Anda di halaman 1dari 19

Makalah

Ditujukan untuk Memenuhi Tugas Manajemen Lembaga Keuangan Syariah

“BAITUL MAL WA TAMWIL”

Dosen Pengampu :
Sri Wigati, M.EI
Disusun Oleh :
Farah Virginia Maharani (G04219028)
Annisa Dinda Larasati (G74219087)
Muhammad Boy Muslim (G74219108)

PROGRAM STUDI EKONOMI ISLAM


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL
SURABAYA
2021
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum wr. wb.

Segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayahnya sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Sholawat serta salam semoga tetap
tercurahkan kepada Nabi kita yakni Nabi Muhammad SAW yang telah membawa kita dari jalan
gelap menuju jalan terang benderang yaitu agama islam.

Kami mengucapkan rasa syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya, baik itu
berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu untuk menyelesaikan
pembuatan makalah untuk memenuhi tugas dari mata kuliah Manajemen Lembaga Keuangan
Syariah dengan judul “Baitul Mal Wa Tamwil”

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih banyak terdapat
kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik serta saran dari
pembaca untuk makalah ini, agar makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik
lagi.

Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih.


Wassalamualaikum wr. wb
.

Surabaya, 1 April 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Makalah......................................................................................................................................................i
“BAITUL MAL WA TAMWIL”..............................................................................................................i
KATA PENGANTAR...............................................................................................................................ii
DAFTAR ISI.............................................................................................................................................iii
BAB I..........................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN......................................................................................................................................4
A. Latar Belakang..............................................................................................................................4
B. Rumusan Masalah.........................................................................................................................4
C. Tujuan Masalah.............................................................................................................................4
BAB II........................................................................................................................................................6
PEMBAHASAN.........................................................................................................................................6
A. Pengertian Baitul Mal Wa Tamwil...............................................................................................6
B. Fungsi Baitul Mal Wa Tamwil......................................................................................................6
C. Tujuan Baitul Mal Wa Tamwil.....................................................................................................6
D. Sejarah Baitul Mal Wa Tamwil....................................................................................................6
E. Manajemen Organisasi Baitul Mal Wa Tamwil..........................................................................6
F. Manajemen Operasional dan Produk Baitul Mal Wa Tamwil..................................................6
G Manajemen Keuangan Baitul Mal Wa Tamwil...........................................................................7
H. Manajemen Pemasaran Baitul Mal Wa Tamwil.........................................................................7
BAB III.......................................................................................................................................................7
PENUTUP..................................................................................................................................................7
A. Kesimpulan....................................................................................................................................7
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................................8

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Baitul Maal wat Tamwil adalah lembaga keuangan dengan konsep syariah yang lahir
sebagai pilihan yang menggabungkan konsep maal dan tamwil dalam satu kegiatan
lembaga. Konsep maal lahir dan menjadi bagian dari kehidupan masyarakat muslim
dalam hal menghimpun dan menyalurkan dana untuk zakat, infak dan shadaqah (ZIS)
secara produktif. Sedangkan konsep tamwil lahir untuk kegiatan bisnis produktif yang
murni untuk mendapatkan keuntungan dengan sektor masyarakat menengah ke bawah
(mikro). Kehadiran lembaga keuangan mikro syariah Baitul Maal wa Tamwil (BMT)
dirasakan telah membawa manfaat finansil bagi masyarakat, terutama masyarakat kecil
yang tidak menggunkan bank dan menolak riba. Kehadiran BMT di satu sisi menjalankan
misi ekonomi syariah dan di sisi lain mengemban tugas ekonomi kerakyatan dengan
meningkatkan ekonomi mikro, itulah sebabnya perkembangan BMT sangat pesat di
tengah perkembangan lembaga keuangan mkro konvensional lainnya.

B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian Baitul Mal Wa Tamwil?
2. Apa saja Fungsi Baitul Mal Wa Tamwil?
3. Apa saja Tujuan Baitul Mal Wa Tamwil?
4. Bagaimana Sejarah Baitul Mal Wa Tamwil?
5. Bagaimana Manajemen Organisasi Baitul Mal Wa Tamwil?
6. Bagaimana Manajemen Operasional dan Produk Baitul Mal Wa Tamwil?
7. Bagaimana Manajemen Keuangan Baitul Mal Wa Tamwil?
8. Bagaimana Manajemen Pemasaran Baitul Mal Wa Tamwil?

C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui Pengertian Baitul Mal Wa Tamwil
2. Untuk mengetahui Fungsi Baitul Mal Wa Tamwil

4
3. Untuk mengetahui Tujuan Baitul Mal Wa Tamwil
4. Untuk mengetahui Sejarah Baitul Mal Wa Tamwil
5. Untuk mengetahui Manajemen Organisasi Baitul Mal Wa Tamwil
6. Untuk mengetahui Manajemen Operasional dan Produk Baitul Mal Wa Tamwil
7. Untuk mengetahui Manajemen Keuangan Baitul Mal Wa Tamwil
8. Untuk mengetahui Manajemen Pemasaran Baitul Mal Wa Tamwil

5
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Baitul Mal Wa Tamwil

Secara Bahasa baitul maal dibentuk dengan meng-idhhafah-kan kata bait yang
artinya ‘rumah’ kepada al-mal yang artinya ‘harta’. Kata al-mal mencakup semua jenis
harta. Menurut jumhur ulama, al-mal adalaha benda berharga, seperti emas dan perak
yang kemudian digunakan untuk menyebut segala yang dimiliki. Sesuatu yang sudah
diketahui menurut perkataan orang Arab serta apasaja yang dikumpulkan dan dimiliki
juga disebut dengan mal. Menurut Ibn alatsir, mal asalnya adalah emas dan perak yang
dimiliki, lalu dimutlakan untuk menyebut semua benda yang berharga yang dikumpulkan
dan dimiliki. Dengan demikian, secara harfiah baitul mal artinya ‘rumah harta’, yaitu
rumah untuk menyimpan harta berupa semua jenis benda berharga yang dikumpulkan
dan dimiliki.

Adapun secara terminologis, sebagaimana uraian Abdul Qadir Zallum, baitul


maal adalah lembaga atau pihak yang mempunyai tugas khusus mengenai segala harta
umat,baik berupa pendapatan maupun pengeluaran negara. 1Baitul Maal Wa Tamwil
(BMT) adalah balai usaha mandiri terpadu yang isinya berintikan bait al-mal wa at-
tamwil dengan kegitan mengembangkan usaha-usaha produktif dan investasi dalam
meningkatkan kualitas kegiatan ekonomi pengusaha kecil-bawah dan kecil dengan antara
lain mendorong kegiatan menabung dan menunjang pembiayaan kegiatan ekonomi.
Selain itu, BMT juga bias menerima titipan zakat, infak, dan sedekah, lalu
menyalurkannya sesuai dengan peraturan dan amanat.2

1
Nurul Huda, Purnama Putra, Novarini, Yosi Mardoni, Baitul Maal Wa Tamwil, Sebuah Tinjauan Teoritis (Jakarta:
AMZAH, 2016), h. 20.
2
Prof. H. A. Djazuli, Lembaga-Lembaga Perekonomian Ummat (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2002), h. 183.

6
Sasaran utama prinsip-prisnsip Al-qur’an dalam pengeloalaan baitul maal terhindarnya
penumpukan harta kekayaan dikalangan segelintir orang sebagai mana Allah SWT
berfirman dalam (QS. Al-Hasyr (59): 7).

ً‫ة‬Jَ‫وْ نَ ُدوْ ل‬J‫بِ ْي ِل َك ْي الَيَ ُك‬J‫الس‬َّ ‫ ِكي ِْن َواب ِْن‬J‫رْ ٰبى َو ْاليَ ٰتمٰ ى َو ْال َم ٰس‬Jُ‫ ِذى ْالق‬Jِ‫َمآاَفَآ َءهّٰللا ُ ع َٰلى َرسُوْ لِه ِم ْن اَهـْ ِل ْالقُ ٰرى فَلِ ٰلّ ِه َولِل َّر سُوْ ِل َول‬
‫ب‬ِ ‫د ْال ِعقَا‬Jُ ‫بَ ْينَ ااْل َ ْغنِيَآ ِء ِم ْن ُك ْم َو َمآ ٰا ٰت ُك ُم ال َّرسُو ُل فَ ُخ ُذهُ َو َما نَه ٰـ ُك ْم َع ْنهُ فَا ْنتَهـُوْ ا َوانَّقُوا هللاَ اِ َّن هللاَ َش ِد ْي‬

Artinya : “apa yang diberikan Rasul kepadamu, Maka terimalah. dan apa yang
dilarangnya bagimu, Maka tinggalkanlah. dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya
Allah Amat keras hukumannya”

Pada dasarnya kegiatan Baitul Maal Wa Tamwil terdiri atas dua lembaga yaitu:

a. Baitul Maal
Baitul Maal merupakan lembaga keuangan yang berorientasi sosial keagamaan yang
usaha utamanya menampung serta menyalurkan harta masyarakat berupa Zakat, Infaq,
Shadaqah (ZIS) berdasarkan ketentuan yang telah ditetapkan Al-Qur’an dan Sunah Rasul.

Ciri – ciri operasional Baitul Maal :

1) Visi dan misi sosial


2) Non – profit (nirlaba)
3) Memiliki fungsi sebagai mediator antara pemberi zakat (muzakki)
dan penerima zakat (mustahik)
4) Tidak diperbolehkan mengambil profit apapun dalam
operasionalnya
b. Baitul Tamwil
Baitul Tamwil merupakan lembaga keuangan yang kegiatan utamanya menghimpun dana
masyarakat dalam bentuk tabungan ataupun deposito dan menyalurkannya kembali
kepada masyarakat dalam bentuk pembiayaan berdasarkan prinsip syariah melalui
mekanisme yang lazim dalam dunia perbankan.

Ciri – ciri operasional Baitul Tamwil :

7
1) Visi dan misi ekonomi kerakyatan
2) Profit oriented / berorientasi laba
3) Dijalankan sesuai dengan prinsip Syariah
4) Memiliki peran mediator / lembaga intermediasi antara pemilik
kelebihan dana dan pihak yang memerlukan dana.

B. Fungsi Baitul Mal Wa Tamwil

Adapun fungsi dari baitul mal wa tamwil (BMT) antara lain:


1. Menghimpun dan penyalur dana, dengan menyimpan uang di BMT, uang tersebut
dapat ditingkatkan utilitasnya, sehingga timbul unit surplus (pihak yang memiliki
dana lebih) dan unit defisit (pihak yang kekurangan modal).
2. Pencipta dan pemberi likuiditas, dapat menciptakan alat pembayaran yang sah
yang mampu memberikan kemampuan untuk memenuhi kewajiban suatu lembaga
atau perorangan.
3. Sumber pendapatan, BMT dapat menciptakan lapangan kerja dan memberi
pendapatan kepada para pegawaian.
4. Pemberi informasi kepada masyarakat mengenai resiko keuntungan dan peluang
yang ada pada lembaga tersebut.
5. Sebagai satu lembaga keuangan mikro Islam yang dapat memebrikan pembiayaan
bagi hasil usaha kecil, mikro, menengah, dan juga koperasi dengan kelebihan
tidak memberatkan bagi UMKM tersebut3

C. Tujuan Baitul Mal Wa Tamwil


BMT merupakan suatu lembaga keuangan yang sangat dibutuhkan bagi
masyarakat dan pengusaha kecil dan memiliki beberapa tujuan menyangkut pembiayaan,
adapun tujuan dari BMT adalah sebagai berikut:

3
Nurul Huda dan Mohamad Heykal, Lembaga Keunagan Islam Tinjauan Teoretis dan Praktis, (Jakarta: Kencana
Prenada Group, 2010), 363.

8
a. Kebijakan ekonomi pemerintah yang kurang berpihak pada pemberdayaan
ekonomi kerakyataan sehingga rasa keadilan dan kesejahteraan ekonomi umat
masih jauh dari harapan.
b. Belum banyak perbankan syariah yang bisa menyentuh sector mikro.
c. Adanya sebagian masyarakat yang meragukan “kehalalan” bunga bank
d. Meningkatkan pemberdayaan ekonomi, khususnya dikalangan ekonomi/usaha
kecil dan menengah melalui sistem syariah.
e. Mendorong kehidupan ekonomi syariah dalam kegiatan ekonomi mikro, UKM
khususnya di Indoneia.
f. Meningkatnya kesadaran masyarakat untuk bermuamalah secara syariah dalam
kehidupan keseharian khususnya dalam berbisnis.4

D. Sejarah Baitul Mal Wa Tamwil

Baitul Maal wat Tamwil adalah lembaga keuangan dengan konsep syariah yang
lahir sebagai pilihan yang menggabungkan konsep maal dan tamwil dalam satu kegiatan
lembaga. Konsep maal lahir dan menjadi bagian dari kehidupan masyarakat muslim
dalam hal menghimpun dan menyalurkan dana untuk zakat, infak dan shadaqah (ZIS)
secara produktif. Sedangkan konsep tamwil lahir untuk kegiatan bisnis produktif yang
murni untuk mendapatkan keuntungan dengan sektor masyarakat menengah ke bawah
(mikro).

Kehadiran BMT untuk menyerap aspirasi masyarakat muslim di tengah


kegelisahan kegiatan ekonomi dengan prinsip riba, sekaligus sebagai supporting funding
untuk mengembangkan kegiatan pemberdayaan usaha kecil dan menengah. Kehadiran
lembaga keuangan mikro syariah yang bernama Baitul Maal wa Tamwil (BMT)
dirasakan telah membawa manfaat finansil bagi masyarakat, terutama masyarakat kecil
yang tidak bankable dan menolak riba, karena berorientasi pada ekonomi kerakyatan.
Kehadiran BMT di satu sisi menjalankan misi ekonomi syariah dan di sisi lain
mengemban tugas ekonomi kerakyatan dengan meningkatkan ekonomi mikro, itulah
4
Isma Ilmi Hayati Ginting, Analisis Strategi Pengembangan BMT di Kota Medan, Jurnal Ekonomi dan Keuangan, Vol.
2, No.11, 2014, Hal. 675-676

9
sebabnya perkembangan BMT sangat pesat di tengah perkembangan lembaga keuangan
mikro konvensional lainnya.

Namun, perkembangan BMT ini tidak diikuti dengan pengaturan dan landasan
hukum yang jelas. BMT memiliki karakteristik yang khas jika dibandingkan dengan
lembaga keuangan lain yang ada, karena selain memiliki misi komersial (Baitut Tamwil)
juga memiliki misi sosial (Baitul Maal), oleh karenanya BMT bisa dikatakan sebagai
jenis lembaga keuangan mikro baru dari yang telah ada sebelumnya. Beberapa BMT
mengambil bentuk hukum koperasi, namun hal ini masih bersifat pilihan, bukan
keharusan. BMT dapatdidirikan dalam bentuk Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM)
ataupun dapat juga berbentuk badan hukum koperasi.5

Baitul Maal Wattamwil terdiri dari dua istilah yaitu Baitul Maal dan Baitul
Tamwil, Baitul Maal berarti rumah untuk mengumpulkan atau menyimpan Harta.
Adapun secara terminilogis uraian Abdul Qadim Zallum dalam kitab al-Amwaal fi
Daulah al-Khilafah Baitul Maal adalah suatu lembaga atau pihak yang mempunyai tugas
khusus menangani segala harta umat baik berupa pendapatan maupun pengeluaan negara,
Sedangkan Baitul Tamwil adalah suatu lembaga yang melakukan kegiatan
pengembangan usaha-usaha produktif dan investasi dalam meningkatkan kesejahteraan
pengusaha mikro melalui kegiatan pembiayaan dan menabung. Baitul Tamwil diartikan
rumah pengembangan harta yang melakukan kegiatan-kegiatan produktif seperti
investasi, menabung dan menunjang pembiayaan ekonomi.

BMT merupkan kependekan dari Baitul Maal wa Tamwil terkadang ditulis pula
Baitul Maal wa Baitul Tamwil, Dalam konteks kontemporer, BMT secara sederhana
konsep Baitul Maal diubah menjadi lembaga solidaritas sosial dan lembaga
pemberdayaan rakyat kecil untuk dapat bersaing dengan lembaga ekonomi modern
multinasional bahkan trans-internasional (global).

BMT pertama kali muncul adalah BMT Bina Insan Kamil (BIK) di Jakarta yang
beroperasi Juni 1992. Para penggiat BMT BIK yang didukung oleh pihak yang peduli
membentuk Pusat Pengkajian dan Pengembangan Usaha Kecil (P3UK) pada tahun 1994,

5
Novita dewi Masyitoh, Analisis Normatif Undang-Undang No.1 Tahun 2013 Tentang Lembaga Keuangan Mikro
Atas Status Badan Hukum dan Pengawasan Baitul Maal Wat Tamwil, Vol 5, Edisi 2, 2014, Hal 18-19

10
P3UK sempat membina sekitar 100 BMT di Jakarta, Depok, Bekasi, dan Jateng.
Kemudian adanya Keterlibatan aktif Dompet Dhuafa Republika, suatu lembaga
penghimpun Zakat, infak,sadaqah dan wakaf. Setelah studi ke BMT BIK, DD menggelar
diklat sendiri: Bogor (1994), Semarang (1994), dan Yogyakarta (1995). Selanjutnya
berkembang sekitar 60 BMT (1995) yang dibina dan dikembangkan secara cukup serius.

Dalam pertumbuhan dan penguatan kelembagaannya para penggiat pun selalu


berupaya mengedepankan berbagai identitas ke Islaman dalam operasionalnya, termasuk
dalam proses dan kinerja sebagai badan usaha yang melaksanakan prinsip-prinsip
syariah. Secara penamaan, lembaga maupun produk-produknya, mengesankan citra
Islami. Konsekuensi logis dari semua itu, BMT harus bertanggungjawab untuk istiqamah
terhadap jati diri yang demikian. Tidak saja kepada stakeholder yang bersifat sosiologis,
melainkan juga bertanggung jawab dana amanah dari sang Khaliq.6

E. Manajemen Organisasi Baitul Mal Wa Tamwil

Untuk memperlancar tugas BMT, maka diperlukan struktur organisasi yang


mendeskripsikan alur kerja yang harus dilakukan personil yang ada di dalam BMT
tersebut. Struktur organisasinya meliputi musyawarah Anggota Pemegang Simpanan
Pokok, Dewan Syariah, Pembina Manajemen, Manajer, Pemasaran, Kasir, dan
Pembukuan. Namun dalam kenyataannya tidak semua BMT memiliki bentuk
struktur organisasi yang sama. Setiap BMT memiliki bentuk struktur organisasi yang
berbeda-beda tergantung dari ruang lingkup atau wilayah operasi BMT.
Adapun tugas dari masing-masing struktur yang sudah dijelaskan diatas adalah
sebagai berikut:7

1. Musyawarah Anggota Pemegang Simpanan Pokok memegang


kekuasaan tertinggi di dalam memutuskan kebijakan-kebijakan makro BMT.
2. Dewan Syariah bertugas mengawasi dan menilai operasionalisasi BMT.
6
Slamet Mujiono, Cikal Bakal Lahirnya BMT di Indonesia, Eksistensi Lembaga Keuangan Mikro, Vol-2, Nomor 2,
2017, Hal. 210-212
7
Heri Sudarsono, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah: Deskripsi dan Ilustrasi,(Yogyakarta: Ekonosia, 2003)
hal.100

11
3. Pembina Manajemen bertugas untuk membina jalannya BMT dalam
merealisasikan programnya
4. Manajer bertugas menjalankan amanat musyawarah anggota BMT dan memimpin
BMT dalam merealisasikan programnya.Selain itu menurut Rivai tugas manajer
dalam sebuah BMT adalah membuat rencana pemasaran, pembiayaan,
operasional, dan keuangan secara periodic, membuat kebijakan khusus sesuai
dengan kebijakan umum yang digariskan oleh dewan pengurus syariah,
memimpin dan mengarahkan kegiatan yang dilakukan oleh stafnya, membuat
laporan pembiayaan baru, perkembangan pembiayaan, dana, rugi laba secara
periodik kepada dewan pengawas syariah.
5. Pemsaran bertugas untuk mensosialisasikan dan mengelola produk-produk
BMT.
6. Kasir bertugas melayani nasabah.
7. Pembukuan bertugas untuk melakukan pembukuan atas asset dan omzet BMT

Dengan adanya struktur dan tugas dari masing-masing jabatan maka akan
mempermudah pelaksanaan tugas, mempermudah pimpinan mengawasi
bawahan, menghindari duplikasi tugas, semua unit dalam organisasi mengerti
tanggung jawabnya. Apabila sebuah BMT melaksanakan tugas dari masing-
masing struktur dengan baik dan maksimal maka akan menghasilkan
perkembangan BMT yang cukup baik pula sesuai dengan visi misi yang
diinginkan

F. Manajemen Operasional dan Produk Baitul Mal Wa Tamwil

Dalam kinerja operasionalnya, BMT di Indonesia sama dengan fungsi utama


operasional bank syariah yang mencakup penghimpunan dana dari masyarakat (funding)
dan penyaluran dana (fibnancing) sebagai bentuk usaha BMT itu sendiri. Sistem yang
digunakan tentu saja merupakan sistem yang berlandaskan syariah Islam. Akad-akad
yang diterapkan dalam perbankan syariah juga diterapkan di BMT, seperti mudharabah,

12
murabahah, wadia’ah hingga qardhul hasan, baik dalam konteks penghimpunan maupun
penyaluran dana dari dan kepada masyarakat.
Dalam menjalankan usahanya BMT menggunakan prinsip-prinsip di bawah ini,
yaitu:
a. Prinsip bagi hasil
Dengan prinsip ini pembagian hasil dari pemberi pinjaman dengan BMT, yaitu:
Al-Mudarabah, Al-Musyarakah, AlMuzara’ah, Al-Musaqah.
b. Sistem jual beli
Sistem ini merupakan suatu tata cara jual yang dalam pelaksanaannya BMT
mengangkat nasabah sebagai agen yang diberi kuasa melakukan pembelian barang atas
nama BMT, dan kemudian bertindak sebagai penjual, dengan menjual barang yang telah
dibelinya tersebut dengan ditambah mark-up. Keuntungan BMT nantinya akan dibagi
kepada penyedia dana. Sistem ini antara lain: Bai’ al-Murabahah, Ba’i as-Salam, Ba’i al-
Istishna, Bai’ Bitsaman Ajil.
c. Sistem non-profit
Sistem ini sering disebut sebagai pembiayaan kebajikan ini merupakan
pembiayaan yang bersifat sosial dan non-komersial. Nasabah cukup mengembalikan
pokok pinjamannya saja. Pembiayaan ini yaitu Al-Qardu Hasan.
d. Akad bersyariat
Akad bersyariat adalah kerjasama antara kedua belah pihak atau lebih dan
masing-masing pihak mengikutsertakan modal (dalam berbagai bentuk) dengan
perjanjian pembagian keuntungan atau kerugian yang disepakati. Pembiayaan ini yaitu
AlMusyarakah dan Al-Mudarabah.
e. Produk pembiayaan
Penyediaan uang dan tagihan berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-
meminjam diantara BMT dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk
melunasi utangnya beserta bagi hasilnya setelah jangka waktu tertentu yaitu:
1) Pembiayaan al Murabahah (MBA)
2) Pembiayaan al Ba’ Bitsaman Ajil (BBA)
3) Pembiayaan al Mudarabah (MDA)
4) Pembiayaan al Musyarakah (MSA)

13
Untuk meningkatkan peran BMT dalam kehidupan ekonomi masyarakat, maka
BMT terbuka untuk menciptakan produk baru akan tetapi produk tersebut harus memnuhi
syarat:
a. Sesuai dengan syariat dan disetujui oleh Dewan Syariah.
b. Dapat ditangani oleh sistem operasi BMT bersangkutan.
c. Membawa kemaslahatan bagi masyarakat.8

Secara umum dalam menjalankan fungsinya, produk BMT diklasifikasikan


menjadi empat hal yaitu:
a. Produk penghimpunan dana (funding)
Produk penghimpun dana secara umum berupa simpanan atau tabungan yang
didasarkan pada akad wadiah dan mudharabah itu dalam BMT dikenal adanya dua jenis
simpanan yaitu simpanan wadi’ah dan simpanan mudharabah. Dalam ilmu fiqih akad
wadi’ah ditinjau dari boleh tidaknya penerima titipan untuk memanfaatkan barang titipan
tersebut dibedakan menjadi dua macam, yaitu:
a) Wadi’ah al-Amanah, yaitu akad wadi’ah yang mana pihak yang menerima
titipan tidak boleh memanfaatkan barang yang dititipkan.
b) Wadi’ah ad Dhamanah, yaitu akad wadi’ah yang mana pihak yang menerima
titipan diperbolehkan untuk memanfaatkan uang/barang yang dititipkan, dengan
ketentuan bahwa sewaktu-waktu pemilik barang membutuhkan uang/barang yang
bersangkutan masih utuh.Sedangkan mudharabah merupakan salah satu akad kerjasama
kemitraan berdasarkan prinsip berbagi untung dan rugi (profit and loss sharing principle)

b. Produk penyaluran dana (lending)


a) Jual beli (murabahah) Salah satu produk penyaluran dana yang banyak
digunakan dalam BMT adalah murabah}ah atau dalam ilmu perbankan merupakan jual
beli barang pada harga asal dengan tambahan keuntungan yang telah disepakati 9

8
Heri Sudarsono, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah Deskripsi dan Ilustrasi, (Yogyakarta: Ekonosia, 2004),
h.108.
9
Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syariah dari Teori ke Praktek (Jakarta: Gema Insani, 2001),
101.

14
b) pinjam-meminjam (al-qard}) Al-qard} adalah pemberian harta kepada orang
lainyang dapat ditagih atau diminta kembali atau dengan kata lain meminjamkan tanpa
mengharapkan imbalan.
c) Produk tabarru’: ZISWAH (Zakat, Infaq, Shadaqah, Wakaf, dan Hibah).

G. Manajemen Keuangan Baitul Mal Wa Tamwil

Dana bagi sebuah lembaga keuangan yang berperan sebagai intermediary


merupakan suatu yang sangat vital karena tanpa dana BMT tidak dapat berbuat sesuatu.
BMT mempunyai kegiatan utama yaitu mengumpulkan dan menyalurkan dana yang
harus dilakukan dengan baik dan benar. Begitupun dengan manajemen juga penting
dalam pengumpulan dan penyaluran dana baik dalam bentuk pembiayaan maupun dalam
bentuk lainnya.
Menurut pengertiannya manajemen dana adalah upaya yang dilakukan oleh
Lembaga bank syari’ah dalam mengelola atau mengatur posisi dana yang diterima dari
aktivitas funding untuk disalurkan kepada aktifitas financing, dengan harapan bank yang
bersangkutan tetap mampu memenuhi kriteria-kriteria likuiditas, rentabilitas dan
solvabilitasnya. Sebagaimana halnya dengan bank konvensional, bank syari’ah juga
mempunyai peran sebagai lembaga perantara (intermediary) antara satuan-satuan
kelompok masyarakat atau unit-unit ekonomi yang mengalami kelebihan dan kekurangan
dana.
Perbedaan manajemen dana BMT dan Bank Konvensional terletak pada
pembiayaan dan pemberian balas jasa baik yang diterima oleh bank maupun investor
pada bank konvensional pembiayaan disebut dengan loan, sedangkan balas jasa yang
diterima atau diberikan pada bank umum berupa bunga dalam prosentase pasti,
sedangkan pada BMT sistem syari’ah hanya memberi dan menerima balas jasa
berdasarkan perjanjian (akad) bagi hasil.

H. Manajemen Pemasaran Baitul Mal Wa Tamwil

15
Pemasaran adalah aktivitas atau kegiatan yang ditujukan untuk
memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen melalui proses pertukaran. Oleh
karena itu, strategi pemasaran yang berhasil sangat ditentukan oleh tingkat
kepuasan konsumen yang diperolehnya dari kegiatan pemasaran yang dilakukan
perusahaan untuk produknya. Atas dasar inilah maka dapat dikatakan bahwa tujuan
dan sasaran pemasaran produk adalah untuk memberikan kepuasan kepada
konsumen produk tersebut, di mana perlu ditetapkan strategi pemasaran yang tepat
(Assauri, 2007). Menurut The Chartered Institute of Marketing (CIM) marketing
adalah proses manajemen yang mengidentifikasi, mengantisipasi, dan upaya
memenuhi kebutuhan pelanggan (Whalley, 2010).10

Strategi pemasaran berusaha menanamkan perusahaan dan produknya di benak


pelanggan. Strategi ini bertujuan untuk mencapai how to win the market. Komponen
dalam strategi pemasaran meliputi pemetaan pelanggan, kelompok pelanggan,
aspek psikografis, dan lain sebagainya. Setelah diadakan pemisahan pelanggan
(segmentasi), maka selanjutnya adalah menuju pasar sasaran (targeting). Apakah
semua segmen pasar akan menjadi pasar yang dituju? Tentu saja jawabannya
tergantung kepada kemampuan perusahaan (Alma, 2014). Pemasaran berfokus pada
menarik pelanggan, mendapatkan mereka untuk membeli, dan memastikan mereka
cukup senang dengan pembelian mereka, dan mengupayakan agar mereka datang
kembali untuk kembali bertransaksi (Hiam, 2009)

Sebagai contoh strategi pemasaran dalam BMT, BMT Pahlawan Tulungagung


mempunyai strategi pemasaran dalam mencari nasabah, terutama strategi dalam
pemasaran, strategi tersebut adalah11:

a. Perencanaan Produk
Dalam perencanaan produk BMT harus mempertimbangkan kepuasan nasabah,
hal-hal yang perlu diperhatikan menyangkut konsep produk yaitu kualitas,
pelayanan dan bagi hasil produk.
10
Muhamad Subhan. STRATEGI PEMASARAN SYARI’AH PADA BMT AL-AMANAH DALAM
MENINGKATKAN MODAL DAN PENYALURAN PEMBIAYAAN. EkBis: Jurnal Ekonomi dan Bisnis, Vol. 2,
No. 1. Halaman 100-101.
11
ANDIK KHOIRUL ANAM. IMPLEMENTASI STRATEGI PEMASARAN DI BMT PAHLAWAN
TULUNGAGUNG. Hal 24-26.

16
b. Pendekatan dengan masyarakat
BMT berusaha menjangkau seluruh lapisan masyarakat untuk memperkenalkan
produk-produknya agar lebih dikenal oleh masyarakat maka strategi yang
dianggap efektif adalah strategi personal selling, dengan strategi tersebut
diharapkan pasar sasaran dapat dijangkau oleh pihak bank.
c. Promosi
Promosi terhadap produk yang dilakukan BMT adalah melalui brosur, mulut
kemulut dan mendatangi nasabah secara langsung. Kegunaan dari promosi adalah
untuk memperkenalkan produk dalam mencari nasabah dan gagasan ide pada
kelompok sasaran.
d. Adapun penyaluran dana dengan cara Penyaluran dana pada, aktiva produktif,
berupa pemberian Pembiayaan kepada nasabah dan Penempatan dana pada Bank
lain

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Baitul Maal Wa Tamwil (BMT) adalah balai usaha mandiri terpadu yang isinya
berintikan bait al-mal wa at-tamwil dengan kegitan mengembangkan usaha-usaha
produktif dan investasi dalam meningkatkan kualitas kegiatan ekonomi pengusaha kecil-
bawah dan kecil dengan antara lain mendorong kegiatan menabung dan menunjang
pembiayaan kegiatan ekonomi. Adapun fungsi dan tujuan BMT salah satunya adalah
Menghimpun dan penyalur dana, dengan menyimpan uang di BMT, uang tersebut dapat
ditingkatkan utilitasnya, sehingga timbul unit surplus (pihak yang memiliki dana lebih)
dan unit defisit (pihak yang kekurangan modal). Dan tujuan BMT adalah Meningkatkan

17
pemberdayaan ekonomi, khususnya dikalangan ekonomi/usaha kecil dan menengah
melalui sistem syariah.

Untuk memperlancar tugas BMT, maka diperlukan struktur organisasi yang


mendeskripsikan alur kerja yang harus dilakukan personil yang ada di dalam BMT
tersebut. Dalam kinerja operasionalnya, BMT di Indonesia sama dengan fungsi utama
operasional bank syariah yang mencakup penghimpunan dana dari masyarakat (funding)
dan penyaluran dana (fibnancing) sebagai bentuk usaha BMT itu sendiri.

BMT mempunyai kegiatan utama yaitu mengumpulkan dan menyalurkan dana


yang harus dilakukan dengan baik dan benar. Begitupun dengan manajemen juga penting
dalam pengumpulan dan penyaluran dana baik dalam bentuk pembiayaan maupun dalam
bentuk lainnya.

DAFTAR PUSTAKA

Nurul Huda, Purnama Putra, Novarini, Yosi Mardoni, Baitul Maal Wa Tamwil, Sebuah Tinjauan
Teoritis (Jakarta: AMZAH, 2016), h. 20.

Prof. H. A. Djazuli, Lembaga-Lembaga Perekonomian Ummat (Jakarta: PT Raja Grafindo


Persada, 2002), h. 183

Nurul Huda dan Mohamad Heykal, Lembaga Keunagan Islam Tinjauan Teoretis dan Praktis,
(Jakarta: Kencana Prenada Group, 2010), 363.

Isma Ilmi Hayati Ginting, Analisis Strategi Pengembangan BMT di Kota Medan, Jurnal
Ekonomi dan Keuangan, Vol. 2, No.11, 2014, Hal. 675-676

Novita dewi Masyitoh, Analisis Normatif Undang-Undang No.1 Tahun 2013 Tentang Lembaga
Keuangan Mikro Atas Status Badan Hukum dan Pengawasan Baitul Maal Wat
Tamwil, Vol 5, Edisi 2, 2014, Hal 18-19

18
Slamet Mujiono, Cikal Bakal Lahirnya BMT di Indonesia, Eksistensi Lembaga Keuangan Mikro,
Vol-2, Nomor 2, 2017, Hal. 210-212

Heri Sudarsono, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah: Deskripsi dan Ilustrasi,(Yogyakarta:
Ekonosia, 2003) hal.100

Heri Sudarsono, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah Deskripsi dan Ilustrasi, (Yogyakarta:
Ekonosia, 2004), h.108.

Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syariah dari Teori ke Praktek (Jakarta: Gema Insani, 2001),

101.

Muhamad Subhan. STRATEGI PEMASARAN SYARI’AH PADA BMT AL-AMANAH


DALAM MENINGKATKAN MODAL DAN PENYALURAN PEMBIAYAAN.
EkBis: Jurnal Ekonomi dan Bisnis, Vol. 2, No. 1. Halaman 100-101.

ANDIK KHOIRUL ANAM. IMPLEMENTASI STRATEGI PEMASARAN DI BMT


PAHLAWAN TULUNGAGUNG. Hal 24-26.

19

Anda mungkin juga menyukai