

langsung (over the counter) kepada Bank Tertarik dilakukan dengan

ketentuan sebagai berikut:

a. Setiap lembar Cek dan/atau Bilyet Giro yang diunjukkan oleh Pemegang

dan ditolak pembayarannya oleh Bank Tertarik dengan alasan:

1) Saldo Rekening Giro atau Rekening Khusus tidak cukup; atau

2) Rekening Giro atau Rekening Khusus telah ditutup, dikategorikan

sebagai Penarikan Cek dan/atau Bilyet Giro Kosong.

b. Ketentuan sebagaimana dimaksud pada huruf a tidak berlaku untuk Cek

dan/atau Bilyet Giro yang ditolak dengan alasan:

1) unsur-unsur Cek atau syarat formal Bilyet Giro tidak terpenuhi;

2) Cek dan/atau Bilyet Giro dibatalkan setelah Tenggang Waktu

Pengunjukan berakhir;

3) Cek dan/atau Bilyet Giro telah daluwarsa;

30
4) Bilyet Giro diunjukkan sebelum Tanggal Efektif, atau Tanggal Efektif

dicantumkan tidak dalam Tenggang Waktu Pengunjukan; dan/atau

5) Cek dan/atau Bilyet Giro diblokir pembayarannya oleh Penarik

karena hilang (harus dilampiri dengan surat keterangan kepolisian).

Pengkategorian Cek dan/atau Bilyet Giro yang ditolak pembayarannya

oleh Bank Tertarik dalam kategori Cek dan/atau Bilyet Giro Kosong

mengacu pada Lampiran 1.

c. 1 (satu) lembar Cek dan/atau Bilyet Giro yang sama dan diunjukkan

berulang-ulang oleh Pemegang kepada Bank Tertarik dan ditolak

pembayarannya dengan alasan saldo Rekening Giro atau Rekening

Khusus tidak cukup, atau Rekening Giro atau Rekening Khusus telah

ditutup, dihitung sebagai 1 (satu) lembar Penarikan Cek atau Bilyet Giro

Kosong.

d. Beberapa lembar Cek dan/atau Bilyet Giro yang diunjukkan oleh

Pemegang dan ditolak pembayarannya oleh Bank Tertarik pada tanggal

yang sama dengan alasan saldo Rekening Giro atau Rekening Khusus

tidak cukup, atau Rekening Giro atau Rekening Khusus telah ditutup,

jumlah Penarikan Cek dan/atau Bilyet Giro Kosongnya dihitung

sebanyak jumlah lembar Cek dan/atau Bilyet Giro ditolak.

(2) Dalam hal Pemilik Rekening sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

memiliki Rekening Giro pada Bank Tertarik yang melaksanakan kegiatan

usaha secara konvensional dan juga memiliki Rekening Giro pada kantor

cabang syariah dari Bank konvensional yang sama, penghitungan Cek

31
dan/atau Bilyet Giro Kosong untuk Pemilik Rekening tersebut dilakukan

secara terpisah antara Bank konvensional dan UUS

Kantor Cabang Syariah untuk Bank yang berkantor pusat di luar negeri

adalah kantor cabang pembantu syariah.

2.6.7 Pihak yang Menetapkan Identitas Pemilik Rekening Masuk DHN

Pencantuman identitas pemilik rekening yang masuk dalam DHN

dilakukan oleh bank tertarik, yaitu bank yang menerima perintah pembayaran atau

perintah pemindahbukuan atas sejumlah dana dari penarik dengan menggunakan

Cek dan/atau Bilyet Giro, secara self assessment.

2.6.8 Implikasi Masuk DHN

Implikasi bagi pemilik rekening jika identitasnya masuk DHN adalah

pemilik rekening akan dikenakan sanksi pembekuan hak penggunaan Cek

dan/atau Bilyet Giro selama 1 (satu) tahun sejak tanggal penerbitan DHN oleh

bank tertarik dan bank selain bank tertarik.

2.6.9 Pembekuan Hak Penggunaan Cek dan/atau Bilyet Giro

1. Pembekuan hak penggunaan Cek dan/atau Bilyet Giro adalah hilangnya

hak nasabah atas penggunaan Cek dan/atau Bilyet Giro.

2. Pembekuan hak penggunaan Cek dan/atau Bilyet Giro tidak menyebabkan

penutupan rekening giro pemilik rekening sehingga pemilik rekening

32
masih dapat menggunakan sarana lain diluar cek dan/atau bilyet giro

misalnya form transfer dana atau slip penarikan tunai.

Pembekuan hak penggunaan cek dan/atau bilyet giro dilakukan terhadap

seluruh rekening giro yang dimiliki oleh pemilik rekening baik berupa rekening

giro perorangan, rekening giro gabungan maupun rekening giro yang

dimaksudkan hanya untuk menampung kredit/pinjaman.

33
BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Gambaran Umum Bank Indonesia

3.1.1 Sejarah Singkat Berdirinya Bank Indonesia

Bank Indonesia (BI, dulu disebut De Javasche Bank) pada tahun 1828

didirikan oleh Pemerintah Hindia Belanda sebagai bank sirkulasi yang bertugas

mencetak dan mengedarkan uang. Tahun 1953, Undang-Undang Pokok Bank

Indonesia menetapkan pendirian Bank Indonesia untuk menggantikan fungsi De

Javasche Bank sebagai bank sentral, dengan tiga tugas utama di bidang moneter,

perbankan, dan sistem pembayaran. Di samping itu, Bank Indonesia diberi tugas

penting lain dalam hubungannya dengan Pemerintah dan melanjutkan fungsi bank

komersial yang dilakukan oleh DJB sebelumnya.

Pada tahun 1968, diterbitkan Undang-Undang Bank Sentral yang

mengatur kedudukan dan tugas Bank Indonesia sebagai bank sentral, terpisah dari

bank-bank lain yang melakukan fungsi komersial. Selain tiga tugas pokok bank

sentral, Bank Indonesia juga bertugas membantu Pemerintah sebagai agen

pembangunan mendorong kelancaran produksi dan pembangunan serta

memperluas kesempatan kerja guna meningkatkan taraf hidup rakyat.

34
Tahun 1999 merupakan babak baru dalam sejarah Bank Indonesia, sesuai

dengan UU No.23/1999 yang menetapkan tujuan tunggal Bank Indonesia yaitu

mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah.

Pada tahun 2004, Undang-Undang Bank Indonesia diamandemen dengan

fokus pada aspek penting yang terkait dengan pelaksanaan tugas dan wewenang

Bank Indonesia, termasuk penguatan governance. Pada tahun 2008, Pemerintah

mengeluarkan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang No.2 tahun 2008

tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang No.23 tahun 1999 tentang Bank

Indonesia sebagai bagian dari upaya menjaga stabilitas sistem keuangan.

Amandemen dimaksudkan untuk meningkatkan ketahanan perbankan nasional

dalam menghadapi krisis global melalui peningkatan akses perbankan terhadap

Fasilitas Pembiayaan Jangka Pendek dari Bank Indonesia.

3.1.2 Sejarah Berdirinya Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali

Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPwBI) Provinsi Bali berdiri sejak

tanggal 16 Juli 1968. Saat itu gedung KPwBI Provinsi Bali terletak di Jalan

Surapati No. 15 Denpasar dan sekarang digunakan sebagai gedung PT. Bank

Mandiri. Diawal berdirinya KPwBI Provinsi Bali dipimpin oleh R.H Khamarga

untuk periode 1968 s/d 1969.

Seiring dengan dinamika perekonomian Bali, organisasi dan cakupan tugas

KPwBI Provinsi Bali semakin berkembang. Untuk mengakomodasi

perkembangan tersebut, KPwBI Provinsi Bali dipindahkan ke Jl. W.R. Supratman

No.1 Denpasar. Gedung ini diresmikan penggunaannya oleh Gubernur Bank

35
Indonesia Bapak Rachmat Saleh pada tanggal 21 Juli 1973 dan pada saat itu

tercatat sebagai bangunan kantor terbesar di Propinsi Bali.

Kebangkitan industri pariwisata Bali diawal tahun 1970-an membawa

dampak positif bagi perekonomian Bali. Pertumbuhan ekonomi Bali selalu lebih

tinggi dibandingkan dengan perekonomian Nasional. Seiring dengan hal tersebut

sektor perbankan, baik bank umum maupun Bank Perkreditan Rakyat tumbuh

dengan pesat baik dari sisi kelembagaan maupun dari dana pihak ketiga

(tabungan, deposito, dan giro), serta penyaluran kredit kepada dunia usaha dan

UMKM.

Sekali lagi dalam memberikan pelayanan bagi masyarakat dan kepada

perbankan khususnya gedung KPwBI Provinsi Bali dirasakan kurang memadai.

Untuk itu, sejak bulan Mei 1994 dirancang pembangunan gedung baru di Jl. Letda

Tantular No.4 Denpasar dan pengerjaan fisik bangunan dimulai pada tanggal 27

Juni 1997. Namun akibat krisis moneter yang berkembang menjadi krisis multi

dimensi memaksa pembangunan gedung dihentikan untuk sementara.

Pembangunan gedung dilanjutkan kembali pada bulan Mei 2003 dan selesai pada

tanggal 29 Oktober 2004. Setelah tahapan penyelesaian sarana kantor, akhirnya

seluruh kegiatan operasional KPwBI Provinsi Bali dipindahkan ke gedung baru

pada tanggal 8 Agustus 2005.

Gedung Kantor Bank Indonesia Denpasar yang baru memiliki luas tapak

22.225 m2. Bangunan terdiri dari 3 lantai dengan total luas bangunan 15.931 m2.

Perpaduan antara arsitektur gedung perkantoran modern yang dibalut unsur-unsur

tradisional Bali seakan menambah kekokohan dan kewibawaan gedung. Pada

36
awal kegiatan operasionalnya, seluruh lantai dari bangunan ini digunakan untuk

kegiatan operasional Bank Indonesia. Semenjak terbentuknya Otoritas Jasa

Keuangan (OJK) yang mempunyai tugas melakukan pengaturan dan pengawasan

terhadap kegiatan jasa keuangan di sektor Perbankan, sektor Pasar Modal, dan

sektor IKNB pada 1 Januari 2013 lantai 3 dari bangunan ini digunakan oleh OJK

sedangkan kegiatan opersional Bank Indonesia tetap dilakukan di lantai 1 dan

lantai 2. Namun semenjak pemindahan wewenang dalam pengaturan dan

pengawasan di sektor Perbankan ke OJK maka pemindahan kantor OJK sekarang

berada di…………………… . Hal tersebut tidak menyurutkan semangat KPwBI

Provinsi Bali dalam mencapai tujuannya, yaitu mencapai dan memelihara

kestabilan nilai rupiah. Kestabilan nilai rupiah ini mengandung dua aspek, yaitu

kestabilan nilai mata uang terhadap barang dan jasa, serta kestabilan terhadap

mata uang negara lain.

Selain perubahan alih fungsi gedung, KPwBI Provinsi Bali juga

mengalami perubahan nama yang sebelumnya bernama Kantor Perwakilan Bank

Indonesia Wilayah III yang membawahi Provinsi Bali dan Nusa Tenggara berubah

nama menjadi Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali tepatnya pada

tanggal 9 Desember 2014.

Sejak awal berdirinya hingga sekarang (1968 – 2016), KPwBI Provinsi

Bali telah dipimpin oleh 20 orang Pemimpin Bank Indonesia (PBI) yang dimulai

dari era R.H. Khamarga sampai saat ini dipimpin oleh Causa Iman Karana.

37
3.1.3 Struktur Organisasi Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali

Struktur organisasi adalah suatu susunan organisasi yang menggambarkan

tentang tugas, fungsi, wewenang serta tanggung jawab pada masing-masing

bagian yang terdapat dalam organisasi. Dengan melihat struktur organisasi maka

dapat diketahui dengan jelas hubungan antara satu bagian dengan bagian yang

lain. Bentuk dari struktur organisasi suatu perusahaan harus sesuai dengan

kebutuhan dan sewaktu-waktu dapat disesuaikan lagi menurut perkembangan

perusahaan.

Kantor Perwakilan Bank Indonesia yang berlokasi di Denpasar merupakan

salah satu kantor perwakilan tingkat wilayah. Kantor perwakilan ini merupakan

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah III dengan wilayah koordinasi yang

meliputi Provinsi Bali, NTB dan NTT. Berikut ini merupakan gambar struktur

organisasi KPwBI Wilayah III.

38
Gambar 3.1 Struktur Organisasi KPwBI Provinsi Bali

39
3.1.4 Uraian Jabatan

Berdasarkan struktur organisasi, Kantor Perwakilan Bank Indonesia

Provinsi Bali memilki uraian jabatan yang memiliki tugas pokok dan produk

pokok di setiap divisinya adalah sebagai berikut :

Tabel 3.1 Tugas Pokok dan Produk Pokok Kantor Perwakilan Bank

Indonesia Provinsi Bali

I. Divisi Divisi Advisory dan Pengembangan Ekonomi


A. Tim Advisory Ekonomi dan Keuangan
1. Fungsi Data dan Statistik Ekonomi dan Keuangan

NO TUGAS POKOK PRODUK POKOK


1. Mengumpulkan informasi, a. Buku Statistik Ekonomi dan

mengelola dan menyusun statistik Kuangan Daerah (SEKDA) ;


b. Data Olahan (a.l. moneter ,
ekonomi dan keuangan daerah
stabilitas, sistem keuangan,
untuk kebutuhan stakeholders
sistem
internal dan eksternal. pembayaran dan pengelolaan

uang rupiah).

2. Melaksanakan survei dalam rangka Statistik dan laporan hasil

mendukung perumusan kebijakan survey.

Bank Indonesia dan fungsi

advisory.
3. Melaksanakan kegiatan liaison a. Diary Notes Liaison ;
b. Laporan liaison bulanan dan
dalam rangka medukung
triwulanan.
perumusan kebijakan Bank

Indonesia dan fungsi advisory.

40
4. Menyusun Regional Financial Regional Financial Account

Account dan Regional Balance dan Regional Balance Sheet

Sheet (RFABS) (RFABS).

5. Mengelola dan menatausahakan Data laporan bank dan non

laporan bank dan non bank (a.l bank (a.l sansi dan hak akses,

sandi dan hak akses, absensi, absensi, validasi kewajaran

validasi kewajaran data, data, pembinaan dan layanan

pembinaan dan layanan helpdesk). helpdesk ).


6. Mengelola adminitrasi Giro Wajib Terlaksananya pengelolaan

Minimum (GWM), pembayaran adminitrasi Giro Wajib

jasa giro dan pembinaan. Minimum (GWM),

pembayaran jasa giro dan

pembinaan.
7. Memberikan layanan Informasi Informasi Debitur Individual

Debitur Individual (IDI) dan (IDI) dan menangani keluhan

menangani keluhan terkait data terkait data Sistem Informasi

Sistem Informasi Debitur (SID). Debitur (SID).

41
I. Divisi Divisi Advisory dan Pengembangan Ekonomi
A. Tim Advisory Ekonomi dan Keuangan
2. Fungsi Asesmen Ekonomi dan Surveillance

NO TUGAS POKOK PRODUK POKOK


1. Melakukan pengumpulan Asesmen ekonomi daerah,

informasi ekonomi strategis serta antara lain :

asesmen ekonomi dan keuangan a. Kajian Ekonomi dan

untuk mendukung perumusan Keuangan Regional (KEKR)

rekomendasi kebijakan kepada Provinsi, Ringkasan Ekonomi

Kantor Pusat Bank Indonesia dan Regional (RER), Laporan

Pemerintah Daerah. Analisis Inflasi ;


b. Kajian bersama dengan Satuan

Kerja Kantor Pusat dan

Departemen Regional ;
c. Analytical Notes / Occasional

Paper dan Kajian Isu

Strategis.
2. Melakukan fasilitasi upaya Fasilitasi upaya penyelesaian

penyelesaian permasalah permsalahan perekonomian

perekonomian daerah yang daerah dan penyusunan

membutuhkan penyelesaian dari rencana aksi.

pemerintah pusat.
3. Melaksanakan Regional Financial Laporan kegiatan Regional

Surveillance (RFS). Financial Surveillance (RFS),

antara lain :

a. Laporan Surveillance

Sistem Keuangan /

42
asesmen sewaktu-waktu ;
- Laporan pemeriksaan ;
- Laporan riset tematik dan

inisiatif ;
- Laporan hasil koordinasi

dengan pihak internal

/eksetrnal Bank Inonesia ;


b. Data dan informasi untuk

pengawasan Moneter,

Surveillance Sistem

Keuangan, Sistem

Pembayaran dan

Pengelolaan Uang Rupiah

(PUR), dan Market

berdasarkan riskbased.
4. Menyusun proyeksi makro Hasil proyeksi dan asumsi

ekonomi daerah. makro ekonomi daerah.


5. Menyusun rekomendasi kebijakan rekomendasi kebijakan

ekonomi dan keuangan daerah ekonomi dan keuangan daerah

berdasarkan hasil asesmen dan kepada Kepala Daerah

kajian. (advisory).

I. Divisi Advisory dan Pengembangan Ekonomi

B. Tim Pengembangan Ekonomi

1. Fungsi Koordinasi dan Komunikasi Kebijakan

No TUGAS POKOK PRODUK POKOK

43
1. Melakukan koordinasi dan a. Kegiatan kerjasama

program kerjasama dalam rangka pengembangan ekonomi daerah

pengembangan ekonomi daerah (antara lain; peningkatan daya

dan hubungan investor. saing, investasi ekonomi dan

keuangan syariah.
b. Regional Investor Relation

Unit (RIRU).
2. Terlaksananya koordinasi
Melaksanakan koordinasi dengan
pengendalian inflasi antara
stakeholder dalam rangka
lain : rapat teknis, rapat
pengendalian inflasi dalam rangka
koordinasi dalam wilayah
pengendalian inflasi dalam
koordinasi, high level meeting,
wilayah kerja dan/ atau antar
dan kegitan lain terkait
wilayah kerja.
pengendalian inflasi.
3. Menyusun dan melaksanakan Laporan pelaksanaan program

program komunikasi kebijakan dan komunikasi di daerah (a.l.

isu strategis BI Wide (One Voice) media briefing, focus grup

termasuk memfasilitasi atau discussion, seminar dan talk

mengkoordinasikan pelaksanaan show).

komunikasi satuan kerja Kantor

Pusat di daerah.
4. Menyusun dan melaksanakan 1. Rencana kegiatan;

program komunikasi hasil kajian 2. Laporan pelaksanaan

dan isu regional lainnya, termasuk program komunikasi dan

44
materi komunikasi di

melakukan penyesuaian terhadap daerah (a.l media briefing,

materi publikasi eksternal sesuai focus grup discussion,

dengan kebutuhan daerah. seminar dan talk show).


5. Terlaksananya program

Melaksanakan forum-forum terkait networking/jejaring dengan

dengan pengembangan dan stakeholder daerah melalui

kerjasama ekonomi yang forum-forum koordinasi di

melibatkan stakeholder daerah. daerah.

6. Melakukan kegiatan sosialisasi dan

capacity building kepada kepada Laporan pelaksanaan sosialisasi

stakeholder. dan capacity building.


7. Menyediakan Layanan Informasi

Publik (termasuk Pejabat Pelayanan data dan informasi

Pengelola Informasi dan kepada publik.

Dokumentasi/PPID daerah).

8. Mengelola Pelaksanaan Program a. Usulan dan strategi

Sosial Bank Indonesia (PSBI), pelaksanaan PSBI;

termasuk beasiswa.
b. Laporan pelaksanaan PSBI,

termasuk beasiswa.
9. Melaksanakan edukasi Pelaksanaan edukasi

kebanksentralan, termasuk kebanksentralan, termasuk

program magang. program magang.


10. Mengelola Perpustakaan Bank Pengelolaan Perpustakaan

Indonesia Bank Indonesia.

45
I. Divisi Divisi Advisory dan Pengembangan Ekonomi
B. Tim Pengembangan Ekonomi
2. Fungsi Pelaksanaan Pengembangan UMKM

No TUGAS POKOK PRODUK POKOK


1. Melaksanakan program a. Kajian dan rekomendasi dalam

pengembangan UMKM dalam rangka mendorong

rangka peningkatan kapasitas pengembangan UMKM;

ekonomi daerah dan pengendalian b. Terlaksananya kegiatan

inflasi. bantuan teknis (penelitian,

pelatihan, penyediaan

informasi dan/atau fasilitasi);

c. Implementasi Program

pengembangan UMKM, a.l

Strategi dan Pengembangan

Klaster, program

pengembangan ekonomi

berbasis komunitas, Local

Economic Development (LED),

Value Chain Financing,

Perusahaan Penjaminan Kredit

Daerah (PPKD), credit rating,

fasilitasi.
2. Melakukan kegiatan dalam rangka Terlaksananya fasilitasi upaya

peningkatan akses keuangan peningkatan akses UMKM

UMKM a.l melalui dukungan kepada perbankan, a.l melalui

46
penguatan infrastruktur keuangan, penyusunan lending model,

fasilitasi program pemerintah yang Value Chain Financing,

memberikan nilai tambah dan Perusahaan Penjaminan Kredit

penyaluran kredit UMKM dank Daerah (PPKD), credit rating.

Kredit Usaha Rakyat (KUR)


3. Melaksanakan penyediaan dan Penyediaan Informasi terkait

diseminasi informasi terkait UMKM, antara lain : data profil

pengembangan UMKM. UMKM, data hasil kajian

Komoditas/Produk/Jenis Usaha

(KPJU) unggulan UMKM dan

leading model.
4. Melakukan kegiatan koordinasi Laporan Koordinasi dan

dan kerjasama dengan stakeholder Kerjasama dengan stakeholder

setempat dalam rangka (Pemerintah Daerah, Perbankan

pengembangan UMKM. dan Internal Bank Indonesia).

II. Divisi Sistem Pembayaran dan Pengelolaan Uang Rupiah


A. Tim Operasional SP PUR
1. Unit Distribusi Uang, Layanan, dan Adminitrasi Kas

No TUGAS POKOK PRODUK POKOK


1. Melaksanakan distribusi uang. a. Distribusi uang (a.l.

pengiriman uang di wilayah

kerjanya;

b. Penerimaan/persediaan uang;

c. Pengiriman uang kas titipan;

d. Pengambilan uang kas titipan.

47
2. Menghitung Estimasi Kebutuhan a. Hasil survey kebutuhan dan

Uang (EKU). preferensi uang;

b. Usulan EKU kepada KP;

c. Evaluasi kecukupuan kas;

d. Statistik pengelolaan uang.

3. Melakukan pengelolaan khasanah. a. Modal kerja harian;

b. Pengambilan dan

pengembalian uang ke

khasanah;

c. Pengelolaan titipan pada

khasanah.
4. Memberikan Pelayanan Kas a. Layanan penarikan bank;

b. Layanan setoran bank;

c. Layanan penukaran uang

(termasuk penggantian uang

rusak, cacat, ditarik/dicabut

dari peredaran);

d. Layanan penukaran uang

diluar kantor, khususnya di

wilayah remote;

e. Layanan penarikan uang

kepada internal, instuisi dan

masyarakat;

48
f. Layanan penyetoran uang

kepada internal, instuisi dan

masyarakat;

g. Administrasi setoran dan

penarikan bank peserta kas

titipan;

h. Layanan penjualan Uang

Rupiah Khusus pada

masyarakat.
5. Melakukan Administrasi dan a. Klarifikasi keaslian uang

analisa uang palsu (upal) rupiah;

b. Hasil analisis yang diinput ke

database upal pada BI-CAC;

c. Kesaksian ahli.

6. Melakukan administrasi dan a. Laporan posisi likuiditas bank,

helpdesk setoran dan penarikan TUKAB, dan rencana

bank. penyetoran dan penarikan

bank;

b. Tata usaha perbankan pada

aplikasi sistem layanan kas;

c. Evaluasi proyeksi cash flow

dan realisasi kebutuhan uang

perbankan.
7. Melakukan pemeliharaan peralatan a. Laporan dan administrasi

49
kas/sarana lainnya dan memantau peralatan kas dan pelaksanaan

persediaan supplies. pemeliharaan peralatan kas;

b. Rekomendasi perpanjangan

kontrak dan sanksi/klaim,

serta usulan pengadaan

supplies kas;

c. Ketersediaan supplies kas.

II. Divisi Sistem Pembayaran dan Pengelolaan Uang Rupiah

A. Tim Operasional SP PUR

2. Unit Pengolahan Uang

No TUGAS POKOK PRODUK POKOK

1. Melaksanakan pengolahan uang. a. Hasil sortasi uang yang

berkualitas dan akuntabel;

b. Hasil sortasi uang yang

berkualitas dan akuntabel serta

pemusnahan uang secara

online;

c. Pemusnahan uang yang

akuntabel dan transparan.

50
I. Divisi Sistem Pembayaran dan Pengelolaan Uang Rupiah

A. Tim Operasional SP PUR

3. Unit Operasional Sistem Pembayaran

No TUGAS POKOK PRODUK POKOK


1. Melakukan penatausahaan dan Pelaksanaan penatausahaan dan

pengelolaan administrasi SKNBI pengelolaan administrasi SKNBI

dan Bank Indonesia Real Time dan BI-RTGS/BI-SSSS/BI-ETP

Gross Settlement, Bank Indonesia serta BI-SOSA antara lain: daftar

Scripless Securities Settlement rekening, kartu specimen

System (BI-SSSS), Bank Indonesia tandatangan, dan forum

Electronic Trading Platform (BI- kepersertaan Sistem Kliring

ETP) serta Bank Indonesia Nasional Bank Indonesia

Sentralisasi Otomasi Sistem (SKNBI).

Akuntansi (BI-SOSA).
2. Mengelola transaksi proses awal Pengelolaan transaksi proses awal

hari (BI-SOSA), transaksi realisasi hari realisasi anggaran, setelmen

anggaran, setelmen transaksi melalui BI-SOSA, hasil cetak

melalui BI-SOSA, mencetak laporan keuangan, pengelolaan

laporan keuangan, dan mengelola transaksi proses akhir hari.

transaksi proses akhir hari (BI-

SOSA).
3. Melakukan fasilitasi atau layanan Fasilitasi atau layanan kliring

pertukaran warkat debet pertukaran warkat debet dan

(coordinator pertukaran warkat kliring pengembalian debet.

debet).

51
4. Mengelola Business Continuity Laporan pelaksanaan BCP

Plan (BCP) SKNBI dan BI- termasuk tersedianya layanan

RTGS/BI-SSSS/BI-ETP. guest Bank*).


5. Mengelola administrasi inistrasi Administrasi dan tata usaha KLBI

dan tata usaha Kredit Likuiditas dan TSL.

Bank Indonesia (KLBI) dan True

Step Loan (TSL).


II. Divisi Sistem Pembayaran dan Pengelolaan Uang Rupiah

B. Fungsi Perizinan dan Pengawasan SP PUR

No TUGAS POKOK PRODUK POKOK


1. Melaksanakan perizinan a. Izin KUPVA BB ;
b. Izin PJPUR ;
(pembukaan, perpanjangan, dan c. Izin pembawaan UKA.

pencabutan) Kegiatan Layanan

Uang (KLU).
2. Melaksanakan pengawasan a. Laporan Hasil Pengawasan

Kegiatan Layanan Uang (KLU). KUPVA BB ;

b. Laporan Pegawasan PJPUR

- Cash in Transit, termasuk

pengawasan pada pihak lain

yang di tugaskan oleh Bank

Indonesia untuk melakukan

kegiatan pengolahan uang

- Cash processing, termasuk

pengawasaan terhadap pihak

lain yang ditugaskan oleh

52
Bank Indonesia untuk

melakukan kegiatan

pengolahan uang

c. Laporan pengawasan

pembawaan UKA.
3. Melaksanakan perizinan a. Izin PTD Bukan Bank ;

(pembukaan, perpanjangan, dan b. Laporan hasil pengawasan

pencabutan) dan Pengawasan PTD Bukan Bank.

Penyelenggara Transfer Dana

(PTD) Bukan Bank.


4. Memberi rekomendasi pembukaan a. Rekomendasi pembukaan dan

dan perpanjangan dan penutupan, perpanjangan dan penutupan

serta melaksanakaan pengawasan kas titipan ;

kas titipan. b. Laporan hasil pengawasan kas

titipan.
5. Memberikan rekomendasi a. Rekomendasi perizinan dan

perizinan dan melakukan melakukan pengawasan

pengawasan terhadap Koordinator terhadap Koordinator

Pertukaran Warkat Debet (KPWD) Pertukaran Warkat Debet

selain Bank Indonesia. (KPWD) selain Bank Indonesia

b. Laporan pengawasan terhadap

terhadap Koordinator

Pertukaran Warkat Debet

(KPWD) selain Bank

53
Indonesia.

6. Mengelola data informasi Sitem a. Data SP dan PUR

Pembayaran (SP) dan Pengelolaan - RTGS dan SKNBI ;


- Outflow, inflow dan
Uang Rupiah (SP PUR).
Pemusnaan Uang Palsu

(UPAL) ;
- Data dan informasi perizinan

dan pengawasan KLU ;


- Data dan informasi perizinan

dan pengawasan PTD ;


- Data dan informasi

pembukaan, perpanjangan,

dan pengawasan kas titipan.

b. Analisis perkembangan data

SP dan PUR.
7. Menyusun kajian yang terkait SP Hasil kajian SP PUR.

PUR.

54
II. Divisi Sistem Pembayaran dan Pengelolaan Uang Rupiah

C. Fungsi Keuangan Inklusif dan Perlindungan Konsumen

NO TUGAS POKOK PRODUK POKOK

1. Merencanakan dan melaksanakan Rencana dan laporan pelaksanaan

program keuangan inklusif, a.l. program keuangan inklusif.

elektronikasi.
2. Koordinasi, kerjasama dan a. Laporan pelaksanaan kerjasama

implementasi program keuangan program keuangan inklusif;

inklusif a.l stakeholder. b. Laporan implementasi program

keuangan inklusif.
3. Mengelola data dan informasi Data dan informasi program

program keuangan inklusif, a.l keuangan inklusif.

elektronifikasi.
4. Memberikan layanan informasi Layanan informasi dan mediasi

dan mediasi perlindungan pengaduan konsumen sistem

konsumen sistem pembayaran. pembayaran termasuk pemberian

keterangan ahli.
5. Menyusn kajian terkait Keuangan Hasil kajian Keuangan Inklusif

Inklusif (KI) dan perlindungan (KI) dan perlindungan konsumen.

konsumen.

55
II. Divisi Sistem Pembayaran dan Pengelolaan Uang Rupiah

D. Satuan Layanan dan Administrasi

1. Fungsi Logistik, Anggaran dan Sekretariat

NO TUGAS POKOK PRODUK POKOK

1. Melakukan fungsi Pelaksana a. Warkat Realisasi Anggaran

Anggaran (PA), Pembuku (WRA) dan laporan realisasi

Transaksi Anggaran (PTA), dan anggaran satuan kerja;

administrasi pajak satuan kerja. b. Dokumen pembukuan transaksi

anggaran;

c. Administrasi perpajakan.
2. Melakukan penghitungan koreksi, Hasil perhitungan koreksi,

penyetoran dan pelaporan pajak penyetoran dan pelaporan pajak

Kantor Perwakilan Bank Kantor Perwakilan Bank Indonesia

Indonesia.
3. Mengelola administrasi perjalanan Administrasi dan layanan

dinas satuan kerja. perjalanan dinas satuan kerja.


4. Mengkoordinasi perencanaan, Perencanaan, pemenuhan,

pemenuhan, penatausahaan dan penatausahaan dan pemeliharaan

pemeliharaan inventaris kantor dan inventoris kantor serta penyediaan

Alat Tulis Kantor (ATK) satuan ATK satuan kerja.

kerja.
5. Melaksanakan tugas-tugas Pelaksanaan tugas-tugas

kesekretariatan satuan kerja, antara kesekretariatan dan kearsipan.

lain surat menyurat dan

pengarsipan.

56
II. Divisi Sistem Pembayaran dan Pengelolaan Uang Rupiah
D. Satuan Layanan dan Administrasi Kas
1. Fungsi SDM, Protokol, dan Pengamanan

NO TUGAS POKOK PRODUK POKOK

1. Melakukan adminitrasi data dan a. Layanan dan adminitrasi gaji

informasi sdm di satuan kerja dan penghasilan pegawai.


b. Layanan dan adminitrasi

manfaat dan fasilitas pegawai.


c. Adminitrasi kehadiran dan

data kepegawaian.
d. Adminitrasi pelaksanaan

ketentuan displin dan tata

tertib pegawai satuan kerja.


e. Rekaptulasi kebutuhan

pengembangan SDM satuan

kerja
f. Data dan informasi SDM

satuan kerja terkini.


g. Adminitrasi kepegawaian

lainnya.
2. Mengelola SDM non-organik : Pelaksanaan pengelolaan

penerimaan, penempatan, SDM non-organik

pengembangan, pembinaan dan

penilaian kinerja serta pemutusan

hubungan kerja dengan pegawai

THOS sesuai ketentuan berlaku


3. Mengelola kegiatan keprotokolan Pengelolaan kegiatan

dan pengamanan keprotokolan dan pengaman

57
58
1.1.5 Visi Misi Kantor Perwakilan (KPw) Bank Indonesia Provinsi Bali

1) Visi KPwBI Provinsi Bali


- Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel dan terbaik di regional

melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta

pencapaian inflasi yang rendah dan nilai tukar yang stabil.


2) Visi KPwBI Provinsi Bali
- Mencapai stabilitas nilai rupiah dan menjaga efektivitas transmisi

kebijakan moneter untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang

berkualitas.
- Mendorong sistem keuangan nasional bekerja secara efektif dan

efisien serta mampu bertahan terhadap gejolak internal dan

eksternal untuk mendukung alokasi sumber pendanaan/pembiayaan

dapat berkontribusi pada pertumbuhan dan stabilitas perekonomian

nasional.
- Mewujudkan sistem pembayaran yang aman, efisien, dan lancar

yang berkontribusi terhadap perekonomian, stabilitas moneter dan

stabilitas sistem keuangan dengan memperhatikan aspek perluasan

akses dan kepentingan nasional.


- Meningkatkan dan memelihara organisasi dan SDM Bank Indonesia

yang menjunjung tinggi nilai-nilai strategis dan berbasis kinerja,

serta melaksanakan tata kelola (governance) yang berkualitas dalam

rangka melaksanakan tugas yang diamanatkan UU.

1.1.6 Nilai-Nilai Strategis

Trust and Integrity – Professionalism – Excellence – Public Interest –

Coordination and Teamwork

59
1.1.7 Sasaran Strategis

Untuk mewujudkan Visi, Misi dan Nilai-nilai Strategis tersebut,

BankIndonesia menetapkan sasaran strategis jangka menengah panjang, yaitu:

1. Memperkuat pengendalian inflasi dari sisi permintaan dan penawaran.

2. Menjaga stabilitas nilai tukar.

3. Mendorong pasar keuangan yang dalam dan efisien.

4. Menjaga SSK yang didukung dengan penguatan surveillance SP.

5. Mewujudkan keuangan inklusif yang terarah, efisien, dan sinergis.

6. Memelihara SP yang aman, efisien, dan lancar.

7. Memperkuat pengelolaan keuangan BI yang akuntabel.

8. Mewujudkan proses kerja efektif dan efisien dengan dukungan SI, kultur,

dan governance.

9. Mempercepat ketersediaan SDM yang kompeten.

10. Memperkuat aliansi strategis dan meningkatkan persepsi positif BI.

11. Memantapkan kelancaran transisi pengalihan fungsi pengawasan bank ke

OJK.

3.2 Deskripsi Kegiatan Selama KPM

Pelaksanaan Kerja Profesi Mahasiswa (KPM) di KPw Bank Indonesia

Provinsi Bali dimulai pada tanggal 20 September 2016 sampai tanggal 19

November 2016. Kegiatan KPM berlangsung mulai pukul 07.40 WITA sampai

dengan pukul 16.45 WITA yang dilakukan pada hari Senin sampai hari Jumat.

60
Selama melaksanakan KPM penulis harus mengikuti peraturan-peraturan, baik

peraturan yang ditetapkan oleh Program Ekstensi Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Universitas Udayana maupun yang ditetapkan oleh KPw Bank Indonesia Provinsi

Bali.

Pelaksanaan Kerja Profesi Mahasiswa (KPM) di KPw Bank Indonesia

Provinsi Bali, penulis ditempatkan pada UDU/UOSP (Unit Distribusi Uang/Unit

Operasional Sistem Pembayaran), FIPSP (Fungsi Perijinan dan Pengawasan

Sistem Pembayaran), TPE (Tim Pengembangan Ekonomi), SLA (Satuan Layanan

dan Administrasi) :

Uraian kegiatan yang dilaksanakan selama penulis mengikuti kegiatan Kerja

Profesi Mahasiswa yaitu:

Deskripsi kegiatan di UOSP/UDU (Unit Distribusi Uang/Unit Operasional Sistem

Pembayaran) :

- Membuat Rekapitulasi Dropshot dan membuat surat dropshot perihal

surat pembayaran uang setoran antar bank.


- Membuat surat perihal surat selisih kurang lebih pada perhitungan ulang

setoran bank, dan membuat daftar pengantar surat selisih kurang/lebih.


- Mewawancara peserta kliring (pihak bank) di ruangan kliring pada pukul

11.30 dan 15.00 Wita, untuk membuat daftar nama peserta kliring dan

nomer telpon atau no fax (upgrade data BI).


- Mengurutkan dan memilah jurnal bacth posting, jurnal kas bayar,

penerimaan kliring, penerimaan bunga bank, daftar transaksi antar kantor,

penerimaan biaya transfer.


- Membuat surat perihal buku panduan uang rupiah.

61
- Menginput berkas arsip WRA, RTGS, Warkat Kas, Warkat PB, dan Bisak

serta membuat daftar arsip, membuat label arsip dan membuat pengenal

pelengkap arsip

Deskripsi kegiatan di FIPSP (Fungsi Perijinan dan Pengawasan Sistem

Pembayaran) :

- Edukasi Gerakan Nasional Non Tunai di STP Nusa Dua Bali.


- Merekapitulasi hasil kuisioner hasil edukasi STP Nusa Dua Bali.
- Mendata Perkembangan Pembelian/Penjualan UKA dan TC KUPVA BB

2016 (periode Agustus-September) dalam BISkomva.


- Merekapitulasi Penilaian kepatuhan penyelenggara Kupva BB terhadap

Penerapan APU dan PPT Tahun 2013-2016


- Merekapitulasi wawancara dengan masyarakat/nasabah LKD di

Kab.Gianyar Tgl 5-7 Oktober 2016

62
Deskripsi kegiatan di TPE (Tim Pengembangan Ekonomi) :

- Kliping Koran (mengumpulkan informasi mengenai ekonomi daerah Bali

dan Bank Indonesia)


- Membuat Daftar Undangan Rapat Acara Intermediasi perbankan.
- Merekapitulasi Hasil Kuesioner rencana tindak lanjut pelaksanaan

kunjungan ke TPID terbaik 2015 kawasan Sumatra TPID Prov.Sumatera

Utara
- Menjadi Notulen dalam perluasan akses keuangan UMKM binaan Bank

Indonesia
- Menginput data daftar buku baru di Perpustakaan.
- Menjadi Registration dalam acara Capacity Building dan Study Banding

Tim Pengendali Inflasi Daerah Aceh,Riau,Sumatera Selatan,Kalimantan

Selatan,Gorontalo dan Bali.


- Menjadi Registration Evaluasi Laporan Berkala Bank Perkreditan Rakyat

Tahun 2016 di wilayah kerja KPw BI Bali.


- Menindaklanjuti penyelesaian temuan audit KpwBI periode November

2014 – Juli 2016

Deskripsi kegiatan di SLA (Satuan Layanan dan Administrasi) :

- Membuat Power Point cara berpakaian pada Bank Indonesia


- Mencari data/surat edaran perihal pemeriksaan lengkap (general medical

chek up) pada BLINK Bank Indonesia SARAH


- Mengklarifikasi dan menginput ijin mendirikan bangunan dan sertifikat

pada rumah dinas terkait pengenaan pajak

Kegiatan Lain pada KPwBI Provinsi Bali

(1) Para pegawai Bank Indonesia melakukan olahraga setiap hari Jumat dimulai

dari pukul 06.30 – pukul 08.00, berbagai macam olahraga yang dilakukan oleh

para pegawai diantaranya melakukan aerobic, jogging, bersepeda, ataupun

63
memakai fasilitas gym yang ada di dalam gedung Kantor Perwakilan Bank

Indonesia. Mahasiswa ataupun mahasiswi yang sedang Kerja Profesi

Mahasiswa (KPM) pun diharapkan untuk mengikuti segala kegiatan yang

dilakukan di dalam lingkungan Kantor Perwakilan Bank Indonesia.


(2) Hari Senin melakukan sangkep bali, untuk sekedar sharing atau berbagi pesan

dan saran untuk kepentingan bersama dalam Kantor Perwakilan Bank

Indonesia Provinsi Bali.


(3) Setiap bulannya para karyawan melakukan acara untuk merayakan ulang

tahun untuk karyawan yang sedang berulang tahun di bulan tersebut. Acara ini

dilakukan untuk lebih mendekatkan karyawan walaupun berbeda divisi.

3.3 Analisis Sesuai Dengan Tujuan Penelitian

3.3.1 Periode Penyampaian Laporan Dan Penerbitan DHN

Gambar 3.2 Periode Penyampaian Laporan Dan Penerbitan DHN

Januari Februari Maret

64
15 15 15

A B C D E F

Contoh dan Ilustrasi Periode Penyampaian DHIB dan Penerbitan DHN

1. Seluruh Penarikan Cek dan/atau Bilyet Giro Kosong yang memenuhi

kriteria DHN pada periode A ditatausahakan oleh KPDHN menjadi DHIB

periode A dan dilaporkan kepada Bank Indonesia pada periode B.

2. Untuk selanjutnya, DHIB periode A tersebut diterbitkan oleh Bank

Indonesia menjadi DHN pada awal bulan Februari (awal periode C).

3. Seluruh Penarikan Cek dan/atau Bilyet Giro Kosong yang memenuhi

kriteria DHN pada periode B ditatausahakan oleh KPDHN menjadi DHIB

periode B dan dilaporkan kepada Bank Indonesia pada periode C.

4. DHIB periode B tersebut diterbitkan oleh Bank Indonesia menjadi DHN

pada pertengahan bulan Februari (awal periode D).

5. Begitu seterusnya.

3.3.2 Tugas KPDHN

Dalam rangka penatausahaan penolakan Cek dan/atau Bilyet Giro

Kosong sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 13 ayat (2), Bank menetapkan

salah satu kantornya sebagai KPDHN.

Kantor yang ditetapkan sebagai KPDHN dapat berupa kantor pusat Bank atau

65
kantor di bawah kantor pusat Bank.

Kewajiban KPDHN antara lain sebagai berikut:

- Menatausahakan dan memantau setiap Penarikan Cek dan/atau Bilyet

Giro Kosong yang wajib dilaporkan oleh seluruh kantornya;

- Menetapkan Penarik Cek dan/atau Bilyet Giro Kosong yang memenuhi

kriteria DHN;

- Menyusun DHIB dan menyampaikan laporan DHIB kepada Bank

Indonesia pada periode pelaporan yang telah ditetapkan;

- Melakukan koreksi atas penolakan Cek dan/atau Bilyet Giro Kosong

dalam DHIB yang telah disampaikan kepada Bank Indonesia pada periode

penyampaian DHIB;

- Memonitor informasi penerbitan DHN dan mengambil tindak lanjut

langkah yang harus dilakukan Bank seperti menyebarluaskan kepada

seluruh kantornya untuk melakukan pembekuan hak penggunaan Cek

dan/atau Bilyet Giro;

- Meneruskan informasi kepada seluruh kantor Bank untuk melaksanakan

penutupan Rekening Giro Penarik apabila Penarik melakukan Penarikan

lagi Cek dan/atau Bilyet Giro Kosong setelah identitas Penarik

dicantumkan dalam DHN; dan

- Melakukan pembatalan atas penolakan Cek dan/atau Bilyet Giro Kosong

dan rehabilitasi Pemilik Rekening yang identitasnya telah dicantumkan

dalam DHN.

66
3.3.3 Tugas Kantor Cabang Bank

1. Mencatat seluruh data penarikan Cek/BG Kosong baik yg melalui kliring

maupun yang melalui Loket.

2. Menyampaikan seluruh data penarikan Cek/BG Kosong ke KPDHN.

3. Bila ada penolakan wajib :

• Membuat Surat Keterangan Penolakan (SKP).

• Membuat Surat Pemberitahuan (SP).

• Membuat Surat Pemberitahuan Pembekuan Hak Penggunaan Cek/BG

(SPP)  Bila telah masuk kriteria DHN.

• Membuat Surat Pemberitahuan Penutupan Rekening Giro (SPPR) 

Bila melakukan penarikan lagi setelah identitasnya masuk DHN.

4. Bila ada Pembekuan Hak Penggunaan Cek/BG, maka Bank wajib :

• Menarik seluruh sisa blanko Cek/BG dari nasabah.

• Meminta nasabah untuk menyediakan sejumlah dana terhadap Cek/BG

yang sudah terlanjur beredar/diterbitkan.

5. Bila ada Penutupan Rekening, maka Bank wajib :

• Meminta kepada nasabah untuk menyediakan dana terhadap Cek/BG

yang sudah terlanjur beredar.

• Membukakan rekening khusus untuk menampung dana sebagai tempat

pelunasan terhadap penarikan Cek/BG yang sudah terlanjur beredar.

6. Menindaklanjuti Informasi DHN yang disampaikan Oleh Kantor

Pengelola Daftar Hitam Nasional (KPDHN) antara lain :

67
• Melakukan pembekuan Hak Penggunaan Cek/BG terhadap nasabah,

bila diketahui identitasnya telah masuk dalam DHN.

• Melakukan Penutupan Rekening nasabah, bila diketahui nasabahnya

yang telah masuk DHN melakukan penarikan Cek/BG kosong di bank

tersebut.

3.3.4 Yurisprudensi Kasus Penarikan Cek/Bilyet Giro Kosong

- Putusan MA No.999/K/Pid/2010 tanggal 23 Agustus 2010

- Putusan MA No.456/K/Pid/2010 tanggal 17 Maret 2011

- Putusan MA No.1738/K/Pid/2011 tanggal 27 Oktober 2011

- Putusan MA No.236/K/Pid/2012 tanggal 10 Februari 2012

3.1.4 Mekanisme Penerbitan Daftar Hitam Nasional (DHN) Penarik Cek

dan/atau Bilyet Giro Kosong di Daerah Bali oleh Kantor Perwakilan

Bank Indonesia Provinsi Bali

68
BAB IV

PENUTUP

4.1 Simpulan

Berdasarkan pembahasan pada bab sebelumnya, maka dapat disimpulkan

bahwa DHN adalah informasi mengenai identitas pemilik rekening yang

69
melakukan penarikan Cek dan/atau Bilyet Giro Kosong baik melalui kliring

maupun loket bank (over the counter).Cek/Bilyet Giro Kosong adalah Cek

dan/atau Bilyet Giro yang pada saat dicairkan dananya oleh Pemegang baik

melalui kliring maupun melalui loket bank secara langsung, ditolak

pembayarannya/pemindahbukuannya oleh bank dengan alasan "saldo rekening

giro tidak cukup" atau “rekening giro telah ditutup".

Ketentuan mengenai DHN diatur dalam PBI No.8/29/PBI/2006 tentang Daftar

Hitam Nasional Penarik Cek dan/atau Bilyet Giro Kosong. Pemilik rekening akan

dicantumkan identitasnya dalam DHN jika melakukan:

1. penarikan Cek dan/atau Bilyet Giro Kosong yang berbeda sebanyak 3

(tiga) lembar atau lebih dengan nilai nominal masing-masing di bawah

Rp.500.000.000,- (lima ratus juta rupiah) pada bank yang sama dalam

jangka waktu 6 (enam) bulan; atau

2. penarikan Cek dan/atau Bilyet Giro Kosong 1 (satu) lembar dengan nilai

nominal Rp500.000.000,- (lima ratus juta rupiah) atau lebih.

Pencantuman identitas pemilik rekening yang masuk dalam DHN dilakukan oleh

bank tertarik, yaitu bank yang menerima perintah pembayaran atau perintah

pemindahbukuan atas sejumlah dana dari penarik dengan menggunakan Cek

dan/atau Bilyet Giro, secara self assessment. Implikasi bagi pemilik rekening jika

identitasnya masuk DHN adalah pemilik rekening akan dikenakan sanksi

pembekuan hak penggunaan Cek dan/atau Bilyet Giro selama 1 (satu) tahun sejak

tanggal penerbitan DHN oleh bank tertarik dan bank selain bank tertarik.

70
4.2 Saran

Permohonan Rehabilitasi

1. Data pendukung yang disampaikan tidak lengkap.

2. KPDHN seringkali lama dalam memenuhi dokumen pendukung yang

diperlukan Bank Indonesia untuk menganalisa permohonan rehabilitasi.

3. KPDHN kurang memperhatikan ketentuan DHN yang berlaku.

Pelaporan data SIDHN

1. Kesalahan pencantuman nama penarik.

2. Kesalahan pencantuman nama badan usaha.

3. Kesalahan perhitungan kriteria DHN (kesalahan penatausahaan).

4. Keterlambatan pengiriman DHIB oleh KPDHN yang dapat berdampak

dikenakannya sanksi keterlambatan.

5. Data penolakan Cek/BG kosong yang telah dibatalkan oleh KPDHN,

kembali dilaporkan dalam DHIB.

Permasalahan aplikasi SIDHN umumnya disebabkan karena “human error”.

Terjadinya reject pada saat pengiriman data DHIB antara lain disebabkan

kesalahan input header dan detail record.

71
DAFTAR RUJUKAN

Alam, S. 2006. Ekonomi. Jilid 1. Jakarta: ESIS.

Bi.go.id, 2016. Bank Indonesia Official Website. [Online] Tersedia di:

http://www.bi.go.id/id/ [Diakses pada 13 April 2016].

Kompasiana.com, 2015. Kompasiana Official Website. [Online] Tersedia di:

http://www.kompasiana.com/ [Diakses pada 6 November 2015].

Sigit, S. 2003. Pengantar Metodologi Penelitian. Cetakan Ketiga. Yogyakarta:

Pena Persada.

Sugiyono. 2006. Metode Penelitian Bisnis. Cetakan Kesembilan. Bandung: CV

Alfabeta.

Untoro, P. R., Widodo, W. Y. 2014. Kajian Penggunaan Instrumen Sistem

Pembayaran Sebagai Leading Indicator Stabilitas Sistem Keuangan.

Working Paper Bank Indonesia.

http://www.bi.go.id/id/sistem-pembayaran/instrumen-

nontunai/cek/Contents/Default.aspx

http://www.bi.go.id/id/sistem-pembayaran/instrumen-nontunai/bilyet-

giro/Contents/Default.aspx

http://www.bi.go.id/id/sistem-pembayaran/instrumen-

nontunai/kartu/Contents/Default.aspx

http://www.bi.go.id/id/sistem-pembayaran/di-indonesia/Contents/Default.aspx

http://www.bi.go.id/id/sistem-pembayaran/edukasi/Pages/OutlookCekBG.aspx

72
http://www.bi.go.id/id/sistem-

pembayaran/edukasi/Pages/DaftarHitamNasionalUpdate2012.aspx

73

Anda mungkin juga menyukai