Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

MANAJEMEN ZAKAT PADA BADAN AMIL ZAKAT DI KOTA


PALOPO

OLEH:
KELOMPOK V
Haviza Martani
Henny Costarika T
Rico Saputra
Rilin Andini

Sindi
Yulia Citra

PROGRAM STUDI PERBANKAN SYARIAH


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PALOPO
2019
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT, karena berkat limpahan
rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyusun makalah ini dengan baik dan
tepat pada waktunya.Dalam makalah ini kami membahas mengenai Bagaimana
Manajemen Zakat Pada Badan Amil Zakat Di Kota Palopo

Makalah ini dibuat dengan berbagai pendapat dari berbagai pihak untuk
membantu menyelesaikan tantangan dan hambatan selama mengerjakan makalah
ini.Oleh karena itu, kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada
semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini.

Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar pada


makalah ini.Oleh karena itu kami mengundang pembaca untuk memberikan saran serta
kritik yang dapat membangun kami.Kritik konstruktif dari pembaca sangat kami
harapkan untuk penyempurnaan makalah selanjutnya.
Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita sekalian.

Palopo,3 November 2019

ii
DAFTAR ISI

SAMPUL ................................................................................................... i

KATA PENGANTAR ............................................................................... ii

DAFTAR ISI ............................................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah .................................................................. 1


B. Rumusan Masalah ........................................................................... 2
C. Tujuan Penulisan ............................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN

A. Manajemen Zakat ............................................................................ 3


B. Profil Badan Amil Zakat Kota Palopo ............................................. 5
C. Manajemen (Pengelolaan) Zakat Pada Badan Amil Zakat
Di Kota Palopo ............................................................................... 8
BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan ..................................................................................... 14
B. Saran ............................................................................................... 15

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 16

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Zakat adalah salah satu rukun islam yang bercorak social-ekonomi dari lima
rukun islam (Yusuf Qardawi, 2010:3). Menunaikan zakat merupakan kewajiban
bagi umat yang mampu sesuai dengan syariat islam. Zakat merupakan pranata
keagamaan yang bertujuan untuk meningkatkan keadilan, kesejahteraan
masyarakat, dan penanggulangan kemiskinan. Dalam rangka meningkatkan daya
guna dan hasil usaha, zakat harus dikelola secara melembaga sesuai dengan syariat
islam, amanah, kemanfaatan, keadilan, kepastian hukum, terintegrasi, dan
akuntabilitas sehingga dapat meningkatkan efektifitas dan efisiensi pelayanan
dalam pengelolaan zakat (UU Nomor 23 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat).
Bentuk organisasi pengelola zakat masa lampau pada umumnya hanya
berbentuk kepanitiaan yang keberadaannya sangat temporer, yaitu pada saat bulan
puasa saja setelah itu panitia dibubarkan atau secara otomatis dianggap bubar,
setelah selesainya pembagian zakat, dan sampai saat ini masih ada keberadaannya.
Pada tahun 2000 setelah keluar Undang-undang Republik Indonesia Nomor 38
tahun 1999 tentang pengelolaan zakat, dibeberapa daerah bahkan hampir seluruh
daerah di Indonesia telah dibentuk Badan Amil Zakat. Akan tetapi dalam
realisasinya baru menyentuh instansi-instansi pemerintah dengan membentuk Unit
Pengumpul Zakat (UPZ), itupun belum seluruh instansi melakukannya, karena
pelaksanaannya masih suka rela bukan keharusan. Padahal instansi pemerintah
hanyalah sebagian kecil dari bagian masyarakat umum islam, itupun belum
seluruhnya instansi pemerintah menjadi UPZ. Sedangkan sebagian besar
masyarakat umat islam adalah masyarakat bukan pegawai sipil, atau masyarakat
biasa, mereka hanya segelintir kecil masyarakat yang dengan kesadarannya
membayarkan zakat hartanya ke BAZ Provinsi ataupun BAZ Kabupaten atau Kota
Lembaga zakat wajib mendistribusikan zakat kepada mustahik sesuai
dengan syariat islam. Pendistribusian dilakukan berdasarkan skala prioritas dengan
memperhatikan prinsip pemerataan, keadilan, dan kewilayahan. Indonesia sebagai
negara dengan mayoritas penduduk muslim, memiliki potensi zakat yang
dibuktikan dengan trend penghimpunan dana dan penyaluran dana zakat yang terus
menunjukkan kenaikan dari waktu ke waktu. Berdasarkan hasil penelitian IPB yang
bekerjasama dengan BAZNAS, potensi zakat di Indonesia sebesar Rp 217 triliun
atau 1,8 sampai 4,34 persen dari gross domestic product (GDP). Walaupun pada

1
kenyataannya penerimaan zakat tak mencapai Rp 217 triliun. Yang pasti, jumlah
zakat yang terkumpul selalu meningkat setiap tahun. Pada tahun 2018, jumlah zakat
sebesar Rp 203 triliun, meningkat sebesar 31,8 persen dari tahun sebelumnya
Untuk di Kota Palopo sendiri potensi zakat yang ada cukuplah besar,yaitu 4
miliar tiap tahunnya. Pada tahun 2018 BAZ Kota Palopo mengelolah dana zakat,
infak dan sedekah sebesar Rp. 3,2 Milyar dan ini terus meningkat dari tahun ke
tahun. Tetapi pengelolaan dana zakat, infak dan sedekah ini belumlah maksimal.
Dari data diperoleh bahwa penderma terbesar dari total dana yang dikelola BAZ
Palopo mayoritas dari kalangan guru yang bertugas di sembilan kecamatan.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan pemaparan dalam latar belakang diatas, rumusan masalah
yang diangkat dalam penelitian tersebut adalah: “ Bagaimana Pengelolahan
Dana Zakat Yang Dilakukan Oleh Badan Amil Zakat Kota Palopo “.

C. Tujuan Penulisan
Tujuan Penulisan Makalah Ini Adalah Untuk Mengetahui Bagaimana
Pengelolahan Dana Zakat Yang Dilakukan Oleh Badan Amil Zakat Kota
Palopo.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. MANAJEMEN ZAKAT
Defenisi manajemen yaitu sebagai berikut:Orday Tead, dalam buku “The
Art Administration”: menyatakan bahwa Manajement is process agency which
direct and guides operation of organization in the realizing of established aims
(Manajemen adalah proses dan perangkat yang mengarahkan serta membimbing
kegiatan-kegiatan suatu organisasi dalam mencapai tujuan yang ditetapkan).
Sedangkan John D. Millet, buku “Management in the public
Service”:Management is the process of directing and facilitating the work of people
organized in formal group to achieve a desired end (Manajemen ialah proses
pembimbingan dan pemberian fasilitas terhadap pekerjaan orang-orang yang
terorganisisr kelompok formil untuk mencapai suatu tujuan yang dikehendaki)
Secara umum zakat adalah suatu kewajiban yang bersifat kemasyarakatan
dan ibadah. Dengan itu manusia akan merasakan keagungan dari tujuan ajaran
Islam dalam bentuk mencintai dan tolong menolong antar sesama manusia
Pengertian zakat dalam artian tumbuh dengan subur adalah bagi orang-orang yang
mengeluarkan zakat tersebut dijamin hartanya tidak habis, bahkan akan
berkembang berkat pertolongan Allah serta doa kaum dhuafa. Adapun pengertian
zakat dalam arti suci dari dosa adalah bagi orang-orang yang mengeluarkan zakat
(muzakki), mereka telah melepaskan diri dari sifat tamak, iri dan dengki. Dalam
artian mereka mau memperhatikan kepentingan orang lain yang di amanatkan oleh
Allah kepadanya. Sedangkan secara istilah syari’ah (syara’) zakat berarti sejumlah
harta tertentu yang diwajibkan Allah untuk diserahkan kepada orang-orang tertentu
dan dengan syarat-syarat yang ditentukan pula.
Zakat hukumnya fardhu ‘ain atau wajib atas setiab muslim, bagi yang
memenuhi syarat yang telah disyariatkan oleh agama dalam Al-Quran, As-Sunnah
maupun pendapat para ulama. Kewajiban yang ditetapkanya berlaku untuk diri
sendiri dan tidak mungkin dibebankan kepada orang lain.
Kegiatan yang inti (mendasar) dalam Badan Amil Zakat ada empat yaitu:
penghimpunan, pengelolaan, pendayagunaan, dan pendistribusian.

3
1. Penghimpunan
Penghimpunan merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mendapatkan dana
ZIS dari muzakki. Peran fungsi dan tugas divisi atau bidang penghimpunan
dikhususkan mengumpulkan dana zakat, infak, sedekah dan wakaf dari masyarakat.
Dalam melaksanakan aktivitas pengumpulan dana tersebut bagian penghimpunan
dapat menyelenggarakan berbagai macam kegiatan.

2. Pengelolaan (Keuangan)
Seperti juga struktur keuangan lembaga yang lain, struktur keuangan zakat
terdiri atas dua bidang yaitu bendahara dan akuntansi. Ada dua verifikasi yang
dikerjakan yakni verifikasi penerimaan dan pengeluaran. Verifikasi penerimaan
dimulai sejak dana ditransfer dari muzakki hingga masuk ke lembaga zakat. Sedangkan
verifikasi pengeluaran dicermati sejak diajukan hingga pencairan dana. Bendahara
(kasir) berfungsi mengeluarkan dana yang telah disetujui.
Sedangkan bidang akuntansi melakukan pencatatan keluar masuknya uang.
Pencatatan ini diinput dalam jurnal harian. Setelah itu diposting kedalam buku besar.
Dalam kerjanya sesungguhnya akuntansi memilah atas dua segi yakni akuntansi
keuangan dan akuntansi manajemen. Akuntansi keuangan dibuat sesuai pernyataan
standar akuntansi, sementara akuntansi manajemen dikerjakan sesuai dengan
kebutuhan lembaga.

3. Pendayagunaan
Sesungguhnya jatuh bangunnya lembaga zakat terletak pada kreativitas divisi
pendayagunaan, yaitu bagaimana amil (lembaga zakat) mendistribusikan zakat dengan
inovasi-inovasi yang baru dan bisa memenuhi tujuan pendistribusian zakat kepada
mustahiq. Pendayagunaan program pemberdayaan mustahiq merupakan inti dari zakat.
Ada beberapa kegiatan yang dapat dikembangkan oleh bidang pendayagunaan. Namun
yang terjadi di Indonesia beberapa lembaga zakat sudah memiliki keseragaman
kegiatan. Adapun kegiatan tersebut adalah:
a. Pengembangan ekonomi
b. Pembinaan Sumber Daya Manusia
c. Layanan social

4. Pendistribusian
Pendistribusian adalah suatu kegiatan dimana zakat bisa sampai kepada
mustahiq secara tepat. Kegiatan pendistribusian sangat berkaitan dengan
pendayagunaan, karena apa yang akan didistribusikan disesuaikan dengan
pendayagunaan. Akan tetapi juga tidak bisa terlepas dari penghimpunan dan
pengelolaan. Jika penghimpunannya tidak maksimal dan mungkin malah tidak
memperoleh dana zakat sedikitpun maka tidak akan ada dana yang didistribusikan.
Muhammad (2006: 176) berpendapat bahwa distribusi zakat berkaitan dengan
persediaan, saluran distribusi, cakupan distribusi, lokasi mustahiq, wilayah penyaluran,
tingkat persediaan, dana zakat dan lokasi amil, pengiriman, dan keagenan.

4
Zakat yang dihimpun oleh Lembaga Zakat harus segera disalurkan kepada para
mustahiq sesuai dengan skala prioritas yang telah disusun dalam program kerja.
Mekanisme distribusi zakat kepada mustahiq bersifat konsumtif dan juga produktif.
Menurut Mufraini (2006: 148) distribusi zakat tidak hanya dengan dua cara akan tetapi
ada tiga yaitu: distribusi konsumtif, distribusi produktif, dan investasi.

B. PROFIL BADAN AMIL ZAKAT KOTA PALOPO


Berdasarkan Undang-Undang No. 38 tahun 1999 tentang Pengelolaan Zakat
dan Surat Keputusan Walikota No. 55 tahun 2003 yang mendasari dibentuknya
BAZ Kota Palopo. Ketika baru terbentuk BAZ Kota Palopo hanya memiliki empat
BAZ kecamatan yang didukung sekitar 120 Unit Pengumpul Zakat (UPZ) mesjid
sebagai perpanjangan tangan BAZ Kota Palopo, untuk mengumpulan zakat
khususnya zakat fitrah, zakat mal dan infaq rumah tangga muslim. Setelah
pemekaran wilayah kecamatan pada tahun 2006 menjadi 9 kecamatan di Kota
Palopo, maka secara otomatis BAZ kecamatan mulai dibentuk dan difungsikan
disetiap kecamatan pada tahun 2007.

Didasari bahwa penduduk yang beragama islam Kota Palopo yang paling
sedikit dibanding dengan 3 kabupaten lainnya di Luwu Raya. Kecilnya jumlah
penduduk tidak berpengaruh kepada pengelolaan BAZ untuk berbuat meningkatkan
penerimaan zakat, infaq dan sedekah setiap tahunnya.

Berdasarkan keluarnya Surat Keputusan Walikota Palopo No. 55 Tahun


2003 yang terdiri atas 7 Bab dan 23 Pasal, sehingga dibentuklah susunan
keanggotaan yang meliputi Dewan Pertimbangan, Komisi Pengawas dan Badan
Pelaksana sesuai Undang-Undang No. 38 tahun 1999 sebagai berikut :

1. Susunan kepengurusan Dewan Pertimbangan yang berjumlah 9 orang


2. Susunan kepengurusan Komisi Pengawas yang berjumlah 7 orang
3. Susunan kepengurusan Badan Pelaksana yang terdiri atas unsur Ketua,
Sekretaris dan Bendahara yang berjumlah 11 orang dan dibantu dengan
Bidang Pengumpulan yang berjumlah 14 orang, Bidang Pendayagunaan 9
orang, Bidang Pengembangan 9 orang, Bidang Pendistribusian 7 orang dan
sekretariat atau operator yang berjumlah 5 orang. Jadi jumlah keseluruhan
dari kepengurusan adalah 71 orang.

Upaya untuk mensosialisasikan pengumpulan zakat lebih cepat disetiap


instansi, maka diterbitkan surat Keputusan Walikota Palopo No. 288/IX/2004
tanggal 30 September 2004 tentang Pembentukan Badan Amil Zakat dengan
susunan pengurus melibatkan semua kepala dinas/instansi, badan/bagian terkait

5
sehingga jumlah pengurusnya mencapai 99 orang. Kondisi ini menunjukkan bahwa
BAZ Kota Palopo kaya akan struktural namun miskin tugas pokok dan fungsi.

Melihat perkembangan BAZ yang jalan ditempat, maka pada tahun 2005
ketua BAZ Kota Palopo memohon kepada Walikota untuk membentuk Panitia Tim
Sosialisasi Zakat, Infaq dan Sedekah dan Akhirnya pada tahun 2006 keluarlah
Peraturan Daerah Kota Palopo No. 6 tahun 2006 tentang Pengelolaan Zakat yang
disahkan oleh DPRD. Dipertengahan tahun 2006 mulailah disosialisasikan
keseluruh Kota Palopo (meliputi 9 kecamatan yang ada di Kota Palopo, Seluruh
Instansi, TNI, Polri, BUMN/BUMD dan seluruh Pegawai yang ada di Pemerintahan
Kota Palopo). Mengacu pada Perda No.6 Tahun 2006 tersebut maka dibentuklah
Unit Pengumpul Zakat (UPZ) disetiap satuan unit Pemerintah (SKPD) Kota Palopo,
SMU, SMP, SD, BUMN/BUMD.
Untuk mengoptimalkan kinerja BAZ Kota Palopo, maka pada bulan
september tahun 2006 dibuatlah Susunan Pengelola Administrasi BAZ Kota Palopo
melalui surat Keputusan Walikota Palopo No.765/VI/2006 dengan personalia
hanya menjadi 9 orang yang terdiri atas Ketua, Wakil Ketua, Sekertaris, Wakil
Sekretaria, Bendahara dan beberapa staf yang diperbaharui setiap tahunnya hingga
sekarang. Meskipun dirasakan miskin struktural tapi kaya fungsi dan lebih efisien
serta efektif pelaksanaannya.
Namun kenyataannya kepengurusan yang berjumlah 9 orang, 5 orang
bekerja part time (setengah waktu) dan hanya 4 orang yang bekerja tiap hari yang
menyelenggarakan administrasi keuangan dan pertanggung jawaban yang amanah,
jujur, akuntabel dan profesional dan setiap triwulan dilaporkan kepada umat islam.
Program yang meningkatkan penerimaan zakat senantiasa diupayakan
melalui sosialisasi, cukup dinamis dan menggembirakan karena setiap tahunnya
penerimaan meningkat walaupun belum signifikan, terkhusus pada tahun 2010
yang difokuskan pada sekolah menengah pertama dan sekolah menengah atas se-
Kota Palopo.
Dengan pengalaman ini, maka BAZ Kota Palopo terpilih masuk dalam 12
BAZ Daerah besar yang dinilai data 5 tahun berturut-turut untuk diteliti dan dikaji
mengenai aplikasi pengelolaan kebijakan zakat daerah yang diharapkan dapat
dijadikan pembelajaran bersama bagi pengembangan zakat pada 524 BAZ di
Indonesia menurut Indonesia Magnificence Of Zakat (IMZ).
Visi, Misi dan Tujuan Badan Amil Zakat Kota Palopo
Adapun Visi dari Badan Amil Zakat Kota Palopo Adalah
“ Terwujudnya Badan Amil Zakat Kota Palopo yang jujur, professional dan
transparan dalam menjalankan amanah ummat berdasarkan syariat islam “

6
Sedangkan Misi dari Badan Amil Zakat Kota Palopo adalah :
1. Meningkatkan kesadaran berzakat, infaq, sedekah dan wakaf
2. Mengembangkan pengelolaan BAZ yang professional, amanah, jujur,
transparan dan bermoral.
3. Menjadikan BAZ sebagai badan terpercaya untuk pembangunan umat.
Adapun tujuan dibentuknya Badan Amil Zakat Kota Palopo berdasarkan
Undang-Undang No.38 tahun 1999 adalah :
1. Meningkatkan kesadaran ummat dalam menunaikan zakat
2. Meningkatkan fungsi dan peran pranata keagamaan dalam mewujudkan
kesejahteraan ummat.
3. Meningkatkan hasil guna dan daya guna zakat.

Program Kerja Badan Amil Zakat Kota Palopo

Adapun program kerja yang dilaksanakan oleh Badan Amil Zakat Kota
Palopo antara lain:
1. Program Kemanusiaan yang meliputi
a) Bantuan dana biaya hidup untuk fakir, miskin dan muallaf
b) Bantuan dana untuk panti asuhan
c) Bantuan dana untuk korban kebakaran
d) Bantuan dana untuk korban bencana alam
e) Bedah rumah mustahiq
f) Program amaliah ramadhan
g) Program pelaksanaan qurban idul adha
2. Program Peningkatan Kualitas Sumber Daya Manusia dan Pelayanan Sosial
yang meliputi
a) Pemberian beasiswa
b) Bantuan biaya sekolah
c) Kegiatan khitanan (sunatan) massal gratis
d) Bantuan perbaikan madrasah dan pesantren
e) Bantuan perbaikan mesjid
3. Program Pengembangan Ekonomi Umat yang meliputi
a) Bantuan dana bergulir tanpa modal
b) Pendampingan dan pembinaan usaha

7
C. MANAJEMEN (PENGELOLAAN) ZAKAT PADA BADAN AMIL
ZAKAT KOTA PALOPO

Kegiatan yang mendasar dalam Mengelolah Dana Zakat Pada Badan Amil
Zakat Di Kota Palopo ada empat yaitu: Penghimpunan, Pendistribusian,
Pendayagunaan, Dan Pengawasan Dana Zakat

1. Penghimpunan Dana Zakat


Penghimpunan dana zakat adalah kegiatan mengumpulkan dana zakat dari
para muzakki kepada lembaga zakat untuk disalurkan kepada yang berhak
menerima (mustahiq) sesuai dengan ukurannya masing-masing.
Guna mengoptimalisasi jumlah pengumpulan zakat yang sangat besar , ada
beberapa cara yang dilakukan oleh Badan Amil Zakat Kota Palopo. Pertama,
muzakki datang menyerahkan langsung ke Badan Amil Zakat, Kedua Amil
melakukan penjemputan langsung ke rumah/instansi, dan yang ketiga muzakki
mentransfer langsung melalui rekening badan amil zakat.
Sumber penerimaan badan amil zakat tidak hanya berasal dari dana zakat
saja tetapi juga berasal dari infaq, sedekah, wakaf, fidyah dan kafarat. Untuk
penerimaan dana zakat sendiri ada beberapa jenis yang dikumpulkan antara lain
zakat fitrah, zakat profesi zakat pertanian dan lain-lain.
Pengumpulan zakat fitrah dilakukan oleh UPZ atau mesjid-mesjid
selanjutnya BAZ kecamatan mengakumulasikan seluruh penerimaan dari mesjid
lalu dilaporkan ke BAZ Kota Palopo. BAZ Kecamatan juga yang mengurai
pembagian zakat fitrah yang berdasarkan Surat Keputusan Walikota Palopo yaitu
85% untuk UPZ (55% fakir miskin, 25% Pegawai Syara dan 5% Guru Mengaji),
10% untuk BAZ Kecamatan dan 5% untuk BAZ Kota Palopo.
Adapun zakat profesi merupakan zakat yang dikeluarkan dari pendapatan
yang dihasilkan dari profesi non-zakat yang dijalani, seperti gaji pegawai
negeri/swasta, konsultan, dokter, dan lain-lain. Zakat profesi merupakan jumlah
penerimaan dana zakat terbesar di Badan Amil Zakat Kota Palopo. Hampir
seperdua dari jumlah penerimaan di BAZ Kota Palopo bersumber dari zakat profesi.
Sumber penerimaan dana juga berasal dari zakat mal seperti zakat pertanian,
zakat rumah, zakat mobil.
Dalam menghimpun dana zakat, berbagai cara telah dilakukan oleh BAZ
Kota Palopo antara lain:
a. Sosialisasi
Salah satu upaya yang dilakukan BAZ Kota Palopo dalam meningkatkan
penerimaan zakat adalah mengadakan sosialisasi ke Instansi/Lembaga
Pemerintah, BUMN/BUMD, Sekolah-Sekolah melalui pertemuan langsung atau
mengunjungi kantor-kantor kerja calon muzakki dengan membagikan buku saku
Panduan Zakat yang disusun oleh Ketua BAZ Kota Palopo.Sosialisasi juga

8
dilakukan melalui khutbah jum’at dan ceramah ramadhan serta melalui media
cetak dan spanduk yang terpasang di jalan-jalan umum.
Dengan dilaksanakannya program sosialisasi ini untuk sekedar
mengingatkan masyarakat akan pentingnya zakat demi kemaslahatan umat.
Namun kita mengetahui bahwa sebagian besar umat islam memahami betul akan
pentingnya zakat karena zakat merupakan salah satu rukun islam, tetapi
kesadaran untuk membayar zakat yang masih kurang. Karena mereka
beranggapan bahwa rezkinya adalah hasil usahanya sendiri dan berzakat akan
mengurangi hartanya. Namun informasi dari beberapa muzakki yang mengatakan
dengan adanya sosialisasi yang dilakukan oleh BAZ Kota Palopo, mereka
menjadi lebih mengerti tentang zakat dan sudah mulai rutin untuk membayarkan
zakatnya dan peningkatan jumlah muzakki ini sangat berpengaruh terhadap
peningkatan jumlah penghimpunan zakat.

b. Kerja Sama
Dalam meningkatkan penerimaan zakat di BAZ Kota Palopo, berbagai
cara telah dilakukan salah satunya menjalin kerja sama dengan berbagai Instansi
Pemerintah (SKPD) yang ada dikota palopo dengan cara membentuk Unit
Pengumpul Zakat (UPZ) disetiap instansi. Ini memudahkan kerja Badan Amil
Zakat dalam mengumpulkan zakat dan infaq dari para pegawai negeri sipil.
Bukan hanya di Instansi Pemerintah tetapi kerja sama juga dilakukan di Instansi
Swasta, BUMN/BUMD, Sekolah-Sekolah.
Kerja sama juga dilakukan dengan berbagai media cetak untuk membantu
sosialisasi mengenai zakat dan memberikan informasi yang dibutuhkan
masyarakat tentang zakat.

c. Pemanfaatan Rekening Bank


Ini untuk memudahkan muzakki atau para UPZ untuk menyetorkan
zakatnya ke BAZ Kota Palopo, apabila tidak sempat datang ke kantor BAZ Kota
Palopo. Namun muzakki atau UPZ yang menyetorkan zakatnya melalui rekening
bank juga harus melakukan pelaporan ke BAZ Kota Palopo agar supaya didata
dan sesuai dengan hasil pengelolaan yang dilakukan oleh BAZ Kota Palopo.
Beragam dana sedekah dan bunga bank konvensional yang didapatkan
umumnya digunakan untuk biaya administrasi dan ATK tidak digabungkan
dengan dana zakat maupun infaq.
Sebenarnya perkembangan pengumpulan zakat di BAZ Kota Palopo
mengalami peningkatan setiap tahunnya terjadi peningkatan walaupun belum
maksimal dan masih jauh dari potensi penerimaan zakat.

9
2. Pendistribusian Dana Zakat
Pendistribusian adalah kegiatan membagikan sejumlah harta yang telah
dihimpun oleh lembaga zakat dari muzakki untuk dibagikan kepada yang berhak
menerima (mustahiq).
Perencanaan penetapan pendistribusian zakat berdasarkan hasil
musyawarah antara para pengurus harian BAZ Kota Palopo dan juga berdasarkan
hasil rancangan penggunaan dana zakat periode lalu yang belum terlaksana agar
supaya diperiode selanjutnya program yang belum terlaksana tersebut bisa
terlaksana. Rancangan penggunaan dana itu jelas telah disetujui oleh Dewan
Pertimbangan BAZ Kota Palopo.
Pendistribusian zakat yang dilakukan BAZ Kota Palopo ada dua macam.
Pertama, pendistribusian secara konsumtif maksudnya penyaluran dana zakat yang
langsung dibutuhkan oleh mustahiq. Kedua, pendistribusian secara produktif
maksudnya pemberian dana zakat berupa bantuan-bantuan produktif untuk
meningkatkan taraf hidup mereka. Namun pendistribusian yang dimaksud disini
adalah pendistribusian secara konsumtif.
Pendistribusian dana zakat ini sesuai dengan delapan ashnaf (golongan)
yang berdasarkan QS. At-Taubah ayat 60 yang terdiri atas: fakir, miskin, amil,
muallaf, riqab, ghorimin, fisabilillah dan ibnu sabil. Akan tetapi dengan melihat
kondisi saat ini, riqab atau memerdekakan budak sudah tidak ada lagi sehingga
pendistribusian hanya menjadi tujuh golongan.
Adapun pendistribusian BAZ Kota Palopo dibagi menjadi dua prioritas.
Prioritas pertama yang terdiri atas fakir, miskin, amil, muallaf bentuk
pemberiannya dalam bentuk uang atau bantuan pokok yang sangat dibutuhkan yang
diserahkan langsung ke mustahiq. Sedangkan Prioritas Yang Kedua terdiri atas
ghorimin (orang yang mempunyai utang) tidak langsung diberi uang ke mustahiq
akan tetapi langsung dibayarkan utangnya kepada orang yang member utang.
Adapun fisabilillah biasanya diberikan kepada anak sekolah atau pelajar
yang kurang mampu berupa beasiswa, akan tetapi beasiswa itu tidak langsung
diberikan seluruhnya kepada pelajar tersebut melainkan dipakai untuk membayar
langsung kesekolah yang bersangkutan. Sedangkan ibnu sabil biasanya diberikan
kepada orang yang tersesat dan sudah kehabisan bekal untuk pulang, bantuan
diberikan dalam bentuk tiket untuk pulang kekampung halamannya dan uang bekal
dalam perjalanan.
Seseorang tidak serta merta bisa menjadi mustahiq. Ada beberapa kriteria
untuk menjadi mustahiq. Badan Pusat Statistik mengukur kemiskinan dari
ketidakmampuan orang/keluarga dalam mengkomsumsi kebutuhan dasar,
sedangkan BKKBN melihatnya dari ketidakmampuan memenuhi kebutuhan dasar
dan kebutuhan psikologis (kesejahteraan). BAZ sendiri menentukan beberapa
kriteria menjadi mustahiq diantaranya:

10
a. Tidak mampu memenuhi kebutuhan dasarnya. Contohnya seperti makan
hanya dua kali sehari
b. Tempat tinggal yang kurang memadai.
c. Tidak mampu membayar biaya sekolah anak-anaknya.
Namun seleksi BAZ terhadap mustahiq tidak hanya sampai disini, bukan
berarti BAZ langsung memberi bantuan tanpa ada tindakan selanjutnya, akan tetapi
pengurus BAZ juga melakukan survey langsung ke rumah mustahiq yang sudah
didata dan juga berdasarkan data yang ada dikelurahan dan kemudian dicocokkan
dengan data yang ada di tingkat RT dan RW.
Ini dilakukan agar dana zakat itu bisa tersalurkan dengan tepat sasaran
diberikan kepada orang berhak menerimannya, agar kebutuhan dasarnya bisa
tercukupi. Namun zakat tidak diberikan secara terus menerus, karena bentuk
pendistribusian tersebut akan sangat tidak mendidik dan tidak akan berarti apa-apa
jika hanya diberikan untuk pemenuhan kebutuhan sehari-hari.
Pendistribusian dana tidak hanya diberikan langsung ke mustahiq dalam
bentuk uang saja tetapi juga dalam bentuk bantuan-bantuan sosial yang diberikan
ke mustahiq antara lain:
a. Bantuan untuk Panti Asuhan
b. Bantuan untuk Korban Kebakaran
c. Bantuan untuk Korban Bencana Alam seperti Banjir, Tanah Longsor dll
d. Mengadakan kegiatan Khitanan (Sunnatan) Massal
e. Kegiatan Amaliah Ramadhan
f. Kegiatan Pelaksanaan Idul Qurban
g. Kegiatan Bedah Rumah Mustahiq
Adapun dana yang dipakai untuk pembagunan sarana dan prasarana umat
berasal dari dana infaq karena tidak boleh dana zakat dipakai untuk membangun
sarana dan prasarana, termasuk pembangunan kantor BAZ Kota Palopo yang
sepenuhnya berasal dari dan infaq karena tidak ada bantuan yang diberikan oleh
Pemerintah Kota Palopo, sedangkan dana yang pakai untuk bantuan pembangunan
tempat wudhu dan WC mesjid itu berasal dana infaq rumah tangga yang diterima
oleh BAZ Kota Palopo.

3. Pendayagunaan Dana Zakat


Pendayagunaan juga merupakan pendistribusian dana zakat, akan tetapi
pendistribusiannya berupa bantuan-bantuan produktif untuk meningkatkan taraf
hidup mereka. Ini dilakukan agar supaya kaum dhuafa bisa diberdayakan dan tidak
diberi santuan atau infaq secara terus menerus.
Pendayagunaan dari BAZ Kota Palopo berdasarkan jumlah dana yang
dialokasikan pada rancangan penggunaan dana dan alokasi dananya akan
meningkat apabila jumlah pengumpulannya juga meningkat.

11
Untuk pendayagunaan dana zakat itu sendiri, BAZ Kota Palopo telah
melakukan sebuah program yang dinamakan zakat community development (ZCD)
atau bantuan kebajikan (qardhul hasan) yang diberikan kepada para mustahiq
terutama kepada usaha kecil mikro (UKM) sejak tahun 2005 dalam bentuk usaha
produktif kreatif dan usaha produktif tradisional dengan sistem dana bergulir tanpa
bunga dan pengembaliannya dicicil selama 10 bulan.
Adapun penerima dari qardhul hasan yang diberikan oleh BAZ Kota Palopo
adalah para pedagang campuran, pedagang kaki lima, usaha rumahan seperti
pembuat kue, petani, nelayan, peternak, penjahit, tukang kayu, penjual ikan dan
ayam serta kelompok tani yang membudidaya ikan lele.
Qardhul hasan dimaksudkan untuk mewujudkan keadilan sosial dan
pemerataan, memperkecil tingkat kesenjangan antara orang kaya dengan orang
miskin, membuka lapangan kerja dan kesempatan berusaha serta pemerataan
pendapatan.
Untuk mendapatkan dana zakat tersebut mustahiq mengajukan permohonan
kepada BAZ Kota Palopo. Setelah disetujui selanjutnya dilakukan survey agar
modal atau dana yang diberikan sesuai dengan kebutuhannya. Karena
dikhawatirkan mustahiq meminta modal yang besar ternyata usaha yang dia
lakukan ternyata tidak sesuai dengan modal yang diberikan.
Namun badan amil zakat juga tidak bisa berbuat banyak apabila dana
tersebut tidak dikembalikan karena berasal dari dana pengembalian itulah yang
dipakai untuk membantu mustahiq atau usaha kecil mikro lainnya yang juga
membutuhkan bantuan.
Adapun perkembangan program qardhul hasan yang dilakukan oleh BAZ
Kota Palopo cukup baik dan sudah banyak mustahiq serta usaha kecil mikro yang
dibantu oleh BAZ Kota Palopo.Menurut penuturan ketua BAZ kota Palopo, dari
beberapa Badan Amil Zakat daerah yang mengadakan program qardhul hasan
(pemberdayaan dana zakat) hanya sedikit yang bisa bertahan salah satunya adalah
BAZ Kota Palopo.

4. Pengawasan Dana Zakat


Pengawasan yang dimaksudkan adalah untuk lebih menjamin bahwa semua
kegiatan yang diselenggarakan dalam suatu organisasi didasarkan pada suatu
rencana, termasuk suatu setrategi yang telah ditetapkan sebelumnya. Pengawasan
diperlukan untuk mencegahnya terjadinya deviasi dalam operasionalisasi suatu
rencana, sehingga berbagai kegiatan operasional yang sedang berlangsung
terlaksana dengan baik. Dalam artian bukan hanya sesuai dengan rencana,
melainkan juga dengan tingkat efisien dan efektivitas yang setinggi mungkin.

12
Sebenarnya pengawasan dalam sebuah organisasi sangat penting, karena
dengan adanya pengawasan maka bisa mengetahui kendala-kendala atau hambatan
apa saja yang di hadapai oleh sebuah organisasi dalam melaksanakan program
kerjanya, sehingga suatu hari kendala-kendala atau hambatan bisa diminimalisir
sedemikian mungkin.
Untuk di BAZ Kota Palopo pengawasan secara internal dilakukan langsung
oleh ketua BAZ Kota Palopo dan juga melalui monitoring dari Majelis Ulama
Indonesia (MUI) Kota Palopo dan Kementrian Agama Kota Palopo. Untuk
pengawasan secara kelembagaan terutama pengawasan keuangan dilakukan oleh
Inspektorat Pemeriksa Keuangan Daerah Kota Palopo.
Pengawasan juga dilakukan oleh Walikota Palopo selaku Dewan
Pertimbangan BAZ Kota Palopo. Setiap dana yang dikeluarkan oleh BAZ Kota
Palopo minimal Rp. 250.000 harus dilaporkan kepada Walikota Palopo.
Ini dilakukan agar supaya pemakaian dana dari BAZ Kota Palopo dapat
diketahui sasarannya dan juga seluruh laporan pengelolaan zakat BAZ Kota Palopo
dalam satu tahunnya dipertanggung jawabkan di hadapan anggata Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah Kota Palopo.
Dalam pegelolaan dana zakat yang dilakukan oleh BAZ Kota Palopo masih
banyak permasalahan-permasalahan yang dihadapi antara lain:
a. Masih banyak tokoh dan pemuka agama yang malas dan enggan berzakat,
berinfaq dan bersedekah secara resmi melalui Badan Amil Zakat, padahal
merekalah yang menjadi panutan umat.
b. Terbatasnya pengetahuan masyarakat tentang zakat, akibat kurangnya
muballigh atau khatib yang membahas tentang zakat.
c. Sifat kikir yang ada pada manusia, takut kekurangan harta dan beranggapan
bahwa harta yang dimilikinya adalah hasilusahanya sendiri.
d. Tingkat kepercayaan muzakki kepada Badan Amil Zakat dalam
menyalurkan zakatnya masih sangat rendah.
e. Adanya UPZ/mesjid dan BAZ Kecamatan yang tidak transparan dan tidak
melaporkan hasil pengumpulan zakat sehingga dana dan data yang
diperoleh berbeda.
Sebenarnya permasalah-permasalahan ini bisa teratasi jika ada peran serta
dari pemerintah, tokoh/pemuka agama serta masyarakt sadar bahwa betapa
pentingnya peran zakat dalam membangun ekonomi dan kesejahteraan masyarakat
sehingga tujuan akhirnya adalah tidak ada lagi orang yang mau menerima zakat
seperti yang terjadi pada masa khalifah Umar bin Abdul Aziz.

13
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dari bab sebelumnya, dapat
ditarik kesimpulan antara lain:
Pengumpulan dana zakat yang dilakukan oleh BAZ Kota Palopo
menggunakan tiga cara yang pertama menggunakan layanan jemput zakat,
maksudnya amil atau petugas yang mengambil sendiri dana zakat tersebut dirumah
atau dikantor muzakki. Kedua muzakki yang mengantar langsung zakatnya ke
kantor BAZ Kota Palopo dan yang ketiga muzakki langsung mentransfer zakatnya
ke nomor rekening BAZ Kota Palopo. Dana zakat yang terbesar dihimpun berasal
dari zakat penghasilan atau profesi. Dalam menghimpun dana zakat, BAZ Kota
Palopo telah melakukan berbagai cara antara lain sosialisasi, kerja sama dan
pemanfaatan nomor rekening. Dari tahun ke tahun jumlah dana yang berhasil
dihimpun mengalami peningkatan walaupun belum terlalu maksimal dan masih
jauh dari potensi zakat kota palopo.
Pendistribusian zakat yang dilakukan BAZ Kota Palopo ada dua macam.
Pertama, pendistribusian secara konsumtif maksudnya penyaluran dana zakat yang
langsung dibutuhkan oleh mustahiq. Kedua, pendistribusian secara produktif
maksudnya pemberian dana zakat berupa bantuan-bantuan produktif untuk
meningkatkan taraf hidup mereka. Untuk pendistribusian ditetapkan atas dua
prioritas. Prioritas pertama terdiri dari fakir, miskin, amil dan muallaf sedangkan
prioritas kedua terdiri dari gharim, fisabilillah dan ibnu sabil. Dan penentuan untuk
menjadi mustahiq berdasarkan data dari kelurahan dan juga hasil survey yang
dilakukan oleh petugas. Pendistribusian secara komsumtif biasanya diberikan
dalam bentuk uang atau bantuan pokok yang habis digunakan sedangkan
pendistribusian secara produktif biasanya diberikan dalam bentuk bantuan modal
tanpa bunga untuk meningkatkan hasil usahanya. Perkembangan dari
pendistribusian itu sendiri juga mengalami peningkatan dari tahun ke tahun, ini
dipengaruhi oleh jumlah penerimaan yang terus meningkat. Walaupun begitu
distribusinya sendiri belum maksimal karena banyak dana yang dipakai bukan
untuk mustahiq.
Pengawasan yang dilakukan adalah pengawasan secara kelembagaan
terutama pengawasan keuangan dilakukan oleh Inspektorat Pemeriksa Keuangan
Daerah Kota Palopo. Dari hasil terakhir pemeriksaan yang dilakukan oleh
Inspektorat, manajemen BAZ Kota Palopo dinyatakan bebas dari temuan negatif

14
atau tidak ada indikasi korupsi. Dan juga pengawasan dilakukan oleh Walikota
Palopo selaku Dewan Pertimbangan BAZ Kota Palopo.

B. SARAN
Berdasarkan hasil analisis dan kesimpulan diatas, maka penulis
memberikan saran dalam upaya peningkatan penghimpunan dan penyaluran dana
zakat pada BAZ Kota Palopo, yaitu:
1. Menambah jumlah pengurus agar pekerjaannya lebih maksimal dan
mengganti pengurus yang dianggap kurang aktif agar supaya kerja-kerja
operasional bisa maksimal.
2. Lebih meningkatkan lagi sosialisasi dengan masyarakat dan para pegawai
negeri sipil dalam penghimpunan dana dan menjelaskan betapa pentingnya
berzakat.
3. Meningkatkan kerja sama dengan instansi pemerintah serta swasta, dan juga
mengaktifkan kembali unit-unit pengumpul zakat yang ada di instansi
pemerintah.
4. Meningkatkan kualitas penyaluran atau pendistribusian dan pendayagunaan
zakat agar lebih bermanfaat dan bisa dirasakan oleh mustahiq misalnya
peningkatan penyaluran dana zakat untuk usaha produktif .

15
DAFTAR PUSTAKA

Ilmu, Makhalul,2002, Teori dan Praktek Lembaga Keuangan Syari’ah

,Yogyakarta: UII Press

Shiddik, Abdullah,1992, Asas-Asas Hukum Islam ,Jakarta: Bumi Restu

Sarwoto, 1988, Dasar-dasar Organisasi dan Manajemen,Jakarta: Ghalia

Indonesia

16

Anda mungkin juga menyukai