Anda di halaman 1dari 24

SISTEM AKUNTANSI UNTUK PRODUK GABUNGAN

DAN PRODUK SAMPINGAN


Asal mula dari produk sampingan bervariasi. Produk sampingan yang dihasilkan
dari pembersihan produk utama, seperti gas dan tar yangn dihasilkan dari produksi
arang, biasanya memiliki nilai sisa. Dalam beberapa kasus, produk sampingan adalah sisa
atau sampah, seperti serbuk gergaji di tempat penggergajian kayu. Dalam kasus lain
produk sampingan timbul dari proses persiapan bahan baku sebelum digunakan dalam
proses produksi produk utama. Pemisahan biji kapas dari kapas, buah apel dari biji apel,
dan kulit dari daging merupakan contoh dari produk sampingan semacam ini.
Produk sampingan dapat diklasifikasikan mejadi 2 kelompok menurut kondisi dapat
dipasarkannya produk tersebut pada titik pisah batas :
1) Yang dijual dalam bentuk asalnya tanpa diproses lebih lanjut,dan
2) Yang membutuhkan proses lebih lanjut agar dapat dijual.
Contoh klasik dari poduk gabungan adalah industri pengemasan daging. Berbagai
jenis potongan daging dan beberapa produk sampingan dihasilkan dari satu hewan
potong dengan satu total biaya. Contoh lain dari produksi gabungan adalah produksi
bensin. Derivasi bensin biasanya menghasilkan produk nafta, kerosin, dan minyak bakar
terdistilasi. Contoh lain proses produksi produk gabungan adalah produksi secara
simultan dari berbagai jenis lem dan pemprosessan kedelai menjadi minyak dan bahan
pangan. Perhitungan biaya produk gabungan juga ditemukan industri yang harus
memilah bahan baku sebelum diproses. Produsen tembakau kecuali dalam kasus
tembakau yang sudah dipilah dibeli dari luar dan semua barang perusahaan
pengalengan buah dan sayuran menghadapi masalah ganda dari alokasi biaya gabungan:
a) Biaya bahan baku berlaku untuk semua tingkatan mutu (grades) hasil pemilahan,
dan
b) Biaya proses produksi selanjutnya terjadi secara simultan untuk semua jenis
tingkatan mutu tersebut.

Produk Gabungan dan Produk Sampingan| 1


I. Pengertian Produk Gabungan dan Produk Sampingan

Istilah Produk Sampingan (by product) umumnya digunakan untuk


mendefinisikan suatu produk dengan nilai total yang relatif kecil dan dihasilkan
secara simultan atau bersamaan dengan produk lain yang nilainya lebih besar.
Produk dengan nilai total yang lebih besar tersebut biasanya disebut Produk
Utama (main product). Produk utama biasanya diproduksi dalam jumlah yang
lebih besar dibandingkan dengan produk sampingan. Biasanya, produsen hanya
memiliki sedikit kendali atas jumlah produk sampingan yang dihasilkan.
Sebaliknya, diperkenalkannya metode teknik yang lebih maju seperti yang
digunakan di industri perminyakan, telah memungkinkan pengendalian yang
lebih besar atas jumlah residu dan produk sampingan lainnya. Misalnya saja,
suatu perusahaan yang menyewa truk untuk mengangkut bahan tertentu
menemukan bahwa bahan buangan tersebut dapat digunakan sebagai pupuk.
Produk sampingan ini sekarang menjadi sumber pendapatan lain untuk industri.
Produk Gabungan (joint product) dihasilkan secara simultan melalui
suatu proses atau serentetan proses umum, dimana setiap produk yang
dihasilkan dari proses tersebut memiliki lebih dari sekedar nilai nominal. Proses
produksi tersebut bersifat simultan karena proses itu menghasilkan seluruh
produk tersebut tanpa kecuali. Peningkatan dalam output salah satu produk
pasti akan menyebabkan peningkatan kuantitas dari produk atau produk-produk
lain, dan demikian pula sebaliknya, walaupun tidak harus dalam proporsi yang
sama. Titik pisah batas (split-off point) didefinisikan sebagai titik dimana
produk-produk tersebut dapat dipisahkan sebagai unit-unit individual. Sebelum
titik tersebut, produk-produk tadi masih dalam satu kesatuan yang homogen.
Perbedaan Produk Bersama dan Produk Sampingan seperti tertera dalam tabel
dibawah ini :

Produk Gabungan dan Produk Sampingan| 2


Kriteria Produk Bersama Produk Sampingan
Nilai Jual Relatif Tinggi Lebih Rendah
Pembuatan Produk Tujuan Utama Sampingan (tidak bertujuan
memproduksi produk ini)
Harga Pokok Produksi Alokasi Sebanding Sering kali tidak dibebani biaya
produksi

II. Metode-metode Alokasi Biaya Produksi Gabungan ke Produk Gabungan

Untuk membebankan biaya bersama ke masing-masing poduk bisa


digunakan salah satu dari metode berikut :
1. Harga jual relatif
2. Unit produk rata-rata
3. Rata-rata tertimbang
Contoh :
PT.Ditiasa mengeluarkan biaya bersama sebesar Rp.9.000.000,- Produk bersama
dihasilkan adalah Sabun A, Sabun B, dan Sabun C (Di singkat SA, SB,dan SC)
masing-masing jenis dibuat SA=30.000 unit; SB=40.000 unit; SC= 20.000
unit,harga jual perunit @SA=Rp200,-;@SB=Rp150,-;@SC=Rp150,- .
Metode Harga Jual Relatif
Dengan tidak mempertimbangkan adanya produk sampingan(dianggap
tidak ada) dan tidak ada biaya terpisah(separable cost). Alokasi biaya bersama
dengan metode relatif harga jual adalah :

Jenis Harga jual Unit Jumlah Persent Alokasi biaya bersama


produk produ penjualan ase
k relatif
(1) (2) (3) (4) (5)
(1x2) (4x biaya bersama)
Sabun A Rp 200,- 30.000 Rp 40% Rp 3.600.000,-
Sabun B Rp 150,- 40.000 6.000.000,- 40% Rp 3.600.000,-
Sabun C Rp 150,- 20.000 Rp 20% Rp 1.800.000,-
6.000.000,-

Produk Gabungan dan Produk Sampingan| 3


Rp
3.000.000,-
Rp 100% Rp 9.000.000,-
15.000.000,-
40% × Rp 9.000.000 = Rp 3.600.000
Rp 6.000.000
SA= ×100 %=4040%
%× Rp 9.000.000= Rp 3.600.000
Rp 15.000.000
20% × Rp 9.000.000= Rp 1.800.000
Rp6.000 .000
SB= × 100 %=40 %
Rp15.000 .000
Contoh :
Apabila Rp 3.000.000
SC= timbul biaya terpisah
×100misalnya
%=20 %produk SA= Rp 2.000.000; produk SB=Rp
Rp 15.000.000
2.000.000 tetapi produl SC tidal memerlukan tambahan biaya, maka alokasi
biaya bersama dengan metode relatif harga pasar (dengan asumsi harga jual
perunit sesudah biaya terpisah ) SA=Rp 300,-; SB= Rp 250,- maka perhitungan
biaya bersama adalah :

Jeni Harga Unit Hasil Biaya Harga jual Pers Alokasi


s jual produ penjualan terpisah relatif entas biaya
pro per ksi e bersama
duk unit relati
f
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
(2) x (3) (4)-(5) (7)x biaya
bersama
SA Rp 30.00 Rp Rp Rp 38,8 Rp
300,- 0 9.000.000 2.000.000 7.000.000 9% 3.500.100,-
SB Rp 40.00 Rp Rp Rp 44,4 Rp
250,- 0 10.000.000 2.000.000 8.000.000 4% 3.999.600,-
SC Rp 20.00 Rp - Rp 16,6 Rp
150,- 0 3.000.000 3.000.000 7% 1.500.300,-
Rp 7.000.000 Rp 100% Rp
SA= ×100 %=38,89 %Rp 9.000.000 = Rp 3.500.100
Rp 18.000.000 38,88% × 18.000.000 9.000.000
44,44% × Rp 9.000.000= Rp 3.999.600
Rp8.000 .000
SB= × 100 %=44,44 %
Rp18.000 .000 16,67% × Rp 9.000.000= Rp 1.500.300

Rp 3.000.000
SC= ×100 %=16,67 %
Rp 18.000.000
Produk Gabungan dan Produk Sampingan| 4
Metode Unit Produksi Rata-rata
Dalam metode unit produksi rata-rata, maka biaya bersama dibebankan
ke produk berdasarkan jumlah unit yang diproduksi. Makin besar unit diproduksi
makin besar dibebani biaya produksi. Metode ini kurang tepat untuk digunakan
bagi produk yang hasil jualnya mempunyai perbedaan yang besar antara produk
satu dengan lainnya.
Contoh :
Dengan data yang ada pada perusahaan sabun PT. Ditiasa, maka alokasi biaya
bersama metode unit produksi rata-rata PT. Nomi sebagai berikut :
Jenis Unit Persentase Relatif Produksi Alokasi Biaya
Produk Produksi Rata-rata Bersama
(1) (2) (3) (4)
(2) : Total (2) (3) x Biaya bersama
SA 30.000 33,33% Rp 2.999.700,-
SB 40.000 44,44% Rp 3.999.600,-
SC 20.000 22,23% Rp 2.000.700,-
90.000 100% Rp 9.000.000,-

30.000 33,33% × Rp 9.000.000 = Rp 2.999.700


SA= ×100 %=33,33 %
90.000
44,44% × Rp 9.000.000= Rp 3.999.600
40.000
SB= ×100 %=44,44 %
22,23% × Rp 9.000.000= Rp 2.000.000
90.000

Metode20.000
Rata-rata Tertimbang
SC= ×100 %=22,23 %
Metode90.000
rata-rata tertimbang adalah metode yang digunakan untuk
menyempurnakan metode unit produksi. Dalam metode rata-rata tertimbang,
unit produksi harus dicari bobot sehingga pembagian biaya bersama karena
lebih tepat. Misalnya untuk membuat produk SA,SB, dan SC tersebut diperlukan
bahan SA= 0,6 liter; SB= 0,3 liter; dan SC= 1liter. Maka alokasi biaya bersama
dengan metode rata-rata tertimbang, akan tampak sebagai berikut :

Jenis Unit Unit Relatif Persentase Alokasi Biaya


Produksi Produksi Tertimbang Produksi Material
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
(2) x(3) (5)x material
SA 30.000 0,6 18.000 36% Rp 3.240.000

Produk Gabungan dan Produk Sampingan| 5


SB 40.000 0,3 12.000 24 % Rp 2.160.000
SC 20.000 1 20.000 40 % Rp 3.600.000
90.000 50.000 100 % Rp 9.000.000
SA=30.000× 0,6=18.000 36% × Rp 9.000.000 = Rp 3.240.000

SB=40.000× 0,3=12.000 24% × Rp 9.000.000= Rp 2.160.000

SC=20.000× 1=20.000 40% × Rp 9.000.000= Rp 3.600.000

Tambahan atau Revisi dari Metode-metode Alokasi Biaya Produksi Gabungan


ke Produk Gabungan.
Biaya produk gabungan (terjadi sebelum titik pisah batas), dapat
dialokasikan ke produk gabungan menggunakan salah satu metode berikut :
a. Metode harga pasar, berdasarkan harga pasar relatif dari produk
individual.
b. Metode biaya-biaya per unit.
c. Metode rata-rata tertimbang, berdasarkan pada faktor pembobotan
yang telah ditentukan sebelumnya.
d. Metode unit kuantitatif, berdasarkan pada ukuran fisik unit seperti
berat, ukuran linear, atau volume.
Metode Harga Pasar
Pendukung metode harga pasar sering kali berpendapat bahwa harga
pasar dari produk apapun sampai batas tertentu merupakan manifestasi dari
biaya yang dikeluarkan untuk memproduksinya. Anggapannya adalah bahwa jika
suatu produk harganya lebih mahal daripada produk lain, hal tersebut
disebabkan karena biaya yang dikeluarkan untuk memproduksinya lebih besar.
Dengan kata lain, jika bukan karena biaya, maka harga jual tidak akan ada.
Tetapi, berdasarkan definisinya, usaha yang diperlukan. Jika dapat ditentukan,
maka alokasi dapat dihitung berdasarkan jumlah relatif dari usaha yang
diperlukan untuk setiap produk gabungan. Lebih lanjut lagi, menurut teori
ekonomi, harga dalam ekonomi dengan pasar yang kompetitif ditentukan
berdasarkan kelangkaan dari barang yang diminta oleh pelanggan, bukan
berdasarkan biaya relatif untuk memproduksi barang tersebut.
Argumen lain untuk menggunakan harga pasar untuk mengalokasikan biaya
gabungan adalah bahwa metode ini netral. Berarti, metode ini tidak
mempengaruhi profitabilitas relatif dari produk gabungan. Keputusan yang

Produk Gabungan dan Produk Sampingan| 6


harus dibuat berdasarkan pada suatu analisis atas profitabilitas relatif dari
berbagai produk gabungan tidak terdistorsi oleh alokasi biaya metode harga
pasar akan menyebabkan setiap produk gabungan memiliki tarif laba kotor yang
sama per dolar penjualan.
Pilihan atas berbagai metode akuntansi cenderung untuk arbitrer ketika
proporsi produk gabungan yang menyusun bauran output tidak dapat diubah.
Tetapi, pilihan tersebut tidak akan arbitrer bila proporsi dapat bervariasi dan
terdapat hubungan antara total biaya gabungan dengan total nilai output. Hal
tersebut mengimplikasikan dukungan rasional yang kuat bagi metode harga
pasar atau harga jual jika, untuk input tertentu ke proses produksi gabungan,
dua kondisi berikut terpenuhi :
1. Bauran fisik dari output dapat diubah dengan mengeluarkan lebih
banyak (atau lebih sedikit) biaya gabungan relatif terhadap biaya
produksi lainnya, dan
2. Jika perubahan tersebut menghasilkan total nilai pasar yang lebih besar
(atau lebih kecil)
Produk Gabungan yang Dapat Dijual pada Titik Pisah-Batas. Metode harga
pasar mengalokasikan biaya gabungan berdasarkan harga pasar relatif dari
produk gabungan. Metode ini total harga pasar dari setiap produk, yaitu jumlah
unit yang diproduksi dikalikan dengan harga jual per unit. Untuk
mengilustrasikan hal ini, asumsikan produk gabungan A, B, C, dan D diproduksi
dengan biaya gabungan sebesar $120.000. Kuantitas yang diproduksi adalah A=
20.000 unit, B= 15.000 unit, C= 10.000 unit, dan D= 15.000 unit. Produk A dijual
seharga $0,25; B seharga $3,00; C seharga $3,50; dan D seharga $5,00. Harga ini
merupakan harga pasar dari produk tersebut pada titik pisah batas. Dengan kata
lain, diasumsikan bahwa produk-produk tersebut dapat dijual pada titik
tersebut. Manajemen mungkin saja memutuskan bahwa akan lebih
menguntungkan jika produk tertentu diproses lebih lanjut sebelum dijual.
Namun hal tersebut tidak akan mengubah penggunaan harga jual pada titik
pisah batas sebagai dasar alokasi biaya gabungan. Alokasi biaya gabungan dapat
dihitung sebagai berikut :

Produk Gabungan dan Produk Sampingan| 7


Produ Unit Harga pasar Total Rasio nilai Pembagian
k produksi unit pada harga produk biaya produksi
titik pisah pasar terhadap total gabungan
batas harga pasar

A 20.000 $ 0,25 $ 5.000 3,125 % $ 3.750


B 15.000 3,00 45.000 28,125 33.750
C 10.000 3,50 35.000 21,875 26.250
D 15.000 5,00 75.000 46,875 56.250
Total $ 160.00 100,000 % $ 120.000
0

Hasil yang sama juga akan diperoleh apabila total biaya produksi gabungan
($120.000) dibagi dengan total harga pasar dari keempat produk($160.000).
Angka yang dihasilkan sebesar 0,75 merupakan rasio biaya produksi gabungan
dari setiap produk terhadap harga pasarnya. Dengan mengalikan harga pasar
dengan rasio tersebut, biaya gabungan dialokasikan sebagaimana ditunjukkan
ditabel sebelumnya.
Berdasarkan metode harga pasar, setiap produk gabungan menghasilkan
persentase laba kotor yang sama, dengan asumsi bahwa unit dijual tanpa
pemprosessan lebih lanjut. Hal ini dapat diilustrasikan sebagai berikut, dengan
asumsi bahwa tidak ada persediaan awal :

Total A B C D
Unit-penjualan 52.000 18.000 12.000 8.000 14.000
Persediaan akhir 8.000 2.000 3.000 2.000 1.000
Penjualan-(dolar) 138.000 4.500 36.000 28.000 70.000
Biaya produksi 120.000 3.750 33.750 26.250 56.250
Dikurangi persediaan 16.125 *375 6.750 5.250 3.750
akhir
Harga pokok penjualan 103.875 3.375 27.000 21.000 52.500
Laba kotor 34.625 1.125 9.000 7.000 17.500
Persentase laba kotor 25% 25% 25% 25% 25%
*Biaya produksi $3.750÷20.000 unit produksi= $0.1875× 2.000 unit persediaan
akhir =$375
Produk Gabungan yang Tidak Dapat Dijual pada Titik Pisah-Batas. Produk yang
yidak dapat dijual dititik pisah batas, dan oleh karena itu tidak memiliki harga

Produk Gabungan dan Produk Sampingan| 8


pasar, memerlukan pemprosessan tambahan sebelum dapat dijual. Dalam kasus
semacam itu, dasar untuk mengalokasikan biaya gabungan adalah harga pasar
hipotesis pada titik pisah batas. Untuk mengilustrasikan alokasi ini asumsi
berikut ini ditambahkan ke contoh sebelumnya:
Kasus Harga pasar per unit Biaya pemprosessan lebih lanjut (setelah
titik pisah batas)
A $ 0,50 $ 2.000
B 5,00 10.000
C 4,50 10.000
D 8,00 28.000
Untuk memperoleh dasar alokasi, biaya pemprosessan lebih lanjut dikurangi dari
harga pasar final untuk mendapatkan harga pasar hipotesis. Beban pemasaran
dan beban administratif yang dapat ditelusuri langsung ke produk tertentu, serta
estimasi untuk laba juga harus dikurangi jika jumlahnya berbeda secara
proporsional untuk produk gabungan yang berbeda. Tabel berikut ini
mengindikasikan langkah-langkah yang harus diambil:

Produ Harg Unit Harga Biaya Harga Pemba Total Perse


k a produ pasar pempro pasar gian biaya ntase
pasa ksi final sessan hipote biaya produ total
r setelah sis * produ ksi biaya
final titik ksi produ
per pisah gabun ksi **
unit batas gan **
A 0,50 20.000 10.000 2.000 8.000 4.800 6.800 68,0
B 5,00 15.000 75.000 10.000 65.000 39.000 49.000 65,3
C 4,50 10.000 45.000 10.000 35.000 21.000 31.000 68,8
D 8,00 15.000 120.00 28.000 92.000 55.200 83.200 69,3
0
Total 250.00 50.000 200.00 120.00 170.00 68,0
0 0 0 0
* Pada titik pisah batas

Produk Gabungan dan Produk Sampingan| 9


** Persentase untuk mengalokasikan biaya produksi gabungan :
total biaya produksi gabungan $ 120.000
= =0,60=60 % ; 60 % ×h arga pasar hipotesis
total h arga pasar h ipotesis $ 200.000
** Persentase biaya produksi dihitung dengan membagi total biaya produksi
* dengan harga pasar final. Misalnya:
$ 49.000
=0,653=65,3 % untuk produk B , dan
$ 75.000

$ 170.000
=$ 0,68=68 % untuk semua produk
$ 250.000
Jika produk tertentu dapat dijual dititik pisah-batas sementara yang lain tidak,
maka harga pasar pada titik pisah-batas digunakan untuk kelompok yang
pertama. Untuk kelompok yang terakhir, digunakan harga pasar hipotesis.
Laporan laba kotor berikut ini menggunakan jumlah unit terjual yang sama
dengan yang digunakan diilustrasi sebelumnya, tetapi harga jual telah dinaikkan
sebagai akibat dari pemprosessan lebih lanjut.

Total A B C D
Unit-penjualan 52.000 18.000 12.000 8.000 14.000
Persediaan akhir 8.000 2.000 3.000 2.000 1.000
Penjualan (dolar) 217.000 9.000 60.000 36.000 112.000
Harga pokok penjualan:
Biaya produksi gabungan 120.000 4.800 39.000 21.000 55.200
Biaya pemprosessan lebih 50.000 2.000 10.000 10.000 28.000
lanjut
Total 170.000 6.800 49.000 31.000 83.200
Dikurangi persediaan akhir 22.227 680* 9.800 6.200 5.547
Harga pokok penjualan 147.773 6.120 39.200 24.800 77.653
Laba kotor 69.227 2.280 20.800 11.200 34.347
Persentase laba kotor 32% 32% 35% 31% 31%
* Biaya produksi $6.800÷ 20.000unit produksi=$0,34;$0,34x2.000 unit di
persediaan akhir=$680
Laporan sering kali dibuat sedemikian rupa sehingga semua produk gabungan
memiliki profitabilitas yang sama. Untuk mencapai hal tersebut, teknik nilai jual
dapat dimodifikasi dengan menggunakan persentase laba kotor secara
keseluruhan untuk menentukan laba kotor dari setiap produk. Dalam tabel
berikut ini, laba kotor (23%) dikurangi dari nilai jual untuk menentukan total

Produk Gabungan dan Produk Sampingan| 10


biaya. Total biaya kemudian dikurangi dengan biaya pemprosessan lebih lanjut
dari setiap produk untuk menentukan alokasi biaya gabungan untuk masing-
masing produk gabungan tersebut.
Total A B C D
Harga jual final 250.000 10.000 75.000 45.000 120.000
Dikurangi laba kotor 32% 80.000 3.200 24.000 14.400 38.400
Total biaya 170.000 6.800 51.000 30.600 81.600
Biaya pemprosessan 50.000 2.000 10.000 10.000 28.000
lebih lanjut
Persentase laba kotor 120.000 4.800 41.000 20.600 53.600

Jika harga jual persentase laba kotor, atau biaya pemprosessan lebih lanjut
merupakan estimasi dan bukannya jumlah aktual, maka saldo yang berjudul
“biaya gabungan” berfungsi sebagai dasar untuk mengalokasikan biaya
gabungan aktual.
Metode Biaya Rata-rata per Unit
Metode biaya rata-rata per unit (average unit cost method)berusaha
untuk mengalokasikan biaya gabungan keproduk gabungan sedemikian rupa
sehingga setiap produk menerima alokasi biaya gabungan per unit dalam jumlah
yang sama, yang disebut sebagai biaya rata-rata per unit. Biaya rata-rata per
unit diperoleh dengan cara membagi total biaya gabungan denga total jumlah
unit yang diproduksi. Perusahaan yang menggunakan metide ini berpendapat
bahwa semua produk yang dihasilkan melalui proses yang sama seharusnya
menerima pembagian biaya gabungan yang besarnya proporsional dengan
jumlah unit yang diproduksi. Selama semua produk gabungan diukur dengan
unit fisik yang sama dan tidak berbeda jauh dalam hal harga pasar per unit,
metode ini wajar. Tetapi ketika unit yang diproduksi tidak diukur denga satuan
yang sama, dan harga pasar per unit berbeda secara signifikan, maka metode ini
sebaiknya tidak digunakan.
Dengan menggunakan angka-angka dari contoh untuk harga pasar, metode rata-
rata per unit dapat diilustrasikan sebagai berikut :
total biaya produksi gabungan $ 120.000
= =$ 2 per unit
total jumla h unit yang diproduksi $ 60.000
Produk Unit produk Pembagian biaya produksi gabungan
A 20.000 $ 40.000
B 15.000 30.000

Produk Gabungan dan Produk Sampingan| 11


C 10.000 20.000
D 15.000 30.000
60.000 $ 120.000
Metode Rata-rata Tertimbang
Dalam beberapa kasus, Metode biaya rata-rata per unit (average unit
cost method) tidak memberikan jawaban yang memuaskan atas masalah alokasi
biaya gabungan, karena unit-unit individual dari berbagai produk gabungan
berbeda secara signifikan. Dalam kasus semacam ini faktor pembobotan yang
telah ditentukan sebelumnya dapat diberikan ke setiap unit. Faktor pembobotan
disarkan pada atribut-atribut seperti ukuran unit, tingkat kesulitannya, waktu
yang diperlukan untuk memproduksi unit tersebut, perbedaan dalam jenis
tenaga kerja yang digunakan, dan perbedaan dalam jumlah bahan baku yang
digunakan. Barang jadi dari semua jenis dikalikan dengan faktor pembobotan
guna menghitung dasar untuk mengalokasikan biaya gabungan.
Untuk tujuan ilustrasi, asumsikan faktor pembobotan yang dibebankan
ke keempat produk di contoh sebelumnya sebagai berikut:
Produk A-3 poin
Produk B-12 poin
Produk C-13,5 poin
Produk D-15 poin
Menggunakan data dari contoh sebelumnya, alokasi biaya gabungan
diilustrasikan sebagai berikut:
Produ Unit x poin = Rata-rata x Biaya = Pembagian
k produk tertimbang per biaya
unit* produksi
gabungan
A 20.000 3 60.000 $0,20 $ 12.000
B 15.000 12 180.000 $0,20 $ 36.000
C 10.000 13,5 135.000 $0,20 $ 27.000
D 15.000 15 225.000 $0,20 $ 45.000
600.000 $ 120.000
Total biaya produksi gabungan $ 120.000
* = =$ 0,20 per unit
Total rata−rata tertimbang $ 600.000
Metode Unit Kuantitatif
Metode unit kuantitatif (quantitative unit method) mengalokasikan
biaya gabungan berdasarkan satuan pengukuran yang sama, misalnya

Produk Gabungan dan Produk Sampingan| 12


pon,galon, ton, atau meter persegi. Jika produk gabungan tidak biasanya diukur
dalam satuan ukuran yang sama, maka ukuran tersebut harus dikonversikan
kesatuan yang sama. Misalnya, ketika arang diproduksi, batu bara, benzol,
amonia sulfat, dan gas juga ikut diproduksi dan masing-masing diukur dalam
satuan yang berbeda.
Tabel berikut ini mengilustrasikan metode unit kuantitatif, menggunakan berat
sebagai dasar alokasi biaya gabungan dengan asumsi biaya batu bara adalah
sebesar $40 per ton.
Produk Produk yang Distribusi Bobot produk Biaya per
diperoleh per limbah ke yang dihasilkan produk
ton batu bara produk yang setelah revisi per ton
(dalam pon) dihasilkan batu bara
Arang 1.320,0 lbs 69,474 lbs 1.389,474 lbs $ 27,790*
* *
Batu bara 120,0 6,316 126,316 2,526
Benzol 21,9 1,153 23,053 $ 0,461
Amonia 26,0 1,368 27,368 $ 0,547
sulfat
Gas 412,1 21,689 433,789 8,676
Limbah 100,0
(air)
Total 2.000,0 lbs 100,000 lbs 2.000,00 lbs $ 40,000
*[1.320 : (2.000-100)]=69,474
**(1.389,474 : 2.000)X $40=$27,790
Metode biaya rata-rata per unit, metode rata-rata tertimbang, dan
metode unit kuantitatif dapat menghasilkan biaya produk yang melebihi harga
pasar dari satu atau lebih produk gabungan. Akibatnya, produk gabungan
tersebut tampaknya tidak menguntungkan sementara produk gabungan yang
lain tampaknya menguntungkan. Oleh karena itu pilihan cara perhitungan biaya
memengaruhi biaya produk dan merupakan pilihan yang arbitrer, maka biasanya
dianggapa bahwa metode perhitungan biaya yang dipilih tidak boleh
mengakibatkan timbulnya rugi artifisial (rugi untuk salah satu produk gabungan
sementara laba untuk produk gabungan yang lain). Pada titik pisah-batas,
sekelompok produk gabungan bersifat menguntungkan atau tidak
menguntungkan sama sekali. Metode harga pasar memiliki kelebihan karena
metode tersebut menghindari perbedaan dalam tarif profitabilitas dari produk

Produk Gabungan dan Produk Sampingan| 13


gabungan. Jika alokasi arbitrer harus dilakukan, maka paling tidak alokasi
tersebut harus bersifat netral.
III. Metode Kalkulasi Produk Sampingan
Metode yang dapat diterima untuk menghitung biaya produk sampingan
terbagi atas dua kategori. Dalam kategori Pertama, biaya produksi gabungan
tidak dialokasikan ke produk sampingan. Dlam kategori ini, ada dua metode.
Pendapatan yang dihasilkan dari penjualan produk sampingan dikreditkan ke
pendapatan atau biaya produk utama. Metode ini dibedakan oleh perlakuannya
atas pendapatan kotor dari produk sampingan dan disebut sebagai metode 1.
Alternatifnya, biaya produk sampingan setelah titik pisah batas di-offset dengan
pendapatan bersih dari produk sampingan dan disebut sebagai metode 2.
Dalam metode 1, pendapatan kotor dari penjualan produk sampingan
ditampilkan dalam laporan laba rugi sebagai salah satu dari kategori ini:
a. Pendapatan lain-lain
b. Tambahan pendapatan penjualan
c. Pengurangan harga pokok penjualan dari produk utama
d. Pengurangan biaya produksi utama
Dalam metode 2, pendapatan bersih dari produk sampingan,
(pendapatan dari penjualan produk sampingan dikurangi dengan biaya
administratif dan pemasaran untuk memasarkan produk sampingan, kemudian
dikurangi lagi dengan biaya pemprosessan lebih lanjut setelah titik pisah batas)
ditampilkan dilaporan laba rugi sebagai salah satu keempat kategori untuk
metode 1 seperti yang disebutkan diatas.
Dalam kategori yang kedua untuk menghitung biaya produk sampingan,
sebagian biaya gabungan dialoksikan ke produk tersebut. Alokasi biaya
gabungan seperti ini hampir sama dengan perlakuan terhadap produk
gabungan. Nilai persediaan didasarkan pada besarnya biaya gabungan yang
digunakan. Metode 3 merupakan metode biaya penggantian, sedangkan
metode 4 adalah metode nilai pasar atau yang juga dikenal sebagai metode
pembatalan atau pembalikan biaya (reversal cost method).
Metode 1 : Pengakuan Pendapatan Kotor
Dengan metode pendapatan kotor, biaya persediaan final dari produk
utama dihitung terlalu tinggi (overstated) karena menanggung biaya yang

Produk Gabungan dan Produk Sampingan| 14


seharusnya dibebankan ke produk sampingan. Keterbatasan ini dikoreksi di
metode 1d, tetapi hanya sebagian, karena yang dikurangi dari biaya produksi
produk utama dalam metode ini adalah nilai jual produk sampingan dan
bukannya biaya produksinya.

Metode 1a : Pendapatan Produk Sampingan sebagai Pendapatan Lain-lain.


Metode ini diilustrasikan dalam laporan laba rugi dibawah ini. Dengan asumsi
bahwa pendapatan kotor dari penjualan produk sampingan adalah sebesar $
1.500:
Penjualan (produk utama, 10.000 unit @$2) $ 20.000
Harga pokok penjualan:
Persediaan awal (1.000 unit @ $ 1,50) $ 1.500
Total biaya produksi(11.000 unit @$ 1,50) $ 16.500
Tersedia untuk dijual $ 18.000
Persediaan akhir (2.000 unit @ $ 1,50) $ 3.000 $ 15.000
Laba kotor $ 5.000
Beban pemasaran dan administrasi $ 2.000
Laba operasi $ 3.000
Pendapatan lain-lain: pendapatan penjualan $ 1.500
produk sampingan
Laba sebelum pajak $ 4.500

Metode 1b : Pendapatan Produk Sampingan sebagai Tambahan Pendapatan


Penjualan. Untuk metode ini, laporan laba rugi diatas akan menampilkan $
1.500 dari pendapatan penjualan produk sampingan sebagai bahan penjualan
atas produk utama. Akibatnya, total pendapatan penjualan berubah menjadi
sebesar $15.000 harga pokok penjualan produk utama, sehingga laba kotor dan
laba operasi akan meningkat sebesar $ 1.500 dibandingkan dengan yang
ditampilkan dilaporan laba rugi diatas. Laba sebelum pajak akan tetap sebesar
$4.500.

Metode 1c : pendapatan Produk Sampingan sebagai Pengurang Harga Pokok


Penjualan. Dalam metode ini, $1.500 dari pendapatan penjualan produk
sampingan dikurangkan dari $15.000 harga pokok penjualan produk utama,
sehingga laba kotor dan laba operasi akan meningkat sebesar $1.500 dibanding
dengan yang ditampilkan di laporan laba rugi diatas. Laba sebelum pajak akan
tetap sebesar $ 4.500.

Produk Gabungan dan Produk Sampingan| 15


Metode 1d : Pendapatan Produk Sampingan Mengurangi Biaya Produksi.
Dalam metode ini, $ 1.500 dari pendapatan penjualan produk sampingan
dikurangkan dari $16.500 total biaya produksi, sehingga biaya produksi bersih
yang ditampilkan dalam laporan laba rugi berikut ini $ 1.500. Biaya produksi
yang sudah direvisi ini mengakibatkan rata-rata biaya over unit produk utama
menjadi sebesar $ 1,3625. Biaya yang dibebankan ke persediaan akhir produk
utama menjadi sebesar $2.725 dan bukannya $3.000. Dengan cara yang hampir
sama, biaya persediaan awal yang berkurang ($1,35 per unit seperti yang
diilustrasikan dilaporan laba rugi berikut ini), disebabkan karena pendapatan
dari penjualan produk sampingan diperiode sebelumnya dikreditkan ke biaya
produksi produk utama diperiode yang sama. Dan ketiga metode sebelumnya,
tidak ada satupun yang mempengaruhi biaya perunit yang dilaporkan untuk
produk utama. Hal ini adalah perbedaan penting dalam perhitungan biaya
produk, meskipun pada umumnya dampak dari metode ini dalam nilai dolar
adalah relatif kecil. Laporan laba rugi akan ditampilkan sebagai berikut:
Penjualan (produk utama 10.000 unit @$ 2) $ 20.000
Harga pokok penjualan:
Persediaan awal(1.000 unit @$1,35) $ 1.350
Total biaya produksi(11.000 unit @$1,50) $ 16.500
Pendapatan dari penjualan produk sampingan $ 1.500
Biaya produksi bersih $ 15.000
Tersedia untuk dijual (12.000 unit @ $1,3625 $ 16.350
biaya rata-rata)
Persediaan akhir(12.000 unit @$1,3625) $ 2.725 $ 13.625
Laba kotor $ 6.375
Beban pemasaran dan administrasi $ 2.000
Laba operasi $ 4.375

Untuk metode yang terakhir dijelaskan ini, tidak diperlukan ayat jurnal yang
rumit. Pendapatan yang diterima dari penjualan produk sampingan didebit ke
kas atau piutang usaha. Dalam ketiga metode sebelumnya, Pendapatan dari
Penjualan Produk Sampingan yang dikreditkan; sedangkan dalam metode yang
keempat, biaya produksi dari produk utama. Hal ini biasanya dilakukan dengan
mengkreditkan barang dalam proses.

Metode 2 : Pengakuan Pendapatan Bersih

Produk Gabungan dan Produk Sampingan| 16


Dalam metode ini menyadari adanya kebutuhan untuk membebankan
biaya yang dapat ditelusuri ke produk sampingan. Akan tetapi, metode ini tidak
berusaha untuk mengalokasikan biaya produksi gabungan ke produksi gabungan
ke produk sampingan. Biaya yang terjadi setelah titik pisah batas guna
memproses maupun memasarkan produk sampingan dicatat dalam akun yang
terpisah dari produk utama. Angka produk sampingan ditampilkan dilaporan
laba rugi dengan menggunakan salah satu tampilan yang dijelaskan dalam
metode 1
Ayat jurnal dalam metode 2 melibatkan pembebanan biaya yang terjadi setelah
titik pisah batas ke pendapatan produk sampingan. Beban pemasaran dan
administratif juga dialokasikan ke produk sampinngan. Beberapa perusahaan
memiliki satu akun yang berjudul Produk Sampingan. Semua biaya terjadi
setelah titik pisah batas didebit ke akun ini, sementara pendapatan yang
diperoleh dikreditkan ke akun tersebut. Saldo dari akun ini ditampilkan
dilaporan laba rugi, dengan mengikuti salah satu cara yang dijelaskan dalam
metode 1. Akumulasi biaya produksi yang dapat dibebankan ke persediaan
produk sampingan yang belum terjual dilaporkan dineraca.

Metode 3 : Metode Biaya Penggantian


Dalam metode ini biasanya digunakan oleh perusahaan itu sendiri.
Adanya produk sampingan menghilangkan kebutuhan untuk membeli bahan
baku yang serupa dari pemasok. Biaya produksi dari produk utama dikreditkan,
dan debitnya diposting ke departemen yang menggunakan produk sampingan
tersebut. Jumlah yang diposting oleh ayat jurnal tersebut merupakan biaya
pembelian atau biaya penggantiannya.
Perhitungan biaya produk sampingan yang digunakan dalam perusahaan.
Misalnya, suatu harga transfer bisa diterapkan berdasarkan biaya untuk
berdasarkan harga arbitrer mungkin saja digunakan. Apa pun harga yang
dipakai, biaya produksi produk utama yang menghasilkan produk sampingan
dikredit, dan debitny diposting ke departemen yang menggunakan produk
sampingan tersebut.

Metode 4 : Metode Harga Pasar (Pembatalan Biaya – Reversal Cost)

Produk Gabungan dan Produk Sampingan| 17


Metode harga pasar, atau metode pembatalan biaya pada dasarnya
hampir serupa dengan teknik yang diilustrasikan metode 1d. Tetapi, metode
tersebut mengurangi biaya produksi dari produk utama, bukan dengan
pendapatan aktual yang diterima, melainkan dengan estimasi nilai produk
sampingan pada saat dijual. Akun produk sampinngan dibebankan dengann nilai
estimasi ini, dan biaya estimasi dari produk utama di kredit. Tambahan biaya
bahan baku, tenaga kerja, atau overhead pabrik yang terjadi setelah titik pisah
batas dibebankan ke produk sampingan. Saldo dari akun ini dapat ditampilkan di
laporan laba rugi dengan salah satu cara yang telah dijelaskan di metode 1.
Biaya produksi yang dapat dibebankan ke persediaan produk sampingan yang
belum terjual dilaporkan di neraca.
Metode harga pasar (pembatalan biaya) dalam menghitung biaya produk utama
dan produk sampingan dapat diilustrasikan sebagai berikut :
Item sampingan Produk Produk
utama
Bahan baku $ 50.000
Tenaga kerja $ 70.000
Overhead pabrik $ 40.000
Total biaya produksi (40.000 unit) $ 160.000
Harga pasar (5.000 unit @$1,80) $ 9.000
Estimasi laba kotor terdiri atas:
Asumsi laba operasi (20% dari harga $ 1.800
jual)
Beban pemasaran dan administrasi (5% $ 450 $ 2.250
dari harga jual)
$ 6.750

Estimasi biaya produksi setelah titik


pisah batas
Bahan baku $ 1.000
Tenaga kerja $ 1.200
Overhead pabrik $ 300 $ 2.500
$ 4.250
$ 4.250
Estimasi nilai produk nilai sampingan
dititik pisah batas yang akan

Produk Gabungan dan Produk Sampingan| 18


dikreditkan ke produk utama
Biaya bersih dari produk utama $ 155.000
Ditambah biaya produksi aktual setelah $ 2.300
titik pisah batas
Total $ 6.550
Total jumlah unit $ 40.000 $ 5.000
Biaya per unit $3.894 $1,31
Ilustrasi ini menunjukkan bahwa nilai estimasi dari produk sampingan
pada titik pisah batas, dihitung dengan cara mengestimasikan laba kotor dan
biaya produksi setelah titik pisah batas, dari produk sampingan, lalu
mengurangkannya dari harga pokok pasar finalnya. Alternatif lain, jika produk
sampingan memiliki nilai pasar pada titik pisah batas, maka akun produk
sampinga dibebankan dengan nilai pasar tersebut dikurangi dengan estimasi
laba kotor. Lawannya dikreditkan ke biaya produksi produk utama.
Metode 4 didasarkan pada ide bahwa biaya produk sampingan
berkaitan dengan nilai jualnya. Mungkin juga untuk menggunakan gabungan
total dasar pasar dari produk utama dan produk sampingan pada titik pisah
batas sebagai dasar untuk mengalokasikan bagian biaya ke produk sampingan.
Lawannya dikredit ke biaya produksi dari produk utama. Dalam pendekatan ini,
perlakuan terhadap produk sampingan serupa dengan produk gabungan,
sebagaimana dijelaskan baik dalam kasus apapun, biaya produk sampingan yang
terjadi setelah titik pisah batas dibebenakan ke produk sampingan.

IV. Perlakuan Akuntansi Produk Sampingan


Terdapat beberapa metode mengakui produk sampingan, yaitu :
a. Sebagai tambahan penjualan
b. Beban pada harga pokok penjualan
c. Beban pada harga pokok produksi
d. Diakui sebagai pendapatan lain-lain

Contoh :
Perusahaan minyak kelapa yang membuat produk minyak kelapa dengan
kapasitas 100.000 liter pertahun. Dari poduk minyak, dihasilkan juga ampas
minyak sebanyak 5.000 kg. Harga minyak per liter Rp 1.000,- dan ampas minyak

Produk Gabungan dan Produk Sampingan| 19


yang bisa dijual sebesar Rp 100,-/kg. Biaya produksi untuk minyak Rp
60.000.000,- biaya operasi Rp 10.000.000,- pendapatan bunga Rp 2.500.000,-.
Tahun 2011 minyak yang terjual 80.000 liter.
Produk Sampingan diakui sebagai Tambahan Penjualan
LAPORAN LABA RUGI
31 Desember 2011
Penjualan minyak 80.000 x @Rp 1.000,- 80.000.000
Penjualan ampas minyak 5.000 x @Rp 500.000
100,-
Jumlah Penjualan 80.500.000
Harga Pokok Penjualan
Persediaan 1 januari 2011 -
Biaya produksi 60.000.000
Produk siap dijual 60.000.000
Persediaan 31 Desember 2011 (12.000.000)
48.000.000
Laba kotor 32.500.000
Biaya operasi (10.000.000)
Pendapatan diluar operasi
Bunga bank 2.500.000
Laba bersih 25.000.000

Dikurangkan pada Harga Pokok Penjualan


LAPORAN LABA RUGI
31 Desember 2011
Penjualan minyak 80.000 x @ Rp 1.000 80.000.000
Harga Pokok Penjualan
Persediaan 1 Januari 2011 -
Biaya produksi 60.000.000
Persediaan 31 Desember 2011 (12.000.000)
Harga Pokok Penjualan 48.000.000
Penjualan produk sampingan 500.000
Harga pokok penjualan bersih 47.500.000
Laba kotor operasi 32.500.000
Biaya operasi (10.000.000)
Pendapatan bunga 2.500.000
Laba operasi 25.000.000

Dikurangkan pada Harga Pokok Produksi


LAPORAN LABA RUGI
31 Desember 2011

Produk Gabungan dan Produk Sampingan| 20


Penjualan 80.000 x @ Rp 1.000,- 80.000.000
Harga Pokok Penjualan
Persediaan 1 Januari 2011 -
Biaya produksi 60.000.000
Hasil produk sampingan (500.000)
Biaya produksi bersih 59.500.000
Persediaan 31 Desember 2011 (11.900.000)
Harga Pokok Penjualan 47.600.000
Laba kotor 32.400.000
Biaya operasi (10.000.000)
Pendapatan bunga 2.500.000
Laba bersih 24.900.000

Diakui sebagai Pendapatan Lain-lain


LAPOAN LABA RUGI
31 Desember 2011
Penjualan 80.000 x @ Rp 1.000,- 80.000.000
Harga Pokok Penjualan
Persediaan 1 Januari 2011 -
Biaya produksi 60.000.000
Persediaan 31 Desember 2011 (12.000.000)
48.000.000
Laba kotor 32.000.000
Biaya operasi (10.000.000)
Pendapatan lain-lain
Pendapatan bunga 2.500.000
Penjualan produk sampingan 500.000
3.000.000
Laba bersih 25.000.000

V. Analisis Biaya Gabungan untuk Pengambilan Keputusan

Metode alokasi biaya gabungan mengindikasikan bahwa jumlah biaya


yang akan dibebankan ke berbagai produk yang akan dihasilkan pada titik pisah
batas adalah sulit untuk pembebanan biaya gabungan tidak memecahkan
masalah. Ide yang lebih maju mengatakan bahwa penentuan biaya individual
atas produk sampai pada titik pisah batas tidak diperlukan, karena adalah lebih
penting untuk pengambilan keputusan apakah akan melakukan pemprosesan
lebih lanjut atau tidak. Konsep biaya dalam pengambilan keputusan jenis biaya
yang harus diketahui oleh Decision Maker:

Produk Gabungan dan Produk Sampingan| 21


1. Biaya Eksplisit (Explisiy Cost)
Biaya yang dikeluarkan guna mendapatkan input yang dibutuhkan dalam
proses produksi. Contoh : biaya material, upah, gaji, bunga, sewa dll.

2. Biaya Implisit (Implicit Cost)


Harga dari setiap input yang dimiliki oleh perusahaan dan yang
digunakan dalam produksi. Biaya implisit bukan pengeluaran, namun
harus dikurangkan dari pendapatan agar dapat dihitung keuntungan-
keuntungan yang diperoleh dari suatu keputusan secara tepat. Contoh :
pabrik, mesin dan peralatannya yang mempunyai opportunity cost.
3. Opportunity Cost
Biaya alternatif yang ditimbulkan akibat dipilihnya suatu keputusan.
Contoh : gaji pemilik perusahaan.
4. Incremental Cost
Biaya yang timbul akibat adanya pertambahan/pengurangan output.
5. Sunk Cost
Biaya-biaya yang telah dikeluarkan/diterima sebelum terjadinya suatu
keputusan.
Keputusan Proses Bersama
Terdapat empat poin keputusan manajemen dalam proses produksi
bersama. Sebelum mencurahkan sumber daya untuk proses produksi bersama,
manajemen terlebih dahulu harus memutuskan apakah perkiraan pendapatan
total dari penjualan produk bersama cenderung melebihi perkiraan biaya
pengelolahan total. Biaya bersama, biaya pengolahan terpisah setelah split-off,
dan biaya penjualan atau pengolahan limbah harus dimasukkan ke dalam
perhitungan ini. Oleh karena proses bersama memberikan hasil
berupa”sekeranjang” produk, beberapa biaya pengolahan tambahan mungkin
timbul dalam pembuatan produk yang akan dijual, atau biaya pengolahan
limbah mungkin memerlukan banyak bahan limbah. Setelah biaya proses
bersama muncul, biaya tersebut akan beralih menjadi sunk cost terlepas apakah
produk dapat dijual pada akhir proses bersama atau pada jumlah berapa.

Produk Gabungan dan Produk Sampingan| 22


Jika pendapatan total yang dperkirakan dari sekeranjang produk
melebihi biaya bersama dan biaya terpisah(separate cost) yang diperkirakan,
manajer harus membandingkan pendapatan dari penggunaan sumber daya
perusahaan. Jika pendapatan proses bersama melebihi pendapatan dari
penggunaan lain, manajemen akan memutuskan bahwa proses produksi
bersama adalah penggunaan terbaik dari kapasitas yang dimiliki dan produksi
akan dapat dimulai.
Dua keputusan berikutnya dibuat di batas split-off. Keputusan ketiga
adalah untuk menentukan bagaimana mengklasifikasikan produk proses
bersama. Beberapa produk akan diutamakan,yang lainnya akan digolongkan
produk sampingan, sisa, atau limbah. Klasifikasi keputusan ini diharuskan oleh
fakta bahwa biaya bersama hanya diarahkan pada produk bersama.
Bagaimanapun, sebelum mengalokasikan biaya bersama perlu diingat bahwa
total biaya mungkin dikeluarkan untuk ini dapat dikurangi dengan nilai
penjualan produk sampingan dan sisa.
Keputusan keempat adalah yang paling kompleks manajemen harus
memutuskan apakah akan menjual (salah satu atau semua) produk bersama
pada batas split-off atau memprosesnya lebih lanjut. Jika produk primer dapat
terjual pada split-off, pengelolahan lebih lanjut harus dilakukan hanya jika nilai
yang ditambahkan untuk produk, seperti tercermin dari pendapatan tambahan
melebihi biaya tambahan. Jika produk primer tidak dapat dijual pada split-off,
biaya tambahan harus dikeluarkan untuk produk yang dapat dijual. Untuk
produk nonprimer,manajemen juga harus memperkirakan apakah pendapatan
bertambah dari pengolahan lanjut akan melebihi biaya pengolahan lanjutan.jika
proses tambahan tidak memberikan keuntungan neto, produk, yang dapa dijual
tidak harus dijual tanpa proses lanjutan setelah batas split-off.
Untuk menggambarkan keputusan pengolahan lanjutan, misalnya
bahwa daging ayam untuk memiliki harga jual $0,96 per pon di split-off dan
berapa harga jual minimum untuk bagian ayam yang dapat dimakan setelah
proses lanjutan adalah $1,06 per pon.jika biaya pengolahan lanjutan kurang dari
$0,10 per pon, pendapatan tambahan $0,10 ($1,06-$0,96) melebihi biaya
tambahan dalam proses lanjutan harus dilaksanakan. Perhatikan bahwa tidak
ada bagian dari biaya bersama yang digunakan dalam proses pengambilan

Produk Gabungan dan Produk Sampingan| 23


keputusan karena biaya tersebut tenggelam/ “sink” dan tidak bisa diperoleh
kembali. Dengan demikian satu-satunya aset yang relevan dalam keputusan
untuk proses lanjutan adalah pendapatan tambahan dan biaya tambahan.
Dalam membuat keputusan pada titik penjualan yang potensial, manajer
harus memiliki perkiraan wajar atas harga jual untuk setiap jenis produk
bersama. Harga jual yang diharapkan harus didasarkan pada faktor pasar. Dlam
jangka panjang, harga jual dan volume produk harus cukup untuk menutup
biaya total. Namun, pengaruh ekonomi langsung pada harga jual pengaturan,
seperti harga pesaing dan kepekaan konsumen terhadap perubahan harga juga
perlu diperhitungkan ketika memperkirakan harga jual dan pendapatan.

RESUME

Bahwa dari ringkasan data diatas dimana telah dijelaskan mengenai apa itu
produk sampingan dan gabungan dimana pada resume ini terdapat :
1. Pengertian produk gabungan dan produk sampingan.
2. Metode -metode alokasi biaya produksi gabungan ke produk gabungan.
3. Metode kalkulasi produk sampingan.
4. Perlakuan akutansi produk sampingan.

Produk Gabungan dan Produk Sampingan| 24

Anda mungkin juga menyukai