Anda di halaman 1dari 20

A.

KONSEP BIAYA MODAL


Biaya modal (Cost of Capital) adalah biaya riil yang harus dikeluarkan oleh
perusahaan untuk memperoleh dana baik yg berasal dari hutang, saham preferen,
saham biasa, dan laba ditahan untuk mendanai suatu investasi atau operasi
perusahaan. Penentuan besarnya biaya modal ini dimaksudkan untuk mengetahui
berapa besarnya biaya riil yang harus dikeluarkan perusahaan untuk memperoleh
dana yang diperlukan.
Biaya modal dapat dihitung berdasarkan biaya untuk masing-masing
sumber dana atau disebut biaya modal individual. Biaya modal individual
dihitung tiap jenis modal. Namun apabila perusahaan menggunakan beberapa
sumber modal maka biaya modal yang dihitung adalah biaya modal rata-rata
tertimbang (Weightedf average cost of capital/WACC) dari seluruh modal yang
digunakan.
Konsep Biaya Modal erat hubungannya dengan konsep mengenai
pengertian tingkat keuntungan yang disyaratkan (required rate of return). Tingkat
keuntungan yang disyaratkan sebenarnya dapat dilihat dari dua pihak yaitu sisi
investor dan perusahaan. Dari sisi investor, tinggi rendahnya required rate of return
merupakan tingkat keuntungan (rate of return) yang mencerminkan tingkat resiko
dari aktiva yang dimiliki. Sedangkan bagi perusahaan yang menggunakan dana
(modal), besarnya required rate of return merupakan biaya modal (cost of capital)
yang harus dikeluarkan untuk mendapatkan modal tersebut. Biaya modal bisanya
digunakan sebagai ukuran untuk menentukan diterima atau ditolaknya suatu usulan
investasi (sebagai discount rate), yaitu dengan membandingkan tingkat
keuntungan (rate of return) dari usulan investasi tersebut dengan biaya modalnya.
B. JENIS-JENIS BIAYA MODAL
1) Biaya Modal Individual
2) Biaya Modal Keseluruhan – Biaya Modal Rata-Rata Tertimbang
a. Biaya Modal Hutang Jangka Pendek
b. Biaya Modal Hutang Jangka Panjang
c. Biaya Modal Saham Preferen
d. Biaya Modal Saham Biasa dan Laba Ditahan
C. FAKTOR YANG MENENTUKAN BIAYA MODAL
1) Faktor yang Tidak Dapat Dikendalikan Perusahaan
a. Tingkat Suku Bunga
Jika suku bunga dalam perkonomian meningkat, maka biaya utang juga
akan meningkat karena perusahaan harus membayar pemegang obligasi
dengan suku bunga yang lebih tinggi untuk memperoleh modal utang.
b. Tarif Pajak
Tarif Pajak digunakan dalam perhitungan biaya utang yang digunakan
dalam WACC, dan terdapat cara-cara lainnya yang kurang nyata dimana
kebijakan pajak mempengaruhi biaya modal.
2) Faktor yang Dapat Dikendalikan Perusahaan
a. Kebijakan Struktur Modal
Perhitungan WACC didasarkan pada tarif bunga setiap kompo-nen modal
dengan komposisi struktur modalnya. Sehingga jika struktur modalnya
berubah, maka biaya modalnya akan ber-ubah.
b. Kebijakan Dividen
Penurunan ratio pembayaran dividend mungkin dapat menye-babkan biaya
modal sendiri meningkat, sehingga MACC-nya naik.
c. Kebijakan Investasi
Akibat dari kebijakan investasi akan membawa dampak yang  berisiko.
Besar kecilnya risiko inilah yang akan mempengaruhi biaya modal.
D. FUNGSI BIAYA MODAL
1) Terkait dengan pajak yang dikenakan pada perusahaan.
Biaya modal yang dikenakan pada modal pinjaman berbeda dengan biaya
modal dari modal sendiri. Konsep perhitungan biaya modal didasarkan pada
perhitungan :
 Sebelum pajak (before tax basis)
Perlu disesuaikan dulu dengan pajak sebelum dilakukan peritungan
biaya modal rata-ratanya seperti obligasi.
 Setelah pajak (after tax basis)
2) Sebagai Discount Rate
Untuk menentukan diterima atau ditolaknya suatu usulan investasi yaitu
dengan membandingkan tingkat keuntungan (rate of return) dari usulan
investasi tersebut dengan biaya modalnya. Biaya modal di sini adalah biaya
modal yang menyeluruh (overall cost of capital).
Misalnya jika kita menggunakan metode Net Present Value
atau Profitability Index untuk menentukan diterima atau ditolaknya suatu
usulan investai, maka biaya modal berfungsi sebagai “discount rate” yang
digunakan untuk menghitung nilai sekarang dari proceeds dan pengeluaran
investasi.

PEMBAHASAN MENGENAI JENIS JENIS MODAL

A. BIAYA MODAL INDIVIDUAL


1) Biaya Modal Utang (Kd)
Biaya hutang dapat didefinisikan sebagai bagian yang harus diterima dari suatu
investasi agar tingkat hasil minimum para kreditor terpenuhi. Jika perusahaan
menggunakan obligasi sebagai sarana untuk memperoleh dana dari hutang
jangka panjang, maka biaya hutang adalah sama dengan Kd atau Yield To
Maturity (YTM)  yaitu tingkat keuntungan yang dinikmati oleh pemegang atau
pembeli obligasi.
Biaya hutang dapat dicari dengan cara :
a. Biaya Modal dari Hutang Jangka Pendek
Hutang jangka pendek seperti hutang perniagaan, hutang wesel,
kredit bank.
Kasus 1 :
Misalkan cash discount yang hilang selama 1 tahun sebesar Rp.5.000.000,-
dan hutang perniagaan rata-rata  Rp.50 juta.
Maka, Biaya modal sebelum pajak = 5 juta / 50 juta x 100% = 10%
Misal pajak 40% ;
Biaya modal sesudah pajak = 10% x (100% - 40%) = 6%
Kasus 2 :
Bank memberikan kredit jangka pendek sebesar Rp.100 juta dengan bunga
2% per bulan selama 8 bulan. Syarat aktiva yang dijadikan jaminan
harus diasuransikan selama umur kreditnya dengan premi asuransi Rp.5
juta.
Maka,
Uang yg diterima dari bank  = Rp. Pinjaman – (bunga 8 bln +
premi asuransi)
= Rp. 100 juta – (Rp.16 juta + Rp. 5
juta)
= Rp. 79 juta.

Beban yg sebenarnya di tanggung peminjam = Rp.21 juta

Jadi biaya kredit sebelum pajak = Rp.21 juta / Rp.79


juta x 100%

= 26%.

Biaya kredit per bulan = 26% / 8

= 3,25%

Misal tingkat pajak 25 %

Biaya modal sesudah pajak = 3,25% x(100% -


25%)

= 2,43 % per bulan.

b. Biaya Modal Jangka Panjang


Biaya modalnya dengan memperhitungkan jumlah neto yang
diterima dengan pengeluaran kas yang terjadi karena penggunaan dana
tersebut.
Kasus 1 :
Obligasi dikeluarkan dengan nominal per lembar Rp.100 juta  dan umurnya
10 tahun. Hasil penjualan neto yang diterima adalah Rp.97.000.000,- Bunga
obligasi 4% per tahun. Berapa cost of bond ?
Dana rata-rata selama 10 tahun = (100 jt + 97 jt) /2 = 98,5 jt
Selisihnya dialokasikan untuk 10 thn = 3 jt /10 thn
= 300.000 (+bunga), 
Bunga = 4% x 100 jt = 4 jt
Beban per tahun (average annual cost) = 4 jt + 300.000 = Rp4,3 jt
Menghitung biaya rata-rata per tahun = (4,3 jt /98,5 jt) x 100% =
4,4%
Misal tingkat pajak 25% ,
Maka, biaya modal = 4,4% x (100% - 25%) =
3,3%

2) Biaya Modal Saham Preferen


Biaya riil yang harus dibayar jika perusahaan menggunakan dana
dengan menjual saham preferen. Biaya saham  preferen adalah sama dengan
tingkat keuntungan yang dinikmati pembeli saham preferen.
Kp = Dp /Pn
Keterangan :
Kp = biaya saham preferen
Dp = deviden saham preferen
Pn  = harga saham preferen bersih yang diterima (harga setelah dikurangi
flotation cost)
Biaya penggunaan dana dari penjualan saham preferen (cost of preferred
stock) dihitung dgn membagikan deviden per lembar saham preferen (D p) dgn
harga neto (net Price) yg diperoleh dari penjualan saham preferen per
lembarnya.
Kasus 1 :
Suatu perusahaan mengeluarkan saham preferen yg baru dengan nilai nominal
Rp.10.000,- per lembar dan deviden sebesar Rp.600,- Penjualan neto saham
tersebut sebesar Rp.9.000,- per lembarnya. Berapa biaya modal saham
preferen (cost of preferred stock) ?
Biaya modal saham preferen = Dp / Pn
Biaya modal saham preferen = 600 / 9000 = 6,67%.
Jika ada biaya penerbitan (floatation cost) maka biaya modal saham preferen
dihitung atas dasar penerimaan kas bersih yang diterima (Pnet) :
k p = D P / Pnet
3) Biaya Modal Saham  Biasa
Merupakan biaya yang dikeluarkan perusahaan  yang memperoleh dana
dengan menjual saham biasa atau menggunakan laba ditahan untuk investasi.
Biaya modal saham biasa dan laba ditahan atau sering disatukan menjadi
biaya modal sendiri (biaya ekuitas) atau kadang-kadang disebut biaya modal
saham biasa saja. Biaya modal ekuitas merupakan biaya yang dikeluarkan
perusahaan yang memperoleh dana dengan menjual saham biasa atau
menggunakan laba ditahan untuk investasi.
Perusahaan dapat membagikan laba setelah pajak yang diperoleh sebagai
dividen atau menahannya dalam bentuk laba ditahan. Laba ditahan yang
digunakan untuk investasi kembali tersebut perlu diperhitungkan biaya
modalnya.
r s = D1 / P0 + g
Keterangan :
rs  = biaya modal ekuitas
D1 = Deviden saham yang diharapkan pada tahun pertama
P0 = harga saham saat ini
g = tingkat pertumbuhan
4) Biaya Laba Ditahan (Cost of Retained Earning) 
Biaya laba ditahan adalah sama dengan tingkat keuntungan yang
disyaratkan investor pada saham biasa perusahaan yang bersangkutan.
Dasarnya adalah  prinsip opportunity cost. Jika laba tidak ditahan, laba
tersebut dibagiakan dalam bentuk deviden. Jika laba tersebut ditahan berarti 
pemegang saham menginvestasikan kembali laba yang menjadi haknya  ke
perusahaan (flow back fund). 
Untuk menghitung biaya ekuitas (Ke) digunakan 2 model pendekatan,
yaitu :
a. Pendekatan  model Diskonto Dividen (Dividen Discount Model)
b. Pendekatan CAPM (Capital Asset Pricing Model)

Discounted Cash Flow (Aliran Kas Yang Didiskontokan)


Pada waktu kita membicarakan penilaian saham dengan pertumbuhan
konstan, harga saham bisa dituliskan sebagai berikut ini (modal mengenai
Nilai Waktu Uang).
Model yang digunakan untuk estimasi  adalah Gordon Model:
D1
Po =   ———
Ks – g
Maka,
D1
Ks =  ———–  + g
P0
Keterangan :
D1 = Deviden akhir periode
P0 = Harga saham awal periode
g = tingkat pertumbuhan deviden.
Biaya modal saham sama dengan dividend yield ditambah tingkat
petumbuhan.
Pendekatan CAPM (Capital Asset Pricing Model)
Model CAPM merupakan model penetapan biaya modal dg
menganalisis tingkat return saham i atau Ri yang diharapkan dg return pasar
(market return atau Rm) yg terjadi.
Besarnya tingkat rerturn saham yang diharapkan oleh investor ini
merupakan biaya modal yang harus dikeluarkan oleh emiten.
Model CAPM ini dipengaruhi oleh 3 faktor, yaitu :
 Besarnya Beta bunga bebas risiko (risk free rate, Rf),
 Risiko Sistematis yg ditunjukkan      oleh koefisien beta (b)
 Premium Risiko Pasar yang ditunjukkan oleh selisih antara return pasar
dengan return saham (Rm – Ri).

Rumus model CAPM adalah :

KS = Rf + b (Rm – Rf)

Keterangan :
Ks = tingkat keuntungan yang disyaratkan pada saham
perusahaan I,

Rf =Tingkat return bebas risiko

B = Koefisien beta saham

Rm = Return portofolio pasar yang diharapkan

3.1 Struktur Modal Optimal


Struktur modal adalah perimbangan / perbandingan hutang jangka
panjang dengan modal sendiri (Riyanto, 2001). Struktur modal merupakan
cermin dari kebijaksanaan perusahaan dalam menentukan jenis sekuritas
yang dikeluarkan, karena masalah struktur modal adalah erat hubungannya
dengan masalahkapitalisasi, dimana disusun dari jenis-jenis funds yang
membentuk kapitalisasi adalah struktur modalnya. Keputusan struktur
modal berkaitan dengan pemilihansumber dana baik yang berasal dari
dalam maupun dari luar, sangatmempengaruhi nilai perusahaan.
Sumber dana perusahaan dari internal berasal dari laba ditahan
dan depresiasi. Dana yang diperoleh dari sumber eksternal adalah dana
yangberasal dari para kreditur dan pemilik perusahaan. Pemenuhan
kebutuhan dana yang berasal dari kreditur merupakan utang bagi
perusahaan. Dana yang diperoleh dari para pemilik merupakan modal
sendiri. Kebijakan mengenai struktur modal melibatkan trade off antara
risiko dan tingkat pengembalian. Penambahan utang akan memperbesar
risiko perusahaan tetapi sekaligus juga memperbesar tingkat pengembalian
yang diharapkan. Risiko yang makin tinggi akibat membesarnya utang
cenderung menurunkan harga saham, tetapi meningkatkan tingkat
pengembalian yang diharapkan akan menaikkan harga saham tersebut.
Sruktur modal yang optimal adalah struktur modal yang mengoptimalkan
kesimbangan antara risiko dan pengembalian sehingga memaksimumkan
harga saham (Brigham dan Houston, 2001).

3.2 Pentingnya Kebijakan Struktur Modal


Struktur modal merupakan imbangan antara modal asing atau
hutang dengan modal itu sendiri. Misalnya perusahaan mempunyai hutang
baik jangka pendek atau hutang jangka panjang sebesar Rp 200.000.000, -
sementara modal itu sendiri yang dimiliki sebesar Rp 300.000.000, - maka
struktur modalnya adalah sebesar 40%, yaitu aktiva yang dimiliki oleh
perusahaan 40% dibelanjai dengan hutang dan 60% dibelanjai dengan
.modal sendiri. Perubahan struktur modal bisa menyebabkan perubahan
nilai perusahaan, sehingga muncul beberapa struktur teori modal. Teori
struktur modal menjelaskan apakah ada pengaruh perubahan struktur
modal terhadap nilai perusahaan. Dalamnya dengan struktur modal ini,
nilai perusahaan bisa diukur dengan harga saham atau biaya modal yang
dikeluarkan oleh perusahaan dalam memperoleh sumber dana yang
bersangkutan.
Teori struktur modal ini penting karena :
(1) setiap ada perubahan struktur modal akan mempengaruhi biaya modal
secara keseluruhan, hal ini disebabkan masing-masing jenis modal
mempunyai biaya modal itu sendiri-sendiri.
(2) Besarnya biaya modal total ini, akan digunakan sebagai cut of rate
pada pengambilan keputusan investasi. Oleh karena itu keputusan struktur
modal akan mempengaruhi keputusan investasi. Penggunaan dari masing-
masing jenis pengaruh pengaruh berbeda terhadap laba yang diperoleh
perusahaan. Penggunaan modal asing akan menurunkan keuntungan.

3.3 Komponen Struktur Modal


1. Hutang Jangka Panjang
Jumlah hutang di dalam neraca akan menunjukkan besarnya modal
pinjaman yang digunakan dalam operasi perusahaan. Modal pinjaman
ini dapat berupa hutang jangka pendek maupun hutang jangka panjang,
tetapi pada umumnya pinjaman jangka panjang jauh lebih besar
dibandingkan dengan hutang jangka pendek.
Menurut Sundjaja dan Barlian (2003), “hutang jangka panjang
merupakan salah satu dari bentuk pembiayaan jangka panjang yang
memiliki jatuh tempo lebih dari satu tahun, biasanya 5 – 20 tahun”.
Pinjaman hutang jangka panjang dapat berupa pinjaman berjangka
(pinjaman yang digunakan untuk membiayai kebutuhan modal kerja
permanen, untuk melunasi hutang lain, atau membeli mesin dan
peralatan) dan penerbitan obligasi (hutang yang diperoleh melalui
penjualan surat-surat obligasi, dalam surat obligasi ditentukan nilai
nominal, bunga per tahun, dan jangka waktu pelunasan obligasi
tersebut). Mengukur besarnya aktiva perusahaan yang dibiayai oleh
kreditur (debt ratio) dilakukan dengan cara membagi total hutang
jangka panjang dengan total asset. Semakin tinggi debt ratio, semakin
besar jumlah modal pinjaman yang digunakan di dalam menghasilkan
keuntungan bagi perusahaan.
Beberapa hal yang menjadi pertimbangan manajemen sehingga
memilih untuk menggunakan hutang menurut Sundjaja at. al (2003)
adalah sebagai berikut:
1. Biaya hutang terbatas, walaupun perusahaan memperoleh laba
besar, jumlah bunga yang dibayarkan besarnya tetap.
2. Hasil yang diharapkan lebih rendah daripada saham biasa.
3. Tidak ada perubahan pengendalian atas perusahaan bila
pembiayaan memakai
hutang.
4. Pembayaran bunga merupakan beban biaya yang dapat mengurangi
pajak.

2. Modal Sendiri
Menurut Wasis (1981), dalam struktur modal konservatif, susunan
modal menitikberatkan pada modal sendiri karena pertimbangan
bahwa penggunaan hutang dalam pembiayaan perusahaan
mengandung resiko yang lebih besar dibandingkan dengan
penggunaan modal sendiri. Menurut Sundjaja at al. (2003), “modal
sendiri/equity capital adalah dana jangka panjang perusahaan yang
disediakan oleh pemilik perusahaan (pemegang saham), yang terdiri
dari berbagai jenis saham (saham preferen dan saham biasa) serta laba
ditahan”. Pendanaan dengan modal sendiri akan menimbulkan
opportunity cost. Keuntungan dari memiliki saham perusahaan bagi
owner adalah control terhadap perusahaan.
Namun, return yang dihasilkan dari saham tidak pasti dan
pemegang saham adalah pihak pertama yang menanggung
resikoperusahaan. Modal sendiri atau ekuitas merupakan modal jangka
panjang yang diperoleh dari pemilik perusahaan atau pemegang
saham. Modal sendiri diharapkan tetap berada dalam perusahaan untuk
jangka waktu yang tidak terbatas sedangkan modal pinjaman memiliki
jatuh tempo. Ada 2 (dua) sumber utama dari modal sendiri yaitu:
a) Modal saham preferen
Saham preferen memberikan para pemegang sahamnya
beberapa hak istimewa yang menjadikannya lebih senior atau lebih
diprioritaskan daripada pemegang saham biasa. Oleh karena itu,
perusahaan tidak memberikan saham preferen dalam jumlah yang
banyak. Beberapa keuntungan penggunaan saham preferen bagi
manajemen menurut Sundjaja at. al (2003) adalah sebagai berikut:
1) Mempunyai kemampuan untuk meningkatkan pengaruh
keuangan.
2) Fleksibel karena saham preferen memperbolehkan penerbit
untuk tetap pada posisi menunda tanpa mengambil resiko.

b) Modal saham biasa


Pemilik perusahaan adalah pemegang saham biasa yang
menginvestasikan uangnya dengan harapan mendapat
pengembalian dimasa yang akan datang. Pemegang saham biasa
kadang-kadang disebut pemilik residual sebab mereka hanya
menerima sisa setelah seluruh tuntutan atas pendapatan dan asset
telah dipenuhi. Ada beberapa keunggulan pembiayaan dengan
saham biasa bagi kepentingan manajemen (perusahaan), menurut
Sundjaja at yaitu:
1). Saham biasa tidak memberi dividen tetap. Jika perusahaan dapat
memperoleh laba, pemegang saham biasa akanmemperoleh
dividen. Tetapi berlawanan dengan bunga obligasi yang sifatnya
tetap (merupakan biaya tetap bagi perusahaan), perusahaan tidak
diharuskan oleh hukum untuk selalu membayar dividen kepada
para pemegang saham biasa.
2).Saham biasa tidak memiliki tanggal jatuh tempo.
3).Karena saham biasa menyediakan landasan penyangga atas rugi
yang diderita para kreditornya, maka penjualan saham biasa akan
meningkatkan kredibilitas perusahaan.

3.4 Teori Struktur Modal


1) Agency Theory
Teori ini dikemukakan oleh Michael C. Jensen dan William H.
Meckling pada tahun1976 (Horne dan Wachowicz, 1998 dalam Saidi,
2004), yang menyebutkan bahwamanajemen merupakan agen dari
pemegang saham, sebagai pemilik perusahaan.Para pemegang saham
berharap agen akan bertindak atas kepentingan mereka sehingga
mendelegasikan wewenang kepada agen. Biaya yang ditimbulkan dari
pengawasan yang dilakukan oleh manajemen disebut biaya
agensi.Biaya agensi menurut Horne dan Wachowicz dalam Saidi
(2004) adalah biaya-biaya yang berhubungan dengan pengawasan
manajemen untuk menyakinkan bahwa manajemen bertindak konsisten
sesuai dengan perjanjian kontraktual perusahaan dengan kreditur dan
pemegang saham.
2) Signaling Theory
Isyarat atau signal menurut Brigham dan Houston (2001) adalah
suatu tindakan yang diambil manajemen perusahaan yang memberi
petunjuk bagi investor tentang bagaimana manajemen memandang
prospek perusahaan. Perusahaan dengan prospek yang menguntungkan
akan mencoba menghindari penjualan saham dan mengusahakan setiap
modal baru yang diperlukan dengan cara-cara lain, termasuk
penggunaan utang yang melebihi target struktur modal yang normal.
Pengumuman emisi saham oleh suatu perusahaan merupakan suatu
isyarat (signal) bahwa manajemen memandang prospek perusahaan
suram. Apabila suatu perusahaan menawarkan penjualan saham baru
lebih sering dari biasanya, maka harga sahamnya akan menurun,
karena menerbitkan saham baru berarti memberikan isyarat negatif
yang kemudian dapat menekan harga saham sekalipun prospek
perusahaan cerah.
3) Pecking Order Theory
Pecking order theory mengasumsikan bahwa perusahan bertujuan
untukmemaksimumkan kesejahteraan pemegang saham. Perusahaan
berusahamenerbitkan sekuritas pertama dari internal, retained earnings,
kemudian utangberisiko rendah dan terakhir ekuitas (Myers, 1984
dalamPerminas Pangeran,2004). Pecking order theory memprediksi
bahwa pendanaan utang eksternaldidasarkan pada defisit pendanaan
internal.
Dasar pemikirannya didasarkan pada penjelasan berikut ini, (Meyers,
1984 dalam Perminas Pangeran, 2004) :
a. Para manejer mengetahui lebih banyak tentang perusahaan
daripada investor uar, namun mereka enggan untuk menerbitkan
saham ketika percaya saham mereka adalah undervalued.
b. Investor memahami bahwa para manajer mengetahui lebih banyak
dan mereka mencoba menerbitkan sesuai waktu yang tepat.
c. Para manejer menginterpresentasikan keputusan untuk
menerbitkan ekuitas sebagai bad news, dan perusahaan dapat
menerbitkan ekiutas hanya pada harga discount.
d. Perusahaan yang bekerja berdasarkan filosofi pecking order theory
dan membutuhkan ekuitas eksternal kemungkinan tidak akan
memanfaatkan kesempatan investasi yang baik, karena saham tidak
dapat dijual pada “fair Price”.
Menurut Myers (1996) dalam Saidi (2004) perusahaan lebih menyukai
penggunaan pendanaan dari modal internal, yakni dana yang berasal
dari aliran kas, laba ditahan dan depresiasi. Urutan penggunaan
sumber dana dengan mengacu pecking order theory adalah internal
fund (dana internal), debt (utang), dan equity (modal sendiri) (Kaaro,
2003).

4) Trade Off Theory


Konsep trade off dalam balancing theory adalah menyeimbangkan
manfaat dan biaya dari penggunaan utang dalam struktur modal
sehingga disebut pula sebagai trade off theory (Brigham et al, 1999
dalam Kaaro, 2003). Berdasarkan teori Modigliani dan Miller (1996)
dalam Adler Haymans Manurung (2004), semakin besar utang yang
digunakan, semakin tinggi nilai perusahaan. Model Modigliani dan
Miller mengabaikan faktor biaya kebangkrutan dan biaya keagenan.
Struktur modal yang optimal dapat ditemukan dengan
menyeimbangkan antara keuntungan penggunaan utang dengan biaya
kebangkrutan dan biaya keagenan yang disebutmodel trade off
( Myers, 1984 dalam Perminas Pangeran, 2004). Perusahaan
mendasarkan keputusan pendanaan pada struktur modal yang optimal.
Struktur modal optimal dibentuk dengan menyeimbangkan manfaat
dari penghematan pajak atas penggunaan utang terhadap biaya
kebangkrutan. Penggunaan utang mengakibatkan peningkatan EBIT
yang mengalir ke investor, jadi semakin besar utang perusahaan,
semakin tinggi nilainya dan harga saham perusahaan. Contoh :Setiap
perusahaan pada tahap awal berdiri pasti memerlukan modal untuk
penetapan struktur modalnya, dan pada saat akan memperluas usaha
atau menggabungkan usahanya besar kemungkinannya
akan_melakukan perubahan struktur modal yang disebabkan adanya
perubahan modal atau tambahan modal. Bagi perusahaan susunan
struktur modal terbaik dikatakan sebagai Struktur Modal Optimum
Struktur modal optimum menurut pendekatan konservatif adalah
struktur modal yang menggunakan modal pinjaman maksimum 50%
dari total modal. Sedangkan menurut pendekatan biaya modal struktur
modal optimum adalah struktur modal yang dapat meminimumkan
rata-rata biaya modal perusahaan. Metoda biaya modal ini dapat
dianalisis dengan berbagai pendekatan, dan pendekatan yang dipilih
pada persoalan ini adalah Pendekatan Tradisional yang menyatakan
bahwa struktur modal optimum akan terjadi pada kondisi rata-rata
biaya modal minimum dan nilaiperusahaan maksimum.
Disini harus dilakukan analisis terhadap variabel-variabelyang
berpengaruh terhadap struktur modal perusahaan dan hubungannya
dengan penentuan nilai perusahaan. Sehingga harus ditentukan :
1. Variabel yang dominan terhadap struktur modal dengan
menggunakan Analisa Faktor.
2. Menentukan nilai perusahaan yang maksimum. Menurut Maness
(1988), ada beberapa faktor yang mempengaruhi penentuan
struktur modal yang optimal, yaitu:
a. Stabilitas Penjualan; Perusahaan dengan penjualan yang
relative stabil dapatlebih aman memperoleh lebih banyak
pinjaman dan menanggung beban tetapyang lebih tinggi
dibandingkandengan perusahaan yang penjualannya tidakstabil.
b. Operating Leverage; Perusahaan yang mengurangi leverage
operasinya lebih mampu untuk menaikkan penggunaan
leverage keuangan (hutang).
c. Corporate Taxes; Karena bunga tax-deductable, ada sebuah
keuntungan jika menggunakan hutang. Marginal tax rate
perusahaan yang lebih tinggi, maka keuntungan menggunakan
hutang akan lebih tinggi, semua yang lainnya dianggap sama.
d. Kadar risiko dari aktiva; Tingkat atau kadar risiko dari setiap
aktiva didalam perusahaan adalah tidak sama. Makin panjang
jangka waktu penggunaan suatu aktiva didalam perusahaan,
makin besar derajat risikonya. Dan perkembangan dan
kemajuan teknologi serta ilmu pengetahuan yang tiada henti,
dalam artian ekonomis dapat mempercepat tidak digunakannya
suatu aktiva, meskipun dalam artian teknis masih dapat
digunakan.
e. Lenders dan rating agencies; Jika perusahaan menggunakan
hutang semakin berlebih, maka pihak lenders akan mulai.
Untuk menentukan struktur modal yang optimum, digunakan konsep
cost of capital. Dengan perhitungan cost of capital hutang obligasi, cost of
capital emisi saham baru, cost of capital saham biasa, cost of capital laba
ditahan, dan weighted average cost of capital. Dan struktur modal yang
optimum tercapai apabila biaya modal rata-rata tertimbang adalah rendah.
Karena biaya modal ini berhubungan dengan profitabilitas, maka pada saat
struktur modal optimum diperhitungkan pula tingkat profitabilitas dengan
cara ROA dan ROE.
Untuk menghitung besarnya biaya modal dalam kaitanya dengan
struktur modal dan nilai perusahaan digunakan beberapa rumus berikut:
a) Rumus pertama untuk menghitung return
obligasi: Ki = I/B
Dimana : I = bunga hutang tahunan, B = Nilai pasar obligasi yang
beredar Ki = Return dari obligasi.
b) Rumus kedua untuk menghitung return saham
biasa : Ke = E/S
Dimana : E = Laba untuk pemegang saham biasa, S = Nilai pasar
saham biasa yang beredar, Ke = Return dari saham biasa.
c) Rumus ketiga untuk mengitung return bersih
perusahaan: Ko = O/V
Dimana : O = Laba operasi bersih, V = Total Nilai perusahaan, Ko =
Return bersih perusahaan.

Soal Dan Penyelesaian Struktur Modal Optimal

Perusahaan BANGUN PERSADA diperkirakan akan mendapatkan


laba operasi (EBIT) sebesar Rp 50.000.00,-. Perusahaan mempunyai
aktiva
sebesar Rp 500.000.00.- dengan beberapa alternatif struktur modal
sebagai berikut.
Hutang Bunga Return diharapkan
Rp 100.000.000 10 % 15 %
Rp 200.000.000 11 % 16%
Rp 300.000.000 12 % 17%

Dari Data tersebut diatas :


a. Hitunglah nilai pasar perusahaan dan biaya modal masing-masing
struktur modal
tentukan struktur modal yang optimal
Jawab :
a. Menghitung besar nya nilai
Perusahaan (Dalam Juta rupiah)
Keterangan Hutang Hutang Hutang
100.000 Rp 200.000 Rp 300.000
Laba 50.000 50.000 50.000
operasi
Bunga 10.00 22.000 36.000
Laba Untuk 40.000 28.000 14.000
pemilik
Biaya modal 0,15 0,16 0,17
sendiri
Nilai Pasar 266,667 175.00 82.353
MS
Biaya 0,10 0,11 0,12
hutang
Nilai pasar 100.000 200.000 300.000
hutang
Nilai 366,667 375.000 382.253
perusahaan
Biaya modal 13,64% 13,33% 13,08 %
pers.

b. Dari perhitungan tersebut diatas ternyata struktur modal yang optmal


adalah yang menggunakan hutang Rp 300.000.000,- karena
menghasilkan nilai perusahaan yang lebih besar.
4.1 Kesimpulan
 Biaya modal (Cost of Capital) adalah biaya riil yang harus
dikeluarkan oleh perusahaan untuk memperoleh dana baik yg berasal
dari hutang, saham preferen, saham biasa, dan laba ditahan untuk
mendanai suatu investasi atau operasi perusahaan. Penentuan
besarnya biaya modal ini dimaksudkan untuk mengetahui berapa
besarnya biaya riil yang harus dikeluarkan perusahaan untuk
memperoleh dana yang diperlukan.
 Biaya modal dapat dihitung berdasarkan biaya untuk masing-masing
sumber dana atau disebut biaya modal individual. Biaya modal
individual dihitung tiap jenis modal. Namun apabila perusahaan
menggunakan beberapa sumber modal maka biaya modal yang
dihitung adalah biaya modal rata-rata tertimbang (Weightedf average
cost of capital/WACC) dari seluruh modal yang digunakan. Ada
banyak cara dalam menghitung Biaya Modal, Antara lain :
1. Biaya Modal Individual
2. Biaya Modal Keseluruhan – Biaya Modal Rata-Rata
Tertimbang
a. Biaya Modal Hutang Jangka Pendek
b. Biaya Modal Hutang Jangka Panjang
c. Biaya Modal Saham Preferen
d. Biaya Modal Saham Biasa dan Laba Ditahan
 Teori struktur modal terdiri dari agency theory, signalling theory,
packing order theory, dan trade off theory.
DAFTAR PUSTAKA

Putra, Y. M., (2017). Analisis Konsep Biaya Modal. Modul


Kuliah Manajemen Keuangan. FEB-Universitas Mercu
Buana: Jakarta.

Sujoko. 2007. “Teori Struktur Modal : sebuah survey”.


https://media.neliti.com/media/publications/77910-ID-none.pdf, diakses 20
November 2020 pukul 22:50.

Kuncoro, Dwi Setiyo dan R. Rustam Hidayat.2014. “Penetapan Struktur


Modal Optimum Dalam Hubungannya Dengan Biaya Modal Dan Nilai
Perusahaan”. administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id Dikutip 20 November
2020.

Anda mungkin juga menyukai