EMI208M A1
OLEH:
Kelompok 3
Ni Nyoman Mirah Sri Gandari 2007521135 / 11
Mohamad Ardiansyah Wahyudin 2007521149 / 12
Ni Made Adelia Putri Diandra 2007521152 / 13
Pande Kadek Indra Mahardika 2007521161 / 14
I Gede Antara Wijaya Kusuma 2007521163 / 15
UNIVERSITAS UDAYANA
TAHUN 2021
A. Otoritas Moneter di Indonesia
1. Konsep Otoritas Moneter di Indonesia
Pada masa berlakunya UU No.13 Tahun 1968 yang mengatur
tentang Bank Sentral, otoritas kebijakan moneter di Indonesia pada
dasarnya berada di tangan pemerintah. Pemerintah melalui presiden dan
menteri keuangan mempunyai kekuasaan yang sangat besar untuk
mengarahkan pelaksanaan kebijakan yang dilakukan Bank Indonesia dan
Dewan Moneter. Dalam hal ini, presiden dikatakan mempunyai
kekuasaan/akses yang besar karena pada waktu itu presiden mempunyai
wewenang untuk mengangkat Gubernur dan Direktur Bank Indonesia atas
usul Dewan Moneter. Sementara itu, menteri keuangan dan menteri
ekonomi dikatakan mempunyai kekuasaan/akses yang besar dikarenakan
pada waktu itu anggota Dewan Moneter terdiri dari Menteri Keuangan,
seorang menteri bidang ekonomi, dan Gubernur Bank Indoneseia. Di
samping itu, pemerinth mempunyai wewenang berdasarkan undang-
undang untuk menentukan berbagai peraturan pelaksanaan dari undang-
undang bank sentral, dan inilah yang menjadi bukti bahwa otoritas
moneter tidak terletak pada Bank Indonesia melainkan pada pemerintah.
Adapun kondisi tersebut mengandung 3 implikasi utama yaitu:
a. Kebijakan fiskal melalui APBN relatif lebih dapat disinkronisasikan
dengan kebijakan moneter melalui jumlah uang beredar karena
ortoritas kedua kebijakan tersebut terletak pada satu pihak yaitu
pemerintah.
b. Kebijakan moneter terutama yang bertujuan untuk menjamin sistem
pembayaran yang lancar, stabil, dan baik sering kali berjalan
berlawanan dengan tujuan pelaksanaan kebijakan moneter, hal ini
menyebabkan target kebijakan moneter tidak dapat tercapai dengan
maksimal.
c. Campur tangan yang besar dari pemerintah mengandung resiko berupa
pelaksanaan pembinaan dan pengawasan lembaga keuangan yang tidak
efisien, serta sistem ini sangat rentan terhadap campur tangan
individual pejabat dan pihak lain dalam perumusan kebijakan moneter.
a. Basel II
Basel II bertujuan meningkatkn keamanan dan kesehatan
system keuangan, dengan menitik beratkan pada perhitungan
permodalan yang berbasis resiko, supervisoryreview process, dan
market discipline.
Apabila dilihat, Basel II memiliki berbagai kompleksitas dan
prakondisi yang cukup berat bagi perbankan. Akan tetapi hal ini wajar
jika melihat manfaat yang akan didapat oleh perbankan nanti, yaitu
berupa penghematan modal dalam menutup risiko yang diambilnya.
b. Sejarah Basel II
Pada 1988, Basel Committee on Banking Supervision
menyetujui “international convergence of Capital Measurement and
Capital Standards” yang lebih dikenal sebagai Basel Capital Accord
yang diterapkan sepenuhnya pada 1992.
Perkembangan dunia perbankan di seluruh dunia menunjukkan
kenyataan bahwa setiap bank memiliki cara terbaik yang berbeda-
beda dalam menghitung, mengelola serta memitigasi risiko. Hal ini
menyebabkan Basel Committee berinisiatif untuk melakukan revisi
terhadap Basel Capital Accord 1988.
Revisi terhadap Basel Capital Accord yang umumnya disebut
Basel II ini merupakan suatu kesepakatan menyeluruh yang
menetapkan suatu spectrum pendekatan yang lebih sensitive terhadap
resiko dalam persyaratan perhitungan modal minimum bank, yang
menyediakan proses peninjauan ulang dalam rangka pengawasan bagi
bank dalam menjaga tingkat permodalan yang sepadan dengan profil
risiko mereka dan mendorong disiplin pasar dengan
mempersyaratankan pengungkapan informasi yang terkait.
Kerangka kerja (framework) kecukupan permodalan pada Basel
II dianggap lebih fleksibel dengan memberikan sejumlah pendekatan
yang sensitif terhadap risiko dan insentif bagi penerapan manajemen
risiko yang lebih baik. Kerangka kerja tersebut disusun dalam tiga
pilar.
DAFTAR PUSTAKA
Sawitri, Peni dan Hartanto, Eko. 2007. Bank dan Lembaga Keuangan Lain, Seri
Diktat Kuliah. Penerbit Gunadarma. Jakarta
Otoritas Jasa Keuangan. 2017. "Arsitektur Perbankang Indonesia".
http://www.ojk.go.id. Diakses pada 18 September 2021
Budisantoso Totok, Triandaru Sigit. 2006. Bank dan lembaga Keuangan Lain.
Jakarta: Salemba Empat.