Anda di halaman 1dari 5

a) 

    Metode Nilai Pasar / Nilai Jual Relatif


Metode ini adalah metode yang sangat populer karena dengan argumennya bahwa
harga produk merupakan manifestasi dari biaya produksinya. Metode ini mengasumsikan
bahwa setiap produk yang dihasilkan dalam proses produksi bersama memilki nilai jual atau
nilai pasar yang berbeda. Perbedaan nilai pasar disebabkan tingkat pemakaian biaya yang
berbeda.
Metode ini berpendapat bahwa jika salah satu produk terjual lebih tinggi daripada
yang lainnya, hal itu terjadi karena biaya yang dikeluarkan untuk memproduksinya juga lebih
tinggi dibandingkan produk lain. Jadi dalam metode ini kelangkaan tidak mempunyai
pengaruh dalam menentukan harga jual. Karena asumsi itulah, cara yang logis untuk
mengalokasikan biaya bersama adalah berdasarkan pada nilai jual relatif masing-masing
produk bersama.
Terdapat dua metode dalam metode nilai jual relatif, yaitu:
1. Metode nilai pasar saat split-off point
Metode ini digunakan ketika setelah split-off point tidak ada proses produksi lanjutan
dan harga jual sudah diketahui pada saat itu. Biaya bersama (joint cost) dialokasikan ke
masing-masing produk sesuai dengan perbandingan nilai jualnya terhadap nilai jual
keseluruhan produk bersama.

Contoh :
PT “ABC” memproduksi 3 macam produk yaitu alfa, beta dan gamma. Biaya bersama
yang dikeluarkan selama satu periode adalah sebsar Rp 20.000.000,00. Jumlah produksi dan
harga jual masing-masing produk tertera pada table berikut:

Produk Jumlah unit Harga unit


Alfa 5.000 Rp 1000
Beta 10.000 Rp 1500
Gamma 7.000 Rp 1300

Penyelesaian :

Produk Jumlah Harga Nilai jual Rasio Alokasi HPP/ unit


unit unit

1
Alfa 5.000 1000 5.000.000 22,62% 4.524.000 904,8
Beta 10.000 800 8.000.000 36,20% 7.240.000 724
Gamma 7.000 1300 9.100.000 41,18% 8.236.000 1.176,5
Jumlah 22.100.000 100% 20.000.000
2. Metode nilai jual hipotesis
Apabila suatu produk tidak bisa dijual pada saat titik pisah, maka harga tidak dapat
diketahui pada saat titik pisah. Produk tersebut memerlukan proses tambahan sehingga harga
jual tidak dapat dikethui sebelum dijual (setelah titk pisah). Dasar yang dapat digunakan
dalam mengalokasikan biaya bersama adalah harga pasar hipotesis.
Harga pasar hipotesis adalah nilai jual suatu produk setelah diproses lebih lanjut
dikurangi dengan biaya yang dikeluarkan untuk memproses lanjutan setelah pemisahan.

Contoh :
Dengan menggunakan data perusahaan PT. ABC pada contoh soal metode nilai pasar,
diketahui biaya proses lanjutan masing-masing produk adalah sebagai berikut:

Keterangan Produk Alfa Produk Beta Produk Gamma

Unit Produksi 5.000 10.000 7.000


Harga Jual/unit Rp1.000 Rp800 Rp1.300
Biaya Proses lanjutan/unit Rp400 Rp300 Rp500

Produk Hrg Biaya Nilai Jmlh Nilai jual Rasio Alokasi** HPP
bersama jual/ Tmbh jual Prduk (20.000.000) /kg
kg an Hipote
sis*
Alfa 1.000 400 600 5.000 3.000.000 22,06 4.412.000 882,4
%
Beta 800 300 500 10.000 5.000.000 36,76 7.352.000 735,2
%
Gamma 1.300 500 800 7.000 5.600.000 41,18 8.236.000 1.176,6
%

2
13.600.000 100% 20.000.000

*(Harga jual – biaya tambahan)


**(rasio x 20.000.000)

b)     Metode rata-rata biaya per satuan


Metode ini berupaya untuk mendistribusikan total biaya produksi gabungan ke
berbagai produk atas dasar biaya per unit. Metode ini digunakan jika dari satu proses
produksi bersama dihasilkan beberapa produk yang bisa diukur dalam satuan yang sama
meskipun dalam kualitas yang berbeda-beda. Perusahaan yang menggunakan metode ini
berpendapat bahwa semua produk yang dikerjakan dengan proses yang sama harus menerima
bagian yang sebanding dengan total biaya gabungan berdasarkan unit yang diprosuksi.
Penentuan biaya untuk setiap produk dihitung sesuai dengan proporsi kuantitas masing-
masing produk yang dihasilkan.

Contoh :
Suatu perusahaan menghabiskan biaya Rp 2.000.000 untuk memproduksi 1000 liter
produk dari minyak mentah. Rata-rata biaya produksi per unit adalah Rp 2.000 (Rp
2.000.000/1000)

Produk Kuantitas Rata-rata biaya Alokasi biaya


per satuan bersama
Bensin 350 Rp 2.000 Rp 700.000
Pelumas 250 Rp 2.000 Rp 500.000
Minyak 300 Rp 2.000 Rp 600.000
Tanah
Solar 100 Rp 2.000 Rp 200.000
Jumlah 1000 Rp 2.000.000

c)     Metode rata-rata tertimbang

3
Pada banyak industri, metode-metode yang telah dibahas diatas tidak dapat
memberika solusi yang memuaskan dalam mengalokasikan biaya bersama karena tidak
mempertimbangkan segi kualitas dari suatu produk. Sehingga mucullah metode yang
menggunakan bobot sebagai presentasi dari ukuran besarnya unit, kesulitan pembuatan,
waktu yang dibutuhkan dan sebagainya sebagai dasar untuk mengalokasikan biaya bersama.
Penentuan alokasi biaya bersama pada setiap produk didasarkan atas perkalian jumlah unit
produk dengan angka penimbang, dan hasilnya digunakan sebagai dasar untuk alokasi.
Contoh :
Dari soal pada metode kedua (metode rata-rata biaya per satuan), diketahui bobot
untuk bensin 4, pelumas 2, minyak tanah 3 dan solar 1. Alokasi biaya bersamanya sebagai
berikut :

Produk Jumlah Angka Jumlah produk x Alokasi biaya bersama


produk penimbang angka penimbang (2.000.000)
Bensin 350 4 1400 Rp 965.517
Pelumas 250 2 500 Rp344.826
Minyak 300 3 900 Rp620.689
tanah
Solar 100 1 100 Rp. 68.966
Total 1000 2.900 Rp 2.000.000

d)     Metode unit kuantitatif / satuan fisik


Metode kuantitatif berupaya mendistribusikan total biaya gabungan berdasarkan
satuan ukuran tertentu seperti kilogram, ton, liter, meter dan sebagainya. Jika produk bersama
mempunyai ukuran yang berbeda maka harus ditentukan koefisien ekuivalesinya yang
digunakan untuk mengubah satuan yang berbeda kedalam satuan yang sama. Metode ini
beranggapan bahwa setiap produk dapat diidentifikasi sesuai dengan tingkat pemanfaatan
bahan baku dalam ukuran satuan yang sama.
Contoh :
Berikut adalah data produk yang dihasilkan dari satu ton batu bara yang
menghabiskan biaya sebesar Rp 1.000.000 :

4
Produk Kuantitas Presentase (%) Alokasi Biaya Bersama
(pon)
Kokas 1.200 60% Rp 600.000
Ter Batu Bara 300 15% Rp 150.000
Gas 500 25% Rp 250.000
Jumlah 2.000 100% Rp 1.000.000

Anda mungkin juga menyukai