Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang                      

Biaya modal adalah sebuah konsep dinamis yang dipengaruhi oleh bermacam-

macam faktor ekonomi dan perusahaan. Struktur dasar dari biaya modal dibuat dengan

beberapa asumsi yang berhubungan dengan risiko dan pajak. Biaya modal diperkirakan

untuk suatu waktu tertentu. Biaya modal mencerminkan rata-rata biaya permodalan yang

akan datang berdasarkan data yang tersedia. Pandangan ini sesuai dengan penggunaan

biaya modal untuk membuat keputusan investasi jangka panjang.

Walaupun perusahaan mengumpulkan dananya sekaligus, biaya modal

mencerminkan hubungan aktivitas pembiayaan. Misalnya perusahaan hari ini menarik

dana dengan hutang, tetapi untuk yang akan datang digunakan modal sendiri seperti

saham biasa. Banyak perusahaan menggabungkan antara pembiayaan dengan hutang

maupun pembiayaan dengan modal sendiri secara optimal.

B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian dari biaya modal (cost of capital) dan Faktor-faktor apa saja yang

mempengaruhi biaya modal?

2. Bagaimana perhitungan biaya hutang dan biaya saham preferen (cost of preferred

stock)?

3. Bagaimana perhitungan biaya laba ditahan (cost of retained earning)?

4. Bagaimana perhitungan biaya penerbitan saham baru (cost of issued common stock)?

5. Apa pengertian dan bagaimana perhitungan dari weighted average cost of capital

(WACC)?
6. Apa pengertian dan bagaimana perhitungan dari marginal cost of capital (MCC)?
BAB I

PEMBAHASAN

A.        Pengertian Biaya Modal (Cost Of Capital)

Modal yang dibutuhkan untuk membiayai operasi perusahaan terdiri atas modal

asing dan modal sendiri. Modal asing merupakan modal yang berasal dari pinjaman para

kreditur, supplier, dan perbankan. Sedangkan modal sendiri merupakan modal yang

berasal dari pihak perusahaan baik dari pemilik perusahaan maupun laba yang tidak

dibagi.

Biaya modal (cost of capital) adalah biaya riil yang harus dikeluarkan oleh

perusahaan untuk memperoleh dana baik yang berasal dari hutang, saham preferen,

saham biasa, maupun laba ditahan untuk mendanai suatu investasi atau operasi

perusahaan. Penentuan besarnya biaya modal ini dimaksudkan untuk mengetahui berapa

besarnya biaya riil yang harus dikeluarkan perusahaan untuk memperoleh dana yang

diperlukan.

Perhutungan biaya penggunaan modal sangatlah penting berdasarkan 3 alasan,

yaitu ;

1. maksimisasi nilai perusahaan mengaharuskan biaya-biaya termasuk biaya modal

maksimumkan.

2. keputusan penganggaran modal (capita budgeting) memerlukan suatu estimasi tentang

biaya modal

3. keputusan lain sepeti leasing,modal kerja juga memerlukan estimasi biaya.

Biaya modal dapat diukur dengan “rate of return” minimum dari investasi baru

yang dikeluarkan perusahaan, dengan asumsi bahwa tingkat risiko dari investasi baru
sama dengan risiko dari aktiva yang dimiliki saat ini. Namun untuk hutang wesel ( notes

payable ) atau hutang jangka pendek yang berbunga dimasukkan dalam perhitungan rata-

rata tertimbang hanya jika hutang tersebut merupakan bagian dari pembelanjaan tetap

perusahaan, bukan pembelanjaan sementara. Sehingga dengan demikian pada umumnya

hutang jangka dan modal sendirinya yang merupakan unsur untuk menghitung rata-rata

tertimbang. Dengan demikian kita harus menghitung :

1. Biaya Hutang (Cost of Debt).

2. Biaya Saham Preferen (Cost of Preferen Stock).

3. Biaya Laba Ditahan (Cost of Retained Earning).

4. Biaya Saham Baru (Cost of New Common Stock).

Dalam proses investasi ada tiga hal yang perlu dipertimbangkan, yaitu: tingkat

pengembalian yang diharapkan (expected rate of return), tingkat risiko (rate of risk) dan

ketersediaan jumlah dana yang akan diinvestasikan (Tandelilin, 2010:11). Risiko merupakan

perbedaan antara hasil yang diharapkan (expected return) dan realisasinya (Zubir, 2010:19).

Semakin besar penyimpangan, maka semakin tinggi tingkat risiko yang dihadapi. Alasan bagi

investor ingin menanggung risiko adalah pandangan mereka terhadap tingkat pengembalian

yang positif, sehingga investor berusaha mencari jalan untuk menekan risiko investasi yang

akan dihadapi sekecil mungkin dengan melakukan diversifikasi investasi pada berbagai

intrumen investasi (Zubir, 2010:1).

Teori portofolio berkaitan dengan estimasi investor terhadap ekspektasi risiko dan

pengembalian dengan mengkombinasikan aset ke dalam diversifikasi portofolio yang efisien.

Tujuannya adalah berusaha mencapai saham yang efisien, yang berarti saham dengan risiko

tertentu akan mendapatkan return yang maksimal. Efisiensi portofolio merupakan suatu
portofolio yang menyajikan return yang tinggi dengan tingkat risiko yang rendah, atau return

yang sama dengan tingkat risiko yang berbeda. Tandelilin (2010:116) mengungkapkan saham

efisien dapat ditentukan dengan memilih tingkat return ekspektasi tertentu, kemudian

meminimumkan risikonya atau meminimumkan tingkat risiko tertentu, kemudian

memaksimalkan return ekspektasinya atau saham dengan tingkat pengembalian individu yang

lebih besar dari tingkat pengembalian yang diharapkan.

Berdasarkan prinsip tersebut, maka Capital Asset Pricing Model (CAPM) digunakan

untuk menentukan keuntungan (expected return) yang layak untuk suatu investasi dengan

mempertimbangkan risiko investasi. CAPM merupakan sebuah model yang menggambarkan

hubungan antara risiko dan return yang diharapkan. Model ini digunakan dalam penilaian

harga sekuritas. CAPM memberikan prediksi yang tepat antara hubungan risiko sebuah aset

dan tingkat harapan pengembalian (expected return). Risiko saham dalam CAPM diukur

dengan beta (β). Pada CAPM, semakin besar koefisien beta, maka akan semakin besar pula

return suatu saham dan juga semakin berisiko. Dalam CAPM, tingkat pengembalian yang

diharapkan ditentukan oleh tingkat pengembalian pasar, tingkat pengembalian bebas risiko

dan risiko sistematis/beta.           

B.     Faktor Yang Mempengaruhi Biaya Modal dan Fungsi Biaya Modal

Faktor Biaya Modal         :

1. Faktor yang Tidak Dapat Dikendalikan Perusahaan.

 Tingkat Suku Bunga.

Jika suku bunga dalam perkonomian meningkat, maka biaya utang juga akan

meningkat karena perusahaan harus membayar pemegang obligasi dengan suku

bunga yang lebih tinggi untuk memperoleh  modal utang.


 Tarif Pajak.

Tarif Pajak digunakan dalam perhitungan biaya utang yang digunakan dalam

WACC, dan terdapat cara-cara lainnya yang             kurang nyata dimana kebijakan

pajak mempengaruhi biaya modal.

2. Faktor yang Dapat Dikendalikan Peusahaan.

 Kebijakan Struktur Modal.

Perhitungan WACC didasarkan pada tarif bunga setiap kompo-nen modal

dengan komposisi struktur modalnya. Sehingga jika struktur modalnya berubah,

maka biaya modalnya akan ber-ubah.

 Kebijakan Dividend.

Penurunan ratio pembayaran dividend mungkin dapat menye-babkan  biaya

modal sendiri meningkat, sehingga MACC-nya naik.

 Kebijakan Investasi.

Akibat dari kebijakan investasi akan membawa dampak yang berrisiko. Besar

kecilnya risiko inilah yang akan mempengaruhi biaya modal.

Fungsi biaya modal          :

-    Perhitungan biaya modal sangat erat kaitannya dengan pajak yang   dikenakan kepada

perusahaan. Konsep perhitungan biaya modal            dapat didasarkan kepada perhitungan

sebelum pajak (before tax      basis) atau perhitungan setelah pajak (after tax basis).

-    Biaya modal biasanya digunakan sebagai ukuran untuk menentukan            diterima atau

ditolaknya suatu usulan investasi (sebagai discount rate), yaitu dengan membandingkan

tingkat keuntungan (rate of      return) dari usulan investasi tersebut dengan biaya

modalnya.
C. Biaya Hutang (Cost Of Debt)

Biaya modal utang merupakan tingkat keuntungan yang disyaratkan pemberi

pinjaman atas investasi perusahaan yang dibelanjai dengan utang. Biaya modal utang harus

ditanggung perusahaan karena perusahaan menggunakan utang untuk mendanai

investasinya. Perhitungan biaya utang lebih mudah dibandingkan dengan biaya modal

saham biasa, karena biaya modalnya bersifat eksplisit atau tingkat suku bunga dari hutang

baru, bukanya dari utang yang masih belum dibayar; atau dengan kata lain kita akan

tertarik pada biaya marginal. Biaya modal utang dapat dihitung dengan rumus sebagai

berikut :

Kd = l + ( n – Nb)/n
(Nb + N)/2
Keterangan :

P0 = Harga pasar atau harga jual surat utang yang diterbitkan perusahaan

n = jangka waktu jatuh tempo utang

It = besarnya bunga yang dibayarkan pada periode t

P = nilai pelunasan pokok utang pada periode

kd = biaya modal utang sebelum pajak

Contoh:

Suatu perusahaan ingin membelanjai investasinya sebesar Rp. 1.000.000,- dengan

mengeluarkan obligasi sebanyak 1000 lembar dengan nilai nominal Rp. 1000 per lembar.

Obligasi dijual dengan harga sama dengan nilai nominal. Tingkat bunga obligasi sebesar

8% per tahun dan bunga dibayarkan setiap tahun. Obligasi jatuh tempo dalam waktu 10

tahun
Berdasarkan contoh tersebut, perusahaan harus membayar bunga setiap tahun sebesar Rp.

80.000,- dan pada akhir tahun ke-10 perusahaan melunasi pokok pinjaman sebesar sebesar

Rp. 1.000.000,- dengan demikian besarnya biaya modal obligasi (kd) dapat dihitung

sebagai berikut:

Rp.1.000.000=(Rp.80.000)/〖(1+kd)〗^( 1) +(Rp.80.000)/〖(1+kd)〗^( 2) +⋯ +

(Rp.1.080.000)/〖(1+kd)〗^( 10)

Karena obligasi yang dijual dengan harga sama dengan nilai nominal, maka biaya modal

obligasi (kd) adalah sama YTM (yield to maturity) dari obligasi tersebut, yaitu : kd = 8%.

Dengan kata lain, jika perusahaan tidak mampu menghasilkan internal rate of return sebesar

8% dari investasi yang dilakukan, maka perusahaan tidak akan sanggup untuk membayar

bunga dan nilai pokok dari obligasi tersebut.

Karena kd adalah biaya modal utang obligasi sebelum pajak, maka biaya modal utang obligasi

setelah pajak dapat dihitung sebagai berikut :Biaya hutang setelah pajak ( after-tax cost of

debt), Kd(1-T) digunakan untuk menghitung rata-rata tertimbang biaya modal, dan merupakan

tingkat suku bunga utang Kd, dikurangi pengurangan pajak yang terjadi, karma bungan adalah

pengurangan pajak. Cara ini sama dengan K d dikaliakan (1-T), dimana T adalah tariff pajak

marginal perusahaan.     

Komponen biaya = tingkat suku bunga – pengurangan pajak setelah

pajak                               = Kd                                 -               KdT

     = Kd(1-T)
Alasan kita menggunakan biaya hutang setelah pajak dalam menghitung rata-rata

tertimbang adalah nilai saham dari perusahaan, yang ingin dimaksimalkanakan bergantung

pada arus kas setelah pajak

Keterangan :

Kd* = biaya utang setelah pajak

Kd = biaya utang sebelum pajak

t = tarif pajak pendapatan perusahaan

D.  Biaya saham preferen ( COST OF PREFEREN STOCK )

 Biaya Saham Preferen (Cost Of Preferred Stock)

Biaya modal saham preferen merupakan biaya riil yang harus dibayar apabila

perusahaan menggunakan dana dengan menjual saham preferen. Biaya modal saham

preferen diperhitungkan sebesar keuntungan yang disyaratkan oleh investor

pemegang saham preferen.

Saham preferen mempunyai karakteristik gabungan antara utang dengan

saham, karena merupakan bentuk kepemilikan (saham), tetapi deviden yang

dibayarkan mirip dengan bunga karena bersifat tetap. Perhitungan biaya modal

preferen mudah dilakukan, sama seperti perhitungan biaya utang. Parameter

diestimasi relatif jelas. Biaya saham preferen (kps) adalah :

Kps = Dps / P

Dimana:

kps = biaya saham preferen

Dps = deviden saham preferen

P = harga saham preferen


Misal perusahaan menjual saham preferen, kas masuk yang diterima adalah Rp. 1000 per

lembar. Deviden saham preferen adalah Rp. 250 per lembar.

Biaya modal saham preferen dihitung :

Karena deviden ( termasuk untuk saham preferen ) tidak mengurangi pajak, maka net pajak

tidak dihitung untuk biaya modal saham preferen. Angka 25% yang lebih tinggi dibandingkan

dengan biaya utang (20% dan 12,6% untuk net pajak) mencerminkan hal tersebut, disamping

risiko saham preferen yang lebih tinggi dibandingkan dengan resiko utang ( dari sisi investor).

E. Biaya laba ditahan (COST OF RETAINED EARNING)

Biaya Laba Ditahan / Ekuitas Eksternal (Cost Of Retained Earning)

Laba ditahan sering disebut sebagai sesuatu yang gratis, karena laba ditahan adalah uang

yang tersisa setelah dividen dibayar. Tapi, modal ini tetap memiliki biaya. Alasannya biaya

saldo laba ditahan berhubungan dengan prinsip biaya kesempatan (opportunity cost

principle). Laba setelah pajak adalah milik para pemegang saham.

Pemegang saham obligasi menerima kompensasi berupa pembayaran bunga dan

pemegang saham preferen berupa dividen preferen. Seluruh laba yang tersisa setelah bunga

dan dividen saham preferen adalah milik pemegang saham biasa. Manajemen dapat

membayarkan laba dalam bentuk dividen atua menahan laba untuk diinvestasikan kembali

ke dalam usaha. Jika manajemen memutuskan untuk menahan laba, maka ada biaya

kesempatan yang terlibat.

Ada beberapa pendekatan untuk menghitung biaya laba ditahan, yaitu sebagai berikut:

-          Pendekatan CAPM (Capital Asset Pricing Model)


Model CAPM (model penetapan harga aktiva modal) merupakan suatu model yang

digunakan untuk mengestimasi return suatu sekuritas dan memformulasikan return suatu

saham adalah sama dengan tingkat bunga bebas resiko ditambah premi resiko.

Formulasinya:

Keterangan:

k_(s ) : biaya ekuitas (saham biasa baru)

k_RF : tingkaat hasi bebas risiko

k_M : tingkat hasil pasar

b_i : beta

Contoh: Sebuah saham memiliki nilai k_RF = 8%, k_M = 13% dan b_i

= 0,7. Hitung k_(s )?

Jawab:

k_(s ) = k_RF +( k_M – k_RF)b_i

k_(s ) = 8% + (13% – 8%)(0,7)

= 8% + (5%)(0,7)

= 8%+ 3,5%

= 11,5%

Pendekatan imbal hasil divden ditambah tingkat pertumbuhan atau arus kas diskonto

(discounted cash flow/DCF)

Bagi perusahaan-perusahaan yang diharapkan akan terus beroperasi tanpa batas waktu,

arus kas adalah dividen. Sementara jika investor memperkirakan perusahaan akan diakuisisi oleh

perusahaan lain atau dilikuidasi, maka arus kas adalah dividen selama beberapa waktu ditambah
harga akhir ketika perusahaan diakuisisi atau dilikuidasi. Untuk penyederhaannya berlaku

persamaan:

Keterangan:

P_0 : harga saham saat ini

D_t : dividen yang diharapkan akan dibayarkan pada akhir tahun ke-t

k_s : biaya laba ditahan/ saham biasa/ ekuitas internal

g : pertumbuhan dividen

Jika dividen yang diharapkan tumbuh dengan tingkat yang konstan, maka formulasinya:

Jika mencari nilai k_s untuk mendapatkan tingkat pengembalian yang diminta atas

ekuitas biasa, bagi investor marginal akan sama dengan tingkat pengembalian yang

diharapkan.

Contoh:

Harga saham Allied dijual dengan harga sebesar $23, dividen berikutnya diharapkan

adalah $1,24 dan tingkat pertumbuhan yang diharapkan adalah 8%. Berapa besar laba

ditahan ?

Jawab:

k_s = ( D₀(1+g))/P+g=(D₁)/P+g

k_s = $1,24/$23 + 8%

= 5,4% + 8,0%

= 13,4%

Angka 13,4% adalah tingkat pengembalian minimum yang diharapkan akan diterima oleh

manajemen atas laba ditahan untuk memberikan penanaman kembali laba ke dalam usaha

dan bukan membayarkannya kepada pemegang saham sebagai dividen.


Pendekatan imbal hasil obligasi ditambah premi resiko

Biasanya perusahaan memperkirakan premi resiko sebesar 3 hingga 5 persen pada tingkat

suku bunga utang jangka panjang perusahaan tersebut.

Contoh :

Jika perusahaan Allied memberikan imbal hasil oblogasi 10% dan biaya premi risiko

sebesar 4%, maka biaya ekuitasnya dapat diestimasikan dengan cara sebagai berikut:

Jawab:

k_s = 10% + 4% = 14%

Biaya Penerbitan Saham Baru (Cost Of Issued Common Stock)

Perusahaan biasanya menggunakan bankir investasi (biaya emisi) ketika menerbitkan

saham biasa, preferen atau obligasi. Sebagai imblan atas pembayaran tersebut, bankir

investasi akan membantu perusahaan menyusun persyaratan-peersyaratan dan menentukan

harga emisi dan kemudian menjualnya kepada para investor. Formulasi biasya saham baru:

Keterangan:

k_e : biaya saham biasa baru/ ekuitas eksternal

D_1 : dividen yang diharapkan akan dibayarkan pada akhir tahun

Dg : pertumbuhan dividen

P : harga saham biasa per lembar

f : biaya penerbitan/ emisi (%)

Contoh:
Harga saham Allied dijual dengan harga sebesar $23, dividen berikutnya diharapkan

adalah $1,24, tingkat pertumbuhan yang diharapkan adalah 8% dan biaya emisi 10%.

Berapa biaya saham biasa baru ?

Jawab:

k_ncs= ( D₀ (1+g))/(P (1-f))+g=(D₁)/(P (1-f))+g

k_ncs = $1,24/($23(1-0,10)) + 8%

= $1,24/$20,70 + 8,0%

= 6,0% + 8,0%

= 14,0%

F. Biaya Modal Secara Keseluruhan.

Tingkat  biaya  modal  yang  harus  dihitung  perusahaan  adalah  tingkat  biaya  mod

al  secara

keseluruhan.  Perhitungannya  menggunakan  konsep  Weighted  Average  Cost  of  Capita

l (WACC).

Komponen Biaya Masing-Masing Jumlah Persentas

Modal Komponen

Modal
Bond Payable 10% $ 100,000 20%
Preferred Stoc 15 100,000 20

k
Common Stoc 21 300,000 60

k
$ 500,000 100%
  Tambahan Modal.

Tambahan  modal  akan  dapat  mengakibatkan  kenaikan  marginal  cost  of  capital (MCC

),  sehingga  WACC-nya  naik,  apabila  tambah-an  modal  tersebut  begitu

besarnya sehingga perusahaan harus melakukan emisi saham baru. Agar supaya

tambahan  modal  tidak  menaikan  WACC,  maka  tambahan  modal  harus

memperhatikan besarnya laba ditahan pada periode tersebut.

Besarnya  tambahan  modal  yang  diperlukan  supaya  tidak  mening-katkan  WACC

dapat dihitung dengan rumus sbb :

Tingkat biaya menggunakan modal yang harus diperhitungkan oleh perusahaan adalah

tingkat biaya penggunaan modal perusahaan secara keseluruhan. Oleh karena biaya dari

masing-masing sumber dana itu berbeda-beda maka untuk menetapkan biaya modal dari

perusahaan secara keseluruhan perlu menghitung “weighted average” dari berbagai sumber

dana tersebut.

Rata-rata tertimbang biaya modal (weighted average cost of capital) adalah laba dari

investasi baru dengan risiko rata-rata yang perusahaan harus harapkan untuk mempertahankan

harga saham. Biaya modal pada dasarnya merupakan biaya modal rata-rata tertimbang dari

biaya modal individual.

Keterangan:

WACC            : biaya modal rata-rata tertimbang

〖 k〗_d : biaya utang

w_d                 : proporsi utang terhadap total dana jangka panjang


k_ps                 : biaya saham preferen

w_ps                : proporsi saham preferen terhadap total dana jangka panjang

k_cs                 : biaya saham biasa

w_cs                : proporsi saham biasa terhadap total dan jangka pendek

  Marginal Cost of Capital (MCC).

Adalah biaya yang dikeluarkan untuk mendapatkan tambahan ru-piah modal baru;

biaya rata-rata tertimbang dari rupiah terakhir modal baru yang diperoleh. Skedul

biaya modal marginalnya sbb :

MCC tetap, karena setiap rupiah tambahan modal baru mempunyai biaya sebesar 15%.

 Skedul Biaya Modal Marginal

Jika  tambahan  modal  lebih  besar  dari  Rp  200  juta,  misalkan  Rp  500  juta  berarti

perusahaan  harus  menerbitkan  saham  baru,  sehing-ga  WACC-nya  naik  menjadi

11,46%.

  Modal dari Depresiasi.

Biaya   modal   dari   depresiasi   sama    dengan    biaya   modal   rata-rata   sebelum

menggunakan modal yang berasal dari emisi saham baru.

 Skedul Oportunitas Investasi (IOS).

Merupakan sebuah grafik dari oportunitas investasi perusahaan yang diberi peringkat

berdasarkan tingkat pengembalian proyek tersebut


Tambahan biaya modal rata-rata tertimbang akibat bertambahnya satu rupiah dana jangka

panjang (baik yang berasal dari utang, saham preferen, dan saham biasa) disebut sebagai

biaya modal marginal (marginal cost of capital/MCC).

Contoh:

Perusahaan manufaktur mempunyai struktur modal sebagaimana berikut (dalam juta

rupiah):

Sumber Dana Jumlah Proporsi Biaya

Obligasi Rp. 180,00 30% 7,20%

Saham Preferen Rp. 60,00 10% 10,00%

Saham Biasa Rp. 360,00 60% 14,19%

Rp. 600,00 100%

WACC 11,67%

Informasi Tambahan:

Dividen dibayarkan pada akhir tahun sebesar Rp. 700,00 per lembar. Harga pasar per

lembar Rp. 8.000,00. Tingkat pertumbuhan dividen 5% per tahun. Biaya utang (obligasi)

sebesar 7,2% sudah dipotong pajak.

Untuk membiayai investasi barunya, perusahaan membutuhkan laba ditahan (saham biasa)

sebesar Rp. 120 juta. Andaikata perusahaan ingin tetap mempertahankan proporsi struktur

modalnya, maka total modal yang dibutuhkan haruslah sebesar RP. 200 juta (Rp. 120

juta/0,6).

Utang = 30% x Rp. 200 juta = Rp. 60 juta

Saham Preferen = 10% x Rp. 200 juta = Rp. 20 juta

Saham Biasa = 60% x Rp. 200 juta = Rp. 120 juta


Apabila modalnya tidak Rp. 200 juta, jumlah laba ditahan (saham biasa) tidak akan sebesar

Rp. 120 juta (jumlah yang dibutuhkan perusahaan). Sekarang perusahaan membutuhkan

total modal lebih dari Rp. 200 juta (misalnya, Rp. 250 juta). Hal itu berarti bahwa

perusahaan harus mempunyai laba ditahan sebesar Rp. 150 juta (0,6 X Rp. 250 juta).

 Jumlah laba ditahan yang dimiliki perusahaan hanya berjumlah Rp. 120 juta. Untuk

menutup kekurangannya sebesar Rp. 30 juta, perusahaan harus menerbitkan saham biasa

baru. Untuk menerbitkan saham biasa baru, perusahaan mengeluarkan biaya emisi sebesar

3%. Hal itu akan berdampak pada meningkatnya biaya saham biasa dan WACC.

K_ncs=(700 (1+5%))/(8.000 (1-3%))+5%=14,47%

WACC = (7,2% x 30%) + (10% x 10%) + (14,47% x 60%) = 11,84%

Jadi, jika kebutuhan modal melebihi Rp. 200 juta, WACC perusahaan akan naik dari

11,67% menjadi 11,84%. Dengan kata lain, untuk setiap penambahan Rp. 1,00, WACC

akan meningkat menjadi 11,84%. Inilah yang disebut dengan biaya modal marginal.

Adapun titik patahan, ditunjukkan oleh angka Rp. 200 juta, batas tambahan modal yang

menaikkan WACC dari 11,67% menjadi 11,84%.

Perusahaan Ambalat mempunyai struktur modal sebagai berikut:

(dalam milyar rupiah)

Sumber Dana Nilai Buku Proporsi Biaya

Obligasi Rp. 320 40% 9%

Saham Preferen Rp. 120 15% 12%

Saham Biasa Rp. 360 45% 16%

Rp. 800 100%


Biaya modal rata-rata tertimbang

= 40% (9%) (1-30%) +15% (12%) + 45% (16%)

= 11,52%

Titik patahan=20/0,4=Rp.50 milyar

Biaya modal marginal

= 40% (10%) (1-30%) + 15% (12%) + 45% (16%)

= 11,80%
BAB III

PENUTUP

A.        KESIMPULAN

-          Biaya modal adalah biaya riil yang harus dikeluarkan oleh perusahaan untuk

memperoleh dana baik hutang, saham preferen, saham biasa, maupun laba ditahan untuk

mendanai suatu investasi perusahaan.

-          Biaya modal (Cost of Capital) merupakan biaya yang harus dikeluarkan atau dibayar

oleh perusahaan untuk mendapatkan modal yang diguna-kan untuk investasi perusahaan.

-          Faktor- faktor biaya modal di perusahaan diantaranya:

1.      Faktor yang Tidak Dapat Dikendalikan Perusahaan.

  Tingkat Suku Bunga.

  Tarif Pajak.

2.      Faktor yang Dapat Dikendalikan Peusahaan.

  Kebijakan Struktur Modal.

  Kebijakan Dividend.

  Kebijakan Investasi.

-          Jadi biaya modal itu sangat berpengaruh besar bagi perusahaan untuk menjalankan

aktifitas perusahaan karenan biaya modal bisa dijadikan patokan perusahaan untuk

mengetahui apakah perusahaan tersebut mendapatkan profit yang tinggi apa tidak.

-          Capital budgeting decision mempunyai pengaruh yang besar pada perusahaan

dan capital budgeting yang baik akan memerlukan ramalan akan cost of capital yang tepat.


DAFTAR PUSTAKA

Martono dan D. Agus Harjito. Manajemen Keuangan. 2001. Yogyakarta: Ekonisia

Sudana, I Made. Manajemen Keuangan Perusahaan, Teori dan Praktis. 2011. Surabaya:

Erlangga

Hanafi, Mamduh M.. Manajemen Keuangan. 2004. Yogyakarta: BPFE

Yulianto, Ali Akbar. Dasar-Dasar Manajemen Keuangan. 2006 Jakarta: Salemba Empat

Mardiyanto, Handono. Intisari Manajemen Keuangan. 2009. Jakarta: Grasindo

Riyanto, Bambang. Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan. 1995. Yogyakarta: BPFE

http://kamusbisnis.com/arti/rata-rata-tertimbang-biaya-modal/

https://kelastambahan.wordpress.com/tag/faktor-yang-mempengaruhi-biaya-modal/

Anda mungkin juga menyukai