Anda di halaman 1dari 144

Daftar Isi Halaman 221

Daftar Isi

Kata Pengantar Imam Muhaddits Mukbil bin Hadi al-Wadi’iy Rahimahullah ….... 3

Kata Pengantar Cetakan Terbaru ……………………………………….……………….. 4

Metode Syarah ……………………………………………………………………………... 8

Petunjuk-Petunjuk dalam Metode Syarah ………………………………………………. 9

Pengenalan dengan Ibnu Ajurrum dan Pendahuluan ……………………………....... 10

Pengertian Kalam …………………………………………………………………………. 12

Bagian-bagian Kalam …………………………………………………………....……….. 14

Tanda-tanda Isim …………………………………………………………………………. 17

Tanda-tanda Fi’il …………………………………………………………………………. 20

Tanda-tanda Huruf ………………………………………………………..…………….. 22

Irab dan Bina’……………………………………..……………………………………… 23

Macam-macam I’rab ………………………………………..…………………………… 26

Pembagian Isim Menjadi Mufrad, Mutsanna, dan Jamak ……………………..……. 29

Mengenal Tanda-tanda I’rab …………………………………………………………….. 30

Berbagai Mu’rab …………………………………………………….……………………. 37

Mu’rab dengan Harakat : Isim Mufrad ………………………………………………… 38

Jamak Taksir ………………………………………………….…………………………… 39

Jamak Muannats Salim ………………………………………………………….………. 41

Fi’il Mudhari’ ………………………..……………………………………………………. 43

Mu’rab dengan Huruf ………………………………………..…………………………. 44


Daftar Isi Halaman 222

Mutsanna …………………………………………………………………………………. 45

Jamak Mudzakkar Salim ……………………………………………………………….. 47

Isim-Isim yang Lima …………………………………………………………………….. 49

Fi’il-Fi’il yang Lima ………………………………………..…………………………….. 54

Fi’il ……………………………….………………………………………………………… 59

‘Aamil-‘Aamil Penashab Fi’il Mudhari’ …………………………………………..…… 69

‘Aamil-‘Aamil Penjazm Fi’il Mudhari’ ……..…………………………………………. 77

Isim-Isim yang Marfu’ ……………………………..……………………………………. 84

Fa’il …………………………………..……………………………………………………. 84

Naibul Fa’il ……………………….………………………………………………………. 92

Mubtada dan Khabar …………………………………………………………………….. 95

Kaana dan yang Semisalnya ………………………………………..…………………. 103

Inna dan yang Semisalnya …………….……………………………………………… 109

Dzhonna dan yang Semisalnya ……………………………………………………….. 113

Na’at (Sifat) ………………………………………..……………………………………. 117

Bab Ma’rifat dan Nakirah ……………………………………………….…………….. 120

Athaf ………………………………………………………..……………………………. 124

Taukid ……………………………………………………………………………………. 129

Badal ………………………..……………………………………………………………. 133

Isim-Isim yang Manshub ……………………………………………..……………….. 137

Maf’ul Bih ……………………………..………………………………………………… 138

Maf’ul Muthlaq ………………………………………………………………………… 146


Daftar Isi Halaman 223

Dzaraf Zaman dan Dzaraf Makan ………………………………………………….. 150

Haal ……………………..……………………………………………………………… 156

Tamyiz …………………………………………………………………………………. 160

Mustatsna …………………….………………………………………………………… 164

Isim Laa Nafiyah Lil Jinsi ………………….…………………………………………. 172

Munada ………………………….……………………………………………………... 176

Maf’ul li Ajlih …………………………….……………………………………………. 181

Maf’ul Ma’ah …………………………..………………………………………………. 184

Isim-Isim yang Majrur …………………………….………………………………….. 187

Isim Ghairu Munsharif ………………………….…………………………………….. 197

Definisi Kata yang Terdapat pada Buku ini …………………………….………….. 206

Daftar yang Menjelaskan Kelompok Marfu’, Manshub, dan Majrur …………….. 208

Pedoman dalam Mengi’rab …………………….…………………………………….. 209

I’rab Surat Al-Fatihah ………………………………………………………………….. 210

I’rab Surat An-Nashr ……………………………………….…………………………. 211

I’rab Surat Al-Lahab …………………………………..……………………………….. 212

I’rab Surat Al-Ikhlas ……………………………………………………………………. 213

I’rab Surat Al-Falaq …………………………………………………..………………… 214

I’rab Surat An-Nas …………………………………….……………………………….. 215

Kitab-kitab Rujukan ……………………..…………………………………………….. 216

Daftar Isi ……………………………………………………………….……………….. 221


Pengertian Kalam Halaman 12

Pengertian Kalam

Pengarang kitab Ajurrumiyyah ini (semoga Allah merahmatinya) menjelaskan :


Kalam adalah lafadz yang tersusun yang berfaedah dan dalam Bahasa Arab.
Penjelasan : Pengarang kitab ini memulai kitab Ajurrumiyyah dengan menjelaskan
definisi kalam / kalimat, karena bahwasanya nahwu itu mempelajari pembentukan
kalimat. Kalam merupakan susunan lafadz yang berfaedah, yang tersusun dalam
kaidah bahasa Arab.
Maka pada kalimat harus terhimpun empat hal:
1. Terdapat lafadz, yaitu bunyi/suara untuk kata yang tersusun dari sebagian huruf-
huruf hijaiyah.
2. Murakkab, yang berarti tersusun dari dua kata atau lebih.
3. Mufiid, yaitu berfaedah dan seorang yang berbicara dengannya bisa diam
sempurna.
4. Wadh'il 'arabiyyi , yaitu dibuat dengan mengunakan bahasa arab (1).

Contoh kalam : ‫( الْعِلْم نَافِع‬ilmu itu bermanfaat) , contoh kalam Allah Ta’ala : ﴾
(2)

‫( ﴿ وَ َكلَمَ اهللُ موْسَىٰ تَكْلِيْمًا‬dan Allah telah benar-benar mengajak bicara Musa) , dan contoh
(3)

kalam Nabi ‫ ﷺ‬: 》 ‫ت‬ ِ ‫( 》 ِإنَّ َما األ َ ْع َما ُل ِب‬segala amal itu bergantung niat) (4).
ِ ‫النيَّا‬
Jadi seluruh kalimat diatas merupakan kalam - menurut ilmu nahwu - karena telah
memenuhi persyaratan. Persyaratan yang dimaksud adalah terlafadzkan, tersusun,
berfaedah, dan menggunakan bahasa arab.*
__________________________
(1) Dapat dilihat lebih lanjut di kitab Hasyiah Ash-Shabbaani (jilid 1/hal 30) dan Al-Kafrawiy (hal 11).
(2) Kalimat ‫( ْالع ِْل ُم نَافِع‬ilmu itu bermanfaat) adalah kalam menurut para ulama Nahwu, karena :
Berupa lafadz : mencakup beberapa huruf hijaiyah, yaitu alif, lam, ‘ain, dst.
Dan murakkab : karena tersusun dari dua kata, yang pertama ‫( ْالع ِْل ُم‬ilmu) dan yang kedua ‫( نَافِع‬yang
bermanfaat).
Dan berfaedah: sebab ia menginformasikan sebuah kabar mengenai manfaat ilmu.
Dan dalam bahasa arab : sebab berasal dari kalam/kalimat berbahasa arab.
(3) An Nisa dari ayat 164. (4) Hadist riwayat Bukhori dengan lafadznya sendiri, dan hadist riwayat

Muslim, dari Umar bin Khatthab radhiAllahu 'anhu.

* Faedah-faedah dan Catatan-catatan Penting :


1. Nahwu adalah kaidah-kaidah untuk mengetahui keadaan akhir kata secara i'rab dan bina’/mabniy.
2. Orang yang ahli dalam bidang ilmu nahwu disebut 'nahwiy', dengan menyukunkan HA’nya.
Membaca Ha dengan harakat fathah termasuk kesalahan pada orang awam.
3. Bahasa isyarat, tulisan, dan yang sejenis keduanya; adalah keluar dari penjelasan Pengarang
mengenai lafadz- maka tidak dinamai sebagai kalimat. Begitu juga tidak disebut sebagai murakkab
jika kata itu tunggal seperti ‫ ; زَ يْد‬dan juga tidak disebut sebagai mufid jika kata tersusun namun tidak
memiliki faedah seperti ِ‫ُّللا‬
ٰ ‫ع ْبد‬َ (hamba Allah) dan ‫ام زَ يْد‬َ َ‫( إِ ْن ق‬jika Zaid telah berdiri). Dan tidak
termasuk bil wadh’I jika kalimat dalam bahasa selain Arab seperti 'ajam dan sebagainya.
Bagian-bagian Kalam Halaman 14
Bagian-bagian Kalam

Pengarang kitab ini telah berkata : Kata-kata di dalam kalam pada bahasa Arab dapat
dikelompokkan menjadi tiga bagian : isim, fi'il, dan huruf yang memiliki arti.
Penjelasan : Pengarang kitab rahimahullah menjelaskan bahwa lafadz - lafadz yang
digunakan oleh orang Arab didalam kalimat tidak keluar dari salah satu dari ketiga
unsur berikut, yaitu isim, atau fi'il, atau huruf yang memiliki arti.

 ISIM
Definisi : Isim merupakan kata yang memiliki makna pada dirinya dan tidak
berkaitan dengan waktu.
Contoh : ‫( زَ يْد‬Zaid), ‫( فَ َرس‬kuda), ‫صفُ ْور‬ ُ (burung kutilang), ‫( زَ ْه َرة‬bunga), ‫( بَيْت‬rumah), ‫ذَكَاء‬
ْ ‫ع‬
(kecerdasan).
Jadi masing-masing dari lafadz tersebut menunjukkan sebuah makna yang dipahami
langsung dari kata itu sendiri, terkadang maknanya menunjukan sesuatu yang dapat
ditangkap oleh panca indera, contoh : manusia misalkan ‫( زَ يْد‬Zaid), hewan seperti ‫فَ َرس‬
(kuda), tanaman seperti ‫( زَ ْه َرة‬bunga), atau benda mati seperti ‫( َبيْت‬rumah) ; atau
merupakan sesuatu yang bersifat maknawi - bukan yang dapat ditangkap oleh panca
indera – yang dapat dipahami oleh akal, seperti ‫( الذَكَا ُء‬kecerdasan), ‫ف‬ ُ ‫( االش ََر‬kemuliaan),
dan ‫( اال ِع ْل ُم‬ilmu). Maka setiap kata yang menunjukkan sebuah makna dan tidak
berkaitan dengan waktu adalah isim.

 FI'IL
Definisi : Fi'il adalah kata yang memiliki makna yang terdapat pada kata tersebut dan
berkaitan dengan waktu.
Contoh : ‫ قُ ْم‬،‫ يَقُ ْو ُم‬،‫ام‬
َ َ‫ق‬
Setiap kata di bagian ini menunjukkan makna yang terdapat pada kata tersebut dan
sesuatu berupa kejadian dan berkaitan dengan waktu. Kata ‫ام‬ َ َ‫ ق‬menunjukkan atas
peristiwa ‘berdiri’ yang telah terjadi pada masa lampau (1). Kata ‫ يَقُ ْو ُم‬menunjukkan
peristiwa ‘berdiri’ yang dilakukan pada saat ini (2), atau masa yang akan datang (3).
Kata ‫( قُ ْم‬berdirilah) menunjukkan permintaan ‘berdiri’ pada masa yang akan datang.
Maka setiap kata yang menunjukkan kejadian pada suatu masa, maka ia adalah fi’il.

__________________________

(1) waktu lampau: merujuk waktu sebelum berbicara


(2) saat ini : merujuk waktu pada saat berbicara.
(3) masa depan : merujuk waktu setelah berbicara.
Bagian-bagian Kalam Halaman 15

۞ Fi'il dapat digolongkan menjadi tiga bagian:


❖ Madhi, yaitu fi'il yang menunjukkan kejadian yang terjadi pada masa yang
lampau. Contoh: ‫َب‬ َ (telah bepergian), ‫صلَّى‬
َ ‫( َكت‬telah menulis), ‫سافَ َر‬ َ (telah
shalat).
❖ Mudhari', yaitu fi'il yang menunjukkan kejadian yang terjadi pada masa
saat ini atau pada masa yang akan datang. Contoh: ُ‫( يَ ْكتُب‬sedang/akan
menulis), ‫سافِ ُر‬
َ ُ‫( ي‬sedang /akan bepergian), ‫ص ِلي‬ َ ُ‫( ي‬sedang/akan shalat).
❖ Amr, yaitu fi'il yang menunjukkan perintah/permintaan pada masa yang
akan datang. Contoh: ْ‫( ا ُ ْكتُب‬tulislah!(, ‫سافِ ْر‬
َ (bepergianlah!), ‫ص ِل‬
َ (shalatlah!).

 HURUF
Definisi : Huruf merupakan kata yang menunjukkan makna yang ada pada selainnya
(kata lain yang mengiringinya).
Contoh : , ‫ لَ ْم‬dan , ‫ فِي‬dan ‫ هَل‬.
Setiap lafadz huruf memiliki makna masing-masing, dan maknanya menjadi jelas
ketika diiringi oleh kata-kata lain. Contoh ‫ لَ ْم‬yang berarti "meniadakan", tidak akan
tampak dan jelas maknanya sampai ia menyatu dengan kata lainnya. Pada kalimat ‫لَ ْم‬
ُ‫( يَقُ ْم زَ ٍيد‬Zaid tidak berdiri), kata ‫ لَ ْم‬menunjukkan pengingkaran pada 'berdirinya Zaid'.
Maka huruf adalah setiap kata yang menunjukkan makna jika bersama kata
lainnya*.

__________________________

*Faedah-faedah dan Catatan-catatan Penting:

1. Pengarang menjadikan bahwa isim, fi'il dan huruf adalah sebagai bagian-bagian kalimat,
sementara ulama nahwu yang lain menjadikan ketiganya sebagai bagian-bagian kata – dan
bukan bagian kalimat. Dan dikatakan bahwa kedua pembagian tersebut adalah benar.

Maka bagi yang menggunakan pembagian ini, hendaklah menjadikannya sebagai bagian
dari kalimat, karena ia tetap tersusun dari kata-kata tersebut.

Dan bagi yang menginginkan pembagian yang bervariasi, hendaklah menjadikannya


sebagai bagian-bagian kata, dan kata tersebut adalah suatu jenis yang meliputi isim, fi'il
dan huruf. Dapat dilihat pada Mujib an-Nada (hal 31), dan Hasyiyah Abi an-Najaa pada
Syarah al-Azhari lil-Ajurrumiyyah (hal 25), dan kitab Majmu' al-Fatawa (jilid12/hal108).

2. Pengarang mengecualikan dengan pernyataan : (huruf adalah yang datang dengan makna)
dari huruf-huruf hijaiyah. Maka tidak seluruh huruf dari huruf-huruf hijaiyah adalah
sebuah kata; karena tidak menunjukkan suatu makna.
Tanda-tanda Isim Halaman 17

Tanda-tanda Isim

Pengarang kitab ini mengatakan :

Isim dapat dikenali dari tanda khafadh/jar, tanwin, masuknya alif dan lam, dan huruf
khafadh yaitu ْ‫ مِن‬,‫ إِلَى‬,ْ‫ عَن‬,‫ عَلَى‬, ْ‫ فِي‬,ََّ‫ رب‬huruf ba (‫)ب‬, huruf kaf (‫)ك‬, dan huruf lam (‫ ; )ل‬serta
huruf-huruf qasam/sumpah yaitu huruf wawu (‫ )و‬huruf ba’ (‫ )ب‬dan huruf ta’ (‫)ت‬.

Penjelasan : Setelah Pengarang kitab ini menyelesaikan penjelasan bagian-bagian


kalam, maka beliau melanjutkan penjelasan tersebut dengan tanda-tanda di setiap
bagian tersebut. Maka beliau memulai dengan menjelaskan tanda isim, dimana
disebutkan bahwa isim memiliki empat tanda. Jika ditemukan salah satu dari tanda
tersebut, maka diketahui bahwa kata tersebut merupakan sebuah isim.

Pertama : Khafadh / Jar, yaitu istilah untuk tanda kasrah yang diakibatkan oleh
adanya ‘amil/faktor. Contoh pada kalimat ; ﴾ ِ‫( ﴿ بِسْمِ اهللِ الرَّحْمٰنِ الَّحِيْم‬dengan nama Allah
yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang) maka kata-kata berikut: ِ‫ الرَّحِيْم‬,ِ‫ الرَّحْمَن‬,ِ‫ وَاهلل‬,ِ‫اِسْم‬
adalah merupakan isim, karena terdapat tanda kasrah pada akhirannya.

Kedua : Tanwin, yaitu istilah untuk untuk dhammatain (dua dhammah), fathatain (dua
fathah), atau kasratain (dua kasrah). Contoh pada firman Allah Ta’ala : ﴾ ٌ‫وجوْه َيوْمَئِذٍ خَاشِعَة‬
ٍ‫ تسْقَى مِنْ عَيْنٍ ءَانِيَة‬- ً‫صلَى نارًا حَامِيَة‬
ْ َ‫ ت‬- ٌ‫ عَا ِملَةٌ نَاصِبَة‬- ﴿ (banyak muka pada hari itu tunduk terhina –
bekerja keras lagi kepayahan – memasuki api yang sangat panas diberi minum dari
sumber yang yang amat panas)(1)

Maka setiap kata berikut : ٍ‫ عَانِيَة‬,ٍ‫ عَيْن‬,ً‫ حَا ِميَة‬,‫ نَارًا‬,ٌ‫ نَاصِبَة‬,ٌ‫ عَا ِملَة‬,ٌ‫ خَاشِعَة‬,ٍ‫ َيوْمَئِذ‬,‫ وجه‬merupakan isim karena
terdapat tanwin pada akhirnya.

Ketiga : Masuknya Alif dan Lam, yang keduanya diistilahkan sebagai “AL”. Contoh
pada kalimat ﴾ ‫( ﴿ الرَّحْمٰن عَلَى العَرْشِ اسْتَوَى‬Allah yang Maha Pengasih yang bersemayam di
atas Arsy) (2), maka setiap )‫ الرَّحْمَن‬,‫ (الرَّحْمَن‬adalah isim karena masuknya AL pada
keduanya.

Keempat: Huruf Khafadh/Jar, yaitu ،ْ‫ مِن‬،‫ إِلَى‬،ْ‫ عَن‬،‫ عَلَى‬،ْ‫ فِي‬،َّ‫ رب‬, huruf ba (‫)ب‬, huruf kaf
(‫)ك‬, dan huruf lam (‫)ل‬. Huruf-huruf tersebut khusus hanya bisa memasuki isim, tidak
dengan yang lainnya.
__________________________

(1) QS Al-Ghasyiyah ayat (2-5)


(2) QS Thaahaa ayat 5
Tanda-tanda Isim Halaman 18

Contoh pada sabda Nabi ‫ﷺ‬,《 َ‫ فَإَِّنهَا صَ َدقَةٌ مِنْكَ َعلَى نَفْسِك‬،ِ‫“(》 تَكُفُّ شَرَّكَ عَنِ النَّاس‬Tahanlah
kejelekanmu dari manusia. Karena sesungguhnya itu adalah sedekah untuk
dirimu”). (1). Maka masing-masing kata berikut : ( ِ‫ النَّاس‬, dhamir pada َ‫ مِنْك‬dan ِ‫) نَفْس‬
merupakan isim karena didahului oleh huruf padanya.
Termasuk pula kedalam huruf khafadh yaitu huruf qosam (sumpah) karena
menjarkan isim setelahnya. Huruf qosam ini ada tiga, yaitu huruf (‫)الو ُاو‬
َ wawu , (‫)البَا ُء‬
ba’, dan (‫ )الت َا ُء‬ta’ Dinamakan sebagai huruf qosam karena huruf tersebut masuk
kedalam sesuatu yang dijadikan sandaran sumpah, dan tidak boleh selain isim
setelahnya. Contoh : ِ‫ بِاللَّه‬,ِ‫ تَاللٰه‬,ِ‫ وَاللٰه‬.

Ringkasnya, untuk mengingat empat tanda isim:


★ Yang dua mendapatkan tanda isim diakhirannya, dan dua itu adalah khafadh dan
tanwin.
★ Yang dua memasukkan tanda di awalannya, dan dua itu adalah alif lam/ AL dan
huruf khafadh/jar. ●
__________________________

(1) Diriwayatkan oleh Muslim dari Hadist Abi Dzar dan diriwayatkan juga oleh Bukhari.
● Faedah-faedah dan Catatan-catatan Penting:

1. Khafadh adalah istilah (yang digunakan ahli nahwu dari) Kuffah, sementara jar adalah
istilah yang digunakan oleh para ulama Basrah. Hasyah Abu Najaa halaman 15.
2. Alif lam disebut sebagai tanda isim jika bukan asli dari kata itu sendiri, contoh ) ‫ الغلَام‬،ُ‫( الرَّجل‬.
Jika merupakan asli dari bagian katanya, maka bukanlah sebagai tanda isim, contoh dalam
firman Allah Ta’ala: ﴾ َ‫( ﴿ وَ اَْل َقىٰ فِي األَ ْرضِ رَ ٰوَ ِسى‬dan Allah tancapkan gunung-gunung di bumi );
contoh lain pada firman Allah Ta’ala : ﴾ ْ‫( ﴿ أَ ٰلَكُم َّالتكَاثُر‬bermegah-megahan telah melalaikan
kamu), keduanya adalah asli jadi bukan merupakan tanda isim.
3. Tidak berarti semua empat tanda ini berada pada sebuah isim, akan tetapi cukup sebagian
saja.
4. Huruf qasam merupakan bagian dari huruf jar, namun Pengarang kitab Ajurrumiyyah
memisahkannya karena huruf qosam memberikan faedah sumpah. Perlu diketahui :
bersumpah dengan makhluk tidak diperbolehkan, kecuali demi Allah atau demi nama-
namaNya dan demi sifat-sifatNya ; maka tidak diperbolehkan mengatakan demi nabi,
demi ka’bah, demi hidupmu, dan hal yang serupa dengan itu.
5. Di bagian ini, sang Pengarang tidak menyebutkan tanda isim yang paling penting di antara
tanda-tanda isim yang paling bermanfaat, dan itu adalah isnad ilaih (sesuatu yang
bersambung) ; padahal dengan tanda tersebut dapat diambil bukti bahwa dhamir adalah
merupakan isim. Seperti huruf ta’ (‫ )الت َا ُء‬pada lafadz َ‫ قُمْت‬atau ‫ت‬
ِ ‫ ; قُ ْم‬maka di contoh ini tidak
dapat dilihat adanya isim, seperti menerima alif-lam, juga tidak berakhiran tanwin, dan
tanda-tanda lain yang merupakan tanda isim, melainkan satu hal saja yaitu dhamir yang
tersambung dengan kejadian berdiri (‫)ال ِقيَا ُم‬. Dapat dilihat di syarah Qathru an-Nada pada
halaman 15 & 16.
Tanda-tanda Fi’il Halaman 20

Tanda-tanda Fi’il

Pengarang kitab Ajurrumiyyah berkata : Fi’il dapat dikenali dengan qad ْ‫قَد‬, siin ‫السِّيْن‬,
saufa َ‫ َسوْف‬dan ta' ta'nits sukun.
Penjelasan : Setelah menyebutkan tanda-tanda isim, Pengarang kitab ini melanjutkan
dengan menyebutkan tanda-tanda fi'il. Dinyatakan bahwa terdapat empat tanda fi'il,
dan bila dijumpai salah satu dari empat tanda tersebut pada suatu kata dimana kata
tersebut dapat menerima tanda itu, maka itu adalah fi'il.

Qad (ْ‫)قَد‬, adalah huruf yang bermakna “tahqiq/penekanan” ketika masuk kepada
fi’il madhi, contoh di firman Allah Ta’ala ﴾ ‫( ﴿ قَدْ سَمِعَ اللَّه‬sesungguhnya Allah telah
mendengar) (1) ; dan ْ‫ َقد‬juga dapat masuk ke fi’il mudhari’ sebagaimana pada firman-
Nya ﴾ ‫( ﴿ قَدْ يَعْلَم اللَّه‬sesungguhnya Allah mengetahui)(2).
Siin (‫ )السِّيْن‬dan Saufa (َ‫) َسوْف‬, keduanya merupakan huruf istiqbal khusus untuk fi’il
mudhari’, contoh pada firman Allah Ta’ala ﴾ ‫( ﴿ سَأَسْتَغْفِر‬saya akan memohonkan
ampun) (3) dan ﴾ ‫( ﴿ َسوْفَ أَسْتَغْفِر‬saya akan memohonkan ampun) (4).
Ta’ Ta’nits Sukun, yaitu satu huruf yang menunjukkan bahwa fi’il yang
disandarinya adalah fi’il muannats dan dia khusus pada fi’il madhi, yang
bersambung di akhir fi’il tersebut, contoh pada firman Allah Ta’ala ﴾ ٌ‫﴿ قَالَتْ نَمْلَة‬
(berkatalah seekor semut) (5).

Kesimpulan pada empat tanda fi’il:


● Satu ada pada fi’il madhi dan fi’il mudhari’, yaitu qad (ْ‫)قَد‬.
● Dua khusus untuk fi’il mudhari’, yaitu siin ‫ السِّني‬dan saufa.َ‫سَوْف‬
● Satu khusus untuk fi’il madhi, yaitu: ta’ ta’nits sukun.●
__________________________

(1) QS Al-Mujadilah ayat 1. ْ‫قَد‬: huruf tahqiq, َ‫ سَمِع‬fi’il madhi, ‫ اللَّه‬isim sebagai fa’il
(2) QS An-Nuur ayat 63. ْ‫ قَد‬: huruf tahqiq, ‫ يَعْلَم‬fi’il mudhari’, ‫ اللَّه‬isim sebagai fa’il
(3) QS Maryam ayat 47. ‫ سَأَسْتَغْفِر‬: ‫ السِّيْن‬huruf istiqbal, ‫ أَسْتَغْفِر‬fi’il mudhari’
(4) QS Yusuf ayat 98. ‫ سَوْفَ َأسْتَغْفِر‬: َ‫ سَوْف‬huruf istiqbal, ‫ أَسْتَ ْغفِر‬fi’il mudhari’
(5) QS An-Naml ayat18. ْ‫قَالَت‬: َ‫ قَال‬: fi’il madhi, ta’ (‫ )التَّاء‬: huruf ta’nits, ٌ‫ نَمْلَة‬fa’il

● Faedah-faedah dan Catatan-catatan Penting :

1. Qad (ْ‫ )قَد‬jika masuk ke fi’il madhi, fungsinya sebagai “tahqiq/penekanan” dan jika masuk
ke fi’il mudhari’ sebagai “taqlil/terkadang” kecuali pada firman Allah Ta’ala maka
fungsinya sebagai “tahqiq”. Dilihat pada kitab ad-Durul Mashun (jilid 1/hal 412),
Adhwa’ul Bayan (jilid 6/hal 206), Hasyiyah ibn al-Hajj (hal 26).
Tanda-tanda Fi’il Halaman 21

__________________________

2. Lam jawab qasam dapat masuk pada qad. Contoh firman Allah Ta’ala: ﴾ َ‫﴿ لَقَدْ خَلَقْنَا الْإِنْسَان‬
(sesungguhnya Kami telah menciptakan mereka, manusia).
3. Ta’ ta’nits sukun: Pada awal bentuknya, huruf ta’ ta’nits ini disukunkan, tetapi boleh
dikasrahkan untuk meringankan (pengucapannya) jika bertemu dua sukun seperti contoh
firman Allah Ta’ala ﴾ ِ‫( ﴿ قَالَتِ امْرَأَت الْعَزِيز‬Berkata istri al-Aziz).
4. Pengarang tidak menyebutkan ta’ fa’il, padahal ia adalah satu tanda spesial bagi fi’il madhi,
contoh: ‫قُلْت‬, Ibnu Malik menyebutnya pada kitab Alfiyah, Ibnu al-Hajib pada kitab al-
Kafiyah, Ibnu Hisyam pada kitab al-Awdhah dan Suyuti pada kitab al-Hama’
5. Pengarang tidak menyebutkan tanda fi’il amr, dimana tanda fi’il amar itu tersusun dari
dua hal, yaitu “menunjuki adanya permintaan dan penerimaan fi’il terhadap “ya’
mukhathabah”. Contoh: ْ‫ ! قُم‬Kalimat ini menunjuki pada permintaan untuk berdiri.
Diimbuhi ya’ mukhathabah: ْ‫ ! قُمِي‬Kemungkinan, Pengarang tidak menyebutkan hal
tersebut karena pertimbangan dapat menyulitkan pemula karena ia tersusun dari dua hal.
Referensi Hasyiyah Abu Naja’ (hal 44), Hasyiyah Ibn Haaj (hal 27) dan Hasyiyah al-
Asymawy (hal 91).
Tanda-tanda Huruf Halaman 22

Tanda-tanda Huruf

Pengarang berkata :

Huruf adalah kata yang tidak sesuai padanya tanda isim ataupun tanda fi'il.

Penjelasan : Pengarang menyebutkan bahwa huruf dibedakan dari isim dan fi'il
karena huruf tidak memiliki satupun ciri yang sesuai dengan tanda pada isim dan
tanda pada fi'il.

Maka jika hendak mengidentifikasi suatu kata, maka diperhatikan lebih dulu tanda-
tanda isim, dan bila menemui tanda isim maka berarti kata tersebut merupakan isim
; jika tidak ditemukan tanda isim, maka diperiksa apakah terdapat tanda-tanda fi'il,
bila diketahui ada tanda fi'il maka berarti kata tersebut adalah fi'il ; bila tidak pula
ditemui tanda fi'il, maka dihukumi sebagai huruf.

Skema Bagian-bagian Kalam dan Tanda-tanda Setiap Bagian

Kalam

Isim Fi'il Huruf

Tanda Tanda

▪ Khafadh Madhi Mudhari Amr Tidak ada


padanya
▪ Tanwin tanda isim
Tanda Tanda Tanda
▪ Alif-Lam ataupun
Ta' ta'nits ▪ Siin Signifikan tanda fi'il
▪ Huruf sukun sebagai
khafadh ▪ Saufa perintah /
permintaan
kepada
seseorang
I’rab dan Bina’ Halaman 23

I’rab dan Bina’

1. I’RAB
Pengarang mengatakan mengenai i'rab :
I’rab yaitu perubahan akhir kata karena adanya ‘amil-‘amil berbeda yang masuk ke
kata tersebut secara lafadz (jelas) maupun taqdir (tidak terlihat).
Penjelasan : Setelah Pengarang selesai menjelaskan isim, fi’il dan huruf, beliau
menjelaskan bahwa setiap satu kata tidak terlepas akhirnya dari bentuk i’rab dan
bina’.
I’rab adalah perubahan akhir kata karena ‘amil-‘amil berbeda.
Jadi, kondisi akhir kata berubah; dari kondisi rafa’ menjadi nashab atau jar
disebabkan oleh masuknya ‘amil-‘amil.
Misalkan : perubahan pada harakat akhir (ٍ‫ )رَجل‬dari firman Allah ﴾ ٌ‫( ﴿ قَالَ رَجل‬berkata
seorang lelaki) (1) dan ﴾ ‫( ﴿ َأ تَقتلُونَ رَجلًا‬apakah kalian membunuh seorang lelaki?) (2) dan
﴾ ٍ‫( ﴿ أَوحَينَا إِلَى رَجل‬Kami mewahyukan kepada seseorang lelaki) (3).
َ karena ‘amilnya adalah (ٌ‫ )قَا َل‬sehingga kata
Pada ayat pertama: dirafa’kan (ٌ‫;)ر ُجل‬
tersebut menjadi fa’il (subyek) dan membuatnya rafa’.
َ karena ‘amilnya adalah (ٌَ‫ )تَقتُلُون‬sehingga kata
Pada ayat kedua: dinashabkan (ٌ‫;)ر ُجلا‬
tersebut menjadi maf’ul bih (obyek) dan membuatnya nashab.
َ karena ‘amilnya adalah (‫ )إِلَى‬sehingga kata tersebut
Pada ayat ketiga: dijarkan (ٌ‫;)ر ُجل‬
menjadi isim majrur dan membuatnya jar.
❖ Maka perubahan ini, dari kondisi rafa’ ke kondisi nashab ataupun jar itulah
yang disebut sebagai i’rab.
❖ Harakat-harakat ini: dhammah, fathah, kasrah disebut sebagai tanda-tanda
i’rab.
❖ Kata yang berubah kondisi akhirnya disebut mu’rab.
Makna perkataan Pengarang “secara lafadz (‫ )لفظًا‬dan taqdir (‫ ”)تقديرًا‬adalah bahwa
perubahan itu dapat berupa dzahir (nampak) ataupun muqaddar ah (ditakdirkan).

__________________________

(1) QS Ghafir ayat 28. (ٌ‫ )قَا َل‬fi’il madhi mabniy dengan fathah, (ٌ‫)ر ُجل‬ َ fa’il marfu’, tanda
marfu’nya dhammah
(2) QS Ghafir ayat 28. (ٌَ‫ )أٌَت َقتُلُون‬: Hamzah huruf istifham, (ٌَ‫ )ت َقتُلُون‬fi’il mudhari’ marfu’ dan tanda
rafa’nya adanya tetapnya huruf nun, dan huruf wawu jamak adalah dhamir muttashil
mabniy dengan sukun pada posisi rafa’ dia adalah fa’il, (ٌ‫)ر ُج ال‬ َ maf’ul bih manshub tanda
nashabnya fathah jelas pada akhirnya.
(3) QS Yunus ayat 2. ‫ أَوحَينَا‬: fi’il madhi mabniy dengan sukun, ‫ نَا‬dhamir mabniy dengan sukun
pada posisi rafa’ fa’il. ‫ٌإِلَى‬:ٌ‫ىٌر ُجل‬َ َ‫ إِل‬huruf jar, ٌ‫ َر ُجل‬isim majrur, dan tanda jarnya adalah kasrah
dzahir di akhirnya.
I’rab dan Bina’ Halaman 24
Dzahir )‫(الظَّاهِر‬: yaitu yang nampak pengaruhnya pada ucapan/lafadz dan tidak ada
penghalang pada pengucapan/pelafalannya. Tampak sebagai dhammah, fathah dan
kasrah di akhir kata (ٌ‫)رَجل‬
Muqaddar )‫ (املُقَدَّر‬: yaitu tidak nampak pengaruhnya pada pengucapan/pelafalannya
disebabkan suatu penghalang. Di antara beberapa penghalang seperti ta'adzdzur
pada akhir kata (‫ )الفَتَى‬karena huruf akhirnya adalah alif yang tidak dapat diharakati,
sehingga perubahannya tidak dapat terlihat.
Contoh pada kalimat : )‫ )جَاءَ الفَتَى‬dan (‫ )رَأَيْت الفَتَى‬dan (‫ )سََّلمْت عَلَى الفَتَى‬. Maka kata ‫ الفَتَى‬:
• Pada contoh pertama; marfu', karena menjadi fa'il (subyek), dan tanda rafa'nya
adalah dhammah muqaddarah di akhirnya litta'adzdzur (karena terhalang).
• Pada contoh kedua: manshub, karena menjadi maf'ul bih (obyek), dan tanda
nashabnya adalah fathah muqaddarah litta'adzdzur.
• Pada contoh ketiga: majrur disebabkan masuknya huruf jar, dan tanda jarnya
adalah kasrah muqaddarah litta'adzdzur.

__________________________
●Faedah-faedah dan Catatan-catatan Penting :
1. Secara bahasa, i'rab memiliki beberapa makna, yang sesuai pada konteks ini yaitu: berubah dan tetap
(mu'rab dan mabniy), karena kata ketika di i'rabkan akan nampak maknanya dan jelas dan ia
berubah dari kondisi waqaf. Hasyiyah Abi Naja pada syarah al-Azhary al-Ajurumiyah.
2. 'Amil-'amil, adalah faktor yang mempengaruhi perubahan rafa', nashab, jar atau jazmnya di akhir
suatu kata. --- Alhudud halaman 324.
3. Isim itu seperti fi’il mudhari didalam hal i’rabnya. Contoh kalimat : ‫( يَكْتب زَيْد‬Zaid sedang menulis),
ْ‫ع ْمرو لَمْ يَكْتب‬
َ (Amr tidak menulis), dan َ‫( لَنْ يَكْتب‬tidak akan menulis).
Maka pada kalimat pertama )‫)يَكْتب زَيْد‬, fi'il mudhari'nya marfu', karena tidak masuk padanya 'amil
nashab dan tidak pula 'amil jazm. Pada kalimat yang kedua (‫)َلمْ يَكْتبْ عمْرو‬, fi’il mudhari’nya majzum
karena masuk padanya 'amil jazm (ْ‫)لَم‬. Pada kalimat yang ketiga (َ‫)لَنْ يَكْتب‬, ia manshub karena masuk
padanya 'amil nashab (ْ‫)لَن‬.
4. Penghalang akan nampaknya harakat ada tiga: atta'adzdzur (karena uzur), atstsiqal (karena berat),
almunasabah (penyesuaian).
• Pada kata yang berakhiran huruf alif lazimah ditaqdirkan atasnya semua harakat litta'adzdzur
dan dinamakan maqshur. contoh: ‫ العَصَا‬,‫الفَتَى‬
• Pada kata yang berakhiran huruf ya lazimah yang huruf sebelumnya adalah kasrah maka
taqdirnya dhammah dan kasrah litstsiqal dan dinamakan manqush. Contoh: ‫ الدَّاعِي‬،‫القَاضي‬.
Adapun fathahnya nampak. Contoh pada firman Allah Ta’ala : ﴾ ِ‫( ﴿ أَجِيْبوْا دَاعِيَ اهلل‬jawablah seruan
Allah).
• Pada kata yang mudhaf kepada ya' mutakallim taqdirnya untuk semua harakat adalah "lil
munasibah" dan dinamakan mudhaf ke ya' mutakallim. Contoh: ‫ أَخِي‬dan ‫ ِكت َابِي‬.
Dan isim itu seperti fi'il mudhari' apabila mu'tal dengan alif, maka ditaqdirkan atasnya
dhammah dan fathah litta'adzdzur. Contoh: ‫ يَسْعَى‬dan ‫لَنْ يَسْعَى‬. Dan hanya ditaqdirkan atasnya
dhammah litstsiqal jika mu'tal dengan wawu (‫ )و‬dan ya' (‫)ي‬. Contoh: . ْ‫ يَدْعو‬،‫َيمْشِي‬
Adapun fathah, maka ia dinampakkan (dzahir) karena ringannya. Contoh: ،َ‫ لَنْ يَدْعو‬dan َ‫ لَنْ يَمْشِي‬.
I’rab dan Bina’ Halaman 25
2. BINA' (mabniy)
Definisi : tetapnya keadaan akhir suatu kata didalam satu kondisi.
Contoh : pada kata ِ‫ هٰؤآلء‬maka akhirannya tetap berharakat kasrah meski berbeda 'amil
yang memasukinya. Sebagaimana dalam firman Allah SWT : ﴾‫( ﴿هٰؤآلءِ قَوْمنَا‬kaum kami
ini) (1) , ﴾ ‫( ﴿اِنَّ هٰؤآلءِ قَوْم‬sesungguhnya kaum kami ini) (2), dan ﴾ ِ‫( ﴿ وَجِئْنَا بِكَ عَلَى هٰؤآلء‬dan kami
mendatangkan kamu atas mereka) (3).
 Di contoh pertama: (ِ‫ )هٰؤآلء‬adalah isim isyarah, mabniy, kasrah, menduduki
posisi mubtada.
 Pada contoh kedua: (ِ‫ ) هٰؤآلء‬adalah isim isyarah, mabniy, kasrah, pada posisi
nashob dengan isim inna.
 Kemudian di contoh ketiga: (ِ‫ ) هٰؤآلء‬adalah isim isyarah, mabniy, kasrah,
menempati posisi jar dengan huruf jar.
Maka mabniy itu adalah tetap, tidak berubah di akhirannya meskipun masuk
faktor/'aamil yang berbeda, akan tetapi ditetapkan pada apa yang didengar
mereka (sima'iy).
 berupa mabniy atas sukun , contoh : ْ‫كَم‬
 berupa mabniy atas fathah , contoh : َ‫أَيْن‬
 berupa mabniy atas kasrah ,contoh : ِ‫أَمْس‬
 berupa mabniy atas dhammah, contoh : ُ‫حَيْث‬

 Maka ada empat jenis bina' : dhammah , fathah , kasrah dan sukun.
__________________________
(1) Surat al-Kahfi ayat 15. ِ‫ هٰؤآلء‬: adalah isim isyarah, mabniy atas kasrah dalam kedudukan rafa'
sebagai mubtada' . ‫ قَوْمنَا‬adalah badal atau khabar marfu' dan tanda rafa'nya adalah
dhammah. Dan ‫ نَا‬adalah dhamir muttashil, mabniy, pada kedudukan jar sebagai mudhaf
ilaih.
(2) QS az-Zukhruf ayat 88. َّ‫إِن‬: huruf taukid, nashab, ِ‫ هٰؤآلء‬isim isyarah, mabniy, kasrah pada
posisi nashab, isim inna : ‫ قَوْم‬khabar inna, marfu’, dan tanda rafa’nya dhammah yang jelas
diakhirannya.
(3) QS an-Nisa’ ayat 41. ‫ جِئْنَا‬: fi’il madhi, mabniy dengan sukun, ‫ نَا‬: dhamir muttashil, mabniy
dengan sukun, pada posisi rafa’, fa’il, َ‫بِك‬: ‫ البَاء‬huruf jar, dan ‫الكَاف‬dhamir muttashil, mabniy
dengan fathah, pada posisi jar dengan huruf jar ;ِ‫ عَلَى ; عَلَى هٰؤآلء‬huruf jar, ِ‫ هٰؤآلء‬isim isyarah,
mabniy dengan sukun, pada posisi jar dengan huruf jar.

●Faedah-faedah dan Catatan-catatan Penting :


1. Bina’ secara bahasa berarti meletakkan sesuatu pada posisi tertentu dengan maksud yang
telah ditetapkan.
2. Jika mabniy di posisi marfu’ atau manshub atau majrur atau majzum, maka i’rabnya pada
posisi tersebut didalam keadaan rafa’ atau nashab atau jar atau jazm.
=
Macam-macam I'rab Halaman 26

Macam-macam I’rab

Pengarang kitab Ajurrumiyyah berkata : Macam-macam i'rab ada empat, yaitu :


rafa', nashab, khafadh, dan jazm. Untuk isim, i'rabnya adalah rafa', nashab, dan
khafadh - tidak ada jazm pada isim. Untuk fi'il, i'rabnya adalah rafa', nashab, dan jazm
- tidak ada khafadh pada fi'il.

Penjelasan : setelah Pengarang selesai menjelaskan pengertian i'rab, kemudian


Pengarang mulai menjelaskan dalam pembagian jenis-jenisnya/macam-macam i’rab.

Dan berikut keempat jenis i'rab :

Pertama ; Rafa' ; yang bertanda asal dhammah (‫)ـُـ‬


Kedua ; Nashab ; yang bertanda asal fathah (‫)ــَـ‬
Ketiga ; Khafadh ; yang bertanda asal kasrah (‫)ــِـ‬
Keempat ; Jazm ; yang bertanda asal sukun (‫)ــْـ‬

Berikut penjelasan untuk setiap tanda asal tersebut:


__________________________

3. Bina' ini meliputi isim-isim, fi'il-fi'il, dan huruf-huruf.


A. Mabniy pada isim dikelompokkan dalam beberapa jenis, yaitu:
1. Isim Dhamir /kata ganti, seperti: ‫( اَنَا‬saya), ‫( نَحْن‬kita), َ‫( اَنْت‬anda, lk), ‫( اَنْتمَا‬kalian
berdua, lk), ْ‫( اَنْتم‬kalian, lk), َ‫( هِي‬dia, pr), ‫( هو‬dia, lk), ْ‫( هم‬mereka, lk), َّ‫( هن‬mereka, pr),
dll.
2. Isim Maushul / kata sambung : ْ‫( الَّذِي‬mufrad, lk), ْ‫( اَلَّتِي‬mufrad, pr), ِ‫ اللَّذَان‬dan , ِ‫اللَّتَان‬
(bentuk ganda), َ‫( الَّذِيْن‬jamak, lk), ‫( الَّتِي‬jamak, pr), dll.
3. Isim Istifham / kata tanya, seperti : َ‫( كَيْف‬bagaimana), َ‫( اَيْن‬dimana), ‫( مَتَى‬kapan), dll.
4. Isim Isyarah / kata tunjuk, seperti: ‫( هٰذَا‬ini, mufrad, lk), ِ‫( هٰذِه‬ini, mufrad, pr), ِ‫هٰذَان‬
dan ِ‫هَاتَان‬, (ini, ganda), ِ‫( هٰؤآلء‬ini, jamak), dll.
5. Asma'ul af'al /isim yang menunjukkan makna fi'il. Contoh ٍ‫( صَه‬diam), ٍ‫( بَخ‬bagus ),
ِ‫( حَذَار‬hati-hati/waspada), dll.
6. Isim syarat, contoh : ‫( حَيْثُمَا‬di mana saja), َ‫( أَيَّان‬bilamana), ْ‫( مَن‬barang siapa).
7. Sebagian dzaraf / isim yang menunjukkan kata keterangan). Contoh : ِ‫( أَمْس‬kemarin),
‫( حَيْث‬dimana).
B. Pada asalnya, fi'il adalah bina', dan yang termasuk adalah : fi'il madhi dan fi'il amr.
Adapun fi'il mudhari' maka dia mu'rab (mengalami perubahan harakat) kecuali jika
berhubungan dengannya nun niswah atau nun taukid secara langsung,
Dan kita akan menjelaskan hal tersebut secara terperinci pada bab tentang fi’il-fi’il
insyaa Allah ta'aala
C. Huruf semuanya mabniy (harakatnya tetap)
Macam-macam I'rab Halaman 27

 Dhammah : tanda ini menunjukkan rafa' pada isim dan fi'il mudhari'. Contoh
didalam firman Allah Ta’ala: ﴾ ُ‫( ﴿ يَخْلُق اهلل‬Allah menciptakan) (1). (‫ )يَخلُق‬: Fi’il mudhari'
adalah marfu' pada saat terbebas dari 'aamil penashab dan penjazm, maka tanda
rafa’nya adalah dhammah dzahir (jelas) di akhirannya. ‫اهلل‬: isim ini marfu' pada
posisi fa’il, tanda rafa’nya adalah dhammah dzahir.

 Fathah : Tanda ini menunjukkan nashab pada isim dan fi’il mudhari’. Contoh
pada firman Allah Ta’ala: ﴾ َ‫( ﴿ لَن نُّعْجِزَ اللَّه‬tidak akan dapat melepaskan diri dari
Allah) (2) َ‫ نُّعْجِز‬: Fi’il mudhari’ menjadi manshub karena masuknya huruf nashab
padanya, yaitu ‫ لَن‬dan tanda nashabnya adalah fathah dzahir di akhirannya ;
fa'ilnya adalah dhamir mustatir wujuban. ‫اهلل‬: lafdzu jalaalah isim yang manshub -
dalam rangka mengagungkan - dan tanda nashabnya dengan fathah dzahir.

 Kasrah : Tanda ini menunjukkan khafadh, dan khafadh khusus untuk isim.
Contohnya pada firman Allah Ta’ala: ﴾ ِ‫( ﴿ آمَنَّا بِاللَّه‬3). ‫اهلل‬: lafdzu jalaalah, isim ini
majrur karena masuknya huruf jar yaitu ْ‫ البَا‬dan tanda jarnya adalah kasrah pada
akhirannya.

 Sukun : Tanda bagi jazm. Jazm ini khusus untuk fi’il mudhari’, contoh pada firman
Allah Ta’ala: ﴾ ‫( ﴿ لَم يَلِد وَ لَم يولَد‬Dia tidak beranak dan tidak pula diperanakkan) (4).
Maka masing-masing ( ‫ يَلِد‬dan ‫ )يولَد‬adalah fi’il mudhari’ majzum karena masuknya
huruf jazm kepadanya, yaitu (‫ )لَم‬dan tanda jazmnya adalah sukun.

Fi’il Mudhari ISIM


‫ ۝‬Kesimpulan :
Rafa’
Rafa’ dan nashab: bisa pada isim dan fi’il. Jazm Khafadh
Nashab
Khafadh: khusus pada isim.
Jazm: khusus pada fi’il

__________________________

(1) QS An - Nur : 45 (2) QS Al - Jinn : 12


(3) QS Ali 'Imran : 127. ‫ آمَنَّا‬adalah fi’il madhi, mabniy atas sukun.
Naa ( ‫ ) نَا‬adalah dhamir, mabniy, menempati kedudukan rafa' sebagai fa'il.
(4) Al - Ikhlas : 3 : ْ‫ لَمْ يَلِد‬failnya dhamir mustatir, : ْ‫ يوْلَد‬: ْ‫ َو لَمْ يوْلَد‬mughayyarus shigah, fi’il
mudhari’ majhul dan naibul fa’ilmustatir.
 Perhatian :
Pengarang menjelaskan bahwa fi’il - fi’il tersebut bisa rafa', nashab, dan jazm. Yang
dimaksud hanyalah fi'il mudhari saja karena fi’il yang mu’rab hanya satu yakni fi’il
mudhari’.

Pembagian Isim Menjadi Mufrad, Mutsanna, dan Jamak Halaman 29


Pembagian Isim Menjadi Mufrad, Mutsanna, dan Jamak

Isim dapat dibedakan - dalam bentuk tunggal, ganda, dan jamak - menjadi tiga
bagian:

☆ Mufrad : kata ini mengacu kepada makna satu atau tunggal, contoh : ٍ‫مؤْ ِمن‬
(seorang mukmin) dan ٍ‫ؤمِنَة‬
ْ ‫( م‬seorang mukminah).
☆ Mutsanna : kata ini mengacu kepada makna dua atau ganda baik ia mudzakkar
ataupun muannats, ditunjukkan dengan penambahan alif dan nun atau ya dan
nun kepada bentuk mufrad.
Contoh : ِ‫ مؤْمِنَيْن‬- ِ‫( مؤْمِنَان‬dua orang mukmin), dan ِ‫ مؤْمِنَتَيْن‬- ِ‫( م ْؤمِنَتَان‬dua orang
mukminah).

☆ Jamak : kata ini mengacu kepada makna banyak atau jamak (lebih dari dua).

Jamak ini dibedakan dalam tiga jenis, yaitu :

¤ Jamak Mudzakkar Salim : jamak (lebih dari dua) yang ditunjukkan dengan
penambahan dua huruf yaitu wawu dan nun atau ya dan nun kepada bentuk
mufradnya.

Contoh : َ‫ مؤْمِنِيْن‬- َ‫( مؤْمِنوْن‬orang-orang mukmin), dan َ‫ صَادِقِيْن‬- َ‫( صَادِقُوْن‬orang-


orang benar).

¤ Jamak Muannats Salim : jamak (lebih dari dua) yang ditunjukkan dengan
penambahan alif dan ta kepada bentuk mufradnya.

Contoh : ‫( مؤْمِنَات‬para mukminah), dan ‫( صَادِقَات‬para wanita benar).


¤ Jamak Taksir : jamak (lebih dari dua) yang bentuknya berubah dari bentuk
mufradnya.

Contoh : ٌ‫( رِجَال‬para lelaki), ‫( أَوْرَاق‬banyak kertas), dan ‫( كُتب‬banyak buku).


Mengenal Tanda-Tanda I’rab Halaman 30

Mengenal Tanda – Tanda I’rab

Pengarang berkata: (pada bab mengenal tanda-tanda i’rab):

RAFA’ mempunyai empat tanda/ciri yaitu: dhammah, wawu, alif dan nun.

Dhammah menjadi tanda i’rab pada empat tempat, yaitu isim mufrad, jamak taksir,
jamak muannats salim dan fi’il mudhari’ yang tidak tersambung akhirnya dengan
sesuatupun.

Huruf Wawu (‫)الو ُاو‬


َ menjadi tanda rafa’ pada dua tempat, yaitu jamak mudzakkar
salim dan isim yang lima (asma’ul khamsah), yaitu:

ٍ‫ ذُو مَال‬،َ‫ فُوك‬،َ‫ حَموك‬،َ‫ أَخوك‬،َ‫أَبوك‬

ُ ‫ )األ َ ِل‬menjadi tanda rafa’ khusus pada isim tatsniyah.


Huruf Alif (‫ف‬

Huruf Nun ( ُ‫ )النُّ ْون‬menjadi tanda rafa’ pada fi’il mudhari’ apabila bersambung
dengannya dhamir tatsniyah, atau dhamir jamak, atau dhamir muannats
mukhathabah.

NASHAB mempunyai lima tanda, yaitu: fathah, alif, kasrah, ya’, dan buang huruf
nun.

Fathah menjadi tanda bagi nashab pada tiga tempat, yaitu isim mufrad, jamak taksir
dan fi’il mudhari’ bila masuk padanya penashab dan tidak bersambung pada
akhirnya dengan sesuatu.

Huruf Alif (‫ف‬ ُ ‫ )األ َ ِل‬menjadi tanda bagi nashab pada isim yang lima (asma’ul khamsah),
contoh: َ‫ رَأَيت أَبَاكَ وَ أَخَاك‬dan sebagainya.

Kasrah menjadi tanda bagi nashab pada jamak muannats salim.

Huruf Ya’ (‫ )اليَا ُء‬menjadi tanda bagi nashab pada tatsniyah dan jamak.

ُ ‫ ) َح ْذ‬menjadi tanda bagi nashab pada fi’il-fi’il yang lima (af’alul


Buang Nun (‫ف ال ُّن ْو ِن‬
khamsah) yang rafa’nya dengan tetap nun /tsubutun nun.
Mengenal Tanda-Tanda I’rab Halaman 31

KHAFADH mempunyai tiga tanda, yaitu : kasrah, ya’ dan fathah.

Kasrah menjadi tandanya khafadh pada tiga tempat, yaitu isim mufrad munsharif
*, jamak taksir munsharif dan jamak muannats salim.

Huruf Ya’ (‫ )اليَا ُء‬menjadi tanda khafadh pada tiga tempat, yaitu : isim-isim yang lima
(asma’ul khamsah), tatsniyah dan jamak.

Fathah menjadi tanda bagi khafadh pada isim yang tidak menerima tanwin (isim
ghairu munsharif).

JAZM mempunyai dua tanda; sukun dan hadzfu / membuang.

Sukun menjadi tanda bagi jazm pada fi’il mudhari’ yang shahih akhirnya.

Al-hadzfu menjadi tanda bagi jazm pada fi’il mudhari’ yang mu’tal akhir dan pada
fi’il yang lima, yang rafa’nya dengan tetap nun /tsubutun nun.

Penjelasan : Telah terdahulu penjelasan bahwasanya i’rab itu ada empat macam,
yaitu: rafa’, nashab, khafadh dan jazm.
Masing-masing dari keempatnya memiliki tempat-tempat yang dikhususkan
dengannya, dan dengan tanda-tanda yang menunjukinya.

__________________________

*Jika Pengarang mengatakan:

"Pada isim mufrad dan jamak taksir munsharif, maka itu sudah cukup, tetapi ia
memisahkannya agar lebih jelas. Dan ia tidak mengatakan jamak muannats salim munsharif
karena ia sudah pasti munsharif. Dan yang dimaksud dengan munsharif : yaitu isim mu'rab
yang akhirnya bisa berkasrah dan juga boleh bertanwin. Adapun ghairu munsharif adalah isim
mu'rab yang akhirnya tidak bisa berkasrah dan bertanwin.

Yang terakhir ini (isim ghairu munsharif) mempunyai banyak macam dan baginya hukum-
hukum dan tanda-tanda yang kami tunda (baru akan jelaskan) di akhir kitab, mengenai hal
ini, penjelasan ini sudah cukup bagi pemula sebagai gambaran yang gamblang.
Mengenal Tanda-Tanda I’rab Halaman 32

 Empat Tanda Bagi Rafa’ :


Yaitu: dhammah, wawu, alif dan nun.

1. Dhammah: menjadi tanda rafa' pada empat tempat, yaitu:


Isim mufrad, contoh: ‫ جَاءَ الطَّالِب‬. Maka ‫ الطَّالِب‬adalah fa'il marfu' dan tanda
rafa'nya adalah dhammah.
Jamak taksir, contoh: ‫ جَاء الطُّلَّاب‬. Maka ‫الطلَّاب‬
ُّ adalah fa'il marfu' dan tanda
rafa'nya adalah dhammah.
Jamak muannats salim, contoh: ‫ جَاء الطَّالِبَات‬. Maka ‫ الطَّالِبَات‬adalah fa'il marfu'
dan tanda rafa'nya adalah dhammah.
Fi'il mudhari' yang tidak dimasuki penashab dan penjazm dan tidak
bersambung akhirnya dengan sesuatupun, contoh: ‫ الطَّالِب يَكتب‬. Maka ‫يَكتب‬
adalah fi'il mudhari' marfu' dan tanda rafa'nya adalah dhammah.

2. Huruf Wawu: menjadi tanda bagi rafa' pada dua tempat:


Jamak mudzakkar salim, contoh : َ‫ جَاءَ املُجتَهِدون‬. Maka َ‫ املُجتَهِدون‬fa'il marfu' dan
tanda rafa'nya adalah huruf wawu.
Isim-isim yang lima / asma’ul khamsah, contoh: َ‫ جَاءَ أَبوك‬. Maka َ‫ أَبوك‬adalah fa'il
marfu' dan tanda rafa'nya adalah huruf wawu.

3. Huruf Alif: menjadi tanda bagi rafa' pada mutsanna. Contoh: ِ‫ جَاءَ الطَّالِبَان‬. Maka
ِ‫الطَّالِبَان‬ adalah fa'il marfu' dan tanda rafa'nya adalah huruf alif karena ia
mutsanna.

4. Huruf Nun: menjadi tanda rafa' pada fi’il-fi'il yang lima / af’alul khamsah, yaitu
setiap fi'il mudhari' yang bersambung padanya:
❖ Alif tatsniyah, contoh: ِ‫ الطَّالِبَانِ يَكتبَان‬. Maka ِ‫ يَكتبَان‬adalah fi'il mudhari' marfu'
dan tanda rafa'nya adalah huruf nun.
❖ Atau Wawu Jamak, contoh: َ‫ الطُّلَّاب يَكْتبوْن‬. Maka َ‫ يَكْتبوْن‬adalah fi'il mudhari'
marfu' dan tanda rafa'nya adalah huruf nun.
❖ Atau Ya' mukhathabah, contoh: َ‫ أَنتِ تَكتبِني‬. Maka َ‫ تَكتبِني‬adalah fi'il mudhari'
marfu' dan tanda rafa'nya adalah huruf nun.
Mengenal Tanda-Tanda I’rab Halaman 33

 Lima Tanda Bagi Nashab :


Yaitu: fathah, alif, kasrah, ya’ dan buang nun.

1. Fathah: menjadi tanda bagi nashab pada tiga tempat, yaitu:


Isim mufrad, contoh: َ‫أ َ َفا ٌَد املُعَلِّم الطَّالِب‬. Maka ‫ الطَّالِب‬adalah maf’ul bih manshub, tanda
nashabnya fathah.
Jamak taksir, contoh: َ‫ أَفَادَ املُعَلِّم الطُّلَاب‬. Maka ‫الطلَاب‬
ُّ adalah maf’ul bih manshub,
tanda nashabnya fathah.
Fi’il mudhari’, jika masuk padanya penashab, contoh: ‫ لَن يَكتبَ الطَّالِب‬. Maka َ‫يَكتب‬
adalah fi’il mudhari’ manshub, tanda nashabnya fathah.

2. Alif: menjadi tanda bagi nashab pada isim-isim yang lima / asma’ul khamsah,
contoh: َ‫أَفَادَ املُعَلِّم أَبَاك‬, . Maka َ‫ أَبَاك‬adalah maf’ul bih manshub dan tanda nashabnya
alif.

3. Kasrah: menjadi tanda bagi nashab pada jamak muannats salim, contoh: ْ‫أَفَادَت‬
ِ‫هِنْد الطَّالِبَات‬, . Maka ِ‫ الطَّالِبَات‬adalah maf’ul bih manshub dan tanda nashabnya adalah
kasrah.

4. Ya’: menjadi tanda bagi nashab pada dua tempat:


Mutsanna, contoh: ِ‫َأفَادَ املُعَلِّم الطَّالِبَني‬, maka ِ‫ الطَّالِبَني‬adalah maf’ul bih manshub dan
tanda nashabnya adalah ya’.
Jamak mudzakkar salim, contoh: َ‫أَفَادَ املُعَلِّم املُجتَهِدِين‬, maka َ‫ املُجتَهِدِين‬adalah maf’ul
bih manshub dan tanda nashabnya adalah ya’.

5. Buang Nun / Hadzfun Nun: menjadi tanda bagi nashab pada fi’il-fi’il yang
lima/ af’alul khamsah, contoh: ‫لَن يَكتبَا‬, dan ‫ لَنْ يَكتبوا‬, dan ‫لَن تَكتبِي‬.
Masing-masing dari fi’il-fi'il ini adalah fi’il mudhari’ dari fi’il-fi’il yang
lima/af’alul khamsah, manshub, dan tanda nashabnya adalah buang nun.
Mengenal Tanda-Tanda I’rab Halaman 34

 Tiga Tanda Bagi Khafadh :

Yaitu: kasrah, ya’ dan fathah.

1. Kasrah: menjadi tanda bagi khafadh pada tiga tempat, yaitu:

Isim mufrad, contoh: ِ‫ سَلَّمْت عَلَى الطَّالِب‬. Maka ِ‫ الطَّالِب‬adalah isim majrur dan tanda
jar nya adalah kasrah.

Jamak taksir, contoh: ِ‫ سَلَّمْت َعلَى الطُّلَّاب‬. Maka ِ‫ الطُّلَّاب‬adalah isim majrur dan tanda
jar-nya adalah kasrah.

Jamak muannats salim, contoh: ِ‫ َسلَّمْت هِنْد عَلَى الطَّالِبَات‬. Maka ِ‫ الطَّالِبَات‬adalah isim
majrur dan tanda jar nya kasrah.

2. Ya’: menjadi tanda bagi khafadh pada tiga tempat, yaitu pada:

Isim-isim yang lima /asma’ul khamsah, contoh: َ‫سَلَّمْت َعلَى أَبِيْك‬, . Maka َ‫ أَبِيْك‬adalah
isim majrur dan tanda jar nya adalah ya’.

Mutsanna, contoh: َ‫ َسلَّمْت َعلَى الطَّالِبِيْن‬, . Maka َ‫ الطَّالِبِيْن‬adalah isim majrur dan tanda
jar nya adalah ya’.

Jamak mudzakkar salim, contoh: َ‫ َسلَّمْت عَلَى املُجْتَهِدِيْن‬. Maka َ‫ املُجْتَهِدِيْن‬adalah isim
majrur dan tanda jar-nya adalah ya’.

3. Fathah: menjadi tanda khafadh pada isim ghairu munsharif, yaitu yang tidak
menerima tanwin dan tidak juga kasrah, contoh: َ‫ َسلَّمْت عَلَى إِبْرَاهِيْم‬, . Maka َ‫إِبْرَاهِيْم‬: isim
majrur dan tanda jar nya adalah fathah.
Mengenal Tanda-Tanda I’rab Halaman 35

 Dua Tanda Bagi Jazm :


Yaitu: sukun dan hadzfu / buang.

1. Sukun; menjadi tanda bagi jazm pada fi’il mudhari’ shahih akhir, yaitu: yang

akhirnya tidak ada huruf ‘illat (alif – wawu – ya’), contoh : ْ‫ لَمْ يَكْتب‬. Maka ْ‫يَكْتب‬

adalah fi’il mudhari’ majzum dengan (lam) dan tanda jazmnya adalah sukun.

2. Hadzfu / Buang, ada dua jenis:

Hadzfu hurufil ‘illati / buang huruf ‘illat, yaitu pada fi’il mudhari’ mu’tal

akhir, contoh: َ‫زَيْد لَمْ يَسْمَع‬, dan ‫لَمْ يَدْع‬, dan ِ‫لَمْ يَمْش‬.

Masing-masing dari fi’il-fi’il ini adalah fi’il mudhari’ mu’tal akhir majzum,

dan tanda jazmnya adalah buang huruf ‘illat.

Hadzfun Nun / buang huruf nun; yaitu pada fi’il-fi’il yang lima /af’alul

khamsah, contoh: ‫لَمْ يَكْتبَا‬, dan ‫لَمْ يَكْتبوا‬, dan ْ‫لَمْ تَكْتبِي‬.

Masing-masing dari fi’il-fi’il ini adalah fi’il mudhari’ dari fi’il-fi’il yang lima

yang majzum, dan tanda jazmnya adalah buang huruf nun. *

__________________________

* Di sini ada lima tanda yang terulang pada dua bagian dari beberapa i’rab:
1. Fathah: - Pada nashab; yaitu tanda asli.
- Pada khafadh; yaitu pada isim ghairu munsharif.
2. Kasrah: - Pada khafadh, yaitu tanda asli.
- Pada nashab; yaitu pada jamak muannats salim.
3. Alif: - Pada rafa’; yaitu tanda rafa’ untuk mutsanna.
- Pada nashab; tanda nashab pada isim-isim yang lima.
4. Ya’: - Pada nashab; tanda nashab untuk mutsanna dan jamak
mudzakkar salim.
- Pada khafadh, yaitu tanda khafadh untuk mutsanna, jamak
mudzakkar salim dan isim yang lima.
5. Hadzfun Nun/Buang nun: - Pada nashab; tanda nashab untuk fi’il=fi’il yang lima .
- Pada jazm, tanda nashab untuk fi’il-fi’il yang lima.

Catatan, bahwa tanda-tanda yang diulang adalah tanda nashab


Mengenal Tanda-Tanda I’rab Halaman 36

Bagan Penjelasan Berbagai Jenis I’rab dan Tandanya

Wawu Alif Nun

Dhammah
Buang
Huruf Buang
Illat
Rafa’ Nun

Nashab Ya’

Fathah
Sukun

Jazm

Buang &
Kasrah
d

Buang
Khafadh Alif
Nun

Kasrah

Ya’ Fathah
Berbagai Mu’rab Halaman 37

Berbagai Mu’rab

Pengarang berkata: Mu'rab itu ada dua macam, yaitu kelompok mu'rab dengan
harakat, dan kelompok mu'rab dengan huruf.
Mu'rab dengan harakat itu ada empat jenis : isim mufrad, jamak taksir, jamak
muannats salim, dan fi'il mudhari' yang tidak bersambung akhirannya dengan
sesuatupun. Seluruhnya dirafa'kan dengan dhammah, dinashabkan dengan fathah,
di-khafadh/jar-kan dengan kasrah, dan dijazmkan dengan sukun.
Keluar dari hukum yang telah disebutkan diatas, adalah tiga hal:
• Jamak muannats salim, maka dinashabkan dengan kasrah.
• Isim ghairu munsharif, maka dijarkan dengan fathah.
• Fi’il mudhari' yang mu'tal akhirnya, maka dijazmkan dengan membuang
akhirannya (huruf illatnya).

Penjelasan : Pada bab ini, maka sang Pengarang kitab Ajurrumiyyah meringkas
seluruh pembahasan yang telah lalu pada bab tanda-tanda i'rab.

Ia berkata : Mu'rab itu dua macam.


Mu'rab dengan harakat : yaitu harakat dhammah, fathah, kasrah, dan sukun.
Mu'rab dengan huruf : yaitu huruf wawu, alif, ya, dan nun.
Dan Pengarang memulai dengan menyebutkan mu'rab dengan harakat, karena
mu’rab dengan harakat merupakan bentuk asal.

Macam-macam Mu'rab dengan Pada Kedudukan


Harakat Rafa Nashab Jar Jazm
Munsharif Dhammah Fathah Kasrah
1. Isim mufrad
Ghairu munsharif Dhammah Fathah Fathah
Munsharif Dhammah Fathah Kasrah
2. Jamak taksir
Ghairu munsharif Dhammah Fathah Fathah
3. Jamak muannats salim Dhammah Kasrah Kasrah
Shahih Dhammah Fathah Sukun
4. Fi'il mudhari' Buang
Mu'tal Dhammah Fathah
akhiran
Mu’rab dengan Harakat Halaman 38

Mu’rab dengan Harakat

Terdapat 4 jenis :

Pertama : Isim Mufrad


Definisi : isim mufrad bukanlah mutsanna (berjumlah dua), bukan jamak (banyak,
dan tidak termasuk isim-isim yang lima.

Hukumnya : dirafa'kan dengan dhammah, dinashabkan dengan fathah, dan dijarkan


dengan kasrah. Contohnya : ٌ‫ وَ مؤْمِنَة‬،‫ وَمؤْمِن‬،ٌ‫رَجل‬

Maka isim-isim dari jenis ini dimutlakkan oleh para ulama nahwu disebut isim
mufrad, karena ia bermakna satu (baik mudzakkar ataupun muannats), bukan dua,
dan juga bukan jamak, dan ia mu’rab dengan harakat. Contoh :

Firman Allah Ta’ala: ﴾ٌ‫( ﴿قَالَ رَجل‬seorang lelaki telah berkata) (1). Maka ٌ‫ رَجل‬adalah isim
mufrad marfu', sebagai fail, dengan tanda rafa' berupa dhammah.

dan firman-Nya: ﴾‫“( ﴿أَتَقْتلُوْنَ رَجلًا‬apakah kalian membunuh seorang lelaki?”) (2). maka ‫رَجلًا‬:
isim mufrad manshub, sebagai maf'ul bih, dengan tanda nashab berupa fathah.

dan firman-Nya : ﴾ٍ‫“( ﴿أَوْحَيْنَآ إِلَى رَجل‬Kami wahyukan kepada seorang lelaki”) (3). Maka ٍ‫رَجل‬
adalah isim mufrad majrur karena didahului oleh huruf jar, dan tanda jarnya berupa
kasrah. 

__________________________

(1) QS Ghāfir ayat 28


(2) QS Ghāfir ayat 28
(3) QS Yūnus ayat 2


Faedah-faedah dan Catatan-catatan Penting :
1. Isim mufrad mu’rab dengan harakat muqaddarah jika ia diakhiri oleh huruf illat.
Contoh pada firman Allah Ta’ala : ﴾‫( ﴿فَأَلْقَٰى موْسَٰى عَصَاه‬maka Musa melempar tongkatnya).
2. Isim mufrad dijarkan dengan fathah sebagai pengganti kasrah apabila terdapat isim
ghairu munsharif, dan keadaan ini ada beberapa tempat, yang kami sebutkan pada
bagian akhir buku ini - di antaranya : apabila terdapat nama a'jam /non arab, contoh
pada firman Allah ﴾َ‫( ﴿وَ أَوْحَيْنَآ إِلَى إِبْرَاهِيْم‬dan Kami wahyukan kepada Ibrahim) atau pada
nama muannats, contoh ﴾ ‫( ﴿ إِنَّ أَوَّلَ بَيْتٍ وضِعَ لِلنَّاسِ لَلَّذِى بِبَكَّةَ مبَرَكًا‬sesungguhnya rumah pertama
yang dibangun untuk manusia adalah Ka’bah yang diberkahi).
Mu’rab dengan Harakat Halaman 39

Kedua : Jamak Taksir


Definisi: Jamak taksir ialah yang menunjukkan kepada lebih dari dua (mudzakkar
atau muannats) dengan perubahan pada bentuk mufradnya.
Hukumnya: Dirafa'kan dengan dhammah, dinashabkan dengan fathah, dan
dijarkan dengan kasrah.
Contoh: ٌ‫( رِجَال‬para lelaki), dan ٌ‫( ُكت ُب‬buku-buku), dan ‫( زَيَانِب‬Zainab-Zainab).
Maka jamak semacam ini (jamak taksir) termasuk jamak yang berubah dari keadaan
mufradnya ketika jamak, berubah dari keadaan aslinya sebelum jamak.
Misal: ٌ‫( رِجَال‬para lelaki), yang mufradnya adalah ٌ‫( رَجل‬seorang lelaki). Berubah dari
bentuk mufradnya, dengan mengkasrahkan huruf ‘ro'’, memfathahkan huruf ‘jim’,
dan penambahan huruf ‘alif’ sebelum huruf lam.
Dikarenakan perubahan yang ‘berantakan’ ini, maka ini dinamakan jamak taksir (1) –
adalah karena ia serupa dengan rusaknya sesuatu dari keadaan asalnya. Dan jamak
taksir mu'rab dengan harakat.
Contoh pada firman Allah Ta’ala: ﴾ِ‫( ﴿الرِّجَالُ قَوٰموْنَ عَلَى النِّسآء‬para lelaki itu pemimpin atas para
wanita) (2). Maka ُ‫ الرِّجَال‬adalah jamak taksir marfu' karena mubtada' dan tanda rafa'nya
adalah dhammah.
Dan firman Allah Ta’ala: ﴾‫( ﴿وَبَثَّ مِنْهمَا رِجَالًا‬dan Allah ciptakan dari keduanya yaitu lelaki) (3).
Maka ‫ رِجَالًا‬adalah jamak taksir manshub karena ia maf'ul bih, dan tanda nashabnya
fathah.
Dan firman Allah Ta’ala: ﴾ٌ‫( ﴿و َلِلرِّجَالِ عَلَيْهِنَّ دَرَجَة‬dan bagi para lelaki itu derajatnya diatas para
wanita) (4). Maka ‫ الرِّجَال‬adalah jamak taksir majrur karena ia didahului dengan huruf
jar dan tanda jarnya adalah kasrah. 
__________________________

(1) Perubahan yang terjadi pada jamak taksir ada enam macam, anda bisa melihat pada selain
ringkasan ini.
(2) QS an-Nisa ayat 34. ُ‫ الرِّجَال‬: mubtada'; َ‫ قَوَّامون‬: khabar mubtada' marfu' dengan wawu karena dia
adalah jamak mudzakkar salim.
(3) QS an-Nisa ayat 1, َّ‫ بَث‬: fi'il madhi, fa'ilnya mustatir; ‫ مِنهمَا‬jar dan majrur; ً‫ رِجَال‬maf'ul bih manshub.
(4) QS al-Baqarah ayat 228; ِ‫ ; لِلرِّجَال‬lam huruf jar; ِ‫ الرِّجاَل‬: isim majrur; jar dan majrur kedudukannya
sebagai khabar muqaddam ; َّ‫ عَلَيهِن‬jar dan majrur; ٌ‫ دَرَجَة‬mubtada' muakhkhar marfu' dan tanda
rafa'nya dhammah dzahir akhirnya.

Faedah faedah dan Catatan-catatan Penting :
1. Jamak taksir juga ada yang mu'rab dengan harakat muqaddarah, contoh pada firman Allah
Ta’ala : ﴾‫( ﴿ وَتَرَى النَّاسَ سكَٰرَٰى وَمَاهمْ بِسكَٰرَٰى‬dan kamu lihat manusia dalam keadaan mabuk padahal
sebenarnya mereka tidak mabuk).
2. Jamak taksir dijarkan dengan fathah sebagai ganti dari kasrah jika ia ghairu munsharif, contoh
firman Allah Ta’ala: ﴾ٍ‫صرَكُـم اللٰه فِي مَوَاطِنَ كَـثِيْرَة‬
َ َ‫( ﴿لَقَدْ ن‬sungguh Allah benar-benar telah menolong
kalian di banyak wilayah), dan juga pada firman Allah Ta’ala: ﴾َ‫( ﴿وَلَقَدْ زَيَّنَّا السَّمَآءَ الدُّنْيَا بِمَصَابِيْح‬sungguh
kami telah menghiasi langit dunia dengan bintang-bintang).
Mu’rab dengan Harakat Halaman 41

Ketiga : Jamak Muannats Salim


Definisi: Yaitu adanya tambahan huruf alif dan ta’ pada mufradnya. (1)
Hukumnya: Rafa’ dengan dhammah, nashab dan jarnya dengan kasrah.
Contohnya: ‫ سَمَوَات‬- ‫ زَينَبَات‬- ‫املُؤمِنَات‬
Contoh jamak muannats salim marfu’, firman Allah Ta’ala: ﴾ ‫( ﴿إِذَاجَآءَكَ املُؤْمِنَات‬2)
Maka ‫ املُؤْمِنَات‬: jamak muannats salim marfu’ karena ia fa’il dan tanda rafa’nya adalah
dhammah dzahir pada akhirnya.
Contoh jamak muannats salim manshub, firman Allah Ta’ala: ﴾ ِ‫( ﴿إِذَا نَكَحْتم املُؤْمِنَات‬3)
Maka ِ‫ املُؤْمِنَات‬: jamak muannats salim manshub karena ia maf’ul bih dan tanda
nashabnya adalah kasrah dzahir pada akhirnya.
Contoh jamak muannats salim majrur, firman Allah Ta’ala: ﴾ِ‫( ﴿وَقُلْ لِّلْمؤْمِنَات‬4)
Maka ‫ املُؤْمِنَات‬: isim majrur karena ia didahului dengan huruf jar yaitu Lam, dan tanda
jarnya adalah kasrah dzahir. 

__________________________

(1) Kitab al-Hudud an-Nahwiyah, hal 281


(2) QS al-Mumtahanah ayat 12. ‫ إِذَا‬: dzaraf zaman, َ‫ جَاءَك‬: ‫جَاء‬: fi’il madhi mabniy dengan fathah.
Huruf kaf: dhamir muttashil mabniy dengan fathah, pada posisi nashab maf’ul bih
muqaddam. ‫ املُؤمِنَات‬: Fa’il muakhkhar marfu’ dan tanda rafa’nya dhammah dzahir di akhirnya.
(3) QS al-Ahzab ayat 49. ‫ إذَا‬: dzaraf zaman, ‫ نَكَحتم‬: fi’il madhi mabniy dengan sukun, dan ta
adalah dhamir mabniy dengan dhammah pada posisi rafa’, fa’il. Mim: tanda bagi jamak
mudzakkar. ‫ت‬ ٌِ ‫ ال ُمؤْ مِ نَا‬: maf’ul bih manshub dan tanda nashabnya adalah kasrah sebagai
ganti dari fathah karena ia adalah jamak muannats salim.
(4) QS Nuur ayat 31. ‫ قُ ٌْل‬: fi’il amr mabniy dengan sukun, fa’ilnya dhamir tersembunyi secara
wajib taqdirnya َ‫أَنت‬. ِ‫ لِلمؤمِنَات‬: Lam - huruf jar; ِ‫ املُؤمِنَات‬isim majrur dengan lam dan tanda
jarnya adalah kasrah dzahir di akhirnya.


Faedah-faedah dan Catatan-catatan Penting :
1. Jamak ini dinamakan dengan salim karena selamatnya struktur mufradnya dari
perubahan secara umum. Dilihat dari syarah al-Azhari atas kitab al-Ajurrumiyyah.
2. Ibnu Malik berkata dalam kitab Alfiyahnya:
“‫ يكْسَر فِي الْجَرَِّ وَفِي النََّصْبِ َمعَا‬¤ ‫” َومَا بِتَـــا وَأَلِــفٍ قَــ ْد جمِــعَا‬
Dan apa yang dijamak dengan tambahan alif dan ta’ (maksudnya : jamak muannats
salim), ia dikasrahkan ketika jar dan juga ketika nashab.
3. Yang berikut ini bukan jamak muannats salim: ‫ أَصوَات‬- ‫ أَوقَات‬- ‫ أَبَيَات‬karena huruf ta’nya
asli ada pada mufradnya.
Aslinya: ‫ وَقت – صَوت‬- ‫بَيت‬, Sedangkan ta’ jamak muannats salim hanyalah tambahan.
Dilihat di kitab Qathru an-Nada halaman 69.
Mu’rab dengan Harakat Halaman 43

Keempat : Fi’il Mudhari’

Dii’rabnya fi’il mudhari’ dengan harakat apa bila fi’il mudhari’nya tidak bersambung
akhirnya dengan sesuatupun.

 Dirafa’kan dengan dhammah jika tidak masuk padanya penashab atau penjazm.
Contoh, firman Allah Ta’ala: ﴾ْ‫( ﴿يَغْفِراللٰه لَكُم‬Allah mengampuni) (1)
 Dinashabkan dengan fathah bila masuk padanya penashab. Contoh, firman Allah
Ta’ala: ﴾‫( ﴿لَنْ يَغْفِرَ اللٰه لَهم‬Kamu tidak memintakan ampun bagi mereka) (2)
 Dijazmkan dengan sukun apa bila masuk padanya penjazm. Contoh, firman Allah
Ta’ala: ﴾ْ‫( ﴿و َإِنْ تَغْفِرْ لَهم‬dan jika Anda mengampuni mereka) (3)

 Keluar dari hukum ini mudhari’ mu’tal akhir majzum, maka ia dijazmkan
dengan hapus huruf ‘illat (alif atau wawu atau ya’). Contoh : ‫ لَم‬- ‫ لَم يَدع‬- َ‫لَم يَسْع‬
ِ‫( يَمش‬4)
 Keluar dari hukum ini juga mudhari’ apabila bersambung padanya alif
tatsniyah atau wawu jamak atau ya’ mukhathabah, maka ia dii’rab dengan
huruf sebagaimana akan dijelaskan nanti, in syaa Allah.
 Keluar dari hukum ini juga mudhari’ apabila bersambung dengannya nun
taukid atau nun inats (nun niswah), maka ia mabniy sebagaimana akan
dijelaskan nanti, in syaa Allah, pada bab “Fi’il”.
__________________________

(1) QS Yusuf ayat 92


Yaghfiru (‫)يَغفِر‬: fi’il mudhari’ marfu’ dan tanda rafa’nya dhammah dzahir di akhirnya.
AllahU (‫)اللَّه‬: lafadz aljalaalah, fa’il marfu’ dan tanda rafa’nya dhammah.
Lakum (ْ‫)َلكُم‬: Lam, huruf jar; Kaaf, dhamir muttashil mabniy dengan dhammah pada
posisi jar dengan huruf jar.
(2) QS Munafiquun ayat 6.
Lan yaghfira(َ‫ ;)لَن يَغفِر‬Lan, huruf nashab; Yaghfira (َ‫)يَغفِر‬, fi’il mudhari’ manshub dengan ‫لَن‬
dan tanda nashabnya adalah fathah; Allahu (‫)اللَّه‬, lafadz aljalaalah, fa’il marfu‘ dan tanda
rafa’nya dhammah; Lahum (‫ ;)لَهم‬lam, huruf jar; ha’, dhamir muttashil mabniy dengan
dhammah pada posisi jar dengan huruf jar.
(3) QS Al-Maidah ayat 118.
Wa in taghfir (‫ )وَ ِإنْ تَغفِر‬Wa in (ْ‫ ;)وَ ِإن‬wawu: tergantung apa yang sebelumnya; ْ‫ِإن‬, huruf syarat
dan jazm;
Taghfir (‫)تَغفِر‬, fi’il mudhari’ fi’il syarat majzum dengan ْ‫ ِإن‬dan tanda jazmnya sukun, dan
fa’ilnya dhamir mustatir wujuban, taqdirnya َ‫ أَنت‬.Lahum (‫ ;)لَهم‬lam, huruf jar; HA’: dhamir
muttashil mabniy dengan dhammah [pada posisi jar dengan huruf jar.
(4) Lam yas’a (َ‫)لَم يَسْع‬
Lam, huruf jazm; yas’a, fi’il mudhari’ majzum dengan (ْ‫ )لَم‬dan tanda jazmnya buang
huruf ‘illah yaitu alif, dan harakat fathah (pada huruf ‘ain) itu petunjuknya.
Mu’rab dengan Huruf Halaman 44

Mu’rab dengan Huruf

Berkata al-Mushannif :
Yang dii'rabkan dengan huruf ada empat jenis, yaitu tatsniyyah, jamak mudzakkar
salim, isim-isim yang lima, dan fi'il-fi'il yang lima seperti ِ‫يَفْعَالَن‬, dan ِ‫تَفْعَالَن‬, dan َ‫يَفْ َعُلوْن‬, dan
َ‫تَفْ َعُلوْن‬, serta ‫تَفْ َعلِيْ َن‬.

Perihal tatsniyyah : dirafa'kan dengan alif, dinashabkan dan dijarkan dengan ya.

Dan perihal jamak mudzakkar salim : dirafa'kan dengan wawu, dinashabkan dan
dijarkan dengan ya.

Dan perihal isim-isim yang lima : dirafa'kan dengan wawu, dinashabkan dengan alif,
dan dijarkan dengan ya.

Dan perihal fi'il-fi'il yang lima : dirafa'kan dengan nun, dinashabkan dan dijazmkan
dengan pembuangan huruf.

Penjelasan :
Setelah anda mengenal berbagai mu'rab dengan harakat, selanjutnya adalah
mengidentifikasi berbagai mu'rab dengan huruf.

Keempat Jenis Mu'rab dengan Huruf

Macam-macam mu'rab dengan Pada Kedudukan


Huruf Rafa Nashab Jar Jazm
1. Mutsanna Alif Ya Ya
2. Jamak Mudzakkar salim Wawu Ya Ya
3. Isim-isim yang lima Wawu Alif Ya
Buang Buang
4. Fi'il-fi'il yang lima Nun
Nun Nun
Mu’rab dengan Huruf Halaman 45

Pertama : Mutsanna
Definisinya: Dia menunjukkan jumlah dua/ganda baik mudzakkar maupun
muannats dengan penambahan alif dan nun atau ya dan nun terhadap bentuk
mufradnya. (1)
Contohnya: Dua lelaki (ِ‫ رَجلَان‬dan ِ‫)رَجلَيْن‬, dua perempuan (ِ‫ امْرَأَتَان‬dan ِ‫)اِمْرَأَتَيْن‬, dan dua buku
(ِ‫ كِتَابَان‬dan ِ‫)كِتَابَيْن‬.
Hukumnya : dirafa'kan dengan alif ; dinashabkan dan dijarkan dengan ya.
Contoh mutsanna marfu' : Firman Allah Ta’ala : ِ‫( قَالَ رَجلَان‬telah berkata dua orang
lelaki)(2). Maka ِ‫ رَجلَان‬adalah mutsanna marfu', karena dia sebagai fa'il, dan tanda
rafa'nya alif (‫ )ا‬sebagai ganti dari dhammah.
Contoh mutsanna manshub: Firman Allah Ta’ala : ِ‫( َفوَجَدَ فِْيهَا رَجلَيْن‬mereka menemukan
didalamnya dua orang lelaki) . Maka ِ‫ رَجلَيْن‬adalah mutsanna manshub, karena dia
(3)

sebagai maf'ul bih, dan tanda nashabnya ya (‫ )ي‬sebagai ganti dari fathah. *
Contoh mutsanna majrur: Firman Allah Ta’ala : ِ‫( يَمْشِى َعلَى رِ ْجلَيْن‬dua orang lelaki sedang
berjalan) (4). Maka ِ‫ رِ ْجلَيْن‬mutsanna majrur karena dia didahului oleh huruf jar, dan
tanda jar nya adalah ya (‫ )ي‬sebagai ganti dari kasrah.
__________________________

(1) Dan penambahan ini mencukupi kebutuhan terhadap wawu athaf dan pengulangan
isim, maka perubahan dari perkataan : ‫ جَاءَ زَيْد وَزَيْد‬menjadi ِ‫جَاءَ الزَّيْدَان‬, ini lebih ringkas dan
lebih baik.
(2) QS Al-Maidah ayat 23. َ‫ قَال‬: Fi'il madhi, mabniy atas fathah; dan ِ‫رَجلَان‬: fa'il marfu' dan
tanda rafa'nya adalah alif sebagai ganti dari dhammah karena dia mutsanna.
(3) QS Al-Qoshosh ayat 15. َ‫فَوَجَد‬: huruf ‫ف‬
َ : tergantung apa yang sebelumnya, َ‫ وَجَد‬: fi'il madhi,
mabniy atas fathah, dan fa'ilnya adalah dhamir mustatir yang tersembunyi taqdirnya
َ‫هو‬, dan ‫فِيْهَا‬, kata ‫ فِي‬adalah huruf jar, dan ‫ هَا‬dhamir pada kedudukan jar. ِ‫ رَجلَيْن‬: maf'ul bih,
manshub, dan tanda nashabnya adalah ya (‫ )ي‬sebagai ganti dari fathah karena dia
mutsanna.
(4) QS An Nur ayat 34. ‫ يَمْشِي‬: Fi’il mudhari' marfu', dan tanda rafa'nya dhammah muqaddarah
yang terhalang penampakan (dhammah) karena berat diucapkan. Dan fa'il : dhamir
mustatir yang tersembunyi taqdirnya َ‫هو‬. Frasa ِ‫عَلَى رِجْلَيْن‬: maka ‫ عَلَى‬adalah huruf jar, dan
ِ‫ رِجْلَيْن‬adalah isim majrur dengan ‫ عَلَى‬dan tanda jarnya adalah ya karena dia mutsanna.
* Faedah : Nun yang ada pada mutsanna dan jamak mudzakkar salim adalah sebagai ganti
atas tanwin yang terdapat pada isim mufrad, dan nun ini menjadi kasrah pada mutsanna
; menjadi fathah pada jamak. Ibnu Malik berkata:
✓ Fathahkanlah harakat 'nun' pada kalimat yang dijamak (mudzakkar salim) dan mulhaqnya!
✓ Ada segelintir orang yang bercakap-cakap dengan mengkasrahkannya.
✓ Adapun 'nun' pada kalimat yang ditatsniyyahkan dan mulhaqnya, adalah terbalik
(harakatnya menjadi kasrah).
✓ Semuanya mengamalkan demikian, maka perhatikanlah!
Mu’rab dengan Huruf Halaman 47

Kedua : Jamak Mudzakkar Salim (¹)


Definisinya : Kata tersebut menunjukkan jumlah lebih dari dua, dengan penambahan huruf
wawu dan nun atau ya dan nun terhadap bentuk mufradnya. (²)
Contohnya: َ‫ املُؤمِنون‬dan َ‫( املُؤمِنِني‬para mukmin), َ‫ الزَّيدون‬dan َ‫( الزَّيدِين‬para Zaid), serta َ‫ الصَّادِقُون‬dan َ‫الصَّادِقِني‬
(orang-orang yang jujur).
Hukumnya: dirafa'kan dengan wawu ; dinashabkan dan dijarkan dengan ya.
Contoh jamak mudzakkar salim marfu':
Firman Allah Ta’ala: ﴾َ‫( ﴿ قَدْ اَفْلَحَ املُؤْمِنوْن‬sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang
beriman)(3), maka َ‫ املُؤْمِنوْن‬adalah jamak mudzakkar salim, marfu', karena ia fa'il, dan tanda
rafa'nya adalah wawu sebagai ganti dari dhammah.
Contoh jamak mudzakkar salim manshub:
Firman Allah Ta’ala: ﴾َ‫( ﴿ وَبَشِّـــرِ املُؤْمِنِيْن‬dan berilah kabar gembira orang-orang yang beriman)
(4) , Maka َ‫ املُؤمِنِيْن‬adalah jamak mudzakkar salim, manshub, karena ia maf'ul bih, dan tanda
nashabnya adalah ya' sebagai ganti dari fathah.
Contoh jamak mudzakkar salim majrur :
Firman Allah Ta’ala : ﴾ َ‫( ﴿ رَضِىَ اللٰه عَنِ املُؤْمِنِيْن‬Allah telah ridha terhadap orang-orang mukmin)(5),
Maka َ‫ املُؤمِنِني‬adalah jamak mudzakkar salim, majrur, karena ia didahului huruf jar, dan tanda
jarnya adalah ya sebagai ganti dari kasrah.
__________________________
1) Dinamakan dengan "salim" karena mufradnya selamat dari perubahan ketika jamak, yakni tetap
keadaan aslinya dan hanya ditambahkan padanya huruf wawu dan nun atau ya dan nun ketika
jamak. Disebutkan, pada jamak maka bentuk mufrad (‫ )مسلِم‬menjadi َ‫ مسْلِموْن‬pada keadaan rafa' , dan
َ‫ مسْلِمِيْن‬pada keadaan nashab dan jar.
2) Tambahan ini (wawu dan nun, ya dan nun) mencukupi pada kebutuhan akan wawu 'athaf dan
pengulangan isim, maka sebagai ganti ‫ جَاءَ زَيد وَ زَيد وَ زَيد‬, maka dikatakan َ‫( جَاءَ الزَّيدون‬beberapa Zaid
datang).
3) QS al-Mu'minūn ayat 1. ْ‫ قَد‬huruf tahqiq ; َ‫ أَفلَح‬: fi'il madhi, mabniy atas fathah ; َ‫ املُؤمِنون‬: fa'il, marfu',
dan tanda rafa'nya adalah wawu sebagai ganti dari dhammah karena ia jamak mudzakkar salim.
4) QS al-Baqarah ayat 223. ‫ بَشِّر‬: fi'il amr, mabniy atas sukun, hanya saja dikasrahkan karena bertemunya
dua sukun, fa'ilnya dhamir mustatir wujuban, taqdirnya َ‫ املُؤمِنِني‬.َ‫ أَنْت‬: maf'ul bih, manshub, dan tanda
nashabnya ya sebagai pengganti dari fathah karena ia jamak mudzakkar salim.
5) QS al-Fath ayat 18. َ‫ رَضِي‬:fi'il madhi, mabniy atas fathah; lafadz jalalah: fa'il, marfu', dan tanda rafa'nya
adalah dhammah, ْ‫ عَن‬: huruf jar; َ‫ املُؤمِنِيْن‬: isim majrur dengan ْ‫ عَن‬dan tanda jarnya adalah ya sebagai
ganti dari kasrah karena ia jamak mudzakkar salim.

Faedah faedah dan Catatan-catatan Penting :
1. Tidak dijamakkan menjadi jamak mudzakkar salim kecuali isim-isim yang menunjukkan lelaki
yang berakal. Maka tidak dapat dikatakan ْ‫( نَصَحْت النِّسَاء املُتَزَوَّجِي‬saya menasehati kaum wanita yang
menikah). Tidak juga َ‫( رَفَعْت الكُتبَ املَوضوعِيْن‬saya mengangkat buku-buku yang diletakkan). Akan tetapi
dikatakan ‫ النِّسَاءُ املُتَ َزوِّجَات‬dan ُ‫الكُتب ا َملوْضوْعَة‬
2. Bukan termasuk jamak mudzakkar salim kata berikut: ‫ شَيَاطِيْن‬dan ‫مَسَاكِيْن‬. Keduanya adalah jamak
taksir, karena huruf nun keduanya adalah asli yang memang terdapat pada mufradnya yaitu ُ‫ شَيْطَان‬dan
‫مِسْكِيْن‬. Nun pada jamak mudzakkar salim pasti merupakan tambahan yang diberikan, seperti pada
firman Allah Ta’ala: ﴾‫الصدَقَات لِلْفُقَرَاءِ وَالْمَسَاكِنيِ وَالْعَامِلِنيَ عَلَيْهَا‬
َّ ‫( ﴿ إَِّنمَا‬sedekah hanyalah untuk kaum faqir, kaum
miskin dan para 'amilnya).
Mu’rab dengan Huruf Halaman 49
Ketiga : Isim-Isim yang Lima

Definisinya: Isim-isim yang lima adalah َ‫( أَبوك‬ayahmu), َ‫( أَخوك‬saudara lelakimu), َ‫حَموك‬
(iparmu), ‫( فُوك‬mulutmu) dan ٍ‫( ذُو مَال‬yang memiliki harta).
Hukumnya: dirafa'kan dengan wawu, dinashabkan dengan alif, dijarkan dengan ya.

Mu’rab dengan wawu ketika rafa': contoh firman Allah Ta’ala:


﴾ْ‫(﴿ قَالَــــــــ أَبوْهْم‬1) , ﴾ْ‫(﴿ قَالَ لَهمْ أَخوْهم‬2), dan ﴾ٍ‫(﴿ لِينْفِقْ ذُوْ سَعَة‬3)

Mu’rab dengan alif ketika nashab, contoh pada firman Allah Ta’ala:
﴾‫(﴿ وَنَحْفَظُ أَخَانَا‬4), ﴾ْ‫( ﴿ جَآءُ ْو أَبَاهم‬5), dan ﴾‫(﴿ وَءَاتِ ذَا اَلْقُرْبَي حَقَّه‬6)

Mu’rab dengan ya ketika jar, contoh pada firman Allah Ta’ala:


﴾ْ‫(﴿ رَجَغوْا إىلَ أَبِيْهِم‬7), ﴾َ‫(﴿ سَنَشدُّ عَضدَكَ بِأَخِيْك‬8), dan ﴾ ٰ‫(﴿ وَلِذِى الْقُرْبَى‬9)

Ketahuilah bahwa isim-isim yang lima itu tidak dii'rab dengan huruf, kecuali jika
terpenuhi empat syarat, sebagai berikut:

__________________________

(1) QS Yusuf ayat 94 (2) QS asy-Syu'arā ayat 106 (3) QS ath-Thalāq ayat 7
(4) QS Yusuf ayat 16 (5) QS Yusuf ayat 65 (6) QS al-Isra ayat 26
(7) QS Yusuf ayat 63 (8) QS al-Qashash ayat 35 (9) QS al-Anfal ayat 41


Faedah-faedah dan Catatan-catatan Penting:
1. Kata ‫( احلَمو‬ipar) ; Ibnu Hisyam menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan ْ‫ احلَمو‬adalah
saudaranya istri seseorang, suatu panggilan kepada kerabat istri. Kitab Qathru an-Nada
halaman 62. Anda mengatakan: ِ‫( جَاءَ حَموك‬iparmu telah datang), ِ‫( رَأَيْت حَمَاك‬saya telah melihat
iparmu),dan ‫( سَلَّمت عَلَى حَمِيك‬aku telah memberi salam kepada iparmu). Dilihat di kitab ash-
Shobān bab 1 hal 69.
2. Kata ْ‫( فُو‬mulut), terdapat syarat yaitu tidak boleh yang menggunakan mim ( ‫) الفَم‬. Contoh
: ‫( فُوْكَ نَظِيْف‬mulutmu bersih), ‫( نَظِّفْ فَاك‬bersihkan mulutmu!), dan ‫( نَظَرْت إِلَى فِيْك‬saya telah melihat
mulutmu).
3. Kata ‫ ذُو‬berarti yang memiliki, tetapi terbatas hanya ٍ‫( ذُوْ مَال‬pemilik harta), bukan َ‫ذُوْك‬
(pemilikmu) karena kata ْ‫ ذُو‬tidak diidhafahkan dengan dhamir, tapi dia didhafahkan
dengan isim jenis seperti ‫ املَال‬.
4. Kata yang terletak setelah isim yang lima selalu dii'rab sebagai mudhaf ilaih, sama saja
apakah ia isim dzahir, seperti: ‫( رَضِيَ اللٰه عَنْ أَبِيْ بَكْر‬Allah meridhai Abu Bakar), atau dhamir,
seperti: َ‫( سَلِّمْ عَلَى أَبِيْك‬berilah salam kepada ayahmu!).
Mu’rab dengan Huruf Halaman 50

Hukum-Hukum I'rab dengan Huruf pada Isim-Isim yang Lima

1. Dalam keadaan mufrad.


🔹 Jika ganda/dua, maka ia dii’rab seperti i’rab pada mutsanna.
Contoh : ِ‫( جَاءَ األَخَوَان‬kedua saudara telah datang), ِ‫( رَأَيْت األَخَوَيْن‬saya melihat kedua saudara),
dan ‫( وَسَلَّمت عَلَى األَخَوَيْن‬saya memberi salam kepada kedua saudara) (1).
🔹 Jika dijamakkan, maka ia dii'rab seperti i’rabnya jamak.
Contoh: ُ‫ ( جَاءَ اآلبَاء‬para ayah telah datang), َ‫( رَأَيْت اآلبَاء‬saya melihat para ayah), dan ‫سَلَّمْت عَلَى اآلبَاء‬
(saya memberi salam kepada para ayah) (2).
2. Dalam keadaan mukabbirah (bukan tashghir).
Jika tasghir ( seperti , ‫ وَأُبَي‬،‫ ( كَأُخَي‬, maka dii'rab dengan harakat dzahirah.
Contoh : َ‫( جَاءَ أُخَيُّك‬saudara lelakimu telah datang), َ‫( رَأَيْت أُخَيَّك‬saya melihat saudara lelakimu),
َ‫( وَسَلَّمْت عَلَى أُخَيِّك‬saya memberi salam kepada saudara lelakimu) (3).
3. Menjadi mudhaf.
Jika tidak dimudhafkan maka dii'rab dengan harakat dzahirah.
Contoh: ‫( جَاءَ أَب‬seorang ayah telah datang), ‫( رَأَيْت أَبًا‬saya telah melihat seorang ayah), ‫سَلَّمْت‬
ٍ‫( عَلَى أَب‬saya telah menyalami seorang ayah) (4).
4. Dalam keadaan idhafah kepada selain ya'.
Jika diidhafahkan kepada ya' maka dii'rab dengan harakat muqaddarah, contoh: ْ‫جَاءَ أَخِي‬
(telah datang adik lelaki saya), ْ‫( رَأَيْت أَخِي‬saya telah melihat adik lelaki saya), ْ‫سَلَّمْت عَلَى أَخِي‬
(saya telah menyalami adik lelaki saya) (5).
__________________________

(1) Kata ِ‫ اْلأَخَوَان‬Pada contoh pertama merupakan fa’ilyang marfu dan tanda rafa' - nya adalah alif. Pada
contoh kedua ِ‫ الْأَخَوَيْن‬merupakan maf'ul bih yang mansub dan tanda nashobnya adalah ya. Pada
contoh ketiga ِ‫ الْأَخَوَيْن‬merupakan isim majrur dan tanda jar - nya adalah ya.
(2) Kata ُ‫ الْأَبَآء‬Pada contoh pertama merupakan fa’ilyang marfu dan tanda rafanya adalah dhammah
dzahirah. Pada contoh kedua ِ‫ الْأَبَآء‬merupakan maf'ul bih yang mansub dan tanda nashobnya adalah
fathah dzahirah. Pada contoh ketiga ِ‫ الْأَبَآء‬merupakan isim majrur dan tanda jar - nya adalah kasrah
dzahirah.
(3) Kata َ‫ أَخَيْك‬di contoh pertama merupakan fa'il marfu' dan tanda rafa'nya dhammah dzahir, dan di
contoh kedua merupakan maf'ul bih, manshub dan tanda nashabnya fathah dzahir, dan di contoh
ketiga merupakan isim majrur, dan tanda jarnya adalah kasrah dzahir, isim majrur dan tanda
jarnya adalah kasrah dzahir. Dan kaf (‫ )ك‬semuanya sebagai dhamir didalam kedudukan jar-
mudhaf ilaih.
(4) Kata ‫ أَب‬pada contoh pertama merupakan fa'il, marfu', dan tanda rafanya adalah dhammah dzahirah.
Pada contoh kedua ِ‫ اْلأَبَآء‬merupakan maf'ul bih, mansub dan tanda nashobnya adalah fathah
dzahirah. Pada contoh ketiga ِ‫ الْأَبَآء‬merupakan isim majrur dan tanda jar - nya adalah kasrah dzahirah.
(5) Kata ْ‫ أَخِي‬pada contoh pertama merupakan fail, marfu dan tanda rafanya adalah dhammah
muqaddarah yang ditakdirkan atas apa yang sebelum ya’ mutakallim karena berebut tempat
dengan harakat yang sesuai. Pada contoh kedua merupakan maf'ul bih, mansub dan tanda
nashobnya adalah fathah muqaddarah; sedangkan pada contoh ketiga merupakan isim majrur dan
tanda jarnya adalah kasrah muqaddarah. Dan huruf ya’ secara keseluruhan sebagai dhamir didalam
kedudukan jar-mudhaf ilaih.
Mu’rab dengan Huruf Halaman 51

I'rab

1. ﴾ ْ‫﴿ قَالَـــــــــــــــ أَبوْهم‬


َ‫ قَال‬:Fi'il madhi, mabniy atas fathah, dia tidak menempati posisi dari i'rab.
ْ‫ أَبوْهم‬:Fa'il, marfu', dan tanda rafa'nya adalah wawu sebagai ganti dari dhammah,
karena kata ini termasuk isim-isim yang lima.
ُ‫ الَاء‬Dhamir muttashil, mabniy atas dhammah, didalam kedudukan jar - mudhaf ilaih;
dan mim sebagai tanda jamak.

2. ﴾ٍ‫﴿ لِينْفِقْ ذُوْ سَعَة‬


ْ‫لِينْفِق‬: Lam : lam amr, huruf, mabniy atas kasrah; ْ‫ ينْفِق‬: fi'il mudhari', majzum dengan lam
amr, dan tanda jazm-nya adalah sukun.
ْ‫ذُو‬: Fa'il, marfu', dan tanda rafa'nya adalah wawu sebagai pengganti dari dhammah,
karena kata ini termasuk isim-isim yang lima.
ٍ‫سَعَة‬: Mudhaf ilaih, majrur, dan tanda jar-nya adalah kasrah dzahir di akhirannya.

3. ﴾ْ‫﴿ جَآءُوْا أَبَاهم‬


‫ جَآءُوْا‬: Fi'il madhi, mabniy atas dhammah; dan wawu dari kelompok itu adalah dhamir,
mabniy di dalam kedudukan rafa' - fa'il.
ْ ْ‫ أ أَبَاهم‬: Kata ‫ أَبَا‬: maf'ul bih, manshub, dan tanda nashabnya adalah alif karena kata ini
termasuk isim-isim yang lima; dan ha: dhamir, mabniy di dalam kedudukan jar -
mudhaf ilaih; dan mim untuk (tanda) jamak.

4. ﴾‫﴿ وَنَحْفَظُ أَخَانَا‬


َ‫ وَنَحْفَظ‬: Wawu dii'rab dengan mempertimbangkan kalimat yang sebelumnya; ُ‫ نَحْفَظ‬: fi'il
mudhari, marfu', dan tanda rafa'nya adalah dhammah dzahir, dan failnya adalah
dhamir mustatir dan takdirnya ‫( نَحْن‬kami).
‫ أَخَانَا‬: Maf'ul bih, manshub, dan tanda nashabnya adalah alif sebagai pengganti dari
fathah karena kata ini termasuk isim-isim yang lima, dan ‫نا‬: dhamir muttashil, mabniy
atas sukun didalam kedudukan jar - mudhaf ilaih.
Mu’rab dengan Huruf Halaman 52

5. ﴾‫﴿ َو ءَاتِ ذَا الْقُرْبَىٰ حَقَّه‬


ِ‫آت‬: Fi'il amr, mabniy dengan membuang huruf illat ya dan kasrah adalah bukti
atasnya, dan fa'ilnya adalah dhamir mustatir dan takdirnya َ‫( أَنْت‬kamu).
‫ ذَا‬: Maf'ul bih, manshub, dan tanda nashabnya adalah alif sebagai pengganti dari
fathah karena kata ini termasuk isim-isim yang lima.
‫ القُرْبَى‬: Mudhaf ilaih, majrur, dan tanda jarnya adalah kasrah muqaddarah atas alif yang
udzur (tidak nampak perubahannya).
‫ حَقَّه‬: Maf'ul bih kedua, dan ha' adalah dhamir muttashil mabniy atas dhammah
didalam kedudukan jar - mudhaf ilaih.

6. ﴾ْ‫﴿ رَجَعوْأ إِلَى أَبِيْهِـــــم‬


‫رَجَعوْأ‬: Fi'il madhi, mabniy atas dhammah, dan wawu dari kelompok itu adalah dhamir,
mabniy didalam kedudukan rafa' - fa'il.
ْ‫ إِلَى أَبِيْهِم‬: Kata ‫ إِلَى‬: huruf jar, ْ‫ أَبِيْهِم‬: isim majrur dengan (‫)إِلَى‬, dan tanda jarnya adalah ya'
karena kata ini termasuk isim-isim yang lima, dan ha': dhamir, mabniy atas kasrah
didalam kedudukan majrur - mudhaf ilaih.

7. ﴾َ‫﴿ سَنَشدُّ عَضدَكَ بِأَخِيْك‬


‫ سَنَشد‬: Sin: huruf istiqbal, dan ُّ‫نَشد‬: fi'il mudhari', marfu', dan tanda rafa'nya adalah
dhammah, dan failnya dhamir mustatir dan taqdirnya ‫( نَحْن‬kami).
َ‫عَضدَك‬: Kata َ‫عَضد‬: maf'ul bih, manshub, dan tanda nashabnya adalah fathah. Dan kaf:
dhamir muttashil, mabniy atas fathah didalam kedudukan jar - mudhaf ilaih.
َ‫بِأَخِيْك‬: Ba: huruf jar, dan َ‫أَخِيْك‬: isim majrur dengan ba, dan tanda majrurnya adalah ya
karena dia termasuk isim-isim yang lima. Dan kaf: dhamir, mabniy atas fathah
didalam kedudukan jar - mudhaf ilaih.

8.﴾‫﴿ وَ لِذِى القُرْبَٰى‬


‫ لِذِي‬: Lam: huruf jar ; dan ْ‫ ذِي‬: isim majrur dengan lam, dan tanda jarnya adalah ya
karena kata ini termasuk isim-isim yang lima.
‫ القُرْبَى‬:Mudhaf ilaih, majrur, dan tanda jarnya adalah kasrah muqaddarah atas
akhirannya yang udzur (tidak nampak perubahannya).
Mu’rab dengan Huruf Halaman 54

Keempat: Fi'il-Fi'il yang Lima

Definisinya : setiap fi'il mudhari yang bersambung dengannya alif tatsniyah atau
wawu jamak atau ya mukhathabah.
Yaitu: َ‫ تَفعَلِني‬،َ‫ تَفعَلُون‬،َ‫ يَفعَلُون‬،ِ‫ تَفعَلَان‬،ِ‫يَفعَلَان‬
Hukumnya: dirafa'kan dengan tsubutun nun/tetap nun, dinashabkan dan dijazmkan
dengan hadzfun nun /buang nun.

Contoh pada keadaan rafa':


Firman Allah Ta’ala: ﴾ ِ‫( ﴿ تؤمِنونَ بِاللَّه‬kalian beriman kepada Allah) (1), ﴾ ِ‫وَ النَّجم وَ الشَّجَر يَسجدَان‬
﴿ (dan bintang dan pepohonan, keduanya bersujud) (2), dan ﴾ِ‫( ﴿ أَ تَعجَبِنيَ مِن أَمرِ اللَّه‬apakah
kamu merasa heran tentang ketetapan Allah) (3).

Pada ayat yang pertama, kata (َ‫ )تؤمِنون‬adalah dari fi'il yang lima, yaitu fi'il mudhari'
yang bersambung akhirnya dengan wawu jamak, marfu' karena bersih dari penashab
dan penjazm, dan tanda rafa'nya adalah tsubutun nun (tetap nun) sebagai ganti dari
dhammah.

Kata (ِ‫ )يَسجدَان‬pada ayat kedua adalah dari fi'il yang lima, yaitu fi'il mudhari' yang
bersambung akhirnya dengan alif tatsniyah, marfu' karena bersih dari penashab dan
penjazm, dan tanda rafa'nya adalah tsubutun nun (tetap nun) sebagai ganti dari
dhammah.

Kata (َ‫ )تَعجَبِني‬pada ayat ketiga adalah dari fi'il yang lima, yaitu fi'il mudhari' yang
bersambung akhirnya dengan ya mukhathabah, marfu' karena bersih dari penashab
dan penjazm, dan tanda rafa'nya adalah tsubutun nun (tetap nun) sebagai ganti dari
dhammah.

Contoh fi'il yang lima pada kedudukan nashab dan jazm:


Firman Allah Ta’ala : ﴾‫( ﴿فَإِن لَم تَفعَلُوا وَ لَن تَفعَلُوا‬maka jika kami tidak dapat membuatnya,
dan kamu (pasti) tidak dapat membuatnya) (4). Pada ayat tersebut, kedua fi'il ( ،‫لَم تَفعَلُوا‬
‫ )وَ لَن تَفعَلُوا‬adalah dari fi'il yang lima. Keduanya merupakan fi'il mudhari yang
bersambung dengan wawu jamak; yang pertama majzum dengan ‫لَم‬, tanda jazmnya
adalah hadzfun nun (buang nun) sebagai ganti dari sukun, dan yang kedua manshub
dengan ‫ لَن‬dan tanda nashabnya adalah hadzfun nun (buang nun) sebagai ganti dari
fathah.
__________________________

(1) QS ash-Shaf ayat 11 (2) QS ar-Rahman ayat 2


(3) QS Hud ayat 73 (4) QS al-Baqarah ayat 24
Mu’rab dengan Huruf Halaman 55

Skema Fi'il-Fi'il yang Lima

Fi'il-fi'il yang lima adalah:


Semua fi'il mudhari' yang bersambung dengannya alif tatsniyah, atau wawu jamak,
atau ya mukhathabah.

Fi'il mudhari' alif tatsniyah wawu jamak ya


mukhathabah

َ‫تَفْعَـــــــلُوْن‬ َ‫تَ ْفعَـــــــــِـْينَ يَ ْفعَـــــــلُوْن‬


ِ‫يَ ْفعَـــــــلَانِ تَ ْفعَـــــلَان‬
ُ‫يَ ْفعَـــــــــــــــل‬

ْ‫لَــن‬ ‫لَــنْ تَ ْفعَلَا‬ ‫َلنْ يَفْ َعلَا‬ ‫َلنْ يَفْ َعلُوْا لَنْ َتفْ َعلُوْا‬ ‫لَنْ تَ ْفعَلِي‬
َ‫يَ ْفعَــل‬

ْ‫لَمْ يَ ْفعَــــل‬ ‫لَمْ تَفْ َعلُوْا لَمْ يَ ْفعَلَا لَمْ تَفْعَـــلَا‬ ‫لَمْ يَ ْفعَلُوا‬ ْ‫لَمْ تَفْ َعلِي‬

I'rab:

1. ﴾ِ‫﴿تؤْمِنوْنَ بِاهلل‬
َ‫تؤْمِنوْن‬: Fi'il mudhari, marfu', dan tanda rafa'nya adalah tsubutun nun (tetap nun)
sebagai ganti dari dhammah karena kata ini termasuk fi'il-fi'il yang lima, dan
wawu jamak : dhamir muttashil, mabniy atas sukun didalam kedudukan rafa'-
fail.
ِ‫ بِاهلل‬: Ba adalah huruf jar, ‫اهلل‬: lafadz jalaalah, isim majrur dengan ‫ب‬, dan tanda jarnya
adalah kasrah dzahir ; dan jar majrur terhubung dengan fi’il.

2. ﴾ِ‫﴿وَالنَّجْم وَالشَّجَر يَسْجدَان‬


ُ ‫اَلنَّجْم‬: Mubtada, marfu', dan tanda rafa'nya adalah dhammah dzahir diakhirannya.
‫ وَالشَّجَر‬: Wawu adalah huruf athaf, ‫ الشَّجَر‬: ma'thuf ke ‫النَّجْم‬, marfu', dan tanda rafa'nya
adalah dhammah dzahir.
Mu’rab dengan Huruf Halaman 56

ِ‫ يَسْجدَان‬: Fi'il mudhari', marfu', dan tanda rafa'nya adalah tsubutun nun (tetap nun)
sebagai ganti dari dhammah, karena kata ini termasuk fi'il-fi'il yang lima.
Dan alif kedua : dhamir muttashil, mabniy atas sukun didalam kedudukan
rafa' - fa'il. Kalimat/ jumlah fi'il fa'il ini menempati kedudukan rafa' - khabar
mubtada.

3. ﴾ ِ‫﴿ أَتَعْجَبِيْنَ مِنْ أَمْرِ أللَّه‬


َ‫ أَتَعْجَبِيْن‬: Hamzah ( ‫ ) أ‬adalah huruf istifham, َ‫ تَعْجَبِيْن‬: fi'il mudhari', marfu', dan tanda rafa'
nya adalah tsubutun nun /tetap nun karena kata ini termasuk fi'il-fi'il yang lima
; dan ya mukhathabah : dhamir muttashil, mabniy atas sukun didalam
kedudukan rafa'-fa'il.
ِ‫ مِنْ أَمْر‬: Kata ْ‫ مِن‬adalah huruf jar, ِ‫ أَمْر‬: isim majrur dengan ْ‫مِن‬, dan tanda jarnya adalah
kasrah dzahir.
ِ‫ اهلل‬: Lafadz jalaalah, mudhaf ilaih, majrur, dan tanda jarnya adalah kasrah dzahir.

4. ﴾ ‫﴿ فَإِنْ لَّمْ تَفْعَلُوْا وَ لَنْ تَفْعَلُوْا‬


ْ‫ فَإِن‬: Fa dii'rab dengan mempertimbangkan kata yang sebelumnya, ْ‫ إِن‬: huruf syarat
dan jazm.
‫ لَمْ تَفْعَلُوْا‬: Kata ْ‫ لَم‬adalah huruf nafiy, jazm dan qalb. ‫ تَفْعَلُوْا‬: fi'il mudhari', majzum dengan
ْ‫لَم‬, dan tanda jazmnya adalah hadzfun nun /buang nun karena termasuk fi'il-
fi'il yang lima, dan wawu penanda jamak : dhamir muttasil, mabniy atas
sukun didalam kedudukan rafa'-fa'il, dan ‫ لَمْ تَفْعَلُوْا‬menempati posisi jazm
dengan ْ‫إِن‬.
‫ وَ لَنْ تَفْعَلُوْا‬: Wawu: Penyela (menyela antara syarat dan jawabnya, yaitu ﴾َ‫﴿ فَاَتَّقُوْا النَّار‬, ْ‫لَن‬:
huruf nafiy dan nashab dan istiqbal (waktu akan datang) . ‫تَفْعَلُوْا‬: fi'il mudhari'
manshub dengan )ْ‫ (لَن‬dan tanda nashabnya buang nun karena dia termasuk
dari fi'il yang lima; wawu jamak: dhamir muttashil mabniy atas sukun pada
posisi rafa' sebagai fa'il.
Mu’rab dengan Huruf Halaman 58

Tabel yang menjelaskan berbagai macam i'rab dan tandanya, serta


keadaan (berlaku)nya pada isim dan fi'il

Jenis I'rab Tanda Pada Isim Pada Fi'il

Isim mufrad, jamak taksir,


Dhammah Fi'il mudhari
dan jamak muannats salim.
Jamak mudzakkar salim,
Wawu
dan isim-isim yang lima.
Rafa'
Alif Mutsanna
Tsubutun
Nun (tetap Fi'il-fi'il yang lima
nun)
Isim mufrad, dan jamak
Fathah Fi'il mudhari
taksir.
Alif Isim-isim yang lima.
Kasrah Jamak muannats salim.
Dhammah
Mutsanna, dan jamak
Ya
mudzakkar salim

Hadzfun Nun
Fi'il-fi'il yang lima
(buang nun)

Isim mufrad, jamak taksir,


Kasrah
dan jamak muannats salim
Isim-isim yang lima,
Jar Ya mutsanna, dan jamak
mudzakkar salim
Tidak digunakan dalam
Fathah
ilmu shorof
Fi'il mudhari yang
Sukun
shohih akhirnya
Membuang Fi'il mudhari yang
Jazm
huruf 'illat mu'tal akhirnya

Hadzfun nun
Fi'il-fi'il yang lima
(buang nun)
Fi’il Halaman 59

Fi’il

Pengarang berkata: Bab Fi'il: fi'il itu ada tiga: madhi, mudhari dan amr. Contoh: َ‫ضَرَب‬,
dan ‫يَضْرِب‬, dan ْ‫ ; اِضْرِب‬maka fi’il madhi difathahkan akhirannya selamanya.
Penjelasan: Fi'il itu dibagi kepada: madhi, mudhari dan amr. Contoh fi'il madhi : َ‫ضَرَب‬
; fi'il mudhari : ‫ ; يَضْرِب‬dan fi'il amr : ْ‫اِضْرِب‬
Tiap-tiap fi'il ini memiliki hukumnya yang khusus.

Pertama : Fi'il Madhi


Hukumnya: selalu mabniy, dan mabniy itu ada tiga keadaan :
1. Mabniy atas Fathah. Jika tidak bersambung dengannya sesuatupun, seperti pada
firman Allah Ta’ala: ﴾ َ‫( ﴿ قَالَ رَبُّك‬Tuhanmu berkata)(1) ; atau bersambung dengannya ta
ta'nits sukun, seperti pada firman Allah Ta’ala: ﴾َ ٌ‫( ﴿ قَالَتْ نَمْلَة‬seekor semut berkata)(2);
atau bersambung dengan alif tatsniyah, seperti pada firman Allah Ta’ala: ِ‫﴿ َوقَالَا احلَمْد لِلَّه‬
﴾ (dan keduanya berkata “segala puji bagi Allah)(3).
2. Mabniy atas Dhammah, yaitu ketika bersambung dengannya wawu jamak,
seperti pada firman Allah Ta’ala: ﴾ ‫( ﴿ َو قَالُوْا سَمِعْنَا‬dan mereka berkata, “kami dengar”)(4)
.
3. Mabniy atas Sukun, yaitu jika bersambung dengan ta fa'il, seperti pada firman
Allah Ta’ala: ﴾ ْ‫( ﴿ مَاقُلْت لَهم‬saya tidak pernah mengatakan kepada mereka)(5); atau (‫)نَا‬
fa'il, seperti pada firman Allah Ta’ala: ﴾ ْ‫( ﴿ وَُقلْنَا لَهم‬dan Kami berkata kepada mereka)(6);
atau nun niswah, seperti pada firman Allah Ta’ala: ﴾ِ‫( ﴿ وَقُلْنَ حٰشَ لِلٰه‬dan mereka berkata,
“Maha sempurna Allah”)(7).
__________________________

(1) QS Al-Baqarah : 30 (2) QS An-Naml: 18 (3) QS An-Naml : 15 (4) QS Al-Baqarah : 285


(5) QS Al-Maidah : 117 (6) QS An-Nisa : 154 (7) QS Yusuf : 31


Faedah faedah dan Catatan-catatan Penting :
1. Diantara ulama nahwu, ada yang berpendapat bahwa fi'il madhi itu mabniy dengan fathah
pada segala keadaannya, akan tetapi fathahnya itu ada kalanya dzahir seperti َ‫ ضَرَب‬atau
muqaddarah litta'adzdzur (karena uzur) seperti ‫ ; رَمَى‬atau litstsiqal (karena berat) seperti
ِ‫ضَرَبت‬/َ‫ ; ضَرَبْت‬atau karena penyesuaian seperti ‫ ضَرَبوْا‬. Pengarang sungguh telah mengikuti
pendapat/madzab ini sebagaimana terlihat pada perkataannya: (‫)املَاضِي مَفْتوْح اآلخِرِ أَبَدًا‬. Fi'il madhi
difathahkan akhirnya selamanya. Akan tetapi yang kami sebutkan dalam syarah (penjelasan)
adalah lebih mudah bagi pemula, karena itu kami telah memilihkan yang demikian.
2. Kata berikut (‫ وَتَوَاصَوْا‬،‫ وَ دَعَوْا‬،‫ )رَمَوا‬adalah fi'il-fi'il madhi, mabniy dengan dhammah muqaddarah,
terlihat pada kitab Jami'uddurus halaman bab 2 halaman 167.
Fi’il Halaman 60

Kedua: Fi'il Amr


Pengarang berkata bahwa fi'il amr itu majzum selamanya.

Penjelasan Fi'il Amr:

Hukumnya: selalu mabniy, dan terdapat empat keadaan :

1. Mabniy atas sukun, jika shahih akhirannya, dan tidak bersambung akhirnya
dengan sesuatupun ataupun bersambung dengannya nun niswah, seperti pada
firman Allah Ta’ala: ﴾ َ‫( ﴿ وَا ْذكُر رَّبَّك‬dan ingatlah Tuhanmu)(1)dan juga ﴾‫( ﴿ وَ اذْكُرنَ مَايتْلَى‬dan
ingatlah apa yang dibacakan)(2).

2. Mabniy atas hadzfu hurufil 'illati (buang huruf 'illat), apabila akhirannya
terdapat huruf 'illat, seperti pada firman Allah Ta’ala: ﴾َ‫( ﴿ٱُدْع إِلَى سَبِيْلِ رَبِّك‬serulah kepada
jalan Tuhanmu)(3), ﴾َ‫( ﴿ٱتَّقِ ٱهلل‬bertaqwalah kepada Allah)(4) dan ﴾ِ‫( ﴿وَ ٱنْهَ عَنِ املُنْكَر‬dan
cegahlah dari yang munkar)(5).

3. Mabniy atas hadzfun nun (buang nun), jika bersambung dengannya alif tatsniyah,
atau wawu jamak, atau ya mukhathabah ; seperti pada firman Allah Ta’ala: ﴾‫﴿ َوكُلَا مِنْهَا‬
(dan makanlah dengannya)(6), ﴾ْ‫( ﴿ ُكلُواْ وَٱشْرَبوا‬makan dan minumlah kalian)(7), dan ‫﴿فَكُلِى‬
﴾‫( وَٱشْرَبِى‬maka makan dan minumlah kamu)(8).

4. Mabniy atas fathah, apabila bersambung dengannya nun taukid, seperti َ‫َن اللٰه‬
َّ ‫اشكر‬.

__________________________

(1) QS Al-Kahfi : 24 (2) QS Al-Ahzab: 34 (3) QS An-Nahl : 125 (4) QS Al-Baqarah: 206
(5) QS Luqman : 17 (6) QS Al-Baqarah : 35 (7) QS Al-Baqarah : 60 (8) QS Maryam : 26


Faedah faedah dan Catatan-catatan Penting :
1. Disini ditolak perkataan Pengarang bahwa "fi'il amr itu majzum", dijawab bahwa
Pengarang memilih pendapat ulama Kufah yang mengatakan bahwa fi'il amr itu
merupakan bagian dari fi'il mudhari yang majzum yang dijazmkan dari mudharinya,
kitab Futuuhaat al-Qayumiyah halaman 89.
2. Haruslah bagi orang yang mengi’rab ketika ia mengi’rab hendaklah mengatakan seperti:
﴾‫ ﴿ وَ اغْفِر ْلَنَا‬maka ْ‫ اِغْفِر‬adalah fi'il yang menunjukkan makna do'a dan tidak dikatakan sebagai
fi'il amr, sebagai bentuk adab.
3. Taukid fi'il amr dengan nun tidak ada didalam al-Qur'an al-Karim. Catatan pada Usluubil
Qur'an bab 1 halaman 17.
Fi’il Halaman 61

Ketiga: Fi'il Mudhari'


Pengarang berkata: Fi'il mudhari' yaitu fi'il yang diawali dengan salah satu huruf
yang empat yang dikumpulkan menjadi (‫)أَنَيت‬. Dia selamanya marfu' sampai dengan
masuknya penashab atau penjazm.

Penjelasan Fi'il Mudhari' (1)

Hukumnya: Terdapat dua hukum ; hukum dengan memperhatikan keadaan


awalnya dan hukum dengan memperhatikan keadaan akhirnya. Pada hukum yang
memperhatikan keadaan awalnya, maka awalannya adalah salah satu dari huruf
yang empat, yaitu hamzah, nun, ya dan ta ; yang jika digabungkan maka disebut
dengan (‫)أَنَيْت‬, contoh: ‫َتقُوم‬ ،‫ َيقُوم‬،‫ َنقُوم‬،‫أَقُوم‬.

Sedangkan yang memperhatikan keadaan akhirnya, maka sebagiannya mabniy dan


sebagian lagi mu'rab ; dan (keadaan) ini lebih banyak.

Adapun yang mabniy ada dua keadaan:


¤ Mabniy dengan sukun, apabila bersambung dengannya nun niswah, seperti pada
firman Allah Ta’ala: ﴾َ‫( ﴿وَ الوَالِدَات يرْضِعْن‬dan para ibu (hendaklah) menyusukan)(2).
¤ Mabniy dengan fathah, apabila bersambung dengannya nun taukid, seperti pada
firman Allah Ta’ala: ﴾َ‫( ﴿لَنخْرِجَنَّك‬sesungguhnya kami akan mengusir kamu)(3).

 Fi'il mudhari' yang mu'rab: Jika tidak bersambung akhirnya dengan nun niswah
atau nun taukid.
Fi'il mudhari' yang mu'rab ada dua bagian: mu'rab dengan harakat dan mu'rab
dengan huruf
 Mu'rab dengan harakat, jika tidak bersambung akhirnya dengan alif tatsniyah
atau wawu jamak atau ya mukhatabah, contoh: ‫يَذهَب‬, dan َ‫يَذهَب‬ ‫لَن‬, dan ْ‫لَم يَذهَب‬
.
 Mu'rab dengan huruf, jika bersambung akhirnya dengan alif tatsniyah atau
wawu jamak atau ya mukhatabah, contoh: َ‫تَذهَبِني‬ , َ‫ يَذهَبون‬, ِ‫ يَذهَبَان‬.
__________________________

1). Dinamakan dengan "mudhari'" karena kesamaannya sebagaimana dengan isim dalam hal
mu'rab, maka mudhari' didalam bahasa yang serupa.
2). QS Al-Baqarah ayat 233
3). QS Al-A'raf ayat 88
Fi’il Halaman 62

* Fi’il-Fi’il yang Bersambung dengan Dhamir dan Huruf


Dhamir-Dhamir Huruf

(ٌ‫)ت َا ُء‬ (‫) َنا‬ Alif Nun Wawu Ya Nun Ta


Fi'il-Fi'il
Fa’il Fa’il Isnain Niswah Jamak Mukhatabah Taukid Ta'nits

Madhi ‫كَتَبْنَا كَتَبْت‬ ‫كَتَبَا‬ َ‫كَتَبْن‬ ‫كَتَبوا‬ ْ‫كَتََبت‬

Mudhari' ِ‫يَكْتبَان‬ َ‫يَكْتبْن‬ َ‫يَكْتبوْن‬ َ‫تَكْتبِيْن‬ َّ‫تَكْتبَن‬

Amr ‫اكْتبَا‬ َ‫اكْتبْن‬ ‫اكْتبوا‬ ْ‫اكْتبِي‬ َّ‫اكْتَبَن‬

* Perbedaan antara Ta Fa’ildan Ta Ta’nits


Ta Fa’il Ta Ta'nits
Dhamir didalam kedudukan rafa' Huruf yang tidak ada
sebagai fa'il kedudukannya di dalam i'rab
Berharakat Sukun

Sebelumnya sukun sebelumnya fathah

ٌmisalٌ:ٌ ُ‫ٌأَنَاٌ َكتَبْت‬ ٌٌٌmisalٌ: ْ‫ِه َيٌ َكتَبَت‬

* Perbedaan antara Nun Niswah dan Nun Taukid


Nun Niswah Nun Taukid
Dhamir didalam kedudukan rafa' Huruf yang tidak ada kedudukannya
sebagai fa'il di dalam i'rab
Berharakat fathah Berharakat fathah dan tasydid

Sebelumnya sukun Sebelumnya fathah

misal : ٌَ‫ال َّطا ِلبَاتُ ٌيَ ْكتُبْن‬ misal : ٌَّ‫ََلٌتَ ْكتُبَن‬


Fi’il Halaman 63

Bagan yang Menjelaskan Hukum-Hukum Fi'il

Madhi mabniy

atas Fathah atas Dhammah atas Sukun

َ‫ذَ َهب‬ ‫ذَهَبوْا‬ ‫ذَهَبْت‬


َ‫ذَهََبت‬ ‫ذَهَبْنَا‬
‫ذَهَبَا‬ َ‫ذَهَبْن‬

Amr Mabniy

Atas
Atas Sukun Atas Fathah
khafadh/kasrah

ْ‫ِاذْ َهب‬ َّ‫ِاذْ هَبَن‬


َ‫ِا ْذهَْبن‬ Buang
huruf illat
Buang Nun

‫اسْعَ ادْع‬ ‫ا ْذهَبوا‬


‫ادْع‬ ‫اذْهَبَا‬
ِ‫ا ْرم‬ ْ‫اذْهَبِي‬

Mudhari

Mu’rab Mabniy

dengan dengan 1. Atas fathah bersama nun


ْ
harakat
‫َب‬
ُ ‫َيذه‬
huruf
َ‫ان يَ ْذ َهب ُْونَ ت َ ْذ َهبِيْن‬ِ َ‫يَ ْذ َهب‬
taukid

َ ‫لَ ْن يَ ْذه‬
‫َب‬ ‫لَ ْن َي ْذ َه َبا َولَ ْن َي ْذ َهب ُْوا َولَ ْن ت َ ْذ َه ِب ْي‬ ‫لَ ت َ ْخ ُر َج َّن‬
ْ‫لَ ْم يَ ْذهَب‬ ‫لَ ْم يَ ْذ َهبَا َو لَ ْم يَ ْذ َهب ُْوا َو لَ ْم تَذْ َه ِب ْي‬ 2. Atas sukun bersama nun
niswah
‫ِي‬
ْ ‫َي ْمش‬ ‫لَ ْم يَ ْم ِش‬
َ‫يَ ْخ ُر ْجن‬
Fi’il Halaman 64

1. ﴾ َ‫ ﴿ قَالَ رَبُّك‬Telah berkata Tuhanmu.


َ‫ قَال‬: Fi’il madhi, mabniy atas fathah .
َ‫ رَبُّك‬: Fa'il, marfu, dan tanda rafa'nya adalah dhammah. Dan kaf adalah dhamir,
mabniy didalam kedudukan jar - mudhaf ilaih.

2. ﴾ِ ‫هلل‬ ‫ ﴿ وَ قَالَا احلَمْد‬Dan dia berkata segala puji bagi Allah.


‫ وَقَالَا‬: Wawu (i'rabnya) tergantung pada (kata) sebelumnya : ‫ ; قَالَا‬fi'il madhi, mabniy
atas fathah ; dan alif kedua adalah dhamir muttashil, mabniy atas sukun didalam
kedudukan rafa' - fa'il.
‫ احلَمْد‬: Mubtada, marfu', dan tanda rafa'nya adalah dhammah.
ِ‫ لِلٰه‬: Lam adalah huruf jar, dan lafadz jalaalah adalah isim majrur, dan tanda jarnya
adalah mengkasrahkan huruf ha' nya. Jar majrur keduanya merupakan khabar
mubtada (khabar ghairu mufrad.)

3. ﴾ ‫ ﴿ وَقَالُوْا سَمِعْنَا‬Dan mereka berkata, "kami mendengar."


‫ قَالُوْا‬: Fi'il madhi, mabniy atas dhammah yang bersambung dengan wawu jamak ;dan
wawu jamak adalah dhamir muttashil, mabniy didalam kedudukan rafa' - fa'il.
‫ سَمِعْنَا‬: Fi'il madhi, mabniy atas sukun yang bersambung dengan )‫ (نا‬sebagai subjek,
dan ‫ نا‬adalah dhamir muttashil, mabniy atas sukun didalam kedudukan rafa' - fa'il.

4. ﴾ ِ‫ ﴿ وَُقلْنَ حَاشَ لِلٰه‬Dan mereka berkata, "Maha sempurna Allah"


َ‫ قُلْن‬: Fi'il madhi, mabniy atas sukun yang bersambung dengan nun muannatsah; dan
nun muannatsah adalah dhamir, mabniy didalam kedudukan rafa' - fa'il.
َ‫ حَاش‬:Isim, mabniy atas fathah didalam kedudukan nashab - maf'ul mutlaq.
ِ‫لِلٰه‬: Lam adalah huruf jar ; dan lafadz jalaalah adalah isim majrur dengan lam, dan
tanda jarnya adalah kasrah.
Fi’il Halaman 65

5. ﴾ َ‫ ﴿ وَ اذْكُر رَّبَّك‬Dan ingatlah Tuhanmu.

ْ ‫اذْكُر‬: Fi'il amr, mabniy atas sukun ; dan fa'il dhamir mustatir tersirat (takdir) nya (َ‫)أَنْت‬.
َ‫ رَبَّك‬: Kata َّ‫ رَب‬: maf'ul bih, manshub, dan tanda nashabnya adalah fathah; dan kaf
dhamir mabniy atas fathah didalam kedudukan jar - mudhaf ilaih.

6. ﴾ ‫ ﴿ وَ اذْكُرْنَ مَا يتْلَٰى‬Dan ingatlah apa yang dibacakan.

َ‫ اذْكُرْن‬: Fi'il amr, mabniy atas sukun dan nun penanda muannats dhamir mabniy atas
fathah didalam kedudukan rafa' - fa'il.
‫ مَا‬: Isim maushul, mabniy atas sukun didalam kedudukan nashab - maf'ul bih.
‫ يتْلَٰى‬: Fi'il mudhari yang berubah bentuk, marfu', dan tanda rafa'nya dhammah
muqaddarah ; dan naibul fa'ilnya dhamir mustatir tersirat (takdir) nya َ‫هو‬. Dan kalimat
fi'il dan naibul fa'il shilah maushul yang tidak berkedudukan di dalam i'rab.

7. ﴾ َ‫ ﴿ اتَّقِ اهلل‬Bertaqwalah kepada Allah.

ِ‫ اتَّق‬: Fi'il amr, mabniy atas hadzfu hurufil 'illati (membuang huruf illat) ; dan fa'il
dhamir mustatir tersirat (takdir) nya adalah (َ‫)أَنْت‬. ِ‫ اهلل‬: Lafadz jalaalah, maf'ul bih,
manshub atas penghormatan, dan tanda nashabnya fathah.

8. ﴾ َ‫ ﴿ اُدْع إِلَى سَبِيْلِ رَبِّك‬Serulah kepada jalan Tuhanmu

‫ ادْع‬: Fi'il amr, mabniy atas hadzfu hurufil 'illati (buang huruf 'illat) ; dan fa’ildhamir
mustatir wajib tersirat (takdir)nya adalah (َ‫)أَنْت‬.
ِ‫ إِلَى سَبِيْل‬: Jar dan majrur, muta'alliq dengan fa'il (‫)ُُادع‬.
َ‫ رَبِّك‬: Kata ِّ‫ رَب‬adalah mudhaf ilaih, majrur, dan tanda jarnya adalah kasrah, dan dia
juga sekaligus mudhaf ; dan kaf adalah dhamir muttashil, mabniy atas fathah
didalam kedudukan jar-mudhaf ilaih.

9. ﴾ِ‫ ﴿ وَانْهَ عَنِ الْمنْكَر‬Dan cegahlah dari yang mungkar

َ‫ انْه‬: Fi'il amr, mabniy atas hadzfu hurufil 'illati (buang huruf 'illat) ; dan fa’ildhamir
mustatir wajib tersirat (takdir)nya adalah (َ‫)أَنْت‬.
ِ‫ عَنِ املُنْكَر‬: Jar dan majrur, muta'alliq dengan fa'il (َ‫)انْه‬.

10. ﴾ ‫ ﴿ وَ كُلَا مِنْهَا‬Dan makanlah darinya

‫ ُكلَا‬:Fi'il amr, mabniy atas hadzfun nun (buang nun) ; dan alif kedua adalah dhamir
muttashil, mabniy didalam kedudukan rafa'-fa'il.
‫ منها‬: Kata ْ‫ مِن‬adalah huruf jar ; dan ‫ ها‬dhamir muttashil, mabniy didalam kedudukan
jar ; serta jar dan majrur adalah muta'alliq dengan fa'il.
Fi’il Halaman 66
11. ﴾ ‫ ﴿ كُلُوْا وَ اشْرَبوْا‬Makan dan minumlah kalian.
‫كُلُوْا‬ : Fi'il amr, mabny atas hadzfun nun (buang nun) ; dan wawu jamak adalah
dhamir muttashil, mabniy atas sukun didalam kedudukan rafa'-fa'il.
‫ وَاشْرَبوْا‬: Wawu adalah huruf 'athaf : ‫اشْرَبوْا‬ ; seperti ‫ كُلُوا‬dalam i'rabnya.

12. ﴾ ْ‫ ﴿ فَكُلِيْ وَ اشْرَبِي‬Maka makanlah dan minumlah (kamu)


‫ فَكُلِي‬: Fa (dii'rab) tergantung pada (kata) sebelumnya : ‫ ; كُلِي‬fi'il amr, mabniy atas
hadzfun nun (buang nun) ; dan ya mukhathabah adalah dhamir muttashil, mabniy
atas sukun didalam kedudukan rafa' - fa'il.
‫ وَاشْرَبِي‬:Wawu adalah huruf 'athaf : ‫ ; اشْرَبوْا‬seperti ‫ كُلِي‬dalam i'rabnya.

13. ﴾ ‫ ﴿ اشْكُرَنَّ اهلل‬Bersyukurlah (sungguh-sungguh, kamu) kepada Allah.


َّ‫ اشْكُرَن‬: Wawu adalah huruf 'athaf : َّ‫اشْكُرَن‬ ,fi'il amr, mabniy atas fathah yang
bersambung dengan nun taukid. Nun taukid : huruf yang tidak berkedudukan
didalam i'rab, fa'il, dhamir mustatir tersirat (takdir)nya adalah.)َ‫(أَنْت‬

‫ اهلل‬: Lafadz jalaalah, manshub atas penghormatan.

14. ﴾ َ‫ ﴿ وَ الوَالِدَات يرْضِ ْعن‬Dan ibu-ibu hendaklah menyusui anak-anaknya


‫الوَالِدَات‬: Mubtada, marfu', dan tanda rafa'nya adalah dhammah.
‫يرْضِعْن‬: Fi'il mudhari, mabniy atas sukun yang bersambung dengan nun penanda
muannats; dan nun penanda muannats adalah dhamir muttashil, mabniy didalam
kedudukan rafa'-fa'il. Dan kalimat fi'il dan fa'il didalam kedudukan rafa'- khabar
mubtada.

15 . ﴾ ‫ ﴿ لَنخْرِجَنَّك‬Sungguh Kami akan mengeluarkanmu

َ ‫ لَنخْرِجَنَّك‬: Lam fakta (penekanan) didalam jawab sumpah yang dihilangkan.


َ‫ نخْرِج‬: fi'il mudhari, mabniy atas fathah yang bersambung dengan nun taukid ; dan
nun taukid adalah huruf yang tidak berkedudukan di dalam i'rab. Fa'il : dhamir
mustatir tersirat. Dan kaf adalah dhamir muttashil, mabniy atas fathah didalam
kedudukan nashab-maf'ul bih.
'Aamil-'aamil Penashab Fi’il Mudhari' Halaman 69

'Aamil-'aamil Penashab Fi’il Mudhari'

Pengarang berkata : 'aamil penashab itu ada sepuluh, yaitu: ْ‫( أَن‬bahwa), ْ‫( لَن‬tidak akan),
ْ‫( إذَن‬kalau begitu), ْ‫( كَي‬supaya), ْ‫ ( لَام كَي‬lam yang artinya supaya), ِ‫ ( لَام الْجحوْد‬lam
pengingkaran), ‫( حَتَّى‬hingga), dan kalimat jawab dengan fa (َ‫ف‬, maka), wawu (َ‫و‬, dan)
dan au (ْ‫أَو‬, atau).

Penjelasan : Tanda asli nashab pada fi’il mudhari' itu adalah fathah, dan tanda
tersebut diganti dengan ‘buang nun’ pada fi'il yang lima.
Fi’il mudhari dinashabkan jika terletak setelah salah satu dari huruf yang sepuluh :
Pertama : ْ‫ أَن‬: seperti pada firman Allah Ta’ala : ﴾ ْ‫( ﴿ يرِيد اللَّه أَنْ يخَفِّفَ عَنْكُم‬Allah hendak
memberi keringanan pada kalian) (1).
Kedua : ْ‫ لَن‬: seperti pada firman Allah Ta’ala :﴾ ‫ ( ﴿ وَلَنْ يخْلِفَ اللَّه وَعْدَه‬padahal Allah
sekali-kali tidak akan menyalahi janji-Nya) (2).
Ketiga : ْ‫ إِذَن‬: seperti perkataanmu : َ‫( إِذَنْ أكْرِمَك‬kalau begitu saya akan
memuliakanmu) ; sebagai jawaban pada orang yang berkata : َ‫" أُرِيْد أنْ أَزوْرَك‬Saya
ingin mengunjungimu."
Keempat : ْ‫كَي‬: seperti pada firman Allah Ta’ala : ﴾ ‫( ﴿ فَرَدَدْنٰه إِلَىٰ أُمِّهِ كَيْ تَقَرَّ عَيْنهَا‬maka kami
kembalikan Musa kepada ibunya,supaya senang hatinya) (3).
Kelima : Lam ta'lil (lam dengan arti supaya) (4): seperti pada firman Allah Ta’ala :
﴾ ِ‫( ﴿ وَأَنْزَلْنَا إِلَيْكَ الذِّكْرَ لِتبَيِّنَ لِلنَّاس‬dan Kami turunkan kepadamu Al Quran, agar kamu
menerangkan pada umat manusia) (5).
Keenam : Lam juhud (lam pengingkaran) (6): yang tandanya didahului (َ‫ )مَا كَان‬atau
(ْ‫ )لَمْ يَكُن‬seperti pada firman Allah Ta’ala:﴾ ْ‫( ﴿ وَمَا كَانَ اللَّه لِيضِيعَ إِميَانَكُم‬dan Allah tidak
akan menyia-nyiakan imanmu) (7);dan seperti pada firman Allah Ta’ala: ِ‫﴿ لَمْ يَكُن‬
﴾ ْ‫( اللَّه لِيَغْفِرَ لَهم‬Allah tidak akan memberi ampunan kepada mereka) (8).
__________________________

(1) QS An-Nisaa ayat 28.


(2) QS Al-Hajj ayat 47.
(3) QS Qashash ayat 13.
(4) Disebut demikian karena ia berfungsi untuk memberikan alasan (ta'lil), yaitu kata yang
setelahnya merupakan alasan dari kata yang sebelumnya. Dan disebut juga dengan َ‫لَام‬
ْ‫كَي‬.
(5) QS An-Nahl ayat 44.
(6) Berkata al-fakih: dinamakan demikian karena keumumannya (sebagai) pengingkaran,
yaitu penafiy. lihat : kitab Al-Kawakib bab 2 halaman 478.
(7) QS Al-Baqarah ayat 143
(8) QS An-Nisaa ayat 137.
'Aamil-'aamil Penashab Fi’il Mudhari' Halaman 70

Ketujuh: ‫حَتَّى‬ (1): seperti pada firman Allah Ta’ala: ﴾ ‫( ﴿ وَاصْبِرْ حَتَّىٰ يَحْكُمَ اللَّه‬dan bersabarlah
(kamu) hingga Allah memberi keputusan) (2).
Kedelapan : fa' sababiyyah (3): yang terletak pada jawaban penyangkalan/penafian atau
permintaan/perintah (4).
Contoh pada firman Allah Ta’ala: ﴾ ‫ ( ﴿ وَاصْبِرْ حَتَّىٰ يَحْكُمَ اللَّه‬mereka tidak dibinasakan hingga
mereka mati ). (5)
Dan adapun pada jawaban permintaan, contoh: َ‫( تَعَلَّمِ العِلْمَ فَيَْنفَعَك‬pelajarilah ilmu niscaya
ia akan memberi manfaat padamu ).
Kesembilan : Wawu ma'iyyah (6): yang terletak pada jawaban penyangkalan/penafian
atau permintaan/perintah.
Contoh penyangkalan seperti pada perkataanmu: ‫( لَا نَنْهَى عَنْ خلُقٍ وَنَأِْتيَ مِثْلَه‬kami tidak
mencegah penciptaan dan kami datangkan yang semisalnya).
Dan contoh permintaan seperti pada perkataanmu :َ‫( زرْنِي وَأُكْرِمَك‬kunjungi saya dan saya
muliakan anda).
Kesepuluh : (ْ‫ )أَو‬: yang bermakna kecuali (َّ‫ )إِل‬atau ke (‫)إِلَى‬. Misalkan : ‫اِضْرِبِ املُذنِبَ أَوْ يَتوْب‬
(pukullah orang yang berdosa atau ia bertaubat). Artinya kecuali (َّ‫ )إِل‬dia bertaubat,
atau ke (‫ )إِلَى‬dia bertaubat (maknanya hingga dia bertaubat).
Ini adalah pendapat Ibnu Ajurrum mengikuti pendapat orang-orang Kuffah, bahwa
sepuluh ini semuanya penashab bagi fi'il mudhari'. Dan pendapat orang-orang Bashrah dan
sekelompok muhaqqiqin /peneliti (7), bahwa penashab bagi mudhari' itu adalah empat yang
pertama saja, yaitu: ْ‫( أَن‬bahwa), ْ‫( لَن‬tidak akan), ْ‫( إِذَن‬kalau begitu), dan ْ‫( كَي‬supaya).
Adapun selebihnya – yang enam – maka yang menashabkan adalah yang setelahnya,
dengan ‫ أ َ ْن‬muqaddarah jawazan atau muqaddarah wujuban. Jawazan adalah setelah lam ta'lil (8),
dan wujuban setelah yang lainnya.

__________________________
(1) Kata ‫ حَتَّى‬adalah huruf ghayah/tujuan dan ta’lil ; dia menjadi ghayah yaitu ketika untuk bagian akhir
/penghabisan, dan bila dia bermakna ‫( إِلَى‬ke/sampai), seperti pada firman Allah Ta’ala ﴾ ‫وَكُلُوا وَاشْرَبوا‬
ِ‫( ﴿ حَتَّىٰ يَتَبَيَّنَ لَكُم الْخَيْطُ اْلأَبْيَض مِنَ الْخَيْطِ الْأَ ْسوَدِ مِنَ الْفَجْر‬dan makan minumlah hingga terang bagimu benang putih
dari benang hitam, yaitu fajar). Dan sebagai ta’lil apabila bermakna ْ‫( كَي‬supaya), contoh: ‫أَسْلَمَ حَتَّى‬
َ‫( َتدْخلَ اجلَنَّة‬ia islam sehingga ia akan masuk surga) . Umumnya (kata ini) digunakan sebagai huruf
ghayah. Dilihat di al-Kawabib bab 3 halaman 479.
(2) QS Yunus ayat 109.
(3) Fa sababiyyah, yaitu fa yang berfungsi sebagai sebab dan ia berfaedah bagi kata yang sebelumnya
sebagai sebab untuk kata (yang disebut) setelahnya.
(4) Permintaan dengan perintah, do’a, larangan, pertanyaan, usul (proposal), dorongan/anjuran,
angan-angan dan harapan. (5) QS Fathir ayat 36.
(6) Wawu ma’iyyah, yaitu wawu yang berfungsi untuk kebersamaan dan ia menyertai, berguna
untuk kata yang sebelumnya menyertai kata yang setelahnya.
(7) Di antaranya Ibnu Malik dan Ibnu Hisyam. Dilihat di At-Tashrih bab 2 halaman 357.
(8) Karena boleh menampakkannya, seperti pada firman Allah Ta’ala: ﴾ َ‫( ﴿ وَأُمِرْت ِلأَنْ أَكُونَ أَوَّلَ الْمسِْلمِني‬dan
saya diperintahkan supaya menjadi orang yang pertama-tama berserah diri).
'Aamil-'aamil Penashab Fi’il Mudhari' Halaman 71

Contoh-contoh fi’il mudhari’ yang manshub dengan ْ‫ أَن‬dhamir wujuban:


Setelah ‫ حَتَّى‬: َ‫( لَا تَأْكُلْ حَتَّى تَجوْع‬janganlah kamu makan hingga kamu lapar), َ‫لَا تَدْخلْ حَتَّى يؤْذَنَ لَك‬
(janganlah kamu masuk hingga diijinkan).
Setelah fa’ sababiyyah : َ‫( لَا تهْمِلْ فَتَنْدَم‬janganlah kamu lalai maka kamu akan menyesal), ‫لَيْتَ لِي مَالًا‬
ِ‫( َفأَحجَّ بِه‬seandainya saya punya harta maka saya akan berhaji dengannya).
Setelah Au (ْ‫ )أَو‬: َ‫( لَأَنْتَظِرَنَّ زَيْدًا اَوْ يَجِيْئ‬sungguh saya akan menunggu Zaid hingga dia datang), َّ‫لَأَسْتَسْهِلَن‬
‫( الصَّعْبَ أَوْ أُدْرِكَ الْمنَى‬sungguh saya akan mempermudah kesulitan hingga saya mencapai cita-cita).
Setelah lam juhud : ‫( مَاكُنْت لِأُخْلِفَ الوَعْد‬saya tidak akan mengingkari janji), َ‫( وَلَمْ أَكُنْ لِأَنْقُضَ العَهْد‬dan saya
tidak akan pernah melanggar janji).
Setelah wawu ma’iyyah : ‫( لَا تَأَمرْ بِاصِّدْقِ وَ تكَذِّب‬janganlah kamu menyuruh jujur sedangkan kamu
berdusta), َ‫( لَاتَأْكُلِ السَّمَكَ وَتَشْرَبَ اللَّبَن‬janganlah kamu makan ikan bersamaan minum susu).
__________________________

Faedah-faedah dan Catatan-catatan Penting:


1. An )ْ‫ (أَن‬adalah huruf mashdar, nashab dan istiqbal. Huruf mashdar; karena ia mentakwil yakni ْ‫أَن‬
bersama i’il yang ada setelahnya menjelaskan dengan mashdar, maka makna )َ‫ (أُرِيْد أَنْ أَزوْرَ الصَّدِيْق‬sama
dengan )‫( (أُرِيْد زِيَارَتَه‬saya ingin mengunjunginya). Dinamakan huruf istiqbal, karena ia )ْ‫ ( أَن‬di awal fi’il
mudhari’ menjadikan fi’il mudhari’ tersebut hanya untuk zaman mustaqbal (yang akan datang)
saja, yang asalnya fi'il mudhari' itu bisa untuk menunjukkan hal (saat ini) dan bisa juga untuk
menunjukkan waktu yang akan datang (istiqbal). Dan begitu juga huruf-huruf penashab yang lain
dihukumi sama. Dilihat di kitab Qawaidu al asasiyah halaman 337.
2. Lan : )ْ‫ (لَن‬adalah huruf nafiy, nashab dan istiqbal, bukan sebagai penafiyan selamanya.Imam
Zamakhsyari beranggapan bahwa )‫ (لن‬itu bermakna/berfungsi sebagai ta'bid (untuk selamanya).
Ibnu Hisyam mengatakan : “ini adalah dakwaan/tuduhan tanpa bukti”. Dan Ibnu Malik
mengatakan: “Yang membawakan makna selamanya dengan i’tiqad (keyakinan)nya pada ْ‫﴿لَن‬
﴾‫(َترَىٰنِى‬kamu tidak akan dapat melihat-Ku) ; bahwasanya Allah tidak dapat dilihat. Maka ia
(pengertian selama-lamanya) adalah batal (tidak dapat digunakan). Firman Allah Ta’ala ٍ‫﴿وجوْه َّيوْمَئِذ‬
﴾ )٢٣(ٌ‫) إِلٰى رَبِّهَا نَاظِرَة‬٢٢( ٌ‫( نَّاضِرَة‬wajah-wajah (orang-orang mukmin) pada hari itu berseri-seri. Kepada
Tuhannyalah mereka melihat). Dan telah tetap pada hadits:»ْ‫( « إِنَّ ُكمْ سَتَ َروْنَ رَبَّ ُكم‬sungguh kalian akan
melihat Rabb kalian) yang konsisten dengan pernyataan itu. Adapun contoh pada firman Allah
Ta’ala ﴾‫( ﴿لَنْ يَخْلُقُوا ْذُبَـابًا‬sekali-kali mereka tidak dapat menciptakan seekor lalat pun). Maka difahami
bahwa abadinya tidak dari kata )‫ (لَن‬tetapi sungguh hanyalah dari dalil-dalil . Dilihat di kitab Syarah
Aththahawiyah bab 1 halaman 174, dan kitab Almughniy allabib halaman 374, dan kitab Attashrih
bab 2 halaman 357.
3. Kay : )ْ‫ (كَي‬Huruf mashdar, nashab dan istiqbal, misal )ْ‫ (أَن‬dan disyaratkan padanya agar didahului
dengan lam ta’lil baik secara lafadz ataupun taqdir. Secara lafadz misal )َ‫ (جِئْت لِكَيْ أَ ْقرَأ‬: atau secara
taqdir missal )َ‫ (جِئْت كَ ْي أَقْرَأ‬: Syarah Mula‘isham atas kitab al-aajurumiyah halaman 47.
4. Idzan : )ْ‫ (إِذَن‬Huruf jawab dan jaza’, terdapat dalam alqur’an huruf jawab bukan penashab, dan
ditulis nunnya dengan alif dan supaya menyerupai ْ‫ِإذَن‬ diharakati dengan mentanwinkan
manshubya seperti firman Allah Ta’ala ﴾َ‫( ﴿وَِإذًا لَّا يَلْبَثُوْن‬dan kalau terjadi demikian). Dan hanya menjadi
penashab dengan tiga syarat: Pertama: terjadi di awal kalam ; Kedua: pada fi’il yang ada setelahnya
menjadi mustaqbal ; Ketiga: tidak terpisah diantara keduanya dengan pemisah selain qasam atau
la nafiyah . Dilihat di Syarah Alkafiyah bab 2 halaman 118 dan Al-Mughniy halaman 31.
'Aamil-'aamil Penashab Fi’il Mudhari' Halaman 72

Bagan Posisi 'Aamil-'Aamil Penashab Fi'il Mudhari


beserta Contohnya

'Amil-'amil penashab fi'il mudhari' :

ْ‫ أَن‬، ْ‫ ِإذَن‬، ْ‫ كَي‬، ْ‫لَن‬

Dhamir (tersembunyi) Dzahir (nampak)

َ‫ي ْعجِبنِيْ أَنْ تَقْرَأ‬

Jawaazan (boleh/mungkin) Wujuuban (wajib)


Setelah lam ta'lil : 1. Setelah lam juhud : ْ‫مَا كُنْتَ لِتَفْهَمَ مَقَالَتِي‬
َ‫اِقْرَأْ لِتَسْتَفِيْد‬. 2. Setelah ‫ حَتَّى‬:َ‫اِقْرَأْ حَتَّى تَسْتَفِيْد‬
3. Setelah fa' sababiyyah: َ‫زرْنِيْ فَأُكْرِمَك‬
4. Setelah wawu ma'iyyah: َ‫زرْنِيْ فَأُكْرِمَك‬
5. Setelah ‫ أو‬: َ‫لَأُقَاتِلُنَّ الْكَافِ َر أَوْ يسْلِم‬
'Aamil-'aamil Penashab Fi’il Mudhari' Halaman 73

I'rab:

1. ﴾ ‫( ﴿ وَلَنْ يخْلِفَ اللَّه وَعْدَه‬dan Allah tidak akan menyalahi janji-Nya).


ْ‫وَلَن‬: Wawu tergantung pada apa yang mendahuluinya, dan ْ‫ لَن‬huruf Nafi dan nashib
dan Istiqbal.
َ‫يخْلِف‬: Fi'il mudhari, manshub, dan tanda nashabnya dengan fathah dzahir
diakhirannya.
ُ‫اهلل‬: Fa’ilmarfu, dan tanda rafanya dengan dhammah dzahir diakhirannya.
‫وَعْدَه‬: Maf'ul bih, manshub, dan tanda nashabnya adalah fathah, dan ha (‫ )ه‬adalah
dhammir, mabniy didalam kedudukan jar sebagai mudhaf ilaih.

2. ﴾ ‫( ﴿ كَيْ تَقَرَّ عَيْنهَا‬agar matanya sejuk).


ْ‫كَي‬: Huruf masdhar , nashab dan istiqbal.
َّ‫ تَقَر‬: Fi’il mudhari masnshub dengan (‫ )كَي‬dan tandanya nashab dengan fathah.
‫ عَيْنهَا‬: Fa'il, marfu', dan tanda rafa'nya adalah dhammah, dia juga sekaligus mudhaf ;
dan ha (‫ )ه‬adalah dhammir muttasil, mabniy didalam kedudukan jar sebagai mudhaf
ilaih. Mashdar muawwal (ْ‫ )كَي‬dan kata yang sesudahnya didalam kedudukan jar
terhadap lam muqaddarah. ْ‫أَي‬: maka ditentukan dengan yang setara dengannya.

3. ﴾ َ ‫( ﴿ يرِيد اللَّه أَنْ ي‬Allah hendak memberikan keringanan kepada kalian).


ْ‫خفِّفَ عَنْكُم‬
‫يرِيد‬: Fi'il mudhari', marfu', dan tanda rafa'nya adalah dhammah dzahir diakhirannya.
‫ اللَّه‬: Fa'il, marfu', dan tanda rafa'nya adalah dhammah dzahir diakhirannya.
ْ‫ أَن‬: Huruf masdhar dan nashab dan istiqbal..
َ‫يخَفِّف‬: Fi'il mudhari', manshub dengan ْ‫أَن‬, dan tanda nashabnya adalah fathah dzahir
; dan mashdar muawwal ( ْ‫ ) أَن‬dan kata yang sesudahnya didalam kedudukan nashab
sebagai maf'ul bih.
ْ‫عَنْكُم‬: )ْ‫ (عَن‬Huruf ‫ َعن‬adalah huruf jar ; kaf adalah dhammir muttashil, mabniy atas
dhammah didalam kedudukan jar dengan huruf jar. Jar dan majrur berhubungan
َ ‫)ي َُخ َّف‬.
dengan fa'il (‫ف‬
'Aamil-'aamil Penashab Fi’il Mudhari' Halaman 74

4. ﴾ ِ‫( ﴿ وَأَنْزَلْنَا إِلَيْكَ الذِّكْرَ لِتبَيِّنَ لِلنَّاس‬dan Kami turunkan kepadamu Al Qur'an agar kamu
menerangkan kepada manusia).
‫وَأَنْزَلْنَا‬: Wawu tergantung pada apa yang mendahuluinya. َ‫ أَنْزَل‬: fi'il madhi, mabniy atas
sukun, dan ‫ نَا‬adalah dhamir muttashil mabniy atas sukun pada posisi rafa' sebagai
fa'il.
َ‫ إِلَيْك‬:Huruf ‫ إِلَى‬adalah huruf jar ; dan kaf adalah dhamir muttashil, mabniy atas fathah
didalam kedudukan jar terhadap huruf jar ; jar dan majrur berhubungan dengan fa'il
(‫)أَنْزَلنَا‬.
َ‫ الذِّكْر‬: Maf'ul bih, manshub, dan tanda nashabnya adalah fathah dzahir.
َ‫ لَتبَيِّن‬: Huruf lam adalah lam ta'lil ; َ‫ تبَيِّن‬adalah fi'il mudhari', manshub dengan ‫ أن‬yang
dibolehkan tersembunyi setelah lam ta'lil.
ِ‫ لِلنَّاس‬: Huruf lam adalah huruf jar ; ِ‫ الناس‬adalah isim majrur dengan lam, dan tanda
jarnya adalah kasrah dzahir ; jar dan majrur berhubungan dengan fa'il (َ‫)تبَيِّن‬.

5. ﴾ ْ‫( ﴿ وَمَا كَانَ اللَّه لِيضِيعَ إِميَانَكُم‬dan Allah tidak akan menyia-nyiakan imanmu).
َ ‫ مَا كَان‬: Kata ‫ ما‬: naafiyah (penafian /peniadaan), َ‫ كَان‬: fi'il madhi, naasikh (perusak)
yang merafa'kan isim dan menashabkan khabar.
ُ‫ اهلل‬: Lafadz jalaalah : isim kaana, marfu', dan tanda rafa'nya adalah dhammah dzahir.
َ‫ لِيضِيْع‬: Huruf lam adalah lam juhuud (penyangkalan), َ‫ يضِيْع‬: fi'il mudhari', manshub
dengan ‫ أن‬yang wajib tersembunyi setelah lam juhuud, dan fa'il adalah dhamir
mustatir wajib tersiratnya adalah َ‫هو‬, dan khabar kaana dihilangkan.
ْ‫ إيْمَانَكُم‬: Maf'ul bih, manshub, dan tanda nashabnya adalah fathah ; dan kaf adalah
dhamir, mabniy didalam kedudukan jar sebagai mudhaf ilaih ; dan mim untuk
(penanda) jamak.

6. ﴾ ‫( ﴿ وَاصْبِرْ حَتَّىٰ يَحْكُمَ اللَّه‬dan bersabarlah hingga Allah memberi keputusan).


ْ‫ اصْبِر‬: Fi'il amr, mabniy atas sukun ; dan fa'il nya adalah dhamir mustatir wajib
taqdirnya adalah َ‫أَنْت‬.
‫ حَتَّى‬: Huruf ghooyat.
َ‫ يَحْكُم‬: Fi'il mudhari', manshub dengan ‫ أن‬wajib tersembunyi setelah ‫حَتَّى‬.
‫ اللٰه‬: Lafadz jalaalah, fa'il, marfu', dan tanda rafa'nya adalah dhammah.
َ‫يخْلِف‬: Fi'il mudhari, manshub, dan tanda nashabnya dengan fathah dzahir
diakhirannya.
ُ‫اهلل‬: Fa’ilmarfu, dan tanda rafanya dengan dhammah dzahir diakhirannya.
'Aamil-'aamil Penashab Fi’il Mudhari' Halaman 75

7. ﴾ ‫( ﴿ لَا يقْضَىٰ عَلَيْهِمْ فَيَموتوا‬tidak diputuskan atas mereka lalu mereka mati).
‫ لَا يقْضَٰى‬:Huruf َ‫ ل‬adalah huruf nafi, dan ‫يقْضَى‬: fi'il mudhari' yang bentuknya
bermodifikasi, marfu', dan tanda rafa'nya adalah dhammah muqaddarah.
ْ‫ عَلَيْهِم‬: Kata ‫ عَلَى‬adalah huruf jar, dan ha adalah dhamir muttashil, mabniy atas sukun
; jar dan majrur didalam kedudukan rafa' sebagai na'ibul fa'il.
ْ‫ فَيَموْتوا‬: Fa adalah fa sababiyyah, ْ‫ يَموْتوا‬: fi'il mudhari', manshub dengan ‫ أن‬yang wajib
tersembunyi setelah fa sababiyyah, dan tanda nashabnya adalah hadzfun nun (buang
nun) karena dia termasuk dalam fi'il-fi'il yang lima. Wawu jamak adalah dhamir
muttashil, mabniy atas sukun didalam kedudukan rafa' sebagai fa'il.

8. َ‫فَيَنْ َفعَك‬ َ‫تَعَلَّمِ العِلْم‬ (pelajarilah ilmu maka anda akan beruntung).
ِ‫ تَعَلَّم‬: Fi'il amr, mabniy atas sukun, dan kasrah karena pertemuan dua sukun ; fa'ilnya
dhamir mustatir (tersirat).
َ‫العِلْم‬: Maf'ul bih, manshub, dan tanda nashabnya adalah fathah dzahir (yang nampak)
pada akhirnya.
َ‫فَيَنْفَعَك‬: Fa adalah sababiyah (penyebab), َ‫يَنْفَع‬: fi'il mudhari', manshub dengan ‫ أن‬yang
wajib tersembunyi ; dan kaf adalah dhamir muttashil, mabniy didalam kedudukan
nashab sebagai maf'ul bih ; dan fa'ilnya adalah dhamir mustatir yang jelas takdirnya
adalah َ‫هو‬.

9. َ‫( زرْنِيْ وَ أُكْرِمك‬kunjungilah saya dan saya akan memuliakanmu).


ْ‫ زرْنِي‬: Fi'il amr, mabniy atas sukun ; dan fa'ilnya adalah dhamir mustatir ; nun untuk
penyeimbang ; dan ya adalah dhamir muttashil, mabniy atas sukun didalam
kedudukan nashab sebagai maf'ul bih.
َ‫ َو أُكْرِمك‬: Wawu adalah wawu maiyyah ; fi'il mudhari', manshub dengan ‫ أن‬yang wajib
tersembunyi ; dan fa'ilnya adalah dhamir mustatir wajib taqdirnya adalah ‫ ; أنا‬dan kaf
adalah dhamir, mabniy didalam kedudukan nashab sebagai maf'ul bih.

10. ‫( اِضْرِبِ اْملُذْنِبَ أَوْ يَتوْب‬pukullah orang berdosa atau bertaubat).


َ‫ اِضْرِبِ اْملُذْنِب‬: I'rabnya seperti pada َ‫( تَعَلَّمِ العِلْم‬di no 8).
ْ‫ أَو‬: Huruf athaf, dengan makna kecuali (‫ )إل‬atau ke (‫)إىل‬.
‫ يَتوْب‬: Fi'il mudhari, manshub dengan ‫ أن‬yang wajib tersembunyi , dan fa'ilnya adalah
dhamir mustatir.
'Aamil-'aamil Penjazm Fi’il Mudhari' Halaman 77

'Aamil-'Aamil Penjazm Fi’il Mudhari’

Pengarang berkata: 'aamil-'aamil jazm ada 18, yaitu: ْ‫( لَم‬tidak), ‫( لَمَّا‬belum), ْ‫أَلَم‬
(tidakkah?), ‫( أَلَمَّا‬belumkah?), ‫( لَام األَمْرِ وَالدُّعاَء‬lam untuk perintah dan permohonan), ِ‫( لَا فِي النَّهْىِ وَالدُّعَاء‬
laa untuk larangan dan permohonan), ْ‫( إِن‬jika), ‫( مَا‬apa), ْ‫( مَن‬siapa), ‫( مَهْمَا‬apapun), ‫( إِذْمَا‬kalau), ‫أَي‬
(yang mana), ‫( مَتَى‬kapan), َ‫( أَيَّان‬dimana), َ‫( أَيْن‬dimana), ‫( أَنَّى‬bagaimana), ‫( حَيْثُمَا‬dimanapun), ‫كَْيفَمَا‬
(bagaimanapun), dan ‫( إِذَا‬jika) pada sya'ir.

Penjelasan: Setelah Pengarang rahimahullah menyelesaikan pembahasan 'aamil-


'aamil nashab, maka ia memulai pembahasan 'aamil-'aamil jazm.
Asalnya didalam bentuk jazm fi'il mudhari' adalah sukun, dan berubah menjadi buang nun
pada fi'il-fi'il yang lima, dan buang huruf 'illat pada fi'il yang mu'tal pada akhirannya, dan ia
(fi'il) dijazmkan jika salah satu dari 'aamil-'aamil jazm mendahuluinya.
'Aamil jazm ada dua bagian:
1. Yang menjazmkan satu fi'il, yaitu: ْ‫لَم‬, ‫لَمَّا‬, ‫لَام ا َألمْرِ َو الدُّعاَء‬, dan ِ‫ لَا فِي النَّهْىِ وَالدُّعَاء‬. (1)
2. Yang menjazmkan dua fi'il, yaitu sisanya.

Pertama: Yang menjazmkan satu fi'il, yaitu:


Huruf ْ‫ لَم‬: yaitu huruf nafiy, jazm dan qalb, seperti pada firman Allah Ta’ala: ﴾ ْ‫لَمْ يَـلِدْ وَ لَم‬
ْ‫( ﴿ يولَـد‬Dia (Allah) tidak beranak dan tidak diperanakkan).
Dan ‫لَمَّا‬: yaitu huruf nafiy, jazm dan qalb (2), seperti pada firman Allah Ta’ala : ﴾ ْ‫لَمَّا يَلْحَقُوا بِهِم‬
﴿ (Mereka (suatu kaum) belum bertemu dengan kaum yang lain) (3)
Dan ِ‫ لَام األَمْر‬yaitu yang diminta dengannya suatu perbuatan, seperti pada firman Allah
Ta’ala: ﴾ ٍ‫( ﴿ لِينْفِقْ ذُوْ سَعَة‬hendaklah orang yang mempunyai keluasan memberi nafkah) (4),
dan membuat do'a yang berupa permintaan kepada Allah, seperti pada firman Allah
Ta’ala: ﴾ َ‫( ﴿لِيَقْضِ عَلَيْهَا رَبُّك‬hendaklah Tuhanmu mengakhiri kami) (5).
Dan ُ‫ لَاالنَاهِيَة‬yaitu yang diminta dengannya untuk meninggalkan suatu perbuatan, seperti
pada firman Allah Ta’ala ﴾ ْ‫( ﴿لَا تَحْــزَن‬janganlah kamu bersedih) (6); dan ada untuk doa,
seperti pada firman Allah Ta’ala : ﴾‫( ﴿ رَبَّنَـا لَا تؤَاخِذْنَـآ‬ya Tuhan kami, janganlah Anda
menghukum kami) (7)

__________________________
(1) Adapun (ْ‫ أَلَم‬dan ‫ )أَلَمَّا‬maka asalnya adalah (ْ‫ لَم‬dan ‫)لَمَّا‬, dan ditambahkan hamzah istifham pada
keduanya.
(2) Contohnya adalah (ْ‫)َلم‬, yang memisahkannya didalam sebagian perkara, melaluinya: terdapat
penyangkalan dengannya dan mengharapkan hasilnya.
(3) QS Al-Jumu'ah ayat 3 (4) QS Aţ-Ţalāq ayat 7 (5) QS Az-Zukhruf ayat 77
(6) QS At-Taubah ayat 40 (7) QS Al-Baqarah ayat 286
* Perkataan Pengarang: Lam untuk perintah dan doa, dan Laa untuk larangan dan doa merupakan
isyarat - yang menunjukkan dua perangkat bersama Allah Ta’ala - yang tidak menjadi tepat sekalipun
merupakan doa, karena Allah tidak diperintah dan juga tidak dilarang. Dan bila digunakan untuk
selain Allah, bila dari yang lebih dekat kepada yang lebih tinggi, maka kami namakan keduanya
sebagai "permintaan" bukan "doa". Dilihat di Syarah Ibnu 'Utsaimin pada al Aajurumiyah, dan juga
syarahnya pada ilmu 'ushul.
'Aamil-'aamil Penjazm Fi’il Mudhari' Halaman 78
Kedua : Yang menjazmkan dua fi'il

Fi'il pertama disebut sebagai fi'il syarat dan (fi'il) kedua disebut jawab syarat dan
balasannya. Dan kata-kata (yang menjazmkan) tersebut adalah : ْ‫( إِن‬jika), ‫( مَا‬apa), ْ‫مَن‬
(siapa), ‫( َمهْمَا‬apapun), ‫( إِذْمَا‬jika), ‫( أَي‬mana saja), ‫( مَتَى‬kapan), َ‫( أَيَّان‬kapan), َ‫( أَيْن‬dimana), ‫أَنَّى‬
(bagaimana), dan ‫( حَيْثُمَا‬dimanapun).

Huruf (‫ )إِن‬seperti pada firman Allah Ta’ala: ﴾ ‫( ﴿ إِنْ يَشَأْ يذْحِبْكُم‬jika Dia menghendaki
niscaya Dia memusnahkan kalian) (1). Dan (‫)مَا‬, seperti pada firman Allah Ta’ala : ‫﴿وَمَا‬
﴾‫(تَفْعَلُوْا مِنْ خَيْرٍ يَعْلَمْه اللٰه‬dan apa saja yang kamu kerjakan niscaya Allah mengetahuinya) (2).
Dan (ْ‫)مَن‬, seperti pada firman Allah Ta’ala : ﴾ ‫( ﴿ وَ مَنْ يَتَّقِ اللٰهَ يَجْعَلْ لَه مَخْرَجًا‬dan barang siapa
yang bertakwa kepada Allah niscaya Allah akan berikan jalan keluar)(3). Dan (‫) َمهْمَا‬
seperti pada perkataanmu : ْ‫( مَهْمَا يحَاوِلِ املُبْطِلُوْنَ طَمْسَ احلَقِيْقَةِ تَظْهَر‬apapun upaya para pelaku
kebathilan untuk menghilangkan kebenaran, niscaya kebenaran akan nampak). Dan
(‫ )إِذْمَا‬seperti pada perkataanmu : ْ‫( إِذْمَا تَقُمْ أَقُم‬jika anda berdiri maka saya berdiri). Dan (‫)أَي‬
seperti pada perkataanmu : ْ‫( َأيُّ طَالِبٍ يَجْتَهِدْ يَتَقَدَّم‬pelajar mana saja yang berusaha keras
maka dia akan maju). Dan (‫)مَتَى‬, seperti pada perkataanmu : َ‫مَتَى يَصْلُحْ قَلْبكَ جَوَارِحك‬
(kapanpun hatimu baik, anggota-anggota tubuhmu baik). Dan (َ‫)اَياَّن‬, seperti pada
perkataanmu : َ‫( اَياَّنَ تطِعِ اَهللَ يعِنْك‬kapanpun anda menaati Allah, Ia akan menolongmu). Dan
(َ‫) أَيْن‬, seperti pada firman Allah Ta’ala : ﴾‫( ﴿أَيْنَمَا تَكُوْنوْا يدْرِككُّمْ املَوْت‬dimanapun kalian berada,
kematian akan mendapatkan kalian) (4). Dan (‫)أَنَّى‬, contoh : ْ‫( أنَّى يَجْلِسِ اْلعَاِملُ يحَتَرَم‬bagaimana
orang berilmu duduk, dia dihargai). Dan (‫)حَيْثُمَا‬, contoh : ْ‫( حَيْثُمَا تَسْتَقِمْ تفْلِح‬dimanapun kamu
bersikap lurus [berkelakuan baik], kamu berhasil).

Al-Mushonnif sang pengarang mengingatkan didalam 'aamil-'aamil jazm,


tentang (‫)كَيْفَمَا‬, contoh : ‫( كَيْفَمَا تَفْعَلْ أفْعَل‬bagaimanapun kamu mengerjakan, saya
mengerjakan), menurut orang-orang Kuffah.

Dan boleh dijazmkan dengan (‫ )إِذَا‬didalam kebutuhan (pemakaiannya pada) syair,


seperti perkataan di dalam syair (5) : ... ِ‫( وَاِذَا تصِبْكَ خَصَاصَةٌ فَتَجَمَّل‬dan jika kamu dijaga dalam
kemiskinan maka berhiaslah).*

__________________________
(1) QS an-Nisā' ayat 133 (2) QS al-Baqarah ayat 197
(3) QS ath-Tholāq ayat 2 (4) QS an-Nisā' ayat 78
(5) Bait ciptaan abdul qais, dan permulaannya : "dan mintalah kecukupan selama kamu
dicukupi oleh Tuhanmu dengan kekayaan-Nya", dan kutipan dalam bait itu adalah : (‫)إِذَا‬,
dimana anda menjazmkan dalam keadaan darurat untuk sya'ir (َ‫ )تصِبْك‬. Dan makna dari
‫ اخلَصَاصَة‬: kefakiran Dan ‫ تَجَمَّل‬: maksudnya : jangan menunjukan kehinaan dan kemiskinan
pada dirimu.
'Aamil-'aamil Penjazm Fi’il Mudhari' Halaman 79

Bagan yang Menjelaskan 'Aamil Penjazm Fi'il Mudhari' Beserta Contoh

'Aamil Penjazm

Yang menjazmkan satu fi'il Yang menjazmkan dua fi'il


|ِ‫| لَمْ| لَمَّا| لَام األَمْرِ| لَ النَّاهِيَة‬ |‫|إِنْ| مَا| مَنْ| مَهْمَا‬
• ‫َلمْ يهْمِلْ زَيْد دَرْسَه‬ |َ‫| إِذْمَا|أَي | مَتَى| أَيَّان‬
Zaid tidak melalaikan pelajarannya |‫| أَيْنَ| أَنَّى| حَيْثُمَا| كَيْفَمَا‬
• ْ‫زَيْد بَدَأَ الدَّرْسَ وَ لَمَّا يَحْضر‬ • َ‫إِنْ تَحْتَرِمْ إِخْوَانَكَ يَحْتَرِموْك‬.
Pelajaran telah dimulai Jika kamu menghormati saudaramu mereka akan menghormatimu
dan Zaid belum datang • ْ‫فَلْيَقُلْ خَيْرًا أَوْ لَيَصْمت‬
Maka hendaklah ia berkata yang baik atau ia diam
• ِ‫لَاتؤَخِّرْ عَمَلَ اليَوْمِ إِلَى الغَد‬
Janganlah menunda amalan hari ini sampai besok
• ِ‫مَا تَفْعَلْ مِنْ شَيْءٍ تحَاسِب عَلَيْه‬.
Apa yang kamu lakukan terhadap sesuatu, kamu bertanggung jawab atasnya
• ‫مَنْ يَعْمَلْ خَيْرًا يلْقِ خَيْرًا‬.
Siapa yang mengerjakan kebaikan, akan menerima kebaikan
•.ِ‫مَهماَ تَبْطَن يظْهِرْ مَعَ الْأَياََّم‬.
Apapun yang kau rahasiakan akan terungkap suatu hari nanti
•.ْ‫إِذْ ماَ تَتَعَلَّمْ تَتَقَدَّم‬
Barang siapa mau belajar, maka akan berilmu
•.ْ‫أَيُّ يَوْم تَصْم أَصْمَ مَعَكُم‬.
Hari apapun kau berpuasa, saya akan berpuasa bersamamu
•.َ‫مَتَى تَساَفِر أَساَفِر‬.
Kapanpun kau bepergian, saya pun bepergian
•.َ‫أَيَّانَ تَأتَنِيْ أُكْرِمْك‬
Kapanpun kau datang pada saya, saya akan memuliakanmu
•.ْ‫أَيْنَماَ يَذْهَبْ طاَلِب الْعِلْمِ يَنْفَع‬
Kemanapun perginya penuntut ilmu akan bermanfaat
•.‫أنِّى تَجِدْ ماَءً تَلَقَ ناَسًا‬.
Dimana saja kau menemukan air, kau akan menjumpai manusia
•.ْ‫حَيْثُماَ تَنْتَظِرْ أَحْضَرْ إِلَيْكُم‬.
Dimana saja kau menunggu, saya hadir padamu
•.َ‫كَيْفَماَ تعَامِلْ النَّاسَ يعَامِلُوْك‬
Bagaimanapun kau beramal kepada orang, begitu pula mereka beramal kepadamu
'Aamil-'aamil Penjazm Fi’il Mudhari' Halaman 78 & 79

__________________________

Faedah faedah dan Catatan-catatan Penting :
1. Ibnu Hisyam berkata: [ ْ‫لَم‬: adalah huruf jazm untuk menafikan fi'il mudhari' dan
membalikkannya ke zaman madhi: anda katakan: (‫)َيقُوْم زَيْد‬, maka fi'ilnya marfu'
karena ketiadaan penashab dan penjazm. dan mengandung zaman haal (sekarang)
dan zaman istiqbal (yang akan datang). Maka apabila masuk pada fi'il mudhari' (ْ‫)لَم‬
yang menjazmkannya dan membalikkannya kepada makna yang lalu (madhi)].
(Penjelasan dicukupkan sekian). Syarah Syudzuriy karya adz-Dzahabi, halaman 24.

2. Huruf ‫ لَمَّا‬yang masuk pada fi'il madhi bukan merupakan nafiy penjazm, dan
sesungguhnya dia adalah dzaraf yang bermakna suatu saat yang diumumkan, dan
huruf syarat menurut Sibaway, seperti pada firman Allah Ta’ala : ْ‫﴿ فَلَمَّا نَجَّاكُمْ إِلَى الْبَرِّ أَعْرَضْتم‬
﴾(maka tatkala Dia menyelamatkanmu ke daratan, kamu berpaling).

Dilihat di Syarah al-Qathar halaman 55 dan an-Nahwu al-Waafi bab 4 halaman 420.

3. Ibnu Alhajj berkata: "Maa (َ‫ )م‬itu bisa menjazmkan dua fi'il", maksudnya asli ( ٌ‫)أصَالَة‬.
"Maa (َ‫ )م‬itu 'amil jazm asli tanpa ditakwil dengan huruf yang lain". Dan jika tidak,
maka terkadang 'jawab'nya selain fi'il, seperti jawaban dengan )‫ ) ِ(فَمَا نَحْن‬seperti pada
firman Allah Ta’ala: ﴾ َ‫( ﴿ مَهْمَا تَأتِنَا بِهِ مِنْ ءَايَةٍ لِتَسْحَرَنَا بِهَا فَمَا نَحْن لَكَ بِمؤْمِنِيْن‬apapun yang kalian
datangkan dari ayat untuk menyihir kami dengannya, kami tidak akan beriman
kepadamu); maka adanya fa pada jawaban dinamakan rabithah (penghubung) jawab
syarat. (Penjelasan dicukupkan sekian). Kutipan dari kitab Hasyiyah karya Ibnu
Alhajj halaman 61.

4. Tanda perangkat syarat yang menjazmkan dua fi'il : pantasnya in syartiyah menempati
tempatnya. (perangkat jawazim) karena ia adalah induknya bab.

5. Jika fi'il syarat berupa fi'il madhi, maka ia adalah mabniy pada kedudukan jazm,
contoh: ﴾ ‫( ﴿ وَ إنْ عدْتمْ عدْنَا‬dan jika kalian kembali, Kami kembali).
'Aamil-'aamil Penjazm Fi’il Mudhari' Halaman 80

I'RAB

1. ﴾ْ‫ ﴿ لَمْ يَلِدْ وَ لَمْ يوْلَد‬Dia (Allah) tidak beranak dan tidak diperanakkan.
‫ لَم‬: Huruf nafiy dan jazm dan qalb.
‫ يَلِد‬: Fi'il mudhari', majzum dengan , ْ‫ لَم‬dan tanda jazmnya adalah sukun; dan fa'ilnya
adalah dhamir mustatir, taqdirnya )َ‫ (هو‬.
ْ‫ وَ لَم‬: Wawu adalah huruf 'athaf :ْ‫ لَم‬,huruf nafiy dan jazm dan qalb.
ْ‫ يوْلَد‬: Fi'il mudhari' yang berubah bentuknya, majzum dengan , ْ‫ ِلَم‬dan tanda jazmnya
adalah sukun; na'ibul fa'ilnya adalah dhamir mustatir jawazan, taqdirnya )َ‫ (هو‬.
2. ﴾ ْ‫ ﴿ لَمَّا يَلْحَقُوْا بِهِم‬Mereka (kaum) belum bertemu dengan mereka (kaum yang lain).
‫ لَمَّا‬: Huruf nafiy dan jazm dan qalb.
‫ يَلْحَقُوْا‬: Fi'il mudhari', majzum dengan ,َّ‫ َلم‬dan tanda jazmnya adalah buang nun, dan
wawu jamak adalah dhamir muttashil, mabniy atas sukun didalam
kedudukan rafa' sebagai fa'il.
ْ‫ بِهِم‬: Ba adalah huruf jar ; dan ha adalah dhamir muttashil, mabniy atas kasrah
didalam kedudukan jar dengan huruf jar. Jar dan majrur terkait dengan fi'il.
3. ﴾ ِ‫ ﴿ لِينْفِقْ ذُوْ سَعَةٍ مِنْ سَعَتِه‬Hendaklah orang yang mempunyai keluasan memberi nafkah
menurut kemampuannya.
I'rabnya sudah pernah dibahas pada pokok bahasan isim-isim yang lima .
4. ﴾َ‫ ﴿لِيَقْضِ عَلَيْنَا رَبُّك‬Hendaklah Tuhanmu mengakhiri (mematikan) kami.
‫ لِيَقْض‬: Lam adalah huruf jazm yang menunjukkan akan doa : ِ‫ يَقْض‬,fi'il mudhari',
majzum dengan lam untuk doa/permintaan, dan tanda jazmnya adalah
buang huruf 'illat .
‫ عَلَيْنَا‬: Jar dan majrur : ‫ ; عَلَى‬huruf jar, alifnya berubah menjadi ya' karena tersambung
dengan dhamir ; dan ‫ نَا‬adalah dhamir muttashil, mabniy didalam kedudukan
jar dengan huruf jar. Jar dan majrur terkait dengan fi'il.
َ‫ رَبُّك‬: Fa'il, marfu', dan tanda rafa'nya adalah dhammah dzahir dan dia juga mudhaf;
kaf : dhamir muttashil, mabniy atas fathah didalam kedudukan jar sebagai
mudhaf ilaih.
5. ﴾ ْ‫ ﴿ لَا تَحْزَن‬Janganlah kamu bersedih.
ْ ‫ لَا تَحْزَن‬: Laa adalah huruf nahiy :ْ‫ ; تَحْزَن‬fi'il mudhari', majzum dengan laa nahiy , dan
tanda jazmnya adalah sukun ; dan fa'ilnya adalah dhamir mustatir wujuban,
taqdirnya )َ‫ (أَنْت‬.

'Aamil-'aamil Penjazm Fi’il Mudhari' Halaman 81


6. ﴾‫﴿ رَبَّنَا لَا تؤَاخِذْنَا‬Ya Tuhan kami, janganlah Anda menghukum kami.
‫ رَبَّنَا‬: )‫ (يَا رَبَّنَا‬Munada dengan huruf nida', yang dihilangkan, dan taqdirnya adalah dia
manshub karena mudhof. Dan ‫ نَا‬adalah dhamir muttashil, mabniy atas sukun
didalam kedudukan jar sebagai mudhaf ilaih.
‫ لَا تؤَاخِذْنَا‬: Huruf ‫ لَا‬menunjukkan doa (permohonan : ‫ تؤَاخِذْنَا‬,)fi'il mudhari', majzum
dengan Laa permohonan, dan tanda jazmnya adalah sukun. Dan Naa (‫)نَا‬
adalah dhamir muttashil, mabny atas sukun didalam kedudukan nashab
sebagai maf'ul bih. Fa'ilnya adalah dhamir mustatir wujuban, takdirnya.َ‫أَنْت‬

7. ﴾ ْ‫﴿ إِنْ يَشَأْ يذْهِبْكُم‬Jika Dia (Allah) menghendaki, Dia akan memusnahkan kalian.

ْ‫ إِن‬: Huruf syarat dan penjazm, yang menjazmkan dua fi'il, yang pertama fi'il syarat
dan kedua adalah jawaban dan balasannya.
ْ‫ يَشَأ‬: Fi'il mudhari', fi'il syarat, majzum dengan ,)ْ‫ (إِن‬dan tanda jazmnya adalah sukun
; dan fa'ilnya adalah dhamir mustatir jawaazan, taqdirnya )َ‫(هو‬.
ْ‫ يذْهِبْكُم‬: Kata ْ‫ يذْهِب‬adalah fi'il mudhari', jawab syarat, majzum dengan ,)ْ‫ (إِن‬dan tanda
jazmnya adalah sukun ; dan kaf adalah dhamir muttashil, mabniy atas
dhammah didalam kedudukan nashab sebagai maf'ul bih ; dan mim adalah
tanda jamak mudzakkar ; dan fa'ilnya adalah dhamir mustatir jawaazan,
taqdirnya )َ‫(هو‬.

8. ﴾ُ‫﴿وَمَا تَفْعَلُوْا مِنْ خَيْرٍ يَعْلَمْه اهلل‬Segala yang baik yang kamu kerjakan, Allah
mengetahuinya.

‫ وَمَا‬: Wawu dii’rab sesuai yang ada sebelumnya ‫ مَا‬.isim syarat penjazm.
‫ تَفْعَلُوْا‬: Fi'il mudhari', fi'il syarat, majzum dengan ,‫ مَا‬dan tanda jazmnya adalah buang
nun, karena dia sebagai fi'il yang lima. Dan wawu jamak adalah dhamir
muttashil, mabniy didalam kedudukan rafa' sebagai fa'il.
ٍ‫ مِنْ خَيْر‬: Huruf ْ‫ مِن‬adalah huruf jar : ٍ‫ ; خَيْر‬isim majrur dengan ,ْ‫ مِن‬dan tanda jarnya adalah
kasrah.
‫ يَعْلَمْه‬: Fi'il mudhari' jawab syarat, majzum dengan ,‫ مَا‬dan tanda jazmnya adalah
sukun. Dan ha adalah dhamir, mabniy didalam kedudukan nashab sebagai
maf'ul bih.
ُ‫ اهلل‬: Lafadz jalalaah, fa'il, marfu', dan tanda rafa'nya adalah dhammah yang terlihat.
'Aamil-'aamil Penjazm Fi’il Mudhari' Halaman 82

9. ﴾ ‫ ﴿ وَمَنْ يَتَّقِ اهللَ يَجْعَل لَّه مَخْ َرجًا‬Dan barangsiapa yang bertakwa (kepada) Allah niscaya Dia
akan membukakan jalan keluar baginya.
ْ‫مَن‬ : Isim syarat penjazm, menjazmkan dua fi’il, yang pertama adalah fi'il syarat, dan yang
kedua adalah jawaban dan balasannya.
ِ‫يَتَّق‬ : Fi'il mudhari, fi'il syarat, majzum dengan , ْ‫ مَن‬dan tanda jazmnya adalah buang huruf
illatnya; sedangkan failnya adalah dhamir mustatir (disembunyikan) jawaazan.
َ‫اهلل‬ : Lafadz jalalaah, manshub atas pengagungan, dan tanda nashabnya fathah dzahir.
ْ‫جعَل‬
ْ َ‫ ي‬: Jawab syarat, fi'il mudhari', majzum dengan ْ‫ مَن‬dan tanda jazmnya adalah sukun ; failnya
adalah dhamir mustatir jawaazan, takdirnya )َ‫(هو‬.
‫لَه‬ : Jar dan majrur terkait dengan fi'il )‫(يَجْعَل‬.
‫ مَخْرَجًا‬: Maf'ul bih, manshub, dan tanda nashabnya adalah fathah dzahir.

10. ﴾‫﴿أَيْنَمَا تَكُوْنواْ يدْرِككُّم الْمَوْت‬Dimanapun kalian berada, kematian akan mendapati kalian.
‫أَيْنَمَا‬ : Isim syarat penjazm, dan : ‫ ما‬shilah (pengikat) dan taukid.
ْ‫تَكُوْنوا‬ : Fi'il mudhari, fi'il syarat, majzum dengan , َ‫ أَيْن‬dan tanda jazmnya adalah buang nun.
Wawu adalah dhamir muttashil didalam kedudukan rafa' sebagai fa'il.
‫يدْرِككُّم‬ : Fi'il mudhari, jawab syarat, majzum dengan ,َ‫ أَيْن‬dan tanda jazmnya adalah sukun ;
kaf yang kedua adalah dhamir muttashil, mabniy didalam.kedudukan nashab
sebagai maf'ul bih, muqaddam ; dan mim adalah tanda jamak.
‫الْمَوْت‬ : Fa'il (untuk fi'il ,)‫ (يدْرِك‬marfu', dan tanda rafa'nya adalah dhammah.

11. ِ‫ وَ إِذَا تصِبْكَ خَصَاصَةٌ فَتَجَمَّل‬Dan jika kamu dijaga dalam kemiskinan maka berhiaslah.

‫وَ إِذَا‬ : Wawu tergantung pada apa yang mendahuluinya; dan : ‫ إِذَا‬isim syarat penjazm.
َ‫تصِبْك‬ : Fi'il mudhari, fi'il syarat, majzum dengan , ‫ إِذَا‬dan tanda jazmnya adalah sukun ;
dan kaf adalah dhamir muttashil didalam kedudukan nashab sebagai maf'ul bih.
ٌ‫خَصَاصَة‬ : Fa'il, marfu', dan tanda rafa'nya adalah dhammah dzahir.
ِ‫فَتَجَمَّل‬ : Fa : penghubung untuk menjawab syarat : ِ‫ ; تَجَمَّل‬Fi'il amr, mabniy atas sukun, dan
diberi tanda dengan kasrah di waktu terakhir sajak ; dan fa'il adalah dhamir
mustatir wujuuban, takdirnya .َ‫ أَنْت‬Kalimat )ِ‫ (تَجَمَّل‬didalam kedudukan jazm sebagai
jawab syarat.
Bab Isim-Isim yang Marfu' Halaman 84

Isim-Isim yang Marfu’

Berkata al mushonnif tentang isim-isim yang marfu': Isim-isim yang marfu ada
tujuh macam yaitu: fa'il, maf'ul yang tidak menyebutkan fa'ilnya (=naibul fa'il),
mubtada dan khabarnya, isim kaana dan yang semisalnya, khabar inna dan dan yang
semisalnya, dan tabi'/pengikut yang marfu', dan tabi' ini ada empat: na'at, athaf,
taukid, dan badal.
Penjelasan : Isim-isim yang marfu' adalah: fa'il, maf'ul yang tidak menyebutkan
fa'ilnya (=naibul fa'il), mubtada dan khabarnya, isim kaana dan yang semisalnya,
khabar inna dan yang semisalnya, dan tabi'/pengikut yang marfu' : maka ketika isim
berada pada salah satu posisi berhukum rafa', yang akan dijelaskan secara rinci bab
per bab, dengan ijin Allah Ta’ala.

Fa’il
Berkata al-mushannif mengenai bab fa'il :
Fa'il adalah isim marfu' yang disebutkan sebelumnya fi'ilnya; dan fa'il dibedakan
atas dua bagian ; dzahir/nampak, dan dhamir/implisit.
Contoh fa'il yang nampak seperti pada perkataanmu : ‫( قَامَ زَيْد‬Zaid telah berdiri),
‫( يَقُوْم زَيْد‬Zaid sedang berdiri), ِ‫( قَامَ الزَّيْدَان‬dua orang bernama Zaid telah berdiri), ِ‫يَقُوْم الزَّيْدَان‬
(dua orang bernama Zaid sedang berdiri), ‫( قَامَ الزَّيْدوْن‬beberapa orang bernama Zaid
telah berdiri), َ‫( يَقُوْم الزَّيْدوْن‬beberapa orang bernama Zaid sedang berdiri), ُ‫قَامَ الرِّجَال‬
(beberapa lelaki telah berdiri), ُ‫( يَقُوْم الرِّجَال‬beberapa lelaki sedang berdiri), ‫قَامَتْ هِنْد‬
(Hindun telah berdiri), ‫( تَقُوْم هِنْد‬Hindun telah berdiri), ‫( قَامَتِ الْهِنْدَان‬dua wanita bernama
Hindun telah berdiri), ِ‫( تَقُوْم الْهِنْدَان‬dua wanita bernama Hindun sedang berdiri), ِ‫قَامَت‬
‫( الْهنوْد‬banyak Hindun telah berdiri), ‫( تَقُوْم الْهنوْد‬banyak Hindun sedang berdiri), َ‫قَامَ أَخوْك‬
(saudara lelakimu telah berdiri), َ‫( وَ يَقُوْم أَخوْك‬saudara lelakimu sedang berdiri), ْ‫قَا َم غُلَامِي‬
(anak lelakiku telah berdiri), ‫( يَقُوْم غُلَامِي‬anak lelakiku sedang berdiri); dan yang
menyerupainya.
Penjelasan tentang Fa'il :
Definisinya : Secara bahasa, fa'il diartikan sebagai orang yang melakukan sebuah
perbuatan. Secara istilah, fa'il adalah isim marfu' yang disebutkan sebelumnya
fi'ilnya.
Contohnya: ‫( قَامَ زَيْد‬Zaid telah berdiri).
I'rabnya: َ‫ = قَام‬fi'il madhi, ‫ = َزيْد‬fa'il ; dan dia adalah isim marfu', disebutkan
sebelumnya fi'il yang berlangsung karenanya.
Fa’il Halaman 85

Jenis-jenis fa'il : dzahir/tampak dan dhamir/implisit.

📝 Pertama : Fa'il yang dzahir/tampak

Yang dirafa'kan dengan dhammah : Apabila fa'il tersebut mufrad, contoh firman
Allah : ﴾َ‫( ﴿ وَجَآءَ رَبُّك‬dan datanglah Tuhanmu) (1).
Atau jamak muannats salim, contoh firman Allah : ﴾‫( ﴿ إِذَا جَآءَ كُم املُؤْمِنَات‬jika datang
kepada kalian perempuan-perempuan beriman) (2).
Atau jamak taksir, contoh firman Allah ﴾‫( ﴿قَالَتِ األَعْرَاب‬orang-orang Arab badui
berkata) (3).
Yang dirafa'kan dengan wawu: Apabila fa'il tersebut jamak mudzakkar salim,
contoh firman Allah : ﴾َ‫( ﴿قَالَ احلَوَارِيُّوْن‬para sahabat-sahabat setia berkata) (4).
Atau isim yang lima, contoh firman Allah : ﴾ْ‫ ( ﴿ قَا َل أَبوْهم‬berkata ayah mereka) (5).
Yang dirafa'kan dengan alif: Apabila fa'il tersebut mutsanna, contoh pada firman
Allah : ﴾ِ‫( ﴿ قَالَ رَجلَان‬berkata dua orang pemuda) (6).

📝 Kedua : Fa'il berupa dhamir/ implisit

Pengarang berkata : fa'il berupa dhamir ada 12 , seperti pada perkataanmu : ‫( ضَرَبْت‬saya
telah memukul), ‫( ضَرَبْنَا‬kami telah memukul), َ‫( ضَرَبْت‬kamu lelaki telah memukul), ِ‫ضَرَبْت‬
(kamu perempuan telah memukul), ‫( صَرَبْتمَا‬kamu berdua telah memukul) , ْ‫( ضَرَبْتم‬kalian
lelaki telah memukul), َّ‫( ضَرَبْتن‬kalian perempuan telah memukul), َ‫( ضَرَب‬dia lelaki telah
memukul), ْ‫( ضَرَبَت‬dia perempuan telah memukul), ‫( ضَرَبَا‬dia berdua lelaki telah
memukul), ‫( ضَرَبوا‬mereka lelaki telah memukul), dan َ‫( ضَرَبْن‬mereka perempuan telah
memukul).

Penjelasannya : setelah selesai membahas perkataan fa'il yang dzahir/tampak, lalu


melanjutkan (untuk membahas) fa'il berupa dhamir/implisit.

Dan fa’ilyang implisit atau dhamir : merupakan isim yang menempati kedudukan
fa'il dzahir/tampak.
Fa’ilberupa dhamir terbagi atas dua macam : dhamir bariz /jelas dan dhamir mustatir
/tersembunyi.
__________________________

(1) QS Al-Fajr ayat 22


(2) QS Al-Mumtahanah ayat 10
(3) QS Al-Hijaroot ayat 14
(4) QS Ali 'Imron ayat 52
(5) QS Yusuf ayat 94
(6) QS Al-Maaidah ayat 23
Fa’il Halaman 86

📝 Fa'il dhamir bariz (yang jelas/nampak) :

Pengarang telah memberikan contoh untuk fa'il ketika dalam keadaan dhamir bariz
(yang jelas/nampak) yang bersambung dengan fi'il nya.
Yaitu : Ta' fail, Naa (‫ )نَا‬fail, alif tatsniyah, wawu jamak dan nun niswah.

💮 Ta' fa’il:
 Keberadaannya untuk menunjukkan atas : orang yang berbicara/mutakallim
tunggal lelaki atau perempuan, contohnya : ‫أَنَا ضَرَبْت‬
 Seorang lelaki lawan bicara/mukhathab, contoh : َ‫ت ضَرَبْت‬
َ ْ‫أَن‬
 Seorang perempuan lawan bicara/mukhathabah, contoh : ِ‫أَنْتِ ضَرَبْت‬
 Dua orang lawan bicara/mukhathab, contoh : ‫أَنْتمَا ضَرَبْتمَا‬
 Lebih dari dua orang lelaki lawan bicara/mukhathab, contoh :ْ‫أَنْتمْ ضَرَبْتم‬
 Lebih dari dua orang perempuan lawan bicara/mukhathabah, contoh :َّ‫أَنْتنَّ ضَرَبْتن‬
💮 Dan naa (‫ )نَا‬fa'il (subjek) : digunakan untuk menunjukkan orang yang berbicara
(mutakallim ) jamak atau seorang diri yang mengagungkan dirinya. Contohnya :
‫نَحْن ضَرَبْنَا‬
💮 Dan alif tastniyah : digunakan untuk menunjukkan dua orang yang dibicarakan
lelaki (ghaib), contoh : ‫الزَّيْدَانِ ضَرَبَا‬
Dan digunakan untuk menunjukkan dua orang yang dibicarakan perempuan
(ghaibah), contoh : ‫الْهِنْدَانِ ضَرَبَتَا‬
💮 Dan wawu jamak : digunakan untuk menunjukkan lebih dari dua orang yang
dibicarakan lelaki (ghaib) , Contoh : ‫الزَّيْدونَ ضَرَبوا‬
💮 Dan nun niswah : digunakan untuk menunjukkan orang yang dibicarakan jamak
perempuan (ghaibah), contoh : َ‫الْهِنْدَات ضَرَبْن‬

Maka tiap-tiap yang disebutkan dalam dhamir yang dii’rab sebagai ‘dalam
kedudukan rafa' sebagai fail’, karena dia mabny dan mabninya (harakat) menurut
apa yang didengar: ‘atas dhammah’ jika dia didhammahkan, ‘atas fathah’ jika
berharakat fathah dan ‘atas kasrah’ jika berharakat kasrah serta ‘atas sukun’ jika
berharakat sukun (1).
Di dalam i’rab, contohnya : ‫ضَرَبْت‬.
(Maka i’rabnya) fi’il madhi mabny atas sukun dan ta' (‫ )ت‬adalah dhamir muttasil
mabny
atas dhammah dalam kedudukan sebagai fail.
__________________________

(1) Begitulah dikatakan pada isim mabny lainnya apabila terletak pada posisi fa’il.
Fa’il Halaman 87

📝 Fa’il Dhamir Mustatir

Jika fa’il bukan isim dzahir /yang tampak dan bukan juga dhamir bariz (tampak
wujud dhamirnya) maka dia adalah dhamir mustatir (tersembunyi) yang tidak
nampak wujudnya pada kalimat. Hanya saja dhamir mustatir itu ditakdirkan (dikira-
kira) tergantung dari maknanya contohnya : َ‫( زَيْد ذَهَب‬Zaid pergi) dan ْ‫( هِنْد ذَهَبَت‬Hindun
pergi).

Yaitu : (َ‫ ) هو‬:َ‫زَيْد ذَهَب‬ dan (َ‫ )هِي‬: ْ‫هِنْد ذَهَبَت‬

Fa’ilnya dhamir mustatir/tersembunyi taqdirnya (َ‫ )هو‬kembali ke Zaid pada fi'il yang
pertama, dan dhamir mustatir/tersembunyi taqdirnya (َ‫ )هِي‬kembali ke Hindun pada
fi’il ke-dua.

Dan tidak keluar taqdirnya dhamir mustatir dari dua ini pada setiap fi'il madhi.*

__________________________

Faedah faedah dan Catatan-catatan Penting :
1. Apabila fa'il mendahului fi'ilnya (fa'il di depan fi'il), maka dia keluar dari keadaannya
sebagai fa'il menjadi mubtada'
contoh: َ‫( زَيْد ذَهَب‬Zaid telah pergi)
2. Wawu jamak: khusus bagi mudzakkar yang berakal (manusia), termasuk kesalahan umum
perkataan mereka di kalangan orang-orang Arab: َ‫ النِّسَاءُ غَسَلُوْا الثِّيَاب‬yang benar perkataan: ُ‫النِّسَاء‬
َ‫غَسَلْنَ الثِّيَاب‬
3. Dhamir mustatir pada fi'il madhi taqdirnya selalu (َ‫ )هو‬atau (َ‫ )هِي‬, mustatir jawazan.
4. Dhamir mustatir pada fi'il amr, taqdirnya: selalu (َ‫ )أَنْت‬, mustatir wujuban
5. Dhamir mustatir pada fi'il mudhari' dibedakan dengan berbedanya huruf mudhara'ah
• Yang didahului dengan hamzah, contoh: ‫ أَضْرِب‬, taqdirnya (‫ )أَنَا‬, mustatir wujuban.
• Yang didahului dengan nun, contoh: ‫ نَضْرِب‬taqdirnya‫ ) ُ(نَحْن‬, mustatir wujuban
• Didahului dengan Ya', contoh: ‫ يَضْرِب‬taqdirnya (َ‫ )هو‬, mustatir jawazan
• Didahului dengan Ta' ta'nits, contoh: ‫ نَضْرِب‬taqdirnya (َ‫ )هِي‬, mustatir jawazan
• Didahului dengan ta' mukhaththab, contoh: َ‫ أُحِبُّ أَنْ نَضْرِب‬taqdirnya (َ‫ )أَنْت‬mustatir
wujuban
Fa’il Halaman 88

Bagan yang menjelaskan jenis-jenis fa'il


beserta contoh menurut apa yang telah Pengarang sebutkan

Fa'il

Dhamir/ Dzahir/
Tampak
Implisit

‫قَامَ زَيْد‬
(Zaid telah berdiri)

ِ‫قَامَ الزَّيْدَان‬
)Dua orang bernama Zaid telah berdiri(

Mustatir/ Muttashil / ‫قَامَ الزَّيْدوْن‬


Tersembunyi Bersambung )Beberapa orang bernama Zaid telah berdiri (

)…( َ‫زَيْد ضَرَب‬ 🔻 Ta' fa'il


Zaid telah memukul )saya telah memukul( ‫ضَرَبْت‬
)…( ْ‫هِنْد ضَرَبَت‬ 🔻 Naa fa'il :
Hindun telah memukul (kami telah memukul) ‫ضَرَبْنَا‬
🔻 Alif itsnain (kedua):
(mereka berdua telah memukul) ‫ضَرَبَا‬
🔻 Wawu jamak :
(mereka telah memukul) ‫ضَرَبوا‬
🔻 Nun niswah :
(mereka [perempuan] telah memukul) َ‫ضَرَبْن‬
Fa’il Halaman 89

I'rab :
1. ﴾ َ‫ ﴿ وَجَاءَ رَبُّك‬Dan Tuhanmu telah datang
‫ جَا َء‬: Fi'il madhi, mabniy atas fathah.
َ‫ رَبُّك‬: Kata ُّ‫ رَب‬adalah fa'il, marfu', dan tanda rafa'nya adalah dhammah dzahir di
akhirannya. Dan huruf kaf adalah dhamir, mabniy didalam kedudukan jar sebagai
mudhaf ilaih.

2. ﴾‫ ﴿ إِذَا جَآ َءكُم الْمؤْمِنَٰت‬Apabila telah datang kepada kalian wanita-wanita yang beriman
‫ إِذَا جَاءَكُم‬: Kata ‫ إِذَا‬: Dzaraf yang menunjukkan keterangan waktu ; َ‫جَاء‬: Fi'il madhi,
mabniy atas fathah ; dan kaf adalah dhamir muttashil, mabniy atas dhammah
didalam kedudukan nashab sebagai maf'ul bih, muqqaddam (yang diawalkan) ; dan
mim yang menunjukkan jamak.
‫ الْمؤْمِنَات‬: Fa'il, marfu', dan tanda rafanya dengan dhammah dzahir diakhirannya.

3. ﴾ ‫ ﴿ قاَلَتِ اْألَعْراَب‬Orang-orang Arab Badui berkata


ِ‫ قاَلَت‬:Fi'il madhi, mabniy atas fathah ; dan ta adalah ta ta'niits, huruf, yang tidak
berkedudukan didalam i'rab.
‫ اْألَعْراَب‬: Fa'il, marfu', dan tanda rafa'nya adalah dhammah dzahir.

4. ﴾ َ‫ ﴿ قَالَ الْحَوَارِيُّوْن‬Pengikut-pengikut yang setia telah berkata


َ‫ قَال‬: Fi’il madhi, mabni atas sukun.
َ‫ الْحَوَارِيُّوْن‬: Fa'il, marfu dengan wawu sebagai ganti dari dhammah, karena dia jamak
mudzakkar salim.

5. ﴾ ْ‫ ﴿ قَا َل أَبوهم‬Berkata ayah mereka


َ‫ قَال‬: Fi'il madhi, mabniy atas fathah.
ْ‫ أَبوهم‬: Fa'il, marfu' dengan wawu sebagai ganti dari dhammah karena dia termasuk
isim-isim yang lima, dan dia juga mudhaf. Ha' : dhamir muttashil, mabniy atas
dhammah didalam kedudukan jar sebagai mudhaf ilaih ; Dan mim adalah tanda
jamak.

6. ﴾ ِ‫ ﴿ قَالَ رَجلَان‬Dua lelaki berkata


َ‫ قَال‬: Fi'il madhi, mabniy atas fathah.
ِ‫ رَجلَان‬: Fa'il, marfu', dan tanda rafa'nya adalah alif sebagai ganti dari dhammah karena
dia mutsanna.
Fa’il Halaman 90

Aplikasi I'rab Fa'il yang Dhamir/Implisit :

1. ‫ضَرَبْت‬: Fi'il madhi, mabniy atas sukun karena bersambung dengan ta' fa'il. Dan ta'
adalah dhamir muttashil, mabniy atas dhammah didalam kedudukan rafa' sebagai
fa'il.
2. ‫ضَرَبْنَا‬: Fi'il madhi, mabniy atas sukun, dan ‫ نَا‬adalah dhamir muttashil, mabniy atas
sukun didalam kedudukan rafa' sebagai fa'il.
3. َ‫ضَرَبْت‬: Fi'il madhi, mabniy atas sukun, dan ta' adalah dhamir muttashil, mabniy
atas fathah didalam kedudukan rafa' sebagai fa'il.
4. ِ‫ضَرَبْت‬: Fi'il madhi, mabniy atas sukun, dan ta' adalah dhamir muttashil, mabniy
atas kasrah didalam kedudukan rafa' sebagai fa'il.
5. ‫ضَرَبْتمَا‬: Fi'il madhi, mabniy atas sukun, dan ta' adalah dhamir muttashil, mabniy
atas dhammah didalam kedudukan rafa' sebagai fa'il, dan mim dan alif untuk
tatsniyah.
6. ْ‫ضَرَبْتم‬: Fi'il madhi, mabniy atas sukun, dan ta' adalah dhamir muttashil, mabniy
atas dhammah didalam kedudukan rafa' sebagai fa'il, dan mim tanda atas jamak
mudzakkar.
7. َّ‫ ضَرَبْتن‬: Fi'il madhi, mabniy atas sukun, dan ta' adalah dhamir muttashil, mabniy
atas dhammah didalam kedudukan rafa' sebagai fa'il.
8. َ‫ ضَرَب‬: Fi'il madhi, mabniy atas fathah, dan fa'ilnya adalah dhamir mustatir
jawaazan, taqdirnya huwa (َ‫)هو‬.
9. ْ‫ ; ضَرَبَت‬Fi'il madhi, mabniy atas fathah, dan fa'ilnya adalah dhamir mustatir
jawaazan, taqdirnya hiya ( َ‫) هِي‬.
10. ‫ ضَرَبَا‬:Fi'il madhi, mabniy atas fathah, dan alif itsnain adalah dhamir muttashil,
mabniy didalam kedudukan rafa' sebagai fa'il.
11. ‫ ضَرَبَتَا‬: Fi'il madhi, mabniy atas fathah, dan ta' adalah huruf ta'niits, dan alif itsnain
adalah dhamir muttashil, mabniy didalam kedudukan rafa' sebagai fa'il.
12. ‫ ضَرَبوْا‬: Fi'il madhi, mabniy atas dhammah, dan wawu jamak adalah dhamir
muttashil, mabniy didalam kedudukan rafa' sebagai fa'il.
13. َ‫ ضَرَبْن‬: Fi'il madhi, mabniy atas sukun, dan nun niswah adalah dhamir muttashil,
mabniy didalam kedudukan rafa' sebagai fa'il.
Na’ibul Fa’il Halaman 92

Naibul Fa’il

Pengarang berkata: Bab maf'ul yang tidak disebut fa'ilnya : yaitu isim yang
dirafa'kan yang tidak disebut bersamanya fa'ilnya. Jika fi'il madhi, maka huruf
pertamanya di dhammahkan dan satu huruf sebelum huruf terakhir di kasrahkan.
Jika fi'il mudhari' , huruf pertamanya di dhammahkan dan satu huruf sebelum huruf
terakhir difathahkan.
Penjelasan : setelah menyelesaikan bab fa'il Pengarang rahimahullah memulai
menjelaskan Naibul fa'il (pengganti fa’il), karena sesungguhnya hukumnya seperti
hukum fa'il dalam banyak sisi. Dan dinamakannya (maf’ul yang tidak disebutkan
failnya), yakni : Pelaku/failnya tidak disebutkan karena naibul fa’il sudah
menggantikan kedudukannya. (1)

Naibul Fail: Pengertian: Isim marfu yang tidak disebutkan bersamanya failnya.
Contohnya : Nabi ‫ ﷺ‬bersabda:《ٍ‫(》 بنِيَ الْإسْلَام عَلَى خَمْس‬Islam dibangun atas lima
perkara) (2).
I’rabnya : َ‫ بنِي‬: fi’ill madhi yang mughairu sigho ; ‫ الْإ ْسلَام‬: Naibul Fa’ilyang marfu.
Asalnya adalah َ‫( بَنَى اللَّه الْإِسْلَام‬Allah telah membangun Islam), maka dihapus
fail/pelakunya yaitu Lafdzul jalalah-Allah- karena telah diketahui, maf’ul (َ‫)الْإِسْلَام‬
menduduki kedudukan fail, maka berubah menjadi marfu setelah sebelumnya
manshub. Dan diubah juga bersamanya bentuk dari fi’ilnya menjadi ‫( بنِيَ الْإسْلَام‬Islam
telah dibangun).

Cara mengubah bentuk fi’il bersama naibul fa’il:


Apabila fi’ilnya fi’il madhi, maka didhammahkan huruf yang pertama dan di
kasrahkan satu huruf sebelum huruf yang terakhir. Contoh: َ‫ ضرِب‬telah di pukul, َ‫كُتِب‬
telah di tulis, َ‫ ُأكْرِم‬telah di muliakan.
Apabila fi’ilnya fi’il mudhari', maka didhammahkan huruf yang pertama dan
difathahkan satu huruf sebelum huruf yang terakhir, contoh: ‫ يضْرَب‬sedang atau akan
di pukul, ‫ يكْتَب‬sedang atau akan di tulis, ‫ يكْرَم‬sedang atau akan dimuliakan.

__________________________
1. Apabila anda melihat Zaid sedang memotong dahan dari sebuah pohon,dan anda ingin
mengabarkan yang demikian itu, anda katakan: َ‫( قَطَعَ زَيْد الْغصْن‬Zaid telah memotong dahan).
Maka (‫ )زَيْد‬fa'il yang di rafa’kan, (َ‫ ) الْغصْن‬maf'ul bih yang di nashabkan. Adapun jika anda
tidak mengetahui siapa yang memotong dahan tersebut, atau anda mengetahuinya tetapi
anda tidak ingin menyebutkannya dengan suatu sebab, maka anda katakan : ‫قُطِعَ الْغصْن‬
(dahan telah dipotong). Fa'il dihapus kemudian di tempatnya diletakkan maf'ul dan
dinamakan naibul fa'il, dan dia wajib rafa'.
2. Riwayat Bukhari dan Muslim dari ibnu Umar ( semoga Allah meridhai mereka berdua).
Na’ibul Fa’il Halaman 93

Pembagian Naibul fa'il :


Berkata Al Mushannif, naibul fa’ilada dua kelompok : ada yang dzahir/nampak dan
ada yang dhamir. Maka naibul fa’ilyang dzahir seperti perkataanmu ٌ‫ٌزيْد‬ َ ‫ب‬
َ ‫ ( ض ُِر‬Zaid
telah dipukul), ٌ‫ٌزيْد‬ َ ‫ب‬ ْ ُ‫ ( ي‬Zaid sedang dipukul), ‫ع ْمرو‬
ُ ‫ض َر‬ َ ٌ ‫ ( أُك ِْر َم‬Amr telah dimuliakan),
dan ٌ‫ ( يُك َْر ُمٌع َْمر‬Amr sedang dimuliakan).
Penjelasan : pembagian naibul fa’ilsama dengan pembagiannya fi’il , kepada naibul
fa’ildzahir dan naibul fa’ildhamir.
Isim Dzahir/Nampak : Contoh naibul fa’ilseperti pada firman-Nya : ﴾ٌ‫ ( ﴿ضرِبَ مَثَل‬telah
dijadikan suatu perumpamaan) (1), dan ﴾ ٌَ‫ف ٌا ْل ُمجْ ِر ُم ْون‬ُ ‫ ( ﴿ يُ ْع َر‬orang-orang yang berdosa
itu diketahui)(2). Naibul failnya ( ٌ،‫ َمثَل‬dan ٌَ‫ )اٌ ْل ُمجْ ِر ُم ْون‬merupakan isim marfu. Dalam
firman-Nya (ٌ‫ ) َمثَل‬marfu dengan dhamah dikarenakan isim mufrad. Marfu dalam
firman-Nya ( ٌَ‫ )ا ْل ُمجْ ِر ُم ْون‬dengan wawu karena isim jamak mudzakar salim.
Berkata: Dhamir ada dua belas, contoh perkataanmu : ‫( ضرِبْت‬saya telah dipukul), ‫ضرِبْنَا‬
(kami telah dipukul), َ‫( ضرِبْت‬kamu [lelaki] telah dipukul), ِ‫( ضرِبْت‬kamu [perempuan]
telah dipukul), ‫( ضرِبْتمَا‬kamu berdua telah dipukul), ‫( ضرِبْتمَا‬kalian [lelaki] telah dipukul),
َّ‫( ضرِبْتن‬kalian [perempuan] telah dipukul), َ‫( ضرِب‬dia [lelaki] telah dipukul), ْ‫( ضرِبَت‬dia
[perempuan] telah dipukul), ‫( ضرِبَا‬dia dua orang [lelaki/perempuan] telah dipukul),
‫( ضرِبوْا‬mereka [lelaki] telah dipukul), َ‫( ضرِبْن‬mereka [perempuan} telah dipukul).
Penjelasan :Jenis kedua dan pembagian Naibul fa’il :
Dhamir : Dan sungguh Pengarang telah memberikan contoh dengan berbagai
bentuk yang berbeda yang ada padanya, dan kami menyebutkan untukmu contoh-
contoh dari Al-Qur’an al-Karim yang ada padanya naibul fa’il berupa dhamir, seperti
pada firman Allah : ﴾‫( ﴿وَقَدْ أُخْرِجْنَا مِنْ دِيَارِنَا‬kami dikeluarkan dari rumah-rumah kami) (3),
maka perkataan : ‫( أُخْرِجْنَا‬kami telah dikeluarkan), fi’ill madhi mughairu sighat mabny
atas sukun. Dan ‫( نَا‬kami) adalah dhamir muttasil mabny atas sukun didalam
kedudukan rafa’ sebagai naibul fail.
Dan begitu pula cara meng’irab sisa dhamir yang telah disebutkan oleh Pengarang.
Dan sesungguhnya saya telah menyebutkan petunjuk setiap dhamir di dalam bab
fail.*
__________________________
(1) QS Al-Hajj ayat 73
(2) QS Ar-Rahman ayat 41
(3) QS Al-Baqarah ayat 246
* Faedah-faedah dan Catatan-catatan Penting:
1. Pengarang diam (tidak membahas) fi'il amr, karena fi'il amr itu tidak ada bentuk majhulnya.
2. Perkataan mughairu shighat lebih baik daripada perkataan kita mabniy majhul / mabniy
sesuatu yang tidak diketahui), karena terkadang fa'ilnya itu ma'lum (diketahui).
Firman Allah Ta’ala ﴾ ُ‫( ﴿ خلِقَ الْإِنْسَان‬manusia telah diciptakan), fa'ilnya telah diketahui yaitu (‫ )اللَّه‬akan
tetapi dia tidak disebutkan. Dilihat di syarah al-aajurumiyah tulisan Ibnu 'Utsaimin (semoga Allah
merahmatinya)
Mubtada dan Khabar Halaman 95

Mubtada dan Khabar

Pengarang berkata: (Bab mubtada' & khabar: Mubtada': adalah isim yang
dirafakan marfu' yang terbebas dari amil-amil/faktor yang bersifat lafadz (verbal);
Sedangkan khabar : adalah isim marfu’ yang disandarkan kepada mubtada’ (musnad).
Contoh perkataanmu: ‫( زَيْد قَائِم‬Zaid telah berdiri), ِ‫( الزَّيْدَانِ قَائِمَان‬dua Zaid telah berdiri),
َ‫( الزَّيْدوْنَ قَائِموْن‬banyak Zaid telah berdiri).
Penjelasan: Setelah menyelesaikan pembahasan mengenai fa'il dan naibul fa'il,
beliau melanjutkan dengan pembahasan mengenai mubtada' dan khabar dan
mengumpulkan keduanya dalam bab yang sama, karena khabar senantiasa
menyertai mubtada' , dan khabar bersama mubtada’ tersusun menjadi
kalimat/jumlah ismiyyah. Bagian pertama dinamakan mubtada' (yang di awal)
karena jumlah (kalimat) dimulai dengannya; rukun keduanya dinamakan "khabar"
(penjelasan) karena khabar mengkabarkan mubtada.
Mubtada' definisinya: yaitu isim yang dirafakan yang terbebas dari amil-amil amil
lafaz (amil yang merubah keadaan mubtada).
Khabar definisinya: yaitu sesuatu yang disandarkan (predikat) yang dengannya
bersama mubtada itu menjadi sempurna faedahnya.
Contoh keduanya: Sabda Nabi ‫ﷺ‬: 《 ‫(》 الصَّلَاةُ نوْر‬shalat adalah cahaya)(1). Maka kata
ُ‫ الصَّلَاة‬adalah mubtada' ; karena ia isim marfu' yang kosong dari amil-amil lafzhiy (2),
dan kata (‫)نــور‬: adalah khabar karena ia mengabarkan mubtada' yang dengannya
kalimat menjadi sempurna.
Hukum mubtada' dan khabar: (Keduanya) rafa' dengan dhammah atau dengan
yang menggantikannya. Karena rafa' itu dapat ditandai dengan dhammah
sebagaimana perkataanmu: ‫( زَيْد قَائِم‬Zaid telah berdiri)(3), atau rafa' dengan alif,
seperti perkataanmu: ِ‫( الزَّيْدَانِ قَائِمَان‬dua orang Zaid telah berdiri)(4), atau rafa' dengan
wawu, seperti perkataanmu: ِ‫( الزَّيْدَانِ قَائِمَان‬beberapa Zaid telah berdiri) (5).
__________________________
(1) Hadits dikeluarkan oleh Imam Muslim, dari Harits Al-asy'ariy semoga Allah
meridhainya.
(2) Dikecualikan dengannya dari dikaitkannya dengan ‘amil lafadz seperti fi’il. contoh: ِ‫قَامَت‬
‫ الصَّلَاة‬tidaklah dikatakan kata ‫ الصَّلَاة‬itu mubtada' tetapi ia fa'il.
(3) Kata ‫ زَيْد‬: mubtada' marfu', tanda rafa'nya adalah dhammah, ‫ قَائِم‬: khabar marfu', tanda
rafa'nya adalah dhammah.
(4) Kata ِ‫ الزَّيْدَان‬: mubtada' marfu', tanda rafa'nya adalah huruf alif karena ia mutsanna, ِ‫قَائِمَان‬
: khabar marfu', tanda rafa'nya adalah huruf alif karena ia mutsanna.
(5) Kata َ‫ الزَّيْدوْن‬: mubtada' marfu', tanda rafa'nya adalah huruf wawu karena ia adalah jamak
mudzakkar salim. َ‫ قَائِموْن‬: khabar marfu', tanda rafa'nya adalah huruf wawu.
Mubtada dan Khabar Halaman 96

Macam-Macam Mubtada

Pengarang telah berkata: (Mubtada' itu ada dua macam: Dzahir dan dhamir. Yang
dzahir adalah apa yang telah disebutkan terdahulu, dan dhamir ada dua belas, yaitu:
َّ‫ هن‬، ْ‫ هم‬، ‫ همَا‬، َ‫ هِي‬، َ‫ هو‬، َّ‫ أَنْتن‬، ْ‫ أَنْتم‬، ‫ أَنْتمَا‬، ِ‫ أنَت‬، َ‫ أَنْت‬، ‫ نَحْن‬، ‫ أَنَا‬seperti perkataanmu: ‫أَنَا قَائِم‬, َ‫نَحْن قَائِموْن‬, dsb.

Penjelasan: Mubtada' itu ada dua macam, dzahir dan dhamir, yang dzahir sudah
dijelaskan sebelumnya. Adapun dhamir, maka posisinya sebagai mubtada' ada dua
belas dhamir, semuanya dhamir munfashil, yaitu:

Dhamir ‫ أَنَا‬dan ‫نَحْن‬: Dhamir ‫ أَنَا‬untuk mutakallim / orang yang bicara yang tunggal, dan ‫َنَحْن‬
untuk mutakallim jamak, atau satu dalam bentuk pengagungan dirinya, anda katakan: ‫أَنَا قَائِم‬
(saya adalah yang berdiri), َ‫( نَحْن قَائِموْن‬kami adalah yang berdiri).
Dhamir َ‫ أَنْت‬dan ِ‫ أَنْت‬untuk mukhathab (yang diajak bicara) mufrad / tunggal; َ‫أَنْت‬: untuk
mudzakkar dan ِ‫ أَنْت‬untuk muannats. Anda katakan (arti anda adalah yang berdiri): ‫أَنْتَ قَائِم‬
[lk] dan ‫[ أنْتِ قَائِمَة‬pr].
Dhamir ‫ أَنْتمَا‬untuk mukhathab mutsanna /orang kedua ganda mudzakkar maupun muannats.
Anda katakan (arti kalian berdua adalah yang berdiri): ‫[ أَنْتمَا قَائِمَان‬lk] dan ‫[ أَنْتمَا قَائِمَتَان‬pr].
Dhamir ْ‫ أَنْتم‬dan َّ‫ أنْتن‬untuk mukhathab jamak / orang kedua jumlah lebih dari dua, ْ‫أَنْتم‬: untuk
mudzakkar dan َّ‫ أنْتن‬untuk muannats. Anda katakan (arti kalian adalah yang berdiri): ‫أَنْتمْ قَائِموْن‬
[lk] dan ‫[ أنْتنَّ قَائِمَات‬pr].
Dhamir َ‫ هو‬dan َ‫ هِي‬untuk ghaib mufrad /orang ketiga tunggal, َ‫ هو‬untuk mudzakkar dan َ‫ هِي‬untuk
muannats. Anda katakan (arti dia adalah yang berdiri) : ‫[ هوَ قَائِم‬lk] dan ‫[ هِيَ قَائِمَة‬pr].
Dhamir ‫ همَــا‬untuk ghaib mutsanna /orang ketiga ganda mudzakkar ataupun muannats.
Anda katakan (arti mereka berdua adalah yang berdiri): ‫[ همَا قَائِمَان‬lk] dan ِ‫[ همَا قَائِمَتَان‬pr].
Dhamir ْ‫ هم‬dan َّ‫ هن‬untuk ghaib jamak / orang ketiga jumlah lebih dari dua, ْ‫ هم‬untuk mudzakkar
dan َّ‫ هن‬untuk muannats. Anda katakan (arti mereka adalah yang berdiri): ‫[ همْ قَائِموْن‬lk] dan
‫[ هنَّ قَائِمَات‬pr].

Dan mubtada' dhamir pada contoh tersebut tidak lain merupakan dhamir munfashil,
dan ia mabniy - tidak masuk padanya i'rab (perubahan), dan ia hanya dimabniykan
atas apa yang didengar atasnya (sama'iy), dikatakan dalam mengi'rabnya: "pada
posisi rafa' sebagai mubtada”. Maka anda katakan pada i'rabnya: ‫أَنَا قَائِم‬: ‫ أَنَا‬dhamir
munfashil mabniy atas sukun pada posisi rafa' sebagai mubtada'. *
__________________________

* Ibnu Hisyam menyebutkan bahwa dhamir pada perkataanmu :( َّ‫ وَ أَنْتن‬،ْ‫ وَ أَنْتم‬،‫ وَ أَنْتمَا‬،ِ‫ وَ أَنْت‬،َ‫ )أَنْت‬adalah: ‫أَن‬
saja dan adapun ُ‫ التَّاء‬adalah huruf khithab, dan perkataannya ini disandarkan kepada pendapat jumhur
(mayoritas), Dilihat di kitab Almughniy halaman 41. Dan dhamir pada (َّ‫ وَهن‬،ْ‫ وَهم‬،‫ )همَا‬adalah Ha' saja

Mubtada dan Khabar Halaman 97

Macam-Macam Khabar
Pengarang berkata: (Khabar itu ada dua macam: Mufrad dan ghairu mufrad.
Mufrad, contohnya: ‫ زَيْد قَائِم‬. Ghairu mufrad ada empat macam, Jar dan Majrur, Dzaraf,
Fi'il beserta fa'ilnya, Mubtada' beserta khabarnya. Contoh pada perkataanmu: ‫زَيْد فِي‬
‫( الدَّار‬Zaid di rumah), ‫( زَيْد عِنْدَك‬Zaid di sisimu) , ‫( زَيْد قَامَ أَبوْه‬Zaid, ayahnya telah berdiri), ‫زَيْد‬
ٌ‫( جَارِيَته ذَاهِبَة‬Zaid, budak perempuannya pergi).

Penjelasan: Khabar ada dua macam, mufrad dan ghairu mufrad


Khabar mufrad : yaitu bukan berupa jumlah/kalimat bukan pula syibhu jumlah
(yang menyerupai kalimat)
Contoh perkataanmu: ‫" زَيْد قَائِم‬Zaid berdiri", ‫" الزَّيْدَانِ قَائِمَان‬Dua orang Zaid berdiri" , َ‫الزَّيْدوْن‬
‫" قَائِموْن‬Beberapa orang Zaid berdiri".

Khabar ghairu mufrad ada dua macam, Jumlah dan Syibhu jumlah
💮 Jumlah ada dua macam, ismiyah dan fi'liyah
 Jumlah ismiyah yaitu kalimat yang diawali dengan isim, contoh :
ٌ‫( زَيْد جَارِيَته ذَاهِبَة‬Zaid, budak perempuannya pergi) (1).
 Jumlah fi'liyah yaitu kalimat yang diawali dengan fi'il, contoh:
‫( زَيْد قَامَ أَبوْه‬Zaid, ayahnya berdiri) (2).
💮 Syibhu jumlah ada dua macam: Jar dan majrur, dan dzaraf:
 Jar dan majrur, contoh: ‫( زَيْد قَائِم‬Zaid di rumah) (3).
 Dzaraf, contoh: َ‫( زَيْد عِنْدَك‬Zaid di sisimu) (4).
Kesimpulan: Khabar secara rinci ada lima macam: Mufrad, Jumlah ismiyah,
Jumlah fi'liyah, Jar dan majrur , Dzaraf *
__________________________
(1) Kata ‫ زَيْد‬: mubtada' pertama, ‫ جَارِيَته‬: mubtada' kedua dan mudhaf, dan Ha' (ُ‫)الْهَاء‬: dhamir
muttashil pada posisi jar sebagai mudhaf ilaih ٌ‫ ذَاهِبَة‬: khabar mubtada' kedua, dan jumlah
ismiyah (‫ )جَارِيَته ذَاهِبَة‬pada posisi rafa' sebagai khabar dari mubtada' pertama (‫)زَيْد‬
(2) Kata ‫ زَيْد‬: Mubtada', َ‫ قَام‬: fi'il madhi, ‫ أَبوْه‬: fa'il, dan jumlah fi'liyah (‫ )قَامَ أَبوْه‬pada posisi rafa'
adalah khabar bagi mubtada' (‫)زَيْد‬
(3) Kata ‫ زَيْد‬: Mubtada', ِ‫ فِي الدَّار‬: jar dan majrur, dan syibhu jumlah (ِ‫ )فِي الدَّار‬pada posisi rafa'
adalah khabar bagi mubtada' (‫)زَيْد‬
(4) Kata ‫ زَيْد‬: Mubtada', َ‫ عِنْدَك‬: dzaraf makan, dan syibhu jumlah (َ‫ )عِنْدَك‬pada posisi rafa' adalah
khabar bagi mubtada' (‫)زَيْد‬
* Catatan penting:
Ketahuilah bahwa ada perselisihan pendapat para ulama nahwu dalam perkara khabar,
apakah dzaraf dan jar dengan majrur merupakan khabarnya langsung ; ataukah khabarnya
mahdzuf (yang dibuang), sementara dzaraf dan jar dengan majrur dinisbatkan dengannya.
Maka apabila anda mengatakan: ِ‫( زَيْد فِي الدَّار‬Zaid di rumah) dan ‫( زَيْد عِنْدَك‬Zaid di sisimu) , maka
taqdir ‫زَيْد (كَائِن) فِي الدَّار‬.=
Mubtada dan Khabar Halaman 98

Bagan yang menjelaskan Khabar dan Contohnya


Khabar

Ghairu Mufrad Mufrad

‫زَيْد قَائِم‬
(Zaid telah berdiri)
Syibhu Jumlah / menyerupai kalimat Jumlah / kalimat

Dhorof Jar Majrur Fi'liyah Ismiyah


) َ‫زَيْد ( عِنْدَك‬ ) ِ‫زَيْد ( فِى الدَّار‬ ) ‫زَيْد ( جَارِيَته ذَاهِبَةٌ ) زَيْد ( قَامَ أَبوْه‬
Zaid disisimu Zaid di dalam rumah Zaid, berdiri ayahnya Zaid, pembantu(pr)nya pergi

Contoh:
Untuk khabar mufrad: ‫ص ْل ُح‬
ُّ ‫( َخيْر ال‬Hakim yang baik), ‫س‬ ِ ‫ت ِم ْن آ َ َيت‬
َّ ‫َان َوالقَ َم ُر ال‬
ُ ‫ش ْم‬ ِ ‫هللا آ َ َيا‬
(Matahari dan bulan adalah dua tanda kekuasaan Allah).

Untuk khabar jumlah ismiyyah: ‫ضبُ آ َ ِخ ُرهُ نَدَم‬ َ َ‫( الغ‬Kemarahan berakhir penyesalan)
‫( ال ِكتَابُ نَ ْفعُهُ َع ِظيْم‬Buku ini manfaatnya besar).

Untuk khabar jumlah fi'liyyah: ُ‫الصد ُْق يَ ْن ُج ْو َقائِلُه‬ ِ (Pengarang yang jujur akan bertahan)
ُ‫( ال ُم َؤدَّبُ ي ُِحبُّهَ إِ ْخ َوانُه‬Mencintai saudara adalah kesopanan).

Untuk khabar sibghul jumlah: ‫( ال َب َر َكةُ فِ ْي البُ ُك ْو ِر‬Keberkahan ada di awal), ‫النَّ ِم ْي َمةُ ِمنَ الذَّ ِم ْي َم ِة‬
‫صا ِل‬ ِ (Namimah (adu domba) adalah ciri orang munafik), ‫سفَ ُر َغدًا‬
َ ‫الخ‬ َّ ‫( ال‬Bepergian
besok).
__________________________

= (Zaid [ada] di rumah) dan ‫زَيْد (كَائِن) عِنْدَك‬, (Zaid [ada] di sisimu) khabarnya (‫ )كَائِن‬mahdzuf/
dihilangkan. Tetapi Pengarang berpegang pada pendapat pertama (bahwa jar+majrur dan
dzaraf adalah khabar) padahal pendapat kedua adalah pendapat jumhur (mayoritas ulama),
shahih... dan Allah Maha Mengetahui.
Mubtada dan Khabar Halaman 99

I'rab :

1. ﴾ ‫ ﴿ اهللُ رَبُّنَا‬Allah Tuhan kami.


ُ‫ اهلل‬: Lafdzul jalalah: mubtada marfu' dengan ibtida' dan tanda rafa'nya dhammah
dzahir diakhir katanya.
‫ رَبُّنَا‬: Kata ُّ‫رَب‬: khabar mubtada marfu' dan tanda rafa'nya dhammah dzahir diakhir
katanya dan sekaligus mudhaf.
‫ وَنَا‬: Dhamir muttashil mabniy menempati posisi jar mudhaf ilaih.

2. ﴾‫ ﴿ ءَأَنتمْ أَشَدُّ خَلْقًا‬Apakah penciptaanmu yang lebih hebat.


ْ‫أَأَنْتم‬: Hamzah (َ‫ )ء‬merupakan kata tanya, antum (‫ )أنتم‬adalah dhamir muttashil mabni
atas sukun yang menempati posisi rafa' mubtada, dan ta' (‫ )ت‬adalah huruf
khatob/orang yang diajak bicara dan mim (‫ )م‬menunjukan jamak.
ُّ‫أَشَد‬: khabar mubtada marfu' tanda rafa'nya dhammah dhohir diakhirnya.
‫خَلْقًا‬: Tamyiz manshub dan tanda nashobnya fathah dhohir diakhirnya.

3. ﴾ ِ‫ ﴿ نَحْن أَنْصَار اللَّه‬Kamilah penolong agama Allah.


‫ نَحْن‬: dhamir muttashil mabni atas fathah yang menempati posisi rafa' mubtada.
‫أَنْصَار‬: khabar mubtada marfu' dan tanda rafa'nya dhammah dhohir diakhirnya.
ِ‫اللَّه‬: Lafdzul jalalah mudhof ilaih majrur dan tanda jarnya kasrah dhohir.

4. ﴾ َ‫ ﴿ هِىَ عَصَاى‬Ini adalah tongkatku.


َ‫هِى‬: Dhamir munfashil mabni dengan fathah, pada kedudukan rafa' sebagai mubtada.
َ‫عَصَاى‬: Khabar mubtada marfu' dan tanda rafa'nya dhammah muqoddaroh, yang
ditakdirkan atas alif karena dia mudhof.
Dan ‫ يَاء‬mutakalim adalah dhamir muttashil mabni menempati tempat jar sebagai
mudhof ilaih.

5. ﴾َ‫ ﴿ وَهمْ فِيْهَا خَلِدوْن‬Mereka kekal di dalamnya.


‫ الَاء‬:ْ‫هم‬: Dhamir munfashil mabni dengan dhammah menempati isim yang rafa' yaitu
mubtada, dan mim adalah tanda jamak.
‫فِيْهَا‬: Jar majrur terkait dengan isim fa'il َ‫خَالِدوْن‬
َ‫خَالِدوْن‬: Khabar mubtada marfu dan tanda rafa'nya adalah wawu sebagai ganti dari
dhammah, karena jamak mudzakkar salim.
Mubtada dan Khabar Halaman 100

6. ﴾ ‫ ﴿ أُوْلَٰئِكَ مَأْوَاهم النَّار‬Mereka itu tempatnya ialah neraka.


َ‫ أُوْلَٰئِك‬: Isim isyarah, mabniy atas kasrah didalam kedudukan rafa' sebagai mubtada
awal; dan kaf adalah huruf khathab.
‫مَأْوَاهم‬: Kata ‫ مَأْوَى‬adalah mubtada kedua, marfu', dan tanda rafa'nya adalah dhammah
muqaddarah atas alif yang udzur sehingga menghalangi penampakan (harakat)nya,
dan dia juga sekaligus mudhaf; Ha adalah dhamir muttashil, mabniy atas dhammah
didalam kedudukan jar sebagai mudhaf ilaih, dan mim sebagai tanda jamak.
‫النَّار‬: Khabar dari mubtada kedua, marfu', dan tanda rafa'nya adalah dhammah dzahir.
Mubtada kedua dan khabarnya didalam kedudukan rafa' sebagai khabar pada
mubtada awal.

7. ﴾ ‫ ﴿ اهللُ يَبْسطُ الرِزْق‬Allah meluaskan rejeki.


ُ‫اهلل‬: Lafadz jalaalah: mubtada, marfu', dan tanda rafa'nya adalah dhammah dzahir.
ُ‫يَبْسط‬: Fi'il mudhari', marfu', dan tanda rafa'nya adalah dhammah dzahir
diakhirannya; dan fa'il adalah dhamir mustatir jawaazan dengan takdirnya adalah
(َ‫)هو‬.
َ‫الرِزْق‬: Maf'ul bih, manshub, dan tanda nashabnya adalah fathah dzahir diakhirannya.
Jumlah fi'liyyah dengan fi'il dan fa'il didalam kedudukan rafa' sebagai khabarnya
mubtada.

8. ﴾ ِ‫ ﴿ احلَمْد لِلٰه‬Segala puji bagi Allah.


‫احلَمْد‬: Mubtada marfu' dengan permulaan dan tanda rafa'nya dhammah yang nampak.
ِ‫لِلٰه‬: Huruf lam (‫ )الالَم‬huruf jar dan lafadz jalaalah isim majrur dan tanda jarnya kasrah
yang nampak, dan jar dan majrur keduanya dihubungkan sebagai idhofah khabar
mubtada

9. ﴾ ْ‫ ﴿ وَٱالرَّكْب أَسْفَلَ مِنْكُم‬Sedang kafilah itu berada dibawah kamu.


‫الرَّكْب‬: Mubtada marfu' dan tanda rafa'nya dhammah yang nampak.
َ‫أَسْفَل‬: Dzaraf makan (keterangan tempat) manshub dan tanda nashobnya fathah dan
dia dihubungkan sebagai idhofah khabar mubtada.
ْ‫مِنْكُم‬: Jar dan majrur keduanya dihubungkan sebagai idhofah sifat dari (‫)أَسْفَل‬
Nawasikh Halaman 102

Bab Nawaasikh / Perusak

Berkata al mushannif tentang 'aamil-'aamil yang masuk pada mubtada dan khabar:
'Aamil-'aamil tersebut terdiri dari tiga macam, yaitu: َ‫ َكان‬dan yang semisalnya, ‫ إِ َّن‬dan
yang semisalnya dan ُ‫ظنَ ْنت‬ َ dan yang semisalnya.
*note: terjemahan langsung dari ‫ أ َ ْخ َوات ُ َها‬adalah saudara-saudaranya; tetapi kami
gunakan yang semisalnya agar sesuai konteks.
Penjelasan: Mubtada dan khabar itu keduanya marfu', akan tetapi terkadang masuk
kepadanya 'aamil lafadz sehingga mengubah dan merusak/membatalkan hukum
sebelumnya. Hal ini dinamakan sebagai 'aamil nawasikh (faktor perusak).
Nawasikh merupakan jamak dari kata ‫( نَا ِسخ‬perusak). Dari segi bahasa, kata perusak
memiliki beberapa makna yang diantaranya memiliki makna 'menghilangkan'. Bila
dikatakan : "matahari merusak/menghapus bayangan", maka berarti (matahari)
menghilangkan (bayangan). Secara istilah, artinya adalah membatalkan hukum
mubtada dan khabar.
Nawasikh terdiri dari tiga macam:
1. Yang merafa'kan mubtada' dan menashabkan khabar, yaitu: َ‫ َكان‬dan yang
semisalnya, dan semuanya adalah fi'il. Dinamakan yang pertama dari dua ma'mul
( َ‫ ) َكان‬itu isimnya dan yang kedua dinamakan sebagai khabarnya. Contoh: ‫طا‬ ً ‫َكانَ زَ يْد نَ ِش ْي‬
(Zaid itu rajin).
2. Yang menashabkan mubtada dan merafa'kan khabar, yaitu ‫ إِ َّن‬dan yang
semisalnya, dan semuanya adalah huruf. Yang pertama dari dua ma'mul ( ‫)إِ َّن‬
dinamakan isimnya dan yang kedua dinamakan khabarnya. Contoh: ‫ِإ َّن زَ ي ًْزا نَ ِشيْط‬
(sungguh Zaid itu rajin).
3. Yang menashabkan mubtada dan khabar, yaitu ‫ظ َّن‬ َ dan yang semisalnya, dan
semuanya adalah fi'il. Yang pertama dari dua ma'mul ( ‫ظ َّن‬ َ ) dinamakan maf'ul awwal
dan yang kedua dinamakan maf'ul tsaani. Contoh: ‫طا‬ ً ‫ظنَ ْنتُ زَ ْيدًا نَ ِش ْي‬
َ (saya mengira si Zaid
itu rajin).
ٌ ‫إنَّ َزي ًدا َنشِ ي‬
contoh : ‫ط‬ ِ contoh : ‫َكانَ َزي ٌد َنشِ ي ًطا‬
‫ إِن‬dan yang . ‫ َكان‬dan yang
An Nawaasikh
semisalnya semisalnya
Menashabkan isim, Merafa'kan isim,
merafa'kan khabar menashabkan khobar.
Menashabkan isim

ُ ‫َظ َنن‬
Contoh : ‫ت َزي ًدا‬
dan khabar

‫َنشِ ي ًطا‬

‫ َظن‬dan yang
semisalnya.
Nawasikh Halaman 103

Pertama : Kaana dan yang Semisalnya


Berkata al mushannif mengenai ٌَ‫ كَان‬dan yang semisalnya :

Sesungguhnya ٌَ‫ كَان‬dan yang semisalnya merafa'kan isim dan menashabkan khabar.
Dan dia adalah: ‫( َك َنا‬ada, terjadi) , ‫سى‬ َ ‫( أَ ْم‬waktu sore), ‫ح‬ ْ َ ‫( أ‬waktu subuh), ‫ضحَى‬
ٌَ ‫ص َب‬ ْ َ‫( أ‬waktu
dhuha), ‫( َظ ٌَّل‬waktu siang), ٌَ‫( َبات‬waktu malam), ‫َار‬ ٌَ ‫( ص‬menjadi), ‫ْس‬ ٌَ ‫( لَي‬tidak), dan ٌ‫ٌ َما‬-ٌ‫اٌزا ٌَل‬
َ ‫َم‬
َ ِ‫ ٌ َماٌفَت‬-ٌ َّ‫( أَ ْنفَك‬semuanya berarti senantiasa), serta penurunan atau tashrif
‫ ٌ َماٌدَا َما‬-ٌ ‫ ٌ َماٌبَ ِر َح‬-ٌ ‫ئ‬
darinya, seperti ‫ُن‬ ٌْ ‫ ٌ َوك‬-ٌ ُ‫ ٌ َيك ُْون‬-ٌ َ‫كَان‬, dan ‫ح‬ ْ َ ‫ ٌأ‬-ٌ ‫ص ِب ُح‬
ٌْ ِ‫صب‬ ْ َ ‫أ‬. Anda mengatakan : ‫ٌزيْد ٌ َقائِ اما‬
ْ ُ‫ ٌي‬-ٌَ‫صبَح‬ َ َ‫كَان‬
(Zaid itu berdiri), ‫صا‬ ‫ْسٌع َْمرٌشا َ ِخ ا‬ َ ‫( لَي‬Amar tidak naik), dan sejenisnya.

Penjelasan: ٌَ‫ كَان‬dan yang semisalnya adalah : ‫( َكنَا‬ada, terjadi) , ‫سى‬ َ ‫( أَ ْم‬waktu sore), ‫ح‬
ٌَ َ‫صب‬ْ َ‫أ‬
(waktu subuh), ‫ضحَى‬ ْ َ‫( أ‬waktu dhuha), ‫( َظ ٌَّل‬waktu siang), ٌَ‫( َبات‬waktu malam), ‫َار‬ ٌَ ‫ص‬
(menjadi), ‫ْس‬ َ َ َ َ
َ ِ‫ٌ َماٌفت‬-ٌ َ‫ٌ َماٌأ ْنفك‬-ٌَ‫اٌزال‬
ٌَ ‫( لي‬tidak), ‫ٌ َماٌدَا َما‬-ٌَ‫ٌ َماٌ َب ِرح‬-ٌ‫ئ‬ َ ‫( َم‬semuanya berarti senantiasa).

Fungsinya : merafa'kan isim dan menashabkan khabar.

Contoh : ‫ٌزيْدٌقَائِ اما‬


َ َ‫( كَان‬Zaid itu berdiri).

I'rabnya :‫ ٌَكَان‬: fi'il madhi, naasikh (perusak), merafa'kan isim dan menashabkan
khabar.

Kata (ٌ‫)زيْد‬ َ : isim kaana, marfu', dan tanda rafa'nya adalah dhammah dzahir di
akhirnya.
Kata (‫ )قَا ِئ اما‬: khabar kaana, manshub, dan tanda nashabnya adalah fathah dzahir di
akhirnya.

Dan ٌَ‫ كَان‬dan yang semisalnya dibagi menjadi tiga macam:

Pertama: Apapun yang beramal yang tidak membutuhkan syarat.


Kelompok ini meliputi 8 kata yaitu: ٌ َ‫ٌكَان‬,ٌ‫سى‬ َ ‫أَ ْم‬,ٌَ‫صبَح‬
ْ َ ‫أ‬,ٌ‫ضحَى‬
ْ َ‫أ‬,ٌَّ‫ َظل‬,ٌ َ‫بَات‬,ٌ‫َار‬ ٌَ ‫لَي‬.
َ ‫ ص‬dan ‫ْس‬
ٌَ‫ كَان‬: Dia berfungsi menyifati isim dengan khabar pada masa lampau (telah terjadi).
Contoh: ‫ش ِد ْي اٌد‬ َ ٌُ‫ ( كَانَ ٌالبَ ْرد‬dingin itu sangat terasa).
‫سى‬ َ
َ ‫ أ ْم‬: Dia berfungsi menyifati isim dengan khabar pada waktu sore. Contoh:
َ َ ‫س‬
‫ىٌزيْدٌذا ِك ارا‬ َ ‫ ( أَ ْم‬pada sore hari Zaid berdzikir).
ٌَ َ‫صب‬
‫ح‬ ْ َ ‫ أ‬: Dia berfungsi menyifati isim dengan khabar pada pagi hari. Contoh: ٌُ‫صبَحٌَالبَ ْرد‬ ْ َ‫أ‬
‫ش ِد ْيداا‬
َ ( di pagi hari dingin itu sangat terasa).
Nawasikh Halaman 104

‫ضحَى‬
ْ َ‫أ‬: Dia berfungsi menyifati isim dengan khabar pada waktu dhuha. Contoh: ‫أَضْخَى‬
‫( زَيْد نَشِيْطًا‬pada waktu dhuha Zaid rajin).
َّ‫ظَــل‬: Dia berfungsi menyifati isim dengan khabar pada
waktu siang, contoh: ‫( ظلَّ زَيْد صَائِمًا‬pada waktu siang Zaid berpuasa).
َ‫بَــات‬ : Dia berfungsi menyifati isim dengan khabar pada waktu malam, contoh:
‫( بَاتَ زَيْد مصَلِّيًا‬pada waktu malam Zaid shalat).
َ‫ صَــار‬: Dia berfungsi mengubah keadaan isim ke keadaan yang ditunjukkan oleh
khabar, contoh: ‫( صَــارَ العَجِيْن خبْزًا‬adonan telah menjadi roti).

َ‫ لَيْـس‬: Dia berfungsi menafikan khabar dari isim, contoh


pada firman Allah Ta’ala: ﴾ ‫( ﴿ و َلَيْسَ الذَّكَر كَالْأُنْثَى‬dan tidaklah lelaki itu seperti
perempuan) . (1)

Kedua: Apapun yang beramal dengan syarat didahului oleh penafiy.


Kelompok ini meliputi empat kata : (َ‫زَال‬, َ‫وَبَرِح‬, َ‫وَفَتِئ‬, َّ‫) وَانْفَك‬. Ia memiliki fungsi mengulang-
ulang, seperti sabda Nabi ‫ ﷺ‬:》 ِ‫(》مَا زَالَ جِبْرِيْلُ يوصِيْنِي بِاخلَار‬Jibril senantiasa menasehatiku
mengenai tetangga) (2). Dan seperti perkataanmu: ‫( مَا بَرِحَ زَيْد قَارِئًا‬Zaid senantiasa berdiri),
‫( َمَا فَتِئَ عَمْرو ذَاكِرًا‬Amar senantiasa berdzikir), dan ‫( َمَا انْفَكَّ بَكْر مصَلِّيًا‬Bakri senantiasa shalat).

Ketiga : Apapun yang beramal dengan syarat didahului oleh (‫ )مَا‬mashdariyah


dzarfiyah:
yaitu kata (َ‫ )دَام‬dan tiada lainnya, dan ia berfungsi untuk menjelaskan kontinuitas,
seperti pada firman Allah Ta’ala: ﴾ ‫( ﴿ و َأَوْصَانِى بِالصََّلوٰةِ و َالزَّكٰـوةِ مَا دمْت حَيًّا‬Dia mewasiatkan
kepada saya [mendirikan] shalat dan [menunaikan] zakat selama saya hidup) .
(3)

Maksudnya : membiasakan selama hidup.

Makna perkataan al-Mushannif rahimahullah pada kalimat : {dan apa-apa yang


ditashrif darinya} yaitu: dari َ‫ كَان‬dan yang semisalnya maka ia beramal seperti (fi'il)
madhi, sama saja apakah ia fi'il mudhari atau fi'il amr atau lainnya. Anda katakan:
‫( كَانَ زَيْد قَائِمًا‬Zaid telah berdiri), ‫( يَكُوْنُ زَيْد قَائِمًا‬Zaid sedang berdiri), dan ‫( كُنْ قَائِمًا‬berdirilah!).

__________________________
(1) QS Ali Imran ayat 36
(2) Hadits muttafaq 'alaih dari Ibnu Umar dan Aisyah (semoga Allah meridhai mereka)
(3) QS Maryam ayat 31
Nawasikh Halaman 105

Sabda Rasulullah ‫ ﷺ‬: 《 َّ‫( 》 لَا يَزَرلُ لِسَانكَ رَطْبًا مِنْ ذِكْرِ اهللِ عَزَّ وَ جَل‬Hendaklah lisanmu tiada
berhenti dari dzrikrullah 'azza wa jalla) (1).

__________________________
(1) Hadits diriwayatkan oleh Ahmad dari hadits Abdullah bin Busra radhiyAllahu 'anhu.

* Faedah-faedah dan Catatan-catatan Penting:


1- Ibnu 'Utsaimin rahimahullah berkata mengenai firman Allah Ta’ala ﴾‫﴿وَ كَانَ اللَّه سَمِيْعًا بَصِْيرًا‬
(sesungguhnya Allah itu Maha Mendengar lagi Maha Melihat) dan yang serupa dengan itu : hal
ini bukanlah bermakna bahwa kejadian tersebut telah berlalu, akan tetapi tidak berhenti (berlanjut
terus menerus).
Tasir alqur'an oleh Ibnu 'Utsaimin bab 1 halaman 124.
2- Isim َ‫ كَان‬dan yang semisalnya mempunyai bentuk yang berbeda-beda, diantaranya berupa
• isim dzahir, contoh: ‫( كَانَ عَلِيُّ قَائِمًا‬Ali itu berdiri),
• dhamir muttashil, contoh: ‫( كُنْت قَائِمًا‬saya berdiri),
• dhamir mustatir, contoh: ‫حمَّد كَانَ قَائِمًا‬
َ ‫( م‬Muhammad adalah yang berdiri),
• dhamir munfashil, contoh: َ‫( مَا كَانَ قَائِمًا إِلَّا أَنْت‬tidak ada yang berdiri kecuali kamu).
3- Khabar َ‫ كَان‬dan yang semisalnya, contoh: khabarnya mubtada ditinjau dari jenis dan
pembagiannya,
• terkadang mufrad, contoh: ‫كَانَ محَمَّد مذَاكِرًا‬
• terkadang berupa jumlah fi'liyah, contoh: َ‫حمَّد يذَاكِر الدَّرْس‬
َ ‫كَانَ م‬
• atau berupa jumlah ismiyah, contoh: ٌ‫كَانَ محَمَّد مذَا ِكرَاته جَيِّدَة‬
•terkadang berupa syibhu jumlah dari jar dan majrur, contoh: ِ‫كَانَ محَمَّد فِيْ الْبَيْت‬
• atau dzaraf, contoh: ِ‫كَانَ محَمَّد فَوْقَ الْبَيْت‬.
Dan ketahuilah bahwa: Khabar َ‫ كَان‬apabila berupa mufrad maka keadaannya manshub ; dan jika
berupa jumlah atau syibhu jumlah maka keadaannya 'didalam kedudukan nashab'.
4- Kata َ‫ كَان‬dan yang semisalnya dinamakan sebagai fi'il naqish, karena tidak cukupnya ia dengan
marfu'nya (isim َ‫ )كَان‬terhadap manshubnya (khabarnya). Jika anda katakan: ‫ كَانَ زَيْد‬tanpa
mengatakan ‫ قَاِئمًا‬sebagai contoh, maka kalimat tersebut kurang sempurna, tidak menghasilkan
faedah (tidak difahami) bagi pendengarnya. Dilihat di kitab AlKawakib bab 1 halaman 195.
5- Bisa terjadi pada ( ‫ أَضْحَى‬،َ‫ أَصْبَح‬،‫ أَمْسَى‬,َ‫ كَان‬dan َّ‫ )ظَل‬bermakna َ‫( صَار‬menjadi), contoh pada firman Allah
Ta’ala: ﴾ َ‫﴿ وَ كَانَ مِنَ الْكَاِفرِيْن‬, ﴾ ‫﴿ فَأَصْبَحْتمْ بِنِعْمَِتهِ إِخْوَانًا‬, dan ﴾ ‫﴿ظَل َ وَجْهه مسْ َودًّا‬. Dilihat di kitab Syarah al-Mufashshal
bab 6 halaman 106 dan kitab Qathru an-Nada halaman 186, dan kitab Hasyiya Abi Annaja halaman
85.
6- Terdapat (َ‫ )بَات‬pada satu ayat dalam al-Qur'an pada firman-Nya ﴾ ‫﴿ الَّذِيْنَ يَبِيْتوْ َن لِرَِّبهِمْ سجَّدًا وَ قِيَٰمًا‬.
7- Tidak ditemui (‫ )أمْسَى‬sebagai fi'il nasikh dalam al-Qur'an al-Karim. Begitupun (‫ )أَضْحَى‬juga tidak ada
sama sekali. Dilihat di kitab Ma'aniy Nahwi Lissamraa'i bab 1 halaman 217.
8- Disyaratkan masuknya nafiy pada َ‫ زَال‬dan yang semisalnya karena ia bermakna penafiyan.
Sehingga bila masuk padanya penafiy terbalik buktinya berfungsi sebagai pengulangan
(kontinuitas).
Dilihat di kitab Alhasyiyah Abi Annaja halaman 85.
9- Kata (‫ )مَا‬yang masuk pada (َ‫ )دَام‬dinamakan mashdariyah karena ia ditakdirkan bersama fi'il
setelahnya sebagai mashdar, selalu, dan sebagai dzarfiyah karena ia biasanya menggantikan
dzaraf.
Nawasikh Halaman 109

Kedua: Inna dan yang Semisalnya

Pengarang berkata: Adapun َّ‫ إِن‬dan yang semisalnya: maka ia menashabkan isim dan
merafa'kan khabar, yaitu: َ‫ لَيْت‬,َّ‫ كَأَن‬,َّ‫ لَكِن‬,َّ‫ أن‬,َّ‫إِن‬, dan َّ‫لَعَل‬. Anda katakan: ‫إِنَّ زَيْدًا قَائِم‬
(sesungguhnya Zaid itu berdiri) ,‫ت عَمْرًا شاَخِص‬
َ ‫( َلَْي‬seandainya Amar hadir), dsb.
Dan makna َّ‫ إِن‬dan َّ‫ أَن‬untuk penegasan/taukid, َّ‫ لَكِن‬untuk mempertentangkan/istidrak
bermakna “akan tetapi”, َّ‫ كَأَن‬untuk penyerupaan/tasybih yang bermakna “seperti”,
َ‫ لَيْت‬untuk angan-angan/tamanniy yang bermakna “pengandaian”, ,َّ‫لَعَل‬ untuk
pengharapan / tarajjiy dan khawatir /tawaqqu'.

Penjelasan: Anda telah mengenal َ‫ كَان‬dan yang semisalnya.


Sekarang anda akan mengenal jenis nawasikh yang kedua, yaitu:
َّ‫ إِن‬dan yang semisalnya, ada enam huruf yaitu: َ‫ لَيْت‬,َّ‫ كَأَن‬,َّ‫ لَكِن‬,َّ‫ أَن‬,َّ‫إِن‬, dan َّ‫لَعَل‬
Amalnya: Menashabkan isim dan merafa'kan khabar.
Contohnya: ‫( إِنَّ زَيْدًا قَائِم‬sesungguhnya Zaid itu berdiri).
I'rabnya: َّ‫ إِن‬: huruf nasikh menashabkan isim, merafa'kan khabar. ‫زَيْدًا‬, isim َّ‫إِن‬
manshub, tanda nashabnya fathah dzahirah di atas huruf akhirnya. ‫قَائِم‬: khabar َّ‫إِن‬
marfu', tanda rafa'nya dhammah dzahirah di atas huruf akhirnya.

Adapun maknanya: (َّ‫وَ أَن‬ ،َّ‫ )إِن‬maknanya penegasan. Anda katakan ‫زَيْد قَائِم‬, kemudian
masuk (َّ‫ )إِن‬untuk menegaskan khabar dan menjelaskannya, maka anda katakan: ( َّ‫إِن‬
‫( )زَيْدًا قَائِم‬sesungguhnya zaid yang berdiri)(1), dan contoh firman Allah Ta’ala: ﴾ َ‫إِنَّ ٱللٰه‬
‫( ﴿ لَطِيْف خَبِيْر‬sesungguhnya Allah Maha Halus lagi Maha Mengetahui) (2) dan ﴾ ْ‫اِعْـلَموْا‬
ِ‫( ﴿ أَنَّ ٱللٰهَ شَدِيْد الْعِقَاب‬ketahuilah, bahwa sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya) (3).

__________________________

(1) Syarah al-Qathr halaman 205


(2) QS Al-Hajj ayat 63
(3) QS Al-Maidah ayat 98
Nawasikh Halaman 110

Dan (َّ‫ )لَكِن‬: maknanya istidraak (mempertentangkan), yaitu menghilangkan apa yang
dikesankan dari kalimat sebelumnya, contoh: ‫( زَيْد غَنِي لَكِنَّه بَخِيْل‬Zaid itu kaya tetapi dia
pelit), maka sesungguhnya gambaran tentang Zaid yang kaya kesannya bahwa dia
dermawan, maka sirnalah kesan tersebut dengan perkataan ‫( لَكِنَّه بَخِيْل‬akan tetapi dia
pelit)(¹).
Dan (َّ‫)كَأَن‬: Maknanya tasybih (penyerupaan), contoh: ‫( كَأَنَّ زَيْدًا أَسَد‬Zaid seperti singa),
dan firman Allah ﴾ ‫( ﴿ كَأَنَّهَا كَوْكَب‬Seakan² ia bintang) (²).
Dan (َ‫)لَيْت‬: Maknanya attamanniy (angan-angan): Yaitu tuntutan yang mustahil -
biasanya - atau mungkin berhasil (³), Mustahil, contohnya: ‫( لَيْتَ الشابَابَ عَائِد‬seandainya
masa muda itu kembali). Mungkin, contohnya: ‫( لَيْتَ محَمَّدًا حَضِر‬seandainya Muhammad
hadir).
Dan (َّ‫)لَعَل‬: Maknanya: tarajjiy (pengharapan) dan tawaqqu'iy (khawatir), tarajjiy untuk
hal yang disukai, contoh: ‫( لَعَلَّ ٱللٰهَ يَرْحَمنَا‬semoga Allah merahmati kita), dan tawaqqu'iy
untuk hal tidak disukai, contoh: ‫( لَعَلَّ العَدوَّ قَادِم‬jangan-jangan musuh tiba)*
__________________________

(1) Kitab al-Qawa'id al-Asaasiyyah hal. 159 dan dilihat di kitab Mujibunnidaa hal. 235.
(2) QS An-Nuur ayat 35
(3) Dilihat di kitab al-Mughniy halaman 375
* Faedah-faedah dan Catatan-catatan Penting :
1. Diantara perbedaan antara (َّ‫ )إِن‬yang hamzahnya dikasrahkan dengan yang difathahkan. ( َّ‫ )إِن‬yang
difathahkan tidak diletakkan di awal kalimat, ia harus didahului dengan kalimat, seperti ْ‫بَلَّغَنِي أَوْ أَعْجَبَنِي‬
(disampaikan kepada saya atau membuat saya kagum) dan yang semisal. Dilihat di kita Syarah Qathru
an- Nada halaman 205.
2. Kata (َّ‫ )لَكِن‬harus didahului dengan kalimat, jika nun tidak ditasydid maka harus diabaikan, ia tidak
beramal dan maknanya tetap yaitu istadrak (mempertentangkan), contoh firman Allah Ta’ala ﴾ ‫وَمَا‬
‫( ﴿ َظلَمْنٰهمْ وَلٰكِنْ كَانواْ أَنْفُسَهمْ يَظْلِموْن‬Kami tidak menzalimi mereka, akan tetapi merekalah yang menzalimi
diri mereka sendiri) dan firman-Nya Ta’ala: ﴾ ِ‫( ﴿ لٰكِنِ ٱلرٰ سِحوْنَ فِي العِلْم‬tetapi orang-orang yang mendalam
ilmunya). Dilihat di kitab syarah al-Qathr halaman 212, dan Mujiibun Nadaa halaman 235.
3. Ibnu Qayyim rahimahullah berkata tentang ( َّ‫)َلعَل‬: Hanya membandingkannya makna tarajjiy jika
ia dari makhluq, adapun pada hak orang yang tidak boleh pada haknya tarajjiy maka ia untuk
menjelaskan sebab (ta'lil) saja. Seperti firman Allah Ta’ala: ﴾ َ‫( ﴿ َلعَلَّكُمْ تَتَّقُوْن‬agar kamu bertaqwa), Dan
pengharapan yang terkait dengan orang yang bicara kutipan dari "Syifa'ul 'alil" halaman 328. Dilihat
di kitab ash-Shaban bab 1 halaman 404.
4. Jika (‫ )مَا‬huruf tambahan bersambung dengan (َّ‫ )ِإن‬dan yang semisalnya, ia akan menyelamatkan
amal jumlah ismiyah yang ia masuk padanya, kalimat yang tersusun dari mubtada' dan khabar tetap
seperti semula sebagaimana sebelum masuknya huruf nasikh, contohnya firman Allah Ta’ala: ﴾ ‫إِنَّمَا‬
ٌ‫( ﴿ َلعَلَّكُمْ تَتَّقُوْنَ ٱملُؤْمِنوْنَ إِخْوَة‬sesungguhnya orang-orang mukmin itu bersaudara) kecuali (َ‫ )لَيْت‬maka boleh
mengabaikannya dan boleh mengamalkannya. Dilihat di syarah al-Qathr halaman 207
Nawasikh Halaman 113
Ketiga : Dzhanna dan yang Semisalnya

Berkata al mushannif mengenai ‫ ظَنَنْت‬dan yang semisalnya :


Sesungguhnya ‫ ظَنَنْت‬dan yang semisalnya menashabkan mubtada' dan khabar, atas
dasar keduanya merupakan maf'ulnya. Dan dia adalah : ‫( ظَنَنْت‬saya telah menyangka),
‫( حَسِبْت‬saya telah mengira), ‫( ِخلْت‬saya telah membayangkan), ‫( زَعَمْت‬saya telah
menduga), ‫( رَأَيْت‬saya telah melihat), ‫( َعلِمْت‬saya telah mengetahui), ‫( وَجَدْت‬saya telah
mendapati), ‫( اتَّخَذْت‬saya telah menjadikan), ‫( جَعَلْت‬saya telah menjadikan), ‫( سَمِعْت‬saya
telah mendengar). Anda mengatakan : ‫( ظَنَنْت زَيْدًا منْطَلِقًا‬saya telah menduga Zaid itu
pergi), ‫( ِخلْت عَمْرًا شَاخِصًا‬saya telah menduga 'Amer itu hadir), dan yang serupa dengan
contoh-contoh tersebut.

Penjelasan : Pengarang rahimahullah_menyebutkan jenis ketiga dari nawasikh:


Yaitu : َّ‫( ظَن‬menyangka), ‫( حَسِب‬mengira), َ‫( خَال‬membayangkan), َ‫( زَعَم‬menduga), ‫رَأَى‬
(melihat), ‫( َعلِم‬mengetahui), ‫( وَجَد‬mendapati), َ‫( اتَّخَذ‬menjadikan), ‫( جَعَل‬menjadikan).
Fungsinya : menashabkan isim dan khabar, atas dasar keduanya merupakan
maf'ulnya.

Contoh : ‫( ظَنَنْت زَيْدًا منْطَلِقًا‬saya menyangka Zaid berangkat).

I'rabnya : ‫ ظَنَنْت‬: fi'il madhi nasikh, ta: dhamir muttashil pada posisi rafa' sebagai fa'il.
‫ زَيْدًا‬: maf'ul bih pertama, manshub, dan ‫ منْطَلِقًا‬: maf'ul bih kedua, manshub.

📝 Dan َّ‫ ظَن‬dan yang semisalnya dikelompokkan kedalam tiga jenis :

Fi'il-fi'il yang ditujukan sebagai perkiraan, yaitu : َّ‫ظَن‬, dan َ‫حَسِب‬, dan َ‫خَال‬, dan َ‫زَعَم‬.
Kata َّ‫( ظَن‬menyangka), contoh : ‫( ظَنَنْت الفَجْرَ قَرِيْبًا‬saya menyangka fajar itu dekat/segera
datang).
Dan َ‫( حَسِب‬mengira), contoh : ‫( حَسِبْت العَمَلَ شَاقًا‬saya mengira pekerjaan itu sulit).
Dan َ‫( خَـال‬membayangkan), contoh: ً‫( خِلْت الشَّجَرَةَ مثْمِرَة‬saya membayangkan pohon itu
produktif).
Dan َ‫( زَعَم‬menduga/mengira), contoh : ‫( زَعَمْت السَّفَرَ سَهْلًا‬saya menduga perjalanan itu
mudah).

Fi'il-fi'il yang ditujukan sebagai kepastian, yaitu : ‫رَأَى‬, dan َ‫عَلِم‬, dan َ‫وَجَد‬.
Kata ‫( رَأَى‬melihat), contoh : ‫( رَأَيْت احلَقَّ منْتَصِرًا‬saya melihat kebenaran itu menang).
Dan َ‫( عَلِم‬mengetahui), contoh : ‫( َعلِمْت الصِّدْقَ منَجِّيًا‬saya mengetahui kejujuran itu
menyelamatkan).
Dan َ‫( وَجَد‬mendapati), contoh : ِ‫( وَجَدْت الصَّلَاحَ سِرَّ النَّجَاح‬saya mendapati kebaikan itu
rahasia kesuksesan).
Nawasikh Halaman 114

Fi'il-fi'il yang berfaedah untuk tahwil (mengubah sesuatu menjadi sesuatu yang lain),
yaitu: َ‫ اتَّ َخ ٌذ‬dan ‫ َجعَ ٌَل‬.

ِ ‫( ات َّ َخ ْذتُ ٌاأل َ ِميْنٌَص‬saya menjadikan orang yang jujur


Kata َ‫( ات َّ َخ ٌذ‬menjadikan), contoh: ‫َاح ابا‬
itu sahabat).
Dan ‫( َجعَ ٌَل‬menjadikan), contoh: ‫َب ٌبَاباا‬ َ ‫( َجعَ ْلتُ ٌال َخش‬saya menjadikan kayu sebagai
pintu).

Dan menurut Ibnu Ajjurum mengenai fi'il-fi'il yang menashabkan mubtada dan
khabar ini (ٌُ‫س ِم ْعت‬َ , mendengar) menurut sebagian ulama nahwu, contohnya: ٌ‫ٌز ْيداا‬ َ ُ‫س ِم ْعت‬
َ
‫( يَقُ ْو ٌُل‬saya mendengar Zaid berkata), dan pendapat ini dhaif. Dan yang diakui oleh
jumhur adalah bahwa semua fi'il yang berkaitan indera seperti: ‫س ِم ٌَع‬ َ (mendengar), ‫ق‬ ٌَ ‫ذَا‬
(merasakan), ‫( أَ ْبص ٌََر‬melihat), ‫س‬
ٌَ ‫( لَ ِم‬menyentuh), ‫ش ٌَّم‬
َ (mencium), tidaklah memberi
pengaruh kecuali kepada maf'ul pertama. (1) *

__________________________

(1) Bisa dilihat pada Al Mutammimah dengan Al Kawakib (jilid 1/hal 321) dan Syarah Al
Kafrawiy (hal 102-103).

* Faedah-faedah dan Catatan-catatan Penting :

َ dan yang semisalnya (juga) beramal seperti fi’il madhi.


1. Selain fi’il madhi dari ٌَّ‫ظن‬
Contohnya pada firman Allah Ta’ala : ٌ﴾ٌ‫ساعَةٌَقَائِ َمةا‬ ُ َ ‫( ﴿ٌ َوٌ َماٌأ‬dan saya tidak mengira hari
َّ ‫ظنُّ ٌال‬
kiamat itu akan datang), dan ﴾ ‫( ﴿ ٌ َو ٌ َن َرا ُه ٌ َق ِر ْي ابا‬sedangkan Kami memandangnya dekat
[mungkin terjadi]).
2. Maf'ul kedua: kata tersebut aslinya adalah khabar mubtada, terkadang dia datang dalam
keadaan : 🔹mufrad, contoh: ‫( َرأَيْتُ ٌال ِع ْل َم ٌنَافِعاا‬saya melihat ilmu itu bermanfaat), 🔹kalimat,
َ ‫( ﴿ َرأَيْتُ ٌالذُّنُ ْو‬saya melihat dosa itu mematikan hati), 🔹 syibhu
ٌَ ‫ب ٌتُمِ يْتُ ٌالقُلُ ْو‬
contoh: ﴾ ‫ب‬
jumlah/yang menyerupai kalimat, contoh pada firman Allah Ta’ala: ٌ‫ٌو‬ َ ‫﴿ ٌ َو ٌ َج َع َل ٌمِ ْن ُه ُم ٌالق َِر َد َة‬
ٌ﴾ٌ‫( ا ْل َخنَ ِازي َْر‬di antara mereka (ada) yang dijadikan kera dan babi).
3. Terkadang (ٌَّ‫ظن‬ َ ) diletakkan untuk kepastian/yakin, contoh pada firman Allah Ta’ala ﴾ ٌ‫ٌإِنِى‬
َ ِ‫ظنَ ْنتُ ٌأَنِىٌح‬
ٌٌ ‫سا ِبيَ ْه‬ َ ﴿ (sesungguhnya saya yakin, bahwa sesungguhnya saya akan menemui
hisab terhadap diriku). Maka (ٌُ‫ظ َّن ْنت‬ َ ) adalah fi’il madhi bermakna yakin, ta adalah fa'il,
sesungguhnya dia hadir dan mempengaruhi kedua maf'ulnya. Bisa dilihat pada al Durr
al Madhūn (1/333), dan al-Kawākibu ad-Darriyyah (1/293).
4. Jika ‫ َراَى‬bermakna ً‫ بَصَرِيََّة‬yaitu melihat dengan mata maka sesungguhnya ia hanya
memerlukan satu maf’ul. Contoh : ‫ٌز ْيداا‬ َ ُ‫( َرأَيْت‬saya melihat Zaid). Jika setelahnya ada yang
dianggap sebagai maf'ul kedua, maka di i’rab sebagai Haal. Contoh : ‫ٌز ْيدااٌقَا ِئ اما‬ َ ُ‫( َرأَيْت‬saya
melihat Zaid berdiri), ‫ قَائِمًا‬sebagai haal bukan maf’ul bih.
5. Ada banyak fi'il yang menashabkan dua maf'ul dan bukan termasuk kedalam semisal ٌَّ‫ظن‬ َ .
Contoh : ‫سا‬َ ‫( َك‬memakaikan) dan ‫طى‬ َ ‫( أ َ ْع‬memberi).
6. Al Mushannif menyebutkan bahwa ٌَّ‫ظن‬ َ dan yang semisalnya masuk pada bab marfu’at
(yang merafa’kan) untuk menyempurnakan penjelasan ‘aamil nawasikh (perusak)
Tawabi’ Halaman 117

Tawabi’

Pertama : Na'at ( Sifat )


Berkata Pengarang pada bab na'at : Na'at itu mengikuti kata yang disifati dalam hal
rafa, nashab, khafadh, ma'rifat dan nakirahnya. Anda katakan : ُ‫( قَامَ زَيْد العَاقِل‬Zaid yang
berakal telah berdiri), َ‫( رَأَيْت زَيْدًا العَاقِل‬saya melihat Zaid yang berakal), ِ‫( مَرَرْت بِزَيْدٍ العَاقِل‬saya
berpapasan dengan Zaid yang berakal).
Penjelasan: Inia adalah permulaan bagi Pengarang dalam membicarakan apa yang
dii’rab dengan mengikuti selainnya, yang terdiri dari 4 jenis. Yaitu: Na’at, Taukid,
Badal, Athaf. Dan yang memulai dengan na’at, dinamakan sifat (1).

Na'at (Kata Sifat)


Pengertiannya : Na’at adalah kata yang mengikuti (tabi’) yang menyempurnakan
yang yang diikuti dengan menjelaskan sifat dari sifat-sifatnya (2).
Contohnya : ُ‫ ( قَامَ زَيْد العَاقِل‬Zaid yang berakal telah berdiri ), َ‫( رَأَيْت زَيْدًا العَاقِل‬saya melihat
Zaid yang berakal) , ِ‫( مَرَرْت بِزَيْدٍ العَاقِل‬saya berpapasan dengan Zaid yang berakal).
Irabnya : yang berakal (ِ‫ )العَاقِل‬: sifatnya mengikuti yang disifatinya (‫ )زَيْدًا‬pada i'rabnya,
yaitu pada contoh pertama : na'at (sifatnya) marfu, karena man'ut (yang disifatinya)
marfu. Dan pada contoh kedua : Na'atnya manshub, karena man'utnya manshub,
dan pada contoh ketiga : na'atnya majrur ; karena man'utnya majrur.
Na'at (kata sifat) mengikuti man'utnya (yang disifatinya), baik i'rab, nakirah, ma'rifat,
mudzakar, muannats, dan adadnya.
Dan contoh na'at dalam al-Qur'an al-Karim, Allah berfirman :
﴾ ‫( ﴿ هَٰذَا صِرَاطٌ مسْتَقِيم‬Inilah jalan yang lurus) (3), ﴾ َ‫( ﴿ اهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمسْتَقِيم‬tunjukilah kami jalan
yang lurus), dan ﴾ ٍ‫( ﴿ هَدَانِي رَبِّي إِلَىٰ صِرَاطٍ مسْتَقِيم‬telah ditunjuki oleh Tuhanku ke jalan yang
lurus) (4).
Dan contoh-contoh na'at dari Hadits, Rasulullah ‫ ﷺ‬bersabda:》 ٌ‫》الْكَلِمَةُ الطَّيِّبَةُ صَدَقَة‬
(kalimat yang baik adalah sedekah) (5).

__________________________
(1) Na'at, faedahnya antara lain: penjelasan. Apa bila anda katakan (umpama) «‫" » َقا َم َزي ٌد‬Zaid
telah berdiri", dan di sana ada Zaid lainnya, maka pada kondisi ini memerlukan identifikasi
Zaid dengan salah satu sifatnya yang khusus, maka anda katakan «‫" » َقا َم َزي ٌد العَاقِ ُل‬Zaid yang
berakal telah berdiri", maka lafadz (‫ )العَاقِ ُل‬dan sebagainya dinamakan na'at (atau sifat) dan
َ yang marfu' karena dia fa'il.
saat itu ia wajib rafa' mengikuti lafadz (‫)زي ٌد‬
(2) Ibnu Aqil, 3/190 (3) QS. Ali Imran, ayat 51 (4) QS. Al-An’am, ayat 6
(5) Hadits Riwayat Bukhari Muslim Abi Hurairah Ra
Ma’rifat dan Nakirah Halaman 120

Bab Ma’rifat dan Nakirah

Berkata al mushannif, isim ma'rifah (kata yang objek pembicaraannya telah


ditentukan) ada lima, yaitu : isim dhamir/kata ganti, seperti ‫( أَنَا‬saya) dan َ‫( أَنْت‬kamu
[pr]); isim 'alam/nama, seperti ‫( زَيْد‬Zaid) dan ُ‫( مَكَّة‬Mekkah); isim mubham (atau isim
isyarah/kata tunjuk), seperti ‫( هَذَا‬ini, tunggal [lk]) dan ِ‫( هَذِه‬ini, tunggal [pr]) dan ِ‫( هَؤلَاء‬ini,
jamak); isim yang dilekati alif dan lam, seperti ُ‫( الرَّجل‬seorang lelaki) dan ِ‫( الغلَام‬seorang
anak lelaki); serta isim yang di- idhafah-kan (disandarkan) kepada salah satu dari
keempat isim tersebut.

Penjelasan : Ketika Al-Mushannif sang pengarang menjelaskan tentang na'at yang


mengikuti man'ut, beliau belum menjelaskan dalam hal ma’rifat dan nakirahnya.
Maka pengarang kitab ini menjelaskanna untuk menyempurnakan faedahnya.
💮 Nakirah : isim yang menunjukkan atas sesuatu yang tidak / belum ditentukan.
Contoh : ٍ‫( رَجل‬seorang lelaki), ٍ‫( إِمْرَأَة‬seorang perempuan), ٍ‫( َمدِيْنَة‬sebuah kota).
💮 Ma'rifah : isim yang menunjukkan sesuatu yang sudah ditentukan.
Contoh : ‫( زَيْد‬Zaid), ُ‫'( عَاءِشَة‬Aisyah), ٌ‫( مَكَّة‬Mekkah).

📝 Ma'rifah ada 6 macam¹:


Dhamir (kata ganti), isim 'alam (nama), isim isyarah (kata tunjuk), isim maushul
(kata sambung), isim yang dilekati ‫( ال‬alif dan lam), dan isim yang disandarkan
pada isim ma'rifah.

💮 Dhamir : isim yang menetapkan seseorang yang dinamai dengan media orang
pertama (mutakallim) atau orang kedua (mukhattab) atau orang ketiga (ghaib).
Contoh : ‫( أَنَا‬saya), َ‫( أَنْت‬kamu [lk]), َ‫( هو‬dia [lk]).
Anda berkata : ‫( أَنَا حَاضِر‬saya hadir), maka dhamir (‫ )أَنَا‬menunjukkan pembicara (kata
ganti orang pertama) yang spesifik melalui media berbicara.

💮 Isim alam: isim yang menetapkan orang yang diberi nama tanpa perantara.
Contoh: ‫( زَيْد‬Zaid), ٌ‫( مَكَّة‬Mekkah), ٍ‫( أَبِي بَكْر‬Abu Bakar), dan ‫( الفَروْق‬al Faruq).
Maka isim alam menunjukkan atas sesuatu yang spesifik tanpa media lain yang
muncul selain lafadznya.

__________________________
(1) Dan sungguh Pengarang menganggap bahwa isim ma’rifat ada lima, dan boleh jadi
beliau memasukkan isim maushul di bawah isim mubham, dan ia menjauhkan diri,
dengan memberi contoh isim isyarah saja.
Ma’rifat dan Nakirah Halaman 121

💮 Isim isyarah: isim yang menunjukkan sesuatu yang diberi nama dengan perantara
kata tunjuk.
Dan isim isyarah tersebut adalah:
🔸 'Ini', ‫هَذَا‬: digunakan untuk mengisyaratkan mufrad mudzakkar. Contoh: ‫هَذَا طَالِب‬
(ini siswa) (1).
🔸 'Ini', ِ‫هَذِه‬: digunakan untuk mengisyaratkan mufrad muannats. Contoh: ٌ‫هَذِهِ طَالِبَة‬
(ini siswi).
🔸 'Ini', ِ‫هَذَان‬: digunakan untuk mengisyaratkan mutsanna mudzakkar. Contoh:
ِ‫( هَذَانِ طَالِبَان‬ini dua siswa).
🔸 'Ini', ِ‫هَاتَان‬: digunakan untuk mengisyaratkan mutsanna muannats. Contoh: ِ‫هَاتَان‬
ِ‫( طَالِبَتَان‬ini dua siswi).
🔸 'Ini', ِ‫هَؤلَء‬: digunakan untuk mengisyaratkan jamak mudzakkar atau muannats.
Contoh: ‫( هَؤلَءِ طُالَّب‬ini para siswa) dan ‫( هَؤلَءِ طَالِبَات‬ini para siswi).
Maka isim isyarah menunjukkan atas sesuatu yang tidak ditetapkan dengan
perantaraan pemberian isyarat kepadanya. Anda berkata seraya memberi isyarat
dengan jari tanganmu kepada seorang siswa, contoh: ‫( هَذَا‬ini)(2). Maka lafadz/kata
)‫)هَذَا‬ (3) menunjukkan atas siswa yang telah ditetapkan dengan perantara isyarat/
penunjukan kepadanya.
💮 Isim maushul: isim yang menunjukkan sesuatu yang diberi nama dengan
perantara kalimat yang ada setelahnya yang disebut sebagai silah.
Dan isim maushul tersebut adalah:
• Kata ْ‫ الَّذِي‬: untuk mufrad mudzakkar contoh: َ‫( جَاءَ الَّذِيْ عَلَّمَك‬telah datang seorang
[lk] yang mengajarmu) (4).
• Kata ْ‫الَّتِي‬: untuk mufrad muannats contoh: َ‫( جَاءَتِ الَّتِيْ عَلَّمَتْك‬telah datang wanita
yang mengajarmu).
__________________________
(1) (Kata ‫ ) َهذَا‬Maka ‫ هَا‬adalah untuk huruf tanbih, dan ‫ ذَا‬: isim isyarah, mabniy atas sukun didalam
kedudukan rafa' sebagai mubtada. Dan ‫ طَالِب‬adalah khabar, marfu', dan tanda rafa'nya adalah
dhammah.
(2) Huruf (‫ )هَا‬dalam kata ‫ َهذَا‬bukan isim isyarah, dan sesungguhnya ia adalah huruf yang didatangkan
untuk memberi perhatian ke lawan bicara untuk orang yang ditunjuk. Dilihat di "asy-Syujuur" (hal
140).
(3) Faedah: jika anda mendapati masalah dalam mengi'rab isim isyarah, maka letakkan/tempatkan
pada tempat isim dzahir dan juga i'rabnya. Contoh : ‫( رَأَيْت َهذَا‬saya telah melihat ini), anda katakan
didalamnya: َ‫رَأَيْت الطَّالِب‬, maka َ‫ الطَّالِب‬adalah maf'ul bih, dan begitupun dalam mengi'rab isim maushul.
(4) Pada kalimat ،َ‫جَاءَ الَّذِيْ عَلَّمَك‬kata (َ‫ )جَاء‬adalah fi'il madhi; dan (ْ‫ )الَّذِي‬adalah isim maushul, mabniy atas
sukun didalam kedudukan rafa' sebagai fa'il; dan pada (َ‫ )عَلَّمَك‬kamu telah mempelajari, َ‫ عَلَّم‬adalah
fi'il madhi dan fa'ilnya dhamir mustatir taqdirnya ،َ‫هو‬dan (‫ )الكَاف‬adalah dhamir muttashil,
menempati kedudukan nashab sebagai maf'ul bih. Dan jumlah fi'liyyah merupakan shilah mausul
yang tidak menempati kedudukan didalam i'rabnya.
Ma’rifat dan Nakirah Halaman 122

• ٌِ َ‫ اللَّذ‬: untuk mutsanna mudzakkar, contoh: ٌَ‫ع َّل َماك‬


Kata ‫ان‬ ِ َ‫( جَا َء ٌال َّلذ‬telah datang
َ ٌ ‫ان‬
dua lelaki yang mengajarmu).
• ٌِ َ ‫ اللَّت‬: untuk mutsanna muannats, contoh: ٌَ‫علَّ َمتَاك‬
Kata ‫ان‬ ِ َ ‫ت ٌاللَّت‬
َ ٌ ‫ان‬ ِ ‫( جَا َء‬telah datang
dua perempuan yang mengajarmu).
• Kata ٌَ‫ الَّ ِذيْن‬: Untuk jamak mudzakkar, contoh: ٌَ‫علَّ ُم ْوك‬ َ ٌ َ‫( جَا َء ٌالَّ ِذ ْين‬telah datang
beberapa lelaki yang mengajarmu).
• Kata ‫اللتِي‬ َّ dan ‫اللئِي‬
َّ : untuk jamak muannats, contoh: ‫ٌِاللتِي‬ َّ ‫ جَا َءت‬atau ٌَ‫علَّ ْمنَك‬ َّ
َ ٌ‫اللئِي‬
(telah datang beberapa perempuan yang mengajarmu).

Isim maushul : menunjuk pada hal yang tertentu dengan perantara shilah, anda
mengatakan: ٌَ‫علَّ َمك‬
َ ٌ ‫( جَا َء ٌالَّذِي‬telah datang seseorang yang mengajarmu), maka isim
maushul (‫ )ا َّلذِي‬tidak akan menentukan tanpa perantara shilah dan dia berupa
jumlah/kalimat (ٌَ‫علَّ َمك‬
َ ), dan tanpa shilah dia rancu (tidak jelas) (1).

💮 Ma'rifah dengan ‫ أَ ٌْل‬: isim yang masuk padanya (‫ٌ(أَ ٌْل‬ maka ia berfungsi
menjadikannya ma'rifah.
Contoh : ‫ ٌا ْلقَلَ ٌُم‬,ٌ ‫اب‬ ٌُ ‫ال َّطا ِل‬. Maka isim² ini ketika belum kemasukan‫ ٌِأَ ٌْل‬dia
ُ َ ‫ ا ْل ِكت‬, dan ‫ب‬
merupakan isim nakirah yang belum jelas, tidak menunjukkan sesuatu yang
tertentu, misal anda katakan: ‫اب‬ ٌَ َ ‫شت َ َريْتٌُ ِكتَا اباٌفَقَ َرأْتٌُا ْل ِكت‬
ْ ِ‫( ا‬saya telah membeli sebuah buku
kemudian saya membaca kitab tersebut), maka kata (‫ ) ِكتَا ابا‬adalah nakirah, akan
tetapi ketika anda masukkan padanya (ٌ‫ )أَ ْل‬dia menjadi ma'rifah (ٌ‫اب‬ َ َ‫)ا ْل ِكت‬.

💮 Mudhaf (bersandar) kepada isim ma'rifah : Isim nakirah yang disandarkan kepada
salah satu isim ma'rifah maka ia menjadi ma'rifah dengan bersandar padanya.
Contoh: ‫ي‬ٌْ ‫( ِكتَا ِب‬kitab saya) - ٌ‫ٌزيْد‬ ُ َ‫( ِكت‬kitab Zaid) - ‫اب ٌ َهذَا‬
َ ‫اب‬ ُ َ‫( ِكت‬kitab ini) -ٌ‫ار َنا‬ ْ ‫اب ٌالَّذ‬
َ ‫ِي‬
َ ‫ٌز‬ ُ َ ‫ِكت‬
(kitabnya orang yang mengunjungi kami) dan ‫ب‬ ٌُ ‫ابٌال َّطا ِل‬
ُ َ ‫( ِكت‬kitabnya siswa itu).
Maka kata (‫ ) ِكتَاب‬asalnya adalah nakirah, akan tetapi ia menjadi ma'rifah dengan
bersandar kepada isim ma'rifah.

__________________________
(1) Faedah: Di antara isim² maushul (ٌ‫ َم ْن‬dan ‫ ) َما‬keduanya untuk semua yang telah disebutkan
selain bahwasanya (ٌْْ‫ ) َم ْن‬khusus untuk yang berakal (lil 'aqil) dan (‫ ) َما‬untuk yang tidak
berakal (li ghairil 'aqil), contoh: ُ‫ٌاحْ فَ ْظٌ َماٌتَعَلَّ ْمت َ ٌه‬-ٌٌ َ‫علَّ َمك‬ ْ ‫ٌاحْ فَ ْظٌالَّذ‬-ٌ َ‫علَّ َمك‬
َ ٌ‫ جَا َءٌ َم ْن‬, maksudnya ٌ‫ِي‬ ْ ‫جَا َءٌالَّذ‬
َ ٌ‫ِي‬
ُ‫تَعَلَّ ْمت َ ٌه‬

Ketahuilah bahwa shilah maushul tidak ada posisinya dalam i'rab, maka dia tidak sebagai
khabar dan tidak juga sebagai sifat dan tidak lainnya.
Ma’rifat dan Nakirah Halaman 123

 Nakirah

Pengarang berkata:
Nakirah adalah setiap isim yang umum pada jenisnya tidak terkhusus satu di antara
yang lainnya, dan pendekatannya: setiap kata yang bisa dimasuki alif dan lam, seperti
َّ dan ‫ا ْلفَ َرس‬.
: ‫الر ُج ٌُل‬

Penjelasan:
Setelah menyelesaikan pembahasan Ma'rifah, Pengarang melanjutkan pembahasan
Nakirah.

Nakirah: Yaitu setiap isim yang umun pada jenisnya tidal terkhusus satu di antara
yang lainnya.
َ dari firman Allah Ta’ala: ﴾ ٌ‫سعَى‬
Contoh kata (ٌ‫)ر ُجل‬ َ ‫ٌم ْن ٌأ َ ْقصَاٌا ْل َم ِد ْينَ ِة‬
ْ َ‫ٌر ُجل ٌي‬ ِ ‫( ﴿ َوجَآ َء‬dan telah
datang dari ujung kota seorang lelaki dengan tergesa-gesa) . (1)

Maka kata (ٌ‫)ر ُجل‬


َ tidak dimaksudkan pada seseorang tertentu, karena sesungguhnya
kata ٌ‫ َر ُجل‬itu memungkinkan penggunaanya kepada semua lafadz ٌ‫ َر ُجل‬tanpa ada
pengkhususan.

Dikenal Nakirah juga karena sesungguhnya ia adalah:


isim yang menerima masuknya (ٌ‫ )أ َ ْل‬di awalnya dan mempengaruhi kema'rifahannya.
Contoh: ٌ‫( َر ُجل‬seorang lelaki), ٌ‫( ِكتَاب‬sebuah kitab),ٌ‫شج ََرة‬ َ (satu pohon) dan ٌ‫( َف َرس‬seekor
kuda): karena sesungguhnya masuk padanya (ٌ‫ )أَ ْل‬dia menjadi ma'rifah, maka anda
katakan: ‫الر ُج ٌُل‬ ٌُ َ ‫( ا ْل ِكت‬kitab itu), ُ‫شج ََر ٌة‬
َّ (lelaki itu), ‫اب‬ ٌُ ‫( الفَ َر‬kuda itu) (2).
َّ ‫( ال‬pohon itu) dan ‫س‬

__________________________

(1) QS Yasin ayat 20

(2) Adapun apabila isim menerima (‫ أل‬akan tetapi ia tidak menjadikannya ma'rifah, maka ia
bukanlah nakirah, sebagaimana pada isim² 'alam, contoh: ٌ‫سن‬ َ ‫( َح‬Hasan)' ٌ‫عبَّاس‬ ٌُ ‫نُ ْع َما‬
َ (Abbas), ‫ن‬
(Nu'man), jika masing² isim tsb dimasuki (‫)أل‬, anda katakan:ٌُ‫سن‬ ْ ٌُ َّ‫ا ْلعَب‬
َ ‫( ٌَال َح‬Hasan), ‫اس‬
(Abbas), ٌُ‫( النُّ ْع َمان‬Nu'man) ini semua ma'rifah baik sebelum maupun setelah masuknya
(‫)أل‬. Dilihat di: Syarah Ibnu 'Aqil bab 1 halaman 86
Ma’rifat dan Nakirah Halaman 124

Kedua: Athaf

Pengarang berkata: [Bab athaf: Huruf athaf ada sepuluh, yaitu: ‫( َو‬dan), ‫ف‬
َ (kemudian)
, َّ‫( ثُم‬kemudian) , ْ‫( أَو‬atau) , ْ‫( أَم‬ataukah) , ‫( إِمَّا‬ada kalanya) , ْ‫( بَل‬tetapi/bahkan) , ‫( لَا‬tidak) ,
ْ‫( لَكِن‬akan tetapi) , ‫( حَتَّى‬sehingga) pada sebagian posisi]

Penjelasan : Tawabi' jenis kedua : Athaf (1)


Definisi : Yaitu tabi' (yang mengikuti) yang berada di tengah² antaranya dengan
matbu' (yang diikuti)nya ada satu huruf athaf.(2)

Contoh: ‫( جَاءَ زَيْد َو عَمْرو‬Zaid dan Amar telah datang)


I'rabnya: َ‫ جَاء‬: fi'il madhi, Zaid: fa'il marfu' dan dia ma'thuf 'alaih, ‫ َو عَمْرو‬: Huruf wawu
(َ‫)و‬: huruf athaf, ‫ عَمْرو‬: ma'thuf atas Zaid, marfu' juga, tanda rafa'nya dhammah
dzahirah atas huruf akhirnya.

Huruf athaf menurut pendapat yang shahih ada sembilan (3)


1. Huruf wawu (َ‫ )و‬berfungsi sebagai penggabung tidak berurutan, contoh: ‫جَاءَ زَيْد َو عَمْرو‬
2. Huruf ‫ف‬
َ : untuk urutan dan ta'qib (4), contoh: ‫جَاءَ زَيْد فَعَمْرو‬
3. Huruf َّ‫ ثُم‬: untuk urutan dan tarajiy (5), contoh: ‫ُم عَمْرو‬
َّ ‫جَاءَ زَيْد ث‬
4. Huruf ْ‫ أَو‬: untuk menunjuk salah satu dari dua hal, contoh: ‫جَاءَ زَيْد َأ ْو عَمْرو‬
5. Huruf ْ‫ أَم‬: untuk meminta penentuan setelah huruf hamzah istifham (‫)أ‬, contoh
: ‫َأزَيْد جَا َء أَ ْم عَمْرو ؟‬
__________________________

(1) Jika anda hendak mengabarkan mengenai kedatangan Zaid (‫ )زَيْد‬dan Amar (‫)عَمْرو‬,
kemudian mengganti penyebutan dua kalimat «‫ »جَاءَ زَيْد‬dan «‫ »جَاءَ عَمْرو‬, cukup dengan
menyebut fi'il satu kali kemudian dua isim yang dipisahkan dengan huruf (َ‫)و‬, anda
katakan: «‫»جَاءَ زَيْد وَ عَمْرو‬, kata setelah huruf (َ‫ )و‬dinamakan ma'thuf 'alaih.
(2) Syarah Alqthri halaman 427; dan Syarah Ibnu 'Aqil bab 3 halaman 224.
(3) Dengan meninggalkan (‫ )إِمَّا‬. Dilihat di Ibnu 'Aqil bab 3 halaman 234 , Syarah Alqatr
halaman 438 dan Al-Kawakib bab 2 halaman 554.
(4) Urutan : Yaitu meletakkan yang kedua setelah yang pertama. Atta'qib: mengikutinya
dengan tidak dibatasi waktu.
(5) Attarakhi : Yaitu meletakkan yang kedua setelah yang pertama dengan dibatasi waktu.
Ma’rifat dan Nakirah Halaman 125

6. Huruf (ْ‫ )بَل‬: untuk Ishrab, yaitu berpaling dari yang sebelumnya,
contoh: ‫جَا َء عَمْرو بَلْ زَيْد‬
7. Huruf (‫ )لَا‬: Untuk nafiy, menafiykan hukum dari ma'thuf,
contoh: ‫جَاءَ زَيْد لَا عَمْرو‬
8. Huruf (ْ‫ )لَكِن‬: Untuk Istidrak, contoh: ‫مَا جَا َء عَمْرو لَكِنْ زَيْد‬
9. Huruf (‫ )حَتَّى‬: Untuk menggabungkan antara ma'thuf dan ma'thuf 'alaih, contoh:
ُ‫يَموْت النَّاس حَتَّى الْأَنْبِيَاء‬

Ibnu Ajurum menambahkan huruf (‫ )إِمَّا‬pada huruf2 athaf, contoh: ‫ جَاءَ إِمَّا زَيْد وَ إِمَّا عَمْرو‬. Pendapat
yang shahih tentang (‫ )إِمَّا‬bahwa ia bukanlah huruf nashab, dia hanya huruf tafshil dan
athafnya adalah wawu (َ‫)و‬ (1).*

__________________________

(1) Suhaili berkata: Ketika anda melihat satu huruf dari huruf2 athaf bersama wawu (َ‫)و‬, maka huruf
wawu (َ‫ )و‬itulah athafnya bukan yang lainnya. Kutipan Nataijul fikri halanm 202.

* Faedah-faedah dan Catatan-catatan Penting :


1. Dari Hudzaifah radhiyAllahu 'anhu, Nabi ‫ ﷺ‬telah berkata: "Jangan kalian katakan َ‫مَا شَاءَ اللَّه وَ شَاء‬
‫ فُلَان‬tapi katakanlah ‫"مَا شَاءَ اللَّه ثُمَّ شَاءَ فُلَان‬
Syaikh Ibnu Utsaimin berkata: Karena sesungguhnya َّ‫ )*ثُم‬littartib (urutan) dan littarakhi
sehingga berfungsi bahwa ma'thuf lebih kecil derajatnya dibanding ma'thuf 'alaih.
Kutipan "Alqaulu almufid" bab 2 halaman 103.
2. Huruf athaf (َّ‫ )ثُم‬untuk isim mufrad tidak ada di alqur'an, yang ada hanya untuk jumlah.
Kutipan "Dirasaat al-uslub alqur'an" bab 1 halaman 18.
3. Disyaratkan pada (huruf2 ْ‫ َأم‬,ْ‫ َلكِن‬,‫ لَا‬dan ‫ )حَتَّى‬ma'thufnya dengan isim mufrad. Ibnu Hisyam berkata
: Dan huruf ْ‫ بَل‬menurut pendapat yang shahih. "Almughniy" halaman 250.
4. Dalam alqur'an tidak ada huruf athaf ‫ حَتَّى‬-pendapat yang shahih- demikian pula (ْ‫)َلكِن‬.
Dilihat di "Dirasaat al-uslub alqur'an" bab 1 halaman 487 dan bab 2 halaman 115.
5. Di antara syarat2 ma'thuf dengan (‫ )حَتَّى‬menjadi bagian dari ma'thuf 'alaih, misalnya ‫أكَلْت السَّمْكَ َة حَتَّى‬
‫( َرأسَهَا‬Saya makan ikan sampai kepalanya) dan pada perkataan Pengarang : [ ‫ حَتَّى‬pada sebagian
kedudukan], isyarat bahwa athaf dengan (‫ )حَتَّى‬itu sedikit, dan ia (‫ )حَتَّى‬dii'rab sebagai huruf jar
apabila masuk kepada isim majrur, atau mudhari' manshub karena ia berlaku utk masdhar yang
dita'wil dari an yang tersembunyi (ِ‫ ) َأنْ الْمضْمَرَة‬dan fi'il mudhari' contohnya seperti firman Allah
Ta’ala {ِ‫ }سَلَام ِهيَ حَتَّى مَطْلَعِ اْلفَجْر‬dan firman Allah Ta’ala {َ‫ }وَ كُلُوْا وَ اشْرَبوْا حَتَّى يَتَبَيَّن‬dan ia (‫ )حَتَّى‬dii'rab sebagai
huruf ghayah dan ibtida' jika masuk kepada fi'il madhi, contohnya seperti firman Allah Ta’ala :
{َ‫}حَتَّى زرْتم الْمَقَابِر‬.
Ma’rifat dan Nakirah Halaman 126

Hukum Ma'thuf dengan Huruf Athaf:

Pengarang berkata : Jika yang disambungkan dengannya Marfu di Rafa'kan. Atau jika
manshub dinashabkan, atau khafadh di khafadhkan, atau jika majzum di Jazmkan.
Lalu dia berkata: ‫( قَامَ زَيْد وَعَمْرو‬telah berdiri Zaid dan Amar), ‫وَرَأَيْت زَيْدًا وَعَمْرًا‬, (saya melihat
Zaid dan Amar), ‫ َورَأَيْت زَيْدًا وَعَمْرًا‬, (saya melihat dengan Zaid dan Amar), dan ْ‫وَزَيْد لَمْ يَقُمْ وَلَم‬
ْ‫ ( يَقْعد‬Zaid tidak berdiri dan tidak duduk). *
Penjelasan: Pengarang menyebut setelah huruf athaf yang mengikutinya dihukumi
sebagai Ma'thuf, dan yang diikuti disebut ma'thuf alaihi.

Jika ma'thuf alaihnya marfu, maka ma'thufnya marfu, seperti ﴾ ‫(﴿وَصَدَقَ اهللُ وَرَسوْلَه‬1) maka
kata : (‫ )رَسوْلُه‬ma'thuf atas apa sebelumnya, yaitu lafdhzul jalalah (ُ‫ )اهلل‬dan ma'thuf
mengikuti ma'thuf alaih didalam i’rabnya, mengikuti didalam rafa'nya, dan tandanya
dhammah.

Dan jika ada ma'thuf alaih dalam keadaan manshub, ada ma'thuf dalam keadaan
manshub, contoh firman Allah Ta’ala : ﴾ ‫( ﴿ وَمَنْ يطِعِ اهللَ َورَسوْلَه‬2) maka kata : (‫ )رَسوْلَه‬ma'thuf
atas apa sebelumnya, mengikuti didalam nashabnya, dan tanda nashabnya fathah
dhzahir di akhirannya.

Dan jika ada ma'thuf alaih dalam keadaan majrur, ada ma'thuf dalam keadaan majrur,
contoh firman Allah Ta’ala : ﴾ِ‫( ﴿ءاَمِنواْ يطِعِ اَلٰلهَ َورَسوْلِه‬3) maka kata : (ِ‫ )رَسوْلِه‬ma'thuf atas apa
sebelumnya, mengikuti didalam jarnya, dan tanda jarnya kasrah dhzahir di
akhirannya.
Dan jika ada ma'thuf alaih dalam keadaan majzum, ada ma'thuf dalam keadaan
majrur, contoh firman Allah Ta’ala : ﴾ ْ‫( ﴿وَإِنَّ تؤْمِنواْ وَتَتَّقُوا‬4) maka kata : (‫ )تَتَّقُوا‬ma'thuf atas apa
sebelumnya yaitu )ْ‫(تؤْمِنوا‬, dan ma’thuf yang mengikuti ma’thuf alaihi pada ‘irabnya,
mengikutinya pada jazmnya, dan tanda jazmnya hafdzu nun (hapus huruf nun).

__________________________

Berkata Pengarang : ‫( زَيْد لَمْ يَقِم وَ لَمْ يَقَعِد‬Zaid tidak berdiri dan tidak duduk), dan tidak di jazm
pada )‫ (يقَعِد‬dengan athaf, sesungguhnya itu dengan (‫ )مل‬dan contoh yang dibenarkan seperti
‫( زَيْد لَمْ يقَمَ وَيَقَعِد‬Zaid tidak berdiri dan duduk), atau yang sesuai dengan berkata ْ‫زَيْد لَمْ يَأْكُلْ وَيسْرِب‬
(Zaid tidak makan dan minum).
(1) QS Al-Ahzab ayat 22 (2) QS An-Nisa ayat 31 (3) QS An-Nisa ayat 136
(4) QS Muhammad ayat 37, pada potongan ayat ﴾ ْ‫﴿يؤْنِكُمْ أُجرَكُمْ وَلَ يَسْءَلُكُمْ أَمْراَلَكُم‬
Ketiga : Taukid Halaman 129

Ketiga : Taukid /keterangan penguat :


Pengarang menjelaskan di dalam bab taukid : taukid adalah pengikut/yang
mengikuti muakkad didalam keadaan rafa', nashab dan khafadh, dan ma'rifatnya,
dan terwujud dengan menggunakan lafadz tertentu yaitu : ‫( النَّفْس‬diri, sendiri), ‫( العَيْن‬diri,
sendiri), ‫( كُل‬seluruh, semua) dan ‫( أَجْمَع‬seluruh, semua), dan pengikut-pengikut ‫أَجْمَع‬
yaitu : ‫( َأكْتَع‬semua), ‫( أَبْتَع‬semua), dan ‫( أَبْصَع‬semua). Anda katakan : ‫( قَامَ زَيْد نَفْسه‬Zaid telah
berdiri, dirinya), dan ْ‫( رََأيْت ال َقوْمَ كُلَّهم‬saya telah melihat kaum, seluruhnya) dan ِ‫مَ َررْت بِال َقوْم‬
َ‫( أَجْمَعِيْن‬saya berpapasan dengan kaum, semuanya).

Penjelasan : dari penjelasan yang dijadikan alat bantu orang Arab dalam
perkataannya : taukid, menjaga keraguan dan ketidak-jelasan dan kerancuan,
memperkuat makna yang pembicara mau, dan kepastian dalam pikiiran yang diajak
bicara.

Dan taukid menurut dua ulama ahli nahwu: adalah lafadz yang bermakna.

Maka salah satu bentuk taukid dengan lafadz: dengan melakukan pengulangan
lafadz awal, contohnya: ‫ ( قَامَ زَيْد زَيْد‬telah berdiri Zaid, Zaid).
Maka ‫ زَيْد‬yang pertama adalah fa'il dan yang kedua adalah lafadz taukid.
Dan sabda Nabi ‫ﷺ‬: 》 َ‫(》 الصَّالَةَ الصَّالَة‬sholat, sholat) (1)
, maka َ‫ الصَّالَة‬pertama adalah
maf'ul bih dari fi'il yang dihapus, takdirnya: telah mengerjakan sholat, dan yang
kedua adalah lafadz taukid.
Dan taukid menurut makna: menunjukkan secara lisan beberapa kata diantaranya:
َ‫ ( النَّفْس‬diri), dan َ‫( العَيْن‬diri), dan َّ‫( كُال‬seluruh, semua), dan َ‫( أَجْمَع‬seluruh, semua), dan yang
menyerupainya.

Dan lafadz-lafadz ini perlu dihubungkan dengan dhamir yang sesuai untuk
muakkad, kecuali ‫ أَجْمَع‬dan pengikut-pengikutnya, dan perinciannya sebagai berikut :
- (‫ النَّفْس‬dan ‫)العَيْن‬: contoh : ‫( قامَ زَيْد نَفْسه‬Zaid telah berdiri, dirinya) atau ‫( قَامَ زَيْد عَيْنه‬Zaid
telah berdiri, dirinya).
- (ُّ‫ كُل‬dan ‫ )أَجْمَع‬: contoh firman Allah ta'ala: ﴾ َ‫﴿ فَسَجَدَ املَآلئِكَةُ كُلُّهمْ أَجْمَعوْن‬ (maka
bersujudlah para malaikat yang seluruhnya bersama-sama). (2)
Dan terkadang didatangkan setelah (‫ )أَجْمَع‬dengan pengikut-pengikutnya, yaitu: ,‫َأكْتَع‬
‫ أَبْصَع‬dan ‫ ; أَبْتَع‬untuk menambah penguatan taukid, contoh: َ‫جَاءَ القوم أَجْمَعوْنَ َأكْتَعوْنَ أَبْصَعوْنَ أبْتَعوْن‬
(kaum itu datang seluruhnya).

__________________________

(1) Riwayat Ahmad dari hadits Ummu Salamah radhiyallaahu 'anha.


(2) QS Al-Hijr ayat 30
Ketiga : Taukid Halaman 130

Dan hukum taukid : sesungguhnya disesuaikan dengan yang diikuti - ditaukidkan -


mengikuti i'rabnya/kata yang mengikuti i'rab sebelumnya sebagai penguat.
- seperti pada firman Allah Ta’ala :
﴾ ‫( ﴿ وَإِلَيْهِ ترْجَع الْألَمْرِ كُلُّه‬dan kepadanya dikembalikan urusan2 semuanya) (1).
-dan firmannya :﴾ ِ‫( ﴿ إِنَّ األَ ْمرَ كُلَّه ِللَّه‬sesungguhnya urusan itu seluruhnya ditangan Allah)
.
(2)

-dan firmannya :﴾ ِ‫( ﴿ وَتؤْمِنونَ بِالْكِتَابِ كُلِّه‬dan kamu beriman kepada kitab2 semuanya) (3) . *
__________________________
(1) QS Hud ayat 123. (2) QS Ali Imran ayat 154. (3) QS Ali Imran ayat 119.

* Faedah-faedah dan Catatan-catatan Penting :


1. Taukid secara bahasa berarti penekanan. Dan taukid secara lafadz berarti pengulangan dari
kata pertama itu sendiri atau dengan persamaan katanya, baik berupa isim dzahir seperti
pada : ‫( جَاءَ املُعَلِّم املُعَلِّم‬guru itu telah datang, guru itu) atau dhamir seperti ‫( جِئْت أَنَا‬saya telah
datang, saya), atau fi'il seperti ‫( جَاءَ جَاءَ ا ُملعَلِّم‬telah datang, guru itu telah datang), atau huruf
seperti ْ‫( َنعَمْ نَعَم‬ya, ya), atau berupa kalimat, seperti ‫( جَاءَ ا ُملعَلِّم جَاءَ املُعَلِّم‬guru telah datang, guru
telah datang).
Dan contoh pengulangan kata dengan persamaan katanya, seperti ‫( جَاءَ لَيْثٌ َأسَد‬singa telah
datang, singa), dan ‫( ََقعَدَ جَلَسَ زَيْد‬telah datang, Zaid telah datang), Dilihat di catatan kaki
'Asymawi pada Ajurrumiyyah hal. 240.
2. Kata ‫ كِلَا‬dan ‫( كِلْتَا‬kedua-duanya) menegaskan kata ganda seperti : ‫( جَا َء الزَّيْدَانِ كِلَاهمَا‬dua Zaidan
keduanya telah datang), dan ‫( جَاءَتْ الِنْدَانِ كِلْتَاهمَا‬dua Hindun keduanya telah datang). Tidak
boleh kata ‫ كِلَا‬dan ‫ كِلْتَا‬ini digunakan untuk taukid kecuali sebagai mudhaf bagi dhamir.
3. Al Mushannif tidak menyebutkan bahwa taukid adalah yang mengikuti muakkad didalam
bentuk jazm dan nakirah (umum); maka sesungguhnya taukid disini ditujukan sebagai
taukid secara makna, dan lafadz-lafadz isim yang ma'rifat (khusus). Al Kafrawiy
menyebutkan : Lafadz-lafadz taukid seluruhnya adalah ma'rifah/khusus, dan dia menjadi
mudhaf karena didefinisikan dengan idhafah, dan tidak didefinisikan secara ilmiah.
Syarah Al-Kafrawiy hal 114 dengan tashrif.
4. Kata (‫ أَبْتَع‬،‫ أَبْصَع‬،‫ )أَكْتَع‬keluar untuk menambah penekanan dan melebihkan. Dan semuanya
bermakna : seluruhnya ( َ‫) أَجْمَع ْون‬. Karena kata َ‫ أَكْتَع‬diambil dari perkataan mereka, hati
berkumpul jika bertemu ( َ‫) َتكَتَّعَ اخلَلد إِذَا إِجْتَمَع‬, dan kata ‫ أَبْتَع‬dari ِ‫ البَتْع‬yaitu panjang leher, dan
sebuah kaum jika mereka berkumpul maka panjanglah leher-leher mereka, maka mereka
menjadikannya sebagai kiasan untuk sebuah pertemuan. Kata ‫ َأبْصَع‬diambil dari ‫البَصْع‬
(kumpulan / masyarakat) yaitu asal masyarakat ; maka jadilah bermakna seluruhnya. Kata
- kata ini menjadi umum setelah ‫ أَجْمَع‬disebut tawwabi' ajma'u. Dilihat di kitab Al - Kawakib
(jilid 2/hal 567), dan Syarah kitab Kafrawiy (hal 115).
5. 'Izz ibnu 'Abd al-Salam berkata didalam kaidah-kaidah yang disusunnya: banyak
Pengarang menyetujui bahwa taukid didalam lisan Arab yang berupa pengulangan adalah
tidak menambahkan hingga tiga kali. Al-Kawakib (2/562).
6. Taukid dengan ‫ النَّفْس‬dan ‫ العَيْن‬tidak terdapat didalam al-Qur'anul Karim. Merujuk kepada
catatan-catatan pada Uslub al-Qur'an (9/5).
Keempat : Badal Halaman 133

Keempat : Badal
Pengarang berkata pada bab badal : apabila isim digantikan dengan isim, atau fi'il
dengan fi'il, maka pengikut akan mengikuti seluruh i'rabnya.
Penjelasan : Badal
Pengertian : Isim tabi' yang dimaksudkan oleh penyebutan hukum dengan tanpa
perantara. (1)
Contohnya : ‫( عَدَلَ اخلَلِيْفَةُ عمَر‬Khalifah Umar berlaku adil).
I'rabnya: َ‫ عَدَل‬: fi’il madhi, ُ‫ اخلَلِيْفَة‬: fa'il, ‫ عمَر‬: badal dari ُ‫اخلَلِيْفَة‬, yang mengikuti i'rabnya,
dan pasti hadir tafsir dan penjelasannya, dan itu adalah penyebutan hukum dan
seimbang, dan sesungguhnya penyebutan lafadz ُ‫ اخلَلِيْفَة‬yang merupakan mubdal
minhu(yang digantikan) merupakan pengantar.(2).
Macam-macam badal:
Berkata al-mushannif : badal itu dibedakan menjadi empat: badal keseluruhan dalam
keseluruhan ( ِ‫ ;) شَيْءِ مِنَ الشَّيْء‬badal sebagian dari keseluruhan ( ِّ‫ ; ) بَعْضِ مِنَ الكُل‬badal isytimal
( ِ‫ ;) اِشْتِمَال‬dan badal al ghalath ( ‫) ال َغلَط‬. Contoh pada ucapanmu : َ‫( قَامَ زَيْد أَخوْك‬Zaid
saudaramu telah berdiri), ‫( َأكَلْت الرَّغِيْفَ ثُلُثَه‬saya makan roti sepertiganya), ‫( نَفَعَنِيْ زَيْد عِلْمه‬Zaid
bermanfaat untukku, ilmunya), dan َ‫( رَأَيْت زَيْدًا الفَرَس‬saya melihat Zaid (maksudnya)
kuda), anda hendak mengatakan "kuda", lalu anda salah ucap, maka anda ganti kata
Zaid dengan kata kuda.
Penjelasan: kemudian al-mushannif mulai menjelaskan tentang badal: badal
dibedakan menjadi 4 kelompok:
Pertama: Badal Keseluruhan dari Keseluruhan
Dan ia menunjukkan badal (pengganti) adalah sama dengan yang digantikannya:
Contohnya pada firman Allah swt: ﴾ْ‫) صِرَٰط َالَّذِيْنَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِم‬٦( َ‫﴿إِهْدِنَا الصِّرَٰطَ املُسْتَقِيْم‬. (Tunjukilah
kami jalan yang lurus. (Yaitu) Jalan orang-orang yang telah Anda beri nikmat). Maka
kalimat َ‫ صِرَاط‬kedua adalah badal keseluruhan dari َ‫ الصِّرَاط‬yang pertama. Karena 'jalan
yang Allah berikan nikmat kepada mereka' adalah sama dengan 'jalan lurus'. Seperti
perkataanmu ‫( قَامَ زَيْد أَخوْك‬Zaid, saudaramu telah berdiri) kata saudaramu adalah badal,
dan ketika setiap kalimat yang menunjukkan apa yang menunjukkan atasnya yang
lain, maka badal ini disebut badal muthobiq ( َ‫ ) البَدَحلَ املُطَابِق‬atau badal kulli min kulli (
ٍّ‫) بَدَلَ كُلٍّ مِنْ كُل‬.
__________________________
(1) Artinya diantara kata tersebut (isim tabi') dengan yang diikutinya; tidak terdapat ma'thuf
terhadap huruf athaf. Ibnu Malik mengungkapkan di dalam kitab al-Alfiyya : "Isim tabi'
yang dimaksudkan oleh penyebutan hukum tanpa perantara - demikian itu dinamakan
badal."
(2) Terkadang fi'il digantikan dengan fi'il yang lain, seperti pada firman Allah Ta’ala :
﴾ ‫ضَعَفْ لَه اْلعَذَاب‬
ٰ ‫) ي‬٢٨( ‫( ﴿ َومَن َي ْفعَ ْل ذَٰلِكَ يَلْقَ أَثَامًا‬barangsiapa yang melakukan yang demikian itu,
niscaya dia mendapatkan dosanya, yakni akan dilipatgandakan azab untuknya).
Keempat : Badal Halaman 134

Kedua : Badal Bagian Dari Keseluruhan (ٍّ‫) بَعْضٍ مِنْ كُل‬


Yaitu badalnya merupakan sebagian dari mubdal minhu, contoh:
﴾ ٙ,‫) ِّنصْفَه‬٢( ‫( ﴿ قُمِ ٱلَّيْلَ إِلَّا َقلِْيلًا‬bangunlah pada malam hari kecuali sedikit. (Yaitu)
setengahnya).
Maka kata ( ‫ ) نِصْفَه‬adalah badal sebagian dari ( ُ‫ ) اللَيْل‬karena setengahnya ( ‫ ) نِصْفَه‬itu
adalah sebagian dari malam hari ( ُ‫) اللَيْل‬.
Misal perkataanmu: ‫( َأكَلْت الرَّغِيْفَ ثُلُثَه‬saya makan roti sepertiganya).
Dan contoh lainnya: ‫( أَعَجَبَنِيْ زَيْد يَده‬Zaid membuatku senang, yakni tangannya).
Ketiga: Badal Isytimaal
Yaitu sesuatu antara badal dan mubdal minhu ada hubungannya yang bukan bagian
dan bukan pula keseluruhan, contoh perkataanmu: ‫( نَفَعَنِي زَيْد ِعلْمه‬Zaid bermanfaat
bagiku, ilmunya) dan kalimat: ‫ ( أَعْجَبَنِيْ بَكَر ثَوْبه‬Bakr menyenangkanku, yakni bajunya).
Maka kata ‫ ِعلْمه‬dan ‫ ثُوِّبه‬adalah badal isytimaal, dan badal di sini bukanlah ia mubdal
minhu sebagaimana pada badal muthabiq, dan bukan bagian yang hakiki dari
mubdal minhu sebagaimana pada badal sebagian dari keseluruhan.
Keempat: Badal Ghalath
Yaitu apa yang disebutkan adalah pengganti dari kesalahan/keliru mengucapkan,
misal perkataanmu: َ‫( رَأَيْت زَيٌْدًا الفَرَس‬saya melihat Zaid, kuda).
Anda ingin mengatakan ‫( رَأَيْت الفَرَس‬saya melihat kuda) kemudian anda keliru, anda
mengatakan ‫ زَيْدًا‬lalu anda mengatakan yang benar َ‫الفَرْس‬. Tetapi dalam hal ini lebih baik
ditambahkan kata ( ْ‫ بَل‬/ tetapi), maka diucapkan َ‫رَأَيْت زَيَدًا بَلِ الفَرَس‬. (saya melihat Zaid, tetapi
kuda).
__________________________
(1) QS Al-Muzammil ayat 2-3.
(2) Maka (ْ‫ )بَل‬sebagai huruf athaf, dan َ‫ الفَرَس‬ma'thuf manshub, Dilihat di kitabnya Almakudiy mengenai
Al-ajurumiyah halaman 42.
* Faedah-faedah dan Catatan-catatan Penting :
1. Badal kulli min kulli, Ibnu Malik menamakannya badal muthabiq untuk posisi nama Allah Ta’ala,
contoh ﴾ ِ‫الله‬
َّ )١( ‫" ﴿ إِلَى صِ ٰرطِ ٱلعَ ِزْيزِ ٱحلَمِي ِد‬Kepada jalan Al'aziz Alhamid" pada Allah, yaitu badal dari
Al'aziz ( ِ‫) العَ ِزْيز‬, yaitu badal muthabiq bukan badal kulli min kulli. Dilihat di kitab Badai'ul fawa'id
bab 4 halaman 1650, kitab Alfakihi bab 2 halaman 251, dan kitab Ashshaban bab 3 halaman 124.
2. Di antara posisi badal syai' minasysyai' (badal muthabiq):
🔹 Isim dzahir (ma'rifah dengan "al") setelah isim isyarah, contoh firman Allah Ta’ala:
﴾ َ‫"﴿ وَلَا تَقْرَبَا هَذِهِ ٱلشَّجَرَة‬Dan janganlah kam(berdua) mendekati pohon ini"
🔹 Isim setelah kuniyah (nama keluarga), contoh : ِ‫رَضِيَ اللٰه عَنْ أَبِي حَفْصٍ عمَرَ بْنِ اخلَطَّاب‬. (semoga Allah
meridhai Abu Hafsyah, yaitu Umar bin Khaththab).
🔹 Isim setelah laqab (nama gelar) : ِ‫رَ ِحمَ اللٰه زَيْنَ العَابِدِيْنَ عَلِىِّ بْنِ احلُسَيْن‬. (semoga Allah merahmati Zainal
Abidin yaitu Ali bin Husain) .
📌 Abu Hafsyah adalah kuniyahnya Umar bin Khaththab.
📌 Zainal Abidin adalah laqabnya Ali bin Husain
Isim-isim yang Manshub Halaman 137

Isim-isim yang Manshub

Pengarang berkata mengenai bab isim-isim yang manshub :

Isim-isim yang manshub terdiri dari lima belas kedudukan*, yaitu maf'ul bih
/obyek, mashdar, dzaraf zaman / keterangan waktu, dzaraf makan / keterangan tempat,
haal / keterangan kondisi, tamyiz / keterangan obyek, mustatsna / pengecualian, isim
laa, munaada / yang diseru, maf'ul min ajlih / keterangan tujuan, maf'ul ma'ah /
keterangan penyertaan, khabar kaana dan yang semisalnya, isim inna dan yang
semisalnya, dan pengikut yang manshub yang terdiri atas empat macam, yaitu na'at
/ keterangan sifat, athaf / kata yang disambungkan, taukid / keterangan penguat, dan
badal / kata pengganti.

Penjelasan: Seperti ketika Pengarang kitab ini yaitu Ibnu Ajurum Ashshonhaji
Rahimahullah menjelaskan mengenai isim-isim yang marfu', maka beliau memulai
penjelasan mengenai isim-isim yang manshub didalam berbagai jenisnya dan
penjelasannya. Yang dimaksud dengan isim yang manshub adalah : semua isim yang
hukumnya nashab, yang meliputi: maf'ul bih, mashdar, dzaraf zaman, dzarah makan,
haal, tamyiz, mustatsna, isim laa, munaada, maf'ul min ajlih, maf'ul ma'ah, dan
seterusnya (seperti yang dijelaskan diatas). Maka kapan sajakah berlaku setiap isim
yang kedudukan hukumnya manshub tersebut, akan dijelaskan satu persatu, insyaa
Allah Ta’ala.

__________________________

* Akan tetapi dalam hal ini tidak disebutkan seluruhnya kecuali 14. Dan penjelasannya
berbeda pada pembahasan yang 15, apakah itu? Ibnu Haji berkata: yang benar secara
akurat adalah sesungguhnya yang ke-15 itu disebut sebagai maf'ul dzhonna, dan dia
adalah berhubungan dengan pemisalan khabar kaana dan isim inna ; yang diyakini bahwa
Pengarang buku melupakannya. Telah dsebutkan sebagian penjelasan didalam
pendahuluan ini bahwa sesungguhnya yang ke-15 itu telah didapati sebagai maf'ul
dzhonna dalam tulisannya di catatan Pengarang. Dan Pengarang menambahkan setelah
naskah ini dan saat akhir memasukkan naskah. Dilihat di catatan kaki Ibnu Haji (hal. 108).
Hal ini juga merujuk kepada Syekh Ibnu 'Atsiimiin dalam syarahnya Ajurumiyyah.
Isim-isim yang Manshub Halaman 138

Pertama : Maf'ul bih


Berkata al-mushannif sang Pengarang mengenai bab maf'ul bih : Maf'ul bih adalah
isim manshub yang terkena fi'il, contoh : ‫( ضَرَبْت زَيْدًا‬saya memukul Zaid) danَ‫َركِبْت الفَرَس‬
(saya menunggangi kuda). Maf'ul bih dibedakan atas 2 bagian : dzahir/tampak dan
dhamir/ implisit berupa dhamir (kata ganti). Contoh yang dzahir adalah seperti yang
disebutkan di awal. Dhamir dibedakan atas 2 bagian : muttashil dan munfashil.
Muttashil terdiri atas 12 , yaitu : ْ‫( ضَرَبَنِي‬dia memukulku), ‫( ضَرَبَنَا‬dia memukul kami) َ‫ضَرَبَك‬
, (dia memukulmu {lk}), ِ‫( ضَرَبَك‬dia memukulmu {pr}), ‫( ضَرَبَكُمَا‬dia memukul kalian
berdua), ْ‫( ضَرَبَكُم‬dia memukul kalian {lk}),َّ‫( ضَرَبَكُن‬dia memukul kalian {pr}), ‫( ضَرَبَه‬dia
memukulnya {lk}), ‫( ضَرَبَهَا‬dia memukulnya {pr}), ‫( ضَرَبَهمَا‬dia memukul mereka berdua),
ْ‫( ضَرَبَهم‬dia memukul kalian {lk}), َّ‫ضرَبَهن‬
َ (dia memukul mereka {pr}).

Penjelasan : Maf'ul bih


Definisi : merupakan isim manshub yang terkenai fi'il/perbuatan.
Contoh : ‫( ضَرَبْت زَيْدًا‬saya memukul Zaid), dan َ‫( رَكِبْت الْفَرَس‬saya menaiki kuda).
I'rab : kata ‫ زَيْدًا‬dan َ‫ الْفَرَس‬masing-masing adalah maf'ul bih, yang dikenai fi'il/perbuatan
oleh fa'il/subjek.
Jenis-jenisnya : Isim dzahir dan isim dhamir.

Pertama : Dzahir
Dinashabkan dengan fathah atau penggantinya
Menashabkan dengan Fathah, jika berupa isim mufrad, seperti Firman Allah berikut
ini: ﴾َ‫( ﴿ َوقَتَلَ دَاوود جَالُوت‬dan Daud membunuh Jalut) (1). Atau jika berupa jamak taksir,
seperti Firman Allah berikut ini: ﴾‫( ﴿ وَبَثَّ مِنْهمَا رِجَالًا‬dan dari pada keduanya Allah
memperkembang biakkan lelaki) (2).
Menashabkan dengan Kasrah, jika berupa jamak muannats salim, seperti firman
Allah berikut ini: ﴾ِ‫( ﴿ َخلَقَ السَّمَاوَات‬Dia menciptakan langit) (3).
Menashabkan dengan Ya’ , jika berupa jamak mudzakkar salim, seperti firman Allah
berikut ini: ﴾َ‫ ( ﴿لَا تَتَّخِذُوا الْكَافِرِينَ أَوْلِيَاء‬janganlah kamu mengambil orang-orang kafir
menjadi wali) (4). Atau jika berupa mutsanna, seperti firman Allah berikut ini:
﴾َ‫( ﴿وَاجْعَلْنَا مسْلِمَيْنِ لَك‬dan jadikanlah kami berdua orang yang tunduk patuh kepada
Anda) (5).
Menashabkan dengan Alif, jika berupa jamak mudzakkar salim, seperti Firman Allah
berikut ini: ﴾‫ى إِلَيْهِ أَخَاه‬
ٰ َ‫(( ﴿آو‬Yusuf) membawa saudaranya ke tempatnya) (6).

__________________________
(1) QS Al-Baqoroh Ayat 251 (2) QS. An-Nisa Ayat 1 (3) QS at-Thagobun Ayat 3
(4) QS An-Nisa Ayat 144 (5) QS. Al-Baqarah Ayat 128 (6) QS. Yusuf Ayat 69
Isim-isim yang Manshub Halaman 139

Kedua: Dhamir
Dhamir terbagi atas dua jenis: muttashil (kata ganti yang bersambung) dan munfashil
(kata ganti yang tidak bersambung).

A. Muttashil: ia bersambung dengan fi'il, yaitu: ya' mutakallim, naa mutakallim, kaf
mukhathab, dan ha' ghaib.

1. Ya' Mutakallim: untuk orang pertama (si pembicara) tunggal, contoh: ْ‫ضَرَبَنِي‬.

2. Naa: untuk orang pertama (si pembicara) dan bersamanya ada orang-orang lain
atau orang yang banyak bersamanya, contoh: ‫ضَرَبَنَا‬.

3. Kaf Mukhathab:
● Digunakan dengan berharakat fathah untuk orang kedua, mufrad,
mudzakkar. Contoh: َ‫ضَرَبَك‬.
● Dan digunakan dengan berharakat kasrah untuk orang kedua, mufrad,
muannats. Contoh: ِ‫ضَرَبَك‬.
● Bersambung dengan mim dan alif untuk menunjukkan orang kedua,
mutsanna secara mutlak. Contoh: ‫ضَرَبَكُمَا‬.
● Bersambung dengan mim untuk menunjukkan orang kedua, jamak,
mudzakkar. Contoh: ْ‫ضَرَبَكُم‬.
● Bersambung dengan nun untuk menunjukkan orang kedua, jamak, muannats.
Contoh: َّ‫ضَرَبَكُن‬.

4. Ha' Ghaib:
● Digunakan untuk orang ketiga, mufrad, mudzakkar. Contoh : ‫ضَرَبَه‬.
● Digunakan untuk orang ketiga, mufrad, muannats. Contoh : ‫ضَرَبَهَا‬.
● Bersambung dengan mim dan alif untuk menunjukkan orang ketiga,
mutsanna secara mutlak. Contoh : ‫ضَرَبَهمَا‬.
● Bersambung dengan mim untuk menunjukkan orang ketiga, jamak,
mudzakkar. Contoh : ْ‫ضَرَبَهم‬.
● Bersambung dengan nun untuk menunjukkan orang ketiga, jamak, muannats.
Contoh : َّ‫ضَرَبَهن‬.

Maf'ul bih pada contoh-contoh tersebut adalah dhamir muttashil (kata ganti yang
bersambung), mabniy yang tidak terpengaruh oleh i'rab, yang ditetapkan
berdasarkan apa yang didengar atasnya. Maka disebutkan dalam i'rabnya, contoh :
‫ ضَرَبَنِي‬، َ‫ ضَرَب‬: fi'il madhy, dan nun untuk wiqaayah. Ya adalah dhamir muttashil, mabniy
atas sukun pada kedudukan nashab sebagai maf'ul bih. Fa'ilnya adalah dhamir
mustatir.
Isim-isim yang Manshub Halaman 140

B. Munfashil

Al-mushannif sang pengarang buku menyebutkan: munfashil terdiri dari 12, yaitu: َ‫ إِيَّاي‬,
dan ‫ إِيَّانَا‬, dan َ‫إِيَّاك‬, dan ِ‫ إِيَّاك‬, dan ‫ إِيَّاكُمَا‬, dan ْ‫إِيَّاكُم‬, dan َّ‫ إِيَّاكُن‬, dan ‫ إِيَّاه‬, dan ‫ إِيَّاهَا‬, dan ‫ إِيَّاهمَا‬, dan ْ‫ إِيَّاهم‬, dan
َّ‫إِيَّاهن‬.
Penjelasan: munfashil (kata ganti yang tidak bersambung) adalah kata yang dipisahkan dari
fi'il yang mendahuluinya (1). Kata ganti ini berjumlah 12 lafadz, yaitu : untuk kata ganti orang
pertama: (َ‫ إِيَّاي‬, dan ‫ ; )إِيَّانَا‬kata ganti orang kedua: (‫ ٌَْإِيَّاك‬, dan ِ‫إِيَّاك‬, dan ‫ إِيَّاكُمَا‬, dan ْ‫ إِيَّاكُم‬, dan َّ‫; ) إِيَّاكُن‬
kata ganti orang ketiga: (‫ إِيَّاه‬, dan ‫ إِيَّاهَا‬, dan ‫ إِيَّاهمَا‬, dan ْ‫ إِيَّاهم‬, dan َّ‫) إِيَّاهن‬.
Maka (َ‫ )إِيَّاي‬adalah kata ganti orang pertama (si pembicara) baik mudzakkar ataupun
muannats. Contoh : (َ‫( )إِيَّايَ أَكْرَمْت‬2) (kamu telah memuliakanku).
Dan (‫ )إيَّانَا‬untuk orang pertama yang bersamanya ada orang selainnya, atau terdapat sesuatu
yang diagungkan pada dirinya. Contoh : َ‫( إِيَانَا أَكْرَمْت‬kamu telah memuliakan kami).
Dan (َ‫ )إِيَّاك‬untuk orang kedua (yang diajak bicara), mufrad, mudzakkar. Contoh : ‫( إِيَّاكَ أَكْرَمْت‬saya
telah memuliakanmu {lk}).
Dan (ِ‫ )إِيَّاك‬untuk orang kedua, mufrad, muannats. Contoh : ‫( إِيَّاكِ أَكْرَمْت‬saya telah memuliakanmu
{pr}).
Dan (‫ )إِيَّاكُمَا‬untuk orang kedua yang berjumlah dua orang (mutsanna), mudzakkar ataupun
muannats. Contoh : ‫( إٍيَّاكُمَا أَكْرَمْت‬saya telah memuliakan kalian berdua).
Dan (ْ‫ )إِيَّاكُم‬untuk orang kedua, jamak, mudzakkar. Contoh : ‫( إِيَّاكُمْ أَكْرَمْت‬saya telah memuliakan
kalian {lk}).
Dan (َّ‫ )إِيَّاكُن‬untuk orang kedua, jamak, muannats. Contoh : ‫( إِيَّاكُنَّ أَكْرَمْت‬saya telah memuliakan
kalian {pr}).
Dan (‫ )إِيَّاه‬untuk mufrad, mudzakkar, orang ketiga. Contoh: ‫( إِيَّاه أَكْرَمْت‬saya telah memuliakannya
{lk}). (3)
Dan (‫ )إِيَّاهَا‬untuk mufrad, muannats, orang ketiga. Contoh : ‫( إِيَّاهَا أَكْرَمْت‬saya telah memuliakannya
{pr}).
Dan (‫ )إِيَّاهمَا‬untuk mutsanna, muannats, orang ketiga baik mudzakkar ataupun muannats.
Contoh: ‫( إِيَّاهمَا أَكْرَمْت‬saya telah memuliakan mereka berdua).
Dan (ْ‫ )إِيَّاهم‬untuk jamak, mudzakkar, orang ketiga. Contoh: ‫( إِيَّاهمْ أَكْرَمْت‬saya telah memuliakan
mereka {lk}).
Dan (َّ‫ )إِيَّاهن‬untuk jamak, muannats, orang ketiga. Contoh : ‫( إِيَّاهنََّ أَكْرَمْت‬saya telah memuliakan
mereka {pr}).
__________________________
(1) Maka anda berkata didalam contoh: (‫ضرَبَنِي‬
َ ) sama dengan َ‫ضرَب‬
َ َ‫( إِيَّاي‬dia telah memukulku) ; dan (َ‫)ضَرَبَك‬
sama dengan َ‫ضرَب‬
َ َ‫( إِيَّاك‬dia telah memukulmu) ; dan (‫ضرَبَه‬
َ ) sama dengan َ‫ضرَب‬
َ ‫( إِيَّاه‬dia telah
memukulnya).
(2) Kata ‫ إِيَّا‬merupakan dhamir munfashil, mabniy atas sukun didalam kedudukan nashab sebagai
maf'ul bih muqaddam / yang didahulukan, dan ya' adalah huruf dhamir untuk orang pertama,
dan ‫ أَ ْكرَم‬adalah fi'il madhi, mabniy atas sukun; dan ta adalah dhamir muttashil, mabniy atas fathah
didalam kedudukan rafa' sebagai fa'il.
(3) Kata ‫ إِيَّا‬adalah dhamir munfashil, mabniy atas sukun didalam kedudukan nashab sebagai maf'ul
bih muqaddam / yang didahulukan dan ha adalah huruf dhamir untuk orang ketiga.
Isim-isim yang Manshub Halaman 141

Maf'ul bih pada contoh ini adalah dhamir munfashil, ia mabniy dan tidak masuk
i'rab padanya, ia hanya dibina berdasarkan apa yang ia didengar.
Maka kau katakan pada i'rab misal firman Allah Ta’ala: ﴾‫ ﴿ إِيَّاكَ نَعْبد وَإِيَّاكَ نَسْتَعِني‬adalah
dhamir munfashil mabniy dengan sukun pada posisi nashab ia adalah maf'ul bih
muqaddam, dan ( ‫ ) الكَاف‬lil khithab (orang kedua/yang diajak bicara), maka ( ‫ ) إِيَّا‬sendiri
adalah dhamir dan mengikutinya huruf²: ya' mutakallim, ha' orang ketiga (lil
ghaibah) dan kaaf orang kedua (lil khithab). *

__________________________

* Faedah-faedah dan Catatan-catatan Penting :


1. Tanda maf'ul bih itu sahnya dijadikan mukhbar 'anhu dengan isim maf'ul dari lafadz
fi'ilnya, misal kau katakan: ‫( ضَرَبْت زَيْدًا‬saya telah memukul Zaid) : Zaid yang dipukul (‫)مَضْروْب‬
dan ‫( شَرِبْت اللَّبَن‬saya telah minum susu): Susu yang diminum (‫)مَشْروْب‬
2. Nun wiqayah (Nun penjaga): dinamakan demikian karena ia menjaga fi'il yang kasrah yang
masuk padanya yang serupa pada isim yang kasrah disebabkan ya' mutakallim; karena ia
saudaranya jar maka fi'il dilindungi darinya , sebagaimana dilindungi dari jar. Adapun
kasrah yang tidak seperti ini, maka tidak membutuhkan pengamanan darinya seperti
kasrah sebelum ya' mukhathabah dan kasrah untuk menyelamatkan dari bertemunya dua
sukun. Hasyiyah Ashshaban bab 1 halaman 178, dan dilihat di Hasyiyah Alhamidiy atas
Kafrawiy (hal 71).
3. Almuta'ajjab minhu setelah shighah atta'ajjub - ‫ ما أفْعَلَه‬- dii'rab dengan maf'ul fih, contoh: ‫مَا‬
َ‫( ! أَحْسَنَ السَّمَاء‬alangkah bagusnya langit itu!).
4. Dhamir ( ‫ ) نَا‬adalah dhamir mutakallim satu atau banyak jika bersambung dengan fi'il
mudhari' atau fi'il amr selalu dii'rab sebagai maf'ul bih, contoh: ‫( لَا تؤَاخِذْنَا‬janganlah Kau ambil
dari kami) dan ‫( ارْحَمْنَا‬rahmatilah kami), apabila bersambung dengan fi'il madhi dii'rab
sebagai maf'ul bih jika sebelumnya - yakni akhir fi'il difathahkan, contoh: ‫( زَارَنَا‬telah
mengunjungi kami) - atau alif - seperti: ‫( دَعَانَا‬ia telah memanggil kami), apabila sebelumnya
sukun yang bukan alif, seperti: ‫( مَشَيْنَا‬kami telah berjalan), ‫( زِدْنَا‬kami telah menambah) dan
‫(َُدَعَوْنَا‬kami telah memanggil), maka ia dii'rab sebagai fa'il.
ref. AlKawakib addurriyyah bab 1 halaman 155.
5. Dhamir setelah fi'il dii'rab "fii mahalli nashbin maf'ul bih" (pada posisi nashab sebagai
maf'ul bih), contoh: ‫( عَلمَنِي‬dia telah mengajari saya), ‫( عَلَّمَنَا‬dia telah mengajari kami), َ‫( عَلَّمَك‬dia
telah mengajarimu) dan ‫( عَلَّمَه‬dia telah mengajarinya).
6. Jika lafadz jalaalah pada posisi maf'ul bih, maka dii'rab "sebagai manshub untuk
mengagungkan" sebagai adab.
Isim-isim yang Manshub Halaman 142
Isim-isim yang Manshub Halaman 146

Kedua : Maf’ul Muthlaq

Pengarang berkata:
(Bab Mashdar : Mashdar adalah isim, manshub, tashrif ketiga dari fi'il, contoh: - َ‫ضَرَب‬
‫ ضَرْبًا‬- ‫يَضْرِب‬. ).
Penjelasan :
Sesuatu yang orang Arab menggunakannya untuk penekanan (taukid) perkataannya:
mashdar (¹)
Mashdar : Yaitu isim manshub berasal dari tashrif fi'il yang ketiga.
Yang dimaksud dengan tashrif fi'il adalah : Perubahan dari satu shighah kepada satu
shighah lainnya yang dimulai dari (shighah) fi'il madhi - misal - kemudian
(shighah) fi'il mudhari' kemudian (shighah) isim yaitu mashdar.
Kemudian kau katakan: ‫ يَضْرِب – ضَرْبًا‬- َ‫ ضَ َرب‬Maka ‫ ضَرْبًا‬: mashdar dan dinamakan maf'ul
muthlaq

Maf’ul Muthlaq
Definisi: Yaitu mashdar yang manshub yang sesuai 'amilnya secara lafadz dan
maknanya.
Contohnya: ﴾ ‫( ﴿ َو َكلَّمَ ٱللَّه م ْوسٰى تَ ْكلِيْـمًا‬2)
I'rabnya: َ‫ َكلَّم‬- fi'il madhi. ‫ اللَّه‬- fa'il, ‫ موْسٰى‬- maf'ul bih dan ‫ تَ ْكلِيْمًا‬- maf'ul muthlaq yang
sesuai 'amilnya ( َ‫ ) َكلَّم‬pada lafadz dan maknanya.
Macam-macam Maf'ul Muthlaq:
Pengarang berkata: Maf’ul Muthlaq ada dua macam : Lafdzhiy dan Maknawiy. Maka
jika sesuai lafadznya dengan lafadz fi'ilnya itu adalah Lafdzhiy, contoh: ‫قََتلْته قَْتلًا‬. Dan
jika sesuai makna fi'ilnya akan tetapi lafadznya tidak, maka itulah maknawiy ‫َجلَسْت‬
‫ قُعوْدًا‬dan ‫ َقُمْت وُق ْوفًا‬dan sebagainya.

__________________________
(1) Apabila dikatakan َّ‫( قَتَلَ احلَارِس اللِّص‬satpam itu telah membunuh pencuri). Orang yang
mendengar terkadang membesar-besarkan makna "membunuh", maka ia
membayangkan bahwa yang dimaksud adalah "memukulnya" bukan membunuhnya.
Maka untuk menolak anggapan ini digunakanlah mashdar (‫ )قَتْلًا‬untuk menguatkan
makna fi'il, maka mereka mengatakan: ‫قَتَلَ احلَارِس اللِّصَّ قَتَلًا‬.
(2) QS An-Nisa' ayat 164
Isim-isim yang Manshub Halaman 147

Penjelasan : Maf'ul muthlaq itu ada dua macam:


A. Maf’ul Muthlaq Lafdzhiy : Yaitu yang sesuai fi'il yang menashabkan maf'ul
mutlaknya pada lafadz dan maknanya, dengan gambaran mencakup huruf-
hurufnya, contoh: ‫( فَرِحْت َفرَحًا‬saya benar-benar bahagia), sungguh huruf-huruf fi'il ( َ‫فَرِح‬
) itu adalah huruf-huruf mashdar (ِ‫)الفَرَح‬, di antaranya firman Allah Ta’ala : ﴾ َ‫صَلُّواْ َعلَيْهِ و‬
‫سلِيْمًا‬
ْ َ‫( ﴿ َسلِّموْا ت‬bershalawatlah kalian dan berilah benar² salam kepadanya). (¹)
B. Maf’ul Muthlaq Maknawiy : Yaitu yang sesuai fi'il yang menashabkan maf'ul
mutlaknya pada maknanya tapi tidak pada lafadznya, dengan demikian huruf²
mashdar bukan (tidak sama dengan) huruf² fi'ilnya, contoh: ‫( قُمْت َوقَ ْوفًا‬saya benar² telah
berdiri). Sungguh makna fi'il ( ‫ ) قَا َم‬adalah makna mashdar ( ِ‫ ) الوُقوْف‬tetapi huruf²nya
berbeda. Contoh lain: ‫( فَرِحْت سر ْورًا‬saya benar² telah berbahagia). Sungguh makna fi'il (
َ‫ )فَرِح‬adalah makna mashdar ( ِ‫ ) السُّر ْور‬akan tetapi huruf²nya berbeda.
__________________________

(1) QS Al-ahzab ayat 56


* Faedah-faedah dan Catatan-catatan Penting :
1. Yang dimaksud Pengarang dengan mashdar di sini adalah isim yang manshub pada posisi
maf'ul muthlaq, bukan mashdar secara muthlaq, karena mashdar bisa marfu' juga bisa
majrur, maka dalam hal ini bukan mashdar secara muthlaq.
ref. Hasyiyah Ibn Haaj halaman 111.
2. Dinamakan Maf'ul muthlaq secara muthlaq, karena ia tidak disyaratkan dengan
menyebutkan sesuatu setelahnya, untuk menyelisihi maf'ul-maf'ul lainnya karena
sesungguhnya ia (maf'ul lain) tidak menjadi maf'ul kecuali disyaratkan dengan huruf jar
atau yang semisalnya, seperti maf'ul bih, maf'ul fiih, maf'ul ma'ah dan maf'ul lahu (li ajlih).
ref. Syarah Ibnu 'Aqiil bab 2 halaman 169 dan Annahwu alwaafiy bab 2 halaman 204
3. Di sini mashdar² dan isim mashdar-isim mashdar dii'rab dimana saja posisi sebagai maf'ul
muthlaq, dan di antaranya: َ‫( لَبَّيْك‬saya datang karena panggilan-Mu) ‫ حَاشَ لِله‬، (semoga Allah
melindungi) ‫ َمعَاذَ اللٰه‬، (semoga Allah melindungi) ، dan َ‫( َسبْحَان‬Maha Suci...)
Dan pada setiap fi'il mahdzuf dan maf'ul muthlaqnya ada sebagaimana populernya banyak
ungkapan² ditulis dari fi'il muthlaq yang dibuang fi'ilnya, contoh: ‫( شكْرًا‬terima kasih) ‫ َعفْوًا‬،
(maaf), ً‫( رَجَاء‬semoga), ‫( عَجَبًا‬wow), ‫( أَيْضًا‬juga), ٌ‫( خَاصَّة‬spesial), ‫( مَرْحَبًا‬selamat datang).... dan lain-
lain.
ref. AlKawakib bab 2 halaman 351.
4. Maf'ul muthlaq berfungsi selalu sebagai penguat, terkadang kosong untuk itu, contoh: ‫ضَرَبْت‬
‫( ضَرْبًا‬saya benar-benar telah memukul), terkadang berfungsi bersamanya sebagai penjelasan
macam/jenis apabila disifati atau dimudhafkan, contoh: ‫( ضَرَبْت ضَرْبًا شَدِيْدًا‬saya telah memukul
dengan pukulan yang kuat) atau ‫( ضَرَبْت ضَرْبَ املُؤَدِّب‬saya telah memukul untuk mendidik), atau
menjelaskan jumlah ('adad), contoh: ِ‫( ضَرَبْت ضَرْبَتَيْن‬saya telah memukul dua kali).
Ref. Attashrih bab 1 halaman 324.
Isim-isim yang Manshub Halaman 150

Ketiga dan Keempat : Dzaraf Zaman / Keterangan Waktu dan Dzaraf


Makan / Keterangan Tempat (Maf'ul Fiih ):
Al-mushannif sang Pengarang buku menjelaskan pada bab dzaraf zaman/keterangan
waktu dan dzaraf makan/keterangan tempat : Dzaraf zaman adalah isim zaman yang
dinashabkan dengan takdir ‫فِي‬/pada , contoh : َ‫( الَيوْم‬di hari ini),‫( َاللََّْيلَة‬di malam hari),‫ًغُ ْدوَة‬
(di pagi hari), ‫(َُبكْرَة‬di pagi hari), ‫( سَحَرًا‬di waktu sahur), ‫( غَدًا‬besok), ً‫( عَتَمَة‬di waktu
malam), ‫( صَبَاحًا‬di waktu subuh), ً‫( مَسَاء‬di sore hari), ‫( أَبَدًا‬selamanya), ‫( حُِيْنًا‬suatu ketika),
dan yang semacamnya.
Penjelasan: Pengertian dzaraf menurut bahasa adalah wadah/bejana. (1)
Pengertian secara istilah, dzaraf dikelompokkan menjadi dua bagian, yaitu dzaraf
zaman dan dzaraf makan.

A. Keterangan Waktu (Dzaraf Zaman)

Definisi: Ia adalah isim zaman/isim yang menunjukkan waktu, manshub dengan takdir (‫)فِي‬.
Contoh: َ‫( جِئْت اليَ ْوم‬saya datang pada hari ini).
Maka (َ‫)اليَ ْوم‬: dzaraf zaman, manshub, dan dia menunjukkan atas waktu kejadian
kedatangannya. Dan yang sejenis dengan َ‫( اليَ ْوم‬pada hari ini) adalah : ً‫( لَيْلَة‬di malam hari), ً‫غُدْوَة‬
(di pagi hari), ً‫( بكْرَة‬di pagi hari), ‫( سَحَرًا‬di waktu sahur), ‫( غَدًا‬besok), ً‫( عَتَمَة‬di waktu sepertiga malam
pertama), ‫( صَبَاحًا‬di waktu shubuh), ً‫( مَسَاء‬di sore hari), ‫( أَبَدًا‬selamanya), ‫( َأمَدًا‬besok-besok), dan ‫حِيْنًا‬
(suatu ketika) (2). Dari firman Allah Ta’ala ﴾‫( ﴿سََيعْلَموْنَ غَدًا‬kelak mereka akan mengetahui) (3) ;
﴾‫( ﴿و َسَبِّحوْه بكْرَةً َو َأصِيْلًا‬dan bertasbihlah kepada-Nya di waktu pagi dan petang) (4); dan ‫﴿وَ لَنْ يَتَمَنَّوْه‬
﴾‫( أَبَدًا‬dan sekali-kali mereka tidak akan menginginkan kematian itu selama-lamanya) (5). Maka
dzaraf zaman adalah diibaratkan seperti malam-malam dan hari-hari, dan yang menyerupai
dengan nama-nama waktu, contoh : tahun, bulan dan era/masa.
__________________________
(1) Dikatakan : waktu dan tempat memiliki keterangan. Oleh karena terdapat suatu pekerjaan terjadi
didalamnya, maka setiap kata kerja haruslah terjadi pada suatu waktu dan suatu tempat. Ketika
anda berkata : ‫( َقرََأ زَيْد ال ُقرْآ َن صَبَاحًا‬Zaid telah membaca Al Qur'an saat subuh), maka anda telah
menjelaskan waktu kejadian pembacaan tersebut yaitu pada waktu subuh. Ketika anda berkata :
ِ‫( َقرَأَ َزيْد ال ُقرْآنَ أَمَا َم الشَّْيخ‬Zaid telah membaca Al-Quran di depan seorang Syeikh), maka anda telah
menjelaskan tempat kejadian pembacaan yaitu di tempat hadapan seorang Syeikh. Maka kata ‫صَبَاحًا‬
disebut dengan dzaraf zaman/ keterangan waktu, dan kata َ‫ أَمَام‬disebut dzaraf makan/keterangan
tempat.
(2) Kata (َ‫ الَيوْم‬hari ini) dari terbit fajar hingga terbenamnya matahari ; kata (َ‫ الَّيَْلة‬malam ini) dari
terbenamnya matahari hingga terbit fajar ; kata (ً‫ ُغدْ َوة‬di pagi hari) dari shalat fajar hingga terbitnya
matahari ; kata (ً‫ ب ْكرَة‬di pagi hari) yakni awal siang hari ; kata (‫حرًا‬
َ َ‫ س‬di waktu sahur) yakni di akhir
malam sebelum fajar ; kata (ً‫ َغد‬besok) yakni nama hari satelah hari yang anda berada di dalamnya
; kata (ً‫ عََت َمة‬di waktu malam) yakni sepertiga malam pertama ; kata (‫ صَبَاحًا‬di waktu subuh) yakni awal
siang hari ; kata (ً‫ مَسَاء‬di sore hari) yakni mulai turunnya matahari hingga sebagian malam ; kata
(‫ أََبدًا‬dan ‫ أَ َمدًا‬besok-besok) yakni setiap nama dari waktu yang akan datang; dan kata (‫ حِيْنًا‬suatu ketika)
nama dari waktu yang tidak jelas.
(3) QS Al-Qamar : 26 (4) QS Al-Ahzab : 42 (5) QS Al-Baqarah : 95
Isim-isim yang Manshub Halaman 151

B. Keterangan Tempat (Dzaraf Makan)

Al Munshannif sang Pengarang buku menyebutkan: keterangan tempat adalah isim


yang menyebutkan nama tempat, manshub dengan takdir (‫)يف‬. Contoh : َ‫( أَمَام‬di depan),
َ‫( َخلْف‬di belakang), َ‫( قَدَّام‬di hadapan), َ‫( َورَاء‬di belakang), َ‫( َفوْق‬di atas), َ‫حت‬
ْ َ‫( ت‬di bawah), َ‫( عِنْد‬di
sisi), َ‫( مَع‬bersama), َ‫( ِإزَاء‬di depan), َ‫( حِذَاء‬di depan), َ‫( َِتلْقَاء‬di depan), ‫( هنَا‬disini), َّ‫( ثَم‬disana),
dan semacamnya.

Penjelasan: Jenis yang kedua dari dzaraf adalah dzaraf makan/ keterangan tempat.
Definisi: Ia adalah isim makan/isim yang menunjukkan tempat, manshub dengan
takdir (‫)يف‬.

Contoh: ِ‫جرَة‬
َ َ‫حتَ الش‬
ْ َ‫( َجلَسْت ت‬saya duduk di bawah pohon).

I'rabnya: َ‫حت‬
ْ َ‫ ت‬adalah dzaraf makan, dan dia isim manshub yang menunjukkan tempat
terjadinya tindakan tersebut.

Dan al-mushannif sang Pengarang menjelaskan lafadz yang termasuk ke dalam


dzaraf makan ada 13, yaitu: َ‫ أَمَام‬yang bermakna di depan, contoh: ِ‫( َجلَسْت أَمَامَ الشَّيْخ‬saya
berjalan di depan syekh). Dan َ‫ َخلْف‬yang maknanya berkebalikan dengan َ‫أَمَام‬,
contohnya: ِ‫( صَلَّيْت َخلْفَ اإلِمَام‬saya shalat di belakang imam). Dan َ‫قُدَّام‬, contohnya
perkataanmu: ِ‫( مَشْيَت قُدَّامَ اجلَيْش‬saya berjalan di depan tentara). Dan َ‫ َورَاء‬dengan makna di
belakang, contohnya firman Allah Ta’ala: ﴾ ْ‫( ﴿ فَنَبَذُوْه َورَآ َء ظُه ْورِهِم‬lalu mereka melemparkan
janji itu ke belakang punggung-punggung mereka) . Dan َ‫( َفوْق‬di atas) adalah isim
(1)

makan untuk tempat yang tinggi , contohnya firman Allah Ta’ala: ﴾ ِ‫ق عِبَادِه‬
َ ْ‫﴿ وَهوَ القَاهِر َفو‬
(dan Dia-lah penguasa mutlak atas semua hambaNya) (2). Dan َ‫حت‬
ْ َ‫ت‬, isim makan yang
berarti di bawah, contohnya firman Allah Ta’ala: ﴾ ِ‫حتَ الشَّجَرَة‬
ْ َ‫( ﴿ يبَايِعوْنَكَ ت‬mereka berjanji
setia kepadamu (di Hudaibiyah) di bawah pohon (yaitu Baiat Ridwan))(3). Dan َ‫ عِنْد‬isim
makan yang berarti berdekatan, contohnya firman Allah Ta’ala: ﴾ ِ‫﴿ فَآ ْذكُروْا اهللَ عِنْدَ املَشْعَرِ احلَرَام‬
(maka berdzikirlah kalian (kepada) Allah di Masjidil Haram (sebuah tempat di
Mudzalifah)) (4). Dan َ‫مَع‬, isim makan kebersamaan, contohnya firman Allah Ta’ala: ﴾
‫( ﴿ َأرْ ِسلْه مَعَنَا‬biarkanlah dia pergi bersama kami) (5). Dan َ‫ ِإزَاء‬seperti berhadapan, contohnya
perkataanmu: ِ‫ ( َوقَفْت ِإزَاءَ املَكْتَبَة‬dan saya berdiri di depan perpustakaan). Dan َ‫ حِذَاء‬dengan
makna berdekatan, contohnya perkataanmu: ِ‫( َجلَسْت حِذَاءَ املَسْجِد‬saya duduk di depan
dekat masjid). Dan َ‫ ِتلْقَاء‬seperti berdekatan, contohnya firman Allah Ta’ala: ﴾ َ‫و َلَمَّا َتوَجَّه‬
َ‫( ﴿ ِتلْقَآءَ مَدْيَن‬dan ketika (Musa) menuju ke arah/jurusan (negeri) Madyan) (6).

__________________________
(1) QS Āli `Imrān ayat 187. (2) QS Al-An`am ayat 18. (3) QS Al-Fath ayat 18.
(4) QS Al-Baqarah ayat 198. (5) QS Yūsuf ayat 12. (6) QS Al-Qaşaş ayat 22.
Isim-isim yang Manshub Halaman 152

Dan (‫ )هنَا‬adalah isim isyaroh yang menunjukkan keterangan tempat dekat, contohnya
perkataanmu ‫( جَلَسْت هنَا‬saya duduk disini). Dan (َّ‫ )ثَم‬adalah isim isyaroh yang
menunjukkan keterangan tempat jauh, contohnya perkataanmu َّ‫( جَلَسْت ثَم‬saya
duduk disana). Artinya anda disana. Dan isim isim isyarah lainnya seperti َ‫يَمِيْن‬
(kanan), dan َ‫( شِمَال‬kiri).

__________________________

* Faedah-faedah dan Catatan-catatan Penting :

1 - Berkata Pengarang (dengan pada) apa saja taqdir bersama ‫ نا ها‬tidak pada lafadznya,
contohnya ‫ قَدٔ لَ يَصِح‬taqdir ‫ ها‬sebelum dzaraf dan dzalika.
contoh : َ‫( سَرَت قَبْلَه َوصَلَيْتِ َمعَه وَنَحْو هما‬saya berjalan didekatnya dan sholat bersamanya berdua).
Kitab Al-Kawakib (2/325).
2 - ( َّ‫ ) مث‬dengan fathah ‫ الثاء‬isim makan dengan kesempatan ( َّ‫ ) ثُم‬dengan dhammah ‫ الثاء‬maka
sesungguhnya ia huruf 'athaf.
3 - Jika tdk mengandung makna isim zaman (waktu) yang bermakna (ْ‫ )ِفي‬-di dalam, maka
dia bukan zhorof, Bahkan dia seperti isim yang lainnya, yang diirob sesuai keadaannya
dalam kalimat. Bisa menjadi mubtada seperti : ‫يَوْ مِنَا َسعِيْد‬, atau menjadi khabar : ِ‫هَذَا يَ ْومَ العَيْد‬
Atau menjadi fail, seperti : ِ‫ هَذَا يَ ْومَ العَيْد‬atau mafhulun bih seperti Firman Allah Ta’ala :
﴾ِ‫( ﴿وَأَنْذِرْهمْ يَوْمَ الْآزِفَة‬berilah mereka peringatan dengan hari yang dekat (hari kiamat)), dan
begitu juga ketika masuk huruf jar pada isim zaman atau makan maka dia menjadi isim
majrur bukan berupa zhorof, seperti firman Allah Ta’ala :
﴾ِ‫( ﴿وَأَنْذِرْهمْ يَوْمَ الْآزِفَة‬dalam satu hari yang kadarnya adalah seribu tahun). Dan firman Allah
Ta’ala : ﴾ْ‫فَوْقِهِم‬ ْ‫( ﴿يَخَافُونَ رَبَّهمْ مِن‬mereka takut kepada Tuhan mereka yang di atas mereka).
Dilihat di kitab Jami’u Durush (3/44)
4 – Dari kata-kata yang sering digunakan pada umunya untuk dharaf : ْ‫ إِذ‬dan ‫وَإِذَا‬
Dilihat di kitab al Mughny halaman (111) dan (127)
Isim-isim yang Manshub Halaman 156

Kelima : Haal
Pengarang berkata : Bab Haal : Haal adalah isim yang dinashabkan (manshub) yang
menjelaskan kondisi atau keadaan yang belum jelas. Contohnya : ‫( جَاءَ زَيْد رَاكِبًا‬Zaid telah
datang dengan berkendaraan), ‫( َركِبْت اَلْفَرَسَ مسْرَجًا‬saya menunggangi kuda yang
berpelana) dan ‫( لَقِيت عَبْدَ اَللََّهِ رَاكِبًا‬saya menjumpai ‘Abdullah berkendaraan), dsb.
Penjelasan: Haal (1)
Definisi: Yaitu isim yang dinashabkan (manshub) yang menjelaskan kondisi atau
keadaan yang belum jelas. (2)
Contohnya: ‫( جَاءَ زَيْد رَاكِبًا‬Zaid telah datang dengan berkendaraan) (3), ‫َركِبْت اَلْفَرَسَ مسْرَجًا‬
(saya menunggangi kuda yang berpelana) (4) .
I'rabnya: ‫ رَاكِبًا‬: haal yang menjelaskan kondisi Zaid ketika datang, yakni
keadaannya yang datang atasnya. Dan ‫ مسْرَحًا‬: haal yang menjelaskan keadaan kuda
ketika anda mengendarainya.
Tandanya: Sebenarnya posisi haal pada jawaban "bagaimana", maka jika ditanya
: ‫( كَيْفَ جَاءَ زَيْد ؟‬bagaimana datangnya Zaid?) , anda harus menjawab : ‫( رَاكِبًا‬berkendara).
Dan contoh dari ayat-ayat al-Qur'an yang mulia, firman Allah Ta’ala: ﴾‫﴿ َو خلِ َق الْإنِسَانُ ضَعِيْفًا‬
(Manusia telah diciptakan dalam keadaan lemah) (5) , ﴾‫َصلًا‬
َّ ‫﴿وَ هوَ الَّذِي أَنْ َزلَ إِلَيْكُم الْكِتَابَ مف‬
(Dialah yang telah menurunkan kepada kalian alkitab secara berangsur-angsur) (6),
dan firman Allah Ta’ala: ﴾‫( ﴿ إِلَيْهِ مَرْجِعكُمْ جَمِيْعًا‬kepada-Nya lah tempat kembali kalian
semuanya) (7).
Dan contoh dari as-Sunnah, sabda Nabi ‫ ﷺ‬:》‫( 》 يحْشَر النَّاس يَوْمَ الْفِيَامَةِ حفَاةً عرَاةً غُزْلًا‬manusia
dibangkitkan pada hari kiamat dalam keadaan tidak beralas kaki, tidak berpakaian
dan belum dikhitan)(8). Kata berikut (‫ غُزْلًا‬،ً‫ عرَاة‬،ً‫ ) حفَاة‬: semuanya haal yang dinashabkan.
__________________________
(1) Jika kau katakan :‫( َ َشرِبَ زَيْد املَاء‬Zaid telah meminum air) kalimat ini sudah sempurna, kecuali bahwa
tidak diketahui keadaan subyek pada saat melakukan pekerjaan tersebut, ataupun keadaan
obyeknya. Maka apabila kau katakan : ‫( َشرِبَ زَيْد اْلمَاءَ جَالِسًا‬Zaid telah meminum air dalam keadaan
duduk), maka kau sungguh telah menjelaskan keadaan Zaid saat ia minum. Dan bila kau katakan:
‫( َشرِبَ زَيْد املَاءَ بَا ِردًا‬Zaid telah meminum air dalam keadaan dingin/air dingin), maka kau sungguh juga
telah menjelaskan keadaan air ketika diminum. Maka lafadz (‫ )جَالِسًا‬atau (‫ )بَا ِردًا‬dinamakan haal , dan
wajib nashabnya.
(2) Istabhama (َ‫ )اِسَْتْب َهم‬yakni َ‫( خَفِي‬tersembunyi). Istilah istabhama lebih pas ketimbang inbahama (َ‫ )ِانْبَ َهم‬.
lafadz ( ِ‫ ) الَْيئَات‬adalah jamaknya ِ‫ هَيَْئة‬yaitu sifat dan gambaran .
(3) Kedudukan ‫ جَا َء زَيْد‬: fi'il dan fa'il, ‫رَاكِبًا‬: haal yang dinashabkan dan tanda nashabnya adalah fathah
dzahirah/nampak.
(4) Kedudukan ‫ رَكٍبْت‬: fi'il dan fail, َ‫ ال َفرْس‬: maf'ul bih manshub, ‫ مسْ َرجًا‬: haal yang dinashabkan dan tanda
nashabnya adalah fathah dzahirah/nampak. Kata ‫( السَّرْج‬pelana) adalah nama suatu benda yang
diletakkan di atas punggung kuda untuk alas duduknya penunggang kuda
(5) QS An-Nisa' ayat 28 (6) QS Al-An'am ayat 114 (7) QS Yunus ayat 4
(8) Muttafaq 'alaih dari 'Aisyah (semoga ‫ اهلل‬meridhainya)
Isim-isim yang Manshub Halaman 157
Syarat Haal dan Syarat-syarat Shahibul Haal :
Pengarang berkata: (Haal harus nakirah, haal harus terletak setelah kalimat
sempurna, shahibul haal harus ma'rifah)

Penjelasan: Kemudian Pengarang mulai menyebutkan sebagian syarat-syarat haal,


dan beliau menyebutkan dua syarat:
1. Haal harus nakirah: apabila kau katakan : ‫ جَاءَ زَيْد املَسْروْر‬, maka tidak benar ‫املَسْروْر‬
sebagai haal karena ma'rifah, hanya benar jika kau katakan : ‫( جَاءَ زَيْد مَسْر ْورًا‬Zaid telah
datang dalam keadaan senang).

2. Haal harus didahului kalimat yang lengkap, yaitu setelah fi'il dan fa'ilnya dan
setelah mubtada' dan khabarnya; maka jika kau katakan : ‫ زَيْد مَسْر ْورًا‬, tidak benar ( ‫مَسْر ْورًا‬
) sebagai haal karena ia berada sebelum lengkapnya kalimat , yang benar jika kau
katakan : ‫( جَاءَ زَيْد مَسْروْرًا‬Zaid telah datang dalam keadaan senang).
Adapun shahibul haal (¹), Pengarang menyebutkan satu syaratnya, yaitu shahibul
haal harus ma'rifah. Maka tidak benar jika kau katakan : ‫ جَاءَ رَج ٌل مَسْر ْورًا‬karena shahibul
haal ( ٌ‫ ) رَجل‬nakirah dan haal hanya untuk ma'rifah, maka jika kau katakan : ُ‫جَاءَ الرَّجل‬
،‫ مَسْر ْورًا‬ini benar. *
__________________________
(1) Yaitu apa yang disifati secara makna oleh haal

* Faedah-faedah dan Catatan-catatan Penting :


1. Kata ( َ‫ ) َكيْف‬adalah isim istifham yang dii'rab - umumnya - sebagai haal terletak setelahnya
fi'il yang bukan penasikh, contoh: ‫كَيْفَ نِمْتَ؟‬ (bagaimana anda tidur?). Adapun bila
setelahnya adalah fi'il penasikh atau isim; maka ia dii'rab sebagai khabar muqaddam,
contoh: ‫( كَيْفَ َأصْبَحْتَ؟‬bagaimana anda di waktu shubuh?) dan ‫( كَيْفَ حَالُكَ؟‬bagaimana
keadaanmu). Ref. AlKawakib bab 2 halaman 516.
2. Imam Nawawuiy rahimahullah berkata: lafadz ( ً‫ ) كَافَّة‬digunakan sebagai haal. Adapun
yang terjadi pada banyak kitab para mushannif (Pengarang kitab), mereka
menggunakan lafadz ( ً‫ ) كَافَّة‬ini sebagai mudhaf dan dima'rifahkan, contohnya seperti « ‫هَذَا‬
ِ‫( »قَوْلُ كَافَةِ العلَمَاءَ وَ مَذْهَب الكَافَة‬ini adalah perkataan semua ulama dan pendapat semuanya) dan
ini merupakan kesalahan yang banyak terjadi pada lahn awam dan perubahan yang
mereka lakukan. Ref. Syarah Muslim bab 13 halaman 142.
Terkadang haal dalam format kalimat, contoh : ‫(ُُرَأَيْت زَيْدًا يَضْحَك‬saya melihat Zaid sedang
tertawa), ‫ يَضْحَك‬fi'il mudhari' marfu', fa'ilnya dhamir mustatir, taqdirnya (dikira) َ‫ هو‬,
kalimat (fi'il+fa'il) pada posisi nashab sebagai haal (keadaannya) Zaid, sama saja kau
katakan ‫ جَاءَ زَيْد ضَاحِكًا‬maka kalimat setelah isim ma'rifah itu adalah haal, dan yang setelah
isim nakirah maka itu sifat (na'at), contoh : َ‫( جَاءَ رَجلٌ يَضْحَك‬telah datang seorang lelaki yang
tertawa).
Isim-isim yang Manshub Halaman 160

Keenam : Tamyiz
Sang Pengarang berkata mengenai bab tamyiz :
Tamyiz adalah isim manshub yang menjelaskan kesamaran pada dzat-dzat. Contoh
pada ucapanmu: ‫( تَصََّببَ زَيْد عَ َرقًا‬Zaid itu mengalir keringatnya), ‫( تَفَقَّأَ بَكْر شَحْمًا‬Bakr itu
berlapis-lapis lemaknya), ‫( طاَبَ محَمَّد نَفْسًا‬Muhammad itu wangi tubuhnya), ‫اِشْتَرَيْت عِشْرِيْنَ غُالَمًا‬
(saya membeli 20 orang budak), ‫( َملَكْت تِسْعِيْنَ نَعْجَة‬saya memiliki sembilan puluh biri-biri
betina), ‫( زَيْد َأكْرَم مِنْكَ أَبًا‬bapaknya Zaid lebih mulia darimu), dan‫( َأَجْمَلُ مِنْكَ وَجْهًا‬wajahku
lebih tampan darimu).
Penjelasan : Tamyiz (1).
Definisinya : Ia adalah isim manshub yang menjelaskan kesamaran dari dzat atau
perbandingan.
Contohnya: ‫( اِشْتَرَيْت عِشْرِيْنَ غُالَمًا‬saya membeli 20 orang budak) , dan ‫طاَبَ محَمَّد نَفْسًا‬
(Muhammad itu wangi tubuhnya).
I'rabnya : ‫ ُغلَامًا‬: tamyiz untuk dzat, ia menjelaskan kata yang mufrad yaitu َ‫عِشْرِيْن‬.
Dan ‫ نَفْسًا‬: tamyiz untuk perbandingan, ia menjelaskan kalimat (‫)طَابَ محَمَّد‬.
Macam-macamnya : terdapat dua macam tamyiz, yaitu tamyiz untuk mufrad dan
tamyiz untuk kalimat.

1. Tamyiz untuk mufrad: Tamyiz ini menghilangkan kesamaran pada satu kata (2).

Tamyiz mufrad hadir setelah :


● 'adad (bilangan), seperti ucapanmu ً‫( َملَكْت تِسْعِيْنَ نَعْجَة‬saya memiliki 90 ekor biri-biri
betina).
● wazan (timbangan), seperti ucapanmu ‫سلًا‬
َ َ‫( اِشْتَرَيْت رَ ْطلًا ع‬saya membeli satu pon madu).
● kayl (takaran), seperti ucapanmu ‫( تَصَدَّقْ"ت بِصَاعٍ تَمْرًا‬saya menetapkan takaran kurma).
● misaahah (area), seperti ucapanmu ‫( َزرَعْت فَدَّانًا قَمْحًا‬saya menanam satu hektar
gandum).
__________________________
(1) Isim-isim 'adad /bilangan, wazan /timbangan, kayl /takaran, misaahah /area, adalah
lafadz2 yang samar, karena jika anda katakan: َ‫( ِاشْتَرَيْت عِشْرِيْن‬saya membeli dua puluh)
kemudian anda diam, maka yang mendengar tidak mengerti apa yang dimaksud dengan
"dua puluh", namun jika anda katakan : ‫( ِاشْتَرَيْت عِشْرِيْنَ قَلَمًا‬saya membeli dua puluh pena),
maka sungguh anda telah menjelaskan apa yang dimaksud dengan "dua puluh" dengan
ucapan (‫ قَلَمًا‬/ pena), maka ‫ قَلَمًا‬adalah tamyiz. Terkadang terjadi ketidak-jelasan /kesamaran
pada sebagian lafadz, dan sesungguhnya ia terjadi pada sebagian kalimat, contoh : َ‫طَاب‬
‫( محَمَّد َنفْسًا‬Muhammad itu wangi tubuhnya). Maka nisbah kata ‫( طاب‬menjadi baik) kepada
Muhammad terdapat kesamaran, bisa saja membahas dari sisi ilmu atau badan atau
pendapatan, maka penyebutan tamyiz - ‫ َنفْسًا‬- menghilangkan kesamaran. Maka seluruh
bentuk seperti ini dinamakan tamyiz.
(2) Atau posisinya seperti menghitung jumlah, seperti pada firman Allah Ta’ala : َ‫إِِّنيْ رَأَيْت عَشَر‬
‫( كَوْكَبًا‬sesungguhnya saya melihat 11 bintang).
Isim-isim yang Manshub Halaman 161

2. Tamyiz untuk Kalimat: Tamyiz ini menghilangkan ketidak-jelasan didalam


kalimat.
Contoh pada perkataanmu: ‫( تَصَبَّبَ زَيْد عَرَقًا‬Zaid mengalir keringatnya), ‫( َتف ََّقأَ َبكْر شَحْمًا‬Bakr
berlapis-lapis lemaknya), ‫ك أَبًا‬
َ ْ‫( زَيْد أَكْرَم مِن‬Zaid itu lebih mulia darimu, bapaknya = bapaknya Zaid
lebih mulia darimu). Seluruh contoh tamyiz pada kalimat tersebut (‫ عَرَقًا‬dan ‫ شَحْمًا‬dan ‫ )أَبًا‬adalah
manshub, dan tanda nashabnya adalah fathah dzahir.
Contoh-contoh tamyiz untuk kalimat didalam al-Qur'an al-Karim adalah : Firman Allah
Ta’ala : ﴾‫( ﴿وَاشْتَعَلَ الرَّأْس شَيْبًا‬dan kepala saya telah ditumbuhi uban) (1), ﴾‫( ﴿وَفَجَّرْنَا األَرْضَ عيوْنًا‬dan Kami
jadikan bumi memancarkan mata air) (2), dan ﴾‫( ﴿أَنَاأَكْثَر مِنْكَ مَالًا‬harta saya lebih banyak daripada
hartanya) (3).
Al-Mushannif sang Pengarang berkata : dan tidaklah menjadi tamyiz kecuali nakirah, dan
tidaklah menjadi tamyiz kecuali setelah sempurna kalimatnya.
Penjelasan: Dengan pengkajian oleh para ahli ilmu nahwu, dan kita mengikuti mereka
untuk bahasa arab, maka sesungguhnya tamyiz itu tidak akan terbentuk kecuali (kata itu
adalah) nakirah dan tidak terbentuk kecuali setelah kalam sempurna, yang berarti setelah fi'il
mendapatkan fa'ilnya dan mubtada mendapatkan khabarnya. *
__________________________
(1) QS Maryam ayat 4. (2) QS Al-Qamar ayat 12. (3) QS Al-Kahfi ayat 34.
* Faedah-faedah dan Catatan-catatan Penting :
1. Pengarang menyebutkan bahwa sesungguhnya tamyiz berfungsi untuk menjelaskan dzat atau objek
yang masih samar yang ada sebelumnya, dan tidak menyebutkannya (atau rasio); hanya
mencukupkan dengan contoh-contoh, seperti yang dikatakan oleh al-Hamdi. Dan makna perkataan
Pengarang tentang ِ‫ الذَّوَات‬adalah jamak dari kata ‫( ذَات‬dzat), dan dzat adalah sesuatu yang sesuai
dengan hakikatnya.
2. Tidak setiap 'adad/angka maka tamyiznya menjadi manshub. Angka-angka dari 3 sampai 10, 100
dan kelipatannya, 1000 .... maka isim setelah angka-angka tersebut menjadi majrur karena dia adalah
mudhaf ilaih, seperti pada firman Allah Ta’ala : ﴾ ٍ‫( ﴿ َفأَمَاتَه اهللِ مِاَئةَ عَام‬maka Allah mematikan orang itu
seratus tahun).
3. Perkataan al-Mushannif sang Pengarang mengenai pernyataan [dan tidak menjadi (tamyiz) kecuali
nakirah] ini adalah mengikuti madzab para ulama Bashroh. Adapun para ulama Kuffah
membiarkan adanya tamyiz yang datang berupa ma'rifat, dan hal tersebut berdasar dari firman-Nya
: ﴾ ‫( ﴿ إِلَّ مَنْ سَ ِفهَ نَفْسَه‬kecuali orang memperbodoh dirinya sendiri), dan firman-Nya yang lain: ﴾ ‫ت‬
ْ َ‫بَ ِطر‬
‫( ﴿ مَعِيْشََتهَا‬telah bersenang-senang dalam kehidupannya).
Dan juga begitu banyak bukti catatan dari perkataan orang Arab. Ibn Taymiyyah rahimahullah berkata
: hal ini yang dikatakan oleh para ulama Kuffah dalam pengertian secara bahasa dan makna.
Merujuk pada kitab Majmu' al-Fatawa (442/14).
4. Isim manshub setelah isim tafdhil maka dii'rab sebagai tamyiz, seperti pada firman Allah Ta’ala : ﴾
ِ‫َالذِينَ آمَنوا أَشَدُّ حبًًَُّّا هلل‬
َّ ‫( ﴿ و‬dan orang-orang yang beriman amat sangat cintanya kepada Allah).
5. Isim manshub setelah kata َ‫( نِ ْعم‬sebaik-baiknya) dan َ‫( بِْئس‬seburuk-buruknya) dii'rab sebagai tamyiz,
contoh: ‫الصدْق وَ ِبْئسَ خلُقًا ال َكذِب‬
ِّ ‫( نِ ْعمَ خلُقًا‬sebaik-baik akhlak adalah jujur, dan seburuk-buruk akhlak adalah
dusta).
6. Menurut para ahli nahwu, perbedaan antara haal dan tamyiz disebutkan berikut:
• Haal menjelaskan tentang kondisi, sedangkan tamyiz menjelaskan tentang dzat atau rasio.
• Haal datang dengan ‫ غَالِبًا‬sebagai isim musytaq, sedangkan tamyiz datang dengan - ‫ غَالِبًا‬- sebagai isim
jamid.
• Haal dapat hadir sebagai isim mufrad, atau kalimat, atau sibhul jumlah (yang menyerupai kalimat),
sedangkan tamyiz tidak dapat hadir kecuali ia mufrad.
Isim-isim yang Manshub Halaman 164

Ketujuh: Mustatsna

Sang Pengarang mengatakan pada bab istitsna /pengecualian : Huruf isititsna


terdiri dari delapan, yaitu : ‫إِلَا‬, dan ‫غَيْر‬, dan ٌ‫ َسوَاء‬- ‫ سوًى‬- ‫ ِسوًى‬, dan ‫ َخلَا‬dan ‫عَدَا‬, dan ‫حَاشَا‬.
Penjelasan :
Mustatsna (1):
Definisinya : Ia merupakan isim yang disebutkan setelah ‫ إِلَا‬atau salah satu yang
sejenisnya, yang bertentangan secara hukum setelah kalimat sebelumnya.
Contohnya : ‫( قَامَ القَوْم إِلَّا زَيْدًا‬Kaum itu telah berdiri kecuali Zaid).
I'rabnya: َ‫ قَام‬: fi'il madhi ; ‫ ال َقوْم‬: fa'il, marfu', dan ia adalah mustatsna minhu, ‫ إِلَّا‬:
huruf istitsna, ‫ زَيْدًا‬: mustatsna, manshub, dan ia adalah yang dikecualikan secara
hukum dari kata sebelum ‫ ; إِلَّا‬karena sesungguhnya kalimat tersebut menjelaskan
bahwa kaum itu berdiri, dan Zaid tidak ikut berdiri.
Dan agar menjadi jelas dari sebelumnya, pengecualian memiliki tiga pilar :
Pertama: Mustatsna minhu / patokan pengecualian :
Ia merupakan isim yang disebutkan setelah ‫ إِلَّا‬, yang dii'rab bergantung pada
kedudukannya didalam kalimat.
Kedua: Adaatul istitsna:
Ia adalah : ‫إِلَا‬, dan ‫غَيْر‬, dan ‫ ِسوًى‬beserta yang sebahasa dengan itu, dan ‫ َخلَا‬, dan ‫عَدَا‬, dan
‫حَاشَا‬.
Ketiga: Mustatsna /yang dikecualikan:
Ia adalah isim yang disebutkan setelah adatul istitsna, dan hukum i'rab pengecualian
ini bergantung pada jenis adaat, dimana sang Pengarang menyebutkannya
sebagai berikut:
__________________________

(1) Apabila pembicara (yang merupakan orang pertama) berkata : ‫( قَامَ القَوْم‬kaum itu berdiri),
maka pendengar akan membayangkan bahwa sesungguhnya mereka (kaum itu) berdiri
seluruhnya, dan apabila ditambahkan ‫( إِلَّا زَيْدًا‬kecuali Zaid), maka pendengar mengetahui
bahwa sesungguhnya pembicara tidak bermaksud memasukkan Zaid kedalam kaum,
akan tetapi mengeluarkannya.
* Perhatian : Adalah shohibul mutammimah, Pengarang kitab mutammimah ( yaitu kitab
penyempurnaan dri al aajurrimiyyah, maksudnya buku almumti') mengganti istilah
huruf istisna dengn adatul istisna dan ini lebih baik. Karena adat ini meliputi isim, fi'il
dan huruf ; sedangkan penyebutannya oleh sang Pengarang sebagai huruf tidak
melingkupi seluruhnya sehingga mungkin akan membingungkan para pemula. Dan
dijawab bahwa sesungguhnya sang Pengarang mengatakan dominannya penggunaan ‫; إِلَّا‬
dan ia adalah istitsna yang umum dipakai dan ia merupakan huruf. Dilihat di Syarah Al-
Kafrawiy (hal 132).
Isim-isim yang Manshub Halaman 165

I'rab isim yang bertempat setelah (َّ‫ )إِل‬:


Sang Pengarang berkata: Mustatsna dengan َّ‫ إِل‬dinashabkan jika kalimatnya
sempurna dan positif, contoh : ‫( قَامَ القَوْم إِلَّ زَيْدًا‬suatu kaum telah berdiri kecuali Zaid), dan
‫ِل عَمْرًا‬
َّ ‫( خَرَجَ النَّاس إ‬manusia telah keluar kecuali Amr).
Dan jika kalimatnya sempurna dan negatif, maka boleh menjadi badal dan boleh
dinashabkan karena menjadi ististna, contoh : ‫ مَا قَامَ ال َقوْم إِلَّ زَيْد‬dan ‫( إِلَّ زَيْدًا‬suatu kaum tidak
berdiri kecuali Zaid).
Dan jika kalimatnya negatif dan tidak sempurna, maka i'rab nya mengikuti 'amil-
'amilnya, contoh : ‫( مَا قَامَ إِلَّ زَيْد‬tidak berdiri kecuali Zaid), ‫( مَا ضَرَبْت إِلَّ زَيْدًا‬saya tidak
memukul kecuali Zaid), dan ٍ‫( مَا مَ َررْت إِلَّ بِزَيْد‬saya tidak bertemu kecuali dengan Zaid).

Penjelasan : Untuk mustatsna setelah ‫ إِلَّا‬mempunyai tiga ketetapan:

Pertama : Wajib nashab/manshub : apabila kalimat sebelum (‫ )إِلَّا‬sempurna dan


positif.
Sempurna : disebutkan mustatsna minhu nya.
Positif : kalimat yang tidak diawali oleh huruf nafi.
Contohnya : ‫( قام القَوْم إِلَّا زَيْدًا‬suatu kaum telah berdiri kecuali Zaid).
I'rabnya : ‫ زَيْدًا‬: mustatsna, wajib nashab.

Kedua : Boleh nashab atau badal : apabila kalimat sebelum (‫ )إِلَّا‬sempurna dan
negatif.
Contohnya : ‫ مَا قَامَ ال َقوْم إِلَّ زَيْدًا‬atau ‫إِلَّ زَيْد‬.
I'rabnya : ‫ زَيْدًا‬: mustatsna yang boleh manshub,
dan ‫ زَيْد‬adalah badal yang mengikuti sebagai mustatsna dalam
i'rabnya, mengikuti dalam kondisi rafa'.

Ketiga: I'rabnya mengikuti 'amil-'amilnya : jika kalimatnya tidak sempurna dan


negatif.
Tidak sempurna : yang tidak disebutkan mustatsna minhu nya.
Negatif : kalimat yang diawali oleh huruf nafi.
Contohnya : ‫( مَا قَا َم إِلَّ زَيْد‬tidak berdiri kecuali Zaid).
I'rabnya : ‫ زَيْد‬: fa'il, marfu', dan tanda rafa'nya adalah dhammah.
Isim-isim yang Manshub Halaman 166

Allah Ta’ala berfirman : ﴾‫( ﴿ فَشَرِبوا مِنْه إِلَّا َقلِيلًا‬kemudian mereka meminumnya kecuali
beberapa orang di antara mereka) (1).
Allah Ta’ala juga berfirman : ﴾ٌ‫( ﴿ مَا فَ َعلُوه إِلَّا َقلِيل‬niscaya mereka tidak akan melakukannya
kecuali sebagian kecil dari mereka) (2).
Dan Allah Ta’ala juga berfirman : ﴾ٌ‫( ﴿ وَمَا آمَنَ مَعَه إِلَّا َقلِيل‬dan tidak beriman bersama dengan
Nuh itu kecuali sedikit) (3). *

Diagram penjelasan rukun istitsna dan jenisnya beserta hukum setiap jenisnya.

Istitsna

mustatsna
minhu ‫إِ َّّل‬ mustatsna

Kalimat jenis Istitsna Hukum Mustatsna

▪‫قَامَ ال َقوْم إِلَّا زَيْدًا‬ ‫القَوْم‬ ‫إِلَّا‬ ‫زَيْدًا‬ sempurna dan positif wajib nashab

▪‫القَوْم مَا قَامَ القَوْم إِلَّا زَيْدًا‬ ‫إِلَّا‬ ‫زَيْدًا‬ sempurna dan negatif boleh nashab / sebagai badal

▪ ‫مَا قَا َم إِلَّا زَيْد‬ --- ‫إِلَّا‬ ‫زَيْد‬ tidak sempurna dan negatif dii'rab sesuai kedudukannya

__________________________

(1) QS Al-Baqarah ayat 249. (2) QS An-Nisa ayat 66. (3) QS Hūd ayat 40.

* Faedah-faedah dan Catatan-catatan Penting :


1. Bentuk i'rab setelah ‫ إِلَّا‬pd ucapanmu: ‫ مَا قَامَ القَوْم ِإلَّا زَيْدًا‬atau ‫ ; مَا قَامَ القَوْم إِلَّا زَيْد‬bentuk rafa' (‫ )زَيْد‬sebagai
badal adalah yang lebih diutamakan. Dan ia merupakan badal bagian dari keseluruhan
(ba'dhu min kullin). Dilihat di : Syarah Qathru an-Nada halaman 341-343.
2. Agar memudahkan untuk anda dalam mengi'rab suatu isim yang terdapat setelah َّ‫إِل‬,
sebagai contoh : ‫ ; ماَ قَامَ إِلَّ زَيْد‬kosongkan kalimat ini dari dari penafian dan dari adatul istitsna,
menjadi (‫)قَامَ زَيْد‬. Dan jenis tersebut dinamakan istitsna mufarrogh (yang dihilangkan) ;
karena ‫ مَا‬sebelum َّ‫ إِل‬benar2 menghilangkan 'amil setelahnya.
Dilihat di : Syarah Qathru an-Nada halaman 346, dan Al-Kawakib bab 2 halaman 397.
Isim-isim yang Manshub Halaman 169

Hukum Mustatsna dengan Lafadz ‫ غَيْر‬dan ‫سِوَى‬

Pengarang berkata: (Mustatsna dengan lafadz ‫ سوَى‬، ‫ ِسوَى‬، ‫ غَيْر‬dan‫ ٌ َسوَاء‬adalah dijarkan)
Penjelasan: Dipakai dengan makna (‫إِلَّا‬/kecuali) pada penggunaan yang menunjukkan
pengecualian.
Diantaranya: ‫ غَيْر‬dan ‫ ِسوًى‬dengan bahasanya, keduanya adalah isim.
Hukum mustatsna dengan ‫ غَيْر‬dan ‫ سِوًى‬: Senantiasa jar dan dii'rab sebagai mudhaf ilaih.
Hukum ‫ غَيْر‬dan ‫ ِسوًى‬: Dalam i'rab seperti hukum isim yang terletak setelah ‫إِلَّا‬.
Contoh: ٍ‫ جَاءَ الْقَوْم غَيْرَ زَيْد‬atau ٍ‫( ِسوَى زَيْد‬Kaum itu telah datang selain Zaid)
Wajib nashab atas istitsna: Apabila kalimat taam dan mutsbat (sempurna dan positif).
Contoh: )ٍ‫( )قَامَ الْ َقوْم غَيْرَ زَيْد‬1)
Boleh sebagai badal atau nashab atas istitsna': Jika kalimatnya taam dan manfiy
(sempurna dan negatif).
Contoh: )ٍ‫( (مَا قَامَ الْقَوْم غَيْرَ زَيْد‬kaum itu tidak datang kecuali Zaid) (2)
Keduanya dii'rab sesuai 'amil²: Jika kalimatnya naqish dan manfiy.
Contoh: ) ‫( )مَا قَا َم غَيْر زَيْ ٍد‬tidak ada yang berdiri selain Zaid) (3)
) ‫( )مَا رَأيْت غَيْرَ زَيْ ٍد‬tidak ada yang saya lihat selain Zaid) (4)
) ‫( )مَا مَ َررْت بِغَيْرِ زَيْ ٍد‬saya tidak berpapasan dengan selain Zaid) (5)

Dan setiap apa yang dikatakan pada lafadz (‫ )غَيْر‬dikatakan semisalnya pada (‫ ) ِسوَى‬maka
keduanya sama saja pada makna dan i'rabnya.
__________________________

(1) ‫ قَامَ اْلقَوْم‬: fi'il dan fa'il, َ‫غَيْر‬: isim manshub atas istitsna' dan ٍ‫زَيْد‬: mudhaf ilaih, majrur
(2) ‫ مَا‬: ٍ‫مَا قَامَ اْلقَوْم غَيْرَ زَيْد‬: nafiyah, َ‫ غَيْر‬: boleh dii'rab dua macam : yaitu manshub atas istitsna'
atau sebagai badal dari ‫ الْقَوْم‬dimarfu'kan juga.
(3) ‫ مَا‬: ٍ‫مَا قَامَ غَيْر زَيْد‬: nafiyah, َ‫قَام‬: fi'il madhi mabniy dengan fathah, ‫غَيْر‬: fa'il yang dimarfu'kan
dan tanda rafa'nya adalah dhammah dan dia sekaligus menjadi mudhaf, ٍ‫زَيْد‬: mudhaf
ilaih yang dijarkan dan tanda jarnya adalah kasrah.
(4) ‫ مَا‬: ٍ‫ مَا رَأيْت غَيْرَ زَيْد‬nafiyah, ‫ رَأيْت‬: fi'il dan fa'il, َ‫ غَيْر‬: maf'ul bih manshub, ٍ‫زَيْد‬: mudhaf ilaih
majrur.
(5) ‫ مَا‬: ٍ‫مَا مَرَرْت ِبغَيْرِ زَيْد‬: nafiyah, ‫مَرَرْت‬: fi'il dan fa'il,ِ‫ ُ ِبغَيْر‬: huruf ba' adalah huruf jar, ِ‫ غَيْر‬: isim
majrur dengan ba'
🔘 Peringatan! (‫ )غَيْر‬adalah lafadz yang harus diidhafahkan baik dalam bentuk lafadz atau
taqdir (pengiraan) maka masuknya AL (ْ‫ )اَل‬pada lafadz (‫ )غَيْر‬itu adalah suatu kesalahan.
Dilihat di Albahru almuhith pada firman Allah Ta’ala: ﴾ ْ‫﴿ غَيْرِ الْمَغْضوْبِ عَلَيْهِم‬
Isim-isim yang Manshub Halaman 170

Mustatsna dengan kata khalaa, ‘adaa, dan haasyaa

Pengarang berkata: (Mustatsna dengan kata khalaa, ‘adaa, dan haasyaa maka
boleh kita menashabkannya atau menjarkannya). Contohnya :
‫ قَامَ اَلْ َقوْم َخلَا زَيْدًا‬, ٍ‫( قَامَ اَلْقَوْم َخلَا زَيْد‬semua orang berdiri kecuali Zaid)
‫ قَامَ اَلْقَوْم عَدَا عَمْرًا‬, ‫( قَامَ اَلْ َقوْم عَدَا عَمْرٍو‬semua orang berdiri kecuali ‘Amr)
‫ قَامَ اَلْقَوْم حَاشَا بَكْرًا‬, ٍ‫( قَامَ اَلْ َقوْم حَاشَا َبَكْر‬semua orang berdiri kecuali Bakr)

Syarah (penjelasan): Pengarang (semoga Allah merahmatinya) menyebutkan bahwa


mustatsna dengan kata khalaa, ‘adaa, dan haasyaa, boleh padanya dua macam:
1. Nashab karena ia maf'ul bih; demikian itu karena ia dianggap fi'il.
Contoh: ‫قَامَ اَلْ َقوْم َخلَا زَيْدًا‬, ‫قَامَ اَلْ َقوْم عَدَا عَمْرًا‬, ‫قَامَ اَلْقَوْم حَاشَا بَكْرًا‬
i'rabnya: ‫ قَامَ اَلْ َقوْم‬: fi'il dan fa'il
‫ َخلَا‬: ‫ َخلَا زَيْدًا‬: fi'il madhi mabniy atas fathah muqaddar, dan fa'ilnya dhamir
mustatir wujuban, ‫زَيْدًا‬: maf'ul bih manshub, tanda nashabnya adalah fathah
dzahir.
demikian pula i'rab kalimat : ‫ قَامَ اَلْ َقوْم عَدَا عَمْرًا‬, ‫قَامَ اَلْقَوْم حَاشَا بَكْرًا‬

2. Jar karena ia isim majrur; hal ini jika dianggap bahwa ia adalah huruf jar.
Contoh: ٍ‫ قَامَ اَلْ َقوْم خَلَا زَيْد‬,‫ قَامَ اَلْ َقوْم عَدَا عَمْرٍو‬, ٍ‫قَامَ اَلْ َقوْم حَاشَا َبَكْر‬
I'rabnya: ‫قَامَ اَلْ َقوْم‬: Fi'il dan fa'il
‫ َخلَا‬: ٍ‫ َخلَا زَيْد‬: huruf jar, ٍ‫زَيْد‬: isim majrur dengan khalaa dan tanda jarnya adalah
kasrah dzahir. Begitu juga i'rab kalimat2 ‫قَامَ اَلْ َقوْم عَدَا عَمْرٍو‬, ٍ‫* قَامَ اَلْ َقوْم حَاشَا َبَكْر‬

__________________________

* Faedah-faedah dan Catatan-catatan Penting :


1. Jika anda meletakkan (‫ )مَا‬mashdariyah sebelum ( ‫ خَلَا‬dan ‫) عَدَا‬, contoh:
‫ قَامَ القَوْم مَا خَلَا زَيْدًا‬atau ‫ مَا عَدَا زَيْدًا‬maka tidak boleh tidak setelah kedua kata ini harus manshub,
tidak boleh jar, karena ( ‫ ) مَا‬mashdariyah hanya masuk ke fi'il. Adapun ( ‫ ) حَاشَا‬maka
tidak didahului (‫ ) مَا‬mashdariyah. ref. Al-Kawakib (jilid 1/ hal 402).
2. Kata ( ‫ خَلَا‬, ‫ عَدَا‬dan ‫ ) حَاشَا‬adalah fi'il dhim jamid, tidak ada mudhari' dan amrnya. Dilihat
di ref. sebelumnya.
Isim-isim yang Manshub Halaman 172

Kedelapan : Isim Laa Nafiyah Lil Jinsi


Pengarang berkata: [Bab ‫لَا‬: Ketahuilah bahwa (‫ )لَا‬menashabkan isim nakirah tanpa
tanwin, jika ‫ لَا‬bertemu langsung dengan nakirah dan ‫ لَا‬tidak diulang-ulang.
Contohnya: ِ‫( لَا رَجلَ فِي الدََّار‬tidak ada seorang pria di dalam rumah)
Jika laa tidak bertemu langsung dengan nakirah maka laa wajib diulang-ulang.
Contohnya : ٌ‫( لَا فِي اَلدََّارِ رَجلٌ وَلَا اِمْرَأَة‬Tidak ada seorang pria di dalam rumah, tidak pula
wanita)
Penjelasan: Laa An-Nafiyah lil jinsi
Definisinya: Yang dimaksud dengan annafiyah lil jinsi yaitu penafiyan kabar dari
semua individual jenis yang terletak setelahnya (setelah ‫)لَا‬.
Jika anda mengatakan -misal- ِ‫ لَا رَجلَ فِي الدََّار‬- maka maknanya "tidak ada seorang
lelakipun di situ"
Amalnya: Laa (‫ )لَا‬nafiyah lil jinsi mengamalkan amalan (َّ‫ )إِن‬yaitu memashabkan isim
dan merafa'kan khabar.
Contohnya: Sabdanya »ِ‫ «لَا أحَدَ أَغْيَر مِنَ اللَّه‬: ‫( صلى اهلل عليه و على آله وسلم‬Tidak ada seorangpun yang
lebih cemburu dari Allah) (1)
I'rabnya: ‫ لَا‬: nafiyah lil jinsi, َ‫أحَد‬: isim ‫ لَا‬mabniy atas fathah, ‫أَغْيَر‬: khabar ‫ لَا‬marfu' dan
tanda rafa'nya adalah dhammah.
Syarat-syarat amalnya:
1. Isim dan khabar keduanya nakirah (4)
2. Isimnya bertemu langsung dengannya. (5)
Beberapa contoh (‫ )لَا‬nafiyah lil jinsi pada alqur'an yang mulia:
Firman Allah Ta’ala ﴾‫(﴿لَا إِلَ َه إلَّا اللَّه‬2) dan ﴾‫﴿ لَا شَرِيْكَ لَه‬ (3)

Dan ketahuilah bahwa (‫ )لَا‬ketika memenuhi persyaratan dan tidak diulang-ulang


maka wajib mengamalkan amalan (َّ‫)إِن‬. Adapun jika memenuhi persyaratan namun
diulang-ulang maka berlaku hukum lainnya. Ibnu Ajurrumiyyah memberikan isyarat
padanya:

__________________________

(1) Hadits muttafaq 'alaih dari Ibnu Mas'ud radhiyAllahu 'anhu


(2) QS ash-Shaffaat ayat 35
(3) QS al-An'am ayat 163
(4) Apabila setelahnya adalah isim ma'rifah, maka ia tidak beramal, dan wajib
mengulangnya. Contoh: ‫( لَا زَيْد مَوْجوْد وَ لَا عَمْرو‬tidak ada Zaid dan tidak ada Amar).
(5) Apabila tidak bertemu langsung dengannya, maka tidak beramal, dan wajib
mengulangnya. Contoh: ٌ‫لَا فِي الدَّارِ رَجلٌ وَلَا ِامْرَأَة‬
Isim-isim yang Manshub Halaman 173

Jika (‫ )لَا‬diulang, boleh mengamalkannya dan boleh juga membatalkan amalnya. Maka
jika anda hendak mengatakan: َ‫ لَا رَجلَ فِي الدَّارِ وَ لَا امْرَأَة‬Dan jika anda hendak mengatakan:
ٌ‫( لَا رَجلٌ فِي الدَّارِ وَ لَا امْرَأَة‬tidak ada lelaki di rumah dan tidak ada perempuan).
Penjelasan: Pengarang menyebutkan bahwa (‫ )لَا‬nafiyah lil jinsi jika diulang maka ada
dua hukumnya.
Pertama: Mengamalkan ‫لَا‬, yaitu mengamalkan amalan (َّ‫ )إِن‬isim setelahnya
difathahkan.
Contoh: َ‫لَا رَجلَ فِي الدَّارِ وَ لَا امْرَأَة‬
I'rabnya: َ‫لَا رَجل‬: Laa (‫)لَا‬: nafiyah lil jinsi, َ‫رَجل‬: isim (‫ )لَا‬mabniy dengan fathah pada posisi
nashab. ِ‫فِي الدَّار‬: jar dan majrur yang keduanya terkait dengan khabarnya yang dihapus.
َ‫ وَ لَا امْرَأَة‬: wawu (‫ )الوَاو‬huruf 'athaf, ‫ لَا‬: nafiyah lil jinsi , َ‫امْرَأَة‬: isim ‫ لَا‬mabniy dengan fathah,
khabarnya dihapus, yaitu: ‫َو لَا امْرَأَةَ فِي الدَّار‬
Kedua: Membatalkan amal ‫لَا‬: amal ‫ لَا‬diabaikan, isim setelahnya dirafa'kan.
Contoh: ٌ‫لَا رَجلٌ فِي الدَّارِ وَ لَا ا ْمرَأَة‬.
I'rabnya: ٌ‫ رَجل‬:Laa (‫)لَا‬: nafiyah lil jinsi mulghah (dibatalkan amalnya), ٌ‫رَجل‬: mubtada'
marfu'. ِ‫فِي الدَّار‬: jar dan majrur yang keduanya terkait dengan khabar mubtada'nya yang
dihapus, ٌ‫ َو لَا امْرَأَة‬: wawu (‫ )الوَاو‬huruf 'athaf, ‫ لَا‬: nafiyah lil jinsi yang diabaikan, ٌ‫امْرَأَة‬:
mubtada' marfu', khabarnya dihapus taqdirnya ِ‫ فِي الدَّار‬.
Pada alqur'an, amal (‫ )لَا‬nafiyah lil jinsi ini sungguh telah diamalkan juga diabaikan.
Contoh firman Allah Ta’ala yang mengamalkannya:
﴾ ِّ‫( ﴿ َفلَا َرفَثَ وَلَا فُسوْقَ ٔ وَلَا جِدَالَ فِى الْحَج‬maka janganlah dia berkata jorok (rafats), berbuat
maksiat, dan bertengkar dalam (melakukan ibadah) haji) (1).
Dan yang mengabaikannya dalam firman Allah Ta’ala:
﴾ ٌ‫( ﴿ لَّا بَيْع فِيْهِ وَلَا خلَّةٌ وَّلَا شَفَاعَة‬tidak ada lagi jual beli, tidak ada lagi persahabatan, dan tidak
ada lagi syafaat) (2).
__________________________

(1) QS Al-Baqarah ayat 197 (2) QS Al-Baqarah ayat 254

* Faedah-faedah dan Catatan-catatan Penting :


Pemilik (Pengarang) kitab Al-Kawakib telah berkata: « Kebanyakan khabar ‫ لَا‬yang dihapus
adalah ‫ لَا‬bersama ‫ » إِلَّا‬،contoh: ﴾‫ ﴿ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّه‬dan taqdirnya ‫ لَا إِلَهَ فِي الْوجوْدِ إِلَّا اللَّه‬atau ‫لَا إِلَهَ فِي َموْجوْدٍ إِلَّا اللَّه‬
(Tidak ada ilah pada wujudnya kecuali Allah)...cukup....
Syaikh bin Baz rahimahullah berkata « Taqdir (perkiraan) khabar dengan kata (‫ )فِي الْوجوْد‬tidak
benar... Kecuali dengan taqdir khabar apa yang telah disebutkan oleh para ahli ilmu nahwu
yaitu kata (‫ ; )حَق‬karena ia yang memperjelas pembatalan seluruh ilah (sesembahan)...cukup...
penjelasan atas Syarah Aththahawiyah bab 1 halaman 74 dengan tahqiq oleh Syu'aib
Ibnu 'Utsaimin rahimahullah berkata: Barangkali image perkataan ini dengan wihdatul
wujud. cukup... Syarah Al-Ajurrumiyyah halaman 367
Isim-isim yang Manshub Halaman 176
Kesembilan: Munada
Sang Pengarang berkata pada bab munada/panggilan : Munada terdiri dari lima
macam, yaitu : isim alam kata tunggal, isim nakirah yang ditentukan (nakirah
maqshudhah), isim nakirah yang tidak ditentukan (nakirah ghairu maqshudah) ,
mudhaf, dan yang menyerupai mudhaf. Untuk isim alam kata tunggal dan nakirah
maqshudah, maka keduanya didhammahkan tanpa tanwin, contoh : ‫( يَا زَيد‬wahai Zaid)
dan ُ‫( يَا رَجل‬wahai seorang laki laki). dan ketiga jenis lainnya dimanshubkan tanpa
terkecuali.
Penjelasan: gaya bahasa panggilan adalah bagian dari berbagai gaya bahasa yang
digunakan dalam kalimat sehari-hari, karena sesungguhnya kita sering ingin
memanggil seseorang untuk menyuruh atau meminta sesuatu perkara, maka kita
memanggilnya dengan namanya, contoh: ‫( يَا زَيْد‬wahai Zaid), atau kita memanggil
dengan salah satu sifat dari bermacam sifatnya, maka kita katakan: ُ‫( يَا رَجل‬wahai
lelaki).
Dan unsur panggilan ini dibedakan menjadi 2 hal:
Pertama: Huruf Panggilan: Huruf nida adalah hamzah, dan ْ‫َأي‬, dan ‫يَا‬, dan ‫( أَيَا‬1).
Yang kedua: Munada : Munada adalah nama yang dipanggil kehadirannya dengan
adanya salah satu huruf nida.
Munada - yang jika dilihat dari pembentukan i'rabnya, ada 2 jenis - mabniy dan
mu'rab.

Pertama: Mabniy: terdiri dari 2 macam:

A. Isim 'Alam Kata Tunggal


Definisinya: merupakan yang bukan mudhaf dan yang tidak menyerupai mudhaf.
Contohnya: firman Allah Ta’ala : ﴾ ‫( ﴿ يَٰئَادَم‬wahai Adam), dan firman-Nya : ﴾ ‫﴿ يَٰمَرْيَم‬
(wahai Maryam).
I'rabnya: ‫ يَا آدَم‬: huruf ‫ يَا‬: huruf panggilan, dan ‫ آدَم‬: munada, mabniy atas dhammah
karena merupakan isim 'alam kata tunggal.
B. Munada nakirah maqshudah
Definisinya : merupakan yang ditentukan dengan panggilan yang spesifik.
Contohnya: sabda Nabi ‫ﷺ‬: 》َ‫(》 يَا ُغلَام سَمِّ اهلل‬wahai anak lelaki, sebutlah (nama)
Allah) (2).
I'rabnya : ‫ ياَ ُغلَام‬: huruf ‫ يا‬merupakan huruf nida', ‫ ُغلَام‬: munada, mabniy atas
dhammah karena merupakan isim nakirah yang ditentukan.
__________________________

(1) Contoh : ْ‫( أَزَيْد أقْبَل‬wahai Zaid, mendekatlah!), ِّ‫( أَيْ رَب‬wahai Rabb), ‫( يَا اللَّه‬yaa Allah), ْ‫( أَيَا غَافِلًا تَنََّبه‬wahai
pelanggar, perhatikan!).
(2) Diriwayatkan oleh Umar bin Abu Salamah.
Isim-isim yang Manshub Halaman 177

Kedua : Munada yang Mu'rab : dan dia ada tiga macam :


A. Nakirah ghairu maqshudah
Definisinya : merupakan objek yabg dipanggil yang tidak ditentukan dengan
panggilannya yang spesifik, tetapi mencakup semua individu yang mengarah
kepadanya.
Contohnya : Perkataan pengkhutbah : ْ‫( يَا غَاِفلًا تَنَبَّه‬wahai pelanggar, perhatikan!).
I'rabnya : ‫يَا غَاِفلًا‬, huruf ‫ يَا‬adalah huruf nidaa, ‫ غَاِفلًا‬munada, manshub karena isim
nakirah yang tidak ditentukan.

B. Munada Mudhaf :
Definisinya : merupakan yang disebutkan dari susunan kata dan kata kedua
senantiasa majrur.
Contohnya : firman Allah Ta’ala : ﴾ ِ‫( ﴿ يَا أَهْلَ الكِتَاب‬wahai ahli kitab)(1) dan ﴾ ‫﴿ يَا َقوْمَنَآ‬
(wahai kaum kami) (2).
I'rabnya : ‫ يَا‬huruf nida, َ‫ أَهْل‬: munada, manshub, karena sebagai mudhof, ِ‫ الكِتَاب‬:
mudhaf ilaih.

C - Munada Syibhul Mudhaf (menyerupai mudhaf)


Definisinya : merupakan munada yang berupa lafal yang membutuhkan kata
lainnya agar sempurna maknanya. (3)
Contohnya : َ‫( يَا طَالِعًا اجلَبَل‬wahai pendaki gunung).
I’rabnya : ‫ يَا‬: huruf nida' , ‫ طَالِعًا‬: munada manshub, karena menyerupai mudhaf dan
dia adalah isim fa'il yang beramal seperti amal fi'ilnya. Seakan-akan anda
mengatakan : ‫( يطلع اجلبل‬dia sedang mendaki gunung), َ‫اجلبل‬: maf'ul bih manshub. *
__________________________
(1) QS Ali Imran ayat 24
(2) QS Al-Ahqaf ayat 31
(3) Dilihat di syarah Qathru an-Nada hal 282.

* Faedah-faedah dan Catatan-catatan Penting :


1. Tidak terdapat nida' didalam Al Quran selain ya' (‫ )يَا‬dari berbagai adat. Mughniy Al Labiib
hal. 181.
2. Pembuangan huruf nida' itu sering terjadi dan disetujui dalam bahasa Arab, dan seperti
pada firman Allah Ta’ala : ﴾ ‫(( ﴿ يوْسف أَعْ ِرضْ عَنْ هَٰذَا‬hai) Yusuf, berpalinglah dari ini), dan
firman-Nya : ﴾‫(( ﴿رَبِّ اغْفِرْلِى‬wahai) Tuhanku, ampunilah saya). Artinya : ‫ يَا يوْسف‬, dan ِّ‫ يَا رَب‬,
maka ia merupakan munada yang bersandar pada ya' mutakallim. Dilihat di kitab Jaami'
Ad-duruus (3/514).
Isim-isim yang Manshub Halaman 178

__________________________
3. Munada tidak akan terbentuk kecuali oleh isim, maka apabila yang mengikuti huruf
nidanya berupa huruf seperti pada firman-Nya Ta’ala : ﴾َ‫( ﴿يَٰلَيْتَ قَ ْومِى َيعْلَم ْون‬alangkah
baiknya sekiranya kaumku mengetahui), atau berupa fi'il seperti pada contoh
perkataanmu : ‫( يَا رَعَاكَ اهلل‬semoga Allah melindungimu), maka huruf (‫ )يا‬tersebut tidak
dipandang sebagai panggilan, dan ini adalah pandangan mayoritas. Dan pertimbangan
Abu Hayyan dan Ibnu Malik, dan disebutkan : sesungguhnya munada terhapuskan dan
ditetapkan pada setiap kalimat yang sesuai, dan Allah maha mengetahui. Dilihat di
Syudzur adz-Dzahab hal (18), dan catatan-catatan pada Uslub Al-Qur'an (3/569).
4. Terdapat banyak jenis munada didalam Al-Qur'an al-Karim, yaitu munada mudhaf dan
juga munada isim alam, dan juga terdapat munada nakirah maqshudah didalam
firman Allah Ta’ala: ﴾ُ‫( ﴿وَ يَاسَمَآء‬dan wahai langit), dan ﴾‫( ﴿يَاأَرْض‬wahai bumi), ﴾ُ‫﴿يَاجِبَال‬
(wahai gunung), ﴾‫( ﴿ يَانَار‬wahai neraka), dan ﴾‫( ﴿يَا بشْرَى‬oh kabar gembira). Kemudian
terdapat pula dengan panggilan (ُّ‫ )أَي‬dalam kebanyakan ayat, contoh : ﴾‫( ﴿يَا أَيُّهَاالنَّاس‬wahai
manusia) dan ia adalah panggilan pertama didalam Al-Qur'an al-Karim, maka kata ُّ‫أَي‬
: munada nakirah maqshudah, dan huruf ha : untuk perhatian, dan ‫ َالنَّاس‬na'at atau badal.
Dan adapun munada nakirah ghairu maqsudah dan munada yang menyerupai
mudhaf, keduanya tidak disebutkan dalam al-Qur'an al-Karim kecuali pada satu ayat
yang berkemungkinan sebagai mereka ataupun tidak, dan ayat itu berada di firman
Allah Ta’ala: ﴾ِ‫( ﴿ يَاحَسْرَةً عَلَى الْعِبَاد‬alangkah besarnya penyesalan terhadap hamba-hamba
itu). Sungguh dikatakan bahwa munada disitu dihilangkan, dan perkiraan : ‫يَا هَؤلَاءِ تَحْسِروْا‬
ً‫( حَسْرَة‬wahai (kalian yang) menyesal sebenar-benarnya), maka di kalimat tersebut ً‫حَسْرَة‬
adalah maf'ul mutlaq. Dilihat di : catatan-catatan Uslub Al-Qur'an (bab 3 halaman 522-
523).
Isim-isim yang Manshub Halaman 181
Kesepuluh: Maf'ul li Ajlih / min Ajlih
Maf’ul min ajlih termasuk isim yang dinashabkan yang disebut untuk menjelaskan
sebab-sebab terjadinya suatu perbuatan. Contohnya :
‫ قَامَ زَيْد إِ ْجلَالًا لِعَمْرٍو‬Zaid telah berdiri untuk memuliakan ‘Amr
َ‫قَصَدْتكَ اِبْتِغَاءَ مَعْروفِك‬. Saya mendekatimu karena mengharapkan kebaikanmu

Penjelasan: Maf'ul li Ajlih/min Ajlih (1)


Definisi: Yaitu isim yang dinashabkan yang disebut untuk menjelaskan sebab-sebab
terjadinya suatu
Contoh: ِ‫( )قَامَ زَيْد إِ ْجلَالًا ِللَّه‬2) dan َ‫( قَصَدْتكَ ابْتِغَاءَ مَعْر ْوفِك‬3)
I'rabnya: ‫ إِ ْجلَالًا‬: maf'ul min ajlih manshub, disebutkan untuk menjelaskan sebab
terjadinya fi'il yaitu ‫( الْقِيَام‬berdiri). َ‫ ابْتِغَاء‬: maf'ul min ajlih manshub, disebutkan untuk
menjelaskan sebab terjadinya fi'il yang sebelumnya yaitu ‫( الْقَصْد‬mendekat)
Tanda maf'ul min ajlih: Untuk membuktikan/membenarkan terjadinya sebagai
jawaban pertanyaan: َ‫( لِم‬untuk apa?)
Misal anda katakan: ِ‫( جِئْت رَغْبَةً فِي الْ ِعلْم‬saya datang karena meninginkan ilmu), maka (ً‫)رَغْبَة‬:
maf'ul min ajlih; karena ia membenarkan terjadinya fi'il sebagai jawaban pertanyaan:
"َ‫( لِ َم جِْئت‬untuk apa kamu datang?).
Contoh maf'ul min ajlih dalam al-Qur'an al-Karim, firman Allah Ta’ala: ﴾ َّ‫وَ لَا تمْسِ ُكوْهن‬
‫( ﴿ ضِرَارًا‬Janganlah kamu rujuki mereka untuk memberi kemudharatan) (4)
dan ﴾ َ‫ينْفِ ُقوْن‬
ِ‫( ﴿ أَ ْموَالَهم ابْتِغَآءَ مَرْضَاتِ اللَّه‬mereka yang menginfaqkan harta mereka untuk mencari
keridhaan Allah) (5).
__________________________
(1) Lafadz maf'ul min ajlih harus dari fi'il tersebut, maka jika kau katakan: ‫( ضَرَبَ الْوَالِد ابْنَه‬ayah
telah memukul anaknya), sungguh yang mendengar ucapan tersebut tidak mengetahui
sebab/alasan dilakukannya pemukulan. Jika kita ingin mengetahui alasannya, maka kita
katakan: "‫ َتأْدِيْبًا‬/ sebagai pelajaran" yakni ِ‫( ِلأَجْلِ َّالتأْدِيْب‬karena alasan pengajaran), maka ‫َتأْدِيْبًا‬
dinamakan maf'ul min ajlih.
(2) Kalimat ‫ قَامَ زَيْد‬: fi'il dan fa'il, ‫ إِجْلَالًا‬: maf'ul min ajlih, ِ‫ لِلَّه‬: jar dan majrur yang terkait dengan
‫إِجْلَالًا‬. (demikian yang dikatakan Al-Azhary)
(3) Kalimat َ‫ قَصَدْتك‬: Fi'il, fa'il dan maf'ul bih, َ‫ اِبِْتغَاء‬: maf'ul min ajlih manshub, dan dia mudhaf
(dan telah diketahui bahwa mudhaf ilaih itu majrur), Kaaf (َ‫ )ك‬: dhamir muttashil mabniy
pada posisi jar sebagai mudhaf ilaih.
(4) QS Al-Baqarah ayat 231 (5) QS Al-Baqarah ayat 265
* Faedah-faedah dan Catatan-catatan Penting :
1- Maf'ul li ajlih/min ajlih harus dalam bentuk mashdar akan tetapi tidak semua mashdar itu
bisa menjadi maf'ul li ajlih/min ajlih, dan umumnya yang sesuai itu adalah mashdar yang
bermakna perbuatan hati atau perasaan dan kesadaran =
Isim-isim yang Manshub Halaman 182

__________________________

= contoh: ‫( خَوْفًا‬takut), ‫( طَ َمعًا‬serakah), ‫( َاعْتِرَافًا‬pengakuan), ً‫( رَحْمَة‬kasih sayang), ً‫( خَشْيَة‬khawatir), ‫حزْنًا‬
(sedih) dan ‫( إِعْجَابًا‬kagum), ... dan sebagainya.
Dan mashdar tidak dipakai sebagai maf'ul min ajlih, seperti: ‫( جلُ ْوسًا‬duduk), ‫( قِيَامًا‬berdiri),
‫( َكِتَابًا‬menulis) dan ً‫( قِرَاءَة‬membaca) ... dan sebagainya.
Dilihat di Kitab Jami'u addurus bab 3 halaman 40.

2. Perbedaan antara Haal dengan Maf'ul min ajlih:


• Haal menggunakan kata sifat. Maf'ul min ajlih menggunakan mashdar.
• Haal menjelaskan sikap/keadaan, Maf'ul min ajlih menjelaskan sebab/alasan
dilakukannya pekerjaan.
• Haal menyatakan keberadaan (keadaan fisik), Maf'ul min ajlih menyatakan
keadaan hati (alasan)
Perbedaan antara Tamyiz dan Maf'ul min ajlih:
• Tamyiz menggunakan isim jamid, Maf'ul min ajlih menggunakan mashdar.
• Tamyiz dikira-kira denganْ‫ ِ( مِن‬/dari ), Maf'ul min ajlih dikira-kira dengan laam (ِ‫)ل‬,
contohnya:
‫تَصَدَّقَت بِصَاعٍ تَمْرًا‬. yakni ‫( مِنْ تَمْر‬saya bersadaqah dengan satu sha' kurma)
‫ وَزرْتكَ اِطْمِئْنَانًا‬yakni : ِ‫لِلِْاطْمِئَنَان‬. (saya mengunjungimu untuk kedamaian).
Isim-isim yang Manshub Halaman 184

Sebelas: Maf’ul Ma’ah


Sang Pengarang berkata dalam bab maf'ul ma'ah/ keterangan penyertaan: maf'ul
ma'ah adalah isim, manshub, yang disebutkan ; sebagai penjelasan mengenai siapa
yang menyertai saat suatu pekerjaan dilakukan, contoh pada perkataanmu: َ‫جَاءَ األَمِيْر و‬
َ‫( اجلَيْش‬pemimpin datang bersama tentara) ،dan ‫( اسْتَوَى املَاءُ َو اخلَشَبَة‬air mengalir bersama
kayu).
Penjelasan: Maf'ul Ma'ah (1)
Definisinya: Ia adalah isim, manshub, yang disebutkan, sebagai penjelasan mengenai
siapa yang menyertai saat suatu pekerjaan dilakukan.
Contohnya : sabda Nabi ‫ﷺ‬: 》َ‫(》بعِثْت َو السَّاعَة‬saya diutus dan waktu) , berarti :
(2)

bersama waktu.
I'rabnya : ‫ بعِثْت‬: fi'il dan naibul fa'il. َ‫ َو السَّاعَة‬: wawu : wawu maiyah, َ‫ السَّاعَة‬: maf'ul ma'ah,
manshub, yang disebut untuk menjelaskan siapa yang menemani Nabi ‫ ﷺ‬pada
pengutusan.
Macam-macamnya : maf'ul ma'ah dibedakan atas dua jenis:
1 - Yang diwajibkan nashabnya sebagai maf'ul ma'ah :
Yaitu maf'ul ma'ah yang tidak menunjukkan kebersamaan (kepada isim) sebelum
wawu didalam hukumnya, contoh : َ‫( سَهِرَ زَيْد وَالْكِتاب‬Zaid berjaga malam dan buku),
maksudnya : bersama buku, maka kata َ‫ الكِتَاب‬merupakan maf'ul ma'ah yang wajib
manshub; karena tidak menunjukkan kebersamaannya bagi Zaid dalam 'berjaga
malam', maknanya bukanlah: Zaid berjaga malam dan buku berjaga malam. Pada
jenis ini, sang Pengarang menyebutkan : َ‫( اسْتَوَى املَاءُ وَاخلَشَبَة‬air telah menjadi setara dan
kayu) (3), artinya: bersama kayu, maka 'menjadi setara' disini bermakna naik. (4)

__________________________
(1) Jika anda berkata : ‫ظ زَيْد َو َعمْرو‬
َ َ‫( اِسَْتيْق‬Zaid dan Amr bangun), maka pendengar memahaminya bahwa
mereka bangun bersama-sama, maka wawu disitu huruf 'athaf/kata sambung, bermakna bersekutu
dalam perbuatan, dan Amir sebagai ma'thuf/mengikut ke Zaid.
Tetapi jika anda berkata : َ‫جر‬
ْ َ‫ظ زَيْد َو الف‬
َ َ‫( اِسْتَيْق‬Zaid telah bangun dan waktu fajar), maka pendengar
memahaminya bahwa hanya Zaid yang telah bangun, sementara wawu ma'iyyah menandakan
semata-mata kebersamaan, karena sesungguhnya 'waktu fajar' tidak bersekutu dengan Zaid dalam
hal 'bangun'. Maka artinya Zaid telah bangun bersama terbitnya fajar. Oleh karena itu, padanan ini
disebut maf'ul ma'ah yang wajib nashab.
(2) Diriwayatkan oleh Bukhori, dengan lafadz dari Muslim, hadits dari Sahl bin Sa'ad.
(3) [I'rab] ‫ اسَْتوَى‬: fi'il madhi, mabniy atas fathah muqaddar. َ‫ املَاء‬: fa'il, marfu', dan tanda rafa'nya adalah
dhammah dzahir. ‫ وَ اجلَشَبَة‬: wawu (َ‫ )و‬adalah wawu ma'iyyah, َ‫ اخلَشََبة‬: maf'ul ma'ah, manshub dan tanda
nashabnya adalah fathah dzahir.
(4) Yaitu : Naiknya air yang terhubung dengan kayu sampai ia mencapai akhir kayu tersebut. Dan
kayu adalah kriteria yang ditetapkan yang dikenal oleh orang-orang Mesir, sebagai ukuran
meningkatnya air pada periode kenaikan sungai Nil. Catatan kaki dari Ibn Al-Haj, halaman 129.
Isim-isim yang Manshub Halaman 185

2. Yang dibolehkan nashabnya sebagai maf'ul ma'ah :

Yaitu maf'ul ma'ah yang menunjukkan kebersamaan (kepada isim) sebelum


wawu di dalam hukumnya, contoh : ‫( َسهِرَ زَيْد وَ َعلِيًًَُّّا‬Zaid telah berjaga malam, dan Ali),
maksudnya : ٍّ‫( َسهِرَ زَيْد مَ َع َعلِي‬Zaid telah berjaga malam bersama Ali).
Dan yang dibolehkan rafa'nya karena ia ma'thuf dengan yang diutarakan
sebelumnya, seperti anda katakan: ‫ َسهِرَ زَيْد وَ عَلِي‬, maksudnya : ‫( َسهِرَ زَيْد وَ َسهِرَ َعلِي‬Zaid telah
berjaga malam dan Ali telah berjaga malam). Wawu pada saat itu menjadi athaf/kata
sambung, dan dalam keadaan ini posisinya sebagai athaf menjadi yang utama karena
itulah bentuk asalnya. Dan untuk menunjukkan jenis maf'ul ma'ah ini, perkataan sang
Pengarang : َ‫( جَاءَ األَمِيْر وَ اجلَيْش‬pemimpin telah datang bersama tentara) (1).
Apabila anda hendak mengabarkan mengenai kedatangan keduanya, maka
bentuk rafa' yang benar, oleh karena itu anda katakan : ‫( جَاءَ ْاألَمِيْر وَ الْجَيْش‬pemimpin dan
tentara telah datang). Dan apabila anda hendak mengabarkan mengenai kedatangan
seorang pemimpin dan tentara bersamanya, maka bentuk nashab yang benar, oleh
karena itu anda katakan : َ‫( جَاءَ ْاألَمِيْر وَ الْجَيْش‬pemimpin telah datang bersama tentara).

Bentuk Isim-isim Manshub Lainnya :


Telah berkata sang Pengarang : dan adapun khabar َ‫ كَان‬dan yang semisalnya serta
isim ‫ِن‬
َّ ‫ إ‬dan yang semisalnya telah disebutkan penjelasan keduanya pada pembahasan
isim-isim yang marfu, dan begitu juga dengan tawabi' (kelompok i'rab yang
perubahannya mengikuti kata yang diikuti) telah disebutkan penjelasannya pada
pelajaran sebelumnya.

Penjelasan : termasuk kedalam isim-isim yang manshub : (khabar َ‫ كَان‬dan yang


semisalnya), (isim َّ‫ إِن‬dan yang semisalnya), dan taabi' (kata pengikut) pada kata yang
manshub. Penjelasan materi ini telah disebutkan penjelasannya pada bab-babnya
masing-masing. Oleh karena itu, kita tidak perlu lagi untuk membahasnya kembali.
__________________________

(1) Kata َ‫ جَاء‬: fi'il madhi, mabny atas fathah dzahir. ‫ ا َألمِيْر‬: fa'il, marfu', dan tanda rafa'nya adalah
dhammah dzahir diakhirannya. َ‫ وَالْجَيْش‬: huruf wawu : wawu ma'iyyah, dan َ‫ اَلْجَيْش‬: maf'ul
ma'ah, manshub, dan tanda nashabnya adalah fathah dzahir, dan diperbolehkan bentuk
rafa untuknya : isim ma'thuf pada kata yang dinyatakan sebelumnya dengan
mempertimbangkan wawu sebelumnya sebagai huruf athaf.
Isim-isim yang Majrur Halaman 187

Bab Isim-isim yang Majrur

Pengarang berkata: (Bab isim-isim yang dikhafadhkan/majrur: Isim majrur itu


ada tiga kelompok: Majrur dengan huruf, Majrur dengan idhafah, dan yang
mengikuti (tabi') pada isim majrur.
Adapun majrur dengan huruf yaitu: Isim dijarkan denganْ‫( ِمِن‬dari), ‫( إِلَى‬ke/kepada), ْ‫عَن‬
(dari), ‫( َعلَى‬di atas), ‫( فِي‬di/pada), َّ‫( رب‬banyak sekali), ِ‫( الْبَاء‬dengan), ِ‫( الْكَاف‬bagai/seperti),
ِ‫( اللَّام‬bagi), dan dengan huruf qasam (sumpah) yaitu: ُ‫ الْبَاء‬,‫اْلوَاو‬, dan ُ‫( التَّاء‬demi), dan dengan
ْ‫ مذ‬,َّ‫ ُِوَاوِ رب‬dan ُ‫( منْذ‬sejak).
Penjelasan: Dengan penelitian dan memperhatikan perkataan Arab, didapati bahwa
isim majrur itu ada tiga macam:
- Majrur dengan huruf jar
- Majrur dengan idhafah
- Majrur karena mengikuti apa yang sebelumnya (1)
Dan terkumpul ketiganya pada firman Allah Ta’ala: ﴾ ِ‫( ﴿ بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْم‬dengan nama
Allah yang Maha Pengasih Maha Penyayang). Maka ِ‫ اِسْم‬: isim majrur dengan huruf
jar (ُ‫)الْبَاء‬, lafadz aljalaalah : majrur dengan mudhaf, (ِ‫ )الرَّحْمَنِ الرَّحِيْم‬dua isim yang
mengikut/tabi' pada isim majrur sebelumnya karena kedua kata tersebut adalah
sifat/na'at dari lafdzhul Aljalaalah. Dan untuk jelasnya mengenai isim-isim majrur
kami sebutkan - dengan pertolongan Allah Ta’ala - sebagai berikut:
Pertama: Majrur dengan huruf jar (2)
Definisinya: Isim yang terletak setelah salah satu huruf jar.
Hukumnya: Jar dengan kasrah atau penggantinya.
Contoh: Firman Allah Ta’ala: ﴾ ْ‫(﴿ هوَ الَّ ِذيْ أَنْزَلَ مِنَ السَّمَآءِ مَآ ًء لَكُم‬3). Maka pada ayat yang mulia
kata (ِ‫ )السَّمَآء‬dijarkan dengan huruf jar (ْ‫ )مِن‬dan tanda jarnya adalah kasrah, dan dhamir
muttashil : ‫ الْكَاف‬pada (ْ‫ )لَكُم‬adalah isim majrur dengan huruf jar (‫ )اللَّام‬, namun karena ia
dhamir, padahal dhamir tidak berubah yakni mabniy maka dikatakan "fii mahalli jar"
(pada kedudukan/posisi jar).
__________________________
(1) Ini kelompok terakhir telah dijelaskan sebelumnya pada bab tawaabi'
(2) Dan pemilik "alfiyah" telah menggabungkannya (semua huruf jar pada baitnya):
‫هَا َك حروْفَ الْجَرَِّ وَ ْهيَ مِنْ إلَى حَتََّى خَالَ حَاشَا عَدَا فِي عَنْ عَلَى‬
Ambillah sebagai Huruf Jar yaitu : ْ‫( مِن‬dari), ‫( إلَى‬ke/kepada), ‫( حَتََّى‬hingga), َ‫( خَال‬kecuali), ‫حَاشَا‬
(kecuali), ‫( عَدَا‬kecuali), ‫( فِي‬pada/di), ْ‫( عَن‬dari), ‫( عَلَى‬di atas) ْ‫( مذ‬sejak), ُ‫( منْذ‬sejak), ََّ‫( رب‬banyak
sekali), ‫( الََّالم كَي‬supaya)‫ وَاو‬,)ِ‫( ل‬demi),‫( َتَا‬demi),‫( َاْلكَاف‬seperti/bagai),‫( َالْبَا‬demi),ََّ‫( ََلعَل‬semoga),
‫( مَتَى‬bilamana/kapan)
(3) QS An-Nahl ayat 10.
Isim-isim yang Majrur Halaman 188

Makna huruf-huruf jar :


- Huruf (ْ‫)مِن‬: di antara maknanya adalah ‘al-ibtida'’ (permulaan).
- Huruf (‫)إلَى‬: di antara maknanya adalah ‘intihaa’ (sampai/akhir).
Makna keduanya (ْ‫ مِن‬dan ‫ )إلَى‬terkumpul pada firman Allah Ta’ala: ﴾ ‫سبْحٰنَ الَّ ِذيْْۤ اَسْرٰى بِعَبْدِه‬
‫( ﴿ لَْيلًا مِّنَ الْمَسْجِدِ الْحَـرَامِ اِلَى الْمَسْجِدِ الَْاقْصَا‬Mahasuci (Allah), yang telah memperjalankan hamba-
Nya (Muhammad) pada malam hari dari Masjidil haram ke Masjidil aqsa) (1). Yakni:
Dimulainya isra' (perjalanan) Muhammad (shalawat dan salam atasnya) dari Masjid
alharam dan akhir perjalanannya sampai ke Masjid al-aqsha.
- Huruf (ْ‫)عَن‬: di antara maknanya ‘mujaawizah’ (penyelewengan/diluar batas), contoh
firman Allah Ta’ala: ﴾ َ‫( ﴿ وَمَنْ يَّرْغَب عَ ْن ِّملَّةِ اِبْرٰهم‬dan orang yang membenci agama Ibrahim)
. Yakni: meninggalkannya.
(2)

- Huruf (‫)عَلَى‬: Di antara maknanya adalah ‘isti'laa'’ (meninggikan/naik), contohnya


firman Allah Ta’ala: ﴾ ‫( ﴿ اَلرَّحْمٰن َعلَى الْعَرْشِ اسَْتوٰى‬Yang Maha Pengasih, yang bersemayam
di atas 'Arsy) (3). Yakni: Tinggi ke atas 'Arsy (4).
- Huruf (‫)فِي‬: di antara maknanya adalah ‘dzarfiyah’ (keterangan tempat), contohnya
firman Allah Ta’ala : ﴾ ٌ‫( ﴿ ِفْيهِمَا فَا ِكهَةٌ وَّنَخْلٌ وَّرمَّان‬di dalam kedua surga itu ada buah-buahan,
kurma, dan delima) (5). Yakni didalam dua surga ada buah-buahan, kurma dan
delima.
- Huruf (َّ‫ )رب‬di antara makna-maknanya adalah ‘littaqlil’ (sedikit/jarang), contohnya
perkataan mereka: ( ٍ‫( ) ربَّ رَمْيَةٍ مِنْ غَيْرِ رَام‬terkadang ada orang yang memanah (tepat
sasaran) tetapi dia bukan seorang pemanah). Yakni: Terkadang ditemukan seorang
yang memanah mengenai sasaran tapi dia bukan ahli pemanah, namun ini sedikit
dan jarang.
- Huruf (ُ‫)الْبَاء‬: Di antara maknanya adalah ‘sababiyah’ (sebab), contohnya firman Allah
Ta’ala: ﴾ َ‫( ﴿ اُدْخلُوا الْجَـنَّةَ بِمَا كُنْتمْ تَعْ َمُلوْن‬masuklah ke dalam surga karena apa yang telah
kamu kerjakan) (6). Yakni: dengan sebab amalmu.
- Huruf (‫) الْكَاف‬: Diantara maknanya adalah ‘tasybih’ (penyerupaan), contohnya firman
Allah Ta’ala: ﴾ ِ‫( ﴿ اُولْٰۤئِكَ كَالْاَنْعَام‬Mereka seperti hewan ternak) (7).
- Huruf (‫)اللَّام‬: di antara maknanya adalah ‘milku’ (kepemilikan), seperti firman Allah
Ta’ala: ﴾ ِ‫( ﴿ ا وَلِلٰهِ ملْك السَّ ٰموٰتِ وَالَْارْض‬dan milik Allahlah kerajaan langit dan bumi) (8).
Dan termasuk huruf jar juga adalah huruf-huruf qasam (huruf sumpah) yaitu ada
tiga: wawu, ba' dan ta'. Dinamakan huruf qasam karena ia masuk pada yang
disumpah dengannya, contohnya ucapanmu: ِ‫ تَاللَّه‬،ِ‫ بِاللَّه‬، ‫َو اللَّ ِه‬
__________________________
(1) QS al - Isra' ayat 1 (2) QS al-Baqarah ayat 130 (3) QS Thaha ayat 5
(4) Imam Bukhari berkata: Telah berkata mujahid ( ِ‫ ) اِسَْتوَى عَلَى الْعَ ْرش‬naik ke 'Arsy. [cukup] Ibnu Qayyim
menukil dari Ibnu Al-A'rabi - yaitu seorang imam besar di bidang bahasa - katanya: "Orang Arab
itu tidak mengenal kata istawa dengan makna istawla (menduduki)". Dilihat di kitab Al-Fath bab
13 halaman 496-500 dan kitab Mukhtashar ashshawa'iq halaman 320 serta percakapan orang
Arab.
(5) QS ar-Rahman (68) (6) QS an-Nahl (32) (7) QS al-A'raf (179) (8) QS Ali Imran (189)
Isim-isim yang Majrur Halaman 189

Huruf (َّ‫ )وَاو رب‬: contohnya perkataan seorang penyair (1).


‫ وَ لَيْلٍ كَمَوْجِ الْبَحْرِ أَرْخَى سدوْلَه‬... "Malam bagaikan gelombang samudera, yang menyelimutkan tirainya
padaku... " Yakni ٍ‫ ربَّ لَيْل‬, dihapus (َّ‫ )رب‬dan digantikan dengan wawu (َ‫ )و‬, maka dijarkan
sebagaimana halnya (َّ‫ )رب‬menjarkan, ini berdasarkan perkataan Pengarang sebagai kebiasaan
orang-orang Kuffah, dan benar bahwa khafadh/jar dengan (َّ‫ )رب‬yang dihapus, bukan dengan
wawu. (2)
Huruf ْ‫ مذ‬dan ُ‫ منْذ‬: Keduanya mengkhafadhkan/menjarkan isim zaman, contoh: ‫مَا‬
‫( رَأَيْته منْذُ يَ ْومِنًا‬Saya tidak melihatnya semenjak hari ini), contoh: ِ‫( مَا رَأَيْته مذْ يَ ْومِ الْجمعَة‬Saya tidak
melihatnya sejak hari Jum'at), dan kedua lafadz ( ْ‫ مذ‬dan ُ‫ )منْذ‬ini bermakna (‫فِي‬/di) jika terjadinya
pada waktu sekarang sebagaimana pada contoh yang pertama, dan bermakna (ْ‫مِن‬/dari) jika
terjadi pada waktu yang telah lewat sebagaimana pada contoh kedua. *
__________________________
(1) Bait syair Umrul qois, selanjutnya berbunyi : "saya di rundung banyak kesedihan sebagai ujian". Segi
pendalilan dari bait ini : (ٍ‫ )وَ لَيْل‬, yaitu isimnya keadaan jar dengan wawu (َّ‫ )وَاو رب‬sebagaimana
perkataan Pengarang.
(2) Wawu adalah huruf athaf, Dilihat di kitab mughni labib hal 473.

* Faedah-faedah dan Catatan-catatan Penting :


1. Huruf ba dalam bahasa arab mempunyai makna yang banyak, diantaranya : mushohabah (bersama)
dan permintaan tolong, sababiyah (sebab) dan muqabalah (berkumpul)....
Huruf ba' dalam firman Allah ﴾ ِ‫الر ْحمَانِ الرَّحِيم‬
َّ ِ‫الله‬ ْ ِ‫ ﴿ ب‬lil-isti'anah (untuk meminta tolong), dan imam
َّ ِ‫سم‬
Azzamakhsyari merajihkan makna huruf ba (dalam bismillah) hanya untuk menunjukkan bersama/
berbarengan; karena orang mu'tazilah berpandangan bahwa manusia beramal sendiri dan tidak
butuh bantuan. Dilihat di muqoddimah kitab Syarah Baiquniyah milik Syaikh 'Utsaimin
rahimahullah.
Dan huruf ba' dalam firman Allah Ta’ala : ﴾ َ‫( ﴿ ادْخلُوا اْلجَنَّ ُة ِبمَا كُنْتمْ تَ ْعمَلُ ْون‬masuklah ke dalam surga karena
apa yang telah kamu kerjakan). Makna huruf ba untuk sababiyah (penyebab) dan bukan
lilmuqabalah (berkumpul) atau iwadl (pengganti/imbalan). Berkata Imam Ibnu Qoyyim
rahimahullahu : huruf ba dalam ayat ini sebagai bantahan terhadap golongan qodariyah dan
jabariyah - cukup - ref. Madariju Assalikin bab 1 hal 156
2. Terdapat surat-surat yang dimulai dengan wawu qosam , misalnya : ( ، ِ‫الليْل‬
َّ ‫ َو‬، ِ‫جر‬
ْ ‫ وَ الْ َف‬، ِ‫ َو الْمرْسَلَات‬، ‫ َو َّالنجْ ِم‬...
dan lain-lain ), dan dia adalah sumpah dari Allah bagi makhluk-Nya.
3. Tidak ada dalam Al Qur'an (َّ‫ )رب‬sendirian akan tetapi lafadz َّ‫ رب‬digandeng dengan (‫ )ما) >> (رَّبمَا‬dan
seperti dalam firman Allah : ﴾ َ‫( ﴿ رَبمَا َيوَدُّ َّٱلذِيْنَ كَفَروْا َلوْ كَانواْ مسِْلمِْين‬Orang kafir itu kadang-kadang (nanti di
akhirat) menginginkan, sekiranya mereka dahulu (di dunia) menjadi orang muslim). dan ini takhfif
(meringankan) secara bahasa dan itu di dalam ayat sangat banyak. Al Mughni hal. 148
4. Lafadz ‫ مذ‬dan ‫منذ‬: adalah huruf jar jika datang setelah keduanya isim majrur dan dzaraf zaman jika
datang sesudah keduanya fi'il atau isim marfu'. Dan ‫ مذ‬dan ‫ منذ‬tidak terdapat dalam Al Qur'an.
5. Ketahuilah bahwa jar majrur keduanya harus berkaitan yaitu kata yang menghubungkannya dari
sisi makna. Dan keduanya berhubungan dengan fi’il atau apa2 yang beramal sebagai fi'il. Apabila
anda katakan : ِ‫( َكتَبْت بِالقََلم‬Saya menulis dengan pena), maka perkataanmu ‫ ِبِالْقَلَم‬adalah jar majrur yang
berhubungan dengan fi’il yaitu َ‫ كَتَب‬karena tulisan hanyalah dengan pena.
6. Jika setelah jar dan majrur diletakkan isim marfu', maka jar dan majrur berhubungan dengan khabar
muqoddam yang dihapus dan isim marfu' menjadi mubtada' muakhor, begini kebanyakannya,
contoh firman Allah Ta’ala: ﴾ ‫﴿ لَِّلهِ ٱألَمْر‬
Isim-isim yang Majrur Halaman 193
Yang kedua : Majrur dengan Idhafah :
Telah berkata al-mushannif sang Pengarang: Dan adapun yang
dikhafadhkan/dijarkan dengan idhafah yaitu seperti ucapanmu : ٍ‫ ُغلَام زَيْد‬budaknya
Zaid. Bagian ini dibedakan menjadi dua jenis : yang dikira dengan lam (peruntukan),
dan yang dikira dengan ْ‫( مِن‬dari, sumber). Maka yang dikira dengan lam contohnya :
ٍ‫( ُغلَام زَيْد‬budaknya Zaid), dan yang dikira dengan ْ‫ مِن‬contohnya : ٍّ‫( َثوْب خَز‬baju dari sutra),
ٍ‫( بَاب سَاج‬pintu dari kayu), dan ٍ‫( خَاتَم حَدِيْد‬cincin dari besi).
Penjelasan : Setelah al- mushannif menyelesaikan pembahasan isim yang
dikhafadhkan dengan huruf jar, beliau memulai pembahasan mengawali
pembahasan isim yang dikhafadhkan dengan idhafah. (1)
Idhafah :
Definisinya : Idhafah adalah nisbah (keterkaitan) diantara dua isim atas perkiraan
huruf jar, yang menjadikan isim kedua wajib jar selamanya. (2)
Contohnya : sabda Nabi ‫ﷺ‬: » ِ‫( « الطُّهوْر شَطْر اإلِميَان‬kebersihan itu sebagian dari iman). (3)
I'rab nya : ‫ الطُّهوْر‬: mubtada', ‫ شَطْر‬: khabarnya dan ia mudhaf, dan ِ‫ ا ِإلميَان‬: mudhaf ilaih
majrur.
Maka kedua kata (ِ‫ )شَطْر اإلِميَان‬adalah dua isim, dimana isim pertama yaitu kata (‫)شَطْر‬
terhubung ke kata (ِ‫)اإلِميَان‬.
Kata yang pertama dinamakan mudhaf, dan kata yang kedua : mudhaf ilaih.
Maka didalam pemberian i'rabnya, isim yang pertama - mudhaf - menerima i'rab yaitu
: dii'rab sesuai dengan kedudukannya, sementara isim yang kedua : mudhaf ilaih,
maka dimajrurkan selamanya.
Bentuk idhafah ini dibedakan atas dua jenis :
1. Idhafah yang bertakdir lam, dan ini mayoritas. Contoh : ٍ‫( هَذَا ُغلَام زَيْد‬ini budak Zaid)
, yang diartikan budak milik Zaid.
(4)

__________________________
(1) Jika anda berkata : ٍ‫( هَذَا كِتَاب زَيْد‬ini buku Zaid), maka kata buku dihubungkan dengan kata
Zaid - yang berarti untuk (kepemilikan), dan jika anda berkata ٍ‫( هَذَا خَاتَم حَدِيْد‬ini cincin besi),
maka kata cincin dihubungkan dengan kata besi - yang berarti yang dibuat darinya.
Kedua isim ini dihubungkan antra yang awal dengan yang kedua, dan dikenal dalam
ilmu nahwu dengan nama _idhafah_.
(2) Dari kitab 'Jaami'u ad-Duruus' bab 3 halaman 549.
(3) Riwayat Muslim, dari al-Harits al-Asy'ari radhiyAllahu 'anhu.
(4) Kata ‫ هَذَا‬: ha untuk tanbih (perhatian), dan ‫ ذَا‬: isim isyarah, mabniy atas sukun didalam
kedudukan rafa' sebagai mubtada. ‫ غُلَام‬: khabar untuk mubtada, marfu', dan tanda
rafa'nya adalah dhammah, dan ia mudhaf. ٍ‫ زَيْد‬adalah mudhaf ilaih, majrur, dan tanda
jarnya adalah kasrah dzahir pada akhirannya.
Isim-isim yang Majrur Halaman 194

2. Idhafah yang bertakdir (‫)مِن‬/dari, yaitu idhafah yang mudhafnya termasuk


bagian dari mudhaf ilaih (1). Contoh : ٍّ‫( َثوْب خَز‬baju sutera) dan ٍ‫( بَاب سَاج‬pintu kayu
jati) (2), dan ٍ‫( خاَتَم حَدِيْد‬cincin besi). Artinya : baju dari sutera; pintu dari kayu jati;
dan cincin dari besi.
Contoh-contoh idhafah di al-Qur'an al-Kariim:
Firman Allah Ta’ala : ﴾ ‫( ﴿ ِإذَا جَأ َء نَصْر اهللِ َو الفَتْح‬apabila telah datang pertolongan Allah dan
kemenangan), dan firman-Nya : ﴾ ٍ‫( ﴿ تََّبتْ يَدَأ أَبِى لَهَب‬binasalah kedua tangan Abu Lahab),
dan firman-Nya ﴾ ‫) صحفِ إِبْرٰهِيْمَ وَ موْسَى‬١٨( ‫( ﴿ إِنَّ هٰذَا لَفِى الصُّحفِ األُولَى‬sesungguhnya ini terdapat
dalam kitab-kitab terdahulu (18) Kitab-kitab Ibrahim dan Musa.) *
__________________________
(1) Dan dibenarkan menjadikan khabarnya mudhaf dengan mudhaf ilaih, contoh: ٍ‫خاَتَم حَدِيْد‬
(cincin besi), dan anda katakan padanya : ‫( اخلاَتَم حَدِيْد‬cincin itu besi).
(2) Sutera ُّ‫ اخلَز‬adalah jenis sutera. Dan jati adalah jenis pohon.
* Faedah-faedah dan Catatan-catatan Penting :
1 - Perkataan Pengarang : (Apa yang dikhafadhkan/dijarkan dengan idhafah) merupakan
ungkapan bangsa Kuffah, mereka berpendapat bahwa 'amil dalam mudhaf' ilaih itu
idhafah, namun yang benar adalah pendapat Sibawayh dan jumhur (mayoritas ulama)
bahwa 'amal jar dalam mudhaf ilaihi adalah mudhaf bukan idhafah, maka dikatakan
dalam i' rab. Contoh : ، ٍ‫غُالَم زَيْد‬kata ‫ غُالَم‬: mudhaf dan ٍ‫ زَيْد‬: mudhaf ilaihi majrur dengan
mudhaf, Dilihat di : Syarah Ibnu 'Aqil (3/43), Al Kawakib (2/457), Sabilul Huda dari Syarah
Qathru an-Nada hal. (352).
2 - Mudhaf tidak boleh bertanwin maka tidak dikatakan pada contoh : ٍ‫ كِتَاب زَيْد‬menjadi ٍ‫كِتَاب زَيْد‬
dalam idhafah.
3 - Alif lam (‫ )ال‬tidak dimasukkan kedalam mudhaf, kecuali didalam kondisi-kondisi tertentu
yang diperlukan dalam meringkaskan.
4 - Jika terdapat mudhaf yang berupa mutsanna atau jamak mudzakkar salim, maka
dihapuskan nun untuk idhafah, contoh pada firman Allah Ta’ala : ﴾ ٍ‫﴿ تَبَّتْ يَدَأ أَبِى لَهَب‬
(binasalah kedua tangan Abu Lahab), dan ﴾ ِ‫﴿ إِنَّا م ْرسِلُوْا النَّاقَة‬ (sesungguhnya Kami
mengirimkan unta betina).
5 - Ketahuilah sesungguhnya idhafah adalah kekhasan isim-isim yang mu'rab, maka mudhaf
ilaih tidak datang setelah fi'il, dan tidak setelah huruf, dan tidak setelah isim mabniy
seperti : dhamir, isim isyarah, isim maushul, isim syarat, isim istifham (kata tanya); kecuali
(‫ )كم‬berupa khabar dan (‫ )اي‬maushul dalam beberapa kondisinya.
6 - Isim-isim yang datang setelah kata berikut maka akan menjadi mudhaf ilaih selamanya,
dan kata tersebut ialah : ‫ غَيْر‬dan ‫( سِوًى‬selain), ‫ كِلَا‬dan ‫( كِلْتَا‬keduanya), ‫( بَعْض‬bagian), ‫( كُل‬seluruh),
َ‫( سبْحَان‬Maha Suci), ْ‫ ذُو‬dengan makna pemilik, dan setelah dzaraf makan/keterangan tempat
- yaitu isim "arah" yang enam - pada umumnya. Dilihat di : al-Kawakib bab 2 halaman 455-
456, dan al-Qawaid al-Asasiyah halaman 275
7 - Dhamir-dhamir yang terletak setelah isim menjadi didalam kedudukan jar sebagai
mudhaf ilaih selamanya, contoh : ‫ كِتَابِي‬bukuku, ‫ كِتَابه‬bukunya, ‫ كِتَابنَا‬buku kami, .َ‫ كِتَابك‬bukumu.
Isim Ghairu Munsharif Halaman 197

Isim Ghairu Munsharif

Isim mu'rab ditinjau dari penerimaannya pada tanwin atau tidaknya itu dibagi
dalam dua bagian :
1. Isim yang huruf akhirnya dapat menerima tanwin, seperti: ( ٍ‫ زَيْد‬- ‫ زَيْدًا‬- ‫ ) زَيْد‬dan
dinamakan munsharif.
2. Isim yang huruf akhirnya tidak menerima tanwin dan dinamakan mamnu'
minashsharf atau ismu laa yunsharif (isim ghairu munsharif) yaitu yang akan kita
rinci di sini - dengan pertolongan Allah Ta’ala - pada bab ini. (1)

IGM / Isim Ghairu Munsharif.


Definisi: yaitu isim mu'rab yang huruf akhirnya tidak menerima harakat kasrah
dan tidak juga tanwin.
Hukumnya: dirafa'kan dengan dhammah, dinashabkan dan dijarkan dengan
fathah. (2)
IGM/Isim ghairu munsharif ada dua macam:
• Pertama isim yang menjadi mamnu' minashshuruf disebabkan satu 'illat.
• Kedua isim yang menjadi mamnu' minashshuruf disebabkan dua 'illat.

Pertama: Isim yang menjadi IGM disebabkan satu 'illah, dibagi menjadi dua:
1. Isim yang disempurnakan dengan alif ta'nits: maqshurah, contohnya: (... - ‫لَْيلَى‬
‫ جَرْحَى‬- ‫)حْبلَى‬, atau mamdudah, contohnya: (َ‫ علَمَاء‬- َ‫ بَيْضَاء‬- َ‫ صَحْرَاء‬...)
Jenis ini antara lain terbukti didalam al-Qur'an yang mulia, firman Allah Ta’ala:
﴾ َ‫سَئُلوْا عَ ْن أَشْيَاء‬
ْ َ‫( ﴿ لَا ت‬janganlah kamu menanyakan beberapa hal). *
__________________________
(1) Pada asalnya isim itu munsharif (bertanwin dan dijarkan dengan kasrah), namun
terkadang ada isim yang tidak munsharif (ghairu munsharif), pada masalah ini para
nahwiyyun mendengar dari (percakapan) orang Arab, maka mereka menyebutkan
hukumnya dan pembagiannya, dan menjadikannya satu bab yang khusus yaitu "bab
mamnu' minashsharf".
(2) Berlawanan i'rabnya dengan jamak muannats salim yang dinashabkan dan dijarkan
dengan kasrah, maka ingatlah.
* Faedah-faedah dan Catatan-catatan Penting :

1. Terkadang alif ta'nits mamdudah terdapat pada isim yang mufradnya (tunggalnya)
mudzakkar, contoh: ُ‫( علْمَاء‬para 'alim), ُ‫( شعَرَاء‬para penyair), ُ‫( حكَمَاء‬para hakim), ُ‫( أَصْدِقَاء‬teman-
teman).
2. Alif ta'nits mamdudah tidak menghalangi dari perubahan isim kecuali sebagai alif zaidah
(tambahan). dan kaidahnya : Alif ta'nist mamdudah itu terletak setelah tiga huruf asli atau
lebih. Alif maqshurah dan alif mamdudah adalah wazan-wazan yang sudah dikenal
masyhur, yakni dipanjangkan. Dilihat di kitab Hasyiyah Yasiin 'ala alfaakih
Isim Ghairu Munsharif Halaman 198

2. Shighah muntahal jumu' (1): Yaitu semua jamak setelah alif jamak taksirnya
ada dua huruf, atau ada tiga huruf yang tengah sukun, seperti: (َ‫ َأسَا ِور‬- jamak dari
‫ ِسوَار‬/gelang; َ‫ مَصَابِيْح‬- jamak dari ‫مِصْبَاح‬/lampu/pelita;َ‫ َمَحَارِْيب‬- jamak dari ‫ مِحْرَاب‬/mihrab; ... ).
Jenis ini antara lain sebagaimana firman Allah Ta’ala : ﴾ ٍ‫﴿ لَقَدْ نَصَرَكُم اهللُ فِي َموَاطِنَ كَِثريَة‬
(sesungguhnya Allah telah menolong kamu di medan peperangan yang banyak)
(2)
, dan ﴾ َ‫( ﴿ وَلَقَدْ زَيَّنَّا السَّمَآءَ الدُّنْيَا بِمَصٰبِيح‬sesungguhnya Kami telah menghiasi langit dunia
dengan pelita-pelita) .
(3)

Kedua: Isim yang menjadi IGM disebabkan dua 'illah:


Baik isim 'alam maupun sifat:
 Isim 'alam: isim 'alam yang termasuk mamnu' minashshuruf ada enam
tempat:
1 - Muannats, contoh: [ َ‫( حَمْزَة‬Hamzah); َ‫( مَرْيَم‬Maryam); َ‫( عَائِشَة‬Aisyah); ... ] (4).
2 - Nama 'Ajam (nama non Arab) yang tersusun lebih dari tiga huruf, contoh: [ َ‫إِبْرَاهِيْم‬
(Ibrahim); َ‫( إِسْحَاق‬Ishaq); َ‫( يَعْقُوب‬Ya'qub); ...] (5).
__________________________
(1) Yakni puncaknya, maka tidak dijamak dengan jamak taksir sekali lagi setelah bentuk
shighah ini - cukup - kitab Alhamidiy halaman 46.
(2) QS At-Taubah ayat 25
(3) QS Al-Mulk ayat 5
(4) Isim alam muannats ada tiga macam:
1. Muannats pada lafadz dan makna, contoh: َ‫( فَاطِمَة‬Fatimah); َ‫( مَكَّة‬Mekah).
2. Muannats lafadznya saja, contoh: َ‫( حَمْزَة‬Hamzah); َ‫( طَلْحَة‬Thalhah). Keduanya muannats
pada lafadznya saja, karena keduanya diakhiri dengan salah satu tanda ta'nits yaitu
ta' marbuthah.
3. Muannats pada maknanya saja, contoh: َ‫( مَرْيَم‬Maryam); َ‫( زَيْنَب‬Zainab), karena tidak
adanya tanda ta'nits yang tiga (1) ta', (2) alif ta'nits mamdudah dan (3) alif ta'nits
maqshurah.
Isim 'alam muannats termasuk isim ghairu mnsharif kecuali nama Arab yang tersusun
dari tiga huruf yang tengah sukun, contoh: ‫( هِنْد‬Hindun) maka boleh bertanwin dan
boleh tidak bertanwin.
(5) Ke'ajaman dari sebuah nama diindikasi dari beberapa hal, yaitu: keluar nama itu dari
susunan kata orang Arab, seperti: َ‫( إسْمَاعِيْل‬Ismail), di antaranya mengutip pendapat para
imam nahwu antara lain: "jika berkumpul padanya apa-apa yang tidak berkumpul
dalam percakapan orang Arab, seperti huruf jim dan shad, seperti َ‫صَوْلَجَان‬, atau huruf jim
dan qaf, seperti َ‫مَنْجَنِيْق‬, atau jim dengan kaf, seperti َ‫ سكُرُّجَة‬dan semua nama para nabi
shalawat dan salam atas mereka, kecuali yang empat ‫( محَمَّدًا‬Muhammad); ‫( صَالِحًا‬Saleh); ‫شعَيْبًا‬
(Syu'aib) dan ‫( هودًا‬Hud), termasuk munsharif ‫( نوْح‬Nuh) dan ٌ‫( لُوْط‬Luth) untuk meringankan
keduanya, dan digabung menjadi (‫”)صنْ شَمْلَه‬.
Dilihat di: Al-Fakihi 'ala alqathri bab 2 halaman 267 dan Al-Kawakib bab 1 halaman 98.
Isim Ghairu Munsharif Halaman 199
3- Apabila lafadz merupakan susunan "mazjiy" (1)
yang akhirnya tidak diimbuhi (ِ‫)وَيْه‬
, contohnya: َّ‫ بَ ْعلَبَك‬/ba'labakka (3) َ‫ حَضْرَ َموْت‬/Hadhramaut (4) dan َ‫مَعْدِيْكَرِب‬/Ma'dikariba (5)...
(2)

4- Apabila berakhiran alif dan nun zaidah (tambahan) , contoh: َ‫عثْمَان‬/Utsman,


(6)

َ‫مَ ْروَان‬/Marwan, َ‫عَدْنَان‬/'Adnan,...


5- Apabila berwazan fi'il, contoh: َ‫أحْمَد‬/Ahmad, َ‫يَزِيْد‬/Yazid, َ‫تَ ْغِلب‬/Taghlib,... (7)
6- Apabila ma'dul, contohnya: ‫( عمَر‬Umar), َ‫( زحَل‬Zuhal), َ‫( هبَل‬Hubal),... (8)
Di antara bukti isim 'alam mamnu' minashshuruf dalam alqur'an yang mulia, firman-
NyaTa’ala: ﴾ َ‫( ﴿ اَ لْقٰٮهَاْۤ اِلٰى مَرْيَم‬Dia menyampaikannya kepada Maryam) (9), ﴾ ‫وََاوْحَيْنَاْۤ اِلٰٔى‬
َ‫( ﴿ اِبْرٰهِيْم‬dan Kami wahyukan kepada Ibrahim) .
(10)

__________________________
(1) Ibnu Ya'isy berkata: Tarkib/susunan Mazjiy itu dibentuk dari dua isim menjadi satu isim...
Syarah almufashshil tulisan Ibnu Ya'isy bab 2 halaman 69.
Dinamakan Mazjiy karena ia menggabungkan ( ‫ )يَ ْمتَزِج‬satu isim dengan isim lainnya setelah
digabung menjadi satu kata.
(2) Karena susunan mazjiy yang berakhiran (ِ‫)وَْيه‬, seperti (ِ‫)سِيَْبوَْيه‬, keadaannya mabniy atas kasrah (ini
yang masyhur) dan boleh juga mamnu' minashshuruf; karena sima'i. Dilihat di kitab Al-Kawakib
bab 1 halaman 97)
(3) Yaqut al Hamawiy berkata: َّ‫بَعْلَبَك‬/Ba'labakka adalah nama kota tua yang jaraknya dengan
Damaskus adalah tiga hari perjalanan. Nama itu adalah isim yang tersusun dari (ٌ‫ )بَعْل‬yaitu nama
satu berhala, dan (َّ‫)بَك‬ asalnya dari ‫عنقَه‬ َّ‫بَك‬ yakni menghancurkannya; adapun
menisbatkan/menghubungkan berhala tersebut kepada bakka yaitu nama seorang lelaki, atau
yang menjadikan leher-lehernya hancur...cukup... Mu'jam albuldan bab 1 halaman 453.
(4) Hadramaut (َ‫ضرَ َموْت‬
ْ َ‫ )ح‬adalah nama satu kota yang termasyhur di Yaman yaitu isim 'alam yang
tersusun dari kata َ‫ضر‬
َ ‫ َح‬dan ‫َموْت‬
(5) Ma'dikariba (َ‫) مَ ْعدِي َكرِب‬: nama orang, yaitu isim 'alam yang tersusun dari ‫ مَ ْعدِي‬dan َ‫ َكرِب‬. Dilihat di
kitab Al-Kawakib bab 1 halaman 97
Catatan: Sebagian dari para pemula salah mengharakati dengan (َ‫ ;)مَ ْعدِي ْكرِب‬karena terpautnya ya'
dengan kaf kemudian mereka menambah huruf ya' dan berkata Ma'diyukriba
(6) Tambahan alif dan nun; sebelumnya ada tiga huruf asli atau lebih.
(7) Ibnu Ya'isy berkata: Wazan fi'il, contohnya: ‫( يَ ِزيْد‬Yazid); ‫( تَغْلِب‬Taghlib); ‫( يَشْكُر‬Yasykur); ‫( ي ْعمَر‬Yu'mar),
jika diberi nama dengannya. Yang demikian ini mamnu' minashshuruf...cukup...Syarah
Almufashshil bab 1 halaman 96. Dan Ibnu 'Aqil berkata: Wazan yang dikhususkan untuk fi'il,
tidak didapati selainnya kecuali hanya sedikit. Yang demikian itu seperti َ‫ فَعَّل‬dan َ‫فُعِل‬, maka jika
seseorang dinamakan (َ‫ )ضرِب‬atau (َ‫ )كََّلم‬maka ia termasuk isim ghairu munsharif... (bab 3 halaman
333)
(8) Makna ُ‫ الْ َعدْل‬yang dihubungkan dengan isim 'alam ini adalah setiap yang berwazan (‫ )فَاعِل‬kemudian
berubah menjadi wazan ‫ فُعَ َل‬seperti َ‫ ع َمر‬alma'dul (berubah) dari ‫ ; عَامِر‬dan (َ‫ )زحَل‬dari ٌ‫زَاحِل‬. Para ahli
nahwu menemukan ada empat belas isim 'alam yang berwazan (‫)فُعَل‬. Orang-orang Arab
melafadzkannya sebagai ghairu munsharif, dan padanya hanya ada satu penghalang (satu 'illah),
mereka memperkirakannya adalah penghalang yang lain yang dikategorikan "alma'dul/dirubah"
dari ‫فَعِل‬. Dilihat di Al-Kawakib bab 1 halaman 94.
(9) QS An-Nisa ayat 171 (10) QS An-Nisa ayat 163
Isim Ghairu Munsharif Halaman 200

📝 Kata Sifat: Kata sifat yang termasuk sebagai isim ghairu munsharif ada di tiga
tempat:
1. Yang mengikuti wazan fi'il (1), contoh: َ‫( أَخْضَر‬hijau), َ‫( َأكْرَم‬paling mulia), َ‫( أَحْسَن‬paling
baik), dll.
2. Yang berakhiran alif dan nun sebagai tambahan, contoh: َ‫( عَطْشَان‬haus), َ‫( َجوْعَان‬lapar),
َ‫( غَضْبَان‬marah), dll.
3. Berupa ma'dulah/yang berubah (2), contoh : ْ‫( َن َمث‬dua-dua), َ‫( ثُالَث‬tiga-tiga), َ‫( ربَاع‬empat-
empat), dll.
Bukti keberadaan kata sifat sebagai isim ghairu munsharif, firman Allah Ta’ala : ﴾
‫( ﴿ فَ َحيُّوا ِبأَ ْح َس َن ِمْنْ َأ‬maka balaslah penghormatan itu dengan yang lebih baik darinya) (3).
Ketahuilah, jika isim ghairu munsharif di idhafah_kan atau dilekatkan Al kepadanya,
maka sesungguhnya ia kembali ke asalnya yaitu dijarkan dengan kasrah (4), contoh
pada firman Allah Ta’ala : ﴾ ْ‫ف اُلْنْسَٰنَ َخلَقْنَا لَقَد‬
ِ ِ‫ت أحْسَن‬
َ ِ‫( ﴿ ي ْقو‬sungguh telah Kami ciptakan
manusia itu dalam bentuk sebaik-baiknya) , maka kata ِ‫ أحْسَن‬diidhafahkan kepada
(5)

yang setelahnya yaitu ‫ت‬


َ ِ‫ ي ْقو‬, maka dijarkan dengan kasrah. Dan contoh firman Allah
Ta’ala :﴾ ‫( ﴿ فِالْمَسَاجِدِ عَاكِ ُفوْنَ تمْ أنْ َو‬sedangkan kamu beri'tikaf didalam masjid) (6); maka kata
ِ‫ الْمَسَاجِد‬dijarkan dengan kasrah karena masuk Al kepadanya. *
__________________________
(1) Wazan tidak menjadi penghalang bagi sifat selain wazan ْ‫ عَل أف‬terlepas dari wazan yang kita pelajari.
Syarah asy-Syudzur hal 453.
Anda katakan : Dikehendaki olehnya yang terdapat pada kata sifat berwazan ْ‫ عَل أف‬seperti pada
isim-isim warna, contoh: ْ‫( يَض أَب‬putih), ‫ُْر‬
َ‫( أح‬merah), ْ‫َُد أس‬
ْ‫( و‬hitam), dan warna lainnya, sebagaimana
kita temukan pula pada isim tafdhil, contoh : ‫( أ ْكرَم‬paling mulia), ‫( أحْسَن‬paling baik), ‫( أعْظَم‬paling
agung), ‫ أ ْشرَف‬dan sifat-sifat lainnya.
(2) Dan ia adalah yang berada sebagai 'adad/ bilangan, contoh: ْ‫( نَ مَث‬dua-dua), َ‫( ثُالَث‬tiga-tiga), َ‫ربَاع‬
(empat-empat). Dan ini merupakan ma'dul/yang berubah dari lafadz bilangan asal yang diulang.
Maka ْ‫ نَ مَث‬merupakan pengganti dari ْ‫ُِ نَ اِث‬
ْ‫ُِ نَ اِث ي‬
ْ‫ ي‬, dan َ‫ ثُلَاث‬pengganti dari ‫ ثَلَاثَة ثَلَاثَة‬, demikian pula
sisanya.
(3) QS An-Nisa' ayat 86.
(4) Ibnu Malik memberikan isyarat hal ini dengan perkataannya: "Setiap isim ghairu munsharif
dijarkan dengan (harakat) fathah, selama tidak diidhafahkan dan tidak berada setelah AL.
(5) QS At-Tin ayat 4. (6) QS Al-Baqarah ayat 187.

* Faedah-faedah dan Catatan-catatan Penting :


1. Nama qabilah (suku) dan nama kota ; jika dengannya bermaksud qabilah atau tanah atau 'ibu' adalah
merupakan isim ghairu munsharif; jika dengannya bermaksud yang hidup (orangnya) atau tempat
atau 'ayah' maka merupakan munsharif ; kecuali jika didapati padanya sebab lain sebagai syarat
IGM. Dilihat di : al Ham'u bab 1 hal 115, al Fakihi 'ala al Qathr bab 2 hal 266, dan an Nahwu al Wafaa
bab 4 hal 239.
2. Ibnu Malik berkata: ‫ف ب نََُاس ت َأوْ ر وَلضْ ِطرَا‬
ْ ِ‫صر‬
Isim ghairu munsharif itu boleh diperlakukan sebagai munsharif, ketika keadaan darurat atau
tanasub (menyesuaikan) ‫صرِفْ ي ل َقدْ وَالْ َمصْروف اْلمَنْ ِع ذُو‬
َ َُ‫ ْن‬begitu juga isim munsharif boleh diperlakukan
seperti ghairu munsharif ketika keadaan darurat.
Isim Ghairu Munsharif Halaman 201

__________________________
=
Al Mushannif sang pengarang menghendaki bahwa isim ghairu munsharif diperlakukan
seperti munsharif karena sebab darurat yang tertahan atau menyesuaikan kalimat
sebagaimana munsharif diperlakukan seperti ghairu munsharif ketika darurat.
Isim-isim yang sedang dijelaskan diatas tidak diperbolehkan bertanwin dan tidak akan
dilekati oleh tanwin karena merupakan isim ghairu munsharif, bahkan oleh suatu sebab
lain. Dan isim-isim itu tidak ditanwin kecuali pada keadaan darurat (diperlukan) : mabniy,
dilekati Al, menjadi mudhaf, nama sifat pada nama manusia yang menjadi mudhaf
terhadap isim alam. Dilihat di : al-Ham'u (1/121), dan al-Asybah wa al-Nadza'ir oleh imam
Suyuti (2/140).
Definisi Kata yang Terdapat pada Buku Ini Halaman 206

Definisi Kata yang Terdapat pada Buku ini

1. Kalam: yaitu merupakan susunan lafadz yang memiliki makna, yang tersusun
dalam kaidah bahasa Arab.
2. Isim: yaitu merupakan kata yang memiliki makna dan tidak berkaitan dengan
waktu.
3. Fi’il adalah: yaitu Kata yang mengandung makna yang ada pada dirinya dan
berkaitan dengan waktu.
4. Fi’il Madhi: yaitu yang menunjukan atas peristiwa dan menandakan pada waktu
yang lalu.
5. Fi’il Mudhari: yaitu yang menunjukan atas peristiwa terjadi pada waktu
sekarang atau yang akan datang.
6. Fi’il amar: yaitu sesuatu yang menunjukkan atas ucapan yang meminta hasilnya
pada waktu yang akan datang.
7. Huruf: yaitu kata yang menunjukkan makna pd selainnya
8. I'rab: yaitu berubahnya akhir kalimat karena perbedaan amil yang masuk
kepadanya baik secara lafzh atau pun taqdirnya.
9. Bina : yaitu keadaan akhir kata selalu dalam satu kondisi (tetap).
10. Isim mufrad : yaitu yang bukan mutsanna , bukan jamak , bukan pula dari isim-
isim yang lima.
11. Jamak taksir: yaitu yang menunjukkan kepada lebih dari dua (mudzakkar atau
muannats) dengan perubahan pada bentuk mufradnya.
12. Jamak muannats salim: Adanya penambahan alif ( ‫ ) ا‬dan ta (‫ )ت‬pada bentuk
mufradnya.
13. Mutsanna : yaitu yang menunjukkan makna dua atau ganda, dengan adanya
penambahan alif ( ‫ ) ا‬dan nun ( ‫ ) ن‬atau ya ( ‫ ) ي‬danvnun (‫)ن‬.
15. Asma'ul Khomsah / Isim yang lima : yaitu ‫( أَبوْ َك‬bapakmu), َ‫( أَخوْك‬saudaramu), َ‫وَحَموْك‬
(pamanmu), َ‫( ُفوْك‬mulutmu), ٍ‫( ذُ ْو مَال‬yang mempunyai harta).
16. Af'alul Khamsah /Fi'il yang lima : yaitu semua fi'il mudhari yang bersambung alif
itsnain, atau wawu jamak, atau yaa mukhatabah,
17. Fa’il / Pelaku: yaitu isim marfu yang disebutkan sebelumnya fi’ilnya
(perbuatannya).
Definisi Kata yang Terdapat pada Buku ini Halaman 207

18. Na'ibul fa'il : ia adalah isim marfu' yang tidak disebutkan bersamanya
fa'il/pelakunya.
19. Mubtada: ia adalah isim marfu' yang terbebas dari 'amil- 'amil lafadz.
20. Khabar : ia adalah isim marfu' yang merupakan penjelasan terhadap mubtada'.
21. Na'at : ia adalah salah satu taabi'un/pengikut yang melengkapi kata yang diikuti
dengan salah satu sifat dari sifat kata yang diikuti.
22. Athaf : ia adalah tabi' /pengikut yang antara kata tersebut dengan yang
diikutinya dihubungkan dengan salah satu huruf athaf.
23. Badal : ia adalah tabi'/pengikut yang mengikuti maksudnya dengan hukum
tanpa menggunakan perantara.
24. Maf'ul bih : ia adalah isim yang dinashabkan yang berlaku fi'il atasnya.
25. Maf'ul Muthlaq : ia adalah isim mashdar yang dinashabkan sesuai dengan
'amilnya dalam lafadz atau maknanya
26. Dzaraf zaman : ia adalah isim yang menunjukkan waktu yang dinashabkan
dengan takdir yang mengandung makna ‫فِي‬.
27. Dzaraf makan : ia adalah isim yang menunjukkan tempat yang dinashabkan
dengan takdir yang mengandung makna ‫فِي‬.

28. Haal : ia adalah isim yang dinashabkan yang menjelaskan sesuatu yang belum
jelas mengenai kondisi/keadaan.
29. Tamyiz : ia adalah isim yang dinashabkan yang menjelaskan sesuatu yang belum
jelas dari dzat atau nasab.
30. Mustatsna : ia adalah isim yang disebutkan setelah ‫ إِ َّل‬atau salah satu dari yang
serupa dengan itu untuk membedakan sesuatu yang sebelumnya berdasar
hukum.
31. La an-nafiyatu lil-jinsi : ia adalah isim yang menunjukkan dengannya penafian
jenis khabar dari semua yang jatuh setelahnya.
32. Munada : ia adalah isim yang digunakan untuk memanggil dengan
menggunakan salah satu huruf nida.
33. Maf'ul li ajlih : ia adalah isim manshub yang disebutkan setelah fi'il untuk
menjelaskan penyebab terjadinya fi'il .
34. Maf'ul ma'ah : ia adalah isim manshub yang disebutkan ; sebagai penjelasan
mengenai siapa yang menyertai saat suatu pekerjaan dilakukan.
35. Idhafah : ia adalah nisbah (keterkaitan) diantara dua isim atas perkiraan huruf
jar, yang menjadikan isim kedua wajib jar selamanya.
36. Al mamnu' min sharaf/ Isim Ghairu Munsharif: ia adalah isim mu'rab yang
akhirannya tidak dibenarkan kasrah dan tanwin.
Definisi Kata yang Terdapat pada Buku Ini Halaman 208

Daftar yang Menjelaskan


Kelompok Marfu’, Manshub, Majrur dari Isim dan Fi’il
Pedoman dalam Mengi’rab Halaman 209

Pedoman dalam Mengi’rab

Pertama: Fahami makna kalimat sebelum mengi'rab


Kedua: Tentukan jenis kata yang ingin anda i'rab, apakah isim atau fi’il ataukah
huruf. Jika isim, misalnya, teliti posisinya, apakah mubtada’ atau fa’il
atau maf’ul ataukah lainnya.
Ketiga: Jika kata tersebut membutuhkan khabar maka carilah khabarnya, jika
membutuhkan fa'il atau naibul fa'il, maka carilah fa'il atau naibul
fa'ilnya.
Keempat: Jangan anda mengi'rab kata yang di depan hingga anda mengetahui i'rab
kata sebelumnya.
Kelima: Hafalkan definisi-definisi i'rabm dan hadirkan ketika mengi'rab.
Keenam: Sebutkan syarat-syarat dan bagian-bagian yang disebutkan pada setiap
kasus dan bab.
Ketujuh: Harakati kalimat berdasarkan perkiraan perasaan dan apa yang anda
anggap sesuai bagi kedudukannya.
Kedelapan: Hafalkan setiap pelajaran misalnya bersama i'rabnya, kemudian taksir
apakah yang anda gunakan sebagai contoh itu serupa dengannya.
Terakhir: Ketahuilah bahwa banyak berlatih mengi'rab dan membaca kalimat-
kalimat yang berharakat akan membantu anda dalam mengi'rab dan
mengharakati secara benar.
Kitab-kitab Rujukan Halaman 216

Kitab-kitab Rujukan

 (Al-Qur'an al-Karim)
 (Irsyad dzawi alfathan) : Syaikh Muqbil Alwadi'i, cetakan pertama,
 Maktabah al-atsriyah 1408 H
 (I'rab tigapuluh surat alqur'anul karim): Ibnu Halawayh, Darul kutub, Beirut,
1970 M.
 (I'rab alqur'an): Abu Ja'far Annahhas, pentahqiq Zuhair, 'alimul kutub, cetakan
kedua,1405 H
 (I'rab alqur'an wa bayanuhu): Muhammad Muhyiddin Addarwisy, Dar ibn
Katsir, 1977 M
 (Adhwa'ul bayan): Syinqity, 'alimul kutub, Beirut
 (Imla' maa man bihi arrahman): Akbary, Darul fikri, Beirut, cetakan pertama,
1986 M
 (Inbahurrawah 'ala anbahinnuhah): Qifthi, pentahqiq Muhammad Abu Alfadhli
Ibrahim, Muassasah alkutub Atstsaqafiyah, Beirut, cetakan pertama, 1986 M
 (Badai'ul fawaid): Ibnu Qayyim dengan pengawasan Bakr Abu Zaid, Darul'alim
alfawaid, cetakan pertama, 1425 H
 (Baghiyah alwi'ah): Syuyuthi, pentahqiq Muhammad Abu Fadli Ibrahim, cetakan
pertama, Mathba'ah Alhalabi
 (Tajul 'Urus): Zubaidi, Maktabah Darulhayah, Beirut
 (Jami' addurus al'arabiyah): Musthafa alghulayiini, Maktabah Al'ashriyah, 1423
H
 (Aljadwalu fii'rab alqur'an wa shurufuhu): Mahmud Shofi, Dar Arrasyid, cetakan
pertama, 1986 M
 (Hasyiyah ibn Alhajj 'ala al-Ajurrumiyyah): Ibn Alhajj, Darul fikri, 1421 H
 (Hasyiyah Al-asymawi 'ala al-Ajurrumiyyah): Asymawi, Dar addhiya', Mesir,
cetakan pertama.
 (Hasyiyah asshoban atas al-Asymawi): Asshoban, Maktabah 'Ashriyyah, 1425 H
 (Hasyiyah Syarah Syudzuri Adzahabi): Muhammad 'Ibadatil Al'adawi, Daru
Ilhya' alkutub al'arabiyah, Alhalabi
 (Hasyiyah Alfakihi atas Syarah Qathru an-Nada): Mathba'ah Albabay Alhalabi,
cetakan kedua
 (Dirasaat li uslub Al-Qur'an al-Karim): Muhammad Abdil Khaliq 'Adhimah,
Darul hadits, Kairo
Kitab-kitab Rujukan Halaman 217

 (Addurus Annahwiyah): Hifni Nashif dan lain-lain, Darul aqidah


 (Addurrul mashun): Samin Alhalabi, tahqiq: Alkharrath, Darul qalam
 (Syadzaraat adzahabi): Ibn 'Imad Alhanbali, Darul Maisaroh, Beirut, cetakan
kedua.
 (Syarah al-Ajurrumiyyah « Alfutuhaat alqayyumiyah»)~ Muhammad Amin,
Ethiopia Hurari.
 (Syarah al-Ajurrumiyyah): Ibn Utsaimin, Maktabah Islamiyah di Kairo, cetakan
pertama,1422 H.
 (Syarah al-Ajurrumiyyah), Tuhfatu assunniyah, Muhyiddin, Maktabah Al-
irsyad, cetakan pertama.
 (Syarah al-Ajurrumiyyah): Azhari, bersamanya Hasyiyah Abinnajaa, Mathba'ah
alhalabi, 1343 H.
 (Syarah al-Ajurrumiyyah), Alfakihi, tahqiq: 'Iwadh, Maktabah Ibn 'Abbas
Almanshurah.
 (Syarah al-ajurumiyah), Al-Kafrawiy, dan bersamanya (Hasyiyah Alhamidi),
Darul Fikri, Beirut.
 (Syarah Al-Ajurrumiyyah): Almakudi, Maktabah Abdil Mashuri, Kairo, cetakan
pertama, 1425 H.
 (Syarah al-Ajurrumiyyah): Mulla 'Isham, Daru Ibn Hazm, Beirut, cetakan
pertama
 (Syarah Al-azhariyah): Al-azhari, dan bersamanya Hasyiyah 'Atthar, Alhalabi,
cetakan kedua, 1374 H
 (Syarah Ibn 'Aqil), Maktabah Darutturats, Kairo, cetakan ke duapuluh
 (Syarah Attashrih 'ala Attaushih): Al-azhari, tahqiq Muhammad Basil, Darul
kutub al'ilmiyah
 (Syarah Alhudud Annahwiyah): Alfakihi, tahqiq Shalih Al-A'id Mansyuraat
Univ Muhammad Ibn Su'ud
 (Syarah syudzuri Adzahabi): Ibn Hisyam, tahqiq: Muhammad Muhyiddin Abdul
Hamid
 (Syarah Athohawiyah): Ibn Abi Al-'izz, tahqiq: Syu'aib, Muassasah Arrisalah,
cetakan pertama
 (Syarah Qathru an-Nada waballa shada): Ibn Hisyam, dan bersamanya kitab
(Sabilul huda bi tahqiq syarh qathrunnada), Muhammad Muhyiddin Abdul
Hamid, Darul fikri, Beirut
 (Syarah Muslim): Annawawui, yang dinamakan Alminhaj, Darul Ma'rifah,
Libanon.
 (Syarah almufasshil): Ibn Yu'aisy, 'alimul kutub, Beirut
Kitab-kitab Rujukan Halaman 218

 (Syarah Mulhah al-i'rab): Hariri, tahqiq: Habud, Almaktabah al-'Ashriyah,


Libanon, 2000 M.
 (Addhau'u allami' li ahli alqarni attasi'): Assakhawi, Maktabah Alhayah, Beirut,
Libanon.
 (Dhiya'u assalik ila awdhahi almasalik): Muhammad Abdul 'Aziz Annajar,
cetakan kedua, Mesir, 1981 M.
 (Fathul Bari): Ibn Hajar, Darus salam, Riyadh.
 (Alqaulu almufid 'ala kitab attauhid): Ibn 'Utsaimin, tahqiq: Alhajj, cetakan
kedua, Maktabah al'ilmi.
 (Alqawaidul asaasiyah): Hasyimi, Muassasah Alma'arif, Beirut, Libanon, 1420 H.
 (Al-Kawakib addurriyah syarhu almutammimah al-Ajurrumiyyah): Ahdal,
Muassasah alkutubi atsaqafiyah.
 (Majmu' alfatawa): Ibn Taimiyah, Maktabah Alma'arifah, Arribath, Almaghrib.
 (Mukhtashar asshawaiq almursalah): Ibn Mushili, Darunnadwah aljadidah.
 (Mudariju assalikiin): Ibn Qayyim, tahqiq: Ibad, Maktabah Arrusydi, 1426 H.
 (Almishbah Almunir): Alfayumi, Maktabah Libanon Beirut, 1987 M.
 (Mu'jam Al-adba'): Yaqut Alhamawi, Mesir, cetakan kedua, 1923 M.
 (Mu'jam Albuldan): Yaqut Alhamawi, Beirut, 1984 M.
 (alMu'jam almufahras li alfadzi al-Qur'an al-Karim): Muhammad Fu'ad Abdi
albalqi, Daru Ihya'i atturats al'arabiy, Beirut, Libanon.
 (Mughni Allabib): Ibn Hisyam, tahqiq: Doktor/Mazin Almubarak dan Muhammad
Ali Hamdullah , Darul fikri, Beirut, Libanon, cetakan keenam, 1985 M.
 (Mushil atthullab ila qawaid al-i'rab): Azhari, tahqiq: Doktor/Abdul Karim
Mujahid, Muassasah Arrisalah, cetakan pertama, 1996 M.
 (Nataijul fikri): Suhaili, Darul kutub al'ilmiyah, Beirut.
 (Annahwu Alwafi): 'Abbas Hasan, Darul ma'arif, Kairo, cetakan ke delapan.
 (Hama' al-Hawami'): AsSuyuti, tahqiq: Ahmad Syamsuddin, Darul kutub
al'ilmiyah.

Anda mungkin juga menyukai