Anda di halaman 1dari 13

TRANSAKSI KLIRING DALAM PERSPEKTIF ISLAM

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah

PRODUK DAN OPERSIONAL BANK SYARIAH


Dosen Pengampu
Sulistyowati, SHI., MEI

Disusun oleh :

1. MAIDINIA FARIDAH S. (931401218)


2. AGESTINA PINATIH (931404118)
3. ANGGI DEWI OKTAVIYANTI (931404918)

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

JURUSAN PERBANKAN SYARIAH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI KEDIRI

TAHUN 2019
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Di dalam kehidupan sehari-hari masyarakat memiliki kebutuhan yang berbeda-beda,
kebutuhan yang dimaksud adalah kebutuhan dalam bertransaksi yang semakin meningkat
seiring dengan globalisasi perekonomian dunia. Para penjual yang menginginkan usahanya
terus berkembang dengan cara pembayaran yang dilakukan bermacam-macam. Karena cara
pembayaran yang bermacam-macam membuat pihak bank memiliki inisiatif untuk
mempermudah cara pembayaran yang akan dilakukan oleh penjual dan pembeli.
Salah sau fungsi utama dari bank adalah melakukan pertukaran uang dalam
bertransaksi. Mekanisme pembayaran yang lebih dari satu pihak memiliki rekening yang sama
akan mempermudah proses transaksi dan jika pembayaran dilakukan dengan rekening yang
berbeda atau tidak di satu daerah maka proses transaksi akan lebih susah.
Cara penyelesaian utang piutang yang menyangkut pada bank akan memerlukan biaya
yang besar, tenaga yang kurang efektif dan juga memerlukan waktu yang cukup lama. Dengan
demikian cara kegiatan operasional perbankan akan terhambat. Oleh karena itu, muncul suatu
gagasan untuk membentuk lembaga kliring yang kemudian diselenggarakan oleh Bank
Indonesia sebagai bank sentral.
Dengan adanya lembaga kliring, masalah seperti waktu pertemuan, tempat, siapa yang
hadir, besarnya dana yang dibutuhkan untuk penyelesaian utang piutang dan sebagainya, telah
ditentukan dan diorganisir. Tujuan yang diinginkan dari terbentuknya lembaga kliring adalah
memajukan atau memperlancar lalu lintas pembayaran giral serta layanan kepada masyarakat
yang menjadi nasabah bank. Dengan demikian, perhitungan utang piutang diharapkan dapat
dilakukan secara mudah, cepat, aman, dan efisien.
Kliring antar bank adalah pertukaran warkat atau data elektronik antar bank atas nama
bank maupun nasabah yang hasil perhitungannya diselelsaikan pada waktu tertentu. Warkat
atau data keuangan elektronik dimaksud merupakan alat pembayaran bukan tunai yang diatur
dalam peraturan perundang-undangan atau ketentuan lain yang berlaku yang lazim digunakan
dalam transaksi pembayaran. Adapun sistem kliring antar bank meliputi sistem kliring domestik
dan lintas negara.
Di dalam dunia perbakan terdapat istilah kliring yang sering kita dengar. Ketika
seseorang mentransfer uang dari satu rekening bank ke rekening yang berbeda, misalnya dari
bank BCA ke ban Mandiri dan sebaliknya maka terjadilah proses kliring. Secara umum kliring
melibatkan lembaga keuangan yang memiliki permodalan yang kuat yang dikenal dengan
sebutan Mitra Pengimbang Sentral (MPS) atau dalam istilah asingnya dikenal dengan Central
Counterparty. MPS ini menjadi pihak dalam setiap transaksi yang terjadi sebagai penjual
maupun sebagai pembeli. Dalam hal ini terjadinya kegagalan penyelesaian atas suatu transaksi
maka pelaku pasar menanggung suatu resiko kredit yang distandarisasi dari MPS.
Kliring dibutuhkan untuk mempercepat penyelesaian transaksi perdagangan yang
membutuhkan perlengkapan aset transaksi. Hal yang paling mudah dipahami adalah
kesepakatan antar lembaga keuangan mengenai hutang piutang dalam suatu transaksi kuangan.
Kliring melibatkan manajemen dari paska perdagangan, pra penyelesaian eksposur kredit,
untuk memastikan bahwa transaksi dagang terselesaikan sesuai dengan aturan pasar, walaupun
pembeli maupun penjual menjadi tidak mampu melaksanakan penyelesaian kesepakatannya.
Yang termasuk dalam proses kliring antara lain pelaporan / pemantauan, margin risiko,
netting transaksi dagang menjadi posisi tunggal, penanganan perpajakan dan penanganan
kegagalan. Di indonesia, kliring antar bank atas transfer dana secara elektronik dan cek
dilakukan oleh bank sentral yaitu Bank Indonesia (BI). Sedangkan proses kliring atas transaksi
efek dilaksanakan oleh PT. Kliring Penjaminan Efek Indonesia atau KPEI dan proses kliring
atas transaksi kontrak berjangka dilaksanakanoleh PT. Kliring Berjangka Indonesia atau KBI.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Kliring
Jika kita memperoleh selembar cek atau bilyet giro (BG) dari seorang nasabah bank,
maka otomatis kita akan menguangkan cek atau BG tersebut ke bank penerbit cek atau BG.
Yang menjadi masalah, jika cek atau BG tersebut berada jauh dari lokasi kita, sehingga kita
perlu waktu untuk menguangkannya. Masalah lain jika bank yang mengeluarkan cek atau BG
tersebut ternyata banyak, katakanlah dari 5 bank dengan lokasi bank yang berbeda dan
berjauhan (maksudnya nasabah menguangkan cek atau BG dari 5 lmbar dan adari bank yang
berbeda). Disamping faktor waktu kita juga perlu mempertimbangkan biaya untuk orang yang
menagihkannya, belum lagi faktor keamanan uang pada saat ditagihkan. Untuk mengatasi
masalah di atas bank menyediakan sarana penagihan yang kita kenal dengan nama jasa kliring
atau clearing.1
Yang dimaksud dengan kliring ialah sarana perhitungan warkat antar bank yang
dilaksanakan oleh Bank Indonesia guna memperluas dan memperlancar arus lalu lintas
pembayaran giral. Hal ini termasuk dalam tugas Bank Indonesia dalam pembinaan perbankan di
Indonesia. Pembayaran giral antara bank yaitu kegiatan bayar-membayar dengan warkat bank
diperhitungkan atas beban dan untuk kepentingan rekening nasabah bank yang telah
ditetapkan.2
Pengertian kliring adalah merupakan jasa penyelesaian hutang piutang antar bank
dengan saling menyerahkan warkat-warkat yang akan dikliringkan di lembaga kliring.
Penyelesaian hutang piutang yang dimaksud adalah penagihan cek atau bilyet giro melalui
bank. Sedangkan pengertian warkat adalah surat-surat berharga seperti cek, bilyet giro, dan
surat piutang lainnya.
Kemudian yang dimaksud dengan lembaga kiring adalah lembaga yang dibentuk
kordinir oleh Bank Indonesia setiap hari kerja. Bank yang ikut kliring disebut peserta kliring
dan merupakan bank yang sudah memperoleh izin dari Bank Indonesia. Melalui jasa kliring,
nasabah cukup menyerahkan cek atau bilyet giro yang dimilikinya ke bank di aman nasabah
memiliki rekening. Kemudian jika bank menanggap memenuhi syarat maka bank akan
melakukan kliring ke BI pada hari itu juga (waktu kliring). Nasabah juga dapat langsung
menyetor beberapa macam cek atau BG dari berbagai bank dengan catatan masih satu wilayah
kliring. 3
Keuntungan dengan adanya kliring adalah waktu penagihan menjadi lebih cepat
terutama untuk warkat dengan jumlah yang banyak. Kemudian biaya penagihan menjadi lebih
murah serta risiko keamanan dari uang nasabah menjadi terjamin. Sejalan dengan
perkembangan perekonomian yang semakin pesat, penggunaan alat pembayaran berupa uang
giral (seperti cek dan bilyet giro) menjadi alternatif pembayaran selain uang kartal untuk
transaksi perdagangan dan jasa di Indonesia.
Kecenderungan para pelaku ekonomi dalam melakukan penyelesaian transaksi
perekonomian melalui proses kliring dan penyelesaian akhir (settlement) di bank sentral
disebabkan adanya beberapa keunggulan pembayaran dengan menggunakan uang giral.
Keunggulan, antara lain dari segi efektivitas, efisiensi, dan keamanan. Peserta kliring
merupakan bank-bank dalam wilayah tertentu. Apabila di suatu wilayah tidak ada cabang Bank
Indonesia, bank yang memenuhi persyaratan ditunjuk BI sebagai penyelenggara kliring (kliring
lokal).4

B. Landasan Hukum
1. Undang-Undang No. 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia sebagaimana telah diubah
terakhir dengan Undang-Undang no. 6 Tahun 2009.
2. Pengaturan Bank Indonesia No. 7/18/PBI//2005 tanggal 22 Juli 2005 tentang Sistem Kliring
Nasional sebagaimana telah diubah terakhir dengan Peraturan Bank Indonesia No.
12/5/PBI/2010 tanggal 12 Maret 2010 (PBI SKNBI).

1
Kasmir, Dasar-dasar Perbankan (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2002), 150-151.
2
Abdullah Thamrin, Bank dan Lembaga Keuangan (Jakarta: Rajawali Pers, 2017), 184.
3
Kasmir, Dasar-dasar Perbankan,151.
4
Murni Anugrah, Layanan Jasa Perbankan (Sleman: Intan Sejati Klaten, 2010), 8.
2
3. Surat Edaran Bank Indonesia No. 12/8/DASP tanggal 24 Maret 2010 perihal Sistem Kliring
Nasional Bank sebagaimana telah diubah dengan Surat Edaran Bank Indonesia No.
12/4/DASP tanggal 22 Desember 2010.5

C. Syarat dan Ketentuan


Kliring diselenggarakan oleh Bank Indonesia antara bank-bank di suatu wilayah kliring
yang disebut "kliring lokal". Yang dimaksud dengan wilayah kliring ialah suatu lingkungan
tertentu yang memungkinkan kantor-kantor tersebut memperhitungkan warkat-warkatnya dalam
jadwal kliring yang telah di tentukan.
Tempat-tempat yang tidak terdapat Kantor Bank Indonesia, maka penyelenggaraan
kliring diserahkan kepada bank yang ditunjuk oleh Bank Indonesia. Bank yang ditunjuk ini
harus memenuhi beberapa persyaratan, antara lain kemampuan administrasi, tenaga pimpinan
dan pelaksana, ruangan kantor, perlatan komunikasi dan lain-lain. Di samping itu ada ketentuan
khusus bagi pelaksana kliring sebagai berikut :
a. Berkewajiban untuk melaksanakan penyelenggaraan kliring sesuai dengan peraturan
perundangan yang berlaku,
b. Menyampaikan laporan-laporan tentang data-data kliring setiap minggu bersama-sama
dengan laporan likuiditas mingguan kepada Bank Indonesia yang membawahi wilayah
kliring yang bersangkutan.
c. Untuk mempermudah bank penyelenggara kliring dalam penyediaan uang kartal maka
ditentukan bahwa hasil kliring hari itu dapat diperhitungkan pada rekening bank tersebut
pada Bank Indonesia.6
Adapun syarat dalam pelaksanaan kliring antara lain:
Bagi bank pusat:
a) Bank bersangkutan melakukan usaha dengan izin menteri keuangan minimal 3 bulan.
b) Penilaian bank sentral di bidang administrasi, pimpinan dan keuangan.
c) Simpanan giro masyarakat pada bank telah mencapai jumlah 20% dari modal minimum
yang disyaratkan untuk disetor bagi pendirian bank baru.
Bagi bank cabang:
a) Simpanan masyarakat berupa giro pada kantor pusat dan seluruh cabang-cabang telah
mencapai jumlah 20% dari modal minimal yang diisyaratkan untk disetor bagi pendiri bank
baru di daerah tempat kantor pusat dna kantor cabang bank yang brsangkutan
berkedudukan.
b) Bagi cabang-cabang baru yang ada di kota yang sama dengan kantor pusat atau kantor
cabang yang telah ada. Ditetapkan syarat bahwa cabang yang bersangkutan telah
memperoleh izin usaha dari menteri keuangan.7
Sedangkan tujuan dari kliring tersebut adalah sebagai berikut:
1. Untuk memperluas lalu lintas pembayaran giral antar bank di seluruh Indonesia.
2. Untuk melaksanakan perhitungan penyelesaian utang piutang yang lebih mudah, aman dan
efisien.
3. Untuk menjadi salah satu bentuk pelayanan system pembayaran bank kepada nasabah
masing-masing.
Sistem kliring dibutuhkan oleh para pesertanya untuk mempermudah perhitungan dan
penyelesaian kewajiban atau tagihan pembayaran antarmereka. Sebenarnya pihak yang
bertransaksi bias melakukan hubungan bilateral tanpa melalui proses kliring, namun pada
tingkat tertentu. Apabila jumlah pihak yang bertransaksi semakin banyak maka hubungan
bilateral menjadi tidak efisien8.
Pihak-pihak yang terkait dalam transaksi kliring antara lain:
1) Cabang Pelaksana
Bank menerima setoran kliring dari nasabah, yang pada sore hari apabila kliring tersebut
berhasil, maka akan menambah saldo gironya di Bank Indonesia.
2) Koordinator kliring cabang

5
Ikatan Bankir Indonesia, Memahami Audit Intern Bank (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2014), 63-64.
6
Thomas Suyatno, Kelembagaan Perbankan (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1999), 81-82.
7
Afif Faisal, Strategi dan Operasional Bank (Jakarta: ERESCO Anggota IKAPI, 1996), 70-71.
8
Mulyati Sri, dan Ascarya, Kebijakan Sistem Pembayaran di Indonesia (BANK INDONESIA, 2017), 48-49
3
Kantor cabang bank yang ditunjuk sebagai koordinator dalam melaksanakan kliring.
Artinya cabang koordinator mengumpulkan seluruh warkat kliring dari cabang-cabang
lain kemudian menyetorkannya ke lembaga kliring.
3) Bank Indonesia
Merupakan lembaga kliring yang menerima dan menyerahkan hasil kiring kepada bank
peserta kliring.
4) Bank lain
Pihak bank yang menrima tagihan warkat dari bank yang menerima setoran kliring. 9
Warkat Kliring:
Yang dimaksud dengan warkat kliring ialah lalu lintas pembiayaan giral yang
diperhitungkan dalam kliring. Bank Indonesia memberikan ketentuan-ketentuan kepada
peserta kliring tentang jenis warkat yang dapat digunakan sebagai sarana kliring. Warkat
merupakan alat pembayaran nontunai yang diperhitungkan atas beban nasabah dan/atau
untuk keuntungan rekening nasbah bank. Warkat kliring tersebut wajib memenuhi
spesifikasi teknis sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia yang mengatur tentang warkat,
serta dokumen kliring dan percetakannya pada perushaan percetakana dokumen sekuriti.
Jenis warkat kliring yang dapat diperhitungkan antara lain:
a. Cek
Cek adalah sarana perintah pembayaran atas permintaan nasabah pemilik rekening.
b. Bilyet giro
Bilyet giro merupakan sarana perintah pemindahbukuan atas beban rekening nasabah
untuk ditujukan kepada nasabah tertentu pada bank tertentu pula.
c. Nota kredit
Nota kredit merupakan sarana (warkat) yang digunakan untuk mengirimkan dana
nasabah dari suatu bank untuk keuntungan nasabah di bank lain dalam suatu wilayaha
kliring yang sama.
d. Nota debet
Nota debet merupakan warkat atau sarana yang digunakan oleh bank untuk mnagih
dana kepada bank lain atas permintaan nasbah atau bank itu sendiri. Nota debet yang
ditagihkan tersebut harus dilakukan konfirmasi terlebih dahulu atau perjanjian agar
bank yang menerima tagihan nota debet tersebut mengetahui adanya tagihan.10
Semua warkat diperhitungkan kepada peserta lainnya melalui kliring kecuali:
a) Warkat untuk penyelesaian saldo negatif atau saldo debet.
b) Warkat untuk pelimpahan likuiditas dari satu peserta kepada kantornya yang lain.
c) Penyetoran lain yang ditetapkan oleh Bank Indonesia11.

D. Prosedur dan Mekanisme


 Prosedur Kliring
1. Nasabah menyetorkan warkat yang akan dipinggirkan di loket Teller dengan
melampirkan aplikasi setoran yang telah diisi lengkap oleh nasabah.
2. Teller akan menerima warkat dan slip setoran serta memeriksa: Tanggal cek/bilyet
giro, dan Apakah bilyet giro atas nama nasabah penyetor. Serahkan warkat kliring dan
slip setoran kepada petugas kliring.
3. Jika Teller menerima surat perintah transfer/aplikasi transfer dari nasabah ke bank lain,
maka Teller akan memeriksa:
a. Tanggal pada aplikasi transfer.
b. Apakah sudah benar bank yang di tuju.
c. Apakah nomor rekening dan nama penerima sudah di tulis dengan lengkap.
d. Apakah jumlah nominal angka sudah sesuai dengan terbilang.
e. Jika alamat yang dituju, apakah sudah jelas alamatnya.
4. Bagian kliring membuat Credit Nota sesuai dengan permintaan yang ada pada aplikasi
transfer, credit nota ini dibuat manifolt (3 lembar) lembar pertama untuk file bank
penerima, lembar kedua untuk nasabah bank penerima, lembar ketiga untuk file bank
pengirim.
5. Petugas kliring membuat jurnal berdasarkan aplikasi transfer tersebut:

9
Ismail, Manajemen Perbankan dari Teori Menuju Aplikasi (Jakarta: Kencana, 2010), 160.
10
Kasmir, Dasar-Dasar Perbankan, 154-155.
11
Thomas Suyatno, Kelembagaan Perbankan, 83.
4
Debet: RAB/rekening antar bagian Kliring
Kredit: Giro Bank Indonesia
6. Petugas kliring membubuhkan stempel "KLIRING" pada warkat yang akan
dikliringkan.12
7. Buat jurnal (posting) berdasar slip setoran dan warkat tersebut.
8. Hitung semua nominal warkat dengan tellstroke.
9. Karyawan bagian kliring membuat incode warkat kliring.
10. Catat semua warkat yang akan di kliringkan dalam lembar kliring.
11. Mintakan pengesahan warkat yang akan dikliringkan ke checker dan approval.
12. Bawa ke lembaga kliring, bagikan semua warkat ke masing-masing bank penerima dan
mintakan bukti penyerahannya dari bank Indonesia.
13. Petugas kliring membawa kliring penerimaannya berupa: cek, BG, nota kredit, nota
debet dari bank lain yang di terima.
14. Lakukan verifikasi tansa tangan dan periksa saldo warkat sendiri yang di tarik dibank
lain.
15. Buat jurnal (posting) berdasar warkat debet yang di terima.
16. Buat jurnal (posting) berdasar kredit nots yang di terima.13
17. Bila ada nasabah yang di tolak karena saldo kurang atau alasan lain, buat surat tolakan
yang ditandatangani oleh pejabat bank dan di kembalikan ke bank penarik melalui
lembaga kliring.
18. Alasan penolakan antara lain karena: saldo tidak cukup, rekening telah di tutup, tanda
tangan tidak cocok dengan specimen, warkat sudah kadaluwarsa, nominal uang dalam
huruf dan angka tidak cocok, coretan atau perubahan tidak ditandatangani oleh penarik,
tanggal efektif bilyet giro belum sampai, dll.
19. Setiap nota kredit (CN masuk) yang diterima dari kliring wajib di input secara detail,
antara lain: Nomor rekening, Nomor nota, Tanggal, Bank pengirim, Nominal uang.
20. Pada jam kliring kedua, petugas kliring akan menerima dari bank Indonesia:
a. Rekapitulasi saldo kliring penyerahan dan penerimaan.
b. Rincian warkat pengembalian yang diterima.
c. Bilyet saldo kliring penyerahan dan transaksi pasar uang.
21. Warkat kliring yang di tolak dan surat penolakannya dikembalikan kepada nasabah
lewat customer service dan departemen membuat tiket dengan jurnal:
Debet: Rekening giro/tabungan nasabah
Kredit: Giro Bank Indonesia
22. Hasil kliring baru dapat di ambil pada esok harinya
23. Tolakan cek/bilyet giro yang diterima dari Bank peserta lainnya wajib diinput secara
detail, antara lain: Nomor rekening, Nomor cek/bilyet giro, Nominal uang, Alasan
penolakan, Nama bank penolak
24. Penolak cek/bilyet giro Bank sendiri peserta kliring lainnya, wajib diinput secara detail
antara lain: Nomor rekening, Nomor cek/bilyet giro, Kode kelompok dan nama Bank
yang di tolak, Nominal uang, Alasan penolakan.
25. Setoran warkat kliring Post Date Check (PDC)
a. Teller menerima warkat kliring PDC dari nasabah kemudian dilakukan validasi pada
slip setoran, PDC dibubuhi stempel "titipan kliring" dan dicatat dalam titipan
kliring.
b. Pada saat jatuh tempo untuk dikliringkan, bagian sundries mengambil titipan/PDC
dari dalam box penyimpanan.
c. Prosedur selanjutnya sama dengan seperti yang tertera di atas.14
 Mekanisme Kliring
Kliring merupakan aktivitas antarbank peserta kliring dalam tukar menukar warkat
dalm suatu wilayah kliring. Dari aktivitas tukar menukar warkat antarbank, pada akhir hari
akan terdapat bank yang kalah kliring dan bank yang menang kliring. Pada saat jumlah
setoran kliring lebih besar dari jumlah penarikan kliring, maka bank pada posisi menang
kliring, dan sebaliknya apabila jumlah nominal penarikan kliring lebih besar dibanding

12
Ikatan Bankir Indonesia, Memahami Bisnis Bank (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2014), 53.
13
Afif, Faisal, Strategi dan Operasional Bank, 73.
14
Muhammad. Sistem dan Prosedur Operasional Bank Syariah. Yogyakarta. UII Press. 2000. 81-84.
5
dengan jumlah setoran kliring, maka bank pada posisi kalah kliring. Posisi kalah/menang
kliring tersebut masih memperhitungkan tolakan kliring.
Dihentikan dari kliring apabila jumlah kewajiban dari suatu peserta melampaui
jumlah saldo dan jaminan kliring yang tersedia pada penyelenggara, maka pelampauan itu
disebut saldo negatif. Peserta yang bersangkutan diberi kesempatan untuk menyelesaikan
saldo negatif dalam waktu 30 menit setelah pertemuan retur kliring ditutup. 15

Bank Indonesia
Lembaga Kliring

Cek/BG Cek/BG

Bank ABC Bank XYZ


Surabaya Surabaya

Cek/BG
Cek/BG

Bayar dg Cek/BG
Annisa Larasati
Nasabah Giro Nasabah Giro
Jual

Keterangan :

 Teller kliring bank: setoran dilakukan oleh nasabah dengan warkat berjalan. Kemudian
dilakuka pemeriksaan kebenaran. Jika sudah dibukukan debit dan kredit, kemudian
diserahkan kepada petugas kliring untuk dikliringkan.
 Petugas kliring bank: mencatat warkat kliring pada daftar kliring menurut bank dan
menjumlahkan angkanya. Daftar kliring terdapat tiga lembar. Lembar pertama disampaikan
ke bank lawan, lembar kedua untuk Bank Indonesia, dan lembar ketiga sebagai arsip bank
yang bersangkutan.
 Pejabat bank: apabila telah ada persetujuan dari pejabat bank, maka daftar kliring dan
trekapitulaasi daftar kliring beserta warkat yang akan dikliringkan dibawa oleh petugas
kliring ke lembaga kliring.
 Petugas kliring masing-masing bank membagikan daftar kliring beserta warkat kliringnya
kepada masing-masing bank peserta kliring. Hasil perhitungan yang dilakukan oleh Bank
Indonesia itu sifatnya masih sementara. Hasil pastinya akan diketahui setelah kliring
penyerahan warkat kliring, kemudian langsung dibuku ke rekening masing-masing bank
peserta kliring yang ditatausahakan di Bank Indonesia. Bukti pembukuannya diberikan
kepada masing-masing bank peserta kliring.16

E. Berakhirnya/Batalnya Transaksi Kliring


1) Dari peserta kliring
a. Mengalami kesulitan keuangan yang mengakibatkan tidak terpenuhinya syarat-syarat
untuk disertakan lebih lanjut dalam kliring. 17

15
Ismail, Manajemen Perbankan dari Teori Menuju Aplikasi, 158-159.
16
Kuncoro, Manajemen Perbankan Teori dan Aplikasi (Yogyakarta: BPTE Yogyakarta, 2002), 380-381.
17
Abdullah Thamrin, Bank dan Lembaga Keuangan,189-190.
6
b. Kepengurusan peserta yang bersangkutan tidak menunjukkan keadaan semestinya,
seperti perselisihan dalam kepengurusan.
2) Dari warkat yang dikliringkan
a. Asal cek atau BG salah, misalnya cek atau BG yang berasal dari luar kota atau luar
wilayah kliring atau mungkin luar negeri.
b. Tanggal cek atau BG belum jatuh tempo, artinya cek atau BG tanggalnya di atas tanggal
hari ini. Misalnya hari ini tanggal 1 Mei 2002 tetapi di cek atau BG tertulis tanggal 7
Mei 2001.
c. Materai tidak ada atau tidak cukup sesuai dengan peraturan yang berlaku.
d. Jumlah yang tertulis di angka dan huruf berbeda. Sebagai contoh nominal angka tertulis
Rp. 100.000,- tetapi huruf tertulis satu juta rupiah.
e. Tanda tangan dan atau cap perusahaan tidak sama dengan spicemen (contoh tanda
tangan) atau bisa pula tidak lengkap, mislanya ditandatangani oleh 2 orang, sedangkan
di dalam cek hanya ditandatangani oleh satu orang.
f. Coretan atau perubahan tidak ditandatangani, artinya terdapat cretan atau perubahan,
namun di atas coretan atau perubahan tidak ditandatangani.
g. Cek atau BG sudah kadaluarsa. Artinya cek dan BG melewati batas waktu atau umur cek
70 hari dari tanggal penulisan cek.
h. Resi belum kembali, artinya nasabah belum mengirim resi (bukti penerimaan cek atau
BG) ke bank bahwa nasabah sudah menerima buku cek atau BG.18
3) Rusaknya akad
Hal-hal yang menyebabkan akad rusak karena tidak terpenuhi unsur-unsur suka rela antara
kedua belah pihak. Hal-hal yang dipandang merusak terjadinya akad adalah:
a. Paksaan
Untuk sahnya suatu akad,harus terjadi dengan suka rela antara pihak-pihak yang
bersangkutan. Unsur paksaan emngakibatkan akad yang dilakukan tidak sah.
b. Kekeliruan
Yang dimaskud dengan kekeliruan di sini ialah kekeliruan yang terjadi pada objek akad,
bukan pada subyeknya juga. Sebab tentang subyek akad sudah dibicarakan dalam
macam-macamnya, apakah seseorang bertindak sebagai sebagai subyek asli,
mewakilkan rang lain atau lancang. Kekeliruan pada obyek akad mungkin terjadi pada
jenisnya atau sifatnya. Kekeliruan dikatakan terjadi pada obyek akad apabila mislanya
seseorang melakukan jual beli cincin emas, tetapi ternyata cincin itu adalah cincin
tembaga. Kekeliruan terjadi pada subyek akad, apabila misalnya seseorang mengadakan
akad jual beli arloji merk tertentu, tetapi ternyata arloji lain, bukan yang diinginkan dan
apabila sudah diketahui sebelumnya tidak akan terjadi akad tersebut. Apabila unsur
sukarela antara dau pihak merupakan asas sahnya suatu akad maka terjadilah kekeliruan
pada obyek akad itu akan menghilangkan unsur sukarela itu.19
c. Penipuan
Yang dimaksud dengan penipuan atau pemalsuan disini adalah menyembunyikan cacat
pada obyek akad agar nampak tidak seperti yang sebenarnya, atau perbuatan pihak
penjual terhadap barang yang dijual dengan maksud untuk memperoleh harga yang lebih
besar. Orang menjual kambing perahan, beberapa hari sebelumnya tidak diperas agar
dikira air susunya sangat deras, karena susunya pada waktu kambing dijual nampak amat
penuh.
d. Tipu Muslihat
Tipu muslihat dalam akad dapat terjadi apabila misalnya ada orang yang sedang
menawar harga barang, tetapi oleh penjualnya ada seseorang yang sengaja dibuat
menjadi calo untuk menawar lebih dari tawaran sebelumnya. Akhirnya ia mau membeli
barang bersangkutan dengan harga lebih tinggi dari biasanya. Apabila hal itu tejadi,
menurut para fuqaha Mazhab Syafi’i dan hambali, pembeli yang terkecoh berhak
fasakh.20

18
Kasmir, Dasar-dasar Perbankan, 153.
19
Citra Dewi Novitasari, Evaluasi Atas Sistem Kliring Dalam Rangka Mencapai Tujuan Pengendalian Intern, Jurnal
Administrasi Bsinis (Juli 2014), 5.
20
Abdul Salam, Mekanisme Kliring pada Perbankan Konvensional Perspektif Islam, Jurnal Ekonomi Syariah Indonesia
(Desember 2012), 192.
7
F. Kelebihan dan Kekurangan Kliring
Kelebihan :
1. Dapat mempermudah alur transaksi pertukaran warkat kliring yang dilakukan oleh peserta
kliring itu sendiri.
2. Dengan adanya SKNBI ini dapat mengantisipasi segala kemungkinan resiko yang mungkin
terjadi dengan menerapkan kebijakan-kebijakan serta melegalisasikan kebijakan tersebut
dalam peraturan Bank Indonesia.
3. Menghindari tenggangnya cash flow.
4. Waktu pencairan dana relatif singkat.
5. Menyediakan infoermasi real time bagi moneter dan early warning system pengawasan
bank oleh Bank Indonesia.21
Kekurangan :
1. Adanya kemungkinan pemalsuan dalam dokumen atau warkat kliring pada transaksi kliring
debet.
2. Adanya kerusakan line (jaringan) komunikasi yang dapat menghambat kinerja dari sistem
SKN itu sendiri.
3. Kemungkinan adanya gangguan/kerusakan terhadap perangkat lunak/software seperti virus
komputer.
4. Gangguan terhadap TPK utama dan TPK backup. Yaitu adanya gangguan sistem dalam
penyelenggaraan SKNBI secara online yang dilakukan engan cara mentransit batch DKE
kredit dari TPK onlineke SKK melalui Jaringan Komunikasi Data (JKD).22

G. Perspektif Hukum Islam


Adapun yang menjadi dasar hukum diperbolehkan adanya wakalah (kliring) ini dapat
ditemukan dalam ketentuan al-Qur’an dan al-Hadis, ketentuan-ketentuan tersebut adalah :
1. Firman Allah QS. al-Kahfi: 19
‫سا َءلُوا َب ْينَ ُه ْم ۚ قَا َل قَا ِئل ِم ْن ُه ْم َك ْم لَ ِبثْت ُ ْم ۚ قَالُوا لَ ِبثْنَا َي ْو ًما أ َ ْو‬ َ َ ‫َو َك َٰذَ ِل َك َب َعثْنَاهُ ْم ِل َيت‬
‫ض يَ ْوم ۚ قَالُوا َربُّ ُك ْم أ َ ْعلَ ُم بِ َما لَبِثْت ُ ْم فَا ْبعَثُوا أ َ َحدَ ُك ْم بِ َو ِرقِ ُك ْم َٰ َه ِذ ِه إِلَى ْال َمدِينَ ِة‬ َ ‫بَ ْع‬
‫ف َو ََل يُ ْش ِع َر َّن بِ ُك ْم أ َ َحدًا‬ْ ‫ط‬ َّ َ‫ط َعا ًما فَ ْليَأْتِ ُك ْم بِ ِر ْزق ِم ْنهُ َو ْليَتَل‬
َ ‫ظ ْر أَيُّ َها أ َ ْز َك َٰى‬ ُ ‫فَ ْليَ ْن‬
“Dan demikianlah Kami bangunkan mereka agar mereka saling bertanya di antara
mereka sendiri. Berkatalah salah seorang di antara mereka: Sudah berapa lamakah kamu
berada (disini?)". Mereka menjawab: "Kita berada (disini) sehari atau setengah hari".
Berkata (yang lain lagi): "Tuhan kamu lebih mengetahui berapa lamanya kamu berada (di
sini). Maka suruhlah salah seorang di antara kamu untuk pergi ke kota dengan membawa
uang perakmu ini, dan hendaklah dia lihat manakah makanan yang lebih baik, maka
hendaklah ia membawa makanan itu untukmu, dan hendaklah ia berlaku lemah-lembut
dan janganlah sekali-kali menceritakan halmu kepada seorangpun.” (Q.S. al-Kahfi: 19)23
Ayat ini melukiskan perginya salah seorang Ash-habul Kahfi yang bertindak untuk
atas nama rekan-rekannya sebagai wakil mereka dalam memilih dan membeli makanan.
Bahwasanya ada pelajaran berharga yang sering kali manusia luput menyadarinya. Rahasia
yang seharusnya tersimpan dengan baik terbongkar karena kesalahan atau ketidaksengajaan
karena sering berbicara. Maka harus ada pengontrolan diri serta bijak sehingga rahasi bisa
tersimpan dengan baik dan lebih baik diam untuk mengambil sebuah keputusan terbaik.
Tentunya jika terjadi suatu masalah bila dilawan atau diselesaikan dengan penuh
amarah tak akan pernah terselesaikan. Maka sikap lemah lembut adalah sikap tenang
menghadapi masalah yang ada sehingga bisa terselesaikan. Ayat tersebut mengajarkan
demikian. Dan jangan pula menyakiti saudara-saudara kita yang lain karena perilaku yang
tidak lemah lembut. Petikkan ayat di atas secara jelas mengajarkan akan perkara halal
haram. Sekalipun tengah dirudung kesulitan, yang haram tetap saja haram. Dan lebih baik
mendapatkan apa yang halal dan tentunya yang diridhai Allah SWT.24

21
Anggotan IKAPI, Great Cash Management Great Profit, (Jakarta: Elex Mediaa Komputindo, 2015), 379.
22
Citra Dewi Novitasari, Evaluasi Atas Sistem Kliring Dalam Rangka Mencapai Tujuan Pengendalian Intern, 6.
23
Terjemahan al-Quran Surat al-Kahfi: 19.
24
Abdul Salam, Mekanisme Kliring pada Perbankan Konvensional Perspektif Islam, 189.
8
2. Firman Allah Surat Al-Maidah: 2
ۚ ‫ال ث ْ ِم َو الْ ع ُد ْ َو ا ِن‬ َ َ ‫او ن ُوا عَ ل َ ى الْ ب ِ ِر َو ال ت َّقْ َو َٰى ۚ َو ََل ت َع‬
ِ ْ ‫او ن ُوا عَ ل َ ى‬ َ َ ‫َو ت َع‬
ِ‫ّللا َ شَ ِد ي د ُ الْ ِع ق َ ا ب‬ َّ ‫َو ا ت َّق ُوا‬
َّ ‫ّللا َ ۚ إ ِ َّن‬
3. “Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan
tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada
Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya.” (Q.S. Al-Maidah: 2)25
Dalam ayat ini menegaskan bahwa sikap saling tolong menolong merupakan pondasi
dalam membangun kerukunan hubungan antar entitas masyarakat. Karena, tolong
menolong mencerminkan segala perilaku yang memberi manfaat pada orang lain. Yakni,
saling membantu untuk meringankan beban orang lain dengan melakukan suatu tindakan
nyata.
Tolong menolong dalam kebaikan dapat mewujudkan terciptanya kedamaian bagi umat
manusia. Sikap hidup saling tolong menolong merupakan kunci tips hidup tentram di
manapun kita berada. Oleh karena itu, Islam sangat menganjurkan pembiasan berprilaku
ringan tangan sejak kecil.
4. Hadist Riwayat Tirmidzi :
‫ص ْل ًحا َح َّر َم َحلََلً أ َ ْو أ َ َح َّل َح َرا ًما َو ْال ُم ْس ِل ُمونَ َعلَى‬ ُ َّ‫ص ْل ُح َجا ِئز َبيْنَ ْال ُم ْس ِل ِمينَ ِإَل‬ُّ ‫اَل‬
‫طا َح َّر َم َحلََلً أ َ ْو أ َ َح َّل َح َرا ًما‬ ً ‫وط ِه ْم إَِلَّ ش َْر‬ ُ
ِ ‫ش ُر‬
“Perdamaian dapat dilakukan di antara kaum muslimin kecuali perdamaian yang
mengharamkan yang halal atau menghalalkan yang haram; dan kaum muslimin terikat
dengan syarat-syarat mereka kecuali syarat yang mengharamkan yang halal atau
menghalalkan yang haram.” (H.R. Tirmidzi)26
Berdasarkan hal-hal di atas, umat Islam telah sepakat akan kebolehan wakalah, karena
hajat memang menghendakinya. Berwakalah itu merupakan salah satu bentuk tolong
menolong dan memperlancar berbagai aktifitas manusia. Dalam lembaga wakalah
terkandung unsur-unsur untuk memudahkan berbagai kegiatan manusia dalam
bermuamalah.27

25
Terjemahan Surat al-Maidah: 2.
26
Hadist Riwayat Tirmidzi.
27
Abdul Salam, Mekanisme Kliring pada Perbankan Konvensional Perspektif Islam, 190.
9
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kliring merupakan jasa penyelesaian hutang piutang antar bank dengan saling
menyerahkan warkat-warkat yang akan dikliringkan di lembaga kliring. Penyelesaian hutang
piutang yang dimaksud adalah penagihan cek atau bilyet giro melalui bank. Adapun warkat
dalm kliring adalah surat-surat berharga seperti cek, bilyet giro, dan surat piutang lainnya.
Lembaga kiring adalah lembaga yang dibentuk kordinir oleh Bank Indonesia setiap hari kerja.
Bank yang ikut kliring disebut peserta kliring dan meruapkan bank yang sudah memperoleh izin
dari Bank Indonesia. Melalui jasa kliring, nasabah cukup menyerahkan cek atau bilyet giro
yang dimilikinya ke bank di aman nasabah memiliki rekening. Keuntungan dengan adanya
kliring adalah waktu penagihan menjadi lebih cepat terutama untuk warkat dengan jumlah yang
banyak. Peserta kliring merupakan bank-bank dalam wilayah tertentu. Apabila di suatu wilayah
tidak ada cabang Bank Indonesia, bank yang memenuhi persyaratan ditunjuk BI sebagai
penyelenggara kliring.
Landasan hukum kliring terdapat pada Undang-Undang No. 23 Tahun 1999 tentang
Bank Indonesia sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang no. 6 Tahun 2009.
Pengaturan Bank Indonesia No. 7/18/PBI//2005 tanggal 22 Juli 2005 tentang Sistem Kliring
Nasional sebagaimana telah diubah terakhir dengan Peraturan Bank Indonesia No.
12/5/PBI/2010 tanggal 12 Maret 2010 (PBI SKNBI). Surat Edaran Bank Indonesia No.
12/8/DASP tanggal 24 Maret 2010 perihal Sistem Kliring Nasional Bank sebagaimana telah
diubah dengan Surat Edaran Bank Indonesia No. 12/4/DASP tanggal 22 Desember 2010.
Syarat dan ketentuan kliring bagi bank pusat antara lain bank bersangkutan melakukan
usaha dengan izin menteri keuangan minimal 3 bulan. Penilaian bank sentral di bidang
administrasi, pimpinan dan keuangan. Sedangkan bagi bank cabang adalah bagi cabang-cabang
baru yang ada di kota yang sama dengan kantor pusat atau kantor cabang yang telah ada.
Ditetapkan syarat bahwa cabang yang bersangkutan telah memperoleh izin usaha dari menteri
keuangan. Ada ketentuan khusus bagi pelaksana kliring di antaranya berkewajiban untuk
melaksanakan penyelenggaraan kliring sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku,
menyampaikan laporan-laporan tentang data-data kliring setiap minggu bersama-sama dengan
laporan likuiditas mingguan kepada Bank Indonesia yang membawahi wilayah kliring yang
bersangkutan. Untuk mempermudah bank penyelenggara kliring dalam penyediaan uang kartal
maka ditentukan bahwa hasil kliring hari itu dapat diperhitungkan pada rekening bank tersebut
pada Bank Indonesia.
Ada beberapa prosedur dan mekanisme dalam kliring antara lain nasabah menyetorkan
warkat yang akan dipinggirkan di loket teller dengan melampirkan aplikasi setoran yang telah
diisi lengkap oleh nasabah. Teller akan menerima warkat dan slip setorsn serta memeriksa
tanggal cek/bilyet giro, dan apakah bilyet giro atas nama nasabah penyetor. Serahkan warkat
kliring dan slip setoran kepada petugas kliring. Petugas kliring membubuhkan stempel
"KLIRING" pada warkat yang akan dikliringkan. Bawa ke lembaga kliring, bagikan semua
warkat ke masing-masing bank penerima dan mintakan bukti penyerahannya dari bank
Indonesia. Petugas kliring membawa kliring penerimaannya berupa: cek, BG, nota credit, nota
debet dari bank lain yang di terima. Lakukan verifikasi tansa tangan dan periksa saldo warkat
sendiri yang di tarik di bank lain.
Transaksi kliring akan batal/berakhir jika mengalami kesulitan keuangan yang
mengakibatkan tidak terpenuhinya syarat-syarat untuk disertakan lebih lanjut dalam kliring.
Kepengurusan peserta yang bersangkutan tidak menunjukkan keadaan semestinya, seperti
perselisihan dalam kepengurusan. Coretan atau perubahan tidak ditandatangani, artinya terdapat
cretan atau perubahan, namun di atas coretan atau perubahan tidak ditandatangani. Materai
tidak ada atau tidak cukup sesuai dengan peraturan yang berlaku. Hal-hal yang menyebabkan
rusaknya akad karena adanya unsur-unsur yang tidak terpenuhi antara kedua belah pihak yaitu
adanya paksaan, kekeliruan, penipuan, dan tipus muslihat.
Transaksi kliring mempunyai beberapa kelebihan antara lain dapat mempermudah alur
transaksi pertukaran warkat kliring yang dilakukan oleh peserta kliring itu sendiri, dengan
adanya SKNBI ini dapat mengantisipasi segala kemungkinan resiko yang mungkin terjadi
dengan menerapkan kebijakan-kebijakan serta melegalisasikan kebijakan tersebut dalam
peraturan Bank Indonesia, menyediakan infoermasi real time bagi moneter dan early warning
system pengawasan bank oleh Bank Indonesia. Selain memiliki kelebihan, kliring juga memiliki
10
kekurangan yaitu adanya kemungkinan pemalsuan dalam dokumen atau warkat kliring pada
transaksi kliring debet, adanya kerusakan line (jaringan) komunikasi yang dapat menghambat
kinerja dari sistem SKN itu sendiri. kemungkinan adanya gangguan/kerusakan terhadap
perangkat lunak/software seperti virus komputer, gangguan terhadap TPK utama dan TPK
backup, serta adanya gangguan sistem dalam penyelenggaraan SKNBI secara online yang
dilakukan dengan cara mentransit batch DKE kredit dari TPK online ke SKK melalui Jaringan
Komunikasi Data (JKD).
Transaksi kliring dalam perspektif hukum Islam terdapat dalam firman Allah QS. al-
Kahfi: 19, Firman Allah Surat Al-Maidah: 2, dan Hadist Riwayat Tirmidzi. Dari dalil-dalil
tersebut dijelaskan bahwa sikap saling tolong menolong merupakan pondasi dalam membangun
kerukunan hubungan antar entitas masyarakat. Tolong menolong dalam kebaikan dapat
mewujudkan terciptanya kedamaian bagi umat manusia. Oleh karena itu, Islam sangat
menganjurkan pembiasan berprilaku ringan tangan sejak kecil.

11
DAFTAR PUSTAKA

Kasmir. Dasar-dasar Perbankan. Jakarta: Raja Grafindo Persada. 2002).


Thamrin, Abdullah. Bank dan Lembaga Keuangan. Jakarta: Rajawali Pers. 2017.
Anugrah, Murni. Layanan Jasa Perbankan. Sleman: Intan Sejati Klaten. 2010.
Indonesia, Ikatan Bankir. Memahami Audit Intern Bank. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. 2014.
Suyatno, Thomas. Kelembagaan Perbankan. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. 1999.
Faisal, Afif. Strategi dan Operasional Bank. Jakarta: ERESCO Anggota IKAPI. 1996.
Sri, Mulyati. Kebijakan Sistem Pembayaran di Indonesia. Jakarta: BANK INDONESIA. 2017.
Ismail. Manajemen Perbankan dari Teori Menuju Aplikasi. Jakarta: Kencana. 2010.
Indonesia, Ikatan Bankir. Memahami Bisnis Bank. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. 2014.
Muhammad. Sistem dan Prosedur Operasional Bank Syariah. Yogyakarta. UII Press. 2000.
Kuncoro. Manajemen Perbankan Teori dan Aplikasi. Yogyakarta: BPTE Yogyakarta. 2002.
Novitasari, Citra Dewi. Evaluasi Atas Sistem Kliring Dalam Rangka Mencapai Tujuan Pengendalian
Intern. Jurnal Administrasi Bisnis. Juli 2014.
Salam, Abdul. Mekanisme Kliring pada Perbankan Konvensional Perspektif Islam. Jurnal Ekonomi
Syariah Indonesia. Desember 2012.
IKAPI, Anggota. Great Cash Management Great Profit. Jakarta: Elex Mediaa Komputindo. 2015.

12

Anda mungkin juga menyukai