EMI208M C1
Dosen Pengampu:
Disusun oleh:
KELOMPOK 3
MANAJEMEN
UNIVERSITAS UDAYANA
2021
BAB I
PENDAHULUAN
Keberadaan bank yang merupakan salah satu lembaga yang menyediakan fasilitas jasa
baik dalam hal penyimpanan, penukaran, penyaluran, hingga jasa perantara terus
mengembangkan penyediaan jasa-jasa tersebut guna mengikuti tuntutan kemajuan
bertransaksi, cara penukaran hingga pengambilan dana yang semakin modern. Salah satu peran
serta bank yaitu penghimpun dana yang ada di masyarakat menjadikannya sebagai salah satu
indicator inflasi penting dan bersama pemerintah dapat bekerja sama untuk menjaga tingkat
inflasi sehingga bisa meningkatkan kesejahteraan perekonomian.
1. Bagi Penulis
Dapat menambah wawasan serta pengetahuan mengenai penghimpunan dan penyaluran
dana bank, sekaligus sebagai persyaratan untuk memenuhi nilai mata kuliah Pasar dan
Lembaga Keuangan.
2. Bagi Masyarakat
Masyarakat semakin peduli terhadap permasalahan-permasalahan tentang tersendatnya
arus informasi mengenai perbankan khususnya di Indonesia serta menambah
pengetahuan masyarakat mengenai cara penghimpunan, penyaluran dana dan kredit
perbankan.
3. Bagi Pembaca
Diharapkan bisa menambah pengetahuan pembaca mengenai penghimpunan dan
penyaluran dana bank.
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGIMPUN DANA
Kegiatan usaha utama dari suatu bank adalah penghimpunan dan penyaluran dana
dengan tujuan untuk memperoleh penerimaan akan dapat dilakukan apabila dana telah
dihimpun. Penghimpunan dana dari masyarakat perlu dilakukan dengan cara-cara tertentu
sehingga efisien dan dapat disesuaikan dengan rencana penggunaan dana tersebut.
Keberhasilan suatu bank dalam memenuhi maksud itu dipengaruhi oleh hal-hal berikut:
1. Dana sendiri
Dana yang sebenarnya terbilang kecil bagi kelangsungan usaha, namun tetap
merupakan satu hal yang sangat penting fungsinya bagi kelangsungan sebuah usaha
juga. Berdasarkan capita; adequacy ratio atau yang disingkat dengan CAR yang
merupakan rasio kecukupan modal, dimana apabila sebuah bank memiliki CAR yang
terlalu rendah dari standar yang ada, maka kemampuan bertahan bank tersebut juga
akan rendah jika mengalami kerugian karena jika jumlah kerugian melebihi modal
sendiri, maka tanggung jawab bank terhadap masyarakat pun akan diragunakan.
Sehingga, pada akhirnya kondisi ini akan menyebabkan hilangnya kepercayaan
masyarakat terhadap bank tersebut dan akan mengancam kelangsungan hidup bank itu
sendiri. Modal disetor, pendapatan dari menujual saham di bursa efek, akumulasi laba
ditahan, cadangan-cadangan, dan agio saham merupkan bentuk penghimpunan dana
dari badan usaha lain.
2. Dana dari deposan
Dana ini merupakan dana yang berasal dari masyarakat. Sumber dana ini dapat
berbentuk giro, tabungan, dan deposito berjangka.
a. Rekening giro, merupakan simpanan yang penarikannya setiap saat dengan
menggunakan cek sebagai penarikan tunai dan bilyet giro untuk pemindah
bukuan. Rekening giro merupakan sumber dana jangka pendek karena
penarikannya bisa dilakukan kapan saja. Selain itu, jumlah dari rekening giro
juga berubah-ubah dengan seriring berjalannya waktu. Dengan adanya rekening
giro dapat memudahkan nasabah dalam melakukan pembayaran dengan jumlah
yang besar, masyarakat tidak perlu beresiko membawa uang tunai dengan
jumlah besar dan melakukan pembayaran lewat bank.
• Cek adalah surat perintah kepada tak bersyarat dari penerbit kepada
bank untuk membayar sejumlah uang kepada yang membawa cek
tersebut.
• Bilyet giro adalah sebuah perintah pemindahbukuan dari pemagang
bilyet giro tersebut kepada bank untuk memindahkan sejumlah uang ke
rekening penerima.
• Jasa giro adalah kegiatan dari bank yang diberikan kepada giran dalam
rangka memberikan kompensasi atau imbalan atas sejumlah saldo giro
yang disimpan di bank.
b. Deposito berjangka
Simpanan yang hanya dapat ditarik atau dicairkan dalam waktu tertentu sesuai
dengan kesepakatan yang dibuat oleh bank dan deposan. Pihak bank dapat
memberikan pelayanan untuk memperpanjang masa deposito jika deposan
menginginkan untuk memperpanjang jangka waktu depositonya. Deposan tidak
bisa mencairkan deposito berjangka sebelum waktu yang ditentukan, namun
jika deposan tetap ingin mencairkan depositonya sebelum sesuai dengan
kesepakatan waktu yang ditentukan, maka pihak bank akan memberi denda atas
penarikan tersebut.
c. Tabungan
Simpanan yang penarikannya dilakukan dengan lebih mudah dibandingkan
dengan penarikan deposito berjangka, penarikan tabungan dapat dilakukan
dengan syarat tertentu, dalam bentuk buku tabungan, kartu ATM, atau kartu
debit dan penarikannya tidak menggunakan cek, bilyet giro, atau sejenisnya.
d. Cara lain menghimpun dana dari deposan
• Sertifikat deposito, merupakan produk yang dikeluarkan bank yang
mirip, namun memiliki prinsip yang berebeda dengan deposito.
Sertifikat deposito ini adalah alat utang yang berupa deposito berjangka
yang bukti simpananya dapat diperjualbelikan.
• Deposit on call, merupakan simpanan yang penarikannya dengan
melakukan pemberitahuan terlebih dahului dalam jangka waktu sesuai
kesepakatan pihak bank dan nasabah. Jangka waktu pemberitahuan
disesuaikan dengan jumlah dana yang diminta. Semakin besar dana yang
ditarik, maka bank mengharapkan pemberitahuannya dilakukan lebih
awal lagi.
• Rekening giro terkait tabungan,
3. Dana pinjaman.
Dalam kateogori bank sebagai penghimpun, dana pinjaman dapat berupa:
a. Call money
Dana yang pinjaman jangka pendek oleh satu bank dari bank lain untuk
memenuhi kebutuhan dana mendesaknya, misalnya apabila terjadi penarikan
dana besar-besaran oleh para deposan. Dana dari call money ini memiliki
tingkat bunga yang naik-turun yang dipengaruhi pada ketersediaan dan
permintaan pasar pada saat itu, selain sifat dana dari call money ini bersifat
pendek yaitu hanya berjangka waktu satu hari hingga 180 hari. Tingkat bunga
call money dapat menjadi sangat tinggi, apabila suatu perusahan sedang
mengalami likuiditas. Selain itu, bank yang sedang mengalami kelebihan
likuiditas memnfaatkan call money sebagai peluang untuk menghasilkan
keuntungan lebih bagi bank dengan berpartisipasi menyalurkan dananya bagi
bank yang membutuhkan dalam jangka pendek.
b. Pinjaman antarbank
Sumber dana yang dipinjam oleh satu bank dari bank lain untuk memenuhi
pendanaan yang lebih terencana sebagai upaya untuk mengembangkan usaha
atau meningkatkan penerimaan bank.
c. Kredit likuiditas bank Indonesia
Pinjaman dana yang disediakan Bank Indonesia untuk membantu bank-bank
yang mengalami masalah keuangan atau likuiditas yang masih memiliki
peluang untuk ditolong, seperti karena adanya penarikan dana secara besar-
besar oleh nasabah bank tersebut. Tujuan BI memberikan pinjaman ini adalah
untuk mempertahankan kepercayaan masyarakat kepasa sektor perbankan
Indonesia.
4. Sumber dana lain adalah sumber dana yang bukan berasal dari modal sendiri, dana dari
deposan, ataupun dana pinjaman. Berikut merupakan bentuk dari sumber dana lain:
a. Setoran jaminan
Dana wajib yang diserahkan nasabah kepada bank karena telah menerima
fasilitas tertentu. Harapan bank dari adanya setoran jaminan ini adalah agar
nasabah dapat berperilaku posotif sehingga, bank tidak perlu menanggung
resiko yang kemungkinan akan muncul, seperti kerugian. Jasa-jasa bank yang
menggunakan setoran jaminan ini adalah Letter of Credit dan Bank Garansi.
b. Dana transfer
Dana nasabah yang masih mengendap di bank, dimana bank dapat
menggunakan dana yang mengendap ini untuk mendanai kegiatan usahanya.
Sumber dana ini merupakan dana jangka pendek karena dana hanya mengendap
di bank dalam waktu yang singkat.
c. Surat berharga pasar uang
Surat berharga jangka pendek yang diperjualbelikan dengan didiskonto BI.
Bank yang memiliki kelebihan dana dapat membeli SPBU sebanyak-banyaknya
dan dapat menjualnya apabila suatu saat bank tersebut mengalami masalah
likuiditas.
d. Diskonto bank Indonesia
Fasilitas diskoto dengan pembelian surat berharga yang diterbitkan bank atas
dasar diskonto. Fasilitas diskonto ini memiliki dua tujuan yaitu untuk
meembantu memperlancar pengaturan dana bank dalam sehari-harinya dan
untuk membantu bank yang mengalami kesulitan keuangan.
Dana yang telah dihimpun oleh bank akan menjadi beban bila tidak digunakan dan
dibiarkan mengendap di bank. Dana yang telah dihimpun bukanlah dana yang murah dan
akan menimbulkan kewajiban bagi bank untuk membayar imbal jasa berupa bunga.
Berdasarkan kebutuhan itu dan juga untuk memperoleh penerimaan bank dalam rangka
menutup biaya-biaya lain serta mendapatkan keuntungan, maka bank berusaha
mengalokasikan dananya dalam berbagai bentuk aktiva dengan berbagai macam
pertimbangan. Berikut merupakan tiga hal utama yang menjadi perhatian bank dalam
mempertimbangkan pengalokasian dananya, yaitu:
a. Cadangan Likuiditas
Pada dasarnya cadangan likuiditas dapat digunakan untuk kebutuhan likuiditas
dalam jangka pendek dan sifat dari risikonya dapat dikatakan rendah. Namun, melalui
cadangan likuiditas ini penerimaan yang didapat juga tidak tinggi. Cadangan likuiditas
dapat dibagi dalam dua kategori, yakni:
1) Cadangan primer
Berbentuk uang kas serta sejumlah saldo pada Bank Indonesia dan bank
lainnya. Dalam memenuhi reserve requirement yang telah ditentukan oleh bank
sentral, maka bank dapat menggunakan cadangan likuiditas tersebut. Cadangan
likuiditas juga dapat digunakan untuk penarikan dana nasabah, pemberian kredit,
penyelesaian kliring, dan kewajiban yang akan jatuh tempo.
2) Cadangan sekunder
Surat berharga pasar uang, surat utang negara, sertifikat BI, dan sertifikat
deposito merupakan bentuk dari cadangan ini. Tujuan alokasi dana dalam cadangan
sekunder tidak lain untuk mendapatkan penerimaan dan dapat digunakan untuk
memenuhi kebutuhan likuiditas jangka pendek seperti penarikan simpanan dan
pencairan kredit. Tidak dapat dipungkiri pada suatu waktu bank terkadang
memerlukan likuiditas secara mendadak dan dalam jumlah yang tidak kecil.
Sehingga, cadangan sekunder yang dipilih oleh bank adalah surat berharga jangka
pendek yang mudah untuk dicairkan atau diperjualbelikan.
b. Penyaluran Kredit
Sumber penerimaan atau pemasukan bank yang utama berasal dari penyaluran
kredit kepada pihak masyarakat dan bank akan mendapatkan keuntungan melalui
pendapatan bunga. Kredit merupakan kegiatan penyediaan uang berdasarkan
kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain.
c. Investasi
Investasi merupakan salah satu pengalokasian dana bank yang memiliki tingkat
pengembalian cukup tinggi seperti halnya pada penyaluran kredit. Berdasarkan
Undang- Undang Nomor 7 Tahun 1992, telah ditetapkan bahwa sebuah bank hanya
diperbolehkan untuk melakukan penyertaan langsung pada lembaga keuangan dan
debitur yang kreditnya macet serta sifat penyertaannya sementara. Kegiatan investasi
lainnya dapat dilakukan melalui surat berharga jangka menengah maupun panjang.
Menurut Indra Bastian dan Suhardjono (2006, hal. 2) mengatakan bahwa “Dana
bank yang dapat digunakan sebagai modal operasional dalam kegiatan usaha tersebut dapat
bersumber dari dana sendiri (dana pihak pertama), dana pinjaman dari pihak luar bank (dana
pihak kedua), dan dana masyarakat (dana pihak ketiga)”.
Sumber dana bank atau dari mana bank mendapatkan dana untuk keperluan
operasionalnya dibedakan menjadi 3 sumber; yaitu:
Pengelolaan aktiva memperhatikan karakteristik dari penghimpunan dana dari sisi pasiva dan
sebaliknya. Karena dalam pengelolaan aktiva dan pasiva ini cukup kompleks dan melibatkan
berbagai pihak dari suatu bank, biasanya kegiatan ini dilakukan oleh suatu badan didalam bank
yang terdiri dari wakil-wakil berbagai bagian dari bank yang dinamakan Asset liability
Committee. Adapun masalah yang dihadapi oleh badan ini adalah:
• Biaya administratif
• Biaya bunga
• Strategi/cara/metode
• Diversifikasi
• Jangka waktu dan likuiditas
• Portofolio dan kaitannya dengan penggunaan dana
Portofolio dan kaitanya dengan penggunaan dana. Pendekatan dalam pengelolaan aktiva dan
pasiva dapat menggunakan pendekatan dasar yang dalam penerapannya tidak kaku,
melainkan dapat disesuaikan dengan perkembangan dari sektor perbankan dan
perekonomian. Pendekatan yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut:
1) Pendekatan pool of funds, yaitu memperlakukan dana yang sudah dihimpun oleh bank
yang memiliki karakteristik beragam seperti jangka waktu, biaya, dan sumber
dana sebagai dana tunggal tanpa melihat karakteristik masing masing. Dana tunggal
ini kemudian dialokasikan untuk berbagai macam tujuan sesuai dengan strategi
penggunaan dana.
2) Pendekatan asset allocation atau conversion of funds, yaitu kebalikan dari pendekatan
pool of funds dimana dana dialokasikan sesuai karakteristiknya dengan
beranggapan setiap dana memiliki perlakuan yang berbeda-beda dan memperlakukan
sebagai satu kesatuan dianggap sebagai asumsi yang tidak sesuai dengan kenyataan.
Melalui pendekatan ini, bank diharapkan tidak akan mengalami kesulitan likuiditas
dimasamendatang.
3) Likuiditasbank
Dalam memenuhi kebutuhan likuiditas, bank dapat menerapkan berbagai macam
pendekatan. Sama seperti pengelolaan aktiva dan pasiva, pendekatan ini juga
bersifat fleksibel disesuaikan dengan keadaan riil yang dihadapi suatu bank,
mengingat keadaan riil selalu mengalami perubahan dari waktu ke waktu. Pendekatan
tersebut adalah sebagai berikut:
a. Pendekatan commercial loan theory atau productive theory of credit atau real
bills doctrine, yaitu pendekatan yang menyatakan bahwa likuiditas bank akan
terjamin bila aktiva produktif bank diwujudkan dalam kredit jangka pendek
dan bersifat self liquidating.
b. Pendekatan asset shiftability theory, yaitu pendekatan yang menyatakan bahwa
likuiditas bank akan dapat terpelihara apabila aset bank diubah kedalam bentuk
aset lain yang lebih likuid sesuai kebutuhan. Dalam pendekatan ini, fokusnya
adalah surat berharga, karena surat berharga cukup mudah untuk dikonversikan
menjadi alat likuid.
c. Pendekatan doctrine of anticipated income theory, yaitu pendekatan yang
menyatakan bahwa likuiditas bank dapat dipelihara meskipun bank
menyalurkan kredit jangka panjang, dimana kredit jangka panjang tersebut
dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan likuiditas apabila jadwal
pembayaran pokok dan bunga pinjaman direncanakan sebaik mungkin dan
betul-betul disesuaikan dengan kebutuhan dimasa mendatang dari debitur.
Adanya pendekatan ini memungkinkan bank mengalokasikan dananya dalam
bentuk pinjaman, baik itu jangka pendek maupun jangka panjang.
2) Letter of Credit (LC), yaitu jasa penangguhan biaya pembelian oleh pembeli
dari pihak bank sejak LC dibuka sampai dengan jangka waktu tertentu sesuai
perjanjian. Berdasarkan pengertian tersebut, tipe LC yang dapat difasilitasi
terbatas hanya pada perjanjian jual beli, sedangkan fasilitas yang diberikan
adalah berupa penangguhan pembayaran. Dengan LC, pembeli dapat
melakukan pembayaran setelah yakin barang atau jasa yang diterima sesuai
dengan spesifikasi yang diinginkan. Beda LC dengan garansi adalah,
pembayaran yang yang dilakukan bank dalam fasilitas LC tidak terkait dengan
cidera janji pihak yang terjamin. Adapun jenis-jenis dari LC yang dibedakan
berdasarkan isi dari perjanjian adalah sebagai berikut:
a. Ruang lingkup transaksi, ada:
1. LC Impor, digunakan dalam transaksi jual beli antar negara.
2. LC Dalam Negeri atau Surat Kredit Berdokumen Dalam Negeri (SKBDN),
digunakan untuk transaksi didalam wilayah suatu negara.
b. Saat penyelesaian, ada:
a. Sight LC, dimana penangguhan biaya dilakukan sampai dokumen tiba.
b. Usance LC, dimana penangguhan biaya dilakukan sampai dengan tanggal jatuh
tempo wesel yang diterbitkan (maksimal 180 hari).
c. Pembatalan, ada:
1. Revocable LC, yang dapat diubah secara sepihak dari pihak bank tanpa
pemberitahuan terlebih dahulu.
2. Irrevocable LC, yang tidak dapat dibatalkan atau diubah secara sepihak dari pihak
bank.
d. Pengalihan hak, ada:
1. Transferable LC, yang memberikan hak kepada beneficiary untuk mengalihkan
sebagian atau keseluruhan hak penerimaan pembayaran kepada pihak bank
(maksimal satu kali).
2. Untransferable LC, yang tidak memberikan hak kepada beneficiary untuk
mengalihkan sebagian atau keseluruhan hak penerimaan pembayaran kepada pihak
bank.
e. Pihak advising bank
1. General/Negotiating/Non-Restricted LC, dimana tidak menyebutkan dengan jelas
bank yang menjadi advising bank.
2. Restricted/Straight LC, dimana menyebutkan dengan jelas bank yang menjadi
advising bank. f. Cara pembayaran kepada beneficiary
3. Standby LC, yaitu pernyataan dari pihak bank bahwa apabila pihak yang dijamin
mengalami cidera janji dengan bukti yang jelas, maka pihak bank akan menerbitkan
Slight LC untuk kepentingan menerima jabatan yaitu beneficiary.
4. Red-clause LC, yang memperkenankan penarikan sejumlah tertentu uang muka
untuk beneficiary.
5. Clean LC, yang pembayaran beneficiary hanya atas dasar kwitansi/wesel tanpa
harus menyertakan bukti dokumen pengiriman barang.
Karena terdapat batas waktu dalam pengembalian pinjaman dari bank, maka
terdapat resiko dimana peminjam tidak dapat membayar kewajibannya atau dengan kata
lain pinjaman tidak tertagih atau kredit macet. Apabila, semakin lama suatu kredit
berlangsung maka akan semakin besar resikonya dan begitupula sebaliknya. Resiko yang
dihadapi bank dalam penyaluran kredit ini dapat terjadi karena nasabah yang ceroboh atau
memang tidak disengaja, seperti nasabah terkena bencana alam atau kebangkrutan dalam
usahanya.
Untuk meminimalisir resiko kredit dan untuk menutup kerugian bank, maka
terdapat kredit menggunakan jaminan. Sehingga, apabila nasabah mengalami suatu kondisi
yang membuat mereka tidak dapat membayar kewajibannya dibank maka jaminan tersebut
dapat menutupi kerugian bank. Sedangkan, debitur tanpa jaminan merupakan kredit yang
diberikan dengan menilai karakter debitur di masa lalu dalam melakukan pinjaman kredit.
Sehingga, karena bank tidak dapat memprediski apa yang akan terjadi di masa depan
kepada nasabah, maka debitur tanpa jaminan inilah yang memungkinkan penyebab
terjadinya kredit macet.
STUDI KASUS
Pada pembahasan studi kasus kali ini kami akan membahas suatu kasus mengenai
bangkrutnya perusahaan finansial Lehman Brothers
Pada 2001, Bank sentral AS menurunkan suku bunga acuan cukup tajam menjadi hanya
1 persen. Tujuannya menggairahkan perekonomian AS yang negatif. Penurunan suku bunga
acuan yang diikuti suku bunga kredit perbankan diharapkan menjadi stimulus bagi masyarakat
AS. Kredit kegiatan usaha maupun konsumsi seperti KPR bisa ikut terdongkrak.
Lehman Brothers memanfaatkan rendahnya federal funds rate (FFR) dan mulai
berhitung keuntungan yang akan didapat dengan investasi di pasar real estate. Benar saja,
dalam waktu lima tahun berikutnya, pinjaman mencapai miliaran dolar mengalir ke pasar real
estate. Booming pasar perumahan mengubah Lehman Brothers dari perusahaan kecil menjadi
bank investasi terbesar keempat di negeri Paman Sam.
Jika konsumen memiliki risiko gagal bayar yang tinggi karena skor kreditnya rendah,
maka bunga kredit yang dikenakan terhadap nasabah tersebut lebih tinggi dibanding rata-rata.
Bagi perseroan, itu artinya keuntungan. Meski di saat yang bersamaan, risiko kredit macet
mengintai. Gagal bayar debitur juga menjadi keuntungan sendiri bagi Lehman Brothers.
Asumsinya: bila nasabah gagal bayar hipotek, huniannya bisa disita dan menjadi aset Lehman
Brothers. Setelahnya, rumah itu bisa dijual kembali oleh perseroan dengan harga bersaing.
Hitungan di atas kertas itu perlahan berubah di lapangan. The Federal Reserve mulai
menaikkan tingkat suku bunga acuan pada 2004. Ini dilakukan untuk mengendalikan inflasi.
Naiknya FFR memengaruhi kenaikan bunga dan cicilan KPR. Imbasnya, masyarakat kategori
subprime mortgage adalah yang pertama menyatakan ketidaksanggupan membayar cicilan
rumah. Pengembang yang sudah terlanjur membangun properti dalam jumlah besar harus
mengalami penurunan permintaan, karena bunga KPR tak lagi murah. Kombinasi properti baru
yang belum terjual dan hunian hasil sita bank membuat pasar properti "kembung" alias
"bubble". Harga properti AS pun mulai turun. Nyatanya, penurunan harga ini justru membawa
efek mengerikan. Masyarakat yang masih terikat KPR memiliki beban cicilan utang semakin
besar kepada bank lantaran kenaikan bunga. Di sisi lain, nilai rumah mereka semakin turun.
Akibatnya, banyak timbul kasus utang KPR di bank lebih besar dibanding nilai rumah.
Bangkutnya Lehman Brother dipicu oleh kebijakan The Fed yang menurunkan suku
bunga acuan menjadi 1% yang diikuti oleh suku bunga perbankan untuk meningkatkan gairah
investasi di Amerika Serikat, khususnya untuk mendongkrak konsumsi seperti KPR pada
tahun 2001. Berkenaan dengan hal tersebut, Lehman Brothers memanfaatkan peristiwa ini,
Lehman Brothers juga menyalurkan bantuan KPR kepada masyarakat berpenghasilan rendah
ataupun tidak tetap (subpime mortgage). Lehman Brothers beranggapan bahwa bila debitur
gagal bayar, maka bunga kreditnya lebih tinggi daripada rata-rata. Namun The Fed mulai
menaikkan tingkat suku bunga acuan pada tahun 2004 yang mempengaruhi kenaikan bunga
dan cicilan KPR dan debitur subpime mortgage tidak mampu membayar.
Peristiwa ini merupakan akibat dari kurang mampunya perusahaan untuk memprediksi
kemungkinan di masa mendatang dimana The Fed akan menaikkan suku bunga acuan. Jenis
kredit ini pun juga termasuk kredit yang beresiko karena nasabah subpime mortgage ini
merupakan orang yang berpenghasilan rendah dan tidak tetap, sehingga apabila suku bunga
acuan naik yang mempengaruhi tingkat bunga pinjaman.
Adapun beberapa analisis yang dirasa dapat menghindari peristiwa ini, seperti
rekomendasi agar suku bunga Fed diturunkan, dari 2 persen ke 1,75 persen atau bahkan 1,50
persen. Alasannya, dengan suku bunga yang lebih rendah, akan menginspirasi pemilik dana
untuk memindahkan asetnya dari pasar uang ke pasar modal. Ini akan bagus bagi upaya
pemulihan confidence di pasar modal yang sedang kehilangan orientasi. Hal yang sama juga
dilakukan oleh banyak bank sentral negara-negara maju, termasuk Eropa (zona euro) dan
Australia. Pasar modal bisa mengalami rebound jika suku bunga pasar uang turun.
Namun pada kasus ini The Fed lebih memilih mempertahankan suku bunga. The Fed
berpikir bahwa suku bunga 2 persen sebenarnya sudah termasuk rendah, misalnya jika
dibandingkan Eropa (4 persen), Inggris (5 persen) atau Australia (7 persen). Lagi pula, AS juga
tengah berupaya keras menurunkan inflasi yang sudah mencapai 5,6 persen, tergolong amat
tinggi untuk ukuran negara tersebut. Serta juga perlu diperhatikan oleh perusahaan untuk
mempertimbangkan risiko-risiko yang bisa terjadi di masa mendatang khususnya pada risiko
kredit yang mengakibatkan nasabah lalai dalam kewajibannya dan tidak mampu untuk
membayar kewajibannya.
BAB III
PENUTUP
3. Kesimpulan
Penghimpunanan dana adalah kegiatan usaha yang utama dari suatu bankadalah
penghimpunan dan penyaluran dana. Penyaluran dana dengan tujuan untukmemperoleh
penerimaan akan dapat dilakukan apabila dana telah dihimpun.Penghimpunan dana dari
masyarakat perlu dilakukan dengan cara-cara tertentusehingga efisien dan dapat disesuaikan
dengan rencana penggunaan dana tersebut.
Sedangkan definisi penyaluran dana adalah menjual kembali dana yangdiperoleh dari
penghimpunan dana dalam bentuk simpanan. Dalam penyalurandana ini, pihak bank harus
memiliki strategi yang mumpuni untuk menyalurkandananya ke masyarakat melalui alokasi
yang strategis sehingga keuntungan yangdidapat bisa dimaksimalkan. Tujuan bank dari
pengalokasian dana adalahmemperoleh keuntungan semaksimal mungkin
DAFTAR PUSTAKA
Budisantoso, Totok dan Nuritomo. 2014. Bank dan Lembaga Keuangan Lain. Edisi 3. Jakarta
Selatan: Salemba empat.
Wijayawati, Lily. Analisis Sumber Dana Dan Penyaluran Dana Dalam Hubungannya Dengan
Laba Bersih Pt. Bank Bumiputera Tbk, Indonesia. Sumber dari:
https://pps.moestopo.ac.id/kelola/no1/2016/isi_p16-59.pdf. Diakses pada tanggal 9
Oktober 2021.