Anda di halaman 1dari 20

BAB II

PEMBAHASAN POKOK

1. BIAYA BERSAMA

a. Definisi biaya bersama

Biaya bersam dapat diartikan sebagai biaya overhead bersama (joint overhead
cost) yang harus dialokasikan ke bebagai departemen, baik dalam perusahaan yang
kegiatan produksinya berdasarkan pesanan maupun yang kegiatan produksinya
dilakukan secara massa.

Biaya produk bersama (joint product cost) adalah biaya yang dikeluarkan
sejak saat mula-mula bahan baku diolah sampai dengan saat berbagai macam produk
dapat dipisahkan identitasnya. Biaya produk bersama ini terdiri dari biaya bahan
baku, biaya tenaga kerja, dan biaya overhead pabrik.

Pengertian pertama biaya bersama tersebut diatas disebut biaya bergabung


(common cost), sedangkan pengertian kedua disebut biaya bersama (joint cost). Biaya
bergabung adalah biaya-biaya untuk memproduksi dua atau lebih produk yang
terpisah (tidak diolah bersama) dengan fasilitas sama pada saat yang bersamaan.
Biaya bergabung dan biayabersama mempunyai satu perbedaan pokok yaitu bahwa
biaya bergabung dapat diikuti jejak alirannya ke berbagai produk yang yang terpisah
tersebut atas dasar sebab akibat, atau dengan cara menelusuri jejak penggunaan
fasilitas. Biaya bergabung tidak meliputi biaya-biaya bahan baku dan tenaga kerja
langsung. Di lain pihak biaya bersama tidak dapat diikuti jejak alirannya ke berbagai
macam produk y6ang dihasilkan dan meliputi biaya-biaya bahan baku, biaya tenaga
kerja langsung dan overhead pabrik. Dalam perusahaan cor besi yang menghasilkan
berbagai macam barang-barang cor seperti kaki mesin jahit, suku cadang mesin-
mesin pabrik gula, timbangan, dan sebagainya, yang di cor pada saat yang sama,
bahan bakar (cokes) dan biaya-biaya overhead pabrik yang lain merupakan biaya
bergabung dalam pengolahan produk-produk tersebut. Biaya bergabung merupakan
biaya tak langsung dalam hubungannya dengan produk-produk yang dihasilkan.

Biaya bergabung dan biaya bersama dapat dibedakan ditinjau dari sudut
alokasinya.dasar yang dipakai untuk mengalokasikan biaya bergabung harus
menggambarkan aliran biaya tersebut dalam proses produksi atau kepada produk.
Atau dengan kata lain dalam alokasi biaya bergabung dianggap biaya tersebut dapat
diikuti jejak alirannya, atau diidentifikasikan kepada proses atau produk tertentu.
Dalam alokasi biaya bersama, dasar yang dipakai untuk alokasi tidak
menggambarkan aliran biaya bersama tersebut kedalam produk.

Biaya bersama dikeluarkan untuk mengolah bahan baku menjadi berbagai


macam produk yang dapat berupa produk bersama (joint product), produk sampingan
(by-product) dan produk sekutu (co-product). Produk bersama adalah dua prosuk atau
lebih yang diproduksi secara serentak dengan serangkaian proses atau dengan proses
bangunan. Nilai jualn (kuantitas kali harga jual persatuan) masing-masing produk
bersama ini relative sama, sehingga tidak ada di antara produk-produk yang
dihasilkan tersebut dianggap sebagai produk utama atau produk sampingan. Produk
sampingan adalah satu produk atau lebih yang nilai jualnya relatif lebih rendah, yang
diproduksi bersama dengan produk lain yang nilai jualnya lebih tinggi. Pada
umumnya pembedaan antara produk bersama dengan produk sampingan didasarkan
pada nilai jual relatifnya. Jika nilai jual produk-produk yang dihasilkan relatif sama
atau setidak-tidaknya material jumlahnya dibandingkan dengan seluruh pendapatan
(revenues) perusahaan, maka produk-produk tersebut merupakan bersama.
Sebaliknya jika nilai jual salah satu produk relatif kecil bila dibandingkan dengan
total pendapatan perusahaan, maka produk tersebut merupakan produk sampingan.
Pembedaan produk bersama dan produk sampingan atas dasar kriteria nilai jual
tersebut memungkinkan produk yang ada pada suatu saat diperlukan sebagai produk
sampingan disaat lain dapat menjadi produk bersama, atau sebaliknya.
Produk sekutu adalah dua produk atau lebih yang diproduksi pada waktu yang
bersamaan, tetapi tidak dari kegiatan pengolahan yang sama atau tidak berasal dari
bahan baku yang sama. Dalam perusahaan penggergajian kayu misalnya, pada saat
yang sama, dari proses penggergajian dapat dihasilkan papan mutu nomor 1, nomor 2
dan sebagainya, tetapi dari batang kayu yang berbeda (sebagai bahan bakunya).

Karakteristik Produk Bersama, Produk Sampingan, dan Produk Sekutu

Produk bersama dan produk sekutu memiliki karakteristik sebagai berikut:

a. Produk bersama dan produk sekutu merupakan tujuan utama kegiatan


produksi
b. Harga jual produk bersama atau produk sekutu relatif tinggi bila dibandingkan
dengan produk sampingan yang dihasilkan pada saat yang sama.
c. Dalam mengolah produk bersama tertentu, produsen tidak dapat
meghindarkan diri untuk menghasilkan semua jenis produk bersama, jika ia
ingin memproduksi hanya salah satu diantara produk bersama tersebut. Dalam
perusahaan daging kalengan misalnya setiap kali penyembelihan sapi, akan
diperoleh daging, kulit, dan lemak. Jadi kalau produsen hanya ingin mengolah
daging saja, tidak bisa tidak ia harus memanfaatkan kulitnya (dibuat makan
atau dijual dalam bentuk kulit).

Produk sampingan dapat digolongkan sesuai dengan dapat tidaknya produk


tersebut dijual pada saat terpisah dari produk utama (main product).

a. Produk sampingan yang dapat dijual setelah terpisah dari produk utama,
tanpa memerlukan pengolahan lebih lanjut.
b. Produk sampingan yang memerlukan proses pengolahan lebih lanjut
setelah terpisah dari produk utama.
Contoh produk sampingan yang tidak memerlukan proses pengoalahan lebih
lanjut setelah terpisah dari produk utamanya terdapat dalam proses penggilingan
gabah. Produk sampingan berupa menir, katul, dedak, dapat langsung dijual setelah
terpisah dari beras.

2. AKUNTANSI PRODUK BERSAMA

Perusahaan yang menghasilkan produk bersama pada umumnya menghadapi


masalah pemasaran berbagai macam produknyakarena masing-masing produk tentu
mepunyai masalah pemasaran dan harga jual yang berbeda-beda. Manajemen
biasanya ingin mengetahui besarnya kontribusi masing-masing produk bersama
tersebut terhadap seluruh penghasilan perusahaan, karena dengan demikian ia dapat
mengetahui dari beberapa macam produk bersama tersebut, jenis produk yang
menguntungkan atau jenis yang perlu di dorong pemasarannya. Untuk itu, adalah
perlu untuk mengetahui seteliti mungkin bagian dari seluruh biaya produksi yang
dibebankan kepada masing-masing produk bersama, sehingga masalah produk
akuntansi harga pokok bersama adalah penentuan proporsi total biaya produksi (yang
dikeluarkan sejakbahan baku diolah sampai dengan saat produk-produk dapat
dipisahkan identitasnya) yang harus dibebankan kepada berbagai macam produk
bersama.

Biaya bersama dapat dialokasikan kepada tiap-tiap produk bersama dengan


mengunakan salah satu dari empat metode dibawah ini:

1. Metode nilai jual relatif.


2. Metode satuan fisik.
3. Metode rata-rata biaya persatuan.
4. Metode rata-rata tertimbang.
Metode nilai jual relatif

metode ini banyak digunakan untuk mengalokasikan biaya bersama kepada


produk bersama. Dasar pikiran metode ini adalah bahwa harga jual suatu produk
merupakan perwujudan biaya-biaya yang dikeluarkan dalam mengolah produk
tersebut. Jika salah satu produk terjual lebih tinggi daripada produk yang lain, hal ini
karena biaya yang dikeluarkan untuk produk tersebut lebih banyak bila dibandingkan
dengan produk yang lain. Oleh karena itu menurut metode ini, cara yang logid untuk
mengalokasikan biaya bersama adalah berdasarkan pada nilai jual relatif masing-
masing produk bersama yang dihasilkan.
Contoh 1:

Misalkan biaya bersama yang dikeluarkan oleh PT. El Sari selama satu
periode akuntansi berjumlah Rp.750.000. Jumlah dan harga jual per satuan produk
yang dihasilkan perusahaan tampak dalam Gambar 11.1 berikut ini.

Gambar 11.1

Alokasi Biaya Bersama dengan Metode Nilai Jual Relatif

Nilai Alokasi Harga


Jual Biaya Pokok
Relatif Bersama Produk
Bersam
a per
Kg
Produk Jml. Harga Nilai Jual (3) x (4) x (5) : (1)
Bersam Produk Jual/K (1) x (2) 1.000.00 750.000
a yang g 0
dihasilka
n
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
A 15.000 Rp.10, Rp.150.000 15% Rp.112.50 Rp.
kg 0 0 7,50
B 20.000 17,5 350.000 35% 262.500 13,13
C 25.000 12 300.000 30% 225.000 9
D 10.000 20 200.000 20% 150.000 15
70.000 Rp.1.000.00 100% Rp.750.00
kg 0 0

Alokasi biaya bersama dapat juga dilakukan sebagai berikut:

Total biaya bersama (Rp750.000) dibagi dengan total nilai jual (Rp1.000.000)
dikalikan 100% akan didapat presentase biaya dari nilai jualnya (75%). Jadi untuk
tiap-tiap produk bersama, presentase biaya dari nilai jual tiap produk, maka biaya
bersama dapat dialokasikan.

Pemakaian metode nilai jual relatif dalam mengalokasikan biaya bersama ini
akan menghasilkan presentase laba bruto dari hasil penjualan yang besaranya sama
untuk tiapjenis produk bersama tersebut.

Contoh 2

Dari data dalam Gambar 11.1, misalnya jumlah satuan produk yang dijual selama
periode akuntansi berjumlah seperti disajikan dalam Gambar 11.2.

Gambar 11.2

Perhitungan Persentasi Laba Bruto Tiap Produk

Variasi penggunaan metode ini nilai jual relatif kita dapati bila satu atau
beberapa produk bersama memerlukan biaya pengolahan tambahan setelah saat
terpisah (split-off). Nilai jual produk bersama dapat diketahui setelah produk bersama
tersebut mengalami pengolahan lebih lanjut. Dengan demikian pada saat terpisah
produk bersama tersebut belum memiliki nilai jual. Untuk mengalokasikan biaya
bersama perlu dihitung nilai jual hipotetis yang dihitung dengan cara mengurangi
nilai jual produk bersama setelah diproses lebih lanjut dengan biaya-biaya yang
dikeluarkan untuk pengolahan sejak saat terpisah sampai dengan produk tersebut siap
untuk dijual.

Metode Satuan Fisik

Metode satuan fisik mencoba menentukan harga pokk produk bersama sesuai
dengan manfaat yang ditentukan oleh masing-masing produk akhir. Dalam metode ini
biaya bersama dialokasikan kepada produk atas dasar koefisien fisik yaitu kuantitas
bahan baku yang terdapat dalam masing-masing produk. Koefisien fisik ini
dinyatakan dalam satuan berat, volume, atau ukuran lain. Dengan demikian metode
ini menghendaki bahwa peoduk bersama yang dihasilkan harus dapat diukur dengan
satuan ukuran yang sama. Untuk menggambarkan pemakaian metode ini, misalkam
10.000 barrels minyak mentah (crude oil) diolah dalam proses penyulingan (refinery).
Hasil produksi pengolahan tersebut setelah dikurangi dengan kerugian sebanyak 200
barrels (akibat susut atau hilang dalam proses).

Jika presentase diatas sama dalam setiap produksi, maka hal ini dapat
digunakan untuk mengalokasikan biaya bahan baku yang dipakai. Upah langsung
dapat juga dialokasikan dengan memakai presentasi tersebut, kecuali bila ada metode
lain yang lebih teliti.

Misalkan selama pengolahan 10.000 barrels minyak mentah tersebut, harga


pokok bahan baku yang di pakai berjumlah Rp15.000.000.

Metode Rata-Rata Biaya per Satuan

Metode ini hanya dapat digunakan bila produk bersama yang dihasilkan
diukur dalam satuan yang sama. Pada umumnya metode ini digunakan oleh
perusahaan yang menghasilkan beebrapa macam produk yang sama dari satu proses
bersama tetapi mutunya berlainan. Dalam metode ini harga pokok masing-masing
produk dihitung sesuai dengan proporsi kuantitas yang diproduksi. Jalan pikiran yang
mendasari pemakaian metode ini adalah karena semua produk dihasilkan pikiran
yang mendasari pemakaian metode ini adalah karena semua produk dihasilkan dari
proses yang sama, maka tidak mungkin biaya untuk memproduksi satu satuan produk
berbeda satu sama lain.

Metode Rata-Rata Tertimbang

Jika dalam metode rata-rata biaya per satuan dasar yang dipakai dalam
mengalokasikan biaya bersama adalah kuantitas produksi, maka dalam metode rata-
rata tertimbang biaya bersama adalah kuantitas produksi, maka dalam metode rata-
rata tertimbang kuantitas produksi ini dikalikan dulu dengan angka penimbang dan
hasil kalinya baru dipakai sebagai dasar alokasi. Penentuan angka penimbang untuk
tiap-tiap produk didasarkan pada jumlah bahan yang dipakai, sulitnya pembuatan
produk, waktu yang dikonsumsi, dan pembedaan jenis tenaga kerja yang dipakai
untuk tiap jenis produk maka metode alokasinya disebut metode nilai jual relatif.

3. BIAYA BERSAMA DAN KEPUTUSAN MANAJEMEN

Setelah diuraikan dimuka berbagai metode alokasi biaya bersama kepada


berbagai macam produk bersama, jelas tampak bahwa dasar yang dipakai untuk
alokasi tidak menggambarkan aliran biaya bersama tersebut ke dalam tiap-tiap jenis
produk. Oleh karena itu sekali lagi perlu diperhatikan bahwa tujuan alokasi biaya
bersama adalah untuk penghitungan laba yang diperoleh perusahaan. Harga
pokoktiap tiap produk bersama yang didapat dari proses alokasi tidak bermanfaat bagi
manajemen dalam pengambilan keputusan, bahkan seringkali menyesatkan.

Apabila manajemen melihat perhitungan tersebut perhitungan tersebut diatas


dan salah dalam melakukan analisis, maka ia akan beranggapan bahwa produk B
berhubungan mengakibatkan kerugian Rp5.000 tidak usah dilanjutkan produksinya.
Padahal dalam pengolahan produk bersama, pada umumnya salah satu jenis produk
tidak dapat dihindari p4roduksinya. Jadi misalnya karena produk B menghasilkan
rugi Rp 5.000, dan kemudian tidak usah dijual maka kerugian peerusahaan tersebut
menjadi sebesar Rp 27.500 (Rp247.500-Rp375.000), karena proses produksi tetap
menghasilkan jenis produk B. seharusnya dalam hal ini manajemen melihat berapa
kontribusi produk B dalam menghasilkan laba perusahaan. Produk B memberikan
kontribusi Rp 145.000 kepada laba perusahaan sehingga total biaya bersama Rp
375.000 dapat ditutup dan menghasilkan laba perusahaan secara kesaeluruhan sebesar
Rp 17.500.
Harga pokok persatuan produk bersama juga tidak dapat dibekali sebagai
salah satu bahan pertimbangan dalam memutuskan apakah salah satu produk bersama
tersebut perlu diolah lebih lanjut atau tidak. Misalkan dari contoh diatas produk B
dapat diolah lebih lanjut menjadi produk c dengan biaya tambahan sebesar Rp.3 kg
dan dapat laku dijual dengan harga Rp.17,75/kg,dalam pengambilan keputusan
semacam ini informasi yang relevan hanyalah tambahan penghasilan dan tambahan
biaya saja (differential revenues dan differential costs). Jika manajemen
membandingkan harga jual dan biaya per kg maka akan diperoleh rugi sebesar
Rp.0,25/kg dari pengolahan lebih lanjut produk B tersebut (yaitu Rp.17,75-Rp.18).
hal ini keliru karena sebenarnya informasi yang relevan dalam hal ini adalah
tambahan penghasilan dan tambhan biaya akibat pengolahan lebih lanjut produk B
tersebut. Ternyata tambahan pendapatan lebih besar Rp.0,25 (Rp.3,25-Rp.3) bila
dibandingkan dengan tambahan biaya. Menurut penghitungan terakhir ini maka salah
satu pertimbangan, keputusan apakah suatu produk diolah lebih lanjut atau tidak
ditentukan juga oleh pertimbangan-pertimbangan lain (misalnya perusahaan tidak
ingin memperluas usahanya kearah pengolahan lebih lanjut produknya Karen tidak
tersedianya tenaga kerja atau karena sulitnya memproleh bahan baku tambahan).

4. AKUNTANSI PRODUK SAMPINGAN

Dalam uraian tentang produk bersam telah dibahas mengenai bagaimana


mengalokasikan biaya bersama keberbagai produk bersama. Dalam produk
sampingan titik berat pembahasannya adalah bagaimana memperlakukan
pendapatan penjualn produk sampingan tersebut. Alokasi biaya bersama kepada
produk utama dan produk sampingan pada umumnya dianggap tidak perlu karena
nilai produk sampingan relatif rendah bila dibandingkan dengan produk utama.
Meskipun demikian ada beberapa metode untuk mengalokasikan biaya bersama
kepada produk utama dan produk sampingan. Metode akuntansi yang digunakan
untuk memperlakukan produk sampingan dapat dibagi menjadi dua golongan.
1. Metode-metode yang tidak mencoba menghitung harga pokok produk
sampingan atau persediaannya, tetapi memperlakukan pendapatan
penjualan produk sampingan sebagai pendapatan atau pengurang biaya
produksi. Metode ini biasa disebut metode-metode tanpa harga pokok
(non-cost methods).
2. Metode-metode yang mencoba mengalokasikan sebagai biaya bersama
kepada produk sampingan dan menentukan harga pokok persediaan
produk atas dasar biaya yang dialokasikan tersebut. Metode-metode ini
dikenal dengan nama metode-metode harga pokok (cost methods).

Metode-metode tanpa harga pokok

Berikut ini diuraikan beberapa metode perlakuan terhadap pendapatan


penjualan produk sampingan.

1. Pendapatan penjualan produk sampingan diperlakukan sebagai pendapatan


diluar usaha.
2. Pendapatan penjualan produk sampingan diperlakukan sebagai tambahan
pendapatan penjualan produk utama.
3. Pendapatan penjualan produk sampingan diperlakukan sebagai pengurang
harga pokok penjualan.
4. Pendapatan penjualan produk sampingan diperlakukan sebagai pengurang
total biaya produksi.

Pendapatan penjualan produk sampingan diperlakukan sebagai pendapatan di


luar usaha

Dalam metode ini pendapatan yang diperoleh dari penjualan produk


sampingan dikurangi dengan penjualan returnya dicatat dalam rekening “Pendapatan
Penjualan Produk Sampingan” dan pada akhir periode akuntansi ditutup ke rekening
Rugi Laba. Rekening pendapatan penjualan produk sampingan dicantumkan dalam
laporan rugi laba dalam kelompok penghasilan diluar usaha (other income).

Pendapatan Penjualan Produk sampingan Diperlakukan sebagai Tambahan


Pendapatan Penjualan produk Utama

Metode ini merupakan variasi metode pertama diatas. Semua biaya produksi
dikurangi dari pendapatan penjualan semua produk (baik produk utama maupun
sampingan) untuk mendapatkan laba bruto. Dalam metode ini tidak diadakan alokasi
biaya bersama seperti halnya dengan metode pertama. Dari contoh dimuka,
pendapatan penjualan produkn sampingan sebesar Rp.4.000 dicantumkan dalam
laporan rugi laba dibawah pos pendapatan penjualan produk utama, sehingga
pendapatan penjualan semua produk berjumlah Rp.104.000. Angka-angka lain dalam
laporan tersebut tetap sama kecuali jumlah laba bruto dan dari bersih usaha yang
berbeda.

Pendapatan Penjualan Produk Sampingan Diperlakukan Sebagai Pengurang


Harga Pokok Penjualan

Dalam metode ini pendapatan penjualan produk sampingan sebesar Rp.4.000


dikurangkan dari harga pokok penjualan sehingga menghasilkan laba bruto Rp.54.000
(Rp.100.000-Rp.46.000).

Pendapatan Penjualan Produk Sampingan Diperlakukan sebagai Pengurang


Total Biaya Produksi

Pendapatn penjualan produk ssampingan sebesar sebasar Rp.4.000


dikurangkan dari total biaya produksi Rp.60.000, sehingga biaya produksi turun
menjadi Rp.56.000. hal ini menyebabkan biaya produksi per satuan turun menjadi
Rp.1,87 (Rp.56.000-Rp.30.000). sehingga harga pokok persediaan produk akhir turun
menjadi Rp.9.350. Perhitungan rugi laba disajikan dalam Gambar
BEDA BUKU

Metode harga pokok produk bersama dan produk sampingan

Pada zaman ini perusahaan telah berkembang dengan pesat, setiap waktu
melakukan inovasi inovasi dengan memunculkan produk-produk baru. Perusahaan
selalu berusaha menciptakan produk yang dibutuhkan oleh konsumen. Maka dari itu
tidaklah mengherankan jika perusahaan membuat lebih dari satu produk atau
membuat beragam produk.

Seiring dengan beragamnya produk yang dihasilkan oleh perusahaan, akan


menimbulkan masalah baru bagi perhitungan akuntansinya. Masalah perhitungan
harga pokok bersama dan produk sampingan penting untuk dipelajari perusahaan.

Dalam akuntansi biaya produk bersama dan produk sampingan merupakan


produk yang dihasilkan dari serangkaian proses produksi dari awal sampai
menghasilkan produk jadi.

1. Definisi dan konsep produk bersama dan sampingan

Produk bersama adalah beberapa produk yang dihasilkan dalam suatu


rangkaian produksi secara bersama dengan menggunakan biaya bahan, Tenaga Kerja
dan biaya overhead secara bersama. Biaya bersama tersebut bercampur menjadi satu
dan sulit di telusuri atau dipisahkan pada setiap jenis produk biaya bersama.

Contoh produk bersama pabrik penyulingan minyak mentah crude oil


menghasilkan minyak siap dikonsumsi berupa minyak gasolin Karosine, minyak
diesel (solar) minyak bakar minyak tanah dan lain-lain.
Biaya bersama adalah biaya yang digunakan untuk mengolah secara bersama
biaya tersebut meliputi biaya bahan, Tenaga Kerja dan biaya overhead untuk
menghasilkan beberapa produk dalam produk bersama dapat menghasilkan:

1. Produk utama

Produk utama adalah produk yang dihasilkan bersama-sama dengan jenis


produk lainnya dalam satu produksi secara bersama, namun mempunyai kuantitas
atau nilai yang lebih besar daripada produk lainnya atau produk sampingan.

2. Produk sampingan

Produk sampingan adalah produk yang dihasilkan bersama-sama dengan jenis


produk lainnya dalam satu produksi secara bersama namun produk ini mempunyai
nilai atau kuantitasnya lebih rendah daripada produk lain (produk utama).

Contoh pada pabrik penggergajian kayu kayu lapis dan papan kayu
merupakan produk utama, sedangkan serbuk gergaji dan kayu bakar merupakan
produk sampingan.

Apabila dalam suatu perusahaan menghasilkan dua atau lebih jenis produk,
dengan harga jual relatif sama maka ke dua macam produk yang dihasilkan disebut
sebagai produk bersama. Tetapi jika salah satu produknya ditetapkan harga yang
lebih mahal dari produk lainnya yang dihasilkan bersamaan maka produk dengan
harga lebih mahal disebut produk utama dan produk yang lebih murah disebut produk
sampingan. Perbedaan produk utama dengan produk bersama didasarkan kriteria
antara lain:

1. Produk utama adalah tujuan utama perusahaan melakukan kegiatan produksi.

2. Harga jual produk utama Seharusnya lebih tinggi dari produk sampingan.

3. Proses produksi perusahaan akan dan harus menghasilkan semua jenis produk.
4. Perusahaan hampir tidak mampu berbuat sesuatu yang berkaitan dengan jumlah
relatif berbagai macam produk yang dihasilkan melalui proses produksi.

2. Harga pokok produk bersama

Produk bersama yang dihasilkan perusahaan sering sekali mengalami


kesulitan dan menghitung biaya pemasaran dan harga jualnya, karena pihak
perusahaan juga ingin mengetahui konstribusi masing-masing produk pada
pendapatan perusahaan. Oleh karena itu, perlu perhitungan pembebanan biaya pada
masing-masing produk baik produk bersama maupun produk sampingan dengan teliti.
Selain itu karena perhitungan biaya bersama pada masing-masing produk sulit maka
perlu dilakukan alokasi biaya Adapun manfaat menghitung alokasi biaya dalam
produk bersama adalah:

1. Mempermudah perhitungan harga pokok dan mempermudah Penentuan nilai


persediaan untuk tujuan pelaporan keuangan.

2. Untuk tujuan asuransi dengan alokasi biaya dapat menilai persediaan yang harus
diasuransikan.

3. Dapat menilai persediaan jika terjadi kerusakan barang.

4. Biaya bahan yang rusak siswa maupun cacat.

5. Dapat menentukan biaya Departemen atau divisi untuk tujuan pengukuran kinerja
karyawan eksekutif.

6. Dapat mengatur tarif yang digunakan menentukan harga produk barang yang baru
diproduksi.

7. Mengetahui besarnya kontribusi masing-masing produk bersama terhadap total


pendapatan perusahaan.
8. mengetahui seluruh biaya produksi yang di beban kan ke masing-masing produk
bersama.

Dalam memproduksi produk bersama diperlukan biaya produk bersama, biaya


tersebut dialokasikan ke setiap produk bersama menggunakan beberapa metode
sebagai berikut:

1. Metode nilai pasar/nilai jual relative

Metode ini adalah metode yang mengkonsumsi setiap produk yang dihasilkan
secara bersama mempunyai nilai jual atau nilai pasar yang berbeda nilai pasar yang
berbeda tersebut disebabkan karena tingkat pemakaian biaya yang berbeda pada
masing-masing produk bersama.

Dalam metode ini jika salah satu produk terjual dengan harga tinggi Maka itu
dikarenakan biaya produksi yang dikeluarkan juga lebih tinggi dibandingkan produk
lain. terdapat 2 metode dalam metode nilai pasar atau nilai jual relatif yaitu:

A. Metode nilai pasar saat split off Point


Metode ini digunakan ketika produk bersama telah selesai diproduksi dan
produk yang diproduksi dapat di identifikasi atau dipisahkan dalam masing-
masing produk serta harga jual sudah diketahui pada saat itu maka biaya
bersama dapat dialokasikan masing-masing produk sesuai perbandingan nilai
jualnya terhadap nilai jual keseluruhan produk bersama.

Rumus pembebanan
Pembebanan = jumlah nilai masing-masing produk x biaya bersama
Jumlah nilai jual keseluruhan produk

B. Metode nilai jual hipotesis


Metode ini digunakan apabila suatu produk tidak bisa dijual pada titik pisah
atau batas yang seharusnya produk tersebut selesai, maka harga jual tidak
dapat diketahui pada saat titik pisah tersebut karena produk tersebut masih
perlu pengolahan tambahan dan mengeluarkan biaya tambahan untuk
memproses lagi. Dasar yang dapat digunakan dalam mengalokasikan biaya
bersama model ini adalah harga pasar hipotesis. Harga pasar hipotesis adalah
nilai jual suatu produk setelah diproses lebih lanjut dikurangi dengan biaya
yang dikeluarkan untuk memproses lanjut setelah pemisahan.

Jumlah nilai hipotesis


Pembebanan = masing-masing produk setelah titik pisah x Biaya Bersama
Jumlah nilai jual hipotesis
Seluruh produk setelah titik pisah

2. Metode rata-rata biaya persatuan

Metode ini adalah metode yang membebankan produk bersamanya berdasarkan


jumlah biaya bersama dibagi jumlah keseluruhan produk dikalikan jumlah unit
masing-masing produk. Pengalokasian di tersebut dibagi secara profesional dari
seluruh biaya bersama atau dari besarnya unit yang diproduksi produksi diasumsikan
bersifat homogen artinya masing-masing produk memerlukan biaya yang relatif
sama.

Pembebanan = Biaya per unit x jumlah unit masing-masing produk

Biaya Per Unit = Jumlah biaya Bersama


Jumlah unit keseluruhan Produk

3. Metode rata-rata tertimbang


Metode rata-rata tertimbang, metode ini muncul karena dari beberapa metode
lain tidak memperhatikan robot sebagai presentasi dari ukuran besarnya unit,
kesulitan pembuatan waktu yang dibutuhkan dan sebagian sebagai dasar untuk
mengalokasikan biaya bersama. Maka dalam metode ini memperhatikan produk
bersama berdasarkan bobot sebagai presentasi dapat dari ukuran besarnya unit
kesulitan pembuatan waktu yang dibutuhkan dan sebagainya sebagai dasar untuk
mengalokasikan biaya bersama.

Pembebanan = jumlah penimbang rata-rata setiap produk x biaya bersama


Jumlah penimbang rata-rata seluruh produk

4. Metode unit kuantitatif/ satuan fisik

Metode unit fisik adalah suatu metode dalam pembebanan biaya bersama
kepala produk didasarkan atas unit secara fisik atau output dari suatu produk
diungkapkan dalam satu misal berupa volume, bobot atau ukuran karateristik
lainnya.

Pembebanan = jumlah unit masing-masing produk x Biaya Bersama


Jumlah Unit keseluruhan Produk

3. Harga pokok produk sampingan

Produk sampingan adalah produk yang diproduksi secara bersama-sama


dengan produk lainnya namun produk ini merupakan hasil sampingan dan produk
utama jumlah walaupun harganya lebih rendah dari produk utamanya.
Contoh:

* gula dalam spiritus

* perca kain dalam produksi garmen

* papan dan balok dalam produksi kayu

Produk sampingan ini perlakuannya

1. Produk sampingan siap dijual setelah dipisah dari produk utama.

2. Produk sampingan masih perlu diolah lagi Sebelum menjadi produk yang siap
dijual.

3. Produk sampingan siap dijual setelah dipisah dari perlu cool utama namun
sebenarnya jika diproses lagi dapat dijual dengan harga yang lebih tinggi.

Perhitungan alokasi produk sampingan perlu dipelajari bersama ada beberapa


metode yang mengalokasikan biaya bersama ke dalam produk utama dan produk
sampingan. Metode-metode akuntansi yang dapat diterima untuk menetapkan biaya
produk sampingan dibagi dalam dua kategori yaitu:.

1. Metode tanpa harga pokok

Metode ini dalam perhitungan produk sampingan tidak memperoleh alokasi


biaya bersama dari pengolahan produk sebelum dipisah atau pengakuan atas pendapat
kotor.

a. produk sampingan dapat langsung dijual setelah adanya titik pisah pengakuan
atas pendapat kotor. Metode ini memerlukan penjualan produk sampingan
berdasarkan penjualan kotor. Dalam metode ini penjualan atau pendapat
produk sampingan dalam laporan laba rugi.

Anda mungkin juga menyukai