a. Pengumpulan Zakat
Secara substansial, zakat dapat digolongkan menjadi empat jenis, yaitu
zakat fitrah, zakat kekayaan, zakat penghasilan dan zakat barang temuan.
1) Zakat Fitrah untuk Setiap Pribadi (Badan). Zakat ini merupakan zakat yang
diwajibkan untuk setiap pribadi Muslim. Disebut zakat fitrah karena zakat ini
diwajibkan setelah futur (berbuka puasa) pada bulan Ramadhan, pada Hari
Raya Idul Fitri. Pelaksanaan zakat fitrah tidak mensyaratkan kecuali
beragama Islam dan adanya kelebihan dari makanan pada hari dan malam
hari raya. Dengan demikian zakat fitrah tidak mensyaratkan nishab bagi yang
mengeluarkannya. Disamping itu, zakat fitrah didasarkan pada jumlahnya,
yaitu satu sha’ (4 kati/25 kg), baik keju, anggur, gandum, beras, kismis atau
makanan pokok lainnya.3
2) Zakat Kekayaan.
a) Zakat Uang: Emas, Perak dan Kertas. Batasan tentang besarnya zakat
kekayaan emas dan perak mengikuti petunjuk Rasulullah SAW, yaitu
apabila barang perak sampai pada nishabnya sebesar 200 dirham (5
awaq/595 gram perak), demikian pula jika barang emas seharga nishab
perak, yaitu sebesar 20 dinar (sekitar 85 gram emas), maka wajib
dikeluarkan zakatnya 2,5%. Ulama lain menggunakan ukuran nishab emas
sebesar 93,6 gram emas atau sebesar Rp. 7.956.000,00 atau sekitar Rp.
8.000.000,00 per tahun/ pendapatan bersih sekitar Rp. 663.000,00 per
bulan. Dengan perhitungan 4 anggota rumah tangga dengan biaya hidup
masing-masing Rp. 300.000,00 per bulan, maka batas kaya menurut
ketentuan zakat adalah memiliki penghasilan Rp. 663.000,00 + Rp.
1.200.000,00 = Rp. 1.883.000,00 per bulan.
b) Zakat Ternak. Perhitungan zakat ternak seseorang didasarkan pada
persyaratan hak milik penuh, telah satu tahun dan mencapai batas
pemilikan (nishab) tertentu. Disyaratkan juga digembalakan dan tidak
3) Zakat Penghasilan.
a) Zakat Pertanian dan Tanaman (Biji-Bijian). Nishab zakat pertanian
sebesar 5 wassaq (sekitar 653 Kg dalam keadaan kering). Jika sawah tadah
hujan dikenakan zakat sebesar 10% dan untuk sawah yang diairi dikenakan
zakat sebesar 5%.
b) Zakat Industri. Zakat industri dikenakan atas dasar laba industri dengan
nishab analog zakat pertanian dan hasil tanaman lainnya. Para Ulama
berbeda pendapat dalam penetapan prosentase zakat industri, berkisar
antara 2,5% (mengacu pada zakat perdagangan) dan 5% (mengacu pada
zakat pertanian yang diairi).
c) Zakat Pendapatam (Profesi). Upah atau gaji merupakan salah satu bentuk
kekayaan. Besarnya zakat dan nishabnya sesuai dengan kekayaan emas,
perak atau uang kertas dengan besaran zakat 2,5% dan dapat dikeluarkan
setiap kita panen mengacu pada zakat pertanian.
4) Zakat Barang Temuan. Zakat barang temuan merupakan bentuk
pendapatan yang diperoleh tanpa biaya. Besaran zakat barang temuan
adalah 20%.5
4
Ibid., hal 34.
5
Ibid., hal 36.
4
zakat dan hukumnya, serta dapat mengerjakan amal tersebut dengan sebaik-
baiknya.
3) Kelompok Riqab (Budak). Budak adalah orang yang belum merdeka. Dalam
sejarahnya, jauh sebelum Islam dating, riqab terjadi karena sebab tawanan
perang. Oleh sebab itu, ada beberapa cara yang digunakan untuk membantu
memerdekakan budak, seperti sebagai sanksi dari beberapa pelanggaran
terhadap aturan Islam. Harta zakatpun diperuntukkan bagi budak yang masuk
Islam untuk mendapatkan hak kemerdekaannya sebagai manusia merdeka.
4) Kelompok Muallaf. Golongan muallaf terbagi menjadi tujuh golongan.
Antara lain: 1) golongan yang diharapkan keislamannya atau keislaman
kelompoknya atau keluarganya, 2) golongan yang dikhawatirkan perilaku
kriminalitasnya, 3) pemimpin serta tokoh masyarakat yang masuk Islam dan
mempunyai sahabat-sahabat orang kafir (non muslim), 4) kaum muslim akan
tetapi imannya masih lemah, 5) kaum muslim yang bertempat tinggal di
benteng-benteng dan daerah yang berbatasan dengan musuh, 6) kaum muslim
yang membutuhkan dana untuk mengurus dan memerangi kelompok
pembangkang kewajiban zakat.
5) Kelompok Gharimin. Gharim adalah orang mempunyai banyak hutang dan ia
tidak mampu untuk membayarnya. Pemahaman terhadap gharim dalam
sebagian besar literatur tafsir atau fiqih dibatasi pada orang yang punya
hutang untuk keperluannya sendiri dan dari dana zakat diberikan untuk
membebaskannya dari hutang. Namun beberapa pendapat membedakannya
kepada dua kelompok, yaitu orang yang berhutang untuk kepentingannya
sendiri dan orang yang berhutang untuk kepentingan orang lain.
6) Kelompok Fii Sabilillah. Sabilillah adalah orang-orang yang berjuang di
jalan Allah. Pada masa awal dipahami dengan jihad fii sabilillah, namun
dalam perkembangannya sabilillah tidak hanya terbatas pada jihad, akan
tetapi mencakup semua program dan kegiatan yang memberikan
kemaslahatan pada umat Islam, seperti mendirikan benteng, memakmurkan
masjid, termasuk mengurus mayat. Bahkan termasuk di dalamnya para
ilmuwan yang melakukan tugas untuk kepentingan umat Islam.
6
7) Kelompok Ibnu Sabil. Ibnu sabil adalah orang yang sedang dalam perjalanan
(musafir) seperti dalam berdakwah dan menuntut ilmu. Tujuan pemberian
zakat untuk mengatasi ketelantaran, meskipun di kampung halamannya ia
termasuk mampu. Dengan demikian, dapat dipahami bahwa Islam
memberikan perhatian kepada orang yang terlantar.6
2 Mei 20XB diterima via rekening tabungan, zakat dari jamaah pengajian BUMN
sebesar Rp. 10.000.000.
7 Mei 20XB disalurkan dana zakat kepada ustadz yang berdakwah di pedalaman
pulau Kalimantan sebesar Rp. 10.500.000.
16 Agustus 20XB diterima dana zakat penghasilan dari nasabah Giro sebesar Rp.
20.000.000 via rekening nasabah.
25 September 20XB disalurkan tunai dana zakat kepada orang miskin sebesar Rp.
6
Fakhruddin, Fiqh dan Manajemen Zakat di Indonesia (Malang: UIN-Malang Press,
2008), hal 297.
7
Rizal Yahya dkk, Akuntansi Perbankan Syariah: Teori dan Praktek Kontemporer.
(Jakarta: Salemba Empat, 2006), hal 319-321.
7
65.000.000.
30 November 20XB disalurkan tunai dana zakat kepada muallaf sebesar Rp.
2.000.000.
15 Desember 20XB disalurkan tunai dana zakat kepada ibnu sabil sebesar Rp.
500.000.
27 Desember 20XB ditransfer hononarium amil sebesar Rp. 500.000 ke rekening
tabungan bapak Adi petugas penyaluran bantuan dana ZIS.
Sumber dana zakat pada awal tahun Rp. 15.000.000 Rp. 19.000.000
Sumber dana zakat pada akhir tahun Rp. 19.500.000 Rp. 15.000.000
berdasarkan prinsip syariah.8 Oleh karena itu, dalam laporan sumber dan
penggunaan dana zakat tidak perlu merinci penyaluran dana zakat seperti di atas,
tetapi cukup menyebutkan lembaga pengelolanya seperti dalam contoh berikut:
Shodaqoh (BAZIS) maupun Lembaga Amil Zakat, Infaq, dan Shodaqoh (LAZIS).
Padahal istilah amil hanya digunakan dalam konsep pengelolaan dana zakat.
Namun demikian, praktik pengelolaan dana ZIS sudah begitu popular di Indonesia
sehingga seolah-olah dana ZIS tidak ada bedanya satu dengan yang lain.
Infaq merupakan harta (materi) yang disunnahkan untuk dikeluarkan
dengan jumlah dan waktu yang tidak ditentukan.Penyalurannya tidak ditentukan
penerimanya. Sedangkan shodaqoh adalah harta non materiil yang disunnahkan
untuk dikerjakan, contoh: senyum, menyingkirkan batu/paku ditengah jalan, dan
lain sebagainya. Pengertian Infaq sebenarnya sama dengan pengertian shodaqoh,
termasuk juga hukum dan ketentuan-ketentuannya. Hanya saja, jika infaq
berkaitan dengan materi, shodaqoh memiliki arti lebih luas, menyangkut hal yang
bersifat non materi.Secara akuntansi, infaq masih mungkin untuk dihitung
sedangkan shodaqoh tidak mudah melakukan kalkulasi secara tepat karena
merupakan pemberian harta non materiil.9
Beberapa ayat Al-Quran dan Hadis yang menerangkan tentang infaq dan
shodaqoh, antara lain:
1. Surat Al baqarah: 195
”dan belanjakanlah (harta bendamu) di jalan Allah, dan janganlah kamu
menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan, dan berbuat baiklah, karena
sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik.”
3. Surat At Taubah: 35
9
Fakhruddin, Fiqh dan Manajemen…, hal 300-302.
11
“ pada hari dipanaskan emas perakitu dalam neraka Jahannam, lalu dibakar
dengannya dahi mereka, lambung dan punggung mereka (lalu dikatakan) kepada
mereka: “Inilah harta bendamu yang kamu simpan untuk dirimu sendiri, Maka
rasakanlah sekarang (akibat dari) apa yang kamu simpan itu.”
Jika seseorang telah berzakat tetapi masih memiliki kelebihan harta, sangat
dianjurkan sekali untuk berinfaq dan bershodaqoh. Beberapa keutamaan Infaq dan
Shodaqoh yang disebutkan dalam Al Quran antara lain:
1. Ciri utama orang yang bertakwa (Surat Al Baqarah: 3 dan Ali Imran: 134)
2. Ciri mukmin yang sungguh-sungguh imannya (Al anfal: 3-4)
3. Ciri mukmin yang mengharapkan keuntungan abadi (Al Faathir: 29)
12
infaq untuk fakir miskin atau untuk pendidikan anak yatim. Tentunya pengelola
ZIS perlu merinci sumber secara detail sehingga publik juga mengetahui tentang
sumber dana yang diperoleh oleh OPZIS. Kadang-kadang pengelola dana ZIS
juga menerima dana dari donator yang tidak bersedia menyebutkan identitasnya,
hal ini tentunya perlu dihargai sebagai bentuk upaya menghindari adanya riya
(suka memamerkan kebaikan kepada orang lain).
Namun demikian, sebaiknya pengelola dana ZIS semaksimal mungkin
mengupayakan adanya konfirmasi tentang identitas donatur. Paling tidak identitas
tersebut hanya digunakan untuk pengendalian internal dan tidak untuk
dipublikasikan.Hal ini merupakan upaya yang dilakukan pengelola ZIS untuk
meningkatkan akuntabilitas lembaga.
Kedua, laporan penyaluran dana infaq dan shodaqoh menyajikan informasi
pemanfaatan dan pendayagunaan dana infaq dan shodaqoh. Karena sifatnya yang
lebih fleksibel dibandingkan dana zakat, maka penggunaan dana infaq bisa
difokuskan untuk kepentingan-kepentingan yang bukan menjadi bagian dari
pendayagunaan dana zakat seperti pemanfaatan untuk pendidikan guru-guru TPA
yang punya komitmen untuk mengembangkan lembaga pendidikan. Pada saat
yang sama, dana zakat lebih diprioritaskan bagi fakir miskin sehingga
pemanfaatan dana infaq bisa dibuat lebih inovatif. Contoh lain, pemanfaatan dana
infaq untuk investasi sektor produktif untuk kepentingan pengembangan
kelembagaan dengan dikombinasikan dengan wakaf produktif. Namun demikian,
pengelola dana infaq perlu memprioritaskan donatur dengan akad muqayyadah
(amanah untuk menyalurkan pada sektor yang ditunjuk oleh donatur).
Ketiga, laporan kondisi saldo dana infaq dengan kesimpulan akhir surplus
atau defisit. Informasi ini memberikan gambaran tentang efektifitas dan efisiensi
pengelola dana infaq dan shodaqoh dalam penghimpunan dan penyaluran dana
infaq dan shodaqoh.
2. Kerugian dan pengurang dana amil, jika disebabkan oleh kelalaian amil.
2 Penyaluran Zakat
Zakat yang disalurkan kepada mustahiq diakui sebagai pengurang dana zakat
sebesar:
a. Jumlah yang diserahkan, jika dalam bentuk kas
b. Jumlah tercatat, jika dalam bentuk aset nonkas
c. Pengakuan dan Pengukuran Infak/Sedekah
d. Pengakuan Awal
Infak/sedekah yang diterima diakui sebagai dana infak/sedekah terikat
atau tidak terikat sesuai dengan tujuan pemberi infak/sedekah sebesar:
a. Jumlah yang diterima, jika dalam bentuk kas
b. Nilai wajar, jika dalam bentuk non-kas
Penentuan nilai wajar aset non-kas yang diterima menggunakan harga
pasar untuk aset nonkas tersebut.Jika harga pasar tidak tersedia, maka dapat
menggunakan metode penentuan nilai wajar lainnya sesuai yang diatur dalam
PSAK yang relevan.
Infak/sedekah yang diterima diakui sebagai dana amil bagian amil dan
dana infak/sedekah untuk bagian penerima infak/sedekah. Penentuan jumlah
atau persentase bagian untuk para penerima infak/sedekah ditentukan oleh amil
sesuai dengan prinsip syariah dan kebijakan amil.
e. Pengukuran Setelah Pengakuan Awal
Infak/sedekah yang dapat berupa kas atau asset nonkas.Aset nonkas dapat
berupa aset lancar atau tidak lancar.
Aset tidak lancar yang diterima oleh amil dan diamanahkan untuk dikelola
dinilai sebesar nilai wajar saat penerimaannya dan diakui sebagai aset tidak
lancar infak/sedekah. Penyusutan dari aset tersebut diperlakukan sebagai
pengurang dana infak/sedekah terikat apabila penggunaan atau pengelolaan
aset tersebut sudah ditentukan oleh pemberi.
Amil dapat pula menerima aset nonkas yang dimaksudkan oleh pemberi
untuk segera disalurkan.Aset seperti ini diakui sebagai aset lancar.Aset ini
18
dapat berupa bahan habis pakai, seperti bahan makanan, atau aset yang
memiliki umur ekonomi panjang, seperti mobil ambulance.
Aset nonkas lancar dinilai sebesar nilai perolehan sedangkan aset nonkas
tidak lancar dinilai sebesar nilai wajar sesuai dengan PSAK yang relevan.
Penurunan nilai aset infak/sedekah tidak lancar diakui sebagai:
1) Pengurang dana infak/sedekah, jika terjadi bukan disebabkan oleh kelalaian
amil.
2) Kerugian dan pengurang dana amil, jika disebabkan oleh kelalaian amil.
Dalam hal amil menerima infak/sedekah dalam bentuk aset (nonkas) tidak
lancar yang dikelola oleh amil, maka aset tersebut harus dinilai sesuai dengan
PSAK yang relevan.
Dana infak/sedekah sebelum disalurkan dapat dikelola dalam jangka waktu
sementara untuk mendapatkan hasil yang optimal. Hasil dana pengelolaan diakui
sebagai penambah dana infak/sedekah.
3. Penyaluran Infak/Sedekah
Penyaluran dana infak/sedekah diakui sebagai pengurang dana
infak/sedekah sebesar:
a. Jumlah yang diserahkan, jika dalam bentuk kas
b. Nilai tercatat aset yang diserahkan, jika dalam bentuk aset nonkas.
Penyaluran infak/sedekah kepada amil lain merupakan penyaluran yang
mengurangi dana infak/sedekah sepanjang amil tidak akan menerima kembali aset
infak/sedekah yang disalurkan tersebut.
Penyaluran infak/sedekah kepada penerima akhir dalam skema dana bergulir
dicatat sebagai piutang infak/sedekah bergulir dan tidak mengurangi dana
infak/sedekah.
yang berasal dari bank konvensional. Penerimaan dana nonhalal pada umumnya
terjadi dalam kondisi darurat atau kondisi yang tidak diinginkan oleh entitas
syariah karena secara prinsip dilarang.
Penerimaan dana nonhalal diakui sebagai dana nonhalal, yang terpisah dari
dana zakat, dana infak/sedekah dan dana amil. Aset nonhalal disalurkan sesuai
dengan syariah.
a. Zakat
Amil harus mengungkapkan hal-hal berikut terkait dengan transaksi zakat,
tetapi tidak pada:
1) Kebijakan penyaluran zakat, seperti penentuan skala prioritas penyaluran, dan
penerima.
2) Kebijakan pembagian antara dana amil dan dana nonamil atas penerimaan
zakat, seperti persentase pembagian, alasan, dan konsistensi kebijakan.
3) Metode penentuan nilai wajar yang digunakan untuk penerimaan zakat berupa
aset nonkas.
4) Rincian jumlah penyaluran dana zakat yang mencakup jumlah beban
pengelolaan dan jumlah dana yang diterima langsung mustahiq; dan
5) Hubugan istimewa antara amil dan mustahiq yang meliputi:
6) Sifat hubungan istimewa
7) Jumlah dan jenis aset yang disalurkan
8) Presentase dari aset yang disalurkan tersebut dari total penyaluran selama
periode
b. Infak / Sedekah
20
11. Jurnal penerimaan dana zakat dalam bentuk emas sebesar 80 gram dengan
nilai Rp 20.000.000,- (80 x Rp 250.000,-)
(Dr) Kas Zakat Rp 20.000.000,-
(Cr) Penerimaan Dana Zakat Rp80.000.000,-
13. Jurnal penyaluran dana zakat kepada seorang yang terbit hutang karena
memenuhi kebutuhan pangannya sebesar Rp 750.000,-
(Dr) Penyaluran Sabilillah Rp 750.000,-
(Cr) Kas Zakat Rp 750.000,-
25
14. Jurnal penyaluran dana infaq sebesar Rp 5.000.000 untuk inovasi Masjid
Al Ikhlas
(Dr) Penyaluran UntUK Pembangunan Rp 5.000.000,-
(Cr) Kas Infaq Rp 5.000.000,-
20. Jurnal untuk mencatat transfer dana zakat dan dana infaq ke dana
pengelola
(Dr) Penyaluran Dana Zakat – Amil Rp 12.500.000,-
(Cr) Kas Zakat Rp12.500.000,-
Catatan: penerimaan kas amil dari zakat 12.5% x Rp 100.000.000,- yaitu Rp
12.500.000
(Dr) Penyaluran Dana Zakat – Amil Rp 12.500.000,-
(Cr) Kas Infaq Rp12.500.000,-
Catatan : penerimaan kas amil dari infaq 10% x Rp 50.000.000 yaitu Rp
5.000.000
(Dr) Kas Amil Rp 1.5700.000,-
(Cr) Penerimaan Dana Amil – Dana Rp12.500.000,-
Zakat
(Cr) Penerimaan Dana Amil – Dana Rp 5.000.000.-
Infaq
Catatan: pencatatan pengakuan penerimaan dana amil dari dana zakat dan dana
infaq perlu dirinci sehingga jelas sumber dan alokasi penggunaannya.
21. Jurnal untuk mencatat pengembalian pinjaman kepada Tuan Ali Sebesar
Rp 10.000.000,- dengan dana amil.
(Dr) Hutang Jangka Pendek (Amil) Rp 10.000.000,-
(Cr) Kas Infaq Rp10.000.000,-
22. Jurnal untuk mengakui biaya sewa kantor untuk bulan Juni 2008
(Dr) Beban Sewa Kantor Rp 200.000,-
(Cr) Sewa Dibayar Dimuka Rp 200.000,-
6. Bank Konvensional
Tanggal Keterangan Ref Debet Kredit Saldo
11-06-08 Setoran Zakat Dari Kas 1.000.000 1.000.000
21-06-08 Undian dan Bunga 5.050.000 6.050.000
24-06-08 Penyaluran 3.000.000 3.050.000
Pembangunan Fasilitas
Umum (Via KKN)
29
8. Supplies
Tanggal Keterangan Ref Debet Kredit Saldo
03-06-08 Beli Alat Tulis Kantor 1.000.000 1.000.000
(ATK)
Antonio, Muhammad Syafii. 2001. Bank Syariah: Dari Teori ke Praktik. Jakarta:
Tazkia Cendikia.
Dewan Syariah Nasional-MUI.2003. Himpunan Fatwa Dewan Syariah
Nasional.Edisi 2. Jakarta: DSN-MUI dan Bank Indonesia.
Harahap, Sofyan S dan Yusuf M. Wiroso. 2004. Akuntansi Perbankan Syariah.
Jakarta: LPFE USAKTI.
Ikatan Akuntan Indonesia.2003. Pedoman Akuntansi Perbankan Syariah
Indonesia. Jakarta: IAI.