Anda di halaman 1dari 17

PEGADAIAN SYARIAH

Disusun Sebagai Bahan Presentasi serta Memenuhi Salah Satu Tugas


Mata Kuliah Ekonomi Islam
Dosen Pengampu : Dr. H. Yadi Nurhayadi, M. Si

Disusun Oleh :
1. Bayty Asih (1602015105)
2. Nur Adi Putra (1602015132)
3. Selviani Gustari (1602015134)

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PROF. DR. HAMKA
TAHUN 2018

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT karena atas rahmat dan
hidayat nya kami dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul “PEGADAIAN
SYARIAH”. Makalah ini kami buat dalam rangka sebagai bahan presentasi serta
syarat untuk melengkapi nilai pada mata kuliah Ekonomi Islam. Kami menyadari
bahwa makalah yang kami buat ini masih jauh dari kata sempurna, untuk itu kritik
dan saran kami butuhkan untuk menyempurnakan makalah yang kami buat di masa
mendatang. Kami berharap makalah yang kami buat ini dapat bermanfaat bagi kami
khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.

Jakarta, Juni 2018

Tim Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................... ii


DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang ............................................................................................. 1
1.2. Rumusan Masalah ........................................................................................ 1
1.3. Tujuan Penulisan .......................................................................................... 1
1.4. Manfaat Penulisan ........................................................................................ 1
1.5. Metode Penulisan ......................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN ...................................................................................... 3
2.1. Pengertian Gadai (Rahn) .............................................................................. 3
2.2. Sejarah Pegadaian di Indonesia .................................................................... 3
2.3. Sejarah Pegadaian Syariah ........................................................................... 4
2.4. Akad Perjanjian Transaksi Rahn .................................................................. 5
2.5. Maksud dan Tujuan Pegadaian Syariah ....................................................... 5
2.6. Visi dan Misi Pegadaian Syariah ................................................................. 5
2.7. Dasar Hukum Dari Al-Quran dan Hadist ..................................................... 6
2.8. Istilah, Petugas dan Rahin Di Pegadaian Syariah ........................................ 6
2.9. Struktur Organisasi Pegadaian Syariah ........................................................ 7
2.10. Contoh Surat Bukti Rahn di Pegadaian .................................................... 9
2.11. Proses Bisnis Rahn (Pegadaian Syariah) .................................................. 9
2.12. Alur Proses Pelunasan Pegadaian RAHN .............................................. 10
2.13. Alur Proses Gadai Ulang Pegadaian RAHN .......................................... 10
2.14. Alur Proses Lelang Pegadaian RAHN ................................................... 11
2.15. Alur Proses Pengambilan Uang kelebihan ............................................. 11
2.16. Ragam Produk Pegadaian Syariah.......................................................... 12
BAB III PENUTUP ............................................................................................ 13
3.1. Kesimpulan ................................................................................................ 13
3.2. Saran ........................................................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 14

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Sejak zaman dahulu kita semua sudah diperkenalkan dengan istilah gadai.
Gadai sendiri menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah meminjam uang
dalam batas waktu tertentu dengan menyerahkan barang sebagai tanggungan, jika
telah sampai pada waktunya tidak ditebus, barang itu menjadi hak yang memberi
pinjaman. Sedangkan menurut Wikipedia, Gadai adalah suatu hak yang diperoleh
seseorang yang berpiutang atas suatu barang bergerak, yang diserahkan kepadanya
oleh seorang yang berutang atau oleh seorang lain atas namanya, dan memberikan
kekuasaan kepada orang yang berpiutang itu untuk mengambil pelunasan dari
barang tersebut secara didahulukan daripada orang-orang yang berpiutang lainnya;
dengan pengecualian biaya untuk melelang barang tersebut. dimana seseorang itu
harus menggadaikan barangnya untuk mendapatkan uang.
Dari kedua penjelasan di atas dapat diketahui bahwa Gadai sebuah kegiatan
ekonomi yang melibatkan dua belah pihak. Satu pihak berperan sebagai peminjam
uang dengan menyerahkan barang sebagai tanggungan. Pihak lainnya berperan
sebagai orang yang meminjamkan uang dan mendapati barang tanggungan sebagai
jaminan atas orang yang meminjam uang.

1.2. Rumusan Masalah


1.2.1. Apa pengertian Gadai (Rahn)?
1.2.2. Bagaimana sejarah Pegadaian?
1.2.3. Bagaimana sejarah Pegadaian Syariah?
1.2.4. Apa saja Akad Perjanjian Transaksi Rahn?
1.2.5. Apa Maksud dan Tujuan Pegadaian Syariah?
1.3. Tujuan Penulisan
1.3.1. Memahami pengertian Gadai (Rahn).
1.3.2. Mengetahui sejarah tentang Pegadaian.
1.3.3. Mengetahui sejarah tentang Pegadaian Syariah.
1.3.4. Menjelaskan Akad Perjanjian Transaksi Rahn.
1.3.5. Menjelaskan Maksud dan Tujuan Pegadaian Syariah.
1.4. Manfaat Penulisan

Dengan adanya kegiatan gadai diharapkan bisa menjadi salah satu alternatif
dalam meningkatkan perekonomian di Indonesia.

1
1.5. Metode Penulisan

Sesuai dengan tujuan penulisan makalah ini, maka metode yang kami pakai
dalam mengumpulkan data untuk menyusun makalah ini adalah :
1.5.1. Metode Pustaka
Yaitu metode yang dilakukan dengan mempelajari, dan mengumpulkan
data dari pustakan yang berhubungan dengan alat, baik berupa buku
ataupun e-book maupun informasi di internet.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Gadai (Rahn)

Gadai sendiri menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah meminjam


uang dalam batas waktu tertentu dengan menyerahkan barang sebagai tanggungan,
jika telah sampai pada waktunya tidak ditebus, barang itu menjadi hak yang
memberi pinjaman.
Menurut Wikipedia, Gadai adalah suatu hak yang diperoleh seseorang yang
berpiutang atas suatu barang bergerak, yang diserahkan kepadanya oleh seorang
yang berutang atau oleh seorang lain atas namanya, dan memberikan kekuasaan
kepada orang yang berpiutang itu untuk mengambil pelunasan dari barang tersebut
secara didahulukan daripada orang-orang yang berpiutang lainnya; dengan
pengecualian biaya untuk melelang barang tersebut. dimana seseorang itu harus
menggadaikan barangnya untuk mendapatkan uang.
Sedangkan menurut Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah Pasal 20,
Rahn/gadai adalah penguasaan barang milik peminjam oleh pemberi pinjaman
sebagai jaminan.
Dari ketiga penjelasan di atas dapat diketahui bahwa Gadai sebuah kegiatan
ekonomi yang melibatkan dua belah pihak. Satu pihak berperan sebagai peminjam
uang dengan menyerahkan barang sebagai tanggungan. Pihak lainnya berperan
sebagai orang yang meminjamkan uang dan mendapati barang tanggungan
sebagai jaminan atas orang yang meminjam uang.

2.2. Sejarah Pegadaian di Indonesia

Sejarah Pegadaian dimulai pada saat Pemerintah Penjajahan Belanda (VOC)


mendirikan Bank Van Leening, yaitu lembaga keuangan yang memberikan kredit
dengan sistem gadai. Lembaga ini pertama kali didirikan di Batavia pada tanggal
20 Agustus 1746.
Ketika Inggris mengambil alih kekuasaan Indonesia dari tangan Belanda
(1811), Bank Van Leening dibubarkan, dan kepada masyarakat diberi keleluasaan
untuk mendirikan usaha Pegadaian dengan mendapat lisensi dari pemerintah di
daerah setempat. Metode ini dikenal dengan liecentie stelsel. Dalam perjalanannya,
metode tersebut banyak menimbulkan dampak buruk bagi kehidupan masyarakat.
Banyak pemegang lisensi menjalankan praktek rentenir atau lintah darat yang tidak
saja membebani masyarakat, tapi juga dipandang kurang menguntungkan bagi
pemerintah berkuasa. Sehingga akhirnya metode liecentie stelsel diubah menjadi

3
metode pacth stelsel, yaitu pendirian Pegadaian diberikan kepada umum yang
mampu membayarkan pajak yang tinggi kepada pemerintah.
Pada saat Belanda berkuasa kembali, metode pacth stelsel tetap
dipertahankan. Namun menimbulkan dampak yang sama, di mana pemegang hak
ternyata banyak melakukan penyelewengan dalam menjalankan bisnisnya.
Selanjutnya pemerintah Hindia Belanda menerapkan metode baru yang disebut
dengan cultuur stelsel, di mana kegiatan Pegadaian ditangani sendiri oleh
pemerintah agar dapat memberikan perlindungan dan manfaat yang lebih besar bagi
masyarakat.
Berdasarkan hasil penelitian tersebut, pemerintah Hindia Belanda
mengeluarkan Staatsblad (Stbl) No. 131 tanggal 12 Maret 1901 yang mengatur
bahwa usaha Pegadaian merupakan monopoli Pemerintah dan tanggal 1 April 1901
didirikan Pegadaian Negara pertama di Sukabumi (Jawa Barat). Selanjutnya setiap
tanggal 1 April diperingati sebagai Hari Ulang Tahun Pegadaian.
Pada masa pendudukan Jepang, Gedung Kantor Pusat Jawatan Pegadaian
yang terletak di Jalan Kramat Raya 162 dijadikan tempat tawanan perang dan
Kantor Pusat Jawatan Pegadaian dipindahkan ke Jalan Kramat Raya 132. Tidak
banyak perubahan yang terjadi pada masa pemerintahan Jepang, baik dari sisi
kebijakan maupun Struktur Organisasi Jawatan Pegadaian. Jawatan Pegadaian
dalam Bahasa Jepang disebut Sitji Eigeikyuku, Pimpinan Jawatan Pegadaian
dipegang oleh orang Jepang yang bernama Ohno-San dengan wakilnya orang
pribumi yang bernama M. Saubari.
Pada masa awal pemerintahan Republik Indonesia, Kantor Jawatan
Pegadaian sempat pindah ke Karang Anyar (Kebumen) karena situasi perang yang
kian terus memanas. Agresi militer Belanda yang kedua memaksa Kantor Jawatan
Pegadaian dipindah lagi ke Magelang. Selanjutnya, pasca perang kemerdekaan
Kantor Jawatan Pegadaian kembali lagi ke Jakarta dan Pegadaian kembali dikelola
oleh Pemerintah Republik Indonesia.
Dalam masa ini Pegadaian sudah beberapa kali berubah status, yaitu sebagai
Perusahaan Negara (PN) sejak 1 Januari 1961, kemudian berdasarkan
PP.No.7/1969 menjadi Perusahaan Jawatan (PERJAN), selanjutnya berdasarkan
PP.No.10/1990 (yang diperbaharui dengan PP.No.103/2000) berubah lagi menjadi
Perusahaan Umum (PERUM). Hingga pada tahun 2011, berdasarkan Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia nomor 51 tahun 2011 tanggal 13 Desember 2011,
bentuk badan hukum Pegadaian berubah menjadi Perusahaan Perseroan (Persero).

2.3. Sejarah Pegadaian Syariah

Pada tahun 2003, mulai beroperasi ULGS, Unit Layanan Gadai Syariah di
Jakarta. Memberi alternatif kepada masyarakat yang ingin bertransaksi gadai secara

4
syariah. Respon masyarakat cukup bagus. Akhirnya dibentuk Unit Layanan Gadai
Syariah di kota-kota besar lainnya, seperti Makassar, Surabaya, Bandung,
Semarang, Medan dan kota lainnya. Bahkan untuk Aceh, semua Pegadaian
konvensional dikonversi menjadi Pegadaian Syariah. Perbaikan disana sini,
menyesuaikan dengan kebutuhan masyarakat. Unit Layanan Gadai Syariah berubah
menjadi SBU (Strategic Bisnis Unit) merupakan Divisi di PT Pegadaian (Persero)
yang menangani bisnis gadai syariah dengan segala keanekaragamannya. Lahirlah
produk-produk seperti Rahn (Gadai Syariah), Arrum Emas dan Arrum BPKB,
Amanah, Arrum Haji.

2.4. Akad Perjanjian Transaksi Rahn

Akad rahn dibolehkan hanya atas utang-piutang (al-dain) yang antara lain
timbul karena akad qardh, jual-beli (al-bai') yang tidak tunai, atau akad sewa-
menyewa (ijarah) yang pembayaran ujrahnya tidak tunai.

2.5. Maksud dan Tujuan Pegadaian Syariah

Maksud dan tujuan Perusahaan adalah melakukan usaha di bidang gadai dan
fidusia, baik secara konvensional maupun syariah, dan jasa keuangan lainnya, serta
optimalisasi pemanfaatan sumber daya perusahaan.

2.6. Visi dan Misi Pegadaian Syariah

2.6.1. Visi
Sebagai solusi bisnis terpadu terutama berbasis gadai yang selalu
menjadi market leader dan mikro berbasis fidusia selalu menjadi yang terbaik
untuk masyarakat menengah kebawah.
2.6.2. Misi

A. Memberikan pembiayaan yang tercepat, termudah, aman dan selalu


memberikan pembinaan terhadap usaha golongan menengah kebawah
untuk mendorong pertumbuhan ekonomi.
B. Memastikan pemerataan pelayanan dan infrastruktur yang memberikan
kemudahan dan kenyamanan di seluruh Pegadaian dalam mempersiapkan
diri menjadi pemain regional dan tetap menjadi pilihan utama masyarakat.
C. Membantu Pemerintah dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat
golongan menengah kebawah dan melaksanakan usaha lain dalam rangka
optimalisasi sumber daya perusahaan.

5
2.7. Dasar Hukum Dari Al-Quran dan Hadist

… ۖ ‫ض ًۭة‬ ۟ ‫سفَ ٍۢر َولَ ْم ت َِجد‬


َ ‫ُوا كَاتِ ًۭبا فَ ِر ٰ َه ًۭن َّم ْقبُو‬ َ ‫َوإِن ُكنت ُ ْم َعلَ ٰى‬
“Dan apabila kalian dalam perjalanan sedang kalian tidak memperoleh seorang juru
tulis maka hendaklah ada barang tanggungan yang dipegang ...”
Landasan Syariah – Quran Surat Al Baqarah : 283
Hadis Nabi riwayat al-Syafi'i, al-Daraquthni dan Ibnu Majah dari Abu Hurairah

ْ ‫اح ِب ِه الَّ ِذ‬


،ُ‫ي َر َهنَه‬ ِ ‫ص‬ َّ ‫الَ يَ ْغلَ ُق‬
َ ‫الرهْنُ ِم ْن‬
ُ ‫غ ْن ُمهُ َو َعلَ ْي ِه‬
. ُ‫غ ْر ُمه‬ ُ ُ‫لَه‬
“Tidak terlepas kepemilikan barang gadai dari pemilik yang menggadaikannya. Ia
memperoleh manfaat dan menanggung risikonya.”
Hadis Nabi riwayat Jama'ah, kecuali Muslim dan al-Nasa`i,
َّ ‫ال‬
،‫ظ ْه ُر ي ُْر َكبُ ِبنَفَ َقتِ ِه إِذَا َكانَ َم ْره ُْونا‬
،‫َولَ َبنُ الد َِّر يُ ْش َربُ ِبنَفَقَ ِت ِه ِإذَا َكانَ َم ْره ُْونا‬

ْ ‫َو َعلَى الَّ ِذ‬


‫ي يَ ْر َكبُ َويَ ْش َربُ النَّ َفقَة‬
“Tunggangan (kendaraan) yang digadaikan boleh dinaiki dengan menanggung
biayanya, dan binatang ternak yang digadaikan dapat diperah susunya dengan
menanggung biayanya. Orang yang menggunakan kendaraan dan memerah susu
tersebut wajib menanggung biaya perawatan dan pemeliharaan.”

2.8. Istilah, Petugas dan Rahin Di Pegadaian Syariah

2.8.1. Istilah di Pegadaian Syariah :


A. Rahn Tasjily adalah jaminan dalam bentuk barang atas utang tetapi barang
jaminan (marhun) tetap dalam penguasaan (pemanfaatan) rahin dan bukti
kepemilikannya diserahkan kepada murtahin.
B. Mu’nah adalah jasa pemeliharaan/penjagaan atas marhun milik rahin yang
disimpan oleh murtahin sebagai jaminan pinjaman.
C. Marhun adalah barang jaminan.
D. Marhun bih adalah uang pinjaman.

2.8.2. Petugas di Pegadaian Syariah :

A. Rahin adalah nasabah, yang menerima uang pinjaman dari transaksi rahn
dan menyerahkan barang sebagai jaminan.

6
B. Murtahin adalah PT PEGADAIAN (Persero) yang memberikan pinjaman
dan menerima marhun.
C. Kuasa Pemutus Taksiran adalah pejabat Pegadaian yang bertugas
menetapkan nilai taksiran marhun dan menetapkan pinjaman.
D. Penaksir adalah karyawan Pegadaian yang bertugas menentukan nilai
barang jaminan.

2.8.3. Rahin Di Pegadaian Syariah

A. Outlet adalah Kantor Cabang dan/atau Unit Pelayanan Cabang Pegadaian


yang memberikan layanan Pegadaian Syariah.
B. SBR adalah Surat Bukti Rahn, formulir akad Rahn yang disepakati antara
Rahin dan Murtahin.
C. RAHN adalah nama layanan pemberian pinjaman dengan akad Rahn yang
diberikan Pegadaian kepada rahin.

2.9. Struktur Organisasi Pegadaian Syariah

Pegadaian syariah sebagai suatu organisasi dalam suatu usaha serta


kegiatannya telah dirumuskan aturan-aturan pembagian tugas, wewenang dan
tanggung jawab setiap personil maupun bagian-bagian yang secara bersama untuk
mencapai tujuan yang akan direncanakan. Untuk lebih jelasnya struktur organisasi
yang terdapat pada Pegadaian Syariah dapat dilihat pada gambar berikut ini:
Gambar 2.1
Struktur Organisasi Pegadaian Syariah

Pimpinan Cabang

Penaksir Kasir Security Staff / Office Boy

Adapun penjelasan mengenai tugas masing-masing bagian dari struktur


organisasi Pegadaian Syariah adalah sebagai berikut :
2.9.1 Pimpinan Cabang,
Pimpinan cabang bertugas mengelola operasional cabang, yaitu:
i. Menyalurkan uang pinjaman secara hukum gadai yang didasarkan
pada penerapan prinsip-prinsip syariah Islam.

7
ii. Pimpinan cabang juga melaksanakan usaha-usaha lain yang telah
ditentukan oleh manajemen serta mewakili kepentingan perusahaan
dalam hubungan dengan pihak lain.
iii. Pimpinan cabang sebagai pelaksana teknis dari perusahaan yang
berhubungan langsung dengan masyarakat.
iv. Secara organisatoris pimpinan cabang bertanggung jawab kepada
pimpinan wilayah, selanjutnya pimpinan wilayah akan melaporkan
hasil kegiatan binaan kepada Direksi. Sedangkan Direksi akan
membuat kebijakan pengelolaan kantor cabang pegadaian syariah
danmemberikan respon atau tindak lanjut atas laporan pimpinan
wilayah dengan dibantu oleh Jendral Manajer usaha lain dan
Manajer Pegadaian Pusat.
2.9.2. Penaksir
Penaksir adalah orang yang menaksir barang jaminan untuk
menentukan mutu dan nilai barang sesuai dengan ketentuan yang berlaku
dalam rangka mewujudkan penetapan penaksiran dan uang pinjaman yang
wajar serta citra yang baik bagi perusahaan. Tugas-tugas penaksir :
i. Memberikan pelayanan kepada rahin dengan cepat, mudah dan
aman.
ii. Menaksir barang sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
iii. Memberikan perhitungan kepada pemimpin cabang penggunaan
pinjaman gadai oleh rahin.
iv. Menetapkan biaya administrasi dan jasa sesuai dengan ketentuan
yang berlaku.
2.9.3. Kasir
Kasir adalah orang yang bertugas melakukan penerimaan,
penyimpanan dan pembayaran serta pembuktian sesuai dengan ketentuan
yang berlaku untuk kelancaran pelaksanaan operasional kantor cabang.
2.9.4 Security atau Keamanan
Keamanan bertugas mengamankan harta perusahaan dan rahin dalam
lingkungan kantor dan sekitarnya.
2.9.5. Staf/Office Boy
Staf bertugas memelihara kebersihan, keindahan, kenyamanan gedung
kerja, mengirim dan mengambil surat/dokumen untuk menjaga
kelancaran tugas administrasi dan tugas operasional kantor cabang

8
2.10. Contoh Surat Bukti Rahn di Pegadaian

2.11. Proses Bisnis Rahn (Pegadaian Syariah)

9
2.12. Alur Proses Pelunasan Pegadaian RAHN

2.13. Alur Proses Gadai Ulang Pegadaian RAHN

10
2.14. Alur Proses Lelang Pegadaian RAHN

2.15. Alur Proses Pengambilan Uang kelebihan

11
2.16. Ragam Produk Pegadaian Syariah

Pegadaian syariah cabang Ahmad Yani mempunyai 4 produk yang unggul,


diantaranya :
2.15.1. Mulia (Investasi yang sangat likuid sepanjang masa)
Yaitu suatu fasilitas kepemilikan emas batangan melalui penjualan
logam mulia oleh pegadaian syariah kepada masyarakat secara tunai atau
dengan pola angsuran secara murabahah dengan proses cepat dalam jangka
waktu tertentu dan fleksibel. Program Mulia ini memfasilitasi kepemilikan
emas batangan melalui penjualan Logam Mulia oleh pegadaian secara tunai
atau angsuran sampai 3 tahun. Tersedia pilihan logam mulia dengan berat 1
gr, 2 gr, 5 gr, 10 gr, 25 gr, 50 gr, 100 gr, 250 gr dan 1 kg. Akad Mulia
(Murabahah Logam Mulia Untuk Investasi Abadi) menggunakan akad
Murabahah dan Rahn.
2.15.2. Rahn (Jasa gadai berprinsip syariah)
Rahn adalah skema pinjaman untuk memenuhi kebutuhan dana bagi
masyarakat dengan sistem gadai sesuai syariah. Sedangkan barang yang
menjadi jaminannya berupa perhiasan emas, berlian, peralatan elektronik dan
kendaraan bermotor.
2.15.3. Arrum (pembiayaan usaha mikro kecil berprinsip syariah)
Arrum adalah skema pinjaman dengan sistem syariah bagi para
pengusaha mikro dan kecil untuk keperluan pengembangan usaha dengan
sistem pengembalian secara angsuran, menggunakan jaminan BPKB mobil
atau motor yang dimilikinya, dan bisa juga emas, dengan jangka waktu
pembiayaan yang fleksibel.
2.15.4. Amanah (pembiayaan kepemilikan kendaraan bermotor)
Kendaraan bermotor menjadi kebutuhan utama bagi karyawan.
Kebutuhan ini bisa dimiliki melalui program amanah dari pegadaian syariah,
dengan skema pemberian pembiayaan kepada masyarakat yang
berpenghasilan tetap dalam jangka waktu kreditnya 12, 24, dan 36 bulan,
yang pengembaliannya dilakukan secara angsuran.

12
BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Dari pembahasan di atas dapat diambil kesimpulan, bahwa Rahn/gadai adalah


penguasaan barang milik peminjam oleh pemberi pinjaman sebagai jaminan atau
merupakan kegiatan ekonomi yang melibatkan dua belah pihak. Satu pihak
berperan sebagai peminjam uang dengan menyerahkan barang sebagai tanggungan.
Pihak lainnya berperan sebagai orang yang meminjamkan uang dan mendapati
barang tanggungan sebagai jaminan atas orang yang meminjam uang.
Sejarah singkat mengenai Pegadaian Syariah terjadi pada tahun 2003, mulai
beroperasi ULGS, Unit Layanan Gadai Syariah di Jakarta. Memberi alternatif
kepada masyarakat yang ingin bertransaksi gadai secara syariah. Unit Layanan
Gadai Syariah berubah menjadi SBU (Strategic Bisnis Unit) merupakan Divisi di
PT Pegadaian (Persero) yang menangani bisnis gadai syariah dengan segala
keanekaragamannya. Lahirlah produk-produk seperti Rahn (Gadai Syariah), Arrum
Emas dan Arrum BPKB, Amanah, Arrum Haji
Struktur Organisasi Pegadaian Syariah terdiri dari Pimpinan Cabang,
Penaksir, Kasir, Security, dan Staff/Office Boy yang masing-masing mempunyai
tugas dan wewenang yang berbeda-beda.

3.2. Saran

Kami menyadari pembuatan Makalah ini masih jauh dari kata sempurna.
Untuk itu kami mengharapkan kritik, dan saran untuk pengembangan lebih lanjut.
Kami berharap agar Makalah ini dapat bermanfaat bagi siapa saja yang
membutuhkan.
Setelah pembuatan Makalah ini, kami hanya bisa memberikan sedikit saran
yang ditujukan kepada pembaca khususnya yang ingin menjadi pengguna
Pegadaian Syariah, bahwa jika ingin menjadi Rahin atau Nasabah Pegadaian
Syariah ada beberapa hal yang harus diperhatikan. Jangan lupa untuk menyiapkan
persyaratan umum, dan dokumen-dokumen yang dibutuhkan agar prosesnya
berjalan dengan lancar.

13
DAFTAR PUSTAKA

https://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=1&cad=rj
a&uact=8&ved=0ahUKEwivgdS6qLvaAhVKvY8KHbXqCqcQFggnMAA&url=
http%3A%2F%2Fwww.pta-
kupang.go.id%2Flaporan%2Fekosyah%2F17%2520Pegadaian%2520Syariah%25
20M.A%2520rev3%2520black.pptx&usg=AOvVaw1aQSFWqtWGEYv8EWQ4F
SFO Diakses pada Bulan Mei 2018.
http://pegadaiansyariah.co.id/ Diakses pada Bulan Mei 2018.
http://pegadaiansyariah.co.id/rahn Diakses pada Bulan Mei 2018.
http://pegadaiansyariah.com/sejarah-pegadaian-syariah/ Diakses pada Bulan Mei
2018.
http://www.hidayatullahicb.com/2015/01/pegadaian-syariah-menyelesaikan-
masalah.html Diakses pada Bulan Mei 2018.
http://ulfatrenijuliana.blogspot.com/2009/06/pegadaian-syariah.html Diakses pada
Bulan Mei 2018.
https://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=1&ved=0
ahUKEwj5h9r-
nsjbAhVaVH0KHSUdDeAQFggsMAA&url=http%3A%2F%2Frepository.uin-
suska.ac.id%2F6571%2F3%2FBAB%2520II.pdf&usg=AOvVaw13a71lwL00yLk
FV8djQws8 Diakses pada Bulan Mei 2018.
https://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=2&ved=0
ahUKEwiQ6J3cvcnbAhUMTn0KHR_oDKUQFgg0MAE&url=http%3A%2F%2F
solikhah.blogs.uny.ac.id%2Fwp-
content%2Fuploads%2Fsites%2F1254%2F2017%2F03%2FPEGADAIAN-
MAkalah.pdf&usg=AOvVaw2bd9qlBmBNGbedFQBypgyO Diakses pada 10 Juni
pukul 23.15 WIB.
https://id.wikipedia.org/wiki/Gadai Diakses pada 11 Juni pukul 05.37 WIB.
https://kbbi.web.id/gadai Diakses pada 11 Juni pukul 05.39 WIB.
http://www.fikihkontemporer.com/2016/04/kompilasi-hukum-ekonomi-
syariah.html Diakses pada 11 Juni pukul 09.32 WIB.
http://bumn.go.id/pegadaian/halaman/41/tentang-perusahaan.html Diakses pada 11
Juni pukul 09.44 WIB.
http://pegadaiansyariah.com/sejarah-pegadaian-syariah/ Diakses pada 11 Juni
pukul 09.50 WIB.

14

Anda mungkin juga menyukai