Anda di halaman 1dari 7

KATA PENGANTAR

Segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas limpahan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Makalah ini menguraikan
bahasan yaitu tentang cost of capital (biaya modal).
Dalam penyusunan makalah ini, penulis tidak lepas dari bantuan berbagai pihak yang sangat
membantu dan memberikan makna penting demi terciptanya makalah ini. Oleh karena itu pada
kesempatan ini, penulis berterimakasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Allah SWT yang telah memberikan segala rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis
dapat membuat dan menyelesaikan makalah ini.
2. Bapak Bahrain Pasha Irawan selaku Dosen mata kuliah Manajemen Keuangan.
Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada pembaca walaupun
makalah ini memiliki kelebihan dan kekurangan. Penulis mohon untuk saran dan kritiknya.
Terimakasih

Semarang, 26 September 2018

Kelompok 1
PEMBAHASAN

A. Pengertian Biaya Modal

Biaya modal adalah tingkat pengembalian yang diminta perusahaan yang akan memuaskan
semua penyedia modal. Biaya modal (the cost of capital) didefinisikan sebagai tingkat
pengembalian (rate of return) berdasarkan nilai pasar dari suatu korporasi yang dilihat dari
saham yang beredar (price of the firm’s stock). Di mana para manajer korporasi harus
mengetahui kapan dan seberapa besar kebutuhan akan cost of capital yang diperlukan suatu
korporasi di dalam hal berikut ini:
 Pengambilan keputusan untuk anggaran modal (capital budgeting)
 Membantu memaksimalkan struktur permodalan
 Membuat keputusan, apakah melalui leasing surat utang dengan pendanaan kembali surat
utang di dalam menentukan modal kerja korporasi.[1]
Agar bisa memberi gambaran jelas tentang apa yang dimaksud dengan biaya modal
sebenarnya, mari lihat contoh sederhana berikut. Asumsikan bahwa Anda meminjam uang dari
dua teman (dengan dua biaya yang berbeda), tambahkan ke uang Anda dengan harapan adanya
pengembalian minimum tertentu, dan carilah sebuah investasi. Berapakah pengembalian
minimum yang dapat Anda hasilkan, yang akan mcmuaskan harapan pengembalian para
penyedia modal Anda (seperti yang tercantum dalam kolom nomor 2 tabel di bawah ini).

(1) (2) (3) (2) x (3) (1) x (2)

Persentase Biaya
Tahunan Nilai Biaya Tahun
Penyedia Modal yang (Pengembalian Proporsi Total Biaya (Pengembalian
Modal Diinvestasikan Investor) Pendanaan Tertimbang Investor)

$2.000 20% 1,0% $100


3.000 30 3,0 300

5.000 50 7,5 750

Bubba 5%
Dolly 10

Anda $10.000 15 100% 11,5% $1.150

Asumsikan bahwa “perusahaan” Anda per tahunnya menghasilkan pengembalian sebesar


11,5% (biaya modal rata-rata tertimbang yang digunakan) untuk investasi modal sebesar
$10.000. Uang sebesar $1.150 yang dihasilkan akan memuaskan pengembalian yang diminta
oleh semua penyedia modal. Kini, gantilah “Bubba,” “Dolly,” dan “Anda” dengan istilah
“Utang,” “Saham Preferen,” dan “Saham Biasa” (dan memang, masih ada implikasi pajak;
tetapi sementara asumsikan bahwa tidak ada pajak saat ini). Dengan berbagai istilah baru ini
Anda seharusnya mulai memahami arah yang akan dituju dalam menemukan arti dari tingkat
pengembalian yang diminta oleh perusahaan, yaitu biaya modal, yang akan memuaskan semua
penyedia modal.[2]

B. Komponen Biaya Modal

1. Biaya Hutang
Biaya modal utang merupakan tingkat keuntungan yang disyaratkan pemberi pinjaman atas
investasi perusahaan yang dibelanjai dengan utang. Biaya modal utang harus ditanggung
perusahaan karena perusahaan menggunakan utang untuk mendanai investasinya. Perhitungan
biaya utang lebih mudah dibandingkan dengan biaya modal saham biasa, karena biaya
modalnya bersifat eksplisit. Biaya modal utang dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut
:[3]

Di mana Po adalah harga pasar utang yang diterbitkan; E menunjukkan penjumlahan untuk
periode 1 hingga n, waktu jatuh tempo akhir; It adalah pembayaran bunga dalam periode t; dan
Pt , adalah pembayaran pokok untuk periode t. Jika pembayaran pokok hanya terjadi dalam
waktu jatuh tempo akhir, maka hanya Pn, yang akan muncul. Dengan menghitung kd, tingkat
diskonto yang menyamakan nilai sekarang arus kas ke pemasok utang modal dengan harga
pasar utang yang baru diterbitkan, maka akan didapat tingkat pengembalian yang diminta untuk
para pemberi pinjaman perusahaan. Tingkat pengembalian ini bagi para pemberi pinjaman
dapat dipandang sebagai biaya utang sebelum pajak badan (pajak penghasilan perusahaan).

Biaya utang setelah pajak, yang diwakili oleh ki, dapat diperkirakan melalui

Ki = Kd (1-t)
Di mana kd tetap sama dengan yang sebelumnya dibahas, dan t kini menjadi tarif pajak
marginal perusahaan. Oleh karena beban bunga dapat dikurangkan dari pajak, biaya utang
setelah pajak secara substansial akan kurang dari biaya sebelum pajak. Jika biaya sebelum
pajak, kd dalam Persamaan (1.1) hasilnya adalah 11% dan tarif pajak marginal (federal dan
negara bagian) adalah 40%, biaya utang setelah pajak akan menjadi

Ki = 11,00 (1-0,40) = 6,60%


Harus diingat bahwa biaya setelah pajak sebesar 6,60% dalam contoh ini mewakili biaya
marginal, atau biaya tambahan, dari utang tambahan. Nilai tersebut tidak mcwakili dana biaya
utang yang telah digunakan.

Yang tersirat dari perhitungan biaya utang setelah pajak tersebut adalah kenyataan bahwa
perusahaan memiliki penghasilan kena pajak. Jika tidak, maka tidak perusahaan tidak akan
mendapat keuntungan pajak yang tcrkait dengan pembayaran bunga. Maka, biaya utang
cksplisit perusahaan yang tidak memiliki penghasilan kena pajak adalah biaya sebelum pajak,
kd.

2. Biaya Saham Biasa


Biaya modal saham biasa baru biasanya lebih tinggi dari biaya modal laba ditahan, karena
penjualan saham baru memerlukan biaya emisi atau flotation cost. Biaya emisi akan
mengurangi penerimaan perusahaan dari penjualan saham.
Saham biasa merupakan surat bukti kepemilikan perusahaan yang tidak mempunyai ak-hak
istimewa seperti Saham Preferen. Deviden Saham biasa akan dibayarkan apabila perusahaan
memperoleh Laba, akan tetapi jika perusahaan rugi, maka deviden tidak dibagikan. Oleh
karena, deviden dibayarkan jika perusahaan memperoleh laba maka diharapkan ada
pertumbuhan deviden dari tahun ke tahun . Hal tersebut berarti terdapat harapan peningkatan
laba dari tahun ke tahun.

Biaya Modal Saham Biasa di hitung sebagai berikut:

D / Pn

Kc = X 100% + g
Dimana:

Kc = Biaya Modal atau Cost of Capital

D = Deviden yang Dibayarkan

Pn = Penerimaan Bersih

g = Growth, % pertumbuhan deviden

Contoh:[4]
Kedaton menerbitkan Saham Biasa sejumlah 1000 lembar dengan nominal Rp. 7.500,- dijual
dengan harga pasar Rp.7.000,-; biaya emisi Rp.100,- /lembar dan rencana deviden dibayarkan
sebesar Rp.1.200,-/pertahun dengan tingkat pertumbuhan 5%.
Kc = (1.200.000,- / (7.000.000,- – 100.000,-) x 100% )+ 5% = 22,39 %

3. Biaya Saham Preferen


Saham preferen mempunyai karakteristik kombinasi antara utang dengan modal sendiri atau
saham biasa. Salah satu ciri saham preferen yang menyerupai utang adalah adanya penghasilan
tetap bagi pemiliknya (Warsono, 2003: 143).

Menurut Weston dan Brigham (1990: 107), biaya saham preferen adalah tingkat pengembalian
yang dipersyaratkan oleh investor atas saham preferen perusahaan.

Rumus:
Kps = D / P
Dimana :

Kps = biaya saham preferen

D = dividen saham preferen tahunan

P = harga saham preferen per lembar[5]

4. Biaya Laba Ditahan


Biaya laba ditahan adalah sama dengan Ks atau Tingkat keuntungan yang disyaratkan investor
pada saham biasa perusahaan yang bersangkutan. Ada 3 cara untuk menghitung Ks yaitu:

1. Pendekatan CAPM (Capital Asset Pricing Model).


Ks = Bunga bebas resiko + premi resiko

Ks = krf + (kM – krf) . bi

dimana:

Ks = tingkat keuntungan yang disyaratkan pada saham perusahaan i,

krf = bunga bebas resiko,

kM = tingkat keuntungan yang disyaratkan pada portofolio pasar/index pasar,

bi = beta (ukuran risiko sistematis) saham perusahaan i

1. Pendekatan Discounted Cash Flow (DCF) model.


Po = D1 /(1+Ks)1 + D2/ (1+Ks)2 +….+ Dn/ (1+Ks)n
Jika dividen bertumbuh secara konstan, kita gunakan Gordon Model:

Po=D1/(Ks – g) Maka : Ks=(D1/Po) + g


dimana:

D1 = dividen akhir periode


Po = harga saham pada wal periode

g = tingkat pertumbuhan dividen

1. Pendekatan Bond-Yield-Plus-Risk Premium


Ks = tingkat keuntungan obligasi perusahaan + premi risiko
Membeli saham biasa pada umumnya lebih berisiko daripada membeli obligasi yang
memberikan penghasilan yang tetap dan relatif pasti. Oleh karena itu investor yang membeli
saham biasa mengharapkan suatu premi risiko diatas tingkat keuntungan obligasi. Premi risiko
ini besarnya tergantung pada kondisi perusahaan dan kondisi perekonomian.[6]
5. Biaya Rata-rata Tertimbang
Biaya keseluruhan dari permodalan korporasi adalah rata-rata tertimbang dari setiap biaya
modal, dengan menimbang proporsi dari setiap tipe penggunaan modal, yaitu seperti berikut
ini:[7]
Ko = (% total capital structure x cost of capital setiap sumber dari setiap modal)
Ko = Wd . Kd + Wp . Kp + We . Ke + Ws . Ks

Di mana :

Wd = % capital supplied by debts


Wp = % capital supplied by preffered stock
We = capital supplied by external equity
Ws = capital supplied by retained earning (internal equity)
Rata-rata Tertimbang Biaya Modal (Weighted Average Cost of Capital). Berdasarkan hitungan
masing- masing biaya modal utang, modal saham biasa, dan biaya modal saham preferen maka
langkah selanjutnya dapat ditentukan rata- rata tertimbang biaya modal, dapat diilustrasikan
dalam hitungan berikut ini.[8]
Proporsi Jumlah Modal
Jumlah proporsi

Rp 30 juta 30 %
10 juta 10%
Debt
Preferred stock 60 juta 60 %

Common stock equity Rp 100 juta 100 %

Utang

Saham preferen Biaya modal


4,5 %
Biaya modal sendiri
8,0 %
Berdasarkan data diatas dapat
ditentukan WACOC : 12,0 %

Proportion Cost w. cost


(1) (2) (1) . (2)
Jenis surat berharga
Utang 30% 4,5% 1,35%
Saham preferen 10% 8,0% 0,80%

Modal saham biasa 60% 12,0% 7,20%

Biaya modal rata- rata tertimbang 9,35%

Daftar Pustaka
Tampubolon, Manahan P. Manajemen Keuangan (Finance Management). Bogor: Ghalia
Indonesia, 2005.
Horne, James C Van. Financial Management ”Prinsip-prinsip Manajemen
Keuangan”. Jakarta: Salmeba empat, 2005.
Mardiyanto, Handono. Inti Sari Manajemen Keuangan. Jakarta: PT Grasindo, 2009.
Tampubolon, Manahan P. Manajemen Keuangan (Finance Management). Bogor: Ghalia
Indonesia, 2005
Harmono. Manajemen Keuangan. Jakarta: Bumi Aksara, 2011.

Anda mungkin juga menyukai