Anda di halaman 1dari 5

Contoh 2

Dari data dalam Gambar 11.1, misalkan jumlah satuan produk yang dijual selama periode
akuntansi berjumlah seperti disajikan dalam gambar 11.2

Produk
A B C D Jumlah
Satuan yang 100.000 15.000 20.000 8.000 53.000
terjual
Hasil Rp100.000 Rp262.500 Rp240.000 Rp160.000 Rp762.500
penjuaan
Harga pokok 75.000 196.875 180.000 120.000 571.875
penjualan
Laba bruto Rp25.000 Rp65.625 Rp60.000 Rp40.000 Rp190.625
Presentase 25% 25% 25% 25% 25%
laba bruto
dari hasil
penjualan

Variasi penggunaan metode nilal jual rclatif kita dapati bila saw atau beberapa produk
bersama memerlukan biaya pengolahan tambahan sctelah saat terpisah (split-oft). Nilal jual
produk bersama dapat diketahui setclah produk bersama tersebut rnengalami pengolahan
lebih lanjut. Dengan demikian pada saat terpisah produk bersanu tersebut belum rnemiliki
nilai jual. Untuk mengalokasikan biaya bersarna perlu dihitung nilai lual hipotetis yang dihi
rung dengan cara mengurangi nilai jua1 produk bersarna setelah diproses lebih lanjut dengan
biaya-biaya yang dikeluarkan untuk pengolahan sejak saat terpisah sampai dengan produk
tersebut siap untuk dijual.

Contoh 3

Misalkan biaya bersama selama satu periode akuntansi berjumlah Rp3.000.000. Harga jual
per kg dan jumlah produk yang diproduksi selama periode akuntansi tampak dalam Gambar

11.3 berikut ini. Produk A setelah terpisah dari produk B memerlukan biaya tambahan
sebesar (separable cost) sebesar Rp100 per kg. Alokasi biaya bersama dapat dilakukan seperti
tampak dalam Gambar 11.3 berikut ini :

Harga Biaya Nilai Jumlah Nilai jual Nilai jual Alokasi Harga
Jual pengolaha jual yang di hipotesis hipotesis biaya Pokok
per n per kg hipotsi produks x jml relative bersama per kg
kg setelah saat s i yang (%) (6) x (7):
(1) terpisah (3) (4) diproduks (5) : 3.000.00 (4)
(2) i (3)x(4) 4.500.00 0
(5) 0 (7) (8)
(6)
Produk Rp Rp Rp Kg Rp % RpRp
Bersam
a
A 400 100 300 10.000 3.000.000 66,7 2.000.00 200
0
B 250 250 6.000 1.500.000 33,3 1.000.00 167
0
4.500.000 100,0 3.000.00
0

Metode Satuan Fisik. Metode satuan fisik mencoba menentukan harga pokok produk
bersama sesui dengan manfaat yang ditentukan oleh masing-masing produk akhir. Dalam
metodeini biava Bersama dialokasikan kepada produk atas dasar koefisien kuantitas
bahan baku yang terdapat dalam masing-masing produk. Koefìsien dinvatakan dalarn
satuan berat, volume, atau ukuran yang lain. Dengan demikian metode ini menghendaki
bahwa produk bersama yang dibasilkan harus dapat diukur dengan satuan ukuran pokok yang
sama. Jika produk bersama mempunyai ukuran pokok yang berbeda, harus ditentukan
koefisien ekuivalensi yang digunakan untuk mengubah berbagai satuan tesebut menjadi
satuan ukuran yang sama. Untuk menggambarkan pemakaian metode ini, misalkan 10.000
barrels minyak mentah diolah dalam proses penyulingan. Hasil produksi pengolahan tersebut
setelah dikurangi dengan kerugian sebanyak 200 barrels (akibat susut atau hilang dalam
proses) tampak dalam Gambar 11.4
Produk Kuantitas (barrels) Persentase
Gasoline 2.600 26,52
Bensin 200 2,04
Kerosin 1.000 10,21
Minyak Pelumas 300 3,06
Minyak Bakar 5.000 51,03
Gas 300 3,06
Produk-produk lain 400 4,08
Jumlah 9.800 4,08
Jumlah yang hilang dlm 200 100,00
proses
10.000

Jika presentase diatas sama dalam setiap proses produksi, maka hal ini dapat digunakan untuk
mengalokasikan biaya bahan baku yang dipakai. Upah langsung dapat dialikasikan dengan
memakai persentase tersebut, kecuali bila ada metode lain yang lebih teliti.

Misalkan selama pengolahan 10.000 barrels minyak mentah tersebut, harga pokok bahan
baku yang dipakai berjumlah Rp15.000.000. Alokasi harga pokok bahan baku tampak dalam
Gambar 11.5 berikut ini :

Kuantitas (tidak
termasuk jumlah
yang hilang) dlm. Alokasi Harga Pokok
Produk barrel Persentase Bahan Baku
Gasoline 2.600 26,52 Rp 3.978.000
Bensin 200 2,04 306.000
Kerosin 1.000 10,21 1.531.500
Minyak pelumas 300 3,06 459.000
Minyak bakar 5.000 51,03 7.645.500
Gas 300 3,06 459.000
Produk-produk lain 400 4,08 512.000
9.800 100,00 Rp 15.000.000

Metode Rata-Rata Biaya per Satuan. Metode ini hana dapat digunakan bila produk
bersama yang dihasilkan diukur dalam satuan yang sama. Pada umumnya metode ini
digunakan oleh perusahaan yang menghasilkan beberapa macam produk yang sama dad
satu proses bersama tetapi mutunya berlainan. Dalam metode ini harga pokok masing-
masing produk dihitung sesuai dengan proporsi kuantitas yang diproduksi. Jalan pikiran yang
mendasari pemakaian metode ini adalah karena semua produk dihasilkan dari proses yang
sama, maka tidak mungkin biaya untuk mcrnproduksi satu satuan produk berbeda satu sama
lain.

Contoh 4

Perusahaan penggergajian kayu menghasilkan berbagai macam mutu kayu. Data kegiatan
perusahaan selama satu periode akuntansi adalah sebagai berikut :

a. Jumah produksi 762.000 meter3


b. Biaya bersama Rp22.860.000
c. Rata-rata biaya per 1.000 meter3 = Rp30.000 (Rp22.860.000 : 762)

Rata-rata biaya per 1.000 meter3 digunakan untuk menghitung harga pokok berbagai macam
kayu yang mempunyai mutu yang berbeda-beda sesuai dengan proporsi kuantitasnya masing-
masing disajikan dalam Gambar 11.6

Kuantitas yang Rata-rata Biaya per


Mutu Kayu Diproduksi 1.000 meter3 Harga Pokok Produk
Utama 76.200 m3 Rp 30.000 Rp 2.286.000
No. 1 381.000 30.000 11.430.000
No. 2 152.400 30.000 4.572.000
No. 3 152.400 30.000 4.572.000
Jumlah 762.000 m3 Rp 22.860.000

Metode rata-rata tertimbang. Penentuan angka penimbang untuk tiap-tiap produk


didasarkan pada jumlah bahan yang dipakai, sulitnya pembuatan produk, waktu yang
dikonsumsi, dan perbedaan jenis tenaga kerja yang dipakai untuk tiap jenis produk yang
dihasilkan. Jika yang dipakai sebagai angka penimbang adalah harga jual produk maka
metode alokasina disebut metode nilai jual relatif.

Soal Latihan No. 2


Jelaskan perbedaan antara produk bersama, produk sampingan dan produk sekutu! Berikan 2
contoh untuk masing-masing jenis produk tersebut!

Jawab :

a. Produk Bersama (joint-product). Produk bersama adalah beberapa macam produk


yang dihasilkan bersama-sama atau serempak dengan menggunakan satu macam atau
beberapa macam bahan baku, tenaga kerja dan fasilitas pabrik yang sama dan
masukkan (input) tersebut tidak diikuti jejaknya pada setiap macam produk tertentu.
Contoh : Pabrik penyulingan minyak mentah (crude oil) menghasikan minyak siap
dikonsumsi berupa minyak gasolin, karosine, minyak diesel (solar), minyak bakar,
minyak tanah, dll.
b. Produk Sampingan (by-product). Produk sampingan juga bisa diartikan sebagai
produk yang bukan tujuan utama operasi perusahaan tetapi tidak dapat dihindarkan
terjadinya dalam proses pengolahan produk disebabkan sifat bahan yang diolah atau
karena sifat pengolahan produk, kuantitas dan nilai produk sampingan relatif kecil
dibandingkan dengan nilaikeseluruhan produk. Contoh : pada pabrik penggergajian
kayu, kayu lapis dan papan kayu merupakan produk utama, sedangkan serbuk gergaji
dan kayu bakar merupakan produk sampingan.
c. Produk Sekutu (coproduct). Produk sekutu dapat didefinisikan sebagai beberapa
macam produk yang dihasilkan dalam waktu yang sama, tetapi tidak berasal dari
proses pengolahan yang sama atau tidak dari bahan baku yang sama. Contoh : Pabrik
penggergajian dapat menghasilkan papan kayu dan kayu lapis dari berbagai jenis kayu
log (kayu gelonggongan) yang diproses sehingga macam produk yang dihasilkan
dapat berupa papan kayu jati, kayu meranti, kayu kanfer, begitu pula dapat dihasilkan
kayu lapis jati, meranti atau kanfer.

Anda mungkin juga menyukai