Anda di halaman 1dari 14

MANAJEMEN KEUANGAN KELAS A5

ANALISIS BIAYA MODAL

DOSEN PENGAMPU:

Dra. Ni Ketut Purnawati, M.S.

DISUSUN OLEH: KELOMPOK 7

Ni Made Adelia Putri Diandra 2007521152/13

Jasmine Maharani Novriari 2007521156/14

PROGRAM STUDI MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS UDAYANA

2021
BAB I

PENDAHULUAN

1. Biaya modal merupakan konsep penting dalam analisis investasi karena dapat
menunjukkan tingkat minimum laba investasi yang harus diperoleh dari
investasi tersebut. Jika investasi itu tidak dapat menghasilkan laba investasi
sekurang-kurangnya sebesar biaya yang ditanggung maka investasi itu tidak
perlu dilakukan lebih mudahnya, biaya modal merupakan rata-rata biaya dana
yang akan dihimpun untuk melakukan suatu investasi. Dapat pula diartikan
bahwa biaya modal suatu perusahaan adalah bagian (suku rate" yang harus
dikeluarkan perusahaan untuk memberi kepuasan pada para investornya pada
tingkat risiko tertentu. Berdasarkan pentingnya biaya modal dalam penilaian
investasi maka akan dibahas mengenai biaya modal individu dan keseluruhan.
Biaya modal individual meliputi biaya modal yang berasal dari hutang jangka
pendek seperti: hutang dagang, hutang wesel dan kredit jangka pendek; biaya
modal yang berasal dari hutang jangka panjang (obligasi), biaya saham
preferen, biaya laba ditahan dan biaya modal saham biasa.
2. Biaya modal keseluruhan (weighted average cost of capital atau WACC)
adalah tingkat pengembalian atau rata-rata, yang harus perusahaan disediakan
pada pemasok modal agar dapat mengkontribusikan uangnya ke suatu
perusahaan. Menghitung biaya modal rata-rata tertimbang merupakan salah
satu cara untuk menghitung struktur modal yang optimal. Selain itu,
perusahaan dapat mengukur biaya pendanaan proyek-proyek masa depan
dengan biaya modal yang lebih murah untuk mendanai proyek baru.

3. Berdasarkan uraian di atas, maka akan dibahas lebih lanjut mengenai hal-hal
berikut.

a. Biaya modal individu

b. Biaya modal keseluruhan (WACC)


BAB II
PEMBAHASAN

A. BIAYA MODAL INDIVIDUAL


1. Biaya Modal yang berasal dari Hutang Jangka Pendek
Hutang jangka pendek adalah hutang yang dipergunakan perusahaan
dengan jangka waktu maksimum 1 (satu) tahun, terdiri dari hutang dagang,
hutang wesel dan kredit jangka pendek dari bank.

Contoh 1:
Misalkan cash discount yang hilang selama 1 tahun sebesar Rp.5.000.000,-
dan hutang perniagaan rata-rata  Rp.50 juta.
Maka,
Biaya modal sebelum pajak = 5 juta / 50 juta x 100% = 10%
Misal pajak 40% ;
Biaya modal sesudah pajak = 10% x (100%-40%) = 6%

Contoh 2:
Bank memberikan kredit jangka pendek sebesar Rp.100 juta dengan bunga
2% per bulan selama 8 bulan. Syarat aktiva yang dijadikan jaminan
harus diasuransikan selama umur kreditnya dg premi asuransi Rp.5 juta.
Maka :
Uang yg diterima dari bank = Rp. Pinjaman – (bunga 8 bln + premi
asuransi)
                                                  = Rp. 100 juta – (Rp.16 juta + Rp. 5 juta)
                                                  = Rp. 79 juta.
Beban yg sebenarnya di tanggung peminjam = Rp.21 juta

Jadi biaya kredit sebelum pajak = Rp.21 juta / Rp.79 juta x 100% = 26%.
Biaya kredit per bulan = 26% / 8 = 3,25%
Misal tingkat pajak 25 % =
Biaya modal sesudah pajak = 3,25% x(100%-25%)= 2,43 % per bulan.

Biaya modal masing-masing diuraikan sebagai berikut:


a. Biaya Hutang Dagang
Biaya hutang dagang adalah eksplisit. Bila perusahaan kehilangan
kesempatan mendapatkan cash discount selama setahun maka biaya
eksplisitnya dapat dihitung dengan membandingkan cash discount
yang hilang dengan jumlah rata-rata hutang dagang selama setahun.
b. Hutang Wesel
Hutang wesel mempunyai bunga yang tetap yang dihitung dari
harga nominalnya. Bunga yang dibayae harung dihubungkan dengan
jumlah uang yang diterima atau tersedia secara efektif untuk
digunakan.
c. Kredit Jangka Pendek
Biasanya bank langsung memotong harga hutang dimuka dari
jumlah uang yang diberikan sehingga penerima kredit menerima
jumlah uang yang lebih kecil dari hutang nominal.
2. Biaya Modal yang Berasal dari Hutang Jangka Panjang
Pada umumnya bentuk hutang jangka panjang perusahaan adalah
obligasi, perhitungan biaya obligasi harus memperhitungkan jumlah dana
bersih yang diterima dengan pengeluaran kas karena penggunaan dana
tersebut. Dalam menghitung biaya hutang jangka panjang dalam bentuk
obligasi dapat digunakan cara seperti perhitungan tingkat pendapatan
investasi dalam obligasi dengaan rumus ‘shortcut” atau dengan
menggunakan pendekatan present value.

Contoh :
Obligasi dikeluarkan dengan nominal per lembar Rp.100 juta  dan
umurnya 10 tahun. Hasil penjualan neto yg diterima adalah
Rp.97.000.000,- Bunga obligasi 4% per tahun.
Berapa cost of bond ?

Jawab :
a. Dana rata-rata selama 10 tahun = (100 jt + 97 jt) /2 = 98,5 jt
b. Selisihnya dialokasikan untuk 10 thn = 3 jt /10 thn = 300.000 (+bunga)
Bunga = 4% x 100 jt = 4 jt
Beban per tahun (average annual cost ) = 4 jt + 300.000 = Rp4,3 jt
c. Menghitung biaya rata-rata per tahun = (4,3 jt /98,5 jt) x 100% = 4,4%

d. Misal tingkat pajak 25% , Maka biaya modal = 4,4% x (100% - 25%)
= 3,3%.
3. Biaya Modal yang Berasal dari Saham Preferen
Saham preferen memiliki sifat antara hutang dengan saham biasa,
bersifat hutang karena mengandung kewajiban tetap untuk membayar
dividen preferen dan dalam likuidasi pemegang saham preferen memiliki
hak mendahului disbanding saham biasa. Namun tidak seperti hutang
kegagalan membayar dividen preferen tidak mengakibatkan pembubaran
perusahaan. Resiko saham preferen lebih kecil dari hutang tapi lebih besar
dari saham biasa.
Biaya penggunaan dana yang berasal dari saham preferen dapat
dihitung dengan membagi dividen perlembar saham preferen (Dp) dengan
harga bersih penjualan saham preferen (Pn)
Biaya saham preferen (Kp) = Dp/P

Kp = biaya saham preferen


Dp = deviden saham preferen
Pn  = harga saham preferen bersih yang diterima (harga setelah dikurangi
flotation cost)
Biaya penggunaan dana dari penjualan saham preferen (cost of
preferred stock)dihitung dgn membagikan deviden per lembar saham
preferen (Dp) dgn harga neto (net Price) yg diperoleh dari penjualan
saham preferen per lembarnya.
Contoh :
Suatu perusahaan mengeluarkan saham preferen yg baru dengan nilai
nominal Rp.10.000,- per lembar dan deviden sebesar Rp.600,- Penjualan
neto saham tersebut sebesar Rp.9.000,- per lembarnya.
Berapa biaya modal saham preferen (cost of preferred stock) ?

Jawaban:
Biaya modal saham preferen = Dp / Pn
Biaya modal saham preferen = 600 / 9000 = 6,67%.

4. Biaya Modal yang Berasal dari Laba Ditahan


Biaya laba ditahan adalah sama dengan tingkat keuntungan yang
disyaratkan investor pada saham biasa perusahaan yang bersangkutan.
Dasarnya adalah prinsip opportunity cost. Jika laba tidak ditahan, laba
tersebut dibagiakan dalam bentuk deviden. Jika laba tersebut ditahan
berarti  pemegang saham menginvestasikan kembali laba yang menjadi
haknya  ke perusahaan (flow back fund). 
Ada tiga cara menaksir biaya modal laba ditahan:
a. Pendekatan CAPM
Ks = bunga bebas risiko + premi risiko 
Ks = krf + bi (km – krf) 
Dimana:
Ks        = tingkat keuntungan yang disyaratkan pada saham
perusahaan I,
Krf      = bunga bebas risiko
Km      = tingkat keuntungan yang disyaratkan pada portofolio
pasar
Bi        = beta saham perusahaan i.
b. Pendekatan Discounted Cash Flow
Model yang digunakan untuk estimasi  adalah Gordon Model:
D1
Po =   ———–
Ks – g
Maka,                         
D1 
Ks =  ———–  + g 
Po
D1       = Deviden akhir periode
Po        = Harga saham awal periode
g          = tingkat pertumbuhan deviden.

c. Pendekatan Bond Yield Plus Risk Premium


Ks = tingkat keuntungan obligasi perusahan + premi risiko 
5. Biaya Modal yang Berasal dari Emisi Saham Biasa Baru
Biaya modal saham biasa baru biasanya lebih tinggi dari biaya
modal laba ditahan, karena penjualan saham baru memerlukan biaya
emisiatau flotation cost. Biaya emisi akan mengurangi penerimaan
perusahaan dari penjualan saham.

D1 
Ksb =  —————–  + g 
Po (1 –FC)
Ksb      = biaya saham biasa baru
FC       = flotation cost
B. BIAYA MODAL KESELURUHAN (Weighted Average Cost of Capital
atau WACC)
1. Pengertian Biaya Modal Keseluruhan
Jika perusahaan menggunakan beberapa sumber modal, maka
biaya modal yang dihitung adalah biaya modal rata-rata tertimbang dari
seluruh modal yang digunakan atau WACC (Weighted Average Cost of
Capital). Menghitung biaya modal rata-rata tertimbang merupakan salah
satu cara untuk menghitung struktur modal yang optimal. Selain itu,
perusahaan dapat mengukur biaya pendanaan proyek-proyek masa depan
dengan biaya modal yang lebih murah untuk mendanai proyek baru.
Biaya modal cenderung menurun ketika perusahaan menggunakan
utang yang lebih tinggi sebagai sumber pendanaan. Untuk mendapatkan
biaya modal yang lebih rendah, perusahaan dapat menerbitkan obligasi
daripada saham karena dapat mengurangi pajak. Tetapi, meningkatkan
utang berdampak pada peningkatan beban bunga, meningkatkan risiko
kebangkrutan, dan pemasok dana tidak tertarik. Oleh karena itu, perusahaan
perlu menghitung porsi utang untuk mengoptimalkan struktur modal.
Alasan mengapa digunakannya WACC adalah karena komposisi
utang dan ekuitas seringkali tidak sama. Beberapa perusahaan mungkin
memiliki utang lebih dari ekuitas, ataupun sebaliknya. Akibatnya, biaya
setiap modal akan bervariasi tergantung pada persentase kontribusinya
terhadap struktur modal. Maka dari itu, diperlukan adanya bobot pada
masing-masing komponen modal agar kita dapat mengetahui seberapa sulit
bagi perusahaan untuk mengumpulkan dana yang dibutuhkan.
Manajemen menggunakan analisis sekuritas untuk menilai harga
wajar saham perusahaan, apakah overvalued atau undervalued. Misalnya,
mereka menggunakan WACC dalam valuasi menggunakan
model discounted cash flow. WACC adalah tingkat diskonto untuk arus kas
masa depan, yang mana berguna untuk menentukan nilai perusahaan saat
ini.
Manfaatnya menggunakan WACC adalah mampu memberikan
wawasan tentang biaya modal aktual yang lebih masuk akal, yaitu
menimbang setiap komponen berdasarkan tingkat proporsi dalam struktur
modal perusahaan.
Meski relatif mudah dihitung, tetapi hasilnya seringkali beragam.
Beberapa formula, seperti biaya ekuitas, lebih fleksibel. Nilai pasar dari
ekuitas perusahaan adalah dinamis dan selalu bergerak seiring dengan
pergerakan harga saham perusahaan. Akibatnya, itu menghasilkan estimasi
biaya modal ekuitas yang tidak akurat.
2. Komponen Struktur Modal Keseluruhan
Secara garis besar, struktur modal perusahaan terdiri dari modal
utang dan modal ekuitas. Modal utang timbul karena perusahaan
meminjam uang dari pihak lain dengan syarat akan dibayar kembali dengan
bunga. Perusahaan biasanya menggunakannya sebagai modal ekspansi agar
dapat dilunasi di masa depan. Contohnya, pinjaman bank dan obligasi.
Perhitungan biaya modal utang relatif mudah dibandingkan dengan ekuitas.
Pada modal ekuitas, pemasok menyumbangkan modal mereka dan
kompensasinya adalah kepemilikan perusahaan, dapat berupa saham
preferen atau saham biasa. Perusahaan tidak memiliki kewajiban untuk
membayar pemasok modal ekuitas seperti pada modal utang. Namun,
mereka harus memperhatian operasi dan pertumbuhan perusahaan. Jika
pemasok modal utang mendapat bunga sebagai imbalan, maka mereka
berpotensi mendapatkan dividen dan capital gain.

3. Rumus untuk Menghitung Biaya Modal Keseluruhan

WACC = [Wd x Kd (1-tax)] + [Wp x Kp] + [Wr x Kr] + [We x Ke]

Keterangan:

WACC = biaya modal rata-rata tertimbang,


Kd = biaya utang,

Wd = proporsi utang dari modal,

Kp = biaya saham preferen,

Wp = proporsi saham preferen dari modal,

Kr = biaya laba ditahan, dan

Wr = proporsi saham laba ditahan dari modal,

Ke = biaya saham biasa baru.

We = proporsi saham biasa baru,

Misalnya, sebuah perusahaan memiliki struktur modal 60% utang,


dan 40 % ekuitas. Biaya utang sebelum pajak oleh perusahaan adalah 8%
dan biaya ekuitas adalah 9%. Tarif pajak marginal perusahaan adalah 20%.
Maka, WACC = (60%) (8%) (1 – 20%) + (40%) (9%) = 7,4%.

Sebagai catatan, bobot yang anda gunakan dalam menghitung


WACC berdasarkan pada target struktur modal. Tetapi, jika informasi
tentang struktur modal target tidak mudah tersedia, kita dapat
menggunakan bobot dalam struktur modal perusahaan saat ini. Bobot
berbagai komponen harus didasarkan pada nilai pasar.

4. Penggunaan Weighted Average Cost Of Capital (WACC) pada Sebuah


Proyek

Tingkat pengembalian internal (internal rate of return atau IRR)


salah satu cara untuk mengevaluasi daya tarik sebuah proyek atau investasi.
Dalam hal ini, kita dapat menggunakan WACC bersama dengan IRR.
WACC merupakan bertindak sebagai tingkat pengembalian yang
disyaratkan (required rate of return).
Proyek akan menambah nilai bagi perusahaan, jika nilai IRR proyek
melebihi WACC. Misalnya, jika WACC perusahaan adalah 12%, proyek
yang diusulkan harus memiliki IRR 12% atau lebih tinggi. Artinya, proyek
menghasilkan pengembalian yang lebih tinggi daripada biaya modal untuk
mendanainya.

Demikian pada penggunaan NPV untuk mengevaluasi proyek,


WACC adalah tingkat diskonto yang mencerminkan risiko rata-rata
perusahaan. Jika menggunakan WACC sebagai tingkat diskonto, artinya
kita mengasumsikan proyek akan memiliki struktur modal yang konstan
dan yang sama dengan target struktur modal perusahaan atau adanya
asumsi bahwa profil risiko proyek relatif sama dengan perusahaan. Jika
proyek memiliki risiko yang lebih tinggi daripada perusahaan, maka anda
perlu menambahkan premi risiko ke WACC untuk mendapatkan tingkat
diskonto. Sebaliknya, proyek memiliki risiko lebih kecil, anda perlu
menyesuaikan WACC ke bawah.
BAB III
KESIMPULAN

1. Biaya Modal adalah biaya riil yang harus dikeluarkan oleh perusahaan untuk
memperoleh dana baik yang berasal dari hutang, saham preferen, saham biasa,
maupun laba ditahan untuk mendanani suatu investasi atau operasi
perusahaan. Penentuan besarnya biaya modal ini dimaksudkan untuk
mengetahui berapa besarnya biaya riil yang harus dikeluarkan perusahaan
untuk memperoleh dana yang diperlukan.Perhitungan biaya penggunaan
modal sangatlah penting. Biaya modal individual meliputi biaya modal yang
berasal dari hutang jangka pendek seperti: hutang dagang, hutang wesel dan
kredit jangka pendek; biaya modal yang berasal dari hutang jangka panjang
(obligasi), biaya saham preferen, biaya laba ditahan dan biaya modal saham
biasa.
2. Jika perusahaan menggunakan beberapa sumber modal, maka biaya modal
yang dihitung adalah biaya modal rata-rata tertimbang dari seluruh modal
yang digunakan atau WACC (Weighted Average Cost of Capital). Secara garis
besar, struktur modal perusahaan terdiri dari modal utang dan modal ekuitas.
Alasan mengapa digunakannya WACC adalah karena komposisi utang dan
ekuitas seringkali tidak sama, mengakibatkan biaya setiap modal akan
bervariasi tergantung pada persentase kontribusinya terhadap struktur modal.
Maka dari itu, diperlukan adanya bobot pada masing-masing komponen modal
agar kita dapat mengetahui seberapa sulit bagi perusahaan untuk
mengumpulkan dana yang dibutuhkan. Manajemen menggunakan analisis
sekuritas untuk menilai harga wajar saham perusahaan,
apakah overvalued atau undervalued. Misalnya, mereka menggunakan WACC
dalam valuasi menggunakan model discounted cash flow. WACC adalah
tingkat diskonto untuk arus kas masa depan, yang mana berguna untuk
menentukan nilai perusahaan saat ini.
3.
DAFTAR PUSTAKA

Wiagustini, Ni Luh Putu. 2014. Dasar-dasar Manajemen Keuangan. Denpasar:


Udayana Press.
https://cerdasco.com/cara-menghitung-weighted-average-cost-of-capital-wacc.
Diakses pada tanggal 24 April 2021, pukul 16.00.

Anda mungkin juga menyukai