Anda di halaman 1dari 53

Harga Pokok Produk Bersama dan Produk Sampingan

Biaya Bersama (Biaya Overhead Bersama) atau biaya bergabung (Common Cost):
adalah biaya overhead bersama yang harus dialikasikan ke berbagai departemen
baik dalam perusahaan yang kegiatan produksinya berdasarkan pesanan maupun
secara massa.
Biaya Produk Bersama (joint Product Cost) atau Biaya Bersama (joint cost)
Adalah biaya yang dikeluarkan sejak awal bahan baku diolah sampai dengan
berbagai macam produk dapat dipisahkan identitasnya.
Biaya bersama yang dikeluarkan untuk mengolah Bahan Baku menjadi berbagai macam
produk berupa: 1. Produk Bersama (Joint product)
2. Produk Sampingan (by-product)
3. Produk Sekutu (co-product)
1.Produk Bersama (Joint product) adalah beberapa produk yang dihasilkan dari suatu
rangkaian proses produksi secara serentak dengan menggunakan BBB, BTK dan
BOP yang sama yang tidak dapat dilacak atau dipisahkan pada setiap produk dan
mempunyai nilai jual atau kuantitas produk relative sama (Abd Halim)
2. Produk Sampingan (by-product) adalah produk yang nilai jualnya lebih rendah yang
diproduksi bersama produk lain yang nilai jualnya lebih tinggi.
3. Produk Sekutu (co-product) adalh dua produk atau lebih yang diproduksi pada waktu
yang bersamaan tetapi tidak dari kegiatan pengolahan yang sama atau tidak
berasal dari BB yang sama. (Sawmill/penggergajian kayu)
Karakteristik Produk Bersama (Joint product), Produk Sampingan (by-product) dan
Produk Sekutu (co-product)
1. Ptoduk bersama dan produk sekutu merupakan produk tujuan utama kegiatan
produksi
2. Harga jual produk bersama dan produk sekutu relatif tinggi dibanding produk
sampingan
3. Dalam mengolah produk bersama tertentu, produsen tidak d
Ciri Produk Bersama:
1. Mempunyai hubungan fisik yang erat, jika ada tambahan kuantitas untuk unit
produksi yang lain, maka kuantitas produk yang lain akan bertambah secara
proporsional.
2. Nilai produk sama
3. Ada titik pisah/split off masing-masing jenis produk yang dihasilkan dari BBB, BTK
dan BOP yang telah dinikmati bersama-sama.
4. Setelah Split off produk berdiri sendiri mungkin langsung dijual atau diproses lebih
lanjut untuk mendapatkan produk yang lebih menguntungkan

Biaya bersama dan keputusan manajemen


Tujuan alokasi biaya bersama adalah untuk PENGHITUNGAN LABA agar diketahui
kontribusi masing-masing produk bersama terhadap seluruh laba yang diperoleh
perusahaan
Metode Alokasi Biaya Bersama:
1.
Nilai Jual Relatif yaitu salah satu
produk dengan harga jual lebih tinggi.
2.
Satuan Fisik yaitu menggunakan
koeffisien fisik, satuan (kg, volume)
3.
Rata-rata biaya per satuan yaitu hasil
produksi satuan sama
4.
Rata-rata tertimbanga yaitu kuantitas
X angka penimbang
Contoh:
1.
PT Muha memproduksi barang A,B dan C dalam satu proses sehingga
mengakibatkan adanya biaya bersama. Adapun unit yang dihasilkan adalah Produk A
sebanyak 20.000 unit B sebanyak 10.000 dan C sebanyak 10.000 dengan total biaya
yang dikeluarkan sebanyak Rp100.000.000. Harga jual ketiga produk saat dipisahkan
adalah: Produk A= Rp2.000, B=Rp20.000 dan C=Rp16.000 Data persediaan akhir
barang tersebut adalah A=2.000, B=6.000 dan C=4.000
Diminta: Hitunglah jumlah biaya bersama tersebut yang akan dimasukkan dalam
penilaian persediaan akhir masing-masing produk.
a.Metode nilai jual relatif:
b. Metode satuan fisik
c. Metode rata-rata biaya per satuan

PRODUK BERSAMA DAN PRODUK


SAMPINGAN
(JOIN PRODUCT AND BY PRODUCT)
1.

PENDAHULUAN
Pada banyak perusahaan manufaktur, suatu proses produksi dihasilkan lebih dari
satu jenis produk. Di perusahaan industri minyak bumi misalnya, proses
penyulingan minyak mentah dapat menghasilkan bensin,minyak tanah, oli dan lain
lain. Di perusahaan yang memproduksi (potong) daging hewan dapat
menghasilkan daging, kulit, dan sebagainya.
Bila dalam suatu proses poduksi dihasilkan lebih dari satu produksi seperti contoh
diatas maka produk tersebut disebut produk bersama dan atau produk sampingan.

Produk yang dihasilkan akan dinamakan produk bersama atau produk sampingan
akan tergantung pada nilai relatif dari produk tersebut.
Persoalan yang timbul adalah akibat dari proses produksi yang sama dihasillkan
lebih dari satu jenis produk adalah biaya yang dikeluarkan / dikorbankan adalah
untuk semua produk tersebut, disebut biaya bersama (join cost) yang telah
dikeluarkan untuk memproduksi produk produk yang bersangkutan.
Alokasi dari biaya bersama penting untuk penetuan harga pokok produksi masing
masing produk dan penentuan nilai persediaan produk jadi. Oleh sebab itu,
dikemukakan masalah perlakuan produk bersama, produk sampingan yag lebih
terfokus pada alokasi biaya bersama yang terjadi.
1.

PRODUK BERSAMA (JOINT PRODUCTS)


Produk bersama adalah beberapa produk yang dihasilkan dari sauatu rangkaian
atau seri proses produksi secara serempak dengan menggunakan bahan baku,
tenaga kerja dan overhead pabrik yang sama, yang tidak dapat dilacak atau
dibedakan / dipisahkan pada setiap produk dan mempunyai nilai jual atau
kuantitas produk relative sama.

Karakteristik Produk Bersama :


1.

Produk bersama memiliki hubungan fisik yang sangat erat satu sama lain
dalam proses produksinya. Bila ada tambahan kuantitas untuk menambah
unit produk yang lain maka kuantitas produk yang lain akan bertambah
secara proporsional.
2.

Tidak ada satu produk pun dari produk bersama yang secara signifikan
nilainya lebih tinggi dari produk yang lain.
3.

Dalam proses produk bersama dikenal istilah "Titik Pisah" yakni saat
terpisahnya (split-off) masing masing jenis produk yang dihasilkan dari
bahan baku, tenaga kerja dan overhead yang telah dinikmati oleh produk
secara bersama sama.

4.

Setelah terpisah (split-off) produk berdiri sendiri sendiri yang mungkin


langsung dijual atau mungkin pula harus diproses lebih lanjut untuk
mendapatkan produk yang lebih menguntungkan.
Untuk memperjelas pengertian tentang produk bersama, berikut ini digambarkan
secara sederhana aliran biaya / proses produksi dalam produk bersama.
Dari gambar produk A, C, dan D langsung dijual setelah terpisah dari proses
produksi bersama, sedangkan produk B diolah lebih lanjut sebelum dijual.

AKUNTANSI PRODUK BERSAMA


Masalah akuntansi dalam produk bersama adalah masalah alokasi biaya bersama.
Alokasi tersebut bertujuan untuk penetuan harga pokok dan penentuan nilai
persediaan. Denga kata lain tujuan akhir alokasi biaya bersama adalah untuk
memberikan informasi kepada manajemen baik untuk kepentingan penyusunan
laporan keuangan maupun kepentingan pengambilan kepentingan.
Ada beberapa metode untuk mengalokasikan biaya bersama:
1. Metode harga pasar / nilai harga jual (sales value method)
2. Metode unit kuantitas / unit fisik (quantitative unit method)
3.

Metode harga pokok per unit (unit cost method)

Metode Nilai Harga Jual


Menurut merode ini, biaya bersama dialokasikan menurut nilai jual dari masing
masing atau jenis produk. Dasar pemikiran untuk mengalokasikan atas dasar nilai
harga jual ini adalah bahwa ada hubungan langsung yang erat antara harga pokok
dengan harga jual dari suatu produk. Harga jual suatu produk akan sangat
ditentukan oleh harga pokok untuk memproduksi produk tersebut. Oleh sebeb itu,
biaya bersama sudah selayaknya dialokasikan atas dasar harga jualnya.
Metode ini lebih populer dibandingkan kedua metode yang lain. Menurut metode
ini pengalokasian biaya bersama dapat menimbulkan situasi :
1. Harga jual sudah diketahui saat split off

2.

Harga jual belum diketahui saat split off


3.

Harga jual sudah diketahui setelah split off


Berikut ini dikemukakan kedua kemungkinan tersebut:
Bila harga jual sudah diketahui saat split off maka biaya bersama
dialokasikan ke masing masing jenis produk dengan cara membagi total
nilai harga jual setiap produk dengan total nilai jual seluruh produk yang
diproduksi yang akan menghasilkan rasio dari mesing masing jenis
produk. Rasio ini kemudian di kalikan dengan total biaya bersama.
Contoh 1:
PT. PRIMATA memproduksi 3 buah jenis produk. Proses produksi dari
ketiga produk tersebut merupakan produk bersama sehingga biaya yang
terjadi merupakan biaya bersama.
Berikut ini data produksi bulan Januari 2009:
Keterangan

Produk
Y
64.000

Jumlah unit diproduksi


60.000
40.000
Nilai harga jual saat split off
Per unit
Rp.6,00
Rp.5,00
Rp.7,00
Total
Rp.360.000,00 Rp.320.000,00 Rp.280.000,00
Total biaya bersama adalah sebesar Rp.528.000,00
Diminta:
Alokasikan biaya bersama tersebut pada masing masing produk!
Jawab:
Untuk memperjelas persoalan tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:
dasar alokasi total dari masing masing produk:
X = 60.000 x 6 = 360.000
Y = 64.000 x 5 = 320.000
Z = 40.000 x 7 = 280.000

Total

= 960.000

Alokasi biaya bersama :


X = 360/960 x Rp. 528.000 =Rp. 198.000
Y = 320/960 x Rp. 528.000 = Rp. 176.000
Z = 280/960 x Rp. 528.000 = Rp. 154.000
Total
Rp. 528.000
1.

Harga jual tidak diketahui pada saat split-off


Harga jual produk bersama pada saat split-off sangat mungkin tidak
diketahui terutama sekali bila produk tersebut masih memerlukan proses
produksi lebih lanjut. Dalam keadaan ini harga jual produk tersebut pada
saat menjadi produk selesai tetap harus diketahui. Harga jual dari produk
bersama dalam hal ini disebut harga jual " Hipotesis ". Harga jual hipotesis
adalah harga jual produk selesai dikurangi biaya yang dikeluarkan untuk
memproses lebih lanjut produk bersama yang telah terpisah ( split-off ).
Contoh 2:
PT. MAJU MUNDUR memproduksi 3 buah jenis produk. Proses produksi
dari ketiga produk tersebut merupakan produk bersama sehingga biaya
yang terjadi merupakan biaya bersama.
Berikut ini data produksi bulan maret 2008:

X
60.000

Produk
Y
64.000

Z
40.000

Nilai harga jual


Per unit

Rp.9,00

Rp.8,00

Rp.8,00

Biaya untuk memproduksi lebih


lanjut

Rp.20.000,00 Rp.40.000,00 Rp.10.000,00

Keterangan
Jumlah unit diproduksi

Total biaya bersama adalah sebesar Rp. 528.000


Diminta:
Alokasikan biaya bersama tersebut pada masing masing produk.
Jawab:
Atas dasar data tersebut dibuat perhitungan harga jual hipotesis sebagai berikut:

Produk
X
Y
Z

Unit
60.000
64.000
40.000

Harga jual
Rp.9
Rp.8
Rp.8

Biaya tambahan
Rp.20.000
Rp.40.000
Rp.10.000

Harga jual hipotesis


Rp.520.000
Rp.472.000
Rp.310.000
Rp.1.302.000

Alokasi biaya bersama adalah sebagai berikut :


Cost X = 520.000 / 1.302.000 x Rp. 528.000 = Rp. 210.876
Cost Y = 472.000 / 1.302.000 x Rp. 528.000 = Rp. 191.410
Cost Z = 310.000 / 1.302.000 x Rp. 528.000 = Rp. 125.714
Bila sudah diketahui alokasi dari biaya bersama ke masing masing produk, maka
total biaya produksi produk X, Y, Z dapat diketahui yaitu alokasi biaya bersama
ditambah dengan biaya tambahan masing masing produk. Selanjutnya biaya per
unit akan dapat dihitung pula.
Dari data diatas biaya atau harga pokok per unit adalah :
Untuk produk X = (Rp. 210.876 + Rp. 20.000) / 60.000 = Rp.3,8479
Y = (Rp. 191.410 + Rp. 40.000) / 64.000 = Rp. 3,6158
Z = (Rp. 125.714 + Rp. 10.000) / 40.000 = Rp. 3,3929
Metode unit kuantitas ( quantitative unit method )
Menurut metode ini, dasar alokasi dari biaya bersama adalah jumlah kuantitas
yang diproduksi unit masing masing produk. Satuan kuantitas yang dimaksud
adalah seperti unit, ton, kilogram, buah, dll
Dalam metode ini syarat yang harus dipenuuhi adalah bahwa satuan unit kuantitas
harus sama. Bila satuan kuantitas tidak sama maka akan ditemui kesulitan dalam
alokasi yang akan dilakukan. Namun demikian bila terjadi juga satuan kuantitas
yang tidak sama maka biasanya yang digunakan adalah satuan kuantitas yang
paling umum digunakan atas produk yang dimaksud. Perhitungan alokasi biaya
bersama dalam metode ini adalah dengan membagi jumlah dari kauntitas masing
masing produk dengan jumlah total dari keseluruhan kuantitas semua produk.
Hasilnya dikalikan dengan total biaya bersama akan mendapatakan alokasi dari
biaya bersama dari masing masing produk.
Dalam metode ini bila dihitung harga pokok per unit pada saat dialokasikan biaya
bersama akan menghasilkan harga pokok perunit yang sama. Bila tidak diproses
lebih lanjut maka harga pokok perunit tidak akan berbeda, sehingga dalam
pengertian ini produk bersama yang telah berdiri sendiri harus ada yang diproses
lebih lanjut.
Contoh 3:

Dari contoh terdahulu (contoh 1), yaitu dari 3 produk yang dimiliki sebagai
berikut :
X= 60.000 unit
Y= 64.000 unit
Z= 40.000 unit
= 164.000 unit
Total biaya bersama (Joint Cost) = Rp. 528.000
Diminta :
Alokasi biaya bersama tersebut !!!
Jawab :
Alokasi biaya bersama :
Produk X= 60.000/164.000 x Rp. 528.000 = Rp. 193.171
Produk Y= 64.000/164.000 x Rp. 528.000 = Rp.206.049
Produk Z= 40.000/164.000 x Rp. 528.000 = Rp.128.780
Harga pokok perunit :
Produk X = ( 193.171/60.000) x Rp. 1,00 = Rp. 3,2195
Produk Y = (206.049/64.000) x Rp. 1,00 = Rp. 3,2195
http://foindonesia.blogspot.com/2010/02/produk-bersama-dan-produk-sampingan.html

DAFTAR ISTILAH DALAM AKUNTANSI BIAYA


DAFTAR ISTILAH DALAM AKUNTANSI BIAYA
Akuntansi (accounting): merupakan suatu kegiatan atau jasa yang berfungsi menyediakan
informasi kuantitatif terutama yang bersifat keuangan mengenai kesatuan-kesatuan
ekonomi tertentu kepada pihak-pihak yang berkepentingan, untuk digunakan sebagai
bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan-keputusan ekonomi.
Kesatuan ekonomi (economic entity): bisa berarti badan hukum (legal entity) seperti
perseroan terbatas, persekutuan atau usaha perseorangan, tetapi bisa juga berarti kesatuan
yang lebih kecil dalam suatu organisasi seperti divisi, departemen dan seterusnya.
Akuntansi biaya (cost accounting): bidang khusus akuntansi yang berkaitan terutama
dengan akumulasi dan analisis biaya untuk penentuan harga pokok produk yang
dihasilkan, serta untuk membantu manajemen dalam perencanaan, pengendalian, dan
pengambilan keputusan.
Akuntansi keuangan (financial accounting): bidang khusus akuntansi yang berkaitan
dengan penyusunan laporan keuangan dan terutama ditujukan kepada berbagai pemakai

eksternal atau pihak luar perusahaan, serta informasinya mencakup perusahaan secara
keseluruhan.
Akuntansi manajemen (management accounting): bidang khusus akuntansi yang terutama
berkaitan dengan pelaporan keuangan untuk penggunaan pemakai internal atau pihak
dalam perusahaan, dalam hal ini adalah manajemen dari semua jenjang dalam organisasi
perusahaan.
Perencanaan (planning): suatu usaha untuk merumuskan tujuan-tujuan dan menyusun
program operasi yang lengkap untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut, termasuk proses
penentuan strategi untuk jangka panjang dan jangka pendek.
Pengendalian (control): suatu usaha untuk melakukan perbandingan secara kontinyu
antara pelaksanaan dengan perencanaan yang ditetapkan untuk mencapai tujuan-tujuan
yang telah dirumuskan.
Bagan organisasi perusahaan: suatu bagan yang menggambarkan dan menerangkan arus
wewenang dan tanggung jawab yang ditetapkan atas jabatan-jabatan dari manajemen
kunci dalam suatu perusahaan.
Bagan organisasi fungsi akuntansi: suatu bagan organisasi yang menggambarkan dan
menerangkan arus wewenang dalam divisi akuntansi yang dipimpin oleh kontroler.
Fungsi lini: fungsi-fungsi dalam organisasi yang berkaitan dengan masalah-masalah
pengambilan keputusan, bimbingan atau pengarahan, dan supervisi.
Fungsi staf: fungsi-fungsi penunjang dalam organisasi yang berkaitan dengan pemberian
nasihat dan supervisi kepada anggota-anggota dari fungsi lini.
Penentuan biaya atau harga pokok berdasarkan aktivitas (activity based costing): suatu
sistem informasi biaya yang menyelenggarakan dan mengolah data berdasarkan aktivitasaktivitas perusahaan dan produk-produk.
Pemicu biaya (cost drivers): faktor-faktor yang dapat menyebabkan perubahan dalam
biaya dari suatu aktivitas dan digunakan sebagai basis untuk mengalokasikan biaya-biaya
dari aktivitas tersebut kepada produk-produk.
Biaya (cost): pengeluaran-pengeluaran atau nilai pengorbanan untuk memperoleh barang
dan jasa yang mempunyai manfaat untuk masa yang akan datang, yaitu melebihi satu
periode akuntansi. Biasanya jumlah ini disajikan dalam neraca sebagai elemen-elemen
aset.
Beban (expense): biasanya terdiri atas beban yang berasal dari biaya (cost) yang telah
habis masa manfaatnya, beban yang timbul dari penurunan aset atau kenaikan dalam
kewajiban sehubungan dengan penyerahan barang dan jasa, serta pengeluaranpengeluaran yang hanya memberi manfaat untuk tahun buku berjalan.

Kerugian (loss): biaya (cost) dari barang atau jasa yang pada saat diperoleh tidak
memberikan atau mempunyai manfaat sama sekali karena kondisi-kondisi tertentu.
Biaya produksi (manufacturing cost): biaya yang terjadi sehubungan dengan kegiatan
manufaktur atau memproduksi suatu barang terdiri atas bahan langsung, tenaga kerja
langsung, dan overhead pabrik.
Biaya utama (prime cost): biaya-biaya yang secara langsung berhubungan dengan
produksi, yaitu jumlah biaya bahan langsung dan tenaga kerja langsung.
Biaya konversi (conversion cost): biaya-biaya yang terjadi dalam membantu mengolah
bahan langsung menjadi produk yang selesai atau barang jadi, yaitu merupakan
penggabungan atau penjumlahan biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik.
Biaya bahan langsung (direct material cost): seluruh biaya perolehan dari bahan baku
(raw material) yang secara integral telah membentuk barang jadi (finished goods), seperti
kayu dalam membuat meja dan kursi.
Biaya tenaga kerja langsung (direct tabor cost): jumlah biaya upah dari tenaga kerja yang
secara langsung ikut dalam proses produksi, seperti upah operator mesin pabrik.
Biaya overhead pabrik (factory overhead cost): semua biaya untuk memproduksi suatu
produk selain dari bahan langsung dan tenaga kerja langsung, yaitu bahan tidak langsung,
tenaga kerja tidak langsung, dan semua biaya tidak langsung lainnya.
Biaya variabel (variabel cost): biaya-biaya yang dalam total berubah secara proporsional
dengan perubahan tingkat kegiatan atau volume.
Biaya tetap (fixed cost): biaya-biaya yang dalam total tidak berubah dengan adanya
perubahan tingkat kegiatan atau volume.
Biaya semi variabel (semi variabel cost): biaya-biaya yang mempunyai atau mengandung
unsur tetap dan unsur variabel.
Departemen produksi (production department): unit organisasi dari suatu perusahaan
manufaktur yang mempunyai fungsi melakukan proses produksi secara langsung baik
dengan tangan maupun mesin.
Departemen pendukung (service department): unit organisasi yang secara tidak langsung
ikut membantu proses produksi untuk menghasilkan suatu produk.
Beban departemen langsung (direct department charge): biaya-biaya yang terjadi atau
berasal dari suatu departemen baik departemen produksi maupun departemen pendukung.
Beban departemen tidak langsung (indirect department charge): biaya-biaya yang terjadi

di mana manfaatnya diterima secara bersama oleh beberapa departemen, sehingga biaya
tersebut harus dialokasikan kepada masing-masing departemen tersebut dengan
menggunakan suatu basis alokasi tertentu.
Biaya produk (product cost): biaya-biaya yang berhubungan dengan menghasilkan suatu
produk, yaitu bahan langsung, tenaga kerja langsung, dan overhead pabrik.
Biaya periode (period cost): biaya-biaya yang berhubungan dengan periode waktu atau
periode akuntansi, tetapi tidak berhubungan dengan produk.
Pengeluaran pendapatan (revenue expenditure): biaya peiiode yang member! atau
mempunyai manfaat hanya untuk periode akuntansi yang berjalan.
Pengeluaran modal (capital expenditure): biaya periode yang dapat memberi manfaat
untuk beberapa periode akuntansi.
Metode harga pokok pesanan (job order coasting): sistem akuntansi biaya perpetual yang
mencatat dan mengumpulkan biaya berdasarkan pekerjaan.
Kartu harga pokok (job order cost sheet): suatu formulir untuk mengikhtisarkan biayabiaya yang dibebankan pada masing-masing pekerjaan (job) yang terdiri atas bahan
langsung, tenaga kerja langsung, dan overhead pabrik.
Bon permintaan bahan (materials requestion): suatu formulir yang digunakan bagian
produksi untuk meminta bahan dari gudang baik bahan langsung (bahan baku) maupun
bahan tidak langsung.
Kartu waktu (time cards): kartu untuk menyediakan data atau catatan mengenai waktu
datang dan waktu pulang atau jumlah jam kerja harian dari setiap karyawan dengan cara
memasukkan kartu tersebut ke dalam mesin pencatat waktu (time clock).
Kupon waktu (labor time ticket): kupon yang menyediakan data dan catatan mengenai
jumlah jam yang digunakan oleh seorang karyawan atas suatu pekerjaan. Kupon ini
merupakan sumber untuk mendistribusikan biaya tenaga kerja kepada pekerjaanpekerjaan dan biasanya kupon ini disiapkan secara harian.
Barang rusak (spoiled goods): barang-barang yang tidak memenuhi standar produksi dan
tidak memerlukan proses lebih lanjut untuk memperbaikinya.
Kerusakan normal (normal spoilage): kerusakan yang tidak dapat dihindari dalam suatu
proses produksi yang berjalan secara efisien.
Kerusakan abnormal (abnormal spoilage): kerusakan yang dianggap melebihi keadaan
yang normal untuk suatu proses produksi dan disebabkan oleh suatu kejadian yang tidak
diharapkan, dan sebetulnya dapat dihindarkan.

Barang cacat (defective goods): barang-barang yang tidak memenuhi standar produksi
dan harus diproses lebih lanjut agar memenuhi standar mutu yang ditentukan untuk
kemudian dapat dijual.
Barang sisa (scrap): barang yang berasal dari pengolahan bahan, persediaan barang yang
kuno, pembesituaan aset tetap, alat-alat atau suku cadang yang cacat atau pecah, dan dari
proyek-proyek percobaan. Barang ini masih mempunyai nilai dan dapat dijual atau
dimasukkan kembali ke dalam proses produksi untuk tujuan yang berbeda.
Barang sampah (waste): barang ini terjadi sama seperti barang sisa tetapi tidak
mempunyai manfaat lagi dan dengan demikian tidak mempunyai nilai jual.
Akun rekening koran (R/K) kantor pusat: akun yang diselenggarakan di pabrik untuk
mencatatat transaksi yang berhubungan dengan kantor pusat. Akun ini juga menunjukkan
kekayaan kantor pusat pabrik.
Akun rekening koran (R/K) pabrik: akun yang diselenggarakan di kantor pusat untuk
mencatat transaksi yang berhubungan dengan pabrik. Akun ini merupakan akun
tandingan dari akun R/K kantor pusat pabrik dan menunjukkan investasi atau penyertaan
dari kantor pusat di pabrik.
Metode harga pokok proses (process costing): adalah salah satu dari metode akumulasi
biaya yang menghimpun biaya berdasarkan departemen-departemen dalam menentukan
harga pokok per unit. Biasanya metode ini digunakan dalam kondisi produksi yang
bersifat masal dan dilaksanakan secara berkesinambungan.
Arus produk: suatu beiituk aliran dari produk-produk dan biayanya dalam satu proses,
yaitu mulai dari pemasukan bahan baku awal proses sampai keluar berupa bahan jadi.
Arus produk berurutan (sequential product flow): suatu bentuk arus produk di mana unitunit produk mengalir melalui tahap-tahap produksi atau departemen-departemen dalam
cara berurutan.
Arus produk paralel: suatu bentuk arus produk di mana bahan baku pada mulanya
mengalir melalui beberapa departemen yang berbeda, hingga pada akhirnya bergabung
dalam proses tahap terakhir atau tahap penyelesaian untuk menjadi barang jadi.
Arus produk selektif: suatu bentuk arus produk di mana bahan yang sama mengalir dalam
beberapa tahap produksi atau urutan departemen yang berbeda, dan masing-masing
urutan departemen dalam pengolahan tersebut akan menghasilkan barang : jadi yang
berbeda.
Laporan biaya produksi (cost of production report): suatu formulir yang digunakan untuk
menyajikan jumlah biaya yang dihimpun atau dibebankan oleh suatu departemen dalam
suatu periode atau bulan, dan sekaligus menunjukkan penjelasan atau
pertanggungjawaban dari jumlah biaya tersebut. Laporan biaya produksi merupakan buku
tambahan (subsidiary ledger) dari akun buku besar barang dalam proses dalam metode

harga pokok proses, dan sumber informasi untuk pembuatan ayat-ayat jurnal dalam
bentuk ikhtisar untuk mencatat biaya produksi.
Produksi ekuivalen (equivalent production): merupakan suatu jumlah unit yang dianggap
selesai, di mana terdiri atas jumlah unit yang selesai dan jumlah unit barang dalam proses
yang ditetapkan selesai (jumlah unit barang dalam proses x tingkat penyelesaiannya).
Metode Harga Produk Rata-rata Tertimbang (average costing): adalah metode akuntansi
yang digunakan dalam menentukan harga pokok atau biaya per unit dari produk yang
selesai untuk masing-masing departemen produksi, di mana biaya per unit dihitung
dengan cara menambahkan elemen biaya dari barang dalam proses awal periode dengan
elemen biaya yang sama yang ditambahkan pada periode berjalan dan dibagi dengan
angka produksi ekuivalen.
Metode Harga Pokok FIFO (first-in first-out costing): adalah metode akuntansi yang
digunakan dalam menentukan harga pokok atau biaya per unit dari produk yang selesai
untuk masing-masing departemen produksi, di mana unit dan biaya dari persediaan
barang dalam proses pada awal periode dihitung dan dilaporkan secara terpisah dari unit
yang selesai yang berasal dari produksi periode yang sekarang. Dengan demikian, dalam
metode ini dihasilkan dua angka harga pokok atau biaya per unit dari produk yang
selesai.
Biaya bersama (joint costs): biaya-biaya yang timbul untuk menghasilkan dua jenis
produk atau lebih dalam satu proses produksi yang dilakukan secara simultan, di mana
terjadinya biaya-biaya ini terbatas sampai dengan titikpisah (spilt off point). Produkproduk ini dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu: produk bersama (joint products) dan
produk sampingan (by product).
Metode FIFO: suatu metode penentuan harga pokok dari bahan yang dipakai untuk
produksi. Metode ini mempunyai anggapan bahwa secara fisik, maupun biayanya bahan
yang dikeluarkan untuk produksi berasal dari bahan yang pertama dibeli. Dengan
demikian persediaan dinilai dengan harga dari pembeHan terakhir. Dalam penerapannya,
metode FIFO dan metode harga pokok lainnya hanya didasarkan pada arus biayanya.
Metode LIFO: metode harga pokok ini mempunyai anggapan bahwa bahan yang terakhir
diterima adalah yang pertama dikeluarkan untuk produksi. Dengan demikian persediaan
akhir, dinilai dengan harga dari pembelian pertama atau persediaan awal.
Metode rata-rata: metode ini menetapkan harga rata-rata tertimbang yaitu dengan jalan
membagi jumlah nilai rupiah dari persediaan barang yang ada setelah ditambah dengan
nilai transaksi pembehan dengan seluruh jumlah unitnya.
Bukti permintaan bahan (material requisition): dokumen atau formulir untuk
mengotorisasi pengeluaran bahan atau perlengkapan dari gudang.
Formulir permintaan pembelian (purchase requisition): formulir yang digunakan untuk
meminta bagian pembelian melakukan pembelian atas barang-barang yang diperlukan.

Laporan penerimaan (receiving report): formulir yang dikeluarkan oleh bagian


penerimaan untuk melaporkan kuantitas dan kondisi dari barang-barang yang diterima
oleh perusahaan.
Formulir order pembelian (purchase order): formulir yang digunakan untuk melakukan
pemesanan barang kepada rekanan (supplier) dengan harga, waktu penyerahan, dan
syarat pembayaran yang ditetapkan.
Sistem periodik (periodic inventory system): suatu sistem pencatatan persediaan di mana
dalam menetapkan persediaan harus dilakukan penghitungan fisik atas barang yang ada
di gudang. Dengan demikian dapat dihitung nilai persediaan akhir dan biaya bahan yang
digunakan untuk produksi.
Sistem perpetual (perpetual inventory system): suatu sistem pencatatan persediaan yang
mencatat penambahan dan pengurangan persediaan secara terus-menerus. Dengan
demikian biaya bahan yang digunakan untuk produksi dan nilai persediaan akhir dari
bahan dapat ditetapkan dan diketahui setiap saat.
Kuantitas pesanan ekonomi: kuantitas persediaan untuk satu kali pemesanan dengan
biaya persediaan tahunan yang minimum.
Jangka waktu perolehan barang (lead time): periode waktu antara saat melakukan
pemesanan bahan hingga saat bahan datang.
Titik pemesanan kembali (reorder point): suatu saat di mana perusahaan harus melakukan
pemesanan kembali atas bahan. Hal ini sangat dipengaruhi oleh waktu perolehan barang
(lead time) dan persediaan pengaman (safety stock).
Metode siklus pemesanan (order cycling method): suatu metode pengendalian persediaan
yang menelaah secara periodik mengenai kuantitas dari elemen bahan yang ada dalam
persediaan, dan biasanya diikuti dengan melakukan pemesanan atas setiap jenis bahan
yang telah ditelaah.
Metode minimum-maksiniuni (min-max method): suatu metode pengendalian persediaan
yang menetapkan tingkat persediaan minimum dan maksimum untuk mencegah
terjadinya kekurangan atau kehabisan persediaan selama suatu periode pemesanan
kembali.
Rencana ABC (ABC plan): suatu metode pengendalian persediaan yang selektif, dengan
mengelompokkan bahan menurut besar kecilnya nilai total dari bahan tersebut.
Metode Just in Time: merupakan suatu bentuk pengendahan bahan dan produk dengan
cara tidak memiliki persediaan.
Kapasitas teoretis (theoretical capacity): suatu kapasitas atau tingkat kegiatan tertinggi
yang melakukan produksi dalam kecepatan penuh tanpa rintangan.

Kapasitas praktis (practical capacity): suatu kapasitas atau tingkat kegiatan yang telah
mempertimbangkan adanya kendala-kendala internal, seperti kerusakan mesin,
kekurangan tenaga, dan sebagainya.
Kapasitas yang sesungguhnya diharapkan (expected actual capacity): suatu kapasitas atau
tingkat kegiatan yang sesungguhnya diharapkan pada periode-periode jangka pendek
yang berikutnya.
Kapasitas normal (normal capacity): suatu kapasitas atau tingkat kegiatan yang telah
mengakui sekaligus adanya kendala-kendala internal maupun kendala-kendala eksternal
seperti kekurangan pesanan dan Iain-lain. Kapasitas ini berdasarkan kepada permintaan
dan penaksiran produksi jangka panjang.
Tarif biaya overhead pabrik (factory overhead rate): suatu tarif yang digunakan dalam
membebankan taksiran biaya overhead pabrik ke produksi. Tarif ini diperoleh dengan
membagi biaya overhead pabrik taksiran dengan basis alokasi tertentu, seperti jumlah
tenaga kerja langsung atau jumlah jam mesin.
Biaya overhead pabrik yang dibebankan (applied factory overhead): biaya overhead
pabrik yang dibebankan ke produksi pada kapasitas atau tingkat kegiatan yang dicapai
Biaya overhead pabrik yang lebih atau kurang dibebankan (over or underapplied factory
overhead): kadang-kadang disebut juga selisih yaitu selisih lebih atau kurang yang
diperoleh dengan membandingkan antara biaya overhead pabrik yang sesungguhnya dan
biaya overhead pabrik yang dibebankan.
Selisih anggaran (spending variance): selisih antara biaya overhead pabrik yang
sesungguhnya pada kapasitas yang dicapai dengan biaya overhead pabrik yang
dianggarkan (budget allowance) pada kapasitas atau tingkat kegiatan yang dicapai.
Selisih kapasitas (capacity variance): Selisih antara biaya overhead pabrik yang
dianggarkan dan biaya overhead yang dibebankan.
Departementalisasi biaya overhead pabrik (departementalization of factory overhead):
pembagian pabrik menjadi beberapa bagian atau departemen, pusat biaya atau unit yang
lebih kecil, yaitu kelompok biaya, di mana biaya overhead pabrik dibebankan.
Basis distribusi atau alokasi biaya: suatu basis yang layak untuk mendistribusikan atau
mengalokasikan biaya departemen tidak langsung atau biaya yang bersifat umum dan
biaya departemen pendukung.
Penelitian pabrik (factory survey): suatu kegiatan yang dilakukan perusahaan untuk
tujuan menetapkan basis alokasi untuk mendistribusikan atau mengalokasikan biaya tidak
langsung dan biaya departemen pendukung.

Metode alokasi langsung (direct method): metode alokasi biaya yang mendistribusikan
biaya dalam setiap departemen pendukung hanya kepada departemen produksi saja.
Metode alokasi bertahap (step method): metode alokasi biaya yang mendistribusikan
biaya departemen pendukung tidak hanya kepada departemen produksi, tetapi juga
kepada departemen pendukung lainnya yang belum melakukan pendistribusian atau
pengalokasian biaya.
Metode aljabar: metode alokasi biaya ini menggunakan teknik aljabar yang
menggambarkan adanya penggunaan jasa timbal balik antara suatu departemen
pendukung dengan departemen pendukung lainnya.
ABC (activity based costing): suatu sistem pendekatan perhitungan biaya yang dilakukan
berdasarkan aktivitas-aktivitas yang ada di perusahaan.
Objek biaya (cost object): sesuatu yang menjadi dasar pengukuran biaya.
Value chain: urutan dalam tahapan kegiatan usaha (mulai dari riset dan pengembangan
hingga layanan purna jual) untuk selalu memberikan nilai tambah bagi produk dan jasa
yang dihasilkan dengan tujuan meningkatkan kepuasan konsumen.
Value re-engineering, proses evaluasi seluruh aspek dari value chain secara sistematis
dengan tujuan menurunkan biaya namun dengan kualitas yang baik dan memuaskan
keinginan konsumen.
Pengelompokan biaya (costpool): proses pengelompokan biaya-biaya yang sama.
Dasar pengalokasian (cost allocation based): suatu dasar yang dipilih untuk pembebanan
biaya.
Level unit (output unit level): sumber daya yang digunakan untuk aktivitas yang akan
meningkat pada setiap unit produksi/jasa yang dihasilkan.
Level kelompok unit tertentu (batch level): sumber daya yang digunakan untuk aktivitas
yang akan terkait dengan sekelompok unit produk/jasa yang dihasilkan.
Level produk/jasa tertentu (product/service sustaining level): sumber daya yang
digunakan untuk aktivitas menghasilkan suatu produk dan jasa.
Level fasilitas tertentu (facility sustaining level): sumber daya yang digunakan untuk
aktivitas yang tidak dapat dihubungkan secara langsung dengan produk/jasa yang
dihasilkan tetapi untuk mendukung organisasi secara keseluruhan.
Referansi:
Dunia Ahmad F. 2009. Akuntansi Biaya. Edisi 2. Salemba Empat. Jakarta.
Horngren Charles T. 2005. Akuntansi Biaya Penekanan Manajerial. Edisi Kesebelas. PT.
Indeks. Jakarta.
Mulyadi. 2010. Akuntansi Biaya. Edisi 5. YKPN. Yogyakarta.

http://populerkan.blogspot.com/2011/02/daftar-istilah-dalam-akuntansi-biaya.html

Horngren Chapter06 - Document Transcript


1. Chapter 6 Informasi yang Relevan dan Pengambilan Keputusan: Keputusan
Produksi [2002 Prentice Hall Business Publishing, Introduction to Management
Accounting 12/e, Horngren/Sundem/Stratton] Tujuan Pembelajaran-1:
Menggunakan opportunity cost untuk menganalisis pengaruh pendapatan dari
alternatif yang ada. Biaya Biaya peluang (opportunity cost) adalah kontribusi
maksimum yang tersedia untuk memperoleh keuntungan dengan menggunakan
sumberdaya yang terbatas untuk tujuan tertentu. Suatu pembiayaan akan
membutuhkan pengeluaran kas. Biaya diferensial (differential cost) adalah
tambahan biaya (incremental cost) yang didefinisikan sebagai selisih atau
perbedaan jumlah biaya antara dua alternatif. Tujuan Pembelajaran-2:
Memutuskan apakah membuat atau membeli suku cadang/komponen atau
produk tertentu. Keputusan Membuat-atau-Membeli Pertanyaan mendasar dalam
keputusan membuat-atau-membeli yaitu apakah perusahaan sebaiknya membuat
suku cadang/komponen sendiri untuk digunakan dalam membuat produknya atau
sebaiknya membeli suku cadang/komponen tersebut dari pihak luar (vendor).
Faktor Kualitatif: - Kualitas pengendalian - Menjaga hubungan jangka-panjang
dengan pemasok Faktor Kuantitatif: - Fasilitas atau kapasitas menganggur (idle)
Chapter-6: Relevant Information and Decision Making: Production Decisions 1
2. Contoh Membuat-atau-Membeli (Make-or-Buy) GE Company Biaya Pembuatan
Suku Cadang N900 Total Cost for Cost 20,000 Units per Unit Bahan baku
langsung $ 20,000 $ 1 Tenaga kerja langsung 80,000 4 Overhead variabel 40,000
2 Overhead tetap 80,000 4 Total biaya $220,000 $ 11 Perusahaan lain
menawarkan untuk menjual suku cadang yang sama kepada GE seharga $ 10.
Pertanyaan penting adalah berapa selisih perkiraan biaya yang akan terjadi antara
kedua alternatif tersebut. Apakah GE sebaiknya membuat atau membeli suku
cadang tersebut? Jika biaya overhead-tetap per unit sebesar $4 terdiri dari biayabiaya yang akan terus berlangsung tanpa menghiraukan keputusan yang akan
diambil, maka biaya $4 tersebut dikategorikan sebagai biaya tidak relevan
(irrelevant). Jika sebesar $20.000 dari biaya tetap dapat dihilangkan jika suku
cadang tersebut dibeli dari vendor (dibanding jika membuat sendiri), maka bagian
dari biaya tetap tersebut dapat dihindari dan dikategorikan sebagai biaya relevan.
Perbandingan Biaya Relevan Membuat: Membeli: Total Per Unit Total Per Unit
Biaya pembelian $200,000 $10 Bahan baku langsung $ 20,000 $ 1 Tenaga kerja
langsung 80,000 4 Overhead variabel 40,000 2 Overhead tetap, yg dapat dihindari
jika tidak membuat 20,000 10 0 0 Total biaya relevan $160,000 $8 $200,000 $10
Perbedaan jika memilih membuat $ 40,000 $2 Tujuan Pembelajaran-3:
Memutuskan apakah produk bersama (joint product) harus dikerjakan di luar
split-off point. Chapter-6: Relevant Information and Decision Making: Production
Decisions 2
3. Produk Bersama (Joint Products) Produk bersama memberikan nilai jual yang
relatif tinggi. Produk bersama tidak teridentifikasi secara terpisah sebagai

produk individu hingga tercapainya split-off point. Split-off point adalah titik
waktu produksi dimana produk bersama menjadi teridentifikasi secara
individual. Biaya terpisah (separable cost) adalah setiap biaya yang melebihi
split-off point. Biaya bersama (joint cost) adalah biaya-biaya produksi yang
digunakan untuk membuat produk bersama hingga tercapainya split-off point.
Ilustrasi Biaya Bersama Diasumsikan Dow Chemical Company memproduksi
dua jenis produk kimia, X dan Y, yang merupakan hasil dari suatu proses bersama
(joint process). Biaya pemrosesan bersama adalah sebesar $ 100.000. Kedua
produk dijual kepada industri kimia untuk digunakan sebagai unsur pembuat
bahan bakar minyak (bensin). Ilustrasi Biaya Bersama 1 juta liter X dengan harga
jual/liter $.09 = $90,000 jual/liter Biaya joint pro- pro- cess: $100,000 cess:
500,000 liter Y dengan harga Jual/liter $.06 = $30,000 Jual/liter Total nilai
penjualan pada level Split-off point Split- split-off adalah $120,000 split- Ilustrasi
Menjual atau Memproses Lebih Lanjut Diasumsikan 500.000 liter Y dapat
diproses lebih lanjut dan dijual kepada industri plastik sebagai produk YA.
Tambahan biaya produksi adalah $0,08 per liter untuk proses pembuatan dan
distribusi, sehingga total biayanya sebesar $40.000,- Harga jual berasih produk
YA adalah seharga $16 per liter, sehingga total penjualannya sebesar $80.000,Chapter-6: Relevant Information and Decision Making: Production Decisions 3
4. Dijual secara split-off Diproses lebih lanjut Perbedaan sebagai produk Y dan
dijual sebagai produk YA Revenue $30.000,- $80.000,- $50.000,- Biaya
terpisah jika melebihi titik split- off @ $0,08 - 40.000,- 40.000,- Efek pendapatan
$30.000,- $40.000,- $10.000,- Tujuan Pembelajaran-4: Mengidentifikasi irrelevant
information dalam inventory yang tidak terpakai/ terbuang dan keputusan
penggantian peralatan. Irrelevansi Biaya Masa Lalu Dua contoh biaya masa lalu
yang dapat dipertimbangkan, untuk melihat alasan mengapa keduanya tidak
relevan dengan keputusan adalah: 1. Biaya persediaan yang usang 2. Nilai buku
peralatan yang sudah tua/obsolete. Contoh Irrelevance Persediaan yang Usang
Diasumsikan General Dynamics memiliki 100 suku cadang pesawat usang dalam
persediaannya. Biaya pembuatan semula seluruhnya adalah sebesar $100.000, General Dynamics dapat....: 1. mendaur ulang suku cadang dengan biaya
$30.000,- dan menjualnya seharga $50.000,- atau 2. menjual rongsokan dengan
harga $5.000,- Mana yang sebaiknya dilakukan? Contoh Irrelevansi Persediaan
yang Usang Daur ulang Rongsokan Perbedaan Perkiraan revenue $ 50,000 $
5,000 $45,000 Perkiraan biaya 30,000 0 30,000 Kelebihan revenue dibanding
biayanya $ 20,000 $ 5,000 $15,000 Akumulasi biaya persediaan historis* 100,000
100,000 0 Kerugian bersih $(80,000) $ (95,000) $15,000 *Irrelevan karena tidak
terpengaruh oleh keputusan. Chapter-6: Relevant Information and Decision
Making: Production Decisions 4
5. Irrelevansi Nilai Buku Peralatan Usang Nilai buku peralatan bukanlah merupakan
pertimbangan yang relevan dalam memutuskan apakah peralatan tersebut harus
diganti. Mengapa? Karena itu adalah bagian dari masa lalu, bukan biaya yang
akan terjadi pada masa yang akan datang. Penyusutan adalah alokasi periodik
dari biaya peralatan. Nilai buku peralatan (atau nilai buku bersih) adalah biaya
perolehan dikurangi dengan akumulasi penyusutan. Contoh Penghitungan Nilai
Buku Diasumsikan harga mesin $10.000,- dengan umur ekonomis 10 tahun, dan

depreasiasinya sebesar $1.000,- per tahun. Berapa nilai buku pada akhir tahun
ke-6? Biaya perolehan $10.000,- Akumulasi penyusutan (6 x $1.000,-) 6.000,Nilai buku $ 4.000,- Mempertahankan atau Mengganti Mesin Lama? Old
Replacement Machine Machine Biaya perolehan $10,000 $8,000 Umur ekonomis
(tahun) 10 4 Umur saat ini 6 0 Sisa umur ekonomis (tahun) 4 4 Akumulasi
penyusutan $ 6,000 0 Nilai buku $ 4,000 N/A Nilai disposal (tunai) saat ini $
2,500 N/A Nilai disposal dalam 4 tahun 0 0 Biaya operasi tunai tahunan $ 5,000
$3,000 Apa yang dimaksud dengan sunk cost? Sunk cost adalah biaya yang
sudah terjadi dan --oleh karena itu-- tidak relevan untuk proses pengambilan
keputusan. Chapter-6: Relevant Information and Decision Making: Production
Decisions 5
6. Relevansi Data Peralatan Dalam memutuskan apakah mengganti atau
mempertahankan peralatan yang telah ada saat ini, kita harus mempertimbangkan
relevansi dari 4 hal yang dihadapi: 1. Nilai buku peralatan lama. 2. Nilai disposal
peralatan lama. 3. Untung atau rugi dalam hal disposal 4. Biaya peralatan baru.
Nilai Buku Peralatan Lama Nilai buku peralatan lama tidak relevan karena
merupakan biaya masa lalu (historis). Oleh karena itu, penyusutan peralatan
lama dikategorikan sebagai irrelevan. Nilai Disposal Peralatan Lama Nilai
disposal peralatan lama pada dasarnya relevan karena merupakan arus kas masuk
yang umumnya berbeda diantara berbagai alternatif. Untung dan Rugi dalam hal
Disposal Merupakan perbedaan/selisih antara nilai buku dan nilai disposal.
Sehingga hal ini merupakan kombinasi yang kurang berarti antara irrelevan items
(nilai buku) dan relevan items (nilai dispoasl). Hal terbaik adalah
mempertimbangkannya secara terpisah. Biaya Peralatan Baru Biaya peralatan
baru adalah relevan karena merupakan arus kas keluar di masa depan yang akan
berbeda-beda tergantung alternatif yang dipilih. Oleh sebab itu, penyusutan
peralatan baru merupakan informasi yang relevan. Analisis Komparatif atas Dua
Pilihan Four Years Together Keep Replace Difference Cash operating costs
$20,000 $12,000 $ 8,000 Old equipment (book value) depreciation, or 4,000
lump-sum write-off 4,000 Disposal value (2,500) 2,500 New machine
acquisition cost 8,000 (8,000) Total costs $24,000 $21,500 $ 2,500 Chapter-6:
Relevant Information and Decision Making: Production Decisions 6
7. Tujuan Pembelajaran-5: Menjelaskan bagaimana biaya per unit menjadi kurang
tepat. Hati-hati dengan biaya per unit (unit costs) Terdapat dua cara yang
biasanya mengarah pada hal yang salah ketika menggunakan biaya per unit (unit
costs) dalam pengambilan keputusan: 1. Mengikutkan biaya yang tidak relevan
(irrelevant costs). 2. Perbandingan biaya per unit (unit costs) tidak dihitung
berdasarkan basis volume yang sama. Contoh Keputusan Berbasis Volume
Diasumsikan mesin baru seharga $100.000 dengan umur ekonomis 5 tahun, dapat
memproduksi 100.000 unit per tahun dengan biaya variabel $1 per unit,
dibandingkan dengan mesin lama dengan biaya variabel sebesar $1,50. Apakah
akuisisi mesin baru merupakan hal yang menguntungkan/bermanfaat? Example of
Volume Basis Decision Old New Machine Machine Units 100,000 100,000
Variable cost per unit $1.50 $1.00 Variable costs $150,000 $100,000 Straight-line
depreciation 0 20,000 Total relevant costs $150,000 $120,000 Unit relevant costs
$1.50 $1.20 Kelihatannya mesin baru akan mengurangi biaya sebesar $0,30 per

unit. Tetapi, jika perkiraan volume hanya 30.000 unit per tahun, biaya per unit
akan lebih rendah apabila menggunakan mesin lama. Chapter-6: Relevant
Information and Decision Making: Production Decisions 7
8. Example of Volume Basis Decision Old New Machine Machine Units 30,000
30,000 Variable cost per unit $1.50 $1.00 Variable costs $45,000 $30,000
Straight-line depreciation 0 20,000 Total relevant costs $45,000 $50,000 Unit
relevant costs $1.50 $1.6667 Tujuan Pembelajaran-6: Membahas bagaimana
pengukuran kinerja dapat mempengaruhi pengambilan keputusan. Pengukuran
Kinerja Dapat Berpengaruh Terhadap Pengambilan Keputusan Untuk
memotivasi manajer agar membuat pilihan yang tepat, metode yang digunakan
untuk mengevaluasi kinerja harus konsisten dengan model keputusan. Contoh
Pengaruh Terhadap Pengambilan Keputusan Perhatikan tentang keputusan
penggantian mesin (yang telah dibahas pada sesi sebelumnya), dimana mengganti
mesin dengan yang baru akan lebih menguntungkan sebesar $2.500,dibandingkan apabila mempertahankan masin lama. Karena kinerja lebih sering
diukur berdasarkan pendapatan akuntansi, perhatikan pendapatan akuntansi pada
tahun pertama setelah penggantian mesin, kemudian bandingkan dengan tahun ke2, 3, dan 4. Example of Affect on Decision Making Year 1 Years 2, 3, and 4 Keep
Replace Keep Replace Cash operating costs $5,000 $3,000 $5,000 $3,000
Depreciation 1,000 2,000 1,000 2,000 Loss on disposal ($4,000 $2,500) 0
$1,500 0 0 Total charges against revenue $6,000 $6,500 $6,000 $5,000 Chapter-6:
Relevant Information and Decision Making: Production Decisions 8
9. Jika mesin lebih cenderung dipertahankan dari pada diganti, biaya tahun
pertama akan lebih rendah sebesar $500 ($6.500 - $6.000), dan pendapatan tahun
pertama akan lebih tinggi sebesar $500. Tujuan Pembelajaran-7: Membuat
laporan laba rugi (income statement) dengan format penyerapan dan kontribusi,
dan mengidentifikasi mana yang lebih baik untuk pengambilan keputusan.
Pendekatan Penyerapan (Absorption Approach) Pendekatan penyerapan
(absorption) adalah pendekatan penghitungan biaya yang mempertimbangkan
semua biaya overhead pabrik (baik variabel maupun tetap) menjadi biaya produk
(atau persediaan). Biaya overhead pabrik dianggap sebagai pengeluaran dalam
bentuk harga pokok penjualan manufaktur hanya apabila transaksi penjualan
terjadi. Pendekatan Kontribusi (Contribution Approach) Berbeda dengan
pendekatan di atas, pendekatan kontribusi digunakan oleh banyak perusahaan
untuk pelaporan internal (akuntansi manajemen). Pendekatan ini menekankan
perbedaan antara biaya variabel dan biaya tetap. Pendekatan kontribusi tidak
diperbolehkan untuk laporan keuangan kepada pihak eksternal. Comparing
Contribution and Absorption Approaches Manufacturing Non-manufacturing
costs costs A. Variable B. Variable Variable manufacturing nonmanufacturing
costs costs costs C. Fixed D. Fixed Fixed manufacturing nonmanufacturing costs
costs costs Akhir dari Chapter 6 Chapter-6: Relevant Information and Decision
Making: Production Decisions 9
http://www.slideshare.net/shantyDewi/horngren-chapter06
2010

Titik pisah batas/split off vs Setelah titik pisah batas/after split


off
Pada pembahasan biaya gabungan atau joint cost maka perusahaan dihadapkan pada dua
pilihan strategis yang berdampak terhadap perusahaan secara ekonomis. Konsep joint
cost ini terjadi pada perusahaan yang menghasilkan joint product. Perusahaan bekerja dan
berproduksi secara bersama-sama atau berbarengan dan sampai suatu titik tertentu produk
yang hasilkan dipisahkan dan menjadi barang-barang lain yang berbeda. Titik inilah
dinamakan sebagai titik pisah batas atau split off point. Pada titik ini produk yang
dihasilkan dengan menggunakan joint cost akan menghasikan joint product atau produk
bersama. Misalnya pada usaha pemotongan hewan sapi.
Sapi yang tadinya joint cost kemudian dipotong atau disembelih oleh abang jagal dan
hasilnya menjadi joint product karena daging sapi tadi dipisahkan dalam beberapa produk
yaitu daging abon. daging giling, daging dendeng dan daging segar. Masalahnya manakah
yang lebih ekonomis apakah dijual pada saat pemisahan langsung dijual atau produk tadi
diolah dahulu baru kemudian dijual. Hal itu amat tergantung pada kondisi produk tersebut
pada saat pemisahan, apakah produk tersebut dapat dijual atau tidak pada titik pisah
batas.
http://www.resumeakun.com/2010/05/titik-pisah-batassplit-off-point.html

BAB 1 The Accountants Role in the Organization


Perbedaan Akuntansi
Akuntansi Biaya

Manajemen,

Akuntansi

Keuangan

dan

Akuntansi Manajemen dan Akuntansi Keuangan memiliki tujuan-tujuan yang


berbeda.
Management Accounting

Mengukur dan melaporkan informasi keuangan dan non-keuangan


yang dapat membantu manajer dalam membuat keputusan untuk
mencapai tujuan organisasi. (tidak dibatasi oleh standar umum
tertentu, karena dibuat berdasarkan kebebasan dan kebijakan
manajemen)
Fokus pada pelaporan internal.

Financial Accounting

Mengukur dan mencatat transaksi bisnis serta menyediakan laporan


keuangan berdasarkan standar akuntansi yang berlaku umum (GAAP).
Fokus pada pelaporan untuk pihak eksternal.

Cost Accounting

Mengukur dan melaporkan informasi keuangan dan non-keuangan


yang terkait dengan biaya untuk memperoleh/menggunakan sumber
daya dari suatu organisasi.
Menyediakan informasi untuk Akuntansi Manajemen dan Akuntansi
Keuangan.

Cost Management
Menggambarkan
aktivitas
manajer
dalam
perencanaan
dan
pengendalian biaya jangka pendek maupun jangka panjang, sehingga
dapat meningkatkan nilai bagi konsumen serta menurunkan biaya
produk/jasa.

Standar Kode Etik Akuntan Manajemen


Seorang praktisi manajemen keuangan dan akuntansi manajemen memiliki
kewajiban kepada publik, profesi, perusahaan tempat mereka bekerja dan
terhadap mereka sendiri untuk selalu menjaga standar etika yang tertinggi,
yaitu:
1.
2.
3.
4.

Competence
Confidentiality
Integrity
Objectivity

BAB 2 An Introduction to Cost Terms and Purposes

Cost adalah sumber daya yang dikorbankan/dikeluarkan untuk


memperoleh tujuan tertentu, dan biasanya diukur dalam satuan mata
uang
yang
harus
dikelurkan
untuk
memperoleh
barang/jasa.
(pengorbanan ekonomis untuk manfaat yang dirasakan di masa yang
akan datang). Sedangkan Expense (= expired cost) adalah pengorbanan
ekonomis untuk manfaat yang dirasakan saat ini.

Actual cost adalah biaya yang benar-benar terjadi, biasanya


berbeda dari biaya yang ditargetkan (budgeted cost).

Cost object (objek biaya) adalah segala sesuatu (objek) dimana


biayanya dapat dihitung dan diukur. Misalnya produk, service/jasa,
project, aktivitas, departemen, dll.

Cost drivers (pemicu biaya) adalah suatu variabel yang


menyebabkan timbulnya biaya, misalnya level of activity (jumlah jam
tenaga kerja langsung, jumlah machine hours, dll)

DIRECT COST DAN INDIRECT COST:


1. Direct cost, biaya yang terkait langsung dengan cost object sehingga
dapat ditelusuri langsung ke cost object tersebut dengan cara yang
ekonomis (cost effective). Contoh : direct material, direct labor. Istilah
cost tracing digunakan untuk menggambarkan pembebanan direct
cost ke cost object.
2. Indirect cost, biaya yang terkait dengan cost object tetapi tidak dapat
ditelusuri langsung ke cost object tersebut dengan cara yang ekonomis
(cost effective). Contoh: Indirect Labor, indirect material. Istilah cost
allocation digunakan untuk pembebanan indirect cost ke cost object.

POLA PERILAKU BIAYA: VARIABLE COST DAN FIXED COST


a) Variable cost, biaya yang secara total berubah-ubah sesuai
volume/aktivitas produksi. Semakin tinggi volume aktivitas produksi,
total variabel cost semakin tinggi. Tetapi variabel cost/unit tetap.
b) Fixed cost, biaya yang secara total tidak berubah walaupun
volume/aktivitas produksi berubah-ubah, sampai batas waktu/volume
tertentu (relevant range). Namun Fixed cost/unit akan berubah-ubah,
semakin besar volume produksinya maka semakin kecil (murah) fixed
cost yang dibebankan kepada masing-masing unit produk tersebut.

TVC

VCU

Gb A. Total Variabel Cost


Variabel Cost per Unit

Gb B.

FCU
TFC

Gb C. Total Fixed Cost


Cost per Unit

Gb D. Fixed

Cost Driver
Adalah sebuah variable, seperti level aktivitas atau volume produksi, yang
akan mempengaruhi biaya pada rentang waktu tertentu. Dengan kata lain,
ada hubungan sebab akibat antara perubahan pada level aktivitas dan
perubahan pada level total cost. Sebagai contoh, jika jumlah biaya makan
yang Anda keluarkan tergantung pada jumlah potong pizza yang anda makan
maka jumlah potong pizza menjadi cost driver dalam biaya makan Anda.
Cost driver pada variable cost adalah level aktivitas atau volume produksi
yang perubahannya secara proporsional merubah total biaya variabel.
Sementara pada fixed cost, dalam jangka pendek tidak memiliki cost driver
namun bisa memiliki cost driver dalam jangka panjang.

Relevant Range
Adalah rentang dari level aktivitas/volume produksi normal, dimana ada
hubungan yang spesifik antara level aktivitas/volume produksi dengan biaya.
Contohnya: fixed cost dikatakan tetap hanya jika berhubungan dengan
(rentang) range tertentu (yang biasanya lebih luas) dari total aktivitas atau
volume (dimana perusahaan diharapkan beroperasi) dan untuk jangka waktu
tertentu (biasanya periode anggaran tertentu).
Gambar Fixed cost behavior

Rp120jt

TFC

Rp 80 Jt
Rp 10 Jt

Relevant range
Th 200x

Asumsi dasar dari relevant range juga bisa digunakan untuk variable cost.
Yaitu jika diluar relevant range, variable cost seperti direct material bisa tidak
berubah secara proporsional dengan perubahan pada volume produksi.
Contohnya: diatas jumlah volume tertentu, biaya direct material bisa semakin
murah karena adanya diskon pembelian.
Inventoriable cost adalah seluruh biaya produk yang diakui sebagai
aset pada saat terjadi, baru kemudian menjadi cost of goods sold
setelah produk tersebut terjual.
Period cost adalah seluruh biaya yang ada di Laporan Rugi Laba
kecuali cost of goods sold. (biaya yang ada langsung dibebankan
sebagai expense di Laporan Rugi Laba)
Prime cost adalah semua biaya manufaktur langsung (DM + DL).
Manufacturing Cost = biaya produksi atau biaya pabrik
o = Prime Cost + FOH
o = DM +DL + FOH
Commercial Exp. = marketing + administrasi
Total Operating Cost = Manufacturing Cost + Commercial Exp.
Conversion Cost = biaya untuk merubah material menjadi output.
= DL + FOH

Schedule of COGM
DM :
Beg
xx
(+) Purchasexx
Av. For use xx
(-) End
(xx)
DL
xx
Indirect Manuf. Cost :
Indirect labor
xx
Indirect material
xx
Sewa peralatan
xx
Depresiasi
xx
xx
Manufacturing cost current period
(+) WIP-beg
xx
(-) WIP-end
(xx)
COGM

COGS Statement
F/G-beg
xx
(+) COGM
xx
cost of goods av. for sale xx
(-) F/G-end
(xx)
COGS
xx
Income Statement
Revenue
xx
(-) COGS
(xx)
Gross profit
xx
(-) Operating exp.
(xx)
Operating Income
xx

xx

xx
xx

BAB 4 : JOB COSTING


Dua jenis costing system (sistem pembiayaan) yang digunakan untuk
menentukan biaya dari suatu produk/jasa :
1) Job-costing system

Biasanya digunakan apabila produk yang dihasilkan beragam


(heterogen).
Biaya diakumulasi berdasarkan setiap job (per customer order).
Laporan yang digunakan yaitu: Job Cost Sheet

2) Process-costing system

Biasanya
digunakan
apabila
produk
seragam/sama dan dalam jumlah massal.

yang

dihasilkan

Biaya dihitung setiap periode kemudian dibagi dengan jumlah


produksi untuk menentukan per unit cost.
Laporan yang digunakan yaitu berupa Cost of Production report
(biasanya dimiliki oleh masing-masing departemen proses)

Alokasi indirect cost pada job costing system :


1.

Actual costing, mengalokasikan indirect cost dengan cara mengalikan


actual indirect cost rates dengan actual quantity of the cost allocation
bases.

2.

Normal costing, mengalokasikan indirect cost dengan cara mengalikan


budgeted indirect cost rates dengan actual quantity of the cost
allocation bases.

Keduanya menggunakan dasar cost allocation bases adalah karena tiap


pekerjaan (job) menuntut kuantitas sumber daya indirect yang berbeda,
sehingga diharapkan dengan menggunakan cost allocation bases bisa
mengalokasikan biaya dari sumber daya indirect secara sistematik sesuai
dengan pekerjaannya.
Penggunaan
normal
costing
dapat
menimbulkan
underallocated/overallocated (=underapplied/overapplied) indirect cost jika
budgeted indirect cost lebih kecil/besar dari pada jumlah actual yang terjadi.
Dalam mengalokasikan under/overapplied indirect cost ada tiga pendekatan
yang bisa digunakan :
Adjusted allocation rate, dengan cara me-restate seluruh
pencatatan atas indirect cost yang ada pada general ledger dan
subsidiary ledger dengan menggunakan actual cost rates. (mengganti
semua yang tadinya pakai budgeted cost rates)

Proration approach, dengan cara membagi kelebihan/kekurangan


(under/overapplied) indirect cost ke ending WIP, finished goods, dan
COGS secara prorata. (baca Horngren p.116)
Write-off to COGS, kelebihan/kekurangan alokasi indirect cost yang
terjadi langsung dimasukkan sebagai pengurang atau penambah
COGS periode berjalan.

BAB 17 : PROCESS COSTING


Tujuan costing systems :
Menentukan cost dari suatu produk/jasa
Menentukan nilai inventory dan COGS
Mengelola biaya dan evaluasi kinerja.
Proses costing membagi cost menjadi berdasarkan kategori pada proses apa
cost tersebut terjadi (menghitung biaya pada tiap proses produksi bukan
berdasarkan job).
Equivalent unit (baca : Horngren p.590)
Ilustrasi: Misalkan produknya adalah aqua botol ukuran 500ml. Jika ada
produk setengah jadi (WIP) sebanyak 10 botol, dengan asumsi WIP tersebut
baru selesai diberi Direct Material air sebesar 50% (atau masing-masing botol
baru terisi 250ml air). Berarti total DM air yang sudah dikeluarkan pada WIP
tersebut adalah 2.500ml (10 botol x 250ml). Nah, dari jumlah air 2.500ml itu,
sebenarnya kita sudah bisa menghasilkan berapa botol produk sih? Jawabnya
adalah 5 botol (2.500ml/500ml). Jadi 5 botol dianggap sebagai equivalent
unit (setara unit), padahal secara riil fisiknya ada 10 botol barang setengah
jadi.

BAB 16 : JOINT PRODUCT & BY PRODUCT


Dari bab sebelumnya telah dipelajari mengenai sistem pembiayaan untuk
perusahaan yang memproduksi hanya satu produk atau beberapa produk
pada proses yang terpisah yaitu process costing. Bagaimana untuk kasus dua
atau lebih produk yang dihasilkan pada proses yang sama? Dalam kasus ini
dikenal istilah joint process.
Joint cost adalah biaya yang terjadi pada suatu proses produksi lebih
dari 1 produk.
Split off points adalah saat ketika beberapa produk yang melewati 1
proses yang samasudah dapat dipisahkan/diidentifikasikan secara
terpisah.
Separable cost adalah biaya setelah joint cost yang dapat di-assign
ke masing2 produk.
Joint product adalah beberapa produk yang melewati 1 proses
produksi bersama.
Main product adalah produk utama/produk yang nilainya paling tinggi
dibandingkan produk lainnya dalam joint product.
By product adalah produk yang nilainya paling kecil dibanding produk
lainnya dalam joint product.

Main
Product

Raw Material

Proses

By
Product

SPLITOFF
POINT

Cara mengalokasikan joint cost :


1. Menggunakan market-based
a) Sales value at split off method, asumsi tidak ada proses lebih lanjut
after split off (sehingga separable cost tidak dimasukkan dalam
perhitungan).
Dasar alokasi = jumlah barang yang diproduksi x harga jual
Dibagi secara proporsional
b) Net Realizable Value (NRV) method
Dasar alokasi = harga jual separable cost
c) Constant Gross Margin Percentage NRV Method

Hitung gross margin profit % secara keseluruhan


Kurangkan nilai penjualan per produk dengan gross margin
Kurangkan dengan separable cost dasar alokasi

2. Menggunakan physical measures


Dasar alokasi = ukuran fisik barang/produk (seperti: berat, panjang,
dll).
Cara alokasi joint cost untuk By Product :
1. By product recognized at the time production is completed
revenue penjualan by product langsung mengurangi COGS main
product.
2. By product recognized at the time of sale
revenue penjualan by product tidak mengurangi COGS main product
tetapi diakui sebagai tambahan pendapatan pada revenue main product
(sebesar penjualan jumlah by product yang terjual).

BAB 18 : SPOILAGE, REWORK & SCRAP


Spoilage adalah barang yang sudah jadi atau setengah jadi tetapi
tidak memenuhi kriteria pembeli, sehingga biasanya dijual dengan
harga yang lebih rendah. Jika masih dalam bentuk WIP (setengah jadi),
maka barang spoilage dapat dijual atau dikerjakan kembali (rework).
Spoilage terbagi menjadi :
o Normal spoilage, tetap terjadi walaupun operasional sudah
efisien.
o Abnormal spoilage, terjadi karena operasional tidak efisien.
Rework adalah barang yang tidak memenuhi kriteria pembeli tetapi
masih bisa diperbaiki sehingga dapat memenuhi kriteria yang
diinginkan (ada biaya tambahan yang dikeluarkan untuk perbaikan).
Scrap adalah sisa material yang masih dapat dijual atau dipakai lagi.
Untuk perlakuan jurnal masing-masing bisa dilihat pada buku Horngren
Halaman 636 640.

BAB 5 : ACTIVITY BASED COSTING (ABC)


Product undercosting, produk yang menggunakan sumber daya
yang besar tetapi dilaporkan memiliki cost per unit yang rendah.
Product overcosting, produk yang menggunakan sumber daya yang
sedikit tetapi dilaporkan memiliki cost per unit yang tinggi.
ABC cara penerapan costing system yang berfokus pada aktivitas
individual sbg dasar dari cost object. Menghitung biaya dari aktivitas
individual dan menentukan biaya ke cost object (seperti produk/jasa),
berdasarkan aktivitas yang diperlukan untuk memproduksi tiap
produk/jasa tersebut.

BAB 19 : QUALITY, TIME, AND THEORY OF CONSTRAINTS


Cost of quality adalah biaya-biaya yang dikeluarkan untuk mencegah
produk yang berkualitas rendah (biaya-biaya yang timbul akibat
menghasilkan produk berkualitas rendah). Terdiri dari :
Prevention cost, biaya yang timbul untuk mencegah kerusakan.
Contohnya biaya untuk design engineering, process engineering,
supplier evaluation, quality training, dll.
Appraisal cost, biaya yang timbul untuk
Contohnya biaya inspeksi, product testing, dll.

mendeteksi

produk.

Internal failure cost, biaya yang timbul akibat produk yang rusak
sebelum produk tersebut sampai ke konsumen. Contohnya biaya
spoilage, rework, scrap, breakdown maintenance, dll
External failure cost, biaya yang timbul akibat produk yang rusak
setelah produk tersebut sampai ke konsumen. Contohnya biaya
warranty, customer support, liability claim, dll.
Tehnik yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi & menganalisa
permasalahan kualitas :
o Control charts
o Pareto diagrams
o Cause-and-effect diagrams
Theory of Constraints (TOC), merupakan metode unt memaksimalkan
operating income saat menghadapi bottleneck dan non-bottleneck
operations.
Bottleneck terjadi saat operasi, pada saat pekerjaan yang dilakukan
mendekati atau melebihi kapasitas yang dapat dilakukan.

BAB 20 : INVENTORY MANAGEMENT, JUST IN TIME,


BACKFLUSH COSTING
Inventory Management adalah perencanaan, koordinasi, dan pengawasan
aktivitas yang terkait dengan arus inventory yang masuk, melalui, dan keluar
di perusahaan.
Dalam me-manage inventory untuk meningkatkan net income membutuhkan
manajemen biaya efektif yang terdiri dari 5 kategori:
1. Purchasing cost, cost of goods yang diterima dari supplier, termasuk
biaya transportasi.
2. Ordering cost, biaya untuk mempersiapkan dan menerbitkan
purchase order, menerima dan memeriksa items yang ada di order,
memeriksa kesesuaian invoice yang diterima, purchase order, dan
delivery record untuk pembayaran.
3. Carrying cost, biaya yang terjadi saat menyimpan inventory untuk
dijual, termasuk di dalamnya adalah opportunity cost atas investasi
pada inventory yang dimiliki tersebut.
4. Stockout cost, biaya yang terjadi akibat perusahaan tidak memiliki
persediaan yang diminta oleh konsumen, sehingga perusahaan harus
secepatnya memenuhi permintaan yang ada.
5. Quality cost, biaya yang timbul saat produk yang dihasilkan tidak
sesuai dengan spesifikasi yang diinginkan konsumen.
Economic Order Quantity (EOQ) adalah model keputusan yang mencoba
untuk mengoptimalkan kuantitas order yang dipesan agar memenuhi suatu
asumsi tertentu. Versi paling sederhana dari model EOQ ini yaitu
mengasumsikan bahwa hanya ada ordering cost dan carrying cost, model ini
juga berasumsi:
1.
2.
3.
4.
5.

Setiap tahun order pada kuantitas yang sama


(reorder point yang sama)
Permintaan, ordering cost, dan carrying cost
diketahui dengan pasti.
Purchasing cost per unit tidak dipengaruhi oleh
kuantitas yang dipesan.
Tidak ada stockout yang terjadi
Dalam memutuskan ukuran purchase order,
manajer
hanya
mempertimbangkan
cost
of
quality
yang
mempengaruhi ordering cost atau carrying cost.

Just in Time (JIT) Purchasing, yaitu pembelian material (atau barang)


tepat pada saat dibutuhkan.
Tujuan JIT :

Unt menghilangkan storage & carrying cost


Bagian yang penting dari TQM
Mangurangi WIP & raw materials
Backflush Costing, merupakan suatu job-costing system yang ada pada
produksi dengan menggunakan JIT dimana backflush costing menunda
pencatatan beberapa jurnal entry hingga akhir masa produksi atau akhir
siklus penjualan, sehingga biaya untuk penerapannya lebih rendah
dibandingkan dua sisten costing lainnya (job order dan process costing).

Istilah-istilah Lain Yang Penting

Planning konstruksi program operasional secara detail.

Organizing penciptaan kerangka kerja dalam aktivitas yang harus


dijalankan.

Controlling (pengawasan) untuk menjaga agar actual sesuai


dengan plans.

Authority kekuatan untuk memberi order untuk melakukan/tidak


melakukan suatu aktivitas.

Responsibility

berhubungan
tanggungjawab atas kekuatan yang dimiliki.

Accountability melaporkan hasil kepada pihak yang mempunyai


otoritas lebih tinggi.

Struktur organisasi chart yang menjelaskan tingkat manajemen


dalam perush, dan memberi
penjelasan mengenai tingkat otoritas,
tanggungjawab dan akuntabilitas dlm perush.

Controller tanggungjawab manajer eksekutif terhadap fungsi


akuntansi.

Budget (anggaran) planning mgt yang dikuantifisir (dinyatakan


dalam monetary unit).

Direct costing/variable costing untuk me-matching-kan fixed


cost dengan revenue yang diperoleh dlm suatu periode.

Absorption costing untuk me-matching-kan fixed manufacturing


cost dgn unit produksi. Yang kemudian pada saat dijual akan di-expense di
dalam COGS I/S.

Cost object pengakumulasian dan perhitungan biaya berdasarkan


item/aktivitas tersebut.
Misal, berdasarkan : produk, batch, proses, order konsumen, kontrak,
product line, departemen, divisi, project, strategic goal.

dengan

otoritas,

yaitu

Traceability ketika cost object ditentukan maka perhitungan cost


itu berdasarkan dpt cost tersebut di-trace ke cost object.
Nonfinancial Performance Measures tidak ada unsur uang
efisiensi control
quality control

Klasifikasi Biaya :
Product
Volume produksi
Departemen manufaktur, proses, cost centers
Periode akuntansi
Decision, action atau evaluasi.

Biaya yang berhubungan dengan produk

Prime Cost = DM + DL

Manufacturing Cost = biaya produksi atau biaya pabrik


= Prime Cost + FOH
= DM +DL + FOH

Commercial Exp. = marketing + administrasi

Total Operating Cost = Manufacturing Cost + Commercial Exp.

Conversion Cost = biaya untuk merubah material menjadi output.


= DL + FOH

Direct Material (DM) adalah biaya yang dapat ditelusuri langsung


ke produk, misal kayu ke furniture.

Direct labor (DL) adalah biaya tenaga kerja langsung yang


merubah DM menjadi F/G, sehingga dapat dibebankan kepada produk
tertentu.

FOH (manufacturing OH) adalah beban manufaktur atau factory


burden. Terdiri dari seluruh biaya manufaktur yang tidak dapat di trace ke
produk secara langsung.
FOH dapat berupa :
o
Indirect material, material yang diperlukan unt menyelesaikan
produk tapi bukan DM. Misalnya : lem, paku.
o
Indirect labor, tenaga kerja supervisi (tidak langsung
mengerjakan produk). Misalnya : gaji supervisor, inspeksi.
o
Other Indirect Cost, misalnya : sewa gudang, asuransi kebakaran
pabrik, maintenance mesin, biaya listrik, dll.

Marketing expense adl beban yang dimulai sejak produk selesai


sampai dengan dijual.

Adm expense adl beban yang terjadi dlm rangka directing dan
controlling perush.

Biaya yang berhubungan dengan volume produksi


Variable cost

Adalah biaya yaang akan berubah jika total produksi juga berubah.
Fixed cost
Semi Variable cost

Adalah biaya yang terdiri dari variable cost dan fixed cost. Contoh biaya
listrik.

Biaya yang berhubungan dengan departemen


manufaktur
Apabila biaya dpt di-trace kepada departemen dimana produk di produksi,
seperti direct departemen cost.
Apabila dapat dibagi-bagi ke beberapa departemen seperti
departemen cost. Misalnya building rent dan building depreciation.

indirect

Joint cost dan Common cost


Common cost, terjadi ketika banyak jenis produk menggunakan satu fasilitas
(penggunaan fasilitas bersama-sama).
Contoh :
1) Fasilitas (ex. meja, kursi) untuk disewakan macam2 aktivitas
2) Acc. mencatat aktiva bermanfaat untuk divisi lain
3) Supervisi cc k/ digunakan oleh A, B, C
Joint cost, prosesnya sama tetapi produk yang dihasilkan berbeda.
Biaya yang berhubungan dengan periode akuntansi
a)
b)

Capital expenditure biaya yang bermanfaat untuk jangka panjang


(asset)
Revenue expenditure biaya yang bermanfaat untuk jangka pendek
(expense)

Cara memisahkan fixed dan variable cost dalam semivariable cost :


1)
2)
3)

High & low methods dari aktivitas terendah dan tertinggi


Scattergraph methods (tidak akurat) y = cost ; x = aktivitas (diplot)
Least square methods (paling akurat)

Cara menentukan FC saat Q = maka akan kita tarik sebagai FC

COST ACCUMULATION
1)
Job order costing
2)
Process costing
3)
Backflush costing
Job Order Costing
Metode costing dimana biaya diakumulasi berdasarkan setiap job (customer
order).
Job order cost sheet / cost sheet detail mengenai job tertentu.
Dalam job costing :
DM, DL dan FOH diakui berdasarkan setiap order
Semua penggunaan DM, DL, FOH Applied ditampung dulu di akun
WIP,
WIP
xxx
F/ xxx
G
kemudian dikredit ke F/G
F/G
xxx
WI xxx
P
kemudian ketika dijual,
COGS xxx
F/ xxx
G
FOH control > FOH applied = underapplied, (+) COGS
FOH control < FOH applied = overapplied, (-) COGS
Overapplied
Underapplied
FOH C
xxx
COGS
xxx
CO xxx
FOH C xxx
GS

Process Costing
Metode

costing dimana biaya diakumulasi berdasarkan


(departemen tempat terjadi proses produksi).

Production flow :
1) Sequential PF,
Berurutan

Dept 1
Dept 2
Dept 3
F/G
Man cost Man cost Man cost

cost

center

2)

3)

Parallel PF
Dept 1

Dept 2

Dept 3

Dept 4

Selective PF
Dept 1
F/G

Dept 5

Dept 2

F/G

Dept 3 (packaging)

Dept 2

Karakteristik process costing :


1.

cost dibebankan ke per departemen


WIP-A
xxx
Material xxx
s

2.

dikumpulkan ke cost of production report = laporan yang digunakan dlm


proses costing untuk mengakumulasikan biaya dan membebankan
produksi setiap bulan.
Mengumpulkan biaya
Mengikhtisar
Menghitung TC equivalent units
Menghitung VC

3.

cost ditransfer dari departemen 1 ke departemen berikutnya (A ke B)


WIP-B
Xxx
WIP-A
xxx

Equivalent units, jumlah sumber daya (seperti material, labor, FOH) yang
dibutuhkan unt menyelesaikan satu unit produk sesuai dgn
cost element yang diperhitungkan.
Average method, caranya : jumlah total
%penyelesaian dalam material, labor, FOH.

yang

ditransfer

(+)

Equivalent unit unt mcari cost/unit setiap M, L, FOH ada total


cost/unit.
yang ditransfer x total
Ending WIP di breakdown M x equival unit (no transfer)
L x equival unit (no transfer)
FOH x equival unit (no transfer)
Total cost
Di depart B
Ada cost dari proceeding
(+) ending
Untuk cost added
WIP-B
xxx
Mats
xxx
Payroll
xxx
FOH applied
xxx

depart equival unit = total yang ditransfer


Untuk transfer
WIP-A
xxx
WIP-B
xxx
F/G
xxx
WIP-B
xxx

FIFO method
Transfered out-nya ada :
+/ biaya inventory cost to complete this period
started & completed this period
WIP
Klo di average method, transfered out (yang total ga ada beg & started
& completed)

BIAYA KUALITAS & AKUNTANSI UNT PRODUK LOSS


1.

Biaya kualitas, biaya unt mjaga kualitas & unt biaya yang tjadi di kualitas
yang buruk/kurang baik.
a)

Prevention cost, biaya unt mcegah

b)

Appraisal cost (mdeteksi), biaya unt pengecekan (produk yang failed


keburu masuk).

c)

Failure cost, biaya unt barang yang rusak.

Internal failure cost : scrap, spoilage, rework, downtime from mesin


rusak produk belum sampai ke konsumen.
External failure cost : konsumen tidak puas, warranty, replacement
produk sudah sampai ke konsumen.

Total Quality Management (TQM), yaitu pendekatan unt meningkatkan


quality dlm seluruh aktivitas & proses.
Customer oriented
Peran aktif manajemen
Peran employee
Sistem
yang memungkinkan tercapainya
tujuan
Achievement oriented
2.

Akuntansi untuk produk loss


Job order costing
1.

Acc for scrap (brg sisa), scrap mempunyai nilai shg ketika dijual bisa
dicatat sbg:
Scrap sales bag dr I/S
COGS
FOH Control
WIP klo bisa di-trace ke individual job

2.

Acc for spoilage goods (brg rusak/below std/tdk dpt diperbaiki)


a) Konsumen failure
Tdk boleh dicatat sbg quality cost tapi harus ditanggung oleh
konsumen
Dibebankan ke job yang bsangkutan
Masuk ke spoilage inventory
b) Internal failure
Disebabkan oleh kesalahan perush
Employee error
Mesin yang sdh usang
Ditanggung oleh perush, dicat sbg FOH control (loss)

Klo ditanggung oleh perush maka sales revenue & profit lebih
kecil
3. Accounting for rework, biaya untuk mperbaiki brg yang rusak.
a) Klo konsumen, dibebankan ke job shg sales price job-nya
meningkat.
b) Klo internal, masuk ke FOH control tapi COGS gak naik karena ke
FOH control. Sales price gak berubah.
Process costing
Spoilage seperti loss in process masuk/ dibebankan sbg FOH control
Masuk sbg phit dlm equivalent units (sesuai dgn proporsi).

COSTING BY PRODUCT & JOINT PRODUCT


By product adalah produk yang mempunyai nilai kecil dan quantity sedikit,
yang terproduksi bersama2 dengan produk yang mempunyai nilai besar dan
quantity besar (main product).
Joint product adalah produk yang diproduksi dengan menggunakan fasilitas
yang sama dan melalui proses yang sama/common process.
Biaya yang tjadi dari proses yang sama tetapi mhasilkan produk yang
berbeda.
Metode costing by-product :
1)

Recognition of gross revenue, pada saat dijual diakui sebagai :


Other revenue
Mengurangi COGS
Mengurangi total biaya produksi
Menambah sales revenue

2)

Recognition of net revenue, ada biaya tambahan untuk melakukan proses


tambahan

Alokasi joint cost ke joint product :


1)
2)
3)
4)

Market value method


Average unit cost method
Weighted average method
Quantitative unit method

MATERIALS
Economic Order Quantity (EOQ) adalah jumlah inventory yang dipesan pd
satu waktu yang meminimalkan inventory
cost.
Jika beli tidak sering & dalam jumlah besar, mk carrying cost (cc) akan .
Jika beli dalam jumlah kecil tetapi sering, mk order cost (co) akan .
EOQ digunakan unt menyeimbangkan antara cc dan co.

Time to Order
Order point : saat pemesanan (pd qty tertentu)
Lead time : interval antara tanggal order dgn saat inventory tsedia unt
produksi.
Safety stock : jumlah yang paling aman dimiliki oleh perush supaya tidak
terjadi stockout cost.
Order point : pemakaian normal selama lead time (+) safety stock.
JUST IN TIME & BACKFLUSHING
Just in time
Adalah filosofi yang menekankan pada pengurangan biaya dengan cara
meliminasi inventory. Inventory harus datang pd saat diperlukan, tidak boleh
sebelum/sesudah ataupun terlalu cepat/terlambat.
Tujuan :
Unt mhilangkan storage & carrying cost
Important part dari TQM
Mangurangi WIP & raw materials

Stockless production, zero inventory production (ZIP)


Adalah usaha untuk mengurangi WIP & raw materials.
Polling system : produksi dilakukan sesuai dengan kebutuhan.
Keuntungan :
Jika demand predictable
Jika demand pd level yang sama dari periode ke periode
Carrying cost rendah
Kekurangan :
Kemungkinan tjadi stockout cost kalau keterlambatan datangnya
inventory
Tidak bisa dipakai kalo demand flucktuated day to day
Susah unt melakukan shipping dengan cost yang murah tutama klo
Cuma sedikit jumlah pesanannya.

Backflushing
Adalah pendekatan yang lebih sederhana, menyederhanakan akuntansi untuk
flow biaya manufaktur. Digunakan tidak seperti WIP, tapi melakukan koreksi
pada akhir periode.
Klo pake backflush costing, costing ditentukan pada saat produksi selesai.
Beban direct labor dan FOH Control langsung dimasukkan ke COGS.

FOH
OH rate base/OH allocation base adalah faktor yang dijadikan pembagi dalam
OH rate.
Tujuan pemilihan base adalah supaya aplikasi FOH merupakan proporsi yang
sesuai dlm pemakaian SD tidak langsung dalam produk/job.
Base yang umum digunakan :
a) DM cost base
b) Direct labor cost base base ini gak cocok klo depresiasi mesin besar.
c) DLH base
d) Machine hour base

http://xa.yimg.com/kq/groups/21513521/1539957207/name/Akuntansi+Biaya.DOC

Produk Utama-Sampingan/Main product -By Product


Dalam suatu kondisi dimana perusahaan memproduksi beberapa produk yang berbedabeda, baik jenis, ukuran maupun kepentingan yang ada dibalik kegiatan produksi
tersebut, maka skala prioritas menjadi issue yang penting. Lazimnya perusahaan tidak
mampu memfokuskan seluruh perhatiannya kepada semua produk yang dihasilkan dan
secara teknis juga dibatasi oleh kendala teknologi, sehingga timbul istilah produk andalan
dan produk sampingan
Karakteristik Produk Utama, produk utama adalah produk penting dan menjadi tujuan
utama dari target pemasaran perusahaan. Proses produksipun disetting sepenuhnya untuk
menghasilkan produk andalan ini. Sebagian besar biaya produksi yang telah dikeluarkan
digunakan untuk mendukung produksi produk utama ini.
Karakteristik Produk Sampingan, produk sampingan adalah produk yang dihasilkan
secara bersama-sama dengan produk utama. Produk sampingan ini merupakan produk
yang tidak dapat dihindari dari hasil setting produk utama tersebut, dan mau tidak mau
harus diterima sebagai konsekuensi dari tujuan produksi.
http://www.resumeakun.com/2009/01/main-product-vs-by-product.html

Alokasi Biaya Gabungan-Metode Rata-Rata Tertimbang


/Joint Cost Allocation -Weight Average Method
Biaya produksi yang dikeluarkan untuk membiayai beberapa produk secara bersamasama dinamakan dengan biaya gabungan (joint cost). Biaya gabungan ini akan menjadi
tidak matching kalau hanya dibebankan pada satu jenis produk saja, padahal biaya
tersebut dinikmati secara bersama-sama. Maka dengan demikian cocoknya biaya
gabungan ini harus dialokasikan kesemua produk yang ada berdasarkan jumlah unit yang
diproduksi. Cuma bedanya dengan adanya pembobotan yang diberikan pada setiap

produk yang mencerminkan posisi kepentingan perusahaan terhadap produk-produk


tersebut.
Formula :
Alokasi biaya gabungan=BIAYA GABUNGAN/RATA2 TERTIMBANG
Ilustrasi:
Biaya produksi untuk memproduksi produk P, Q, R dan S sebesar Rp. 2.000.000,- Hasil
produksi yang diperoleh adalah produk P sebanyak 100 unit, Q sebanyak 200 unit, R
sebanyak 150 unit dan S sebanyak 50 unit. Pembobotan yang diberikan adalah produk P
sebesar 5 poin, Q sebesar 3 poin, R sebesar 10 poin dan yang terakhir produk S sebesar 4
poin.
Solusi:
Produk=Unit=Poin=Rata2 Tertimbang=Biaya/unit=Alokasi
==P===100== 5===== 500===== Rp. 800,-=Rp. 400.000
==Q===200==1,5==== 300===== Rp. 800,-=Rp. 240.000
==R===150==10=====1.500==== Rp. 800,-=Rp.1.200.000
==S===50====4===== 200===== Rp. 800,==Rp. 160.000
Total=============2.500============Rp.2.000.000
Alokasi = Rp.2.000.000,-/2.500 = Rp. 800,-per unit
http://www.resumeakun.com/2009/01/alokasi-joint-cost-metode-rata-rata.html

BAB 2
KLASIFIKASI, KONSEP &
TERMINOLOGI BIAYA
POKOK BAHASAN
Konsep Biaya
Klasifikasi Biaya dalam Perusahaan Pabrikasi
Klasifikasi Biaya dalam Perusahaan Dagang
Klasifikasi Biaya dalam Perusahaan Jasa

Konsep Biaya
Biaya dlm Akuntansi Keuangan :
Suatu pengorbanan yang dilakukan untuk mendapatkan
barang atau jasa.
Dalam Akuntansi Manajemen
Biaya (Cost) adalah kas atau setara kas yang dikorbankan
(dibayarkan) untuk barang atau jasa yang diharapkan
memberikan manfaat (pendapatan) pada saat ini atau di
masa mendatang bagi organisasi.
Biaya yang akan memberikan manfaat (benefit) hanya pada
periode berjalan (current periode) biasanya dicatat sebagai
beban.

Manfaat Informasi Biaya bagi Manajer


Penilaian Persediaan yakni untuk mengetahui biaya mana
yang akan dilekatkan (dibebankan) dalam persediaan
perusahaan.
Penentuan Laba Usaha yakni : untuk mengetahui biaya
mana saja yang akan dikurangkan dari pendapatan dalam
laporan laba rugi untuk menentukan laba usaha selama
periode tertentu.
Perencanaan Keuangan yakni : mengetahui perencanaan
biaya masa depan dengan tujuan finansial yang
dikehendaki.

Pengendalian Kegiatan Usaha yakni : Mengetahui


informasi tentang hasil biaya sesungguhnya dibandingkan
dengan biaya yang dianggarkan.
Pengambilan Keputusan yakni : untuk mengetahui
keputusan apa yang harus diambil dlm menghadapi
berbagai alternatif tindakan yang berhubungan dengan
biaya.
Klasifikasi Biaya dalam Perusahaan Pabrikasi
Untuk membantu manajemen menganalisis biaya pabrikasi
produknya, biaya pabrikasi pada umumnya di bagi ke dalam
tiga komponen, yakni :
Bahan baku langsung
Tenaga kerja langsung
Overhead pabrikasi
Dalam Perusahaan Pabrikasi (manufactured products)
Total Biaya :
Biaya Produk + Biaya periode
Biaya produk :
Biaya bahan baku langsung + Biaya tenaga kerja langsung +
Biaya overhead pabrikasi.
Biaya Periode
Biaya pemasaran/penjualan + Biaya administratif dan umum

Biaya Produk dan Biaya periode di Organisasi Bisnis


Jenis Perusahaan
Perusahaan Jasa

Biaya Produk
Biaya penyerahan
Jasa.

Biaya Periode
Beban pemasaran

Perusahaan dagang

Biaya pembelian brg


Beban pemasaran
Dagangan dari pema- Beban administratif
sok.

Perusahaan pabriKasi.

Semua biaya pabrikasi, termasuk bhn


Baku langsung, tena
ga kerja langsung,
dan overhead pabri
kasi.

Beban pemasaran
Beban administratif

Klasifikasi Biaya dalam Perusahaan Dagang.


Contoh : Laporan Laba Rugi
PT. Lintas Media Nusantara
Laporan Laba Rugi
31 Desember 2005

Pendapatan penjualan Rp.


xxx.xxx
Biaya produk :
Persediaan barang dagangan, 1/1/2006 .Rp. xxx.xxx
Pembelian barang dagangan Rp. xxx.xxx (+)

Barang dagangan tersedia utk dijual .. Rp. xxx.xxx


Persediaan brg dagangan, 31/12/2006Rp. xxx.xxx (-)
Biaya pokok penjualan Rp.
xxx.xxx
Laba kotor .Rp.
xxx.xxx
Beban Penjualan dan Administratif
Biaya Periode :
Gaji . Rp. xxx.xxx
Komisi wiraniaga .. Rp. xxx.xxx
Sewa .. Rp. xxx.xxx
Periklanan . Rp. xxx.xxx
Utilitas . Rp. xxx.xxx
Asuransi . Rp. xxx.xxx
Keperluan kantor .. Rp. xxx.xxx (+)
Jml beban penjualan dan administratif .
Rp.xxx.xxx
Laba Operasi .
Rp.xxx.xxx

Klasifikasi Biaya dalam Perusahaan Jasa.


Ada dua pertimbangan akuntansi mendasar untuk
perusahaan jasa, yakni :
Biaya tenaga kerja yang relatif tinggi
Tidak adanya persediaan untuk dijual.

Biaya dalam perusahaan jasa dibagi menjadi biaya langsung


dan biaya tidak langsung.
Biaya langsung (direct cost)
adalah biaya yang dapat ditelusuri secara fisik ke produk
atau jasa tertentu, seperti gaji yang dibayarkan kepada para
akuntan, pengacara, dll.
Biaya Tidak langsung (indirect cost)
adalah biaya yang tidak dapat ditelusuri ke produk atau jasa,
seperti asuransi atau sewa kantor. Biaya tidak langsung
biasanya dikurangkan dari pendapatan dalam periode di
mana biaya dipakai.
Laporan Laba Rugi Perusahaan Jasa

PT Cahaya Abadai
Laporan Laba Rugi
31 Desember 2006

Pendapatan Jasa Konsultasi

Rp. 18.000.000

Kompensasi dan Tunjangan


Sewa Kantor
Pelatihan dan Riset
Rekruitmen Karyawan
Asuransi Profesional
Lain-Lain

Rp. 8.500.000
Rp. 1.200.000
Rp. 900.000
Rp. 500.000
Rp. 350.000
Rp. 750.000

Jumlah Biaya
Laba Operasi

Rp. 12. 100.000


Rp. 7.900.000

Baya untuk Perencanaan, Pengendalian dan Pengambil


an Keputusan.
Untuk tujuan perencanaan dan pengendalian, biaya sering
kali digolongkan sebagai : biaya langsung dan tidak
langsung, ter- kendalikan dan tidak terkendalikan,
bergabung dan bersama, dan berbagai golongan lainnya.
Hubungan Biaya dengan Obyek Biaya
Biaya sering dikategorikan dari segi hubungannya dengan
suatu obyek atau segmen operasi, yang sering disebut
obyek biaya. Obyek biaya dapat berupa produk, kawasan
penjualan, pelang- gan, divisi, pabrik, departemen atau
suatu aktivitas.
Terdapat dua jenis obuek biaya : obyek biaya antara dan
obyek biaya akhir. Obyek biaya antara (intermediate cost
object) adalah penghimpunan biaya yang dilaporkan yang
lalu dialokasikan kepada obyek biaya lainnya.

Obyek biaya Akhir (final cost object), adalah titik


penghimpunan biaya di mana tidak dilakukan lagi alokasi
biaya. Obyek biaya akhir yang palim lazim adalah produk.
Biaya Terkendalikan dan Biaya tidak Terkendalikan
Biaya Terkendaliakan :
Suatu biaya dianggap sebagai biaya terkendalikan pada
jenjang manajemen tertentu manakala lapisan manajemen
tersebut mempunyai kekuasaan untuk mengotorisasi biaya
tadi. Contoh biaya iklan surat kabar menjadi biaya
terkendalikan oleh manajer pemasaran apabila di
mempunyai kekuasaaan untuk mengotori sasi biaya dan
jenis iklan surat kabar.
Biaya tidak Terkendaliakan :
Biaya ini berada di luar kendali manajer karena di tidak
dapat mengotorisasinya. Misal biaya penyusutan mesin
perlengkapan pabrik bagi manajer pemasaran menjadi biaya
tidak terkendalikan, karena manajer tsb tidak mempunyai
wewenang untuk mengotorisasi pemakain mesin pabrik.
Biaya Bergabung dan Biaya Bersama
Biaya tidak langsung sering pula disebut biaya bersama atau
biaya bergabung. Biaya Bersama (Common Cost)
dikeluarkan untuk menyediakan manfaat kepada lebih dari
satu aktivitas. Biaya ini terjadi ketika dua produk, yang
mungkin dihasilkan secara terpisah, diproduksi bersama.

Biaya bergabung (joint cost), diterapkan dalam situasi di


mana bermacam-macam keluaran berasal dari satu sumber.
Contoh minyak mentah dapat diolah menjadi bermacammacam produk (misal solar, oli, premium dll).
Biaya Relevan dan Biaya Tidak Relevan.
Dalam rangka untuk pengambilan keputusan, biaya relevan
harus memiliki manfaat yang paling tinggi. Agar supaya
biaya disebut biaya relevan, maka biaya tersebut :
Harus berbeda pada waktu dilakukan perbandingan pilihan
keputusan. Apabila suatu biaya meningkat, menurun, mun
cul ataupun menghilang pada waktu suatu tindakan yang
berbeda dievaluasi, maka biaya tadi boleh disebut relevan.
Harus bernilai kini atau masa yang akan datang.
Biaya Tidak relevan (iirelevant cost) adalah biaya yang tidak
berubah untuk semua alternatif.
http://daryono.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/7580/B
AB+2+-+KONSEP+BIAYA.doc

Anda mungkin juga menyukai