CORPORATE VALUATION
KELOMPOK 4
PENYAJI
UNIVERSITAS UDAYANA
2019
BAB 10
BIAYA MODAL
Biaya modal merupakan konsep penting dalam analisis investasi karena dapat
menunjukkan tingkat minimum laba investasi yang harus diproleh dari investasi
tersebut. Jika investasi itu tidak dapat menghasilkan laba investasi sekurang-kurangnya
sebesar biaya yang ditanggung, maka investasi itu tidak perlu dilakukan. Lebih
mudahnya, biaya modal merupakan rata-rata biaya dana yang akan dihimpun untuk
melakukan suatu investasi. Dapat pula diartikan bahwa biaya modal suatu perusahaan
adalah bagian (suku rate) yang harus dikeluarkan perusahaan untuk memberi kepuasan
pada para investornya pada tingkat risiko tertentu.
Jenis-jenis biaya modal:
1. Biaya modal individual
Biaya modal dapat dihitung berdasarkan biaya untuk masing-masing sumber dana.
Biaya modal individual terdiri dari:
a. Biaya modal hutang:
Jangka pendek
Jangka panjang
b. Biaya modal saham preferen
c. Biaya modal ekuitas biasa:
Saham biasa
Laba ditahan
2. Biaya modal keseluruhan
Apabila perusahaan menggunakan beberapa sumber modal (asing dan individual)
maka biaya modal yang dihitung adalah biaya modal rata-rata tertimbang (Weighted
Average Cost of Capital/WACC) dari seluruh modal yang digunakan.
Konsep biaya modal berhubungan erat dengan konsep pengertian tingkat
keuntungan yang disyaratkan (required rate of return). Tingkat keuntungan yang
disyaratkan sebenarnya dapat dilihat dari dua pihak yaitu sisi investor dan perusahaan.
Dari sisi investor, tinggi rendahnya required rate of return merupakan tingkat
keuntungan (rate of return) yang mencerminkan tingkat resiko dari aktiva yang
dimiliki. Sedangkan bagi perusahaan yang menggunakan dana (modal),
besarnya required rate of return merupakan biaya modal (cost of capital) yang harus
dikeluarkan untuk mendapatkan modal tersebut. Biaya modal biasanya digunakan
sebagai ukuran untuk menentukan diterima atau ditolaknya suatu usulan investasi
(sebagai discount rate), yaitu dengan membandingkan tingkat keuntungan (rate of
return) dari usulan investasi tersebut dengan biaya modalnya.
Variabel-variabel yang mempengaruhi biaya modal:
Keadaan-keadaan umum perekonomian. Hal ini menentukan tingkat bebas risiko
atau tingkat hasil tanpa risiko.
Daya jual saham suatu perusahaan. Jika daya jual saham meningkat, maka tingkat
hasil minimum para investor akan turun dan biaya modal perusahaaan akan rendah.
Keputusan-keputusan operasi dan pembiayaan yang dibuat manajemen. Jika
manajemen menyetujui penanaman modal berisiko tinggi atau memanfaatkan utang
dan saham khusus secara ekstensif, maka tingkat risiko perusahaan bertambah. Para
investor selanjutnya meminta tingkat hasil minimum yang lebih tinggi sehingga
biaya modal perusahaan meningkat pula.
Besarnya pembiayaan yang diperlukan. Permintaan modal dalam jumlah besar akan
meningkatkan biaya modal perusahaan.
Asumsi-asumsi dalam model biaya modal diantaranya:
Risiko bisnis bersifat konstan
Risiko bisnis merupakan potensi tingkat perubahan return atas suatu
investasi. Tingkat risiko bisnis dalam suatu perusahaan ditentukan dengan
kebijakan manajemen investasi. Biaya modal merupakan suatu kriteria
investasi yang hanya tepat untuk suatu investasi yang memiliki risiko bisnis
setingkat dengan aktiva-aktiva yang telah ada.
Keterangan:
wd : Proporsi/persentase hutang
T : Pajak (tax)
C. BIAYA HUTANG
Biaya hutang (rd) dapat didefinisikan sebagai bagian yang harus diterima dari
suatu investasi agar tingkat hasil minimum para kreditor terpenuhi. Jika perusahaan
menggunakan obligasi sebagai sarana untuk memperoleh dana dari hutang jangka
panjang, maka biaya hutang adalah sama dengan rd. Langkah pertama dalam
memperkirakan biaya hutang adalah menentukan tingkat pengembalian yang
dibutuhkan oleh debtholders, atau rd.
Biaya hutang setelah pajak, rd (1-T); digunakan untuk menghitung biaya rata-
rata tertimbang modal. Hal ini karena kita ingin memaksimalkan nilai saham perusahaan
dan harga saham bergantung pada arus kas setelah pajak.
Contoh:
Jika NCC dapat meminjam pada tingkat bunga 11 persen, memiliki tingkat pajak federal
plus negara sebesar 40 persen, maka biaya hutang setelah pajak adalah:
rd (1-T) = 11% (1 - 0,4) = 11% (0,6) = 6,6%
D. BIAYA SAHAM PREFEREN
Biaya komponen saham preferen (rps) yang digunakan untuk menghitung biaya rata-rata
tertimbang modal, adalah dividen pilihan (Dps) dibagi dengan harga penerbitan bersih
(Pn), yang merupakan harga yang diterima perusahaan setelah dikurangi biaya
pengapungan:
Biaya flotasi untuk saham preferen lebih tinggi daripada untuk utang. Oleh karena itu,
dimasukkan ke dalam formula untuk biaya saham preferen.
Contoh:
Asumsikan bahwa NCC memiliki saham preferen yang membayar dividen $ 10 per saham
dan menjual seharga $ 100 per saham. Jika NCC mengeluarkan saham preferen baru, maka
akan menimbulkan biaya underwriting (flotasi) sebesar 2,5 persen atau $ 2,50 per saham.
Sehingga akan menghasilkan $ 97,50 per saham. Oleh karena itu, diperoleh biaya saham
preferen NCC adalah: rps = $ 10 / $ 97,50 = 10,3%
E. BIAYA SAHAM BIASA
Ada tiga metode biasanya digunakan untuk menghitung biaya saham biasa
(biaya ekuitas):
Model pendekatan penetapan harga aset modal (Capital Asset Pricing Model /
CAPM)
Metode diskonto arus kas (Discounted Cash Flow / DCF)
Pendekatan obligasi plus premi risiko (Bond Yield Plus Risk Premium)
Metode-metode ini tidak eksklusif satu sama lain. Artinya, tidak ada metode yang
mendominasi yang lain dan semuanya dapat dikesampingkan ketika digunakan dalam
praktik. Oleh karena itu, ketika dihadapkan dengan tugas memperkirakan biaya ekuitas
perusahaan, biasanya dapat menggunakan ketiga metode ini dan kemudian memilih satu
diantaranya berdasarkan kepercayaan pada data yang digunakan untuk masing-masing
dalam kasus tertentu yang dihadapi.
Contoh:
Untuk menggambarkan pendekatan CAPM untuk NCC, asumsikan bahwa rRF 8%, RPM
6%, dan bi 1,1, menunjukkan bahwa NCC agak lebih berisiko daripada rata-rata. Oleh
karena itu, biaya ekuitas NCC adalah:
Sulit untuk memperkirakan secara tepat beta yang investor harapkan dari perusahaan
untuk dimiliki di masa depan.
Sulit untuk memperkirakan premi risiko pasar.
Telah diketahui bahwa jika dividen diharapkan tumbuh pada tingkat yang
konstan, maka harga suatu saham adalah:
Keterangan:
Kita dapat mencari nilai rs untuk mendapatkan tingkat pengembalian yang diperlukan
atas ekuitas biasa, bagi investor marjinal juga sama dengan tingkat pengembalian yang
diharapkan:
Ada tiga input yang diperlukan untuk menggunakan pendekatan DCF, yaitu:
Dari input ini, tingkat pertumbuhan merupakan yang paling sulit untuk
diperkirakan. Berikut pendekatan yang paling umum digunakan untuk memperkirakan
tingkat pertumbuhan:
Contoh:
NCC telah memiliki pengembalian rata-rata ekuitas sekitar 14,5 persen selama 15
tahun terakhir. ROE relatif stabil, tetapi meskipun demikian berkisar antara 11,0
persen sampai 17,6 persen. Selain itu, tingkat pembayaran dividen NCC rata-rata
0,52 selama 15 tahun terakhir, sehingga tingkat retensi rata-rata 1,0 - 0,52 = 0,48.
Menggunakan Persamaan 10-6, dapat diperkirakan g menjadi:
g = 14,5% (0,48) = 7%
Perkiraan analis
Contoh:
Pada kasus NCC, diasumsikan tingkat pertumbuhan 10,4 persen selama 5 tahun
diikuti oleh tingkat pertumbuhan 6,5 persen selama 45 tahun. Ditimbang
pertumbuhan jangka pendek sebesar 5/50 = 10% dan pertumbuhan jangka panjang
sebesar 45/50 = 90%. Ini menghasilkan tingkat pertumbuhan rata-rata:
Misalkan saham NCC dijual seharga $ 32; dividen yang diharapkan berikutnya
adalah $ 2,40; dan tingkat pertumbuhan yang diharapkan adalah 7 persen. Tingkat
pengembalian dan ekspektasi NCC adalah sama, maka didapat saham biasa:
Dalam situasi dimana input yang dapat diandalkan bagi pendekatan CAPM
maupun DCF tidak tersedia, maka analis sering menggunakan prosedur yang sedikit
lebih subjektif untuk mengestimasi biaya ekuitas. Analisis hanya menambahkan premi
risiko penilaian 3 hingga 5 poin persentase ke tingkat bunga dari hutang jangka panjang
perusahaan sendiri. Perusahaan dengan utang berisiko tinggi, berperingkat rendah, suku
bunga tinggi dan berisiko, juga akan memiliki biaya ekuitas yang tinggi dan berisiko,
dan prosedur yang menjadi dasar dari biaya ekuitas pada biaya utang perusahaan yang
dapat diamati dengan mudah memang menggunakan logika tersebut.
Karena premi risiko 3,7 persen adalah estimasi berdasarkan perkiraan, maka estimasi
nilai rs juga didasarkan atas perkiraan. Secara empiris menunjukkan bahwa premi risiko
atas imbal hasil obligasi perusahaan sendiri umumnya berkisar antara 3 hingga 5 poin
persen, dan mendapatkan nilai mendekati 3 persen. Dengan rentang yang begitu besar,
metode ini tidak mungkin menghasilkan biaya ekuitas yang tepat. Namun, dapat
memberikan gambaran kasar yang benar.
Sebagai ilustrasi, misalkan NCC memiliki struktur modal target yang menuntut
30 persen utang, 10 persen saham preferen, dan 60 persen ekuitas biasa. Biaya utang
sebelum pajaknya (rd) adalah 11 persen; biaya hutang setelah pajak (rd (1 - T)) adalah
11% (0,6) = 6,6%; biaya saham preferen (rps) adalah 10,3 persen; biaya ekuitasnya (rs)
adalah 14,6 persen; tarif pajak marjinalnya adalah 40 persen; dan semua ekuitas baru
akan berasal dari laba ditahan. Dari data tersebut dapat dihitung biaya modal rata-rata
tertimbang NCC, yaitu WACC sebagai berikut:
WACC = 0,3 (11,0%) (0,6) + 0,1 (10,3%) + 0,6 (14,6%) = 11,76% = 11,8%
Di sini wd, wps, dan wce adalah persentase yang digunakan untuk hutang, preferen, dan
ekuitas. Berdasarkan hasil di atas dapat disimpulkan bahwa, setiap modal baru yang
diperoleh NCC (dalam dollar) terdiri dari 30 sen utang dengan biaya setelah pajak 6,6
persen, 10 sen saham preferen dengan biaya 10,3 persen, dan 60 sen ekuitas biasa
dengan biaya 14,6 persen. Biaya rata-rata setiap dolar, WACC, adalah 11,8 persen.
Ada tiga faktor yang tidak dapat dikendalikan oleh perusahaan, yaitu:
Jika suku bunga dalam perekonomian meningkat, maka biaya hutang naik
karena perusahaan harus membayar bunga obligasi kepada pemegang obligasi
lebih tinggi untuk mendapatkan modal utang (pinjaman). Perlu diingat dalam
CAPM, bahwa suku bunga yang lebih tinggi akan meningkatkan biaya ekuitas
dan pilihan. Penurunan suku bunga dapat mengurangi biaya hutang dan modal
ekuitas untuk semua perusahaan, yang mendorong investasi tambahan. Suku
bunga yang lebih rendah juga memungkinkan perusahaan-perusahaan untuk
bersaing lebih efektif dengan perusahaan-perusahaan lainnya, yang di masa lalu
menikmati biaya modal yang relatif rendah.
Tarif Pajak
Kebijakan dividen
Biaya modal mencerminkan risiko rata-rata dan struktur modal keseluruhan dari
seluruh perusahaan. Banyak perusahaan menggunakan CAPM untuk memperkirakan
biaya modal untuk divisi tertentu.
Contoh:
Di sisi lain, jika Huron menambahkan divisi berisiko rendah, seperti pusat
distribusi baru dengan beta hanya 0,5, maka biaya modal divisi akan menjadi:
a. Jika tingkat pengembalian yang diharapkan pada proyek modal yang diberikan
terletak di atas SML, maka tingkat pengembalian yang diharapkan pada proyek lebih
dari cukup untuk mengkompensasi risiko dan proyek tersebut harus diterima.
Sebaliknya, jika tingkat pengembalian proyek berada di bawah SML, itu harus
ditolak. Dengan demikian, Proyek M pada Gambar 10-1 dapat diterima, sedangkan
Proyek N harus ditolak. N memiliki pengembalian yang diharapkan lebih tinggi dari
M, tetapi diferensial tidak cukup untuk mengimbangi risiko yang jauh lebih tinggi.
b. Ilustrasi Huron Steel didasarkan pada asumsi bahwa perusahaan tidak menggunakan
pembiayaan utang yang memungkinkan kita untuk menggunakan SML untuk
merencanakan biaya modal perusahaan. Konsep dasar yang disajikan dalam ilustrasi
Huron juga berlaku untuk perusahaan yang menggunakan pembiayaan utang. Ketika
pembiayaan hutang digunakan, biaya ekuitas divisi harus dikombinasikan dengan
biaya hutang divisi dan struktur modal target untuk memperoleh biaya modal
keseluruhan divisi.
Meskipun secara intuitif jelas bahwa proyek berisiko yang memiliki biaya modal
lebih tinggi akan sulit untuk memperkirakan risiko proyeknya. Ada tiga jenis risiko
berbeda yang kemungkinan bisa diidentifikasi:
Risiko yang berdiri sendiri adalah variabilitas dari pengembalian yang diharapkan
proyek.
Risiko perusahaan atau di dalam perusahaan adalah variabilitas yang dikontribusikan
oleh proyek terhadap pengembalian perusahaan dengan mempertimbangkan fakta
bahwa proyek tersebut hanya mewakili satu aset dari portofolio aset perusahaan,
sehingga beberapa dampak risikonya akan terdiversifikasi.
Risiko pasar atau beta adalah tingkat risiko proyek seperti yang terlihat oleh
pemegang saham yang terdiversifikasi dengan baik. Risiko pasar diukur oleh efek
proyek terhadap koefisien beta perusahaan. Mengambil proyek dengan tingkat tinggi
risiko yang berdiri sendiri atau perusahaan tidak akan mempengaruhi beta
perusahaan. Namun, jika proyek memiliki pengembalian yang sangat tidak pasti, dan
jika pengembalian tersebut sangat berkorelasi dengan pengembalian aset perusahaan
yang lain dan dengan sebagian besar aset lain dalam perekonomian, maka proyek
akan memiliki tingkat tinggi semua jenis risiko.
Dari ketiga ukuran tersebut, risiko pasar secara teoritis paling relevan karena
efek langsungnya terhadap harga saham. Akan tetapi, risiko pasar untuk suatu proyek
juga merupakan yang paling sulit diperkirakan. Dalam praktiknya, sebagian besar
pembuat keputusan mempertimbangkan ketiga ukuran risiko dengan langkah-langkah
sebagai berikut:
Sebagian besar hutang ditempatkan secara pribadi, dan sebagian besar ekuitas
dinaikkan secara internal sebagai laba ditahan. Dalam kasus ini, tidak ada biaya
pengapungan. Oleh karena itu, biaya komponen hutang dan ekuitas harus diperkirakan.
Namun, jika perusahaan menerbitkan hutang atau saham baru kepada publik, maka
biaya flotasi bisa menjadi hal penting. Biaya emisi (flotation cost, F) adalah persentase
biaya untuk menerbitkan saham biasa baru.
Contoh:
Axis Goods Inc., pengecer pakaian olahraga yang trendi, memiliki struktur modal target
utang 45 persen, saham preferen 2 persen, dan saham biasa 53 persen. Saham biasa
dijual seharga $ 23, dividen yang diharapkan berikutnya adalah $ 1,24, dan tingkat
pertumbuhan konstan yang diharapkan adalah 8 persen. Berdasarkan model DCF
pertumbuhan konstan, biaya ekuitas umum Axis adalah r s 13,4% ketika ekuitas
dinaikkan sebagai laba ditahan. Biaya saham pilihan Axis adalah 10,3 persen, yang
mencakup biaya pengapungan. Berikut akan diuji pengaruh biaya flotasi pada biaya
komponen hutang dan saham biasa, dan juga pada biaya modal marjinal.
Namun, jika Axis harus mengeluarkan biaya flotasi F sebesar 1 persen, maka
rumus ini harus digunakan untuk menemukan biaya utang setelah pajak:
Keterangan:
F : Persentase flotasi
I = rd (1 - T) = 6,07%
I = 6,07 % merupakan biaya komponen setelah pajak hutang. Penyesuaian flotasi
akan lebih tinggi jika F lebih besar atau jika waktu lebih pendek. Sebagai
contoh, jika F adalah 10 persen daripada 1 persen, maka:
rd (1 - T) = 6,79 %
Dengan N pada 1 tahun daripada 30 tahun, dan F masih sama dengan 1 persen,
diperoleh:
rd (1 - T) = 7,07%
rd (1 - T) = 17,78%
Biaya ekuitas baru (re) atau ekuitas eksternal, lebih tinggi daripada biaya
ekuitas yang dinaikkan secara internal dengan menginvestasikan kembali laba rs,
karena biaya flotasi yang terlibat dalam penerbitan saham biasa yang baru. Stok
pertumbuhan konstan ditemukan dengan menerapkan rumus ini:
Keter
angan:
Nilai perusahaan merupakan kondisi tertentu yang telah dicapai oleh suatu
perusahaan sebagai gambaran dari kepercayaan masyarakat terhadap perusahaan setelah
melalui suatu proses kegiatan selama beberapa tahun, yaitu sejak perusahaan tersebut
didirikan sampai dengan saat ini. Meningkatnya nilai perusahaan adalah sebuah prestasi
yang sesuai dengan keinginan para pemiliknya, karena dengan meningkatnya nilai
perusahaan, maka kesejahteraan para pemilik juga akan meningkat. Kekayaan
pemegang saham dan perusahaan dipresentasikan oleh harga pasar dari saham yang
merupakan cerminan dari keputusan investasi, pendanaan (financing), dan manajemen
aset.
Pada dasarnya tujuan manajemen keuangan adalah memaksimumkan nilai
perusahaan. Akan tetapi di balik tujuan tersebut masih terdapat konflik antara pemilik
perusahaan dengan penyedia dana sebagai kreditur. Jika perusahaan berjalan lancar,
maka nilai saham perusahaan akan meningkat, sedangkan nilai utang perusahaan dalam
bentuk obligasi tidak terpengaruh sama sekali. Jadi dapat disimpulkan, bahwa nilai dari
saham kepemilikan bisa merupakan indeks yang tepat untuk mengukur tingkat
efektifitas perusahaan. Berdasarkan alasan itulah maka tujuan manajemen keuangan
dinyatakan dalam bentuk maksimalisasi nilai saham kepemilikan perusahaan atau
memaksimalkan harga saham. Tujuan memaksimumkan harga saham tidak berarti
bahwa para manajer harus berupaya mencari kenaikan nilai saham dengan
mengorbankan para pemegang obligasi.
Jika perusahaan terdiri dari hanya satu aset besar dan aset itu menghasilkan
semua arus kas yang digunakan untuk membayar dividen, maka strategi alternatif dapat
dinilai melalui penggunaan model pertumbuhan dividen. Namun, sebagian besar
perusahaan memiliki beberapa divisi yang berbeda dengan banyak aset, sehingga nilai
korporasi bergantung pada arus kas dari banyak aset yang berbeda dan tindakan
manajer. Manajer membutuhkan cara untuk mengukur dampak keputusan mereka
terhadap nilai perusahaan, tetapi model dividen yang didiskon sangat tidak berguna
karena masing-masing divisi tidak membayar dividen.
Model penilaian perusahaan tidak bergantung pada dividen dan dapat diterapkan
untuk divisi dan sub unit serta ke seluruh perusahaan. Aspek penting lain dari
manajemen berbasis nilai adalah konsep tata kelola perusahaan. Model penilaian
perusahaan menunjukkan bagaimana keputusan perusahaan mempengaruhi pemegang
saham. Namun, keputusan perusahaan dibuat oleh manajer, bukan pemegang saham dan
memaksimalkan kekayaan pemegang saham tidak sama dengan manajer individu
memaksimalkan kepuasan mereka sendiri. Dengan demikian, aspek kunci dari
manajemen berbasis nilai adalah memastikan bahwa manajer fokus pada tujuan
memaksimalkan kekayaan pemegang saham.
Market book ratio adalah perbandingan antara nilai buku per lembar saham
dengan nilai pasar saham. Nilai buku per lembar saham sangat mencerminkan nilai
perusahaan dan nilai perusahaan tercermin pada nilai kekayaan bersih ekonomis
yang dimilikinya. Nilai buku per lembar saham adalah nilai kekayaan bersih
ekonomis dibagi dengan jumlah lembar saham yang beredar.
Market to Book Assets Ratio yaitu ekspektasi pasar tentang nilai dari peluang
investasi dan pertumbuhan perusahaan yaitu perbandingan antara nilai pasar aset
dengan nilai buku aset.
5. Enterprise Value
Enterprise Value yaitu nilai kapitalisasi market yang dihitung sebagai nilai
kapitalisasi pasar ditambah total kewajiban ditambah minority interest dan saham
preferen dikurangi total kas dan ekuivalen kas.
Aset operasi, menyediakan aliran arus kas yang diharapkan terdiri dari:
Aset di tempat; meliputi aset berwujud seperti tanah, bangunan, mesin, dan
inventaris, ditambah aset tidak berwujud seperti paten, daftar pelanggan,
reputasi, dan pengetahuan umum.
Contoh:
Wal-Mart memiliki toko, inventaris, dan aset berwujud lainnya, Wal-Mart
memiliki nama terkenal, reputasi yang baik, dan memiliki banyak
pengetahuan bisnis. Aset ini menghasilkan penjualan saat ini dan arus kas,
dan mereka juga memberikan peluang untuk investasi baru yang akan
menghasilkan arus kas tambahan di masa depan.
Opsi pertumbuhan; merupakan peluang untuk berkembang yang muncul dari
pengetahuan operasional perusahaan saat ini, pengalaman, dan sumber daya
lainnya.
Contoh:
Merck memiliki manufaktur tanaman, paten, dan aset nyata lainnya, dan
memiliki basis pengetahuan yang memfasilitasi pengembangan obat baru dan
arus kas baru.
Bagi sebagian besar perusahaan, aset operasi jauh lebih penting daripada aset
yang tidak beroperasi. Selain itu, perusahaan dapat mempengaruhi nilai aset operasi
mereka, tetapi nilai aset yang tidak beroperasi sebagian besar di luar kendali langsung
mereka. Oleh karena itu, manajemen berbasis nilai berfokus pada aset operasi.
Nilai operasi adalah nilai sekarang dari arus kas bebas yang diharapkan
dihasilkan perusahaan ke masa depan. Berikut adalah persamaan untuk nilai operasi,
yang merupakan nilai perusahaan sebagai kelangsungan usaha:
Tabel 11-1 dan 11-2 memuat laporan keuangan aktual 2006 dan proyeksi
2007 hingga 2010 untuk MagnaVision Inc., yang menghasilkan sistem optik untuk
digunakan dalam fotografi medis. Pertumbuhan di masa lalu sangat cepat, tetapi
pasar menjadi jenuh, sehingga tingkat pertumbuhan penjualan diperkirakan akan
menurun dari 21 persen pada tahun 2007 ke tingkat yang berkelanjutan 5 persen
pada 2010 dan seterusnya. Margin laba diharapkan membaik karena proses produksi
menjadi lebih efisien dan karena MagnaVision tidak akan lagi menimbulkan biaya
pemasaran yang terkait dengan pengenalan produk utama. Semua item pada laporan
keuangan diproyeksikan akan tumbuh pada tingkat 5 persen setelah 2010.
Perhatikan bahwa perusahaan tidak membayar dividen, tetapi diharapkan mulai
membayar sekitar 75 persen dari pendapatannya mulai tahun 2009. Ingat bahwa arus
kas bebas (FCF) adalah uang tunai dari operasi yang sebenarnya tersedia untuk
dibagikan kepada investor, termasuk pemegang saham, pemegang obligasi, dan
pemegang saham preferen.
Oleh karena itu, nilai MagnaVision dapat dihitung sebagai nilai sekarang
dari arus kas bebas masa depan yang diharapkan dari operasi, didiskontokan pada
biaya modal rata-rata tertimbang (WACC), ditambah nilai aset nonoperasinya.
Biaya modal MagnaVision adalah 10,84 persen. Untuk menemukan nilai operasinya
sebagai kelangsungan usaha, digunakan pendekatan yang mirip dengan model
pertumbuhan dividen non-konstan untuk saham, kemudian dilanjutkan sebagai
berikut:
Baris 1, dengan data untuk tahun 2006 dari neraca pada Tabel 11-2,
menunjukkan modal kerja operasi neto yang diperlukan, atau aset lancar operasi
dikurangi operasi kewajiban lancar, untuk tahun 2006:
Required net operating working capital
= $212,00
Pada Tabel 11-2, jalur 2 menunjukkan instalasi dan peralatan bersih yang
diperlukan dan jalur 3 yang merupakan jumlah dari baris 1 dan 2, menunjukkan
aset operasi bersih yang diperlukan, juga disebut total modal operasi neto, atau
hanya modal operasional. Untuk tahun 2006, modal operasi adalah:
Tabel 11-3 menghitung arus kas bebas untuk setiap tahun. Baris 4
menunjukkan tambahan tahunan yang diperlukan untuk modal operasional, yang
ditemukan sebagai perubahan modal operasional dari tahun sebelumnya. Untuk
tahun 2007, investasi yang diperlukan dalam modal operasi adalah:
Dengan EBIT 2007 sebesar $ 85 seperti yang ditunjukkan pada Tabel 11-1 dan tarif
pajak 40 persen, NOPAT seperti yang diproyeksikan untuk 2007 adalah:
Aliran kas bebas negatif ini pada tahun-tahun awal adalah tipikal bagi
perusahaan muda dan pertumbuhan tinggi. Meskipun laba operasi bersih setelah
pajak (NOPAT) positif di semua tahun. Arus kas bebas negatif karena kebutuhan
untuk berinvestasi dalam aset operasional. Arus kas bebas negatif berarti
perusahaan harus mendapatkan dana baru dari investor dan neraca pada Tabel 11-2
yang menunjukkan bahwa wesel bayar, obligasi jangka panjang, dan saham
preferen semua meningkat dari 2006 hingga 2007. Pemegang saham juga akan
membantu mendanai pertumbuhan MagnaVision. Mereka tidak akan menerima
dividen hingga 2009, sehingga semua laba bersih dari 2007 dan 2008 akan
diinvestasikan kembali. Namun, ketika pertumbuhan melambat, arus kas bebas
akan menjadi positif dan MagnaVision berencana untuk menggunakan beberapa
FCF untuk membayar dividen mulai tahun 2009.
Angka $ 880,99 juta ini disebut nilai terminal perusahaan, karena ini adalah
nilai pada akhir periode perkiraan, kadang-kadang disebut juga nilai berkelanjutan.
Itu adalah jumlah yang MagnaVision dapat harapkan untuk menerima jika ia
menjual aset operasinya pada 31 Desember 2010.
Gambar 11-1 menunjukkan arus kas bebas untuk setiap tahun selama periode
pertumbuhan yang tidak konstan, bersama dengan nilai horizon dari operasi pada
2010. Untuk menemukan nilai operasi pada saat ini, 31 Desember 2006, maka
ditemukan PV dari setiap arus kas tahunan pada Gambar 11-1, dengan diskon pada
biaya modal 10,84 persen. Jumlah PV adalah sekitar $ 615 juta, dan itu merupakan
perkiraan harga yang bisa diterima MagnaVision jika ia menjual aset operasinya
hari ini, 31 Desember 2006.
Nilai total perusahaan adalah nilai operasinya ditambah nilai aset non
operasinya. Seperti yang ditunjukkan pada 31 Desember 2006, neraca dalam Tabel
11-2, MagnaVision memiliki $ 63 juta sekuritas yang dapat dipasarkan pada tanggal
itu. Tidak seperti aset operasional, kita tidak harus menghitung nilai sekarang untuk
sekuritas yang dapat dipasarkan karena aset keuangan jangka pendek seperti yang
dilaporkan pada neraca berada pada atau mendekati nilai pasarnya. Oleh karena itu,
nilai total MagnaVision pada tanggal 31 Desember 2006 adalah $ 615,27 $ 63,00 $
678,27 juta. Jika nilai total perusahaan pada 31 Desember 2006, adalah $ 678,27
juta, maka nilai ekuitasnya adalah:
Sekuritas ini memiliki klaim pertama atas aset dan pendapatan. Hutang dan
akrual akun dicatat sebelumnya ketika menghitung arus kas bebas, sehingga akun
tersebut telah diperhitungkan. Namun, saham preferen memiliki klaim $ 62 juta dan
juga peringkat di atas yang umum. Oleh karena itu, nilai yang tersisa untuk
pemegang saham biasa adalah:
Akhirnya, batang di sisi kanan membagi nilai pasar ekuitas ke dalam nilai
buku, yang mewakili investasi aktual yang dibuat oleh pemegang saham, dan nilai
pasar tambahan ditambahkan oleh manajemen (MVA).
Contoh Penerapan:
Bell Electronics Inc. memiliki dua divisi, Memory and Instruments, dengan total
penjualan $ 1,5 miliar dan modal operasi $ 1,07 miliar. Berdasarkan harga saham dan
obligasi saat ini, total nilai pasar perusahaan adalah sekitar $ 1,215 miliar,
memberikannya MVA $ 145 juta, ditemukan sebagai:
Tabel 11-5 menunjukkan hasil keuangan terbaru untuk dua divisi dan untuk
perusahaan secara keseluruhan. Seperti yang ditunjukkan Tabel 11-5, Bell Memory
adalah yang lebih besar dari dua divisi, dengan penjualan yang lebih tinggi dan modal
operasional yang lebih besar. Bell Memory juga lebih menguntungkan, dengan
rasio NOPAT / Penjualan = 7,9 persen / 7,2 persen untuk Instrumen Bell. Bell Memory
telah berkembang pesat karena pertumbuhan fenomenal dalam elektronik konsumen,
dan divisi ini meroket melewati Instrumen beberapa tahun yang lalu.
Tiga item utama adalah NOPAT, investasi yang diperlukan dalam modal
operasional, dan arus kas bebas yang dihasilkan untuk setiap tahun. Selain itu, tabel
menunjukkan nilai horizon masing-masing divisi operasi pada 2011, yang merupakan
akhir dari lima tahun perkiraan eksplisit, dihitung dengan Persamaan 11-2. Nilai operasi
pada tahun 2006 adalah nilai sekarang dari arus kas bebas dan nilai cakrawala,
didiskontokan pada biaya modal rata-rata tertimbang. Seperti yang diharapkan, Bell
Memory memiliki nilai operasi yang lebih besar $ 709,6 juta dibandingkan $ 505,5 juta
untuk Bell Instruments. Namun, ada hal yang mengejutkan bahwa nilai tambah pasar
Bell Memory (MVA) adalah negatif:
Nilai operasi - modal operasi = $ 709,6 - $ 870,0 = - $ 160,4 juta (negatif)
Manajer mengubah tingkat pertumbuhan divisi Bell Memory dari 5 menjadi 6 persen,
kemudian nilai operasi divisi turun menjadi $ 691,5 juta dan MVA-nya juga menurun
dari $ 160,4 juta menjadi $ 178,5 juta. Meskipun Bell Memory menguntungkan,
meningkatkan pertumbuhan penjualan sebenarnya mengurangi nilainya.
Rasio persyaratan modal yang mengukur seberapa banyak modal operasi yang
diperlukan untuk menghasilkan satu dolar penjualan, juga memiliki efek yang
konsisten. Semakin rendah CR semakin baik, karena CR yang rendah berarti bahwa
perusahaan dapat menghasilkan penjualan baru dengan jumlah modal baru yang
lebih kecil.
WACC juga memiliki efek yang konsisten. Semakin rendah WACC, semakin
tinggi nilai perusahaan.
Untuk melihat dengan tepat bagaimana empat parameter pendorong nilai dan
ROIC yang diharapkan menentukan nilai untuk perusahaan pertumbuhan konstan, maka
dapat dimulai dengan Persamaan 11-2:
Kemudian diperoleh:
Persamaan 11-3 menunjukkan bahwa nilai operasi dapat dibagi menjadi dua
komponen, yaitu modal operasi yang disediakan oleh investor (dollar) dan nilai
tambahan yang ditambahkan atau dikurangkan oleh manajemen (dollar), yang setara
dengan MVA. Perhatikan bahwa tanda kurung pertama dari Persamaan 11-3
menunjukkan nilai sekarang dari pertumbuhan penjualan, didiskon di WACC. Ini akan
menjadi MVA dari perusahaan yang tidak memiliki biaya dan yang tidak perlu
menginvestasikan modal tambahan. Tetapi perusahaan memang memiliki biaya dan
persyaratan modal, dan pengaruhnya ditunjukkan pada braket kedua.
Persamaan 11-4 juga membagi nilai menjadi dua komponen, yaitu nilai modal
dan MVA, yang ditunjukkan pada suku kedua. Istilah MVA ini menunjukkan bahwa
nilai tergantung pada spread antara pengembalian yang diharapkan atas modal yang
diinvestasikan (EROIC) dan WACC. Jika EROIC lebih besar dari WACC, maka
pengembalian modal lebih besar dari yang diharapkan investor dan manajemen
menambah nilai (MVA). Dalam hal ini, peningkatan tingkat pertumbuhan menyebabkan
nilai naik. Jika EROIC persis sama dengan WACC, maka perusahaan dalam arti
ekonomi, "mencapai titik impas". Perusahaan memiliki laba akuntansi positif dan arus
kas, akan tetapi arus kas ini hanya cukup untuk memuaskan investor yang menyebabkan
nilai persis sama dengan jumlah modal yang telah disediakan. Jika EROIC kurang dari
WACC, istilah dalam tanda kurung negatif, maka manajemen menghancurkan nilai
perusahaan dan berbahaya bagi pertumbuhan. Dalam hal ini, semakin cepat tingkat
pertumbuhannya, semakin rendah nilai perusahaan. Kita juga harus mencatat bahwa
wawasan dari Persamaan 11-3 dan 11-4 berlaku untuk semua perusahaan, tetapi
persamaan itu sendiri hanya dapat diterapkan pada perusahaan yang relatif stabil yang
pertumbuhannya telah naik pada tingkat yang konstan.
Tabel 11-9 menunjukkan pendorong nilai untuk dua divisi Bell diukur pada
2011, akhir periode perkiraan. Disini dilaporkan untuk akhir periode perkiraan karena
rasio dapat berubah selama periode perkiraan disebabkan perubahan input. Namun, pada
akhir periode perkiraan, semua input dan rasio harus stabil. Tabel 11-9 juga
menunjukkan bahwa kedua divisi memiliki tingkat pertumbuhan yang sama dan WACC
yang sama. Bell Memory lebih menguntungkan, tetapi juga memiliki persyaratan modal
yang jauh lebih tinggi. Hasilnya adalah ROIC Bell Memory yang diharapkan hanya 9,5
persen, jauh di bawah WACC 10,5 persen. Dengan demikian, pertumbuhan tidak
membantu Bell Memory. Hal ini dapat menurunkan nilai divisi. Berdasarkan analisis
ini, manajer Bell Memory memutuskan untuk tidak meminta dana untuk kampanye
pemasaran. Sebagai gantinya, mereka mengembangkan rencana untuk mengurangi
persyaratan modal.
Oleh karena itu, rencana baru harus diterima, meskipun menurunkan ROIC yang
diharapkan dari divisi Instruments. Terkadang perusahaan fokus pada profitabilitas dan
pertumbuhan mereka, tanpa memberikan pertimbangan yang memadai untuk
persyaratan modal mereka. Semua faktor pendorong penciptaan kekayaan nilai
perusahaan harus diperhitungkan, bukan hanya pertumbuhan saja. Aspek utama dari
manajemen berbasis nilai adalah untuk memotivasi eksekutif dan manajer lain untuk
benar-benar mengambil tindakan yang diperlukan di bawah manajemen berbasis nilai
Sebagian besar ketentuan pada tata kelola perusahaan datang dalam dua bentuk,
yaitu:
Ancaman pemindahan; baik sebagai keputusan oleh dewan direksi atau sebagai
hasil dari pengambilalihan yang berlawanan. Jika manajer perusahaan
memaksimalkan nilai sumber daya yang dipercayakan kepada mereka, maka
mereka tidak perlu takut kehilangan pekerjaan mereka. Di sisi lain, jika manajer
tidak memaksimalkan nilai, mereka mungkin dihapus oleh dewan direksi mereka
sendiri, oleh pemegang saham pembangkang, atau oleh perusahaan lain yang
mencari untung dengan membentuk tim manajemen yang lebih baik.
Kompensasi; jika kompensasi secara ketat dalam bentuk gaji, maka manajer akan
memiliki insentif lebih sedikit untuk fokus pada nilai-nilai perusahaan mereka
daripada jika kompensasi terkait dengan kinerja perusahaan mereka, terutama
kinerja harga saham.
Brigham EF and Daves PR. 2010. Intermediate Financial Management, 10th Edition,
South Western Cengage Learning, USA.
Brigham EF and Hosuton JF. 2011. Essentials of Financial Management, 11th Edition.
Cengage Learning, Singapore.