Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sebagai umat Islam, Kita dituntut untuk bisa mengkaji dan mempelajari al-

Quran dan sunnah sebagai dua sumber utama ajaran Islam yang harus Kita pegang

teguh. Tentunya, Kita tidak mungkin memahami kedua sumber itu kecuali setelah

mengetahui kaedah-kaedah bahasa Arab, khususnya ilmu Sharaf dan Nahwu. Karena

keduanya merupakan kunci dalam mempelajari al-Quran dan sunnah.

Ketika hendak mempelajari sharaf dan nahwu, kebanyakan kalangan umat

Islam masih mempunyai pandangan bahwa belajar bahasa Arab itu sulit. Sehingga

banyak juga yang merasa malas untuk mempelajari kaedah-kaedah bahasa Arab.

Untuk mempermudah umat Islam dalam memahami kaedah-kaedah tersebut,

Penulis berinisiatif membuat makalah ini yang membahas mengenai pembagian salah

satu cabang dari fiil. Sebab kedudukan dan pengaplikasiannya yang belum banyak

orang ketahui serta terdapat pengecualian-pengecualian tertentu. Untuk itulah Penulis

mengangkat tema Fiil Berdasarkan Sighatnya serta Fiil Mabni Majhul.

B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah yang Penulis angkat pada makalah ini adalah sebagai

berikut:

1. Jelaskan pembagian fiil berdasarkan sighatnya!

2. Jelaskan mengenai fiil mabni majhul!

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pembagian Fiil Berdasarkan Sighatnya

Pembagian fiil berdasarkan shigatnya terbagi menjadi tiga, yaitu: fiil madhi,

fiil mudhari dan fiil amar.

1. Fiil madhi, yaitu kata yang menunjukkan suatu kejadian (perbuatan) yang telah

lampau.

2. Fiil Mudhari, yaitu kata yang menunjukkan suatu kejadian (perbuatan) yang sedang

berlangsung dan yang akan datang.

3. Fiil Amar, yaitu kata yang menunjukkan makna perintah.1

Fiil Amar Fiil Mudhari Fiil Madhi

ْ‫أُ ْنصُر‬ ُ ‫يَ ْن‬


‫ص ُر‬ َ َ‫ن‬
‫ص َر‬

ْ‫اِ ْفتَح‬ ‫يَ ْفتَ ُح‬ ‫فَـ َ َح‬

‫اِ ْعلَ ْم‬ ‫يَ ْعلَ ُم‬ ‫َعلِ َم‬

1. Cara Pembentukan Fiil Mudhari dari Fiil Tsulatsi Mujarrad

Sebagaimana yang telah dipelajari pada pembahasan sebelumnya, bahwa fiil

tsulatsi mujarrad adalah fiil yang seluruh huruf madhinya adalah huruf asli (tanpa

tambahan).

Cara pembentukan fiil mudhari dari fiil tsulatsi mujarrad adalah dengan

menambahkan salah satu huruf mudhara’ah pada awal fiil mudharinya dan mengubah

harakat ‘ain fiilnya pada fiil mudhari dari harakat sebelumnya pada fiil madhi.2
1
Imam Saiful Mu’minin, Kamus Ilmu Nahwu dan Sharaf (Jakarta: Amzah, 2008) h. 187.
2
Hadi Nahar, as-Sharfu al-Wafi (Urdun: Modern Book World, 2010), h. 285.

2
Huruf mudhara’ah adalah huruf yang menjadi ciri khas dari fiil mudhari.

Huruf mudhara’ah tersebut berupa huruf hamzah (‫)أ‬, nun (‫)ن‬, ya’ (‫)ي‬, dan ta’ (‫)ت‬,
ُ ‫ نَأَي‬atau َ‫أَتَ ْين‬atau ‫نَأْتِ ْي‬.3
yang biasa disebut ‫أنيت‬, atau ‫ْت‬

َ ‫( َكت‬telah menulis)
Contoh fiil madhi : ‫َب‬
‫جمع‬ ‫مثنى‬ ‫مفرد‬
Keterangan
(>3) (2) (1)
Orang ketiga (pa) ‫ب‬
ِ ‫لِلغَائ‬ َ‫يَ ْكتُبُوْ ن‬ ‫يَ ْكتُبَا ِن‬ ُ‫يَ ْكتُب‬

Orang ketiga (pi) ‫لِلغَائِبَ ِة‬ َ‫يَ ْكتُ ْبن‬ ‫تَ ْكتُبَا ِن‬ ُ‫تَ ْكتُب‬

Orang kedua (pa) ِ َ‫لِل ُم َخاط‬


‫ب‬ َ‫تَ ْكتُبُوْ ن‬ ‫تَ ْكتُبَا ِن‬ ُ‫تَ ْكتُب‬

Orang kedua (pi) ‫لِل ُم َخاطَبَ ِة‬ َ‫تَ ْكتُ ْبن‬ ‫تَ ْكتُبَا ِن‬ ‫تَ ْكتُبِي َـْن‬

Orang pertama ‫لِل ُمتَ َكلِّ ِم‬ ُ‫نَ ْكتُب‬ ُ‫أَ ْكتُب‬

2. Cara Pembentukan Fiil Amar dari Fiil Mudhari dengan Menghilangkan

Huruf Mudhara’ahnya

 Apabila setelah huruf mudhara’ahnya terdapat huruf yang berharakat,

maka pembentukan fiil amarnya cukup dengan menghilangkan huruf

mudhara’ahnya saja.
Contoh: ‫َاو ْن‬ ِ ‫يُ َع‬, ‫يَتَقَ َّد ُم – تَقَ َّد ْم‬
ِ ‫اونُ – ع‬
 Apabila setelah huruf mudhara’ahnya sukun, maka ditambah hamzah

washal dan mengubah harakat hamzah washal tersebut menjadi kasrah

apabila ‘ain fiilnya berharakat kasrah atau fathat dan menjadi

dhammah apabila ‘ain fiilnya berharakat dhammah.

Penjelasan ‫األمر‬ ‫المضارع‬

 Setelah huruf mudhara’ahnya sukun ْ‫اِجْ لِس‬ ُ‫يَجْ لِس‬

3
Muhammad Muhyidin Abdul Hamid, Ilmu Nahwu (Jogjakarta: Media Hidayah, 2010), h. 123

3
 ‘ain fiilnya berharakat kasrah atau fathah ْ‫اِ ْفتَح‬ ‫يَ ْفتَ ُح‬

 Setelah huruf mudhara’ahnya sukun ْ‫أُ ْكتُب‬ ُ‫يَ ْكتُب‬


 ‘ain fiilnya berharakat dhammah ْ‫أُ ْنصُر‬ ُ ‫يَ ْن‬
‫ص ُر‬

 Kecuali pada wazan ( ‫) أَ ْف َع َل‬, hamzah qata’ah yang dihilangkan pada fiil

mudharinya dikembalikan pada fiil amarnya.

‫األمر‬ ‫المضارع‬ ‫الماضي‬

‫أَ ْك ِر ْم‬ ‫يُ ْك ِر ُم‬ ‫أَ ْك َر َم‬

‫أَحْ ِس ْن‬ َ‫أَحْ َسن‬ َ‫أَحْ َسن‬

3. Tidak Membentuk Fiil Amar dari Fiil-fiil yang Berwazan ( ‫) فَ ُع َل – يَ ْف ُع ُل‬

Baik, bagus َ‫َحسُن‬

Mulia َ‫َشرُف‬

Buruk ‫قَب َُح‬

Indah ‫َج ُم َل‬

*Fiil yang berwazan ‫ فَ ُع َل – َي ْف ُع ُل‬menunjukkan makna perangai atau tabiat yang tetap

4. Wazan Fiil Tsulatsi Mujarrad

Diketahui bahwa sighat fiil tsulatsi mujarrad ditentukan oleh harakat ‘ain

fiilnya. Fiil tsulatsi mujarrad mempunyai enam wazan yaitu:

‫معنى‬ ‫المثال‬ ‫فعل االمر‬ ‫فعل المضارع‬ ‫فعل الماضى‬

Membuka ْ‫ اِ ْفتَح‬- ‫فَتَ َح – يَ ْفـتَ ُح‬ ْ‫اِ ْف َعل‬ ‫يَ ْف َع ُل‬ ‫فَ َع َل‬

Menolong ْ‫ أُ ْنصُر‬- ‫ص ُر‬


ُ ‫ص َر – يَ ْن‬
َ َ‫ن‬ ْ‫أُ ْفعُل‬ ‫يَ ْف ُع ُل‬

Duduk َ َ‫َجل‬
ْ‫س – يَجْ لِسُ – اِجْ لِس‬ ْ‫اِ ْف ِعل‬ ‫يَ ْف ِع ُل‬

4
Mengetahui ‫َعلِ َم – يَ ْعلَ ُم – اِ ْعلَ ْم‬ ْ‫اِ ْف َعل‬ ‫يَ ْف َع ُل‬ ‫فَ ِع َل‬

Menghitung ْ‫ب – يَحْ ِسبُ – اِحْ ِسب‬


َ ‫َح ِس‬ ْ‫اِ ْف ِعل‬ ‫يَ ْف ِع ُل‬

Menjauh ‫بَ ُع َد – يَ ْب ُع ُد – أُ ْب ُع ْد‬ ْ‫أُ ْفعُل‬ ‫يَ ْف ُع ُل‬ ‫فَع َُل‬

 Apabila terdapat fiil yang huruf awalnya (‫ )و‬dan ‘ain fiilnya berharakat kasrah

pada fiil mudharinya, maka dihapus fa’ fiilnya pada fiil mudharinya.

‫معنى‬ ‫فعل المضارع‬ ‫فعل الماضى‬

Berjanji ‫يَ ِع ُد‬ ‫َو َع َد‬

Melemahkan ُ‫يَ ِهن‬ َ‫َوهَن‬

Meyakini ُ ِ‫يَث‬
‫ق‬ َ َ‫َوث‬
‫ق‬

 Dan seperti itu pula apabila terdapat fiil yang ‘ain fiilnya berharakat fathah

pada fiil mudharinya dan lam fiilnya merupakan huruf halqah ( ‫خ‬, ‫غ‬, ‫ح‬, ‫ع‬, ‫ه‬, ‫)أ‬.

‫معنى‬ ‫حروف الحلق‬ ‫فعل المضارع‬ ‫فعل الماضى‬

Meletakkan )‫عين (ع‬ ‫ض ُع‬


َ َ‫ي‬ ‫ض َع‬
َ ‫َو‬
Jatuh, terjadi )‫عين (ع‬ ‫يَقَ ُع‬ ‫َوقَ َع‬

Memuat, meliputi )‫عين (ع‬ ‫يَ َس ُع‬ ‫َو ِس َع‬

Menginjak, melalui )‫همزة (أ‬ َ ‫يَطَأ‬ ‫َو ِط َئ‬

 Dan tidak diperbolehkan menghilangkan huruf awalnya kecuali pada keadaan

tersebut.

‫معنى‬ ‫فعل المضارع‬ ‫فعل الماضى‬

Membayangkan ‫يَوْ هَ ُم‬ ‫َو ِه َم‬

Khawatir, takut ‫يَوْ ِج ُل‬ ‫َو ِج َل‬

5
 Yang dihilangkan huruf awalnya pada fiil mudharinya, dihilangkan pula pada

fiil amarnya.

‫معنى‬ ‫فعل االمر‬ ‫فعل المضارع‬ ‫فعل الماضى‬

Meletakkan ‫ض ْع‬
َ ‫ض ُع‬
َ َ‫ي‬ ‫ض َع‬
َ ‫َو‬
Berjanji ‫ِع ْد‬ ‫يَ ِع ُد‬ ‫َو َع َد‬

1. Bina Lafif Mafruq, adalah fiil yang di dalamnya terdapat dua huruf ‘illat yang

kedua-duanya terpisah. Seperti:

)Menempati/memenuhi( ‫ي–ف‬
ِ ِ‫َوفَى–يَف‬ 

ِ - ‫َوقَى– يَقِي‬
)Kuat( ‫ق‬ 

2. Bina Ajwaf, adalah fiil yang ‘ain fiil pada fiil madhi dan mudharinya adalah alif,

dan wazan fiil mudharinya ( ‫) يَ ْف َع ُل‬.

)Takut( َ‫ يَ َخاف‬- َ‫َخاف‬ 

)Berhasil( ‫ يَنَا ُل‬- ‫نَا َل‬ 

Bina ajwaf sendiri terbagi menjadi dua macam, yaitu ajwaf waw dan ajwaf ya’.

Berikut penjelasannya:

 Ajwaf waw, adalah apabila wazan fiil mudharinya ( ‫) يَ ْف ُع ُل‬, dan huruf alif pada

fiil mudharinya menjadi huruf (‫ )و‬dan dipanjangkan.

)Berpuasa( ‫ يَصُوْ ُم‬- ‫صا َم‬


َ 

)Menunggu( ‫ يَحُوْ ُم‬- ‫َحا َم‬ 

 Ajwaf ya’, adalah apabila wazan fiil mudharinya ( ‫) يَ ْف ِع ُل‬, dan huruf alif pada

fiil mudharinya menjadi huruf (‫ )ي‬dan dipanjangkan.

)Berburu( ‫ص ْي ُد‬
ِ َ‫ ي‬- ‫صا َد‬
َ 

6
)Menjual(ُ‫ يَبِ ْيع‬- ‫بَا َع‬ 

B. Fiil Mabni Majhul

Fiil bila ditinjau dari segi fa’ilnya (pelakunya) terbagi menjadi dua, yaitu:

1. Fiil ma’lum, fiil yang menyebutkan fa’ilnya di dalam kalimat.

2. Fiil majhul, yaitu fiil yang menghilangkan failnya karena suatu tujuan. Adapun

tujuan tersebut ialah sebagai berikut:

 Karena sudah dimaklumi (diketahui)

 Karena belum diketahui dan tidak mungkin dapat ditentukan

 Karena lebih suka merahasiakan failnya, walauoun failnya sudah diketahui

 Karena ada kekhawatiran jika dijelaskan failnya

 Karena merasa takut untuk menjelaskan failnya

 Karena menghormati failnya

 Karena tidak membawa faedah jika failnya disebutkan. 4

1. Membuat Fiil Madhi Majhul dari Fiil Madhi Ma’lum

a. Apabila terdapat fiil madhi yang tidak mu’tal dan tidak didahului hamzah washal

dan ta’ zaidah, maka huruf pertamanya dibaca dhammah dan huruf sebelum

akhirnya dibaca kasrah.

Ditulis َ ِ‫ُكت‬
‫ب‬ Menulis َ ‫َكت‬
‫َب‬

Dibubarkan ‫بُ ْعثِ َر‬ Membubarkan ‫بَ ْعثَ َر‬

b. Apabila didahului oleh hamzah washal, maka didhammah huruf pertama dan

ketiganya.

4
Mustafa al-Ghalayaini, Jamiud Durisil Arabiyah (Beirut: Darul Hadits, 1973) h. 251.

7
Dihancurkan َ ِ‫أُ ْنطُل‬
‫ق‬ Menghancurkan َ َ‫اِ ْنطَل‬
‫ق‬

Ditarik َ ‫أُ ْستُ ْخ‬


‫رج‬ Menarik keluar ‫اِ ْست َْخ َر َج‬

c. Apabila didahului ta’ zaidah, maka dhammah huruf pertama dan keduanya.

Dipelajari ‫تُ ُعلِّ َم‬ Belajar ‫تَ َعلَّ َم‬

Digelindingkan ‫تُدُحْ ِر َج‬ Menggelinding ‫تَ َدحْ َر َج‬

d. Apabila maad (panjang) ‘ain fiilnya seperti ( ‫بَا َع‬, ‫) قَا َل‬, maka bentuk fiil majhulnya

seperti ( ‫بِ ْي َع‬, ‫) قِي َْل‬.

Dikatakan ‫قِ ْي َل‬ Berkata َ َ‫ق‬


‫ال‬

Dijual ‫بِ ْي َع‬ Menjual ‫بَا َع‬

Ditulis َ ِ‫ُكوْ ت‬
‫ب‬ Menulis َ ‫َكات‬
‫َب‬

2. Membentuk Fiil Mudhari Majhul dari Fiil Mudhari Ma’lum

 Untuk membentuk fiil mudhari majhul dari fiil mudhari ma’lum, maka

huruf sebelum akhirnya dibaca fathah dan huruf pertamanya dibaca

dhammah (yakni huruf mudhara’ahnya).

ُ‫يُ ْكتَب‬ ُ‫يَ ْكتُب‬

‫يُ ْست َْخ َر َج‬ ‫يَ ْست َْخ َر َج‬

 Apabila terdapat huruf tambahan sebelum huruf akhirnya pada fiil

mudharinya, maka ditukar huruf tambahan tersebut dengan alif.

‫يُقُا ُل‬ ‫يَقُوْ ُل‬

ُ ‫يُبَا‬
‫ع‬ ‫يَبِ ْي ُع‬

8
3. Membentuk Fiil Amar dari fiil majhul

Adapun fiil amar, selamanya tidak bisa menjadi majhul. Fiil amar tidak dapat

terbentuk kecuali pada fiil ma’lum.

4. Adapun fiil majhul dari wazan fiil tsulatsi semuanya berbentuk wazan

( ‫) فُ ِع َل – يُ ْف َع ُل‬

َ ‫يُ ْن‬
‫ص ُر‬ ِ ُ‫ن‬
‫ص َر‬

‫ب‬
ُ ‫ض َر‬
ْ ُ‫ي‬ ‫ض ِر َب‬
ُ

 Dan adapun wazan-wazan fiil tsulatsi adalah sebagai berikut:

‫يُ َعلَّ ُم‬ ‫يُفَ َّع ُل‬

‫َار ُك‬
َ ‫يُش‬ ‫يُفَا َع ُل‬

ُ‫سن‬
َ ‫يُ ْح‬ ‫يُفَ َع ُل‬

َ ‫يُتَد‬
‫َار ُك‬ ‫يُتَفَا َع ُل‬

‫سـ َ ْعلَ ُم‬


ْ ُ‫ي‬ ‫ستَ ْف َع ُل‬
ْ ُ‫ي‬

 Dan begitu pula pada wazan fil ruba’inya, seperti:

‫ يُد َْح َر ُج‬- ‫د ُْح َر ُج‬ 

BAB III

PENUTUP

A. Simpulan

9
Pembagian fiil berdasarkan shigatnya terbagi menjadi tiga, yaitu: fiil madhi,

fiil mudhari dan fiil amar. Fiil madhi, yaitu kata yang menunjukkan suatu kejadian

(perbuatan) yang telah lampau. Fiil Mudhari, yaitu kata yang menunjukkan suatu

kejadian (perbuatan) yang sedang berlangsung dan yang akan datang. Sedangkan fiil

Amar, yaitu kata yang menunjukkan makna perintah.

Cara pembentukan fiil mudhari dari fiil tsulatsi mujarrad adalah dengan

menambahkan salah satu huruf mudhara’ah pada awal fiil mudharinya dan mengubah

harakat ‘ain fiilnya pada fiil mudhari dari harakat sebelumnya pada fiil madhi. Huruf

mudhara’ah adalah huruf yang menjadi ciri khas dari fiil mudhari. Huruf mudhara’ah

tersebut berupa huruf hamzah (‫)أ‬, nun (‫)ن‬, ya’ (‫)ي‬, dan ta’ (‫)ت‬.

Fiil bila ditinjau dari segi fa’ilnya (pelakunya) terbagi menjadi dua, yaitu: Fiil

ma’lum, fiil yang menyebutkan fa’ilnya di dalam kalimat. Fiil majhul, yaitu fiil yang

menghilangkan failnya karena suatu tujuan.

Fiil amar selamanya tidak bisa menjadi majhul. Fiil amar tidak dapat

terbentuk kecuali pada fiil ma’lum.

DAFTAR PUSTAKA

Mu’minin, Imam Saiful. 2008. Kamus Ilmu Nahwu dan Sharaf. Jakarta:
Amzah.
Nahar, Hadi. 2010. as-Sharfu al-Wafi. Urdun: Modern Book World.

10
Hamid, Muhammad Muhyidin Abdul. 2010. Ilmu Nahwu. Jogjakarta: Media

Hidayah.

al-Ghalayaini, Mustafa. 1973. Jamiud Durisil Arabiyah. Beirut: Darul Hadits.

11

Anda mungkin juga menyukai