Anda di halaman 1dari 9

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Kode Etik

Kode etik merupakan suatu sistem norma, nilai serta aturan profesional secara
tertulis yang dengan tegas menyatakan hal baik dan juga benar, serta apa yang tidak
benar dan juga tidak baik bagi profesional. Secara singkat pengertian kode etik adalah
suatu pola aturan, tata cara, tanda, pedoman etis di dalam melakukan suatu kegiatan
ataupun suatu pekerjaan. Kode etik berhubungan dengan perilaku seseorang.

Pengertian kode etik lainnya adalah suatu aturan yang tertulis, secara
sistematik dengan sengaja di buat, berdasarkan prinsip-prinsip moral yang ada serta
ketika dibutuhkan bisa di fungsikan sebagai alat yang dapat digunakan menghakimi
berbagai macam dari tindakan yang pada umumnya dinilai menyimpang dari kode etik
yang ada.

Dalam pembentukannya, kode etik tentu memiliki tujuan didalamnya yaitu:

1. Agar profesional dapat memberikan jasa dengan sebaik-baiknya kepada para


pemakai ataupun para nasabahnya.
2. Sebagai pelindung dari perbuatan yang tidak profesional.

Kode etik umumnya termasuk dalam norma sosial, namun bila ada kode etik
yang memiliki sanksi yang agak berat, maka masuk dalam kategori norma hukum.
Dalam kaitannya dengan profesi, kode etik merupakan tata cara atau aturan yang
menjadi standart kegiatan anggota suatu profesi yang di terjemahkan kedalam standart
anggotanya, nila profesional paling utama adalah keinginan untuk memberikan
pengabdian kepada masyarakat .

3
Jadi kode etik merupakan kumpulan peraturan yang harus dipatuhi dalam
melakukan aktivitas atau pekerjaan yang jika tidak dipatuhi maka akan dikenakan
sanksi, kode etik ini merupakan alat untuk mengendaliakan perilaku pihak-pihak yang
terkait.

2.2 Kode Etik Bankir di Indonesia

Bank merupakan salah satu lembaga keuangan yang highly regulated, di mana
semuanya harus benar-benar mengikuti peraturan dan diawasi oleh Otoritas Jasa
Keuangan (OJK). Menjadi seorang banker bukan merupakan suatu hal yang mudah,
karena mereka memiliki kode etik tersendiri di dalam bekerja.

Salah satu faktor utama penyebab permasalahan perbankan dewasa ini adalah
kurangnya integritas para pemilik serta rendahnya kompetensi para pengelola bank
sehingga usaha bank tidak lagi dikelola secara sehat bahkan dimanfaatkan untuk
kepentingan pribadi para pemilik , para pengelola, para pengurus atau pihak lainnya .

Oleh karena itu dalam rangka menciptakan lembaga perbankan yang tangguh
dan efisien serta mengarahkan bank kepada praktik-praktik perbankan yang sehat
(good corporate governance) diperlukan sumber daya manusia perbankan yang
memiliki integritas yang tinggi dan kompetensi yang memadai dalam mengendalikan
dan mengelola bank .

Menyadari pentingnya etika bagi setiap profesi khususnya di bidang perbankan


maka telah di keluarkan kode etik bankir sebagai alat penuntun profesi nilai-nilai dan
norma-norma untuk bertingkah laku secara baik dan pantas. Secara umum kode etik
Bankir terdiri dari beberapa aspek, yaitu :

4
1. Seorang bankir patuh dan taat pada ketentuan perundang-undangan dan
peraturan yang berlaku. (A banker should obey and comply to the respective laws
and existing regulations).
Prinsip ini maknanya tidak membenarkan seorang bankir untuk melakukan
suatu tindakan yang diketahui atau sepatutnya diketahui, melanggar peraturan, undang-
undang atau hukum yang berlaku. Dalam Undang-Undang No.7 Tahun 1992
sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 Pasal 49 angka
2b menyatakan bahwa “anggota dewan komisaris, direksi, atau pegawai bank yang
dengan sengaja tidak melaksanakan langkah-langkah yang diperlukan untuk
memastikan ketaatan bank terhadap ketentuan dalam undang-undang ini dan
ketentuan peraturan perundang-undangan lainnya yang berlaku bagi bank diancam
dengan pidana sekurang-kurangnya 3 (tiga) tahun dan paling lama 8 (delapan) tahun
serta denda sekurang-kurangnya Rp. 5.000.000.000,- (lima miliar rupiah) dan paling
banyak Rp. 100.000.000.000,- (seratus miliar rupiah).”.

2. Seorang bankir melakukan pencatatan yang benar mengenai segala transaksi


yang bertalian dengan kegiatan banknya. (A banker should correctly record all
related transactions and activities of the bank).
Wujud nyata pelaksanaan prinsip ini adalah seorang bankir harus menghindari
pencatatan transaksi yang tidak benar, melapor kepada atasan apabila mengetahui
terjadinya pencatatan yang tidak benar, serta membantu pemeriksa internal maupun
eksternal untuk meneliti apabila diketahui terjadi pencatatan yang tidak benar. Dalam
Undang-Undang No.7 Tahun 1992 sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang
No. 10 Tahun 1998 Pasal 49 angka 1a menyatakan bahwa “Anggota dewan komisaris,
direksi, pengurus atau pegawai bank yang dengan sengaj membuat atau menyebabkan
adanya pencatatan palsu dalam pembukuan atau dalam laporan maupun dalam
dokumen atau laporan kegiatan usaha, laporan transaksi rekening atau rekening suatu
bank diancam dengan pidana sekurang-kurangnya 5 (lima tahun) dan paling lama 15
(limabelas) tahun serta denda sekurang-kurangnya Rp. 10.000.000.000,- (sepuluh
miliar rupiah) dan paling banyak Rp.200.000.000.000,- (dua ratus miliar rupiah).

5
3. Seorang bankir menghindarkan diri dari persaingan yang tidak sehat (A banker
should avoid unhealthy competition).
Bankir tidak dibenarkan melakukan kerjasama berupa kesepakatan atau
perjanjian yang tidak sehat, dengan tujuan untuk memenangkan persaingan atau
menjatuhkan bank lainnya secara tidak jujur dan sehat. Termasuk didalamnya adalah
menggunakan cara-cara yang tidak sehat / menipu dalam mempromosikan usahanya.

4. Seorang bankir tidak menyalahgunakan wewenangnya untuk kepentingan


pribadi (A banker should not abuse the given authority for personal purposes).
Bankir tidak dibenarkan mengambil manfaat, kesempatan atau
menyalahgunakan wewenang untuk kepentingan pribadi / orang lain yang akan
merugikan kepentingan bank dan msyarakat.

5. Seorang bankir menghindarkan diri dari keterlibatan pengambilan keputusan


dalam hal terdapat pertentangan kepentingan. (A banker should avoid conflict of
personal interests in decision making).
Idealnya bankir tidak dibenarkan mengambil suatu keputusan atas nama
bankterhdaap suatu urusan yang didalamnya terdapat kepentingan pribadi.

6. Seorang bankir menjaga kerahasiaan nasabah dan banknya (A banker should


safe guard the confidentiality of the customers and the bank).
Bankir harus menjaga dan melindungi segala informasi maupun data
nasabah/bank yang tercatat pada dokumen bank yangwajib dirahasiakan menurut
perbankan.

6
7. Seorang bankir memperhitungkan dampak yang merugikan dari setiap
kebijakan yang ditetapkan banknya terhadap keadaan ekonomi, sosial, dan
lingkungan. (A banker should take into considerations the disadvantages to the
economy, social, and environment when establishing the policy of the bank).
Dalam pengambilan keputusan, bankir harus mempertimbangkan dampak yang
mungkin terjadi secara ekonomi, sosial dan politis bagi perekonomian nasional.

8. Seorang bankir tidak menerima hadiah atau imbalan yang memperkaya diri
pribadi maupun keluarganya. (A banker should not accept undeclared gift nor
compensation to enrich one self or the family).
Bankir tidak dibenarkan untuk menggunakan kedudukannya untuk mencari
keuntungan pribadi dari pihak-pihak yang akan atau telah mengadakan hubungan
dengan bank.Dalam Undang-Undang No.7 Tahun 1992 sebagaimana telah diubah
dengan Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 Pasal 49 angka 2b dinyatakan bahwa
“anggota dewan komisaris, direksi atau pegawai bank yang dengan sengaja meminta
atau menerima, mengisinkan atau menyetujui untuk menerima suatu imbalan, komisi,
uang tambahan, pelayanan, uang atau barang berharga, untuk kepentingan
pribadinya dan atau keuntungan keluarganya, dalam rangka mendapatkan atau
berusaha mendapatkan bagi orang lain atau dalam rangka pembelian atau
pendiskontoan oleh bank atas surat-surat wesel, surat promes, cek dan kertas dagang
atau bukti kewajiban lainnya ataupun dalam rangka memberikan persetujuan bagi
orang lain untuk melaksanakan penarikan dana yang melebihi batas kreditnya pada
bank diancam dengan pidana sekurang-kurangnya 3 (tiga) tahun dan paling lama 8
(delapan) tahun serta denda sekurang-kurangnya Rp. 5.000.000.000,- (lima miliar
rupiah) dan paling banyak Rp. 100.000.000.000,- (seratus miliar rupiah)”.

7
9. Seorang bankir tidak melakukan perbuatan tercela yang dapat merugikan
citra profesinya. (A banker should not misconduct which may effect
disadvantageously to the image of the profession).
Bankir harus menjaga citra diri dan banknya sehingga tidak dibenarkan di
dalam dan di luar bank melakukan perbuatan dan sikap tercela yang dapat merugikan
profesinya secara langsung maupun tidak langsung akan menurunkan citra banknya.

2.3 Fungsi Kode Etik


Kode etik yang harus dipatuhi oleh seorang bankir dan dimiliki oleh sebuah
bank memiliki fungsi sebagai berikut :

1) Sebagai pedoman yang berisikan tata cara berperilaku kerja atau dan
kerjasama dengan berbagai pihak di dalam dan di luar bank.
2) Merupakan rambu-rambu menuju ke arah tindakan dan perilaku yang tepat,
mana yang pantas dan mana yang tidak pantas.
3) Menjaga keselarasan dan konsistensi antara gaya manajemen, strategi dan
kebijakan dalam mengembangkan usaha perbankan.
4) Menciptakan iklim usaha yang sehat
5) Mewujudkan intregitas bank terhadap lingkungan dan masyarakat luas dan
pemerintah
6) Menciptakan ketenangan, keamanan dan kenyamanan para pemilik dana,
pemegang saham dan karyawan dalam mendapatkan hak-
haknya. mengangkat harkat perbankan nasional di mata internasional.

2.4 Tujuan Kode Etik

Tujuan kode etik agar profesional memberikan jasa sebaik-baiknya kepada


pemakai atau nasabahnya . Adanya kode etik akan melindungi perbuatan yang tidak
professional.

8
Ketaatan tenaga profesional terhadap kode etik merupakan ketaatan naluriah
yang telah bersatu dengan pikiran , jiwa dan perilaku tenaga profesional . jadi ketaatan
itu bentuk dari masing-masing orang bukan karena paksaan . Dengan demikian tenaga
profesional merasa bila dia melanggar kode etiknya sendiri maka profesinya akan rusak
dan yang rugi adalah dia sendiri. Tujuan kode etik dibuat adalah :

1) Untuk menjunjung tinggi martabat profesi.


2) Untuk menjaga dan memelihara kesejahteraan para anggota.
3) Untuk meningkatkan pengabdian para anggota profesi.
4) Untuk meningkatkan mutu profesi.
5) Untuk meningkatkan mutu organisasi profesi.
6) Meningkatkan layanan di atas keuntungan pribadi.
7) Mempunyai organisasi profesional yang kuat dan terjalin erat.
8) Menentukan baku standarnya sendiri.

2.5 Integritas Bankir

Integritas merupakan salah satu atribut terpenting/kunci yang harus dimiliki


seorang pemimpin. Integritas adalah suatu konsep berkaitan dengan konsistensi dalam
tindakan-tindakan, nilai-nilai, metode-metode, ukuran-ukuran, prinsip-prinsip,
ekspektasi-ekspektasi dan berbagai hal yang dihasilkan. Orang berintegritas berarti
memiliki pribadi yang jujur dan memiliki karakter kuat. Integritas itu sendiri berasal
dari kata Latin “integer”, yang berarti:

 Sikap yang teguh mempertahankan prinsip , tidak mau korupsi, dan menjadi
dasar yang melekat pada diri sendiri sebagai nilai-nilai moral.
 Mutu, sifat, atau keadaan yang menunjukkan kesatuan yang utuh sehingga
memiliki potensi dan kemampuanyang memancarkan kewibawaan;
kejujuran.

9
Integrity merupakan salah satu karakter yang wajib dimiliki oleh seorang
bankir. Mungkin di dalam setiap profesi, integritas pasti diperlukan. Tetapi bagi
seorang banker, yang sehari-harinya selalu berurusan dengan uang, uang dan uang,
integritasnya akan semakin diuji.

Kita tidak boleh menganggap hal ini dengan sebelah mata, karena menjaga
integritas dan kredibilitas itu tidak mudah. Akan ada indikasi side
streaming (penyalahgunaan uang) dan fraud (penipuan) yang lebih riskan terjadi di
kalangan para banker.

Integritas mengharuskan seorang anggota untuk, bersikap jujur dan berterus


terang tanpa harus mengorbankan rahasia penerima jasa. Pelayanan dan kepercayaan
publik tidak boleh dikalahkan oleh keuntungan pribadi. Integritas dapat menerima
kesalahan yang tidak disengaja dan perbedaan pendapat yang jujur, tetapi tidak
menerima kecurangan atau peniadaan prinsip.

Masih ingat dengan berbagai kasus penipuan terhadap nasabah bank yang
dilakukan oleh karyawan bank tersebut? Kira-kira begitulah ilustrasi yang dapat
menggambarkan bahwa kriteria "Integrity is a must" patut ditanamkan dibenak setiap
bankir.

2.6 Wibawa Bankir

Menurut KBBI wibawa merupakan pembawaan untuk dapat menguasai dan


mempengaruhi dihormati orang lain melalui sikap dan tingkah laku yang mengandung
kepemimpinan dan penuh daya Tarik. Kewibawaan tidak hanya bersumber dari bakat/
bawaan pribadi tetapi juga dapat diasah dengan cara mengubah sikap kebiasaan diri
sendiri dan siap menjadi seorang yang dipandang oleh orang lain.

10
Menjadi orang yang berwibawa bukan berarti memiliki status sebagai bos atau
pejabat tinggi, melainkan dengan bagaimana cara kita menempatkan sikap di tempat
kerja kita, orang lain pun akan merasa simpatik dan mengganggap kita adalah orang
penting bagi mereka.

Sebagai seorang bankir kita harus berwibawa baik dihadapan atasan perusahaan
maupun customer (nasabah) kita. Karena ini dapat mempengaruhi citra diri kita sendiri.

11

Anda mungkin juga menyukai