Biaya bersama dapat dialokasikan kepada tiap-tiap produk bersama dengan menggunakan salah
satu dari empat metode di bawah ini :
Table 11.1 (Alokasi Biaya bersama dengan Metode Nilai Jual Relatif)
Produk Jml. Produk Harga Nilai jual Nilai jual Alokasi Biaya Harga Pokok
bersama yang jual/Kg (1)X(2) Relatif Bersama Produk
Dihasilkan (3)x1000.000 (4)X750.000 Bersama/Kg
(5) : (1)
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
A 15.000 kg Rp. 10,0 Rp 150.000 15% Rp 112.500 Rp 7,50
B 20.000 17,5 350.000 35% 262.500 13,13
C 25.000 12,0 300.000 30% 225.000 9,00
D 10.000 20,0 200.000 20% 150.000 15,00
70.000 kg Rp 1.000.000 100% Rp 750.000
Total biaya bersama (Rp750.000) dibagi dengan total nilai jual (Rp 1.000.000) dikalikan 100%
akan didapat presentase biaya dari nilai jualanya (75%). Jadi untuk tiap-tiap produk bersama,
presentase biaya dari nilai jualanya adalah sebesar 75%. Dengan mengalikan presentase tersebut
dengan nilai jual tiap produk, maka biaya bersama dapat dialokasikan seperti seperti pada table
11.2.
Pemakaian metode nilai jual relatif dalam mengalokasikan biaya bersama ini akan
menghasilkan presentase laba bruto dari hasil penjualan yang besarnya sama untuk tiap jenis
produk bersama tersebut.
Contoh :
Dari data dalam table 11.1, misalnya jumlah satuan produk yang dijual selama periode akuntansi
berjumlah seperti disajikan dalam Tabel 11.2
Produk
A B C D Jumlah
Satuan yang Terjual 10.000 15.000 20.000 8.000 53.000
Hasil Penjualan Rp100.000 Rp 262.500 Rp 240.000 Rp 160.000 Rp 762.500
Harga Pokok Penjualan 75.000 196.875 180.000 120.000 571.875
Laba Bruto Rp 25.000 Rp 65.625 Rp 60.000 Rp 40.000 Rp 190.625
Presentase Laba Bruto 25%25% 25% 25% 25% 25%
dari Penjualan
Variasi penggunaan metode nilai jual relatif kita dapati bila satu atau beberapa produk bersama
memerlukan biaya pengolahan tambahan setelah saat terpisah (split-off). Nilai jual produk
bersama dapat diketahui setelah produk bersama tersebut mengalami pengolahan lebih lanjut.
Untuk mengalokasikan biaya bersama perlu dihitung nilai jual hipotesis yang dihitung dengan cara
mengurangi nilai jual produk bersama setelah diproses lebih lanjut dengan biaya-biaya yang
dikeluarkan untuk pengolahan sejak saat terpisah sampai dengan produk tersebut siapa untuk
dijual.
Contoh :
Misalkan biaya bersama selama satu periode akuntansi berjumlah Rp 3.000.000. Harga jual per
Kg dan jumlah produk yang diproduksi selama periode akuntansi tampak dalam Tabel 11.3 berikut
ini. Produk A setelah terpisah dari produk B memerlukan biaya tambahan (seperable cost) sebesar
Rp 100 per/kg. alokasi biaya bersama dapat dilakukan seperti dalam table 11.3 berikut ini :
Table 11.3 (Alokasi Biaya Bersama dengan Membandingkan Biaya-biaya yang dikeluarkan
Setelah Saat Produk BersamaTerpisah)
Produk Harga Jual Biaya Nilai jual Jumlah Nilai jual Nilai jual Alokasi Harga
Bersama per Kg pengolahan hipotesis yang hipotesis x hipotesis biaya pokok
per kg (1)-(2) diproduksi jumlah relatif (%) bersama produk
setelah saat yang (5) (6) X per kg
terpisah diproduksi :4.500.000 3.000.000 (7:4)
(3)X(4)
Jika presentase diatas sama dalam setiap proses produks, maka hal ini dapat digunakan
untuk mengalokasikan biaya bahan baku yang dipakai. Upah langsung dapat juga
dialokasikan dengan memakai presentase tersebut, kecuali bila ada metode lain yang lebih
teliti.
Misalkan selama pengolahan 10.000 barrels minyak mentah tersebut, harga pokok bahan
baku tampak dalam table 11.5 berikut ini :
Table 11.5 (Alokasi Biaya Bersama dengan Metode Satuan Fisik)
Produk Kuantitas (tidak Presentase Alokasi Harga
termasuk jumlah Pokok Bahan Baku
yang hilang) dlm.
barrels
Gasoline 2.600 26,52 Rp 3.978.000
Bensin 200 2,04 306.000
Kerosin 1.000 10,21 1.531.500
Minyak pelumas 300 3,06 459.000
Minyak bakar 5.000 51,03 7.645.500
Gas 300 3,06 459.000
Produk-produk lain 400 4,08 512.000
9.800 100,00 Rp 15.000.000
Table 11.6 (Alokasi Biaya Bersama dengan Metode Rata-rata Biaya Per Satuan)
1. Metode-metode yang tidak mencoba menghitung harga pokok produk sampingan atau
persediaannya, tetapi memperlakukan pendapatan penjualan produk sampingan sebagai
pendapatan atau pengurang biaya produksi. Metode ini biasa disebut metode-metode tanpa
harga pokok (non-cost methods)
2. Metode-metode yang mencoba mengalokasikan sebagian biaya bersama kepada produk
sampingan dan menentukan harga pokok persediaan produk atas dasar biaya yang
dialokasikan tersebut. Metode-metode ini dikenal dengan nama metode harga pokok (cost
methods)
Berikut ini diuraikan beberapa metode perlakuan terhadap pendapatan penjualan produk
sampingan.
1) Pendapatan penjualan produk sampingan diperlakukan sebagai pendapatan diluar
usaha.
2) Pendapatan penjualan produk sampingan diperlakukan sebagai tambahan pendapatan
penjualan produk utama.
3) Pendapatan penjualan produk sampingan diperlukan sebagai pengurang harga pokok
penjualan
4) Pendapatan penjualan produk sampingan diperlakukan sebagai pengurang total biaya
produksi
Contoh :
Bentuk laporan laba rugi perusahaan yang menghasilkan produk utama dan produk sampingan,
yang pendapatan penjualan produk sampingannya diperlakukan sebagai penghasilan diluar usaha
disajikan dalam table 11.10.
Table 11.10 (Penyajian Pendapatan Penjualan Produk Sampingan Sebagai Penghasilan Di Luar
Usaha)
(Rp.50.000)
Biaya usaha :
Biaya pemasaran Rp. 20.000
(Rp.30.000)
Metode ini tidak mencoba menentukan harga pokok produk sampingan. Metode ini cocok
digunakan dalam perusahaan yang :
a. Nilai produk sampingannya tidak begitu penting atau tidak dapat ditentukan
b. Penggunaan metode yang lebih teliti memerlukan biaya yang tidak sebanding dengan
manfaat yang diperoleh
c. Saat terpisahnya produk sampingan dari produk utama tidak begitu jelas dan pembebanan
harga pokok produk sampingan kepada produk utama tidak mengakibatkan perbedaan
yang mencolok pada harga pokok produk utama.
a.