Dosen Pengampu :
Sri Wigati, M.EI
Disusun Oleh :
Farah Virginia Maharani (G04219028)
Annisa Dinda Larasati (G74219087)
Muhammad Boy Muslim (G74219108)
Segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayahnya sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Sholawat serta salam semoga tetap
tercurahkan kepada Nabi kita yakni Nabi Muhammad SAW yang telah membawa kita dari jalan
gelap menuju jalan terang benderang yaitu agama islam.
Kami mengucapkan rasa syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya, baik itu
berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu untuk menyelesaikan
pembuatan makalah untuk memenuhi tugas dari mata kuliah Manajemen Lembaga Keuangan
Syariah dengan judul “Baitul Mal Wa Tamwil”
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih banyak terdapat
kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik serta saran dari
pembaca untuk makalah ini, agar makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik
lagi.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
Makalah......................................................................................................................................................i
“BAITUL MAL WA TAMWIL”..............................................................................................................i
KATA PENGANTAR...............................................................................................................................ii
DAFTAR ISI.............................................................................................................................................iii
BAB I..........................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN......................................................................................................................................4
A. Latar Belakang..............................................................................................................................4
B. Rumusan Masalah.........................................................................................................................4
C. Tujuan Masalah.............................................................................................................................4
BAB II........................................................................................................................................................6
PEMBAHASAN.........................................................................................................................................6
A. Pengertian Baitul Mal Wa Tamwil...............................................................................................6
B. Fungsi Baitul Mal Wa Tamwil......................................................................................................6
C. Tujuan Baitul Mal Wa Tamwil.....................................................................................................6
D. Sejarah Baitul Mal Wa Tamwil....................................................................................................6
E. Manajemen Organisasi Baitul Mal Wa Tamwil..........................................................................6
F. Manajemen Operasional dan Produk Baitul Mal Wa Tamwil..................................................6
G Manajemen Keuangan Baitul Mal Wa Tamwil...........................................................................7
H. Manajemen Pemasaran Baitul Mal Wa Tamwil.........................................................................7
BAB III.......................................................................................................................................................7
PENUTUP..................................................................................................................................................7
A. Kesimpulan....................................................................................................................................7
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................................8
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Baitul Maal wat Tamwil adalah lembaga keuangan dengan konsep syariah yang lahir
sebagai pilihan yang menggabungkan konsep maal dan tamwil dalam satu kegiatan
lembaga. Konsep maal lahir dan menjadi bagian dari kehidupan masyarakat muslim
dalam hal menghimpun dan menyalurkan dana untuk zakat, infak dan shadaqah (ZIS)
secara produktif. Sedangkan konsep tamwil lahir untuk kegiatan bisnis produktif yang
murni untuk mendapatkan keuntungan dengan sektor masyarakat menengah ke bawah
(mikro). Kehadiran lembaga keuangan mikro syariah Baitul Maal wa Tamwil (BMT)
dirasakan telah membawa manfaat finansil bagi masyarakat, terutama masyarakat kecil
yang tidak menggunkan bank dan menolak riba. Kehadiran BMT di satu sisi menjalankan
misi ekonomi syariah dan di sisi lain mengemban tugas ekonomi kerakyatan dengan
meningkatkan ekonomi mikro, itulah sebabnya perkembangan BMT sangat pesat di
tengah perkembangan lembaga keuangan mkro konvensional lainnya.
B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian Baitul Mal Wa Tamwil?
2. Apa saja Fungsi Baitul Mal Wa Tamwil?
3. Apa saja Tujuan Baitul Mal Wa Tamwil?
4. Bagaimana Sejarah Baitul Mal Wa Tamwil?
5. Bagaimana Manajemen Organisasi Baitul Mal Wa Tamwil?
6. Bagaimana Manajemen Operasional dan Produk Baitul Mal Wa Tamwil?
7. Bagaimana Manajemen Keuangan Baitul Mal Wa Tamwil?
8. Bagaimana Manajemen Pemasaran Baitul Mal Wa Tamwil?
C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui Pengertian Baitul Mal Wa Tamwil
2. Untuk mengetahui Fungsi Baitul Mal Wa Tamwil
4
3. Untuk mengetahui Tujuan Baitul Mal Wa Tamwil
4. Untuk mengetahui Sejarah Baitul Mal Wa Tamwil
5. Untuk mengetahui Manajemen Organisasi Baitul Mal Wa Tamwil
6. Untuk mengetahui Manajemen Operasional dan Produk Baitul Mal Wa Tamwil
7. Untuk mengetahui Manajemen Keuangan Baitul Mal Wa Tamwil
8. Untuk mengetahui Manajemen Pemasaran Baitul Mal Wa Tamwil
5
BAB II
PEMBAHASAN
Secara Bahasa baitul maal dibentuk dengan meng-idhhafah-kan kata bait yang
artinya ‘rumah’ kepada al-mal yang artinya ‘harta’. Kata al-mal mencakup semua jenis
harta. Menurut jumhur ulama, al-mal adalaha benda berharga, seperti emas dan perak
yang kemudian digunakan untuk menyebut segala yang dimiliki. Sesuatu yang sudah
diketahui menurut perkataan orang Arab serta apasaja yang dikumpulkan dan dimiliki
juga disebut dengan mal. Menurut Ibn alatsir, mal asalnya adalah emas dan perak yang
dimiliki, lalu dimutlakan untuk menyebut semua benda yang berharga yang dikumpulkan
dan dimiliki. Dengan demikian, secara harfiah baitul mal artinya ‘rumah harta’, yaitu
rumah untuk menyimpan harta berupa semua jenis benda berharga yang dikumpulkan
dan dimiliki.
1
Nurul Huda, Purnama Putra, Novarini, Yosi Mardoni, Baitul Maal Wa Tamwil, Sebuah Tinjauan Teoritis (Jakarta:
AMZAH, 2016), h. 20.
2
Prof. H. A. Djazuli, Lembaga-Lembaga Perekonomian Ummat (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2002), h. 183.
6
Sasaran utama prinsip-prisnsip Al-qur’an dalam pengeloalaan baitul maal terhindarnya
penumpukan harta kekayaan dikalangan segelintir orang sebagai mana Allah SWT
berfirman dalam (QS. Al-Hasyr (59): 7).
ًةJَوْ نَ ُدوْ لJبِ ْي ِل َك ْي الَيَ ُكJالسَّ ِكي ِْن َواب ِْنJرْ ٰبى َو ْاليَ ٰتمٰ ى َو ْال َم ٰسJُ ِذى ْالقJَِمآاَفَآ َءهّٰللا ُ ع َٰلى َرسُوْ لِه ِم ْن اَهـْ ِل ْالقُ ٰرى فَلِ ٰلّ ِه َولِل َّر سُوْ ِل َول
بِ د ْال ِعقَاJُ بَ ْينَ ااْل َ ْغنِيَآ ِء ِم ْن ُك ْم َو َمآ ٰا ٰت ُك ُم ال َّرسُو ُل فَ ُخ ُذهُ َو َما نَه ٰـ ُك ْم َع ْنهُ فَا ْنتَهـُوْ ا َوانَّقُوا هللاَ اِ َّن هللاَ َش ِد ْي
Artinya : “apa yang diberikan Rasul kepadamu, Maka terimalah. dan apa yang
dilarangnya bagimu, Maka tinggalkanlah. dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya
Allah Amat keras hukumannya”
Pada dasarnya kegiatan Baitul Maal Wa Tamwil terdiri atas dua lembaga yaitu:
a. Baitul Maal
Baitul Maal merupakan lembaga keuangan yang berorientasi sosial keagamaan yang
usaha utamanya menampung serta menyalurkan harta masyarakat berupa Zakat, Infaq,
Shadaqah (ZIS) berdasarkan ketentuan yang telah ditetapkan Al-Qur’an dan Sunah Rasul.
7
1) Visi dan misi ekonomi kerakyatan
2) Profit oriented / berorientasi laba
3) Dijalankan sesuai dengan prinsip Syariah
4) Memiliki peran mediator / lembaga intermediasi antara pemilik
kelebihan dana dan pihak yang memerlukan dana.
3
Nurul Huda dan Mohamad Heykal, Lembaga Keunagan Islam Tinjauan Teoretis dan Praktis, (Jakarta: Kencana
Prenada Group, 2010), 363.
8
a. Kebijakan ekonomi pemerintah yang kurang berpihak pada pemberdayaan
ekonomi kerakyataan sehingga rasa keadilan dan kesejahteraan ekonomi umat
masih jauh dari harapan.
b. Belum banyak perbankan syariah yang bisa menyentuh sector mikro.
c. Adanya sebagian masyarakat yang meragukan “kehalalan” bunga bank
d. Meningkatkan pemberdayaan ekonomi, khususnya dikalangan ekonomi/usaha
kecil dan menengah melalui sistem syariah.
e. Mendorong kehidupan ekonomi syariah dalam kegiatan ekonomi mikro, UKM
khususnya di Indoneia.
f. Meningkatnya kesadaran masyarakat untuk bermuamalah secara syariah dalam
kehidupan keseharian khususnya dalam berbisnis.4
Baitul Maal wat Tamwil adalah lembaga keuangan dengan konsep syariah yang
lahir sebagai pilihan yang menggabungkan konsep maal dan tamwil dalam satu kegiatan
lembaga. Konsep maal lahir dan menjadi bagian dari kehidupan masyarakat muslim
dalam hal menghimpun dan menyalurkan dana untuk zakat, infak dan shadaqah (ZIS)
secara produktif. Sedangkan konsep tamwil lahir untuk kegiatan bisnis produktif yang
murni untuk mendapatkan keuntungan dengan sektor masyarakat menengah ke bawah
(mikro).
9
sebabnya perkembangan BMT sangat pesat di tengah perkembangan lembaga keuangan
mikro konvensional lainnya.
Namun, perkembangan BMT ini tidak diikuti dengan pengaturan dan landasan
hukum yang jelas. BMT memiliki karakteristik yang khas jika dibandingkan dengan
lembaga keuangan lain yang ada, karena selain memiliki misi komersial (Baitut Tamwil)
juga memiliki misi sosial (Baitul Maal), oleh karenanya BMT bisa dikatakan sebagai
jenis lembaga keuangan mikro baru dari yang telah ada sebelumnya. Beberapa BMT
mengambil bentuk hukum koperasi, namun hal ini masih bersifat pilihan, bukan
keharusan. BMT dapatdidirikan dalam bentuk Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM)
ataupun dapat juga berbentuk badan hukum koperasi.5
Baitul Maal Wattamwil terdiri dari dua istilah yaitu Baitul Maal dan Baitul
Tamwil, Baitul Maal berarti rumah untuk mengumpulkan atau menyimpan Harta.
Adapun secara terminilogis uraian Abdul Qadim Zallum dalam kitab al-Amwaal fi
Daulah al-Khilafah Baitul Maal adalah suatu lembaga atau pihak yang mempunyai tugas
khusus menangani segala harta umat baik berupa pendapatan maupun pengeluaan negara,
Sedangkan Baitul Tamwil adalah suatu lembaga yang melakukan kegiatan
pengembangan usaha-usaha produktif dan investasi dalam meningkatkan kesejahteraan
pengusaha mikro melalui kegiatan pembiayaan dan menabung. Baitul Tamwil diartikan
rumah pengembangan harta yang melakukan kegiatan-kegiatan produktif seperti
investasi, menabung dan menunjang pembiayaan ekonomi.
BMT merupkan kependekan dari Baitul Maal wa Tamwil terkadang ditulis pula
Baitul Maal wa Baitul Tamwil, Dalam konteks kontemporer, BMT secara sederhana
konsep Baitul Maal diubah menjadi lembaga solidaritas sosial dan lembaga
pemberdayaan rakyat kecil untuk dapat bersaing dengan lembaga ekonomi modern
multinasional bahkan trans-internasional (global).
BMT pertama kali muncul adalah BMT Bina Insan Kamil (BIK) di Jakarta yang
beroperasi Juni 1992. Para penggiat BMT BIK yang didukung oleh pihak yang peduli
membentuk Pusat Pengkajian dan Pengembangan Usaha Kecil (P3UK) pada tahun 1994,
5
Novita dewi Masyitoh, Analisis Normatif Undang-Undang No.1 Tahun 2013 Tentang Lembaga Keuangan Mikro
Atas Status Badan Hukum dan Pengawasan Baitul Maal Wat Tamwil, Vol 5, Edisi 2, 2014, Hal 18-19
10
P3UK sempat membina sekitar 100 BMT di Jakarta, Depok, Bekasi, dan Jateng.
Kemudian adanya Keterlibatan aktif Dompet Dhuafa Republika, suatu lembaga
penghimpun Zakat, infak,sadaqah dan wakaf. Setelah studi ke BMT BIK, DD menggelar
diklat sendiri: Bogor (1994), Semarang (1994), dan Yogyakarta (1995). Selanjutnya
berkembang sekitar 60 BMT (1995) yang dibina dan dikembangkan secara cukup serius.
11
3. Pembina Manajemen bertugas untuk membina jalannya BMT dalam
merealisasikan programnya
4. Manajer bertugas menjalankan amanat musyawarah anggota BMT dan memimpin
BMT dalam merealisasikan programnya.Selain itu menurut Rivai tugas manajer
dalam sebuah BMT adalah membuat rencana pemasaran, pembiayaan,
operasional, dan keuangan secara periodic, membuat kebijakan khusus sesuai
dengan kebijakan umum yang digariskan oleh dewan pengurus syariah,
memimpin dan mengarahkan kegiatan yang dilakukan oleh stafnya, membuat
laporan pembiayaan baru, perkembangan pembiayaan, dana, rugi laba secara
periodik kepada dewan pengawas syariah.
5. Pemsaran bertugas untuk mensosialisasikan dan mengelola produk-produk
BMT.
6. Kasir bertugas melayani nasabah.
7. Pembukuan bertugas untuk melakukan pembukuan atas asset dan omzet BMT
Dengan adanya struktur dan tugas dari masing-masing jabatan maka akan
mempermudah pelaksanaan tugas, mempermudah pimpinan mengawasi
bawahan, menghindari duplikasi tugas, semua unit dalam organisasi mengerti
tanggung jawabnya. Apabila sebuah BMT melaksanakan tugas dari masing-
masing struktur dengan baik dan maksimal maka akan menghasilkan
perkembangan BMT yang cukup baik pula sesuai dengan visi misi yang
diinginkan
12
murabahah, wadia’ah hingga qardhul hasan, baik dalam konteks penghimpunan maupun
penyaluran dana dari dan kepada masyarakat.
Dalam menjalankan usahanya BMT menggunakan prinsip-prinsip di bawah ini,
yaitu:
a. Prinsip bagi hasil
Dengan prinsip ini pembagian hasil dari pemberi pinjaman dengan BMT, yaitu:
Al-Mudarabah, Al-Musyarakah, AlMuzara’ah, Al-Musaqah.
b. Sistem jual beli
Sistem ini merupakan suatu tata cara jual yang dalam pelaksanaannya BMT
mengangkat nasabah sebagai agen yang diberi kuasa melakukan pembelian barang atas
nama BMT, dan kemudian bertindak sebagai penjual, dengan menjual barang yang telah
dibelinya tersebut dengan ditambah mark-up. Keuntungan BMT nantinya akan dibagi
kepada penyedia dana. Sistem ini antara lain: Bai’ al-Murabahah, Ba’i as-Salam, Ba’i al-
Istishna, Bai’ Bitsaman Ajil.
c. Sistem non-profit
Sistem ini sering disebut sebagai pembiayaan kebajikan ini merupakan
pembiayaan yang bersifat sosial dan non-komersial. Nasabah cukup mengembalikan
pokok pinjamannya saja. Pembiayaan ini yaitu Al-Qardu Hasan.
d. Akad bersyariat
Akad bersyariat adalah kerjasama antara kedua belah pihak atau lebih dan
masing-masing pihak mengikutsertakan modal (dalam berbagai bentuk) dengan
perjanjian pembagian keuntungan atau kerugian yang disepakati. Pembiayaan ini yaitu
AlMusyarakah dan Al-Mudarabah.
e. Produk pembiayaan
Penyediaan uang dan tagihan berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-
meminjam diantara BMT dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk
melunasi utangnya beserta bagi hasilnya setelah jangka waktu tertentu yaitu:
1) Pembiayaan al Murabahah (MBA)
2) Pembiayaan al Ba’ Bitsaman Ajil (BBA)
3) Pembiayaan al Mudarabah (MDA)
4) Pembiayaan al Musyarakah (MSA)
13
Untuk meningkatkan peran BMT dalam kehidupan ekonomi masyarakat, maka
BMT terbuka untuk menciptakan produk baru akan tetapi produk tersebut harus memnuhi
syarat:
a. Sesuai dengan syariat dan disetujui oleh Dewan Syariah.
b. Dapat ditangani oleh sistem operasi BMT bersangkutan.
c. Membawa kemaslahatan bagi masyarakat.8
8
Heri Sudarsono, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah Deskripsi dan Ilustrasi, (Yogyakarta: Ekonosia, 2004),
h.108.
9
Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syariah dari Teori ke Praktek (Jakarta: Gema Insani, 2001),
101.
14
b) pinjam-meminjam (al-qard}) Al-qard} adalah pemberian harta kepada orang
lainyang dapat ditagih atau diminta kembali atau dengan kata lain meminjamkan tanpa
mengharapkan imbalan.
c) Produk tabarru’: ZISWAH (Zakat, Infaq, Shadaqah, Wakaf, dan Hibah).
15
Pemasaran adalah aktivitas atau kegiatan yang ditujukan untuk
memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen melalui proses pertukaran. Oleh
karena itu, strategi pemasaran yang berhasil sangat ditentukan oleh tingkat
kepuasan konsumen yang diperolehnya dari kegiatan pemasaran yang dilakukan
perusahaan untuk produknya. Atas dasar inilah maka dapat dikatakan bahwa tujuan
dan sasaran pemasaran produk adalah untuk memberikan kepuasan kepada
konsumen produk tersebut, di mana perlu ditetapkan strategi pemasaran yang tepat
(Assauri, 2007). Menurut The Chartered Institute of Marketing (CIM) marketing
adalah proses manajemen yang mengidentifikasi, mengantisipasi, dan upaya
memenuhi kebutuhan pelanggan (Whalley, 2010).10
a. Perencanaan Produk
Dalam perencanaan produk BMT harus mempertimbangkan kepuasan nasabah,
hal-hal yang perlu diperhatikan menyangkut konsep produk yaitu kualitas,
pelayanan dan bagi hasil produk.
10
Muhamad Subhan. STRATEGI PEMASARAN SYARI’AH PADA BMT AL-AMANAH DALAM
MENINGKATKAN MODAL DAN PENYALURAN PEMBIAYAAN. EkBis: Jurnal Ekonomi dan Bisnis, Vol. 2,
No. 1. Halaman 100-101.
11
ANDIK KHOIRUL ANAM. IMPLEMENTASI STRATEGI PEMASARAN DI BMT PAHLAWAN
TULUNGAGUNG. Hal 24-26.
16
b. Pendekatan dengan masyarakat
BMT berusaha menjangkau seluruh lapisan masyarakat untuk memperkenalkan
produk-produknya agar lebih dikenal oleh masyarakat maka strategi yang
dianggap efektif adalah strategi personal selling, dengan strategi tersebut
diharapkan pasar sasaran dapat dijangkau oleh pihak bank.
c. Promosi
Promosi terhadap produk yang dilakukan BMT adalah melalui brosur, mulut
kemulut dan mendatangi nasabah secara langsung. Kegunaan dari promosi adalah
untuk memperkenalkan produk dalam mencari nasabah dan gagasan ide pada
kelompok sasaran.
d. Adapun penyaluran dana dengan cara Penyaluran dana pada, aktiva produktif,
berupa pemberian Pembiayaan kepada nasabah dan Penempatan dana pada Bank
lain
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Baitul Maal Wa Tamwil (BMT) adalah balai usaha mandiri terpadu yang isinya
berintikan bait al-mal wa at-tamwil dengan kegitan mengembangkan usaha-usaha
produktif dan investasi dalam meningkatkan kualitas kegiatan ekonomi pengusaha kecil-
bawah dan kecil dengan antara lain mendorong kegiatan menabung dan menunjang
pembiayaan kegiatan ekonomi. Adapun fungsi dan tujuan BMT salah satunya adalah
Menghimpun dan penyalur dana, dengan menyimpan uang di BMT, uang tersebut dapat
ditingkatkan utilitasnya, sehingga timbul unit surplus (pihak yang memiliki dana lebih)
dan unit defisit (pihak yang kekurangan modal). Dan tujuan BMT adalah Meningkatkan
17
pemberdayaan ekonomi, khususnya dikalangan ekonomi/usaha kecil dan menengah
melalui sistem syariah.
DAFTAR PUSTAKA
Nurul Huda, Purnama Putra, Novarini, Yosi Mardoni, Baitul Maal Wa Tamwil, Sebuah Tinjauan
Teoritis (Jakarta: AMZAH, 2016), h. 20.
Nurul Huda dan Mohamad Heykal, Lembaga Keunagan Islam Tinjauan Teoretis dan Praktis,
(Jakarta: Kencana Prenada Group, 2010), 363.
Isma Ilmi Hayati Ginting, Analisis Strategi Pengembangan BMT di Kota Medan, Jurnal
Ekonomi dan Keuangan, Vol. 2, No.11, 2014, Hal. 675-676
Novita dewi Masyitoh, Analisis Normatif Undang-Undang No.1 Tahun 2013 Tentang Lembaga
Keuangan Mikro Atas Status Badan Hukum dan Pengawasan Baitul Maal Wat
Tamwil, Vol 5, Edisi 2, 2014, Hal 18-19
18
Slamet Mujiono, Cikal Bakal Lahirnya BMT di Indonesia, Eksistensi Lembaga Keuangan Mikro,
Vol-2, Nomor 2, 2017, Hal. 210-212
Heri Sudarsono, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah: Deskripsi dan Ilustrasi,(Yogyakarta:
Ekonosia, 2003) hal.100
Heri Sudarsono, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah Deskripsi dan Ilustrasi, (Yogyakarta:
Ekonosia, 2004), h.108.
Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syariah dari Teori ke Praktek (Jakarta: Gema Insani, 2001),
101.
19