Anda di halaman 1dari 17

PASAR DAN LEMBAGA KEUANGAN

“PENGHIMPUNAN DAN PENYALURAN DANA BANK”


EMI208 A1

OLEH:
KELOMPOK 3
Ni Nyoman Mirah Sri Gandari 2007521135 / 11
Mohamad Ardiansyah Wahyudin 2007521149 / 12
Ni Made Adelia Putri Diandra 2007521152 / 13
Pande Kadek Indra Mahardika 2007521161 / 14
I Gede Antara Wijaya Kusuma 2007521163 / 15

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


PROGRAM STUDI MANAJEMEN
UNIVERSITAS UDAYANA
TAHUN 2021
PEMBAHASAN

1. Penghimpunan Dana
Kegiatan usaha yang utama dari suatu bank adalah penghimpunan dan penyaluran dana.
Penyaluran dana dengan tujuan untuk memperoleh penerimaan akan dapat dilakukan dengan
cara-cara tertentu sehingga efisiensi dan dapat disesuaikan dengan rencana penggunaan dana
tersebut. Keberhasilan suatu bank dalam memenuhi maksud tersebut dipengaruhi oleh
beberapa hal seperti :
a. Kepercayaan masyarakat pada bank yang bersangkutan. Gambaran sebuah bank secara
umum di mata masyarakat sangat mempengaruhi tingkat kepercayaan masyarakan pada
bank tersebut.
b. Perkiraan tingkat pendapatan yang akan diperoleh penyimpan dana lebih tinggi
dibanding pendapatan dari alternatif investasi lain dengan tingkat risiko yang seimbang.
c. Risiko penyimpan dana. Apabila sebuah bank dapat memberikan tingkat kepastian
yang tinggi atas dana masyarakat untuk ditarik lagi sesuai waktu yang telah
diperjanjikan, maka masyarakat akan semakin bersedia untuk menempatkan dana
mereka pada bank tersebut.
d. Pelayanan yang diberikan kepada penyimpan dana. Pelayanan yang baik akan membuat
penyimpan dana merasa dihargai dan diperhatikan serta dihormati.
Sumber Penghimpunan Dana
a. Dana Sendiri
Meskipun untuk suatu usaha bank proporsi dana sendiri ini relatif kecil apabila
dibandingkan dengan total dana yang dihimpun ataupun total aktivanya, namun dana
sendiri merupakan hal penting untuk kelangsungan usaha.
b. Dana Dari Deposan
Pada dasarnya sumber dana dari masyarakan dapat berupa giro, tabungan, dan deposito
berjangka yang berasal dari nasabah perorangan atau badan.
c. Dana Pinjaman
Dana pinjaman dapat berupa call money (sumber dana yang dapat diperoleh bank
berupa pinjaman jangka pendek dari bank lain melalui interbank call money market),
pinjaman antarbank, dan kredit likuiditas bank Indonesia.
d. Sumber Dana Lain
Sumber dana lain tidak dapat digolongkan dengan sumber dana yang telah dijabarkan
sebelumnya, sumber dana lain berupa setoran jaminan, dana transfer, surat berharga
pasar uang, dan diskonto bank Indonesia.
Penggunaan Dana
Dana yang berhasil dihimpunkan oleh bank justru akan menjadi beban apabila dibiarkan begitu
saja tanpa ada usaha alokasi untuk tujuan yang produktif. Dana yang telah dihimpun bukanlah
dana yang semuanya murah tapi sebagian besar adalah dana dari deposan yang menimbulkan
kewajiban bagi bank untuk membayar imbal jasa berupa bunga.
2. Pertimbangan Penggunaan Dana
a. Risiko dan Hasil
Apapun bentuk aktiva yang dipilih, pengalokasian dana selalu berkaitan dengan
aspek resiko dan “rate of return” dari aktiva tersebut. Pada dasarnya bank menginginkan
bentuk aktiva yang beresiko serendah mungkin namun dapat menghasilkan penerimaan
atau rate of return setinggi mungkin.
b. Jangka Waktu dan Likuiditas
Dana yang berhasil dihimpun oleh bank menyangkut berbagai macam jangka
waktu pengambilannya. Disamping itu, bank juga memerlukan berbagai bentuk aktiva
disesuaikan dengan keperluan kegiatan usahanya. Berdasarkan pertimbangan tersebut,
bank memiliki berbagai macam bentuk aktiva dengan mempertimbangkan jangka
waktu aktiva tersebut dapat dijadikan alat likuid.
3. Strategi Untuk Mengelola Modal Bank
Perlu diketahui bahwa pengelolaan dana merupakan strategi penghimpunan dana dari
masyarakat dan pengalokasian kembali dana tersebut untuk kepentingan masyarakat yang
mana dari aktivitas tersebut maka bank akan mendapatkan keuntungan atau laba. Dengan
adanya pengelolaan dana yang tepat maka akan membuat bank dapat berfungsi dengan baik
dalam sesuai dengan peranannya sebagai pendukung peningkatan perekonomian negara. Bank
memiliki beberapa macam penyaluran dana seperti pinjaman uang tunai, pinjaman dana dalam
bentuk barang atau pinjaman dana berdasarkan tujuannya. Jika dilihat dari tujuannya, maka
pinjaman dana bank dapat dibedakan menjadi dua, yakni:
I. Mengatur dana sendiri dan dana pihak lain
Manajemen perbankan meliputi pengaturan dana yang dimiliki bank sendiri maupun
dana yang berasal dari pihak lain. Dana yang ada di bank tersebut tidak boleh digunakan
semuanya apalagi digunakan untuk menyalurkan kredit kepada masyarakat. Untuk mengatur
dana tersebut bank maka bank akan menetapkan beberapa alternative untuk penyaluran dana.
Adapun secara umum, bank mengalokasikan dananya dalam berbagai bentuk:
a) Cadangan Likuiditas, ditujukan untuk memenuhi likuiditas jangka pendek. Resiko dari
aktiva ini tergolong rendah dan bank tidak dapat terlalu mengharapkan adanya
penerimaan dalam jumlah yang tinggi dari aktiva ini. Cadangan Likuiditas ini terdiri
atas:
• Cadangan Primer, seperti kas, saldo pada bank lain dan warkat dalam proses
penagihan.
• Cadangan Sekunder, seperti surat berharga jangka pendek yang mudah
diperjualbelikan, surat berharga pasar uang, sertifikat bank indonesia, surat
utang negara, tidak mengalokasikan dananya dalam cadangan sekunder ini, baik
dalam bentuk surat berharga maupun sertifikat bank indonesia.
b) Penyaluran Kredit. Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan berdasarkan pada
persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain yang
mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi kewajibannya setelah jangka waktu
tertentu. Kewajiban tersebut dapat berupa pokok pinjaman, bunga, imbalan atau
pembagian hasil keuntungan. Ditinjau dari segi likuiditasnya, penyaluran kredit
mempunyai tingkat likuiditas yang lebih rendah daripada cadangan primer dan
sekunder.
c) Investasi, dapat berupa penanaman dana dalam surat-surat berharga jangka menengah
dan panjang, atau berupa penyertaan langsung pada badan usaha lain. Bentuk dari surat
berharga tersebut antara lain adalah saham dan obligasi. Berdasarkan UU No. 7 Tahun
1992 bank hanya boleh melakukan penyertaan pada dua ienis badan usaha, yaitu:
a) lembaga keuangan;
b) debitur yang kreditnya macet dan sifat penyertaannya adalah sementara. Seperti
halnya penyaluran kredit karena rate of return dari aset ini relatif tinggi atau
dengan kata lain investasi ini tergolong aset produktif, maka aset ini juga
mengandung risiko yang relatif iebih tinggi juga dibandingkan cadangan primer
dan sekunder.
d) Aset Tetap dan Inventaris, tergolong sebagai aset yang tidak produktif dalam
menghasilkan penerimaan. Bank Indonesia memandang bahwa aset ini memiliki risiko
yang cukup tinggi, seperti adanya kemungkinan rusak, terbakar, serta hilangnya dari
aset tetap dan inventaris. Oleh karena itu, perlu dilakukan pembatasan penanaman dana
dalam aset tetap dan inventaris agar tingkat kesehatan bank tetap terjaga. Walaupun
aset ini tidak produktif, tidak likuid, dan cukup berisiko, bank tetap perlu
mengalokasikan dananya untuk aset ini karena bank memerlukan kantor, mobil,
komputer, dan lain-lain untuk kegiatan usahanya
II. Suku Bunga Kredit
Suku bunga kredit yang diberikan setiap bank berbeda-beda, hal ini tentu dapat
mempengaruhi minat masyarakat untuk mengambil pinjaman. Untuk mengatur pembiayaan
kredit yang akan disalurkan kepada masyarakat maka bank bisa mengaturnya sesuai dengan
kebutuhan pinjaman saat itu.
4. Konsep Sumber-sumber Dana Bank
Yang dimaksud dengan sumber-sumber dana bank adalah usaha bank dalam
menghimpun dana untuk membiayai operasinya. Hal ini sesuasi dengan fungsinya bahwa bank
lembaga keuangan dimana kegiatan sehari-harinya adalah menghimpun dan menyalurkan dana
kepada masyarakat. Adapun sumber-sumber dana bank tersebut adalah sebagai berikut:
a. Dana yang Bersumber Dari Bank Itu Sendiri
Sumber dana ini merupakan sumber dana dari modal sendiri. Modal sendiri maksudnya
adalah modal setoran dari para pemegang sahamnya. Apabila saham yang terdapat dalam
portepel belum habis terjual, sedangkan kebutuhan dana masih perlu, maka pencariannya
dapat dilakukan dengan menjual saham kepada pemegang saham lama. Secara garis besar
dapat disimpulkan pencarian dana sendiri terdiri dari:
1) Setoran modal dari pemegang saham
2) Cadangan-cadangan bank, maksudnya adalah cadangan-cadangan laba pada tahun lalu
yang tidak dibagi kepada para pemegang sahamny
3) Laba bank yang belum dibagi, merupakan laba yang memang belum dibagikan pada
tahun yang bersangkutan sehingga dapat dimanfaatkan sebagai modal untuk sementara
waktu.
Keuntungan dari sumber dana sendiri adaah tidak perlu membayar bunga yang relatif
lebih besar daripada jika meminjam ke lembaga lain.
b. Dana yang Berasal Dari Masyarakat Luas
Sumber dana ini merupakan sumber dana terpenting bagi kegiatan operasi bank dan
merupakan ukuran keberhasian bank jika mampu membiayai operasinya dari sumber dana
ini. Adapun sumber dana dari masyarakat luas dapat dilakukan dalam bentuk:
1) Simpanan giro
2) Simpanan tabungan
3) Simpanan deposito
Simpanan giro merupakan dana murah bagi bank, karena bunga atau balas jasa yang
jasa yang dibayar paling murah jika dibandingkan dengan simpanan tabungan dan
simpanan deposito.
c. Dana yang Bersumber Dari Lembaga Lainnya
Sumber dana yang ketiga ini merupakan tambahan jika bank mengalami kesulitan
dalam pencarian sumber dana pertama dan kedua di atas. Pencarian dari sumber dana
ini relatif lebih mahal dan sifatnya hanya sementara waktu saja. Kemudian dana yang
diperoleh dari sumber ini digunakan untuk membiayai atau membayar transaksi-
transaksi tertentu. Perolehan dana dari sumber ini antara lain dapat diperoleh dari:
1) Kredit likuiditas dari Bank Indonesia, merupakan kredit yang diberikan Bank
Indonesia kepada bank-bank yang mengalami kesulitan likuiditasnya.
2) Pinjaman antar bank (call money) biasanya pinjaman ini diberikan kepada
bankbank yang mengalami kalah kliring di dalam lembaga kliring.
3) Pinjaman dari bank-bank luar negeri, merupakan pinjaman yang diperoleh oleh
perbankan dari pihak luar negeri.
4) Surat Berharga Pasar Uang (SBPU). Dalam hal ini pihak perbankan menerbitkan
SBPU kemudian diperjual belikan kepada pihak berminat, baik perusahaan
keuangan maupun non keuangan.
5. Kebijakan Penghimpunan dan Penggunaan Dana
Tingkat Bunga
Dana-dana yang telah berhasil dihimpun disalurkan dalam berbagai macam bentuk
penggunaan dana dengan tujuan dasar untuk memperoleh penerimaan. Agar penyaluran
dana tersebut đapat menghasilkan keuntungan bagi bank, maka biaya yang dikeluarkan
dalam penghimpunan dana harus lebih kecil daripada penerimaan yang diperoleh dari
penyaluran dana. Pemikiran inilah yang melandasi penerapan tingkat bunga pinjaman yang
lebih besar daripada tingkat bunga simpanan. Perhitungan umum dalam penentuan tingkat
bunga pinjaman dan contohnya dapat dilihat dalam tabel berikut ini:

Tabel 6.1 Komponen Penghitungan Tingkat Bunga Pinjaman


Contoh
Deskripsi Komponen Perhitungan Tingkat Bunga Pinjaman
Perhitungan
Biaya bunga simpanan (rata-rata tertimbang bunga berbagai macam
6,00%
bentuk simpanan masyarakat di bank yang bersangkutan)
Reserve adjustment (proporsi dana simpanan dari masyarakat yang
1,00%
dialokasikan sebagai cadangan untuk tujuan Ikuiditas)
Biaya pelayanan dan pengelolaan simpanan dana masyarakat 0,05%
Penjumlahan 3 komponen di atas disebut dengan Marginal Cost of
7,05%
Fund
Biaya pelayanan dan pengelolaan fasilitas kredit/pinjaman 1,00%
Profit Margin (fingkat keuntungan yang dinginkan oleh bank) 2,00%
Penjumlahan 3 komponen di atas disebut dengan Base Rate 10,5%
Risk Adjustment (Proporsi dari total penyaluran dana yang dianggap
5,00%
berrisiko untuk tidalk dapat ditarik kembali atau menjadi bermasalah)
Lending Rate (tingkat bunga pinjaman yang wajib dibayar oleh
15,05%
debitor)

Selisih antara tingkat bunga pinjaman dan tingkat bunga simpanan disebut dengan
spread. Semakin efisien kinerja suatu bank, akan semakin kecil komponen-komponen
yang ditambahkan pada tingkat bunga simpanan untuk membentuk tingkat bunga
pinjaman. Dengan kata lain, besar kecilnya spread pada suatu bank dapat dijadikan
indikator tingkat efisiensi atas kinerja suatu bank.
Salah satu komponen dalam perhitungan bunga di atas adalah penyesuaian risiko
(risk adjustment). Secara umum. risiko yang ditanggung oleh bank dalam kegiatan
usahanya tidak hanya terdiri dari risiko kredit bermasalah. Jenis-jenis risiko lain yang
terkait dengan usaha bank pada dasarnya dapat berasal dari sisi aktiva maupun pasiva.
Risiko tersebut meliputi:
a) Risiko likuiditas (liquidity risk)
Risiko likuiditas adalah risiko yang dihadapi oleh bank dalam rangka memenuhi
kebutuhan likuiditasnya Kesulitan likuiditas dalam jumlah yang besar dan dalam
waktu yang lama dapat menempatkan bank tersebut dalam posisi sulit sehingga
tergolong bank kurang sehat, kurang dipercaya nasabah, dan ada kemungkinan
menjadi bangkrut.
b) Risiko kredit (credit risk)
Resiko kredit adalah risiko yang dihadapi bank karena menyalurkan dananya dalam
bentuk pinjaman kepada masyarakat. Karena berbagai sebab, debitor mungkin saja
menjadi tidak memenuhi kewajibannya kepada bank seperti pembayaran pokok
pinjaman, pembayaran bunga, dan lain-lain. Tidak terpenuhinya kewajiban nasabah
kepada bank menyebabkan bank menderita kerugian berupa tidak diterimanya
penerimaan yang sebelumnya sudah diperkirakan.
c) Risiko investasi (Investment Risk)
Investment risk adalah risiko yang dihadapi bank berupa kerugian karena penurunan
nilai sural berharga yang dimiliki oleh bank, misalnya saham dan obligasi
d) Risiko operasi (operating risk)
Operating risk adalah risiko yang dihadapi yang berkaitan dengan kebijakan
penghimpunan dana dan penggunaan dananya dalam rangka memperoleh penerimaan
yang saling terkait. Risiko ini meliputi juga kemungkinan kerugian akībat perubahan
struktur biaya operasional bank atau kegagalan dalam meluncurkan produk-produk
perbankan baru kepada masyarakat.
e) Risiko kecurangan (fraud risk)
Fraud risk adalah risiko yang dihadapi bank karena kerugian akibat adanya
ketidakjujuran, penipuan, atau perilaku tidak baik lain yang dilakukan oleh nasabah,
karyawan bank. pejabat bank, atau pihak lainnya.
f) Risiko fidusiari (fiduciary risk)
Fiduciary risk adalah risiko yang dihadapi bank karena memberikan jasa perwali-
amanatan kepada nasabah perorangan atau badan.
Pengelolaan Aktiva dan Pasiva
Pengelolaan aktiva dan pasiva (kewajiban) suatu bank merupakan sesuatu yang tidak
dapat berjalan sendiri-sendiri. Pengelolaan aktiva suatu bank selalu memerhatikan
karakteristik dari penghimpunan dana pada sisi pasiva, dan berlaku juga sebaliknya.
Kegiatan ini biasanya dilaksanakan oleh suatu badan di dalam bank yang terdiri dari wakil-
wakil berbagai bagian dalam bank. Assel-Liability Committee (Alco) merupakan suatu
bentuk komite atau badan yang melaksanakan tugas tersebut. Secara umum komite ini
berhadapan dengan permasalahan:
a) Penghimpunan dana, yang mempertimbangkan aspek:
• biaya administratif
• biaya bunga
• strategi/cara/metode
• diversifikasi
• jangka waktu dan likuiditas
• portofolio dan kaitannya dengan penggunaan dana
b) Penggunaan dana, yang mempertimbangkan aspek:
• likuiditas dan jangka waktu
• risiko
• rate of return biaya bunga
• diversifikasi portofolio dan kaitannya dengan penghimpunan dana
Pendekatan Dasar Pengelolaan Aktiva Pasiva
Pendekatan dalam pengelolaan aktiva dan pasiva suatu bank dapat menggunakan beberapa
pendekatan dasar. Pendekatan yang dapat digunakan adalah sebagai berikut:
a) Pool of Funds
Dana yang telah berhasil dihimpun bank mempunyai karakterisitik yang beragam
menurut jangka waktunya. biayanya, sumber dana tersebut berasal, dan lain-lain
Pendekatan pool of funds memperlakukan dana tersebut sebagai dana tunggal tanpa
memperhitungkan sifat masing-masing komponen pembentuk dana. Dana tunggal itu
kemudian dialokasikan untuk berbagai macam tujuan sesuai dengan strategi
penggunaan dana.
b) Asset Allocation atau Conversion of Funds
Konsep dari pendekatan ini merupakan kebalikan dari pendekatan pool of funds.
Perlakuan terhadap dana yang mempunyai karakteristik berbeda-beda sebagai dana
tunggal dianggap oleh pendekatan ini sebagai asumsi yang tidak sesuai dengan
kenyataan. Dalam kenyataannya masing-masing sumber dana memiliki sifat tersendiri,
sehingga pengalokasiannya harus individual dengan mempertimbangkan karakteristik
masing-masing sumber dana. Misalnya dalam hal jangka waktu dana dan likuiditasnya,
dana jangka pendek hendaknya digunakan juga dalam aktiva jangka pendek berupa
alas. alat likuid. Dana jangka menengah dan panjang dapat digunakan dalam bentuk
aktiva yang likuiditasnya lebih rendah. Aktíva tetap hendaknya hanya berasal dari
modal sendiri. Dengan pendekatan ini diharapkan bank tidak akan mengalami
kesulitan likuditas di masa yang akan datang.
Likuiditas Bank
Likuiditas diperlukan antara lain untuk keperluan:
a) Pemenuhan aturan reserve requiremient atau cadangan wajib minimum yang ditetapkan
bank sentral.
b) Penarikan dana oleh deposan.
c) Penarikan dana oleh debitor.
d) Pembayaran kewajiban yang jatuh tempo.

Suatu bank dianggap likuid apabila:


a) Mempunyai sejumlah alat-likuid yang dapat memenuhi kebutuhan likuiditasnya sesuai
dengan waktunya.
b) Mampu memperoleh tambahan alat likuid sesuai kebutuhan dengan berbagai macam
cara seperti melalui pinjaman, penjualan saham, penyetoran modal, dan konversi dari
aset yang likuiditasnya rendah menjadi alat-alat likuid.

Dalam rangka memenuhi kebutuhan likuiditasnya, bank dapat menggunakan beberapa


pendekatan. Pendekatan tersebut adalah sebagai berikut:
a) Commercial loan theory atau productive theory of credit atau real bills doctrine.
Pendekatan ini menyatakan bahwa likuiditas bank akan dapat terjamin apabila aktiva
produktif bank diwujudkan dalam bentuk kredit jangka pendek dan bersifat self
liquidating. Kredit jangka pendek ini terutama dalam bentuk Kredit Modal Kerja,
sehingga diharapkan dalam jangka pendek debitor dapat mempunyai kemampuan
untuk mengembalikan pinjamannya.
b) Asset shiftability theory.
Pendekatan ini menyatakan bahwa likuiditas bank akan dapat dipelihara apabila aset
bank dapat dengan cepat diubah dalam bentuk aset yang lain yang lebih likuid sesuai
kebutuhan. Fokus dari pendekatan ini adalah surat berharga, karena surat berharga
dipandang cukup mudah untuk dikonversikan menjadi alat likuid. Pinjaman yang
diberikan oleh bank diharapkan juga dijamin dengan menggunakan surat berharga.
c) Doctrine of anticipated income theory.
Pendekatan ini menyatakan bahwa bahwa sumber likuiditas bank dapat dipelihara
meskipun bank menyalurkan kredit jangka panjang. Pendekatan ini menyatakan bahwa
kredit jangka panjang tersebut dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan likuiditas
apabila jadwal pembayaran pokok dan bunga pinjaman direncanakan sebaik mungkin
dan betul-betul disesuaikan dengan pendapatan masa mendatang dari debiturnya.
Dengan adanya pendekatan ini, bank dimungkinkan untuk mengalokasikan dananya
dalam bentuk pinjaman jangka pendek maupun jangka panjang.
Indikator Likuiditas
Indikator atau ukuran yang dapat digunakan untuk mengetahui tingkat likuiditas bank
antara lain:
a) Rasio alat likuid terhadap dana pihak ketiga
Indikator ini untuk mengukur kemampuan alat likuid yang tersedia di bank untuk
memenuhi kebutuhan likuiditas akibat adanya penarikan dana pihak ketiga. Alat likuid
tersebut dapat berupa uang kas, saldo giro pada bank sentral dan bank koresponden,
dan cek dalam proses penagihan. Dana pihak ketiga tersebut dapat berupa giro,
deposito berjangka, sertifikat deposito, dan kewajiban jangka pendek lainnya. Rasio
alat likuid terhadap dana pihak ketiga yang tinggi menunjukkan likuiditas bank yang
tinggi tinggi pula
b) Rasio kredit terhadap total dana pihak ketiga (loan to deposit ratio–LDR)
Indikator ini untuk mengukur jumlah dana pihak ketiga yang disalurkan dalam bentuk
kredit. Rasio kredit terhadap total dana pihak ketiga yang tinggi menunjukkan bahwa
bank yang bersangkutan dalam keadaan kurang likuid.
c) Rasio surat berharga jangka pendek terhadap total surat berharga
Semakin tinggi rasio surat berharga jangka pendek terhadap total surat berharga yang
dimiliki suatu bank, maka semakin tinggi pula tingkat likuiditas bank tersebut.
6. Pinjaman Tunai dan Pinjaman Non Tunai
Pinjaman Tunai
Pinjaman Tunai adalah salah satu produk dari perusahaan atau lembaga pembiayaan yang
memberikan fasilitas pinjaman kepada calon konsumen baru (peminjam atau debitur).
Biasanya pinjaman uang tunai mencakup dua hal, yaitu dengan menyertai agunan maupun
tanpa menyertai agunan. Jika dengan menyertai agunan, maka peminjam diharuskan untuk
memberikan agunan atau jaminan, sedangkan jika tanpa menyertai agunan berarti tidak ada
jaminan apa pun yang dilibatkan. Bahkan, bukan hanya bank yang memberikan produk
pinjaman uang tunai, tapi lembaga keuangan lainnya juga sanggup memberikan fasilitas
semacam ini sehingga Anda tidak perlu meminjam dana dari rentenir yang memberikan porsi
bunga tinggi.
A. Pinjaman Uang Tunai dengan Menyertai Agunan
Pinjaman uang tunai dengan menyertai agunan meliputi tiga produk pembiayaan, yaitu
kredit multiguna, Pegadaian, dan perusahaan pegadaian milik swasta.
1. Kredit multiguna
Kredit multiguna adalah salah satu produk kredit dari perbankan yang memberikan
fasilitas pinjaman uang tunai kepada peminjam (debitur) dengan memberikan jaminan. Dengan
begitu, besarnya pinjaman yang diperoleh dapat disesuaikan dengan harga barang atau properti
yang dijaminkan peminjam. Persyaratan umum bagi peminjam kredit multiguna adalah
memiliki pendapatan bulanan yang sesuai dengan produk kredit multiguna yang dipilih, usia
pemohon kredit harus berada di atas 21 tahun hingga di bawah 55-60 tahun pada saat masa
pelunasan. Adapun contoh-contoh kredit multiguna adalah BFI Finance, Kredit BRIGuna,
KKB BCA Refinancing, Danamon Dana Pinjam 200, Batavia Prosperindo Finance Mutiguna,
Sinarmas Multifinance, Mandiri Kredit Agunan Deposito, dan lainnya.
2. Pegadaian
Pegadaian telah memiliki izin resmi dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) untuk
memberikan pembiayaan atau pinjaman dana cepat kepada masyarakat. Ada tiga jenis
pinjaman di Pegadaian, yakni Kredit Cepat Aman (KCA), Kredit Gadai Sistem Angsuran
(Krasida), dan Kreasi. Dari tiga jenis pinjaman pegadaian, semua persyaratannya sangat mudah
dan cepat. Peminjam harus memiliki kartu tanda penduduk (KTP), kartu keluarga (KK), surat
nikah bagi yang sudah menikah, dan STNK atau BPKB kendaraan bermotor.
3. Pegadaian milik swasta
Pegadaian milik perusahaan swasta juga banyak yang memberikan pinjaman uang tunai
dengan persyaratan yang mudah dan cepat. Ketika meminjam, Anda harus melihat status
pegadaian milik swasta tersebut, apakah sudah memiliki izin dan terdaftar di OJK atau belum.
Jika sudah, maka Anda diperbolehkan untuk meminjam, kalau belum maka tinggalkan saja.
Persyaratan yang diberikan hampir sama, cukup menyerahkan kartu tanda penduduk (KTP),
kartu keluarga (KK), surat nikah bagi yang sudah menikah, dan STNK atau BPKB kendaraan
bermotor.
B. Pinjaman Uang Tunai Tanpa Menyertai Agunan
Kredit tanpa menyertai agunan merupakan salah satu bentuk dari pinjaman uang tunai.
Bentuk kredit ini meliputi kredit tanpa agunan (KTA), pinjaman online, dan cash
advance kartu kredit.
1. Kredit Tanpa Agunan (KTA): KTA adalah salah satu produk perbankan yang banyak
diminati publik. Pinjaman uang tunai yang satu ini tak perlu menjaminkan aset sebagai
agunan. Biasanya peminjam menggunakan produk KTA untuk melunasi biaya pendidikan
anak, biaya berobat, liburan, dan sebagainya. Untuk menggunakan pinjaman KTA,
peminjam harus memenuhi beberapa persyaratan, seperti menyerakan fotocopy identitas
diri (KTP), fotocopy kartu kredit, fotocopy nomor pokok wajib pajak (NPWP), slip gaji
atau surat keterangan penghasilan, fotocopy Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP) dan
rekening koran bank.
2. Pinjaman online: Jika membutuhkan dana ekstra tanpa agunan, maka pinjaman online bisa
menjadi pilihan. Ini adalah fasilitas pinjaman dana oleh penyedia jasa keuangan yang
sifatnya berbasis online. Pinjaman online sejenis ini bisa diselesaikan tanpa ribet dan tanpa
keluar rumah. Anda cukup menjangkaunya lewat aplikasi online yang telah tersedia di
berbagai tipe ponsel. Jadi, Anda tidak perlu mengantre di bank karena pencarian kredit
seperti itu sudah tertelan zaman. Contoh pinjaman online adalah Kredivo, Home Credit
Indonesia, Akulaku, Tunaiku, Cashwagon, Kredit Pintar, dan masih banyak lainnya. Semua
pinjaman online itu menawarkan berbagai macam bunga, tenor, dan besaran pinjaman yang
berbeda-beda. Biasanya persyaratan pinjaman online meliputi kepemilikan kartu tanda
penduduk (KTP), minimal keterangan usia peminjam, Kartu Keluarga (KK), buku
tabungan, dan peminjam memiliki pekerjaan serta berpenghasilan tetap minimal Rp2 juta
per bulan.
3. Cash advance kartu kredit: Cash advance kartu kredit merupakan besarnya dana yang
diberikan bank kepada nasabah. Nantinya, nasabah dapat menarik uang dari rekening kartu
kredit tersebut dari mesin anjungan tunai mandiri (ATM). Produk cash advance kartu
kredit selayaknya disediakan oleh bank, baik milik BUMN maupun swasta. Mengenai
jumlah uang yang bisa ditarik nasabah akan bervariasi tergantung kepada kebijakan
masing-masing bank. Dengan memahami produk dan prosedur pinjaman uang tunai, kini
kita bisa lebih bijaksana dalam menentukan pilihan. Yang terpenting, pastikan jumlah uang
yang dipinjam sesuai dengan kebutuhan dan usahakan untuk bisa melunasi cicilan tepat
waktu.
Pinjaman Non Tunai
Pinjaman Non Tunai merupakan pemberian garansi dibayar oleh bank jika nasabah
mengalami default dalam transaksi atau pekerjaannya. Contoh dari produk kredit non-cash
loan adalah bank garansi, Letter of Credit impor, Surat Kredit Berdokumen Dalam Negeri
(SKBDN), Foreign Exchange Credit Line, dan lain-lain. Dalam pemberian fasilitas non-cash
loan bank ini bertujuan untuk mendapatkan fee-based income dari biaya yang diperoleh dari
pemberian fasilitas tersebut.

7. Risiko Penyaluran Dana Kredit


Menurut Otoritas Jasa Keuangan (2016), risiko kredit adalah risiko akibat kegagalan
pihak lain dalam memenuhi kewajiban kepada lembaga keuangan yang memberikan kredit
sesuai dengan perjanjian yang disepakati. Adapun beberapa macam risiko kredit, yakni:
a) Risiko Konsentrasi Kredit: Risiko yang timbul akibat konsentrasi penyediaan dana
kepada satu pihak atau sekelompok pihak, industri, sektor dan atau area geografis
tertentu yang berpotensi menimbulkan kerugian cukup besar yang dapat mengancam
kelangsungan usaha lembaga keuangan yang memberikan kredit.
b) Risiko akibat Kegagalan Pihak Lawan: Risiko yang timbul akibat konsentrasi
penyediaan dana kepada satu pihak atau sekelompok pihak, industri, sektor dan atau
area geografis tertentu yang berpotensi menimbulkan kerugian cukup besar yang dapat
mengancam kelangsungan usaha lembaga keuangan yang memberikan kredit.
c) Risiko akibat Kegagalan Settleman: Risiko yang timbul akibat kegagalan penyerahan
kas dan atau instrumen keuangan pada tanggal penyelesaian yang telah disepakati dari
transaksi penjualan dan atau pembelian instrumen keuangan.
d) Country Risk: Adalah risiko yang timbul dari ketidakpastian karena memburuknya
kondisi perekonomian negara dalam membayar utang, gejolak sosial politik, serta
kebijakan suatu negara, antara lain rasionalisasi atau pengambilalihan aset, kontrol nilai
tukar, dan atau devaluasi nilai tukar.
KESIMPULAN

1. Penghimpunan dana merupakan kegiatan usaha yang utama dari suatu bank.
Keberhasilan suatu bank dalam memenuhi maksud tersebut dipengaruhi oleh
kepercayaan masyarakat pada bank yang bersangkutan, Perkiraan tingkat pendapatan
yang akan diperoleh penyimpan dana lebih tinggi dibanding pendapatan dari alternatif
investasi lain dengan tingkat risiko yang seimbang, risiko penyimpanan dana, dan
Pelayanan yang diberikan kepada penyimpan dana.
2. Dalam penggunaan dana terdapat dua pertimbangan yang disiapkan sebelum
melakukan penggunaan dana yaitu risiko dan hasil serta jangka waktu dan likuiditas.
3. Bank memiliki beberapa macam penyaluran dana seperti pinjaman uang tunai,
pinjaman dana dalam bentuk barang atau pinjaman dana berdasarkan tujuannya.
berdasarkan tujuannya bank akan membedakan pinjaman dana seperti mengatur dana
sendiri dan dana pihak lain, dan suku bunga kredit. adapun secara umum, bank
mengalokasikan dananya dalam berbagai bentuk, seperti cadangan likuiditas,
penyaluran kredit, investasi, serta aset tetap dan inventaris
4. Dalam konsepnya bank sumber dana adalah segala usaha bank dalam menghimpun
dana untuk membiayai operasionalnya. Sumber-sumber dana bank terdiri dari dana
yang bersumber dari bank itu sendiri, dana dari masyarakat luas, dan dana yang
bersumber dari lembaga lainnya.

5. Dana-dana yang telah berhasil dihimpun disalurkan dalam berbagai macam bentuk
penggunaan dana dengan tujuan dasar untuk memperoleh penerimaan. Salah satu
komponen dalam perhitungan bunga adalah penyesuaian risiko (risk adjustment).
Jenis-jenis risiko lain yang terkait dengan usaha bank pada dasarnya dapat berasal dari
sisi aktiva maupun pasiva. Risiko tersebut meliputi risiko likuiditas, risiko kredit, risiko
investasi, risiko operasi, risiko kecurangan, dan risiko fidusiari. Indikator atau ukuran
yang dapat digunakan untuk mengetahui tingkat likuiditas bank antara lain: rasio alat
likuid terhadap dana pihak ketiga, rasio kredit terhadap total dana pihak ketiga, dan
rasio surat berharga jangka pendek terhadap total surat berharga.
6. Pinjaman Tunai adalah salah satu produk dari perusahaan atau lembaga pembiayaan
yang memberikan fasilitas pinjaman kepada calon konsumen baru (peminjam atau
debitur). Biasanya pinjaman uang tunai mencakup dua hal, yaitu dengan menyertai
agunan maupun tanpa menyertai agunan. Pinjaman Non Tunai merupakan pemberian
garansi dibayar oleh bank jika nasabah mengalami default dalam transaksi atau
pekerjaannya. Contoh dari produk kredit non-cash loan adalah bank garansi, Letter of
Credit impor, Surat Kredit Berdokumen Dalam Negeri (SKBDN), Foreign Exchange
Credit Line, dan lain-lain.
7. Risiko penyaluran dana kredit dapat berupa risiko konsentrasi kredit, risiko akibat
kegagalan pihak lawan, risiko akibat kegagalan settleman, dan country risk.
DAFTAR PUSTAKA

Budisantoso Totok, Triandaru Sigit. 2006. Bank dan lembaga Keuangan Lain. Jakarta:
Salemba Empat.

Anda mungkin juga menyukai