tiga perusahaan tambang milik Grup Bakrie yang kini sedang dalam
penelusuran tim penyidik mencapai Rp 2,1 triliun.
Sumber juga memaparkan, PT Kaltim Prima Coal diduga kurang
membayar pajak Rp 1,5 triliun, PT Bumi Resources Tbk sebesar Rp 376
miliar, dan PT Arutmin Indonesia sebesar US$ 30,9 juta atau ekuivalen
kurang lebih Rp 300 miliar. Hingga 30 November 2009, Direktorat Pajak
telah menerima pembayaran pajak dari KPC sebesar Rp 800 miliar dan
dari Arutmin sebesar US$ 27,5 juta atau sekitar Rp 250 miliar.
Ulasan :
Pajak merupakan suatu kewajiban yang harus dibayarkan penduduk
kepada negara. Sebagai warga negara Indonesia kita harus sadar untuk
taat dalam membayar pajak. Penduduk yang seharusnya ikut serta
membangun negara dari pajak yang disetorkannya, tetapi malah
merugikan negara sendiri dengan tidak membayar pajak maupun
melakukan segala cara untuk menekan pajak yang seharusnya
dibayarkan. Penyelewengan pajak maupun hutang pajak pun
terjadi. Dengan adanya penyelewengan dan hutang pajak tentunya dapat
mengurangi penerimaan negara dari sektor perpajakan, sehingga
menghambat pembangunan infrastuktur. Penyelesaian masalah dari segi
hukum juga terlalu berbelit-belit, sehingga masalah tersebut tidak dapat
diatasi secara cepat. Tidak membayar atau menunda pajak dapat
memperburuk citra dan kinerja pemerintah dan menghambat penyusunan
RAPBN.
Menagih hutang pajak selalu menjadi masalah yang serius. Salah
satunya contoh kasus di atas yang terjadi pada perusahaan group Bakrie.
Dalam kasus tersebut disebutkan bahwa tiga perusahaan tambang
batubara di bawah payung bisnis Grup Bakrie antara lain PT Kaltim Prima
Coal (KPC), PT Bumi Resources Tbk., (BR) dan PT Aruitmin Indonesia telah
melanggar pasal 39 Undang-Undang Ketentuan Umum Perpajakan atau
terindikasi tak melaporkan Surat Pemberitahuan Tahunan secara benar .
Ditjen Pajak Depkeu tengah memeriksa dugaan tunggakan pajak senilai
Rp 2,1 triliun pada tahun buku 2007 dari tiga perusahaan tersebut. BR
diduga menunggak senilai Rp 376 miliar, sedangkan dua anak
perusahaannya yakni KPC sebesar Rp l,5 triliun dan Arutmin sebesar Rp
300 miliar.
Kelas : XI IA 4 / 01
(01)
(03)
(05)
(07)
(09)