Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

MANAJEMEN PERMODALAN BANK SYARIAH

Diajukan untuk Memenuhi Tugas Terstruktur


Mata kuliah : Manajemen Perbankan Syariah
Dosen Pengampu: Alvien Septian Haerisma, SEI, MSI.

Disusun Oleh :
Dewi Riyanti 58320173
Maskur 58320192
Mustopa 58320198
Sukaesih 58320209
Saiful Hadi 58320264

Syari’ah / MEPI-2 / Semester VI

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)


SYEKH NURJATI
CIREBON
2010

BAB I

1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Bank pada hakikatnya adalah lembaga intermedasi antara para
penabung dan investor. Bank adalah lembaga kepercayaan. Oleh karena itu
manajemen bank harus menggunakan semua perangkat operasionalnya
untuk mampu menjaga kepercayaan masyarakat itu. Salah satu perangkat
yang sangat strategis dalam menopang kepercayaan itu adalah permodalan
yang cukup memadai. Modal merupakan faktor yang amat penting bagi
perkembangan dan kemajuan bank sekaligus menjaga kepercayaan
masyarakat.
Setiap penciptaan aktiva, disamping berpotensi menghasilkan
keuntungan juga berpotensi menimbulkan terjadinya resiko. Oleh karena itu
modal juga harus dapat digunakan untuk menjaga kemungkinan terjadinya
resiko kerugian atas investasi pada aktiva, terutama yang berasal dari dana-
dana pihak ketiga atau masyarakat. Peningkatan peran aktiva sebagai
penghasil keuntungan harus secara simultan dibarengi dengan pertimbangan
resiko yang mungkin timbul guna melindungi kepentingan para pemilik
dana.
Secara tradisional, modal didefinisikan sebagai sesuatu yang mewakili
kepentingan pemilik dalam suatu perusahaan. Berdasarkan nilai buku,
modal didefinisikan sebagai kekayaan bersih (net worth) yaitu selisih antara
nilai buku dari aktiva dikurangi dengan nilai buku dari kewajiban
(liabilities). Pemegang saham menempatkan modalnya pada bank dengan
harapan memperoleh hasil keuntungan dimasa yang akan datang. Dalam
neraca terlihat pada sisi pasiva bank, yaitu rekening modal dan cadangan.
Rekening modal berasal dari setoran para pemegang saham, sedangkan
rekening cadangan adalah berasal dari bagian keuntungan yang tidak
dibagikan kepada pemegang saham, yang digunakan untuk keperluan
tertentu, misalnya untuk perluasan usaha dan untuk menjaga likuiditas
karena adanya kredit-kredit yang diragukan atau menjurus kepada macet.
B. Rumusan Masalah
1. Apa fungsi modal bank?
2. Apa saja sumber-sumber permodalan bank syariah?

2
3. Bagaimana cara menentukan tingkat kecukupan modal bank syariah?

A. Tujuan Penelitian
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah:
1. Untuk menjelaskan fungsi modal bank syariah.
2. Untuk memaparkan apa saja sumber-sumber permodalan bank
syariah.
3. Untuk mengetahui cara penentuan tingkat kecukupan modal bank
syariah.
B. Manfaat Penelitian
Adapun kegunaan dari penelitian ini adalah:
1. Bagi Penulis: memperoleh pengetahuan dan wawasan yang lebih
luas mengenai manajemen permodalan bank syariah serta hal-hal
yang berkaitan dengan manajemen permodalan bank syariah.
2. Bagi Pembaca: memahami tentang fungsi, sumber-sumber, serta
tingkat kecukupan permodalan bank syariah.
3. Bagi Masyarakat: dapat mengetahui tentang sumber-sumber
permodalan bank syariah.

A. Metodologi Penelitian
Dalam menyusun makalah ini, penulis menggunakan metode
kualitatif, yaitu dengan menggunakan analisis deskriptif melalui data-data
yang dikumpulkan berupa rangkaian kalimat atau narasi yang berasal dari
sumber-sumber yang berkaitan dengan manajemen permodalan bank
syariah.

BAB II
MANAJEMEN PERMODALAN BANK SYARIAH

Bank pada umumnya dan bank syariah pada khususnya adalah


lembaga yang didirikan dengan orientasi laba. Untuk mendirikan laba

3
demikian ini perlu didukung dengan aspek permodalan yang kuat. Kekuatan
aspek permodalan ini dimungkinkan terbangunnya kondisi bank yang
dipercaya oleh masyarakat.
Sebagaimana diketahui bersama, bank adalah lembaga kepercayaan.
Hal ini sesuai dengan Q.S Al-Baqarah: 283
   
  
 
 
”...Jika sebagian kamu mempercayai sebagian yang lain,
Maka hendaklah yang dipercayai itu menunaikan amanatnya
(hutangnya) dan hendaklah ia bertakwa kepada Allah
Tuhannya... ” (Al-Baqarah:283)
Sehubungan dengan persoalan kepercayaan masyarakat terhadap bank
tersebut, maka manajemen bank harus menggunakan semua perangkat
operasionalnya untuk mampu menjaga kepercayaan masyarakat itu.
Salah satu perangkat yang strategis dalam menopang kepercayaan itu
adalah permodalan yang cukup memadai. Modal merupakan faktor yang
amat penting bagi perkembangan dan kemajuan bank sekaligus menjaga
kepercayaan masyarakat.

A. Fungsi Modal Bank


Modal adalah dana yang diserahkan oleh para pemilik (owner). Pada
akhir periode tahun buku, setelah dihitung keuntungan yang didapat pada
tahun tersebut, pemilik modal akan memperoleh bagian dari hasil usaha.
Dana modal dapat digunakan untuk pembelian gedung, tanah, perlengkapan,
dan sebagainya yang secara langsung tidak menghasilkan (fixed asset).
Selain itu, modal juga dapat digunakan untuk hal-hal yang produktif, yaitu
disalurkan menjadi pembiayaan. Pembiayaan yang berasal dari modal,
hasilnya tentu saja bagi pemilik modal, tidak dibagikan kepada pemilik dana
lainnya.1
Menurut Johnson dan Johnson, modal bank mempunyai tiga fungsi.
Pertama, sebagai penyangga untuk menyerap kerugian operasional dan
kerugian lainnya. Dalam fungsi ini modal memberikan perlindungan
1 Muhammad Syafi’i Antonio.2001.Bank Syariah: Dari Teori ke Praktik.Jakarta: Gema
Insani Press. Hal 147.

4
terhadap kegagalan atau kerugian bank dan perlindungan terhadap
kepentingan para deposan.
Kedua, sebagai dasar bagi penetapan batas maksimum pemberian
kredit. Hal ini merupakan pertimbangan operasional bagi bank sentral,
sebagai regulator, untuk membatasi pemberian kredit kepada setiap individu
nasabah bank. Melalui pembatasan ini bank sentral memaksa bank untuk
melakukan diversifikasi kredit mereka agar dapat melindungi diri terhadap
kegagalan kredit dari satu individu debitur.
Ketiga, modal juga menjadi dasar perhitungan bagi para partisipan
pasar untuk mengevaluasi tingkat kemampuan bank secara relatif dalam
menghasilkan keuntungan. Tingkat keuntungan bagi para investor
diperkirakan dengan membandingkan keuntungan bersih dengan ekuitas.
Para partisipan pasar membandingkan return on investment di antara bank-
bank yang ada.
Sementara itu Brenton C. Leavitt, staf Dewan Gubernur Bank Sentral
Amerika, menekankan empat fungsi modal bank yaitu :
1. Untuk melindungi deposan yang tidak diasuransikan, pada saat bank
dalam keadaan insolvable dan likuidasi.
2. Untuk menyerap kerugian yang tidak diharapkan guna menjaga
kepercayaan masyarakat bahwa bank dapat terus beroperasi.
3. Untuk memperoleh sarana fisik dan kebutuhan dasar lainnya yang
diperlukan guna menawarkan pelayanan bank.
4. Sebagai alat pelaksana peraturan pengendalian ekspansi aktiva yang
tidak tepat.2
B. Sumber-sumber Permodalan Bank Syariah
George H Hempel membagi modal bank dalam tiga bentuk utama
yaitu pinjaman subordinasi, saham preferen dan saham biasa. Beberapa jenis
pinjaman subordinasi dan saham preferen dapat dikonversikan menjadi
saham biasa, dan saham biasa dapat dikembangkan, baik secara eksternal
maupun internal. Pinjaman Subordinasi terdiri dari semua bentuk kewajiban
berbunga yang dibayar kembali dalam jumlah yang pasti (fixed) dalam
jangka waktu tertentu.

2 http://shariahlife.wordpress.com/2007/01/16/manajemen-permodalan-bank-syariah-1/
08/03/2011 09.41

5
Apabila bank memerlukan dana lebih besar lagi, untuk mencapai
tujuan perbankan tertentu atau investasi, seperti yang banyak dilakukan
bank-bank modern, dapat diperoleh dengan meminjam kepada bank-bank
yang lain, badan-badan keuangan atau kepada pemerintah. Bank juga dapat
menaikkan sejumlah pinjaman dari masyarakat atau pemerintah dengan
jangka waktu tertentu. Bank tidak memberikan pembayaran keuntungan
apapun kepada kreditor sedangkan pengembaliannya dijamin dalam situasi
apapun, tanpa mempedulikan keuangan bank pemerintah.3
Pengkategorian modal pinjaman sebagai salah satu sumber
permodalan bank seperti diuraikan di atas adalah konsensus yang dianut
oleh perbankan kovensional.
Dalam pandangan syariah, modal pinjaman (subordinated loan) itu
termasuk dalam kategori qard, yaitu suatu akad pinjaman kepada nasabah
dengan ketentuan bahwa nasabah wajib mengembalikan dana yang
diterimanya kepada lembaga keuangan syariah pada waktu yang telah
disepakati oleh lembaga keuangan syariah dan nasabah.4
Dalam literatur fiqh Salaf Ash Shalih, qard dikategorikan dalam aqad
tathawwu’ atau akad saling membantu dan bukan transaksi komersial.
Pemberi pinjaman tidak boleh meminta imbalan atas pemberian pinjaman
tersebut, karena setiap pemberian pinjaman yang disertai dengan permintaan
imbalan termasuk kategori riba. Penerima pinjaman wajib menjamin
pengembalian pinjaman tersebut pada saat jatuh tempo. Oleh karena itu qard
mempunyai derajat preferensi yang tinggi, setara dengan kewajiban atau
hutang lainnya. Berdasarkan karakteristik tersebut, maka tidak beralasan
bagi qard untuk ikut menanggung resiko atau memberikan proteksi terhadap
kegagalan atau kerugian bank ataupun memberikan proteksi terhadap
kepentingan deposan. Dengan demikian pinjaman subordinasi tidak dapat
dipertimbangkan untuk diperhitungkan sebagai modal bagi bank syariah.
Sumber utama modal bank syariah adalah modal inti dan kuasi
ekuitas. Modal inti adalah modal yang berasal dari para pemilik bank, yang
terdiri dari modal yang disetor oleh para pemegang saham, cadangan dan

3 Afzalur Rahman.1996.Doktrin Ekonomi Islam IV.Yogyakarta: PT.Dana Bhakti Wakaf.


Hal 469
4 DSN MUI dan Bank Indonesia.2006.Himpunan Fatwa Dewan Syariah Nasional.Jakarta:
CV. Gaung Persada. Hal 105.

6
laba ditahan. Modal Setor, yaitu modal yang disetor secara efektif oleh
pemilik. Cadangan adalah cadangan yang dibentuk dari penyisihan laba
yang ditahan dengan persetujuan RUPS. Sedangkan laba ditahan, yaitu
saldo laba bersih setelah pajak yang oleh RUPS diputuskan untuk tidak
dibagikan.
Sedangkan kuasi ekuitas adalah dana-dana yang tercatat dalam
rekening-rekening bagi hasil. Modal inti inilah yang berfungsi sebagai
penyangga dan penyerap kegagalan atau kerugian bank dan melindungi
kepentingan para pemegang rekening titipan atau pinjaman, terutama atas
aktiva yang didanai oleh modal sendiri dan dana-dana titipan atau
pinjaman.5
Sebenarnya dana-dana rekening bagi hasil dapat juga dikategorikan
sebagai modal, yang oleh karenanya disebut kuasi ekuitas. Namun demikian
rekening ini hanya dapat menanggung risiko atas aktiva yang dibiayai oleh
dana dari rekening bagi hasil itu sendiri. Selain itu, pemilik rekening bagi
hasil dapat menolak untuk menanggung risiko atas aktiva yang dibiayainya,
apabila terbukti bahwa risiko tersebut timbul akibat salah urus, kelalaian
atau kecuranngan yang dilakukan oleh manajemen bank. Dengan demikian
sumber dana ini tidak dapat sepenuhnya berperan dalam fungsi permodalan
bank namun demikian tetap merupakan unsur yang dapat diperhitungkan
dalam pengukuran rasio kecukupan modal.
Sumber dana bank yang terbesar berasal dari dana masyarakat,
disamping sumber dana lainnya yang berasal dari pinjaman dan modal
sendiri. Sumber dana pihak ketiga seperti giro, tabungan, dan deposito lazim
juga disebut sebagai sumber dana tradisional.6
Sebenarnya penentuan sumber-sumber permodalan bank yang tepat
adalah didasarkan atas beberapa fungsi penting yang dapat diperani oleh
modal bank. Misalnya, bila modal harus berfungsi menyediakan proteksi
terhadap kegagalan bank, maka sumber yang paling tepat adalah modal
ekuitas (equity capital). Modal ekuitas merupakan penyangga untuk
menyerap kerugian dan kecukupan penyangga itu adalah kritikal bagi
solvabilitas bank. Oleh karena itu bila kerugian bank melebihi net worth
5 Muhammad.2005.Manajemen Bank Syariah.Yogyakarta: UPP AMP YKPN.
6 Veithzal Rivai dan Arviyan Arifin.2010.Islamic Banking (sebuah teori, konsep, dan
aplikasi).Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Hal 578

7
( kekayaan bersih) maka likuidasi harus terjadi. Bila kerugian melebihi
modal ekuitas maka bank harus dilikuidasi, tetapi dana yang dipasok oleh
pemberi modal pinjaman dan pemilik debentures harus menjadi penyangga
untuk melindungi kepentingan para deposan. Jadi modal pinjaman tidak
secara langsung melindungi kegagalan atau kerugian bank.

C. Kecukupan Modal bank Syariah


Tingkat kecukupan modal bank dinyatakan dengan suatu ratio tertentu
yang disebut dengan ratio kecukupan modal atau capital edequacy ratio
(CAR). Tingkat kecukupan modal ini dapat diukur dengan cara:
aMembandingkan modal dengan dana-dana pihak ketiga
Dana pihak ketiga yaitu dana yang diperoleh dari masyarakat, dalam
arti masyarakat sebagai individu, perusahaan, pemerintah, rumah tangga,
koperasi, yayasan, dan lain-lain dalam mata uang rupiah maupun dalam
valuta asing. Pada sebagian besar atau setiap bank, dana masyarakat ini
umumnya merupakan dana terbesar yang dimiliki, hal ini sesuai dengan
fungsi bank sebagai penghimpun dana dari masyarakat.7
Dilihat dari sudut perlindungan kepentingan para deposan,
perbandingan antara modal dengan pos-pos pasiva merupakan petunjuk
tentang tingkat keamanan simpanan masyarakat pada bank. Perhitugannya
merupakan rasio modal dikaitkan dengan simpanan pihak ketiga
(giro,deposito dan tabungan) sebagai berikut :

Modal dan Cadangan


_____________________________ = 10%

Giro + Deposito + Tabungan

Dari perhitungan tersebut diketahui bahwa rasio modal atas simpanan


cukup dengan 10% dan dengan rasio itu permodalan bank dianggap sehat.
Rasio antara modal dan simpanan masyarakat harus dipadukan dengan
memperhitungkan aktiva yang mengandung risiko. Oleh karena itu modal
harus dilengkapi dengan berbagai cadangan sebagai penyangga modal,
7 Ibid hal 579

8
sehingga secara umum modal bank terdiri dari modal inti dan modal
pelengkap.
bMembandingkan modal dengan aktiva berisiko
Ukuran kedua inilah yang dewasa ini menjadi kesepakatan BIS (Bank
for International Settlements), yaitu organisasi bank sentral dari Negara-
negara maju yang disponsori oleh Amerika Serikat, Kanada, Negara-negara
Eropa Barat dan Jepang. Kesepakatan tentang ketentuan permodalan itu
dicapai pada tahun 1988, dengan menetapkan CAR, yaitu rasio minimum
yang didasarkan pada perbandingan antara modal dengan aktiva berisiko.
Kesepakatan ini dilatarbelakangi oleh hasil pengamatan para ahli
perbankan negara-negara maju, termasuk para pakar IMF dan World Bank,
tentang adanya ketimpangan struktur dan sistem perbankan internasional.
Hal ini didukung oleh beberapa indikasi sebagai berikut :
1) Krisis pinjaman negara-negara Amerika Latin telah mengganggu
kelancaran arus peredaran uang internasional.
2) Persaingan yang dianggap unfair antara bank-bank Jepang dengan bank-
bank Amerika dan Eropa di Pasar Uang Internasional. Bank-bank
Jepang memberikan pinjaman amat lunak (bunga rendah) karena
ketentuan CAR di negara itu amat lunak, yaitu antara 2 sampai 3 persen
saja.
3) Terganggunya situasi pinjaman internasional yang berakibat
terganggunya perdagangan internasional.
Berdasarkan indikasi-indikasi itu lalu BIS menetapkan ketentuan
perhitungan Capital Edequacy Ratio (CAR) yang harus diikuti oleh bank-
bank di seluruh dunia sebagai aturan main dalam kompetisi yang fair di
pasar keuangan global, yaitu ratio minimum 8% permodalan terhadap aktiva
berisiko.8

8 Zainul Arifin.2002.Dasar-dasar Manajemen Bank Syariah, Jakarta : Alfabeta

9
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Modal merupakan faktor yang amat penting bagi perkembangan dan
kemajuan bank sekaligus menjaga kepercayaan masyarakat. Adapun fungsi
dari modal yang Pertama, sebagai penyangga untuk menyerap kerugian
operasional dan kerugian lainnya. Kedua, sebagai dasar bagi penetapan
batas maksimum pemberian kredit. Ketiga, modal juga menjadi dasar
perhitungan bagi para partisipan pasar untuk mengevaluasi tingkat
kemampuan bank secara relatif dalam menghasilkan keuntungan.
Sumber utama modal bank syariah adalah modal inti dan kuasi
ekuitas. Modal inti adalah modal yang berasal dari para pemilik bank, yang
terdiri dari modal yang disetor oleh para pemegang saham, cadangan dan
laba ditahan. Sedangkan kuasi ekuitas adalah dana-dana yang tercatat dalam
rekening-rekening bagi hasil.

10
Tingkat kecukupan modal bank dinyatakan dengan suatu ratio tertentu
yang disebut dengan ratio kecukupan modal atau capital edequacy ratio
(CAR). Tingkat kecukupan modal ini dapat diukur dengan cara
membandingkan modal dengan dana-dana pihak ketiga dan
membandingkan modal dengan aktiva berisiko.

B. Saran
Manajemen permodalan pada hakekatnya sangatlah penting sebagai
penopang untuk berjalannya sebuah bank. Oleh karena itu, sebagai
mahasiswa kita patut memahami lebih dalam sebagai bekal di kemudian
hari.

DAFTAR PUSTAKA

Antonio, Muhammad Syafi’i.2001.Bank Syariah: Dari Teori ke


Praktik.Jakarta: Gema Insani Press.
Arifin, Zainul.2002.Dasar-dasar Manajemen Bank Syariah, Jakarta :
Alfabeta
DSN MUI dan Bank Indonesia.2006.Himpunan Fatwa Dewan Syariah
Nasional.Jakarta: CV. Gaung Persada.
http://shariahlife.wordpress.com/2007/01/16/manajemen-permodalan-bank-
syariah
Drs. Zainul Arifin, MBA
Muhammad.2005.Manajemen Bank Syariah.Yogyakarta: UPP AMP YKPN.
Rahman, Afzalur.1996.Doktrin Ekonomi Islam IV.Yogyakarta: PT.Dana
Bhakti Wakaf.
Rivai, Veithzal dan Arviyan Arifin.2010.Islamic Banking (sebuah teori,
konsep, dan aplikasi).Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

11
12

Anda mungkin juga menyukai