Disusun oleh:
1. RATIH AYU K. (3119 30965)
2. YANI LISNAWATI (3119 30974)
3. NOVEN SANDHEA G.Y. (3119 30986)
Yang paling penting bagi bank adalah bagaimana memilih dan mengelola sumber
dana yang tersedia. Dalam pengelolaan sumber dana dimulai dari perencanaan akan
kebutuhan dana, kemudian pelaksanaan pencarian sumber dana dan pengendalian terhadap
sumber-sumber dana yang tersedia. Pengelolaan sumber dana ini kita kenal dengan nama
manajemen Dana Bank. Dengan kata lain, Manajemen Dana Bank adalah suatu kegiatan
perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian terhadap penghimpunan dana yang ada di
masyarakat.
1. Perencanaan : saldo minimum disetor, produk jasa bank yang ditawarkan
2. Pelaksanaan :
3. Pengendalian :
2
maupun nonkeuangan. SBPU diterbitkan dan ditawarkan dengan tingkat suku bunga,
sehingga masyarakat tertarik untuk membelinya.
(Sumber: Kasmir. 2014. Manajemen Perbankan. Edisi Revisi. Jakarta: Rajagrafindo Perkasa, Bab 4)
A. GIRO NASABAH
Giro merupakan simpanan masyarakat pada bank yang penarikannya dapat dilakukan
dengan menggunakan cek, surat perintah bayar yang lain, bilyet giro, atau surat
pemindahbukuan yang lain. Cek adalah surat perintah pembayaran tanpa syarat, sedangkan
bilyet giro adalah surat perintah pemindahbukuan.
Giro dapat ditarik setiap saat, sehingga giro dikelompokkan sebagai sumber dana jangka
pendek bagi bank dan berbiaya murah. Bank cenderung memberikan jasa giro relatif lebih
rendah dibandingkan dengan sumber dana lainnya seperti tabungan dan deposito. Penetapan
tingkat jasa atau bunga giro merupakan otorisasi bank-bank yang bersangkutan.
Tingkat jasa giro dan cara pemberlakuan jasa giro antara bank yang satu dengan bank
yang lain bisa berbeda. Beberapa bank bisa menerapkan sistem bunga harian, tetapi ada juga
yang menerapkan sistem bunga terendah. Beberapa bank lain mungkin menerapkan bunga
yang sama besarnya untuk setiap nominal, namun di bank lain bisa menerapkan sistem bunga
berjenjang. Bunga berjenjang adalah tingkat bunga giro yang semakin menaik untuk posisi
saldo tertentu. Contoh:
3
1. Akuntansi Giro
Pada saat pembukaan, giran diberikan ketentuan saldo minimal, setoran perdana, cara
penarikan/penyetoran, jasa giro, penutupan giro dan biaya yang menjadi beban giran. Setoran
perdana dan saldo minimal setiap bulan pada setiap bank berbeda, karena ketentuan ini
diserahkan pada bank masing-masing. Bila calon giran sepakat, maka giro bisa langsung
dibuka dan giran dibebani penggantian barang cetakan berupa buku cek dan bilyet giro.
Transaksi giro dicatat sebesar nilai nominal dan disajikan sebesar nilai
kewajiban bank terhadap nasabah giran. Nilai nominal adalah nilai nominal
setoran/penarikan, sedangkan nilai kewajiban adalah nilai saldo setelah mengalami mutasi
pendebetan atau penarikan. Pendebetan misalnya akibat adanya penarikan dan beban biaya
untuk giran. Pengkreditan rekening giro akibat adanya setoran uang tunai /cek, bilyet giro
atau adanya jasa giro yang diperhitungkan bank.
Pada posisi normal, giro akan selalu bersaldo kredit. Namun, tidak menutup
kemungkinan terdapat giran yang melakukan transaksi bisnis yang menimbulkan penarikan
cek atau bilyet giro melebihi saldo giro yang dimilikinya. Bila ini terjadi, maka terjadi saldo
negatif (saldo debet untuk giro). Saldo negatif ini terjadi (dalam arti cek/BG bisa dicairkan
oleh pemegangnya) karena bank memberikan talangan/cerukan terlebih dahulu. Dalam istilah
perbankan disebut overdraft. Overdraft diperlakukan sebagaimana pemberian kredit kepada
nasabah. Giran akan dikenakan biaya provisi, administrasi, dan biaya lainnya.
Dalam hal mutasi giro, bisa dijadikan indikasi bahwa giro tersebut tergolong aktif atau
pasif. Giro dianggap pasif bila selama enam bulan berturut-turut tidak mengalami mutasi
dan bersaldo di bawah saldo minimal. Giro pasif tetap akan dikenakan biaya administrasi
setiap bulan yang dibebabkan pada rekening giro hinga bersaldo nol dan kemudian ditutup
secara sepihak oleh bank, walaupun tidak menutup kemungkinan giran berinisiatif sendiri
untuk menutup gironya.
Contoh:
Transaksi di bawah ini adalah transaksi yang dilakukan oleh Susilo nasabah giro Bank Bisnis
Semarang selama bulan April 2015.
Tanggal:
1/4. Dibuka rekening giro atas nama Susilo dengan setoran perdana Rp1.000.000 secara
tunai. Biaya penggantian barang cetakan berupa buku cek dan bilyet giro sebesar
Rp50.000 yang dibayar tunai
5/4. Susilo setor tunai untuk giro sebesar Rp500.000
10/4. Susilo menyetor giro berupa cek BNI Semarang Rp1.500.000 dan kliring dinyatakan
berhasil hari ini.
4
15/4. Susiolo menarik cek no.1124 sebesar Rp 500.000 untuk membayar hutang kepada
Samsudin nasabah giro Bank Bisnis Semarang. Pada hari ini juga Samsudin
menyetorkannya kepada Bank Bisnis tersebut.
17/4. Pada hari ini Susilo mentransfer dananya ke cabang Surabaya atas beban giro sebesar
Rp 1.000.000
20/4. Susilo setor giro secara tunai Rp 750.000
25/4. Bank bisnis Semarang menerima transfer masuk dari Cabang Cirebon sebesar Rp
1.200.000 untuk keuntungan giro Susilo
27/4. Penarikan Giro oleh Susilo untuk ditransfer ke Cabang Bandung sebesar Rp
2.000.000
30/4 Bank Bisnis menentukan jasa giro 12% akan diberikan dengan saldo minimal Rp
1.000.000. jasa giro dihitung dari saldo terendah dalam bulan yang bersangkutan.
Pajak penghasilan bunga (PPh) sebesar 15% dan biaya administrasi Rp 50.000 setiap
bulan.
Jurnal :
5
Dr. Giro Susilo 1.500
Cr. Hutang PPh 1.500
Jika perhatikan, saldo terendah selama bulan yang bersangkutan adalah Rp1.000.000,
sehingga bunga giro yang dibayar oleh bank sebesar Rp1.000.000 x 12% X 1 /12= Rp 10.000
dikurangi pajak bunga yang harus dititipkan di bank sebesar Rp10.000 X 15% Rp1.500.
Dengan demikian dibayar bersih ke Susilo sebesar Rp8.500. Untuk jurnalnya bisa dilihat
pada tanggal 30/4 di atas. Sedangkan buku mutasi giro yang berfungsi sebagai buku
pembantu dapat digunakan sebagai rekening kontrol.
Kasus di atas menunjukkan semua transaksi dilakukan secara normal sehingga
menghasilkan saldo normal (kredit). Bagaimana kalau terdapat penarikan giro di atas saldo
yang ada? Jika ini terjadi, maka bank bisa menolak pencairan (cek) atau pemindahbukuan
(bilyet Giro) dengan alasan saldonya tidak cukup. Namun, tidak menutup kemungkinan pihak
giran bernegoslasi untuk mendapatkan overdraft. Bila overdraft disetujui maka sama saja
bank mengijinkan giro bersaldo negatif (debet). Overdraft dicatat sebagai kredit yang
diberikan.
Contoh:
Tanggal 3 Mei 2015 terjadi penarikan giro oleh Susilo sebesar Bila bank menyetujui, maka
penarikan dapat dilakukan dan berarti terjadi saldo negatif sebesar Rp1.950.000. Untuk
menutup saldo tersebut, bank memberikan kredit overdraft sebesar Rp2.050.000 yang
dikurangi biaya provisi Rp60.000 dan biaya administrasi Rp40.000.
B. TABUNGAN
Tabungan merupakan simpanan masyarakat atau pihak lain yang penarikannya hanya
dapat dilakukan menurut syarat-syarat tertentu yang telah disepakati tetapi tidak bisa ditarik
dengan menggunakan cek, bilyet giro, atau yang dipersamakan dengan itu. Syarat-syarat
tertentu misalnya harus ditarik secara tunai, penarikan hanya dalam kelipatan nominal
tertentu, jumlah penarikan tidak boleh melebihi saldo minimal tertentu.
Produk tabungan (seperti Simpedes dari BRI, Tahapan dari BCA, pada prinsipnya
mengikuti ketentuan BI yang dalam SK Dir. BI No. 22/63 Kep. Dir. Tanggal 01-12-1989)
bahwa syarat-syarat penyelenggaraan tabungan adalah sebagai berikut:
1. Bank hanya dapat menyelenggarakan tabungan dalam bentuk rupiah.
2. Ketentuan mengenai penyelenggaraan tabungan ditetapkan oleh bank masing-masing.
3. Penarikan tabungan tidak dapat menggunakan cek, bilyet giro, serta surat perintah
bayar lainnya yang sejenis.
4. Penarikan hanya dapat dilakukan dengan mendatangi bank atau alat yang disediakan
untuk keperluan tersebut misalnya Automatic Teller Machine (ATM).
5. Bank penyelenggara tabungan diperkenankan untuk menetapkan sendiri cara
pelayanan, sistem administrasi, setoran, frekuensi pengambilan, tabungan pasif, tingkat
suku bunga, cara perhitungan dan pembayaran bunga, pemberian hadiah, nama
tabungan.
6. Bunga tabungan dikenakan pajak penghasilan (PPh) sebesar 15% final untuk penduduk
dan 20% untuk bukan penduduk. (Kep. Menteri Keu. No. 1308/KMK.04/ 1989).
7
Setiap setoran tabungan akan dicatat sebesar nilai nominal setoran dan
selanjutnya disajikan sebesar nilai kewajiban. Nilai kewajiban adalah saldo
ditambah bunga yang diperhitungkan dikurangi pajak. Setiap bunga yang
diperhitungkan dikreditkan ke rekening tabungan. Untuk setor tabungan, seorang
penabung bisa menggunakan uang tunai, warkat, transfer masuk, dan sebagainya yang
disetujui bank. Setoran menggunakan warkat atau surat berharga lain bisa dikreditkan ke
tabungan kalau warkat itu sudah efektif. artinya bisa diuangkan saat Itu.
Contoh:
Tanggal 1 Mei 2015 Mas Rangga membuka tabungan prima pada Bank Duta Prima
Semarang dengan setoran berupa uang tunai Rp1.000.000, wesel yang telah jatuh tempo
dan telah diendos oleh Bank Maxi Cabang Cilacap sebesar Rp5.000.000, cek BNI
Semarang Rp10.000.000. Inkaso dan kliring terhadapwarkat tersebut dinyatakan berhasil
pada tanggal 1 Mei 2015. Biaya inkaso Rp50.000, biaya meterai untuk surat kuasa
Rp10.000. Maka jurnal pada tanggal 1 Mei 2015 adalah:
Penyetoran tabungan tidak hanya bisa dilakukan pada bank tempat penabung
membuka tabungan, namun bisa dilakukan di kantor cabang yang lain. Bila ini yang terjadi
maka akan dicatat pada Rekering Antar Kantor (RAK). Contoh: Mas Rangga setor tunai
untuk tabungan pada tanggal 5 Mei 2015 sebesar Rp10.000.000 dari cabang Cirebon.
Pencatatannya adalah:
2. Penarikan Tabungan
Penarikan tabungan hanya bisa dilakukan secara tunai di setiap counter-
counter cabang bank yang bersangkutan atau dengan menggunakan alat tertentu berupa
kartu ATM. Penarikan di cabang lain umumnya dibatasi maksimum plafond
8
penarikannya, sedangkan di cabang tempat membuka tabungan bahwa penarikan
diijinkan sampai tabungan bersaldo minimal. Kartu ATM merupakan kartu tunai (cash
card) yang hanya bisa digunakan untuk penarikan tunai di setiap tempat yang tersedia
Automatic Teller Machine (ATM). Penarikan di cabang lain akan dicatat pada Rekening
Antar Kantor (RAK).
Contoh:
10/5-2015 Mas Rangga mencairkan tabungan di cabang Semarang Rp10.000.000.
25/5-2015 Mas Rangga mencai(kan tabungan di cabang Surabaya sebesar
Rp15.000.000.
Pencatatan transaksi ini dapat ditunjukkan baik di cabang Semarang maupun di cabang,
Surabaya sebagai berikut:
9
20/05/2015 15%
25/05/2015 11%
Bunga yang diperoleh Mas Rangga pada bulan Mei 2015 adalah:
Waktu Dana Hari Saldo Suku Bunga Jumlah
Mengendap Bunga Bunga
1/5 s.d 5/5/2015 4 15.940.000 12% 21.253,33
5/5 s.d 10/5/2015 5 25.940.000 12% 43.233,33
10/5 s.d 15/5/2015 5 15.940.000 12% 26.566,67
15/5 s.d 20/5/2015 5 15.940.000 14% 30.994,44
20/5 s.d 25/5/2015 5 15.940.000 15% 33.208,33
25/5 s.d 31/5/2015 6 940.000 11% 1.723,43
Jumlah
Ket. : Perhitungan 4/360 x 15.940.000 x 12% = 21.253,33 , yang lain sama
perhitungannya.
Contoh:
Bank Express Utama berkantor pusat di Surabaya mempunyai cabang di Gresik, Malang,
Kediri, Jember. Pada tahun 2013 akan mengadakan undian berhadiah untuk Tabungan Prima
Utama. Undian akan dilaksanakan dua kali dalam setahun. Posisi saldo Prima Utama per 31
Desember 2012 sebesar Rp12.750.000.000. Nilai hadiah sebelum sumbangan ditentukan
0,4% dari posisi saldo tabungan tersebut. Sumbangan sosial melalui pemerintah 10% dari
nilai hadiah, pajak undian 25% ditanggung bank. Perhitungan hadiah adalah:
Nilai hadiah sebelum sumbangan sosial = 12.750.000.000 x 0,4% 51.000.000
Sumbangan sosial = 10% x 51.000.000 5.100.000
Pajak undian 25% x 5.100.000 12.750.000
Jumlah 68.850.000
Keterangan :
1)4.250.000.000
12.750.000.000 = 0,333334
Bila dalam undian terdapat penabung yang memenangkan hadiah, maka cabang akan
mendebet rekening antar kantor (RAK) kantor pusat dan mengkredit rekening tabungan
nasabah yang bersangkutan. Pencatatan seperti ini dilakukan karena pada saat pembagian
hadiah, asumsinya dana promosi telah di pool di kantor pusat sebagaimana ditunjukkan
12
dalam jurnal di atas sehingga pada saat pembagian ke nasabah, kantor cabang meminta ke
kantor pusat.
Contoh:
Indra Prasetya nasabah Tabungan Prima Utama Cabang Gresik memenangkan hadiah utama
sebesar Rp25.000.000. Pencatatannya pada saat pelimpahan ke rekening nasabah:
Keterangan Rekening Debit (Rp) Kredit (Rp)
Jurnal di Cabang Gresik Dr. RAK Kantor Pusat 25.000.000
(Sumber: Taswan. 2013. Akuntansi Perbankan: Transaksi dalam Valuta Rupiah. Edisi
Ketiga. Yogyakarta: UPP AMP, Bab 6)
13
C. DEPOSITO
Deposito merupakan simpanan masyarakat atau pihak ketiga yang
penarikannnya dapat dilakukkan pada waktu tertentu menurut perjanjian antara
penyimpan dengan bank yang bersangkutan. Penarikan deposito hanya boleh dilakukan
pada waktu tertentu menurut jatuh temponya. Jatuh tempo deposito umumnya terdiri dari
1 bulan, 3 bulan, 6 bulan, 12 bulan, 18 bulan dan 24 bulan. Pada kondisi bank
membutuhkan dana likuiditas relatif besar, semakin lam jangka waktu deposito
semakin tinggi tingkat suku bunganya. Sebaliknya dalam kondisi longgar (ekonomi
normal) tingkat suku bunga deposito akan semakin kecil ntuk deposito yang semakin
berjangka waktu semakin lama.
Deposito masyarakat dapat dikategorikan kewajiban jangka pendek ataupun
kewajiban jangka panjang. Deposito disajikan sebagai kewajiban jangka pendek bila
sejak tanggal pelaporan hingga jatuh temponya tidak melebih 1 tahun. Sedangkan
deposito yang jatuh tempo lebih dari 1 tahun sejak tangggal pelaporan, dapat dicatat sebagai
pelaporan jangka panjang. Dengan demikian deposito berjangka panjang misalnya 18 bulan
bisa digolongkan kewajiban jangka pendek ketika sisa jatuh waktunya kurang dari 12 bulan.
1. Deposito Berjangka
a. Pembukaan Deposito
Untuk membuka deposito, deposan dapat menggunakan setoran tunai, dengan
cek, bilyet giro, bukti transfer masuk, wesel atau warkat lain yang disepakati bank.
Prinsipnya pada saat disetor warkat itu sudah efektif, artinya dapat diuangkan. Bank akan
mencatat dalam rekening bila warkat itu telah diuangkan. Deposito dicatat sebesar nilai
nominal deposito yang tertera dalam perjanjian. Contoh: 31 mei 2008 Reni membuka
deposito berjangka di Bank Mitra Niaga Semarang dengan nominal Rp 50.000.000, bunga
18%pa, jangka waktu 3 bulan. Untuk ini Reni menyerahkan bilyet giro atas nama Reni Rp
20.000.000, cek Bank Mitra Niaga Semarang yang ditarik oleh Sinta sebesar Rp. 10.000.000,
transfer masuk dari Bank Mitra Niaga Cabang Bandung Rp 10.000.000 dan kekurangannya
dibayar tunai. Pajak bunga 15%. Pencatatan transaksi ini adalah:
Tanggal Rekening Debet (Rp) Kredit (Rp)
31 Mei 2008 Dr. Giro Reni 20.000.000
Dr. Giro Sinta 10.000.000
Dr. RAK. Cabang Bandung 10.000.000
Dr. Kas 10.000.000
14
Cr. Deposito Berjangka 50.000.000
Pada contoh diatas dinyatakan bahwa penarikan bunga dilakukan setiap tanggal 5,
dengan demikian Bank akan mebukukan bunga dua kali yaitu pada jatuh tempo bunga dan
saat penarikan bunga. Hal ini sampai dengan jatu tempo deposito. Oleh karena itu penarikan
deposito diasumsikan terjadi pada tanggal 5 juga. Pada kasus ini bank juga harus
membukukan dua kali yaitu saat jatuh tempo dan saat deposito ditarik. Bagaiman kalau bunga
dan deposito pada saat jatuh tempo ditarik tepat pada tanggal jatuh tempo? Bila ini yang
terjadi maka bank hanya membukukan sekali yaitu:
16
Perpanjangan ini dilakukakan karena permintaan deposan yang sudah dibuat atau
diperjanjikan pada saat pembukaan deposito. Dengan demikian bank tidak perlu
menghubungi deposan atau sebaliknya deposan tidak perlu lagi menghubungi bank untuk
memperpanjang deposito.
2) Perpanjangan Biasa
Perpanjangan ini terjadi bila ada kesepakatan antara bank dengan deposan dikemudian
hari saat jatuh tempo. Perpanjangan ini bisa inisiatif deposan atau inisiatif bank (hime
service) untuk nasabah deposan.
Kedua cara perpanjangan tersebut tidak berbeda pencatatannya. Bank akan mendebet
rekening deposito lama dan mengkredit rekening deposito baru. Nomor rekening deposito
dan bilyet deposito tetap sama (menggunakan yang lama). Kecuali suku bunga deposito
berubah ketika terjadi perpanjangan deposito. Contoh: kalau deposito atas nama Reni
diperpanjang saat jatuh tempo (13/8-2008), maka bank akan mencatat:
Lazimnya deposito ditarik setelah jatuh tempo, sebab dalam perjanjian sudah tertera
jangka waktunya. Namun, dalam praktik perbankan, deposan bisa saja menarik deposito yang
masih outstanding. Penarikan deposito sebelum jatuh tempo dapat mengganggu likuiditas
bank, sebab idealnya bank akan menyiapkan dana untuk membayarkan sesuai dengan jadwal
pembayaran. Oleh karena itu bang umum (konvensional) mengenakan penalty tertentu
terhadap deposan bila penarikan dilakukan sebelum jatuh tempo. Penalty dicatat sebagai
pendapatan lain-lain bank. Kebijakan mengenai penalty setiap bank berbeda-beda. Namun
secara umum adalah:
a. Penalty dihitung sekian persen tertentu dari bunga sebelum pajak.
b. Penalty dihitung sekian persen tertentu dari bunga setelah pajak.
c. Penalty dihitung sekian persen tertentu dari nominal deposito.
Contoh:
Intan NawangSasi memiliki deposito di Bank Mitra Niaga Semarang nominal Rp 10.000.000,
jangka waktu 6 bulan, suku bunga 18%pa. deposito yang dibuka pada tanggal 31 Mei 2008,
kemudian ditarik kembali oleh Intan Nawang Sasi pada Tanggal 30 Juni 2008. Perhitungan
dan pencatatan jurnalnya bila:
Penalty dihitung 20% dari bunga sebelum pajak. Pajak 15%
No Keterangan Jumlah
.
1 Bunga deposito = Rp 10.000.000 x 18% x (1/12) 150.000
2 Pajak bunga = 15% x 150.000 22.500
3 Bunga setelah pajak 127.500
4 Penalty = 20% x Rp 150.000 30.000
5 Bunga Deposito yang dibayar bank 97.500
17
Jurnalnya adalah:
Rekening Debet (Rp) Kredit (Rp)
Dr. Deposito Berjangka 10.000.000
Dr. Biaya Bunga 150.000
Cr. Pendapatan lain-lain Penalty 30.000
Cr. Hutang PPh 22.500
Cr. Kas 10.097.500
18
Juni 2008 deposito tersebut dipindahkan kje Bank Mitra Niaga Cabang Solo. Ketentuan
alokasi beban bunga perpindahan deposito di Bank Mitra Niaga adalah:
Lama Pengendapan Deposito Alokasi Beban Bunga di Cabang
1 sampai dengan 7 hari 25%
8 sampai dengan 15 hari 50%
16 sampai dengan 21 hari 75%
22 sampai dengan akhir bulan 100%
Bagaimana alokasi beban bunga dan pencatatan pada jurnal perpindahan deposito?
Kalau kita perhatikan hari bunga, tanggal pembukaan (31 Mei 2008) sampai tanggal
perpindahan (5 Juni 2008) atau selama 5 hari masih berada antara 1 sampai dengan 7 hari,
sehiungga menjadi beban Bank Mitra Niaga Semarang 25% dari bunga perbulan. Sedangkan
deri Bank Mitra Niaga Solo akan menanggung bunga Juni 2008 sebesar 75% dari total bunga
Juni 2008. Untuk bulan selanjutnya di Cabang Solo adalah 100%. Sedangkan perhitungan
alokasi beban bunga adalah:
Kantor Cabang Perhitungan Hasil atau
Jumlah
Bank Mitra Niaga Bunga = 10.000.000 x 18% x (1/12) x 37.500
Semarang 25%
Pajak = 15% x 37.500 5.625
Bunga setelah Pajak pada Bulan Juni 31.875
2008
19
Mitra Niaga Cr.Deposito 10.000.000
Berjangka
Cabang Solo Cr.Bunga DB harus 31.875
dibyr
2. Sertifikat Deposito
Sertifikat deposito pada prinsipnya sama dengan deposito berjangka yaitu simpanan dana
pihak ketiga/masyarakat dan terikat oleh jangka waktu (fixed time). Perbedaannya adalah
sertifikat deposito diterbitkan atas unjuk (pembawa), sedangkan deposito berjangka
diterbitkan atas tunjuk (nama). Sebagai deposito yang diterbitkan atas pembawa berarti siapa
saja boleh menarik sertifikat deposito selama bisa menunjukkan sertifikat deposito tersebut
kepada bank penerbit. Disamping itu sertifikat deposito dapat diperdagangkan oleh
masyarakat setelah mendapat izini dari Bank Indonesia. Perbedaan yang lain dengan deposito
berjangka adalah bahwa bunga bunga sertifikat deposito diperhitungkan dan dibayarkan di
muka. Dengan demikian deposan untuk sertifikat deposito pada saat mebuka deposito
tersebut hanya membayar sebesar nilai tunai sertifikat deposito ditambah sejumlah pajak
bunga yang diperhitungkan di muka. Walaupun demikian pencatatan sertifikat deposito tetap
sebesar nilai nominalnya. Nilai tunai sertifikat deposito ditentukan dengan rumus:
P ×360
Nilai Tunai Sertifikat Deposito=
360+ ( i× t )
No Keterangan Jumlah
.
1 Nominal Sertifikat Deposito 100.000.000
2 Nilai Tunai = (100.000.000 x 360) / (360 + (0,20 x 95. 238.095
90))
3 Bunga dibayar di muka (diskonto) 4.761.905
4 Pajak bunga = 15% x 4.761. 905 714.286
5 Bunga bersih yang dibayar oleh bank 4.047. 619
20
Berdasarkan perhitungan tersebut, maka dapat diketahui jumlah yang harus
dibayarkan ke bank oleh deposan untuk membuka sertifikat deposito tersebut, yaitu:
100.000.000 – 4.047.619= Rp 95.952.381. jurnal transaksi ini adalah:
(Sumber: Taswan. 2013. Akuntansi Perbankan: Transaksi dalam Valuta Rupiah. Edisi
Ketiga. Yogyakarta: UPP AMP, Bab 7)
21