Anda di halaman 1dari 13

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah menolong hamba-Nya menyelesaikan
makalah ini dengan penuh kemudahan. Tanpa pertolongannya mungkin penulis tidak akan
sanggup menyelesaikan dengan baik.

Makalah ini disusun agar pembaca dapat mengetahui tentang pengertian isim, ciri-
ciri dan pembagiannya yang penulis sajikan berdasarkan pengamatan dari berbagai
sumber. Makalah ini di susun oleh penulis dengan berbagai rintangan. Baik itu yang
datang dari diri penulis maupun yang datang dari luar. Namun dengan penuh kesabaran
dan terutama pertolongan dari Allah SWT akhirnya makalah ini dapat terselesaikan.

Makalah ini memuat tentang “Isim dan Macam-Macamnya” dan sengaja dipilih
karena menarik perhatian penulis untuk dicermati.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing yang telah
banyak membantu serta teman-teman disekitar penulis yang telah memberikan dukungan
agar dapat menyelesaikan makalah ini.

Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada pembaca.
Walaupun makalah ini memiliki kelebihan dan kekurangan. Penulis mohon untuk saran
dan kritiknya. Terima kasih.

Luwuk, November 2014

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Al-Quran turun dengan bahasa Arab dikarenakan Rasulullah Saw dan para
Mukhatab pertamanya menggunakan bahasa tersebut. ”Dan Jikalau kami jadikan Al
Quran itu suatu bacaan dalam bahasa selain Arab, tentulah mereka mengatakan:
“Mengapa tidak dijelaskan ayat-ayatnya?” apakah (patut Al Quran) dalam bahasa asing
sedang (rasul adalah orang) Arab?” [Fushilat: 44 ]

Dalam pembelajaran Bahasa Arab, kata terbagi menjadi tiga yaitu Isim, Fi’il,
dan Huruf. Namun pada makalah ini akan dibahas tentang isim. Isim adalah kata yang
bermakna namun tidak terikat dengan waktu. Fi’il adalah kata kerja. Dan Huruf adalah
kata penghubung.

B. Rumusan Masalah
Adapun permasalahan yang akan dibahas dalam proses penyusunan makalah ini
adalah “Isim dan Macam-Macamnya”.

Untuk memberikan kejelasan makna serta menghindari meluasnya


pembahasan, maka dalam makalah ini masalahnya dibatasi pada :
1. Apakah pengertian dari Isim?
2. Apakah ciri-ciri dari Isim?
3. Apa saja pembagian dari Isim?

C. Tujuan Penulisan
Pada dasarnya tujuan penulisan karya tulis ini terbagi menjadi dua bagian, yaitu
tujuan umum dan khusus. Tujuan umum dalam penyusunan makalah ini adalah untuk
menyelesaikan tugas mata kulian Bahasa Arab.
Adapun Tujuan khusus penyusunan makalah ini adalah :
1. Mengetahui pengertian dari Isim.
2. Mengetahui ciri-ciri dari Isim.
3. Mengetahui pembagian dari Isim.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Isim
‫لى َم ْعنًى َو لَ ْم يَ ْقت َِر ْن بِزَ َمن‬ ْ َّ‫ َك ِل َمةٌ دَل‬.
َ ‫ت َع‬
Artinya : “Jenis kata yang mengandung makna yang tidak terikat dengan waktu
(tenses)”.
Secara sederhana dapat dikatakan bahwa ISIM adalah semua jenis kata benda
atau segala sesuatu yang dikategorikan benda; baik benda mati maupun benda hidup,
tanpa berkaitan dengan masalah waktu. Di sisi lain, ISIM (kata benda) ada yang
bersifat konkrit (dapat dijangkau indera) dan ada pula yang bersifat abstrak (tidak
dijangkau diindera).

B. Ciri-Ciri Isim
Isim memiliki beberapa ciri, yaitu sebagai berikut:
1. Berharokat kasroh atau kasrohtain : Jika suatu kata mempunyai akhiran kasroh,
maka bisa dikatakan ia adalah isim.
Contoh :
‫اإل ْْ ْسالَ ِم ِد ْينًا‬
ِ ‫ضيْتُ ِباهللِ َربًّا َو ِب‬
ِ ‫َر‬
Kata yang di garis bawah (ِ‫ هلل‬dan ‫)إل ْْ ْسالَ ِم‬
ِ di atas termasuk isim, dikarenakan
akhiran katanya berupa harokat kasroh.

2. Tanwin : Jika suatu kata berakhiran tanwin, maka ia adalah isim.


Contoh :
ً‫طي ِ ِْْ َبة‬
َ ً‫ب هللاُ َمثَالً َك ِل َمة‬
َ ‫ض َر‬
َ
Kata bergarisbawah (ً‫طي ِ ِْْبَة‬
َ ً‫ ) َمثَالً َك ِل َمة‬di atas merupakan isim, terlihat dari
adanya tanwin pada akhirannya.

3. Terdapat ‫ ال‬pada awal kata


Contoh :
‫سالَ ُم‬ ُ ‫ال َم ِلكُ القُد ُّْو‬
َّ ‫س ال‬
Kata yang bergaris bawah (keseluruhan kata) di atas merupakan isim,
karena bergandengan dengan ‫ال‬.
Perlu diketahui, jika suatu isim bergandengan dengan ‫ال‬, maka isim tersebut
tidak boleh di tanwin, begitu pula sebaliknya, sehingga isim tidak boleh kemasukan
tanda ‫ ال‬dan tanwin pada satu kata, namun isim harus mempunyai salah satu dari
kedua tanda di atas, baik itu ‫ ال‬saja atau tanwin saja.

4. Terletak setelah huruf jer


Diantara huruf-huruf jer adalah : (‫علَى – فِي – ُربَّ – ِبـ – كَا – ِلـ‬
َ – ‫ ِم ْن – ِإلَى – َع ْن‬.. )
‫ِم ْن‬ : Dari ‫َع ْن‬ : Dari ‫ِبـ‬ : Dengan
‫إِلَى‬ : Ke ‫ِلـ‬ : Milik, Kepunyaan ‫كَا‬ : Seperti
‫َعلَى‬ : Di atas َّ‫ُرب‬ : Betapa banyak, acapkali ‫فِي‬ : Di dalam
Contoh :
ِ ‫فِي بَيْت ِم ْن بُي ُْو‬
ِ‫ت هللا‬
Dari contoh di atas, kata ‫ َبيْت‬dan ‫ت‬
ِ ‫ بُي ُْو‬, termasuk isim karena terletak setelah
huruf jer.

5. Idhofah (penyandaran) = Mudhof mudhof ‘ilaih : Jika terdapat dua kata yang
bergandengan, dengan kata yang kedua mempunyai akhiran kasroh, maka kedua
kata tersebut kemungkinan besar adalah isim.
Contoh : ‫ِكتَابُ ُم َح َّمد‬ : Kitabnya Muhammad
‫اإل ْسالَ ِم‬
ِ ُ‫ِد ْين‬ : Agama Islam
Kata pertama sebagai mudhof (yg disandarkan) dan kata kedua sebagai
mudhof ilaih (yang menyandarkan). Kata yang kedua di atas adalah isim, karena
idhofah, dan terlihat pada kata kedua mempunyai akhiran kasroh.

C. Pembagian Isim
Isim terbagi oleh beberapa macam. Yaitu berdasarkan jenisnya, berdasarkan
jumlah benda, berdasarkan terdefinisi (khusus) atau tidak terdefinisi (umum) dan
berdasarkan huruf akhir dan sakal (tanda) akhirnya.

1. Isim Berdasarkan Jenisnya


Isim berdasarkan jenisnya dibagi menjadi dua bagian yaitu isim mudzakkar
(laki-laki) dan isim muannats (perempuan), masing-masing bagian tersebut ada
yang faktanya berjenis kelamin laki-laki (hakiki) dan perempuan (hakiki) dan ada
yang hanya lafadznya saja, sedangkan faktanya sama sekali tidak diketahui jenis
kelaminnya (benda). Mudzakkar hakiki dan muannats hakiki sangat mudah
dibedakan dan tidak memerlukan ciri-ciri khusus, sedangkan yang lafdzi untuk
membedakannya diperlukan ciri-ciri serta cakupannya.

a. Diakhiri dengan ta’ marbuthoh (‫)ة‬Ciri Muannats Lafdzi:


Contoh : ُ ‫سة‬
َ ‫ ال َمد َْر‬، ُ ‫النَّافِذَة‬
Cakupan Muannats Lafdzi meliputi :
 Alat tubuh yang berpasangan
Contoh: ‫ ِر ْج ٌل‬، ‫ أُذُ ٌن‬، ٌّ‫ يَد‬، ‫َعي ٌْن‬
 Benda yang tidak dapat dihitung
ُ َّ‫ الن‬، ‫ ِر ْي ٌح‬، ٌ‫س َحاب‬
Contoh: ‫ار‬ َ
 Oleh orang Arab digolongkan muannats (sima’i)
ٌ ‫ ا َ ْر‬، ‫ش‬
Contoh: ‫ض‬ َ ، ‫ قَ َم ٌر‬، ‫ار‬
ٌ ‫س ْم‬ َ ، ‫س ْو ٌق‬
ٌ َ‫ د‬، ‫ط ِري ٌْق‬ ُ ، ‫س َما ُء‬ ُ ‫النَّ ْف‬
َّ ‫ ال‬، ‫س‬
 Seluruh benda yang jumlahnya lebih dari dua satuan (jamak).
ٌ ‫( ُك ُّل َج ْمع ُم َؤ َّن‬setiap jamak adalah muannats)
Kaidahnya: ‫ث‬
Contoh: ٌ‫( اَب َْواب‬pintu-pintu) ُ ‫( ن ََوافِذ‬jendela-jendela)

b. Apabila tidak terdapat ciri muannats dan tidak tercakup dalam isim muannats
seperti di atas, maka isim tersebut adalah Mudzakkar.

2. Isim Berdasarkan Jumlah Benda


Berdasarkan jumlah bendanya isim dibagi menjadi tiga, yaitu isim mufrod,
isim mutsanna dan isim jamak. Isim mufrod adalah isim yang jumlah bendanya
satu satuan (satu biji, satu helai, satu pohon dan sebagainya), biasanya ditandai
dengan dhommah, fathah, kasroh. Isim mutsanna adalah isim yang jumlah
bendanya dua satuan. Tanda khas yang mudah diketahui dari isim ini adalah
akhirannya …َ‫ان‬atau
ِ ِ ‫ ت‬atau ‫ تَي ِْن‬untuk muannats. Isim
…َ‫ ي ِْن‬untuk mudzakkar dan ‫َان‬
jamak adalah isim yang jumlah bendanya lebih dari dua satuan. Isim jamak ini
dibagi tiga bagian, yaitu jamak mudzakkar salim (‫س ِل ِم‬ َّ ‫) َج ْم ُع ْال ُمذَ َّك ِر ال‬, jamak muannats
salim (‫س ِل ِم‬ ِ َّ‫ ) َج ْم ُع ْال ُم َؤن‬dan jamak taksir (‫) َج ْم ُع التَّ ْك ِسي ِْر‬.
َّ ‫ث ال‬
a. Isim jamak mudzakkar salim berasal dari isim mudzakkar mufrod dan
rangkaian hurufnya tidak ada yang diubah hanya ditambah ( َ‫ )ـ ُ ْون‬atau ( َ‫ )ـِيْن‬di
akhirnya.
Contoh : َ‫ ُم ْس ِل ُم ْون‬atau َ‫ ُم ْس ِل ِميْن‬berasal dari ‫ُم ْس ِل ٌم‬
b. Isim jamak muannats salim berasal dari isim muannats mufrod dan rangkaian
hurufnya tidak ada yang dirubah hanya ta’ marbuthoh di akhir kata yang
menjadi ciri isim muannats dipisahkan dulu dengan menambah alif mati
menjadi ٌ‫ ـَات‬atau ‫ـَات‬.

c. Isim jamak taksir dapat berasal dari isim mudzakkar mufrod atau isim
muannats mufrodah, akan tetapi rangkaian hurufnya terjadi pemecahan baik
ditambah atau dikurangi. Isim ini tidak memiliki aturan dan tanda khas,
sehingga harus dihafal.
Contoh : ٌ‫ اَب َْواب‬berasal dari ُ ‫ ن ََوافِذ‬, ٌ‫ بَاب‬berasal dari ٌ ‫نَافِذَة‬

3. Isim Berdasarkan Terdefinisi (Khusus) atau Tidak Terdefinisi (Umum)


Berdasarkan umum dan khususnya isim dibagi menjadi dua, yaitu isim
nakiroh (umum) dan isim ma’rifat (khusus).

a. Isim nakiroh ditandai dengan adanya tanwin ( ٌ ‫ ــ‬، ‫ ــ‬، ‫) ـًـ‬


Contoh : ٌ‫ ِكتَاب‬، ‫ُهد ٌى‬

b. Isim ma’rifat mencakup tujuh jenis, yaitu :


1) Isim yang diawali dengan Al (‫)ال‬
Contoh : ُ‫ ال ِكتَاب‬، ‫ال ُهدَى‬
2) Isim dhomir (kata ganti)
3) Isim isyaroh (kata tunjuk)
4) Isim maushul (kata sambung)
5) Isim alam (nama)
6) Isim munada (yang dipanggil)
7) Isim idhofat (yang disandarkan)

Masing-masing jenis isim tersebut, akan dibahas berikut ini.


a. Isim Dhomir
Kata ganti ini digolongkan ke dalam isim ma’rifat karena fungsinya
untuk menggantikan isim tertentu.
Berdasarkan penampakkannya dalam tulisan, isim dhomir dibagi dua,
yaitu isim dhomir bariz (tampak dalam tulisan) dan isim dhomir mustatir (tidak
tampak dalam tulisan). Pada bab ini hanya dibahas isim dhomir bariz,
sedangkan isim dhomir mustatir dibahas setelah membahas kalimat sempurna.

Isim dhomir bariz dibagi lagi menjadi dua bagian yaitu isim dhomir
bariz muttashil (tersambung dengan kata lain) seperti : ‫ َل‬+ ‫ لَ ُك ْم = ُك ْم‬dan isim
dhomir bariz munfashil (berdiri sendiri) seperti : ‫ ه َُو‬، َ‫ا َ ْنت‬

b. Isim isyaroh ( ِ‫َارة‬ ِ ‫) اِ ْس ُم‬


َ ‫االش‬
Kata tunjuk digolongkan ke dalam isim ma’rifat karena fungsinya untuk
menunjuk isim-isim tertentu.

Kata tunjuk ini berbeda sesuai dengan Ietak isim yang ditunjuk serta
jenis dan jumlahnya. Perbedaan kata tunjuk ini antara isim dekat (qorib) dengan
jauh (ba’id) yaitu ha tanbih ( ‫ ) هَـ‬di awal untuk qorib dan adanya dhomir
mukhotob di akhir untuk isim ba’id ( َ‫ ك‬، ‫ ُك َما‬atau ‫) ُك ْم‬. Selain isim isyaroh ada
yang dikaitkan dengan letak, jenis dan jumlahnya, ada juga isim isyaroh yang
dikaitkan dengan letaknya saja.
Seperti : َ‫ ُهنَالِك‬، َ‫ ُهنَاك‬، ‫ُهنَا‬

ُ ‫) اِ ْس ُم ْال َم ْو‬
c. Isim Maushul ( ‫ص ْو ِل‬
Isim maushul ini digolongkan ke dalam isim ma’rifat karena fungsinya
untuk mengkhususkan suatu isim tertentu dengan kalimat yang ada sesudahnya.

Selain isim maushul yang digunakan untuk menghubungkan isim


berdasarkan jenis dan jumlahnya, ada pula isim maushul yang sifatnya umum
(tidak dilihat mudzakkar atau muannats-nya) yang digunakan untuk yang
berakal atau yang tidak. Yaitu ‫( َما‬apa-apa, apa saja) digunakan untuk isim yang
tidak berakal (‫ص ْو ِل ِلغَي ِْر ا ِْل َعاقِ ِل‬
ُ ‫ ) اِ ْس ُم ال َم ْو‬dan ‫( َم ْن‬siapa saja/barang siapa) digunakan
untuk isim yang berakal ( ‫ص ْو ِل ِل ِْ ْلعَاقِ ِل‬
ُ ‫) اِ ْس ُم ال َم ْو‬.
d. Isim Alam ( ‫) اِ ْس ُم ْال َعلَ ِم‬
Isim alam adalah isim yang digunakan untuk nama tertentu tanpa
membutuhkan penjelasan. Isim ini ma’rifat karena setiap nama menunjukkan
isim tertentu. Pada bagian ini akan dikhususkan pada kata yang digunakan
untuk nama manusia. yang dibagi menjadi 3 golongan, yaitu :

1) Isim khos (nama asli)


ُ ، ُ ‫شة‬
Contoh : ‫ع َم ُر‬ َ ‫َعا ِئ‬

2) Kunyah ( ٌ‫ ) ُك ْنيَة‬: julukan


Adalah nama yang diawali dengan kata : ٌ‫ اَب‬، ‫ ا ُ ٌّم‬، ‫اِب ٌْن‬dan ٌ‫ِبنْت‬
Contoh : ‫ اَب ُْو َح ْفص‬، ‫ب‬ َّ ‫ اِ ْبنُ ْال َخ‬، ‫ ا ُ ُّم ْالمؤمنين‬dan lain-lain.
ِ ‫طا‬

3) Laqob ( ٌ‫ ) لَقَب‬: gelar


Diberikan khusus kepada orang-orang yang mempunyai kelebihan dalam
suatu perkara.
Contoh : ‫ار ْو ُق‬
ُ َ‫ الف‬، ُ ‫الر ِش ْيد‬
َّ ، ‫الص ِدي ُْق‬
ِ dan lain-lain.

e. Isim Munada ( ‫) اِ ْس ُم ْال ُمنَادَى‬


Adalah isim yang berada setelah huruf nida. Isim ini menjadi ma’rifat
karena setiap objek yang diseru. pasti telah tertentu dan diketahui oleh si
penyeru. Huruf nida terdiri dari huruf nida untuk dekat, untuk jauh dan untuk
dekat dan jauh.
Isim munada dibagi lima, yaitu : mufrod alam, nakiroh maqsudah,
mudhofan, sibhul mudhof, nakiroh ghoiru maqsudah dan khusus lafdzul jalalah.
Pada bagian ini hanya dibahas tiga jenis isim munada yang banyak dijumpai
dalam Al-Qur’an atau bacaan sehari-hari, yaitu isim munada mufrod (satu
kata), munada mudhofan dan isim munada khusus lafdzul jalalah.
1) Isim munada mufrod
Yaitu isim munada yang terdiri dari satu kata bentuknya nakiroh,
akan tetapi tidak boleh pakai tanwin setelah diawali huruf nida. Tanda
akhirnya tetap rofa (salah satu tandanya dhommah).
Contoh : ‫يَا ُم ْس ِل ُم‬
2) Isim munada mudhofan
Isim munada yang berbentuk idhofah (disandarkan). Tanda akhir
untuk kata yang disandarkan adalah nashob (salah satunya fathah).
Contoh : ِ‫س ْو َل هللا‬
ُ ‫يَا َر‬
Kadang-kadang huruf nida dapat dibuang jika berbentuk do’a
seperti : ‫ يَا َربَّنَا‬menjadi ‫َربَّنَا‬

3) Isim munada khusus lafdzul jalalah (ُ‫)اَهلل‬


Sebenarnya termasuk isim munada mufrod, akan tetapi isim munada
ini ada pengkhususan yaitu : bentuknya ma’rifat ُ‫ يَا اَهلل‬dan huruf nida bisa
diganti dengan huruf mim yang bertasydid ditarik di akhirnya yaitu : ‫اَلل ُه َّم‬

Catatan :
Apabila isim munada mufrod dalam bentuk ma’rifat baik dengan ” ‫ال‬
” ataupun isim maushul, maka setelah ‫ يا‬tidak dapat langsung tersambung
dengan isim tersebut, tetapi harus diselingi dengan lafadz ‫( اَيُّ َها‬untuk isim
mudzakkar) dan ‫( اَ َّيت ُ َها‬untuk isim muannats).
Contoh : َ‫ يَا ا َ ُّي َها الَّ ِذيْن‬، ‫س‬
ُ ‫يَااَيَّت ُ َها النَّ ْف‬

َ ‫) اِ ْس ُم اْ ِإل‬
f. Isim Idhofat (kata yang disandarkan) ( ‫ضافَ ِة‬
Penyandaran (idhofat) ini hanya terjadi antara dua isim (tidak fiil dan
tidak juga huruf) Isim yang pertama yang disandarkan disebut mudhof ( ‫اف‬
ٌ ‫ض‬َ ‫) ُم‬
sedangkan isim yang disandari disebut mudhof ilaihi (‫اف إِ َل ْي ِه‬
ٌ ‫ض‬َ ‫) ُم‬, yang
merupakan isim ma’rifat adalah isim yang menjadi mudhof, sedangkan yang
menjadi mudhof ilaihi dapat ma’rifat dapat pula nakiroh tergantung bentuknya.
Yang perlu dipahami bahwa mudhof ilaihi itu tidak boleh kata sifat, dan
bentuknya tetap majrur (salah satu tandanya kasroh).

Sedang ketentuan untuk mudhof adalah :


1) Tidak boleh ada ” ‫“ ال‬
2) Tidak boleh tanwin
3) Apabila isim mutsanna dan jamak mudzakkar salim, nun yang berada di
akhirnya dibuang.
Contoh : ‫س ْو ٌل‬
ُ ‫ َر‬+ ُ‫= هللا‬ ِ‫س ْو ُل هللا‬
ُ ‫َر‬
‫ َوا ِلدَي ِْن‬+ ‫= ـ ِه‬ ‫َوا ِلدَ ْي ِه‬
َ‫ بَ ِنيْن‬+ ‫= اِس َْرا ِئ ْي َل‬ ‫بَنِ ْي اِس َْرائِ ْي َل‬

4. Isim Berdasarkan Huruf Akhir dan Sakal (tanda) Akhirnya


Berdasarkan huruf akhir dan sakal akhirnya isim dibagi 4 jenis, yaitu isim
shohih akhir, isim mu’tal akhir, asmaul khomsah dan isim ghoiru munshorif.

a. Isim shohih akhir ini sudah dibahas pada bab-bab sebelumnya, terdiri dari isim
mufrod, mutsanna, jamak taksir, jamak mudzakkar salim dan jamak muannats
salim.

b. Isim mu’tal akhir artinya isim yang huruf akhirnya berupa huruf illat yaitu alif
mati atau ya’ mati ( ‫ى‬ ْ atau ‫ي‬ ْ ). Jika akhirnya alif mati disebut isim maqshur (
ُ ‫ ) ا ِال ْس ُم ال َم ْق‬seperti : ‫ ُهدَى‬، ‫سى‬
‫ص ْو ُر‬ َ ‫ ُم ْو‬, dan jika akhirnya ya’ mati disebut isim
manqus ( ‫ص‬ ُ ‫ ) ا ِال ْس ُم ال َم ْنقُ ْو‬seperti : ‫ي‬
ْ ‫اض‬ ِ َ‫ الق‬، ‫ي‬
ْ ‫ال َها ِد‬

c. Asmaul khomsah (isim yang lima) adalah isim yang jumlahnya lima buah,
yaitu : ُ ‫ ذ‬، ‫ف‬
ُ ، ‫ َح ٌم‬، ‫ اَ ٌخ‬، ٌ‫ اَب‬.

Kelimanya memiliki kesamaan bentuk yaitu diakhiri dengan wawu jika


rofa’ seperti : ‫ ذُ ْو َمال‬، َ‫ فُ ْوك‬، َ‫ َح ُم ْوك‬، َ‫ ا َ ُخ ْوك‬، َ‫اَب ُْوك‬

Diakhiri dengan alif jika nashob, seperti : ‫ ذَا َمال‬، َ‫ فَاك‬، َ‫ َح َماك‬، َ‫ اَخَاك‬، َ‫ا َ َباك‬
Diakhiri dengan ya’ jika majrur, seperti : ‫ ِذ ْي َمال‬، َ‫ ِفيْك‬، َ‫ َح ِميْك‬، َ‫ اَ ِخيْك‬، َ‫اَ ِبيْك‬

a. Isim ghoiru munshorif (isim yang tidak menerima tanwin).


Ada beberapa isim yang tidak ber ” ‫ ” ال‬dan bukan sebagai mudhof,
akan tetapi tidak dapat menerima tanwin. Isim semacam ini disebut isim ghoiru
munshorif. Yang termasuk isim ghoiru munshorif adalah :

1) Sebagian besar nama orang yang bukan bentukan dari kata lain, seperti :
ُ ، ُ‫عثْ َمان‬
‫ع َم ُر‬ ُ ، ُ‫اط َمة‬
ِ َ‫ ف‬dll.
2) Shighot muntahal jumuk ( ‫) صغة منتهى الجموع‬, bentuk jamak yang sama
dengan ‫ َمفَا ِع ُل‬dan ‫ َمفَا ِع ْي ُل‬, seperti : ُ‫اجد‬
ِ ‫س‬َ ‫َم‬
3) Mengandung alif ta’nits mamdudah ( ‫ ) الف التأنيث الممدودة‬seperti : ، ‫صحْ َرا ُء‬
َ
ُ ‫س ْودَا‬
‫ َح ْم َرا ُء‬، ‫ئ‬ َ
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Isim adalah semua jenis kata benda atau segala sesuatu yang dikategorikan
benda; baik benda mati maupun benda hidup, tanpa berkaitan dengan masalah waktu.

Isim memiliki ciri-ciri yaitu berharakat kasroh, bertanwin (fathahtain,


kasrohtain dan dhommahtain), terdapat ‫ ال‬pada awal kata, terletak setelah huruf jer dan
idhofah atau penyandaran.

Isim terbagi menjadi beberapa bagian, yaitu berdasarkan jenisnya, berdasarkan


jumlah benda, berdasarkan terdefinisi (khusus) atau tidak terdefinisi (umum) dan
berdasarkan huruf akhir dan sakal (tanda) akhirnya.

Isim berdasarkan jenisnya terbagi dua, yaitu Muannats dan Mudzakar. Isim
berdasarkan jumlah benda terbagi tiga, yaitu Isim Mufrod, Isim Mutsanna dan Isim
Jamak. Isim berdasarkan terdefinisi (khusus) atau tidak terdefinisi (umum) terbagi dua,
yaitu Isim Nakiroh dan Isim Ma’rifat. Isim berdasarkan huruf akhir dan sakal (tanda)
terbagi empat, yaitu isim shohih akhir, isim mu’tal akhir, asmaul khomsah dan isim
ghoiru munshorif.
DAFTAR PUSTAKA

Ibrah. “Pembagian Isim”. pada http://ibrah78gorut.blogdetik.com/category/nahwu-


i/pembagian-isim.html, diakses pada 09 November 2011

Ryper. “Pengenalan Isim dan Tanda-Tandanya”. pada


http://ryper.blogspot.com/2009/11/pelajaran-2-pengenalan-isim-dan-tanda.html. diakses
pada 09 November 2011.

Anda mungkin juga menyukai