Anda di halaman 1dari 10

ISTIARAH DAN ISTI’AH TAMTSILIYAH

MAKALAH

Diajukan untuk Memenuhi Tugas Terstruktur pada Mata Kuliah

“Balaghah”

Disusun Oleh Kelompok X :

Rizka Fajriah : 2019. 2411

Trima Rara Srihenda : 2019. 2425

Wishrahmah Aisyah : 2019. 2431

Dosen Pengampu:

Ilya Husna, Lc, MA

JURUSAN ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM

PENGEMBANGAN ILMU AL-QUR’AN

SUMATRA BARAT

2021 M/ 1443 H
BAB I

PEMBAHASAN

A. Istiarah
a. Pengertian Isti’arah

Isti’arah (‫ )اِ ْستِ َعا َرة‬menurut bahasa berarti meminta pinjaman. Sedangkan
dalam istilah ilmu balaghah, isti’arah adalah:

ً ‫ فَعالقتها المشابهةُ دائما‬،‫ه َي تَ ْشبيهٌ حُ ِذفَ أ َح ُد طَرفَ ْي ِه‬

Isti‘arah adalah tasybih yang dibuang salah satu tharafnya, maka ‘alaqah
pada isti’arah adalah musyabahah (unsur kesamaan) selamanya.

Dalam isti’arah terdapat peminjaman makna suatu kata dari makna aslinya
(makna hakiki) kepada makna baru (makna majazi). Seperti (‫ )أَ َسد‬yang makna
aslinya singa dipakai untuk makna seorang yang memiliki sifat pemberani.

Contoh:

ُ ‫َرأَي‬
ِ ْ‫ْت بَحْ رًا فِي السُّو‬
‫ق‬

Artinya: saya melihat “laut” itu di pasar.

Kata (‫ )بَحْ رًا‬pada contoh di atas tidak dimaknai sebagai hakikat melainkan
merujuk pada seseorang yang pemurah.

Untuk diingat bahwa isti‘arah merupakan bagian dari al-majaz.


Kesamaannya dengan majaz mursal dan majaz aqli terletak pada keharusan
adanya qarinah (redaksi kalimat) yang mencegah suatu kata dari makna aslinya.
Adapun perbedaannya terletak pada ‘alaqah, di mana pada majaz mursal dan
majaz aqli, ‘alaqah (hubungan) antara makna asli dan makna baru adalah ghair
musyabahah (tidak ada unsur kesamaan). Sedangkan pada isti‘arah, hubungan
antara makna asli dan makna baru adalah musyabahah (adanya unsur kesamaan).
b. Rukun-rukun Isti’arah

Suatu kalimat dinamakan isti’arah jika terpenuhi tiga unsur berikut:

 Musta’ar minhu (‫تَ َعار ِم ْنه‬qq‫) ُم ْس‬, yaitu kata yang dipinjam darinya atau
musyabbah bih.
 Musta’ar lahu (‫تَ َعار لَه‬qqq‫) ُم ْس‬, yaitu kata yang dipinjam untuknya atau
musyabbah.
 Musta’ar (‫) ُم ْستَ َعار‬, yaitu sifat yang dipinjamkan.

Pada contoh yang pertama yang menjadi musta’ar minhu adalah kata (
‫)بَحْ رًا‬, yang menjadi musta’ar lahunya (‫)رجُل َك ِريْم‬
َ dan yang menjadi musta’arnya
adalah (‫)ال َك َرم‬.

c. Pembagian Isti’arah

Dari segi qarinahnya, isti’arah dibagi menjadi tashrihiyyah dan


makniyyah.

1. Isti’arah Tashrihiyyah

‫ص َّر َح فيها بلَف ِظ المشبَّه ب ِه‬


ُ ‫هي ما‬

Isti’arah tashrihiyyah adalah

isti’arah yang disiratkan dengan musyabbah bih.

Contoh:

‫ْت أَ َسدًا فِي ْالفَصْ ِل‬


ُ ‫َرأَي‬

Artinya: Saya melihat “singa” di kelas.

‫يز ْال َح ِمي ِد‬


ِ ‫اط ْال َع ِز‬ ِ ‫ور بِإ ِ ْذ ِن َربِّ ِه ْم إِلَى‬
ِ ‫ص َر‬ ُّ َ‫اس ِمن‬
ِ ‫الظلُ َما‬
ِ ُّ‫ت إِلَى الن‬ َ ‫الر ِكتَابٌ أَ ْنزَ ْلنَاهُ ِإلَ ْي‬
َ َّ‫ك لِتُ ْخ ِر َج الن‬

Artinya: “Alif, Lam Ra. (Ini adalah) Kitab yang kami turunkan kepadamu
supaya kamu mengeluarkan manusia dari gelap gulita kepada cahaya terang
benderang dengan izin Tuhan mereka, (yaitu) menuju jalan Tuhan yang Maha
Perkasa lagi Maha Terpuji.” (QS. Ibrahim [14]: 1)

Pada contoh di atas, seorang yang pemberani (‫ َجاع‬q ‫ل ُش‬qq‫ ) َر ُج‬diserupakan


dengan (‫( )أسدا‬singa), karena sama-sama memiliki sifat keberanian. Pada contoh
kedua diserupakan lafaz (‫اَل لَة‬qq‫)الض‬
َّ artinya kesesatan dengan (‫ات‬qq‫ )الظلم‬artinya
kegelapan dan lafaz (‫ )الِهدَايَة‬artinya petunjuk dengan (‫ )النور‬artinya cahaya.

2. Isti’arah Makniyyah

‫هي ما ُح ِذفَ فيها الم َشبَّهُ ب ِه و ُر ِم َز لهُ بشيء ِم ْن لوازمه‬

Isti’arah makniyyah adalah kalimat yang musyabbah bihnya dibuang lalu


disiratkan dengan sesuatu dari salah satu sifatnya.

Contoh:

ِ َ‫َغ َّر َد الشاعر بِق‬


‫ص ْيدَة‬

Artinya: Penyair itu berkicau (bernyanyi).

‫ظ ُم ِمنِّي َوا ْشتَ َع َل الر َّْأسُ َش ْيبًا َولَ ْم أَ ُك ْن بِ ُدعَائِكَ َربِّ َشقِيًّا‬
ْ ‫ال َربِّ إِنِّي َوهَنَ ْال َع‬
َ َ‫ق‬

Artinya: “Ia Berkata "Ya Tuhanku, Sesungguhnya tulangku telah lemah


dan kepalaku telah ditumbuhi uban, dan Aku belum pernah kecewa dalam berdoa
kepada Engkau, Ya Tuhanku.” (QS. Maryam [19]: 4).

Pada contoh pertama, penyair diserupakan dengan burung karena sama-


sama bernyanyi yang disiratkan dengan kata (َ‫ ) َغ َّرد‬yang artinya berkicau. Sedang
pada contoh kedua kata uban disamakan dengan api yang sama-sama menyala dan
disiratkan dengan kata (‫)ا ْشتَ َع َل‬.

Dari segi kata pembentuknya, isti’arah dibagi menjadi ashliyyah dan


taba’iyyah.
1. Isti’arah Ashliyyah

ْ ‫إِذا كان اللفظُ الذي َج َر‬


‫ت فيه اسما ً جامدًا‬

Isti’arah ashliyyah adalah apabila lafaz yang tempat berlangsungnya al-


isti‘arah itu terbentuk dari isim jamid. Isti’arah ashliyyah qarinahnya tashrihiyyah.

Contoh:

‫ْت أَ َسدًا فِي ْالفَصْ ِل‬


ُ ‫َرأَي‬

ُ ‫َرأَي‬
‫ْت بَحْ رًا فِي السُّوْ ق‬

ُّ َ‫اس ِمن‬
ِ ‫الظلُ َما‬
‫ت إِلَى النُّوْ ِر‬ َ ‫ِكتَابٌ أَ ْن َز ْلنَاهُ إِلَ ْي‬
َ َّ‫ك لِتُ ْخ ِر َج الن‬

2. Isti’arah Taba’iyyah

‫ت فيه ُم ْشتَقًّا أَوْ فِعْال‬


ْ ‫إِذا كانَ اللفظُ الذي َج َر‬

Isti’arah taba’iyyah adalah lafaz yang tempat berlangsungnya al-isti‘arah


itu terbentuk dari isim musytaq atau fi’il. Isti’arah taba’iyyah qarinahnya
makniyyah.

Contoh:

ِ ‫َغ َر َد ال َّش‬
ِ َ‫اع ُر بِق‬
‫ص ْي َد ٍة‬

ْ َ‫ت أ‬
‫ظفَا َرهَا‬ ْ َ‫َوإِ َذا ْال َمنِيَّةُ أَ ْن َشب‬

‫َوا ْشتَ َع َل الر َّْأسُ َش ْيبًا‬

Dari segi tanda, isti’arah dibagi menjadi murasysyahah, mujarradah, dan


muthlaqah.
1. Murasysyahah

‫ما ُذ ِك َر معها ُمالئم المشبَّ ِه ب ِه‬

Yaitu isti’arah yang disebutkan tanda musyabbah bihnya.

Contoh:

qَ ‫ارتُهُ ْم َو َما َكانُوا ُم ْهتَ ِد‬


‫ين‬ ْ ‫ضاَل لَةَ بِ ْالهُدَى فَ َما َربِ َح‬
َ ‫ت تِ َج‬ َ ِ‫أُولَئ‬
َّ ‫ك الَّ ِذينَ ا ْشتَ َر ُوا ال‬

Artinya: “Mereka itulah orang yang membeli kesesatan dengan petunjuk,


maka tidaklah beruntung perniagaan mereka dan tidaklah mereka mendapat
petunjuk.” (QS. Al-Baqarah: 16).

Yang menjadi isti’arah adalah kata (‫ )ا ْشتَ َر ُوا‬yang berarti membeli dan yang
ْ ‫ )فَ َما َربِ َح‬yang artinya
dimaksudkan memilih. Kata tersebut ditandai dengan kata ( ‫ت‬
tidak mendapat untung.

2. Mujarradah

‫ما ذ ِك َر معها ُمالئ ُم المشبَّ ِه‬

Yaitu isti’arah yang disebutkan tanda musyabbahnya.

Contoh:

ْ ‫ض‬
‫ فال يُضي ُء لها نَجْ ٌم وال قَ َم ُر‬... ‫ت من ُك ِّل نا ِحيَ ٍة‬ َ ‫ولَ ْيلَ ٍة َم ِر‬

Artinya: dan malam yang sakit dari segala penjuru, maka bintang juga
bulan tidak meneranginya.

ْ ‫ض‬
Kata (‫ت‬ َ ‫ ) َم ِر‬yang berarti sakit merupakan penyerupaan dari (‫ )ظلم‬yang
berarti gelap. Kata (‫ )ظلم‬sebagai musyabbah diisyaratkan dengan kalimat (‫فال‬
‫ )يُضي ُء‬yang berarti tidak menerangi.
3. Muthlaqah

‫ت المشبَّ ِه به أو المشبَّه‬ ْ ‫ت‬


ِ ‫من ُمالئما‬ ْ َ‫ما َخل‬

Yaitu isti’arah yang tidak ada tanda musyabbah bih atau musyabbahnya.

Contoh:

ِ ‫طغَى ْال َماء َح َم ْلنَا ُك ْم فِي ْال َج‬


‫اريَ ِة‬ َ ‫إِنَّا لَ َّما‬

Artinya: “Sesungguhnya Kami, tatkala air telah naik (sampai ke gunung)


Kami bawa (nenek moyang) kamu, ke dalam bahtera.” (QS. Al-Haqqah: 11).1

B. Isti’ah Tamtsiliyah

Pengertian Isti’arah Tamstiliyah

Secara bahasa isti’arah artinya peminjaman, Menurut pandangan Ibn


Qutaibah, orang arab punya kelaziman untuk “meminjam kata” dan
menempatkannya untuk kata lain yang tatkala ditemukan sebab ataupun alasan –
alasan yang memungkinkannya. Dalam kitab terjemahan Al- Balaghatul
Wadhihah isti’arah adalah : “ Tasybih yang dibuang salah satu tharafnya
( musyabbah dan musyabbah bih ), oleh karena itu hubungan antara makna hakiki
dan makna majazi adalah musyabbahah

ْ َ‫اهُ ْاأل‬qqَ‫ ٍة ِم ْن اِ َرا َد ِة َم ْعن‬q‫“ لِ َعالَقَة ْال ُم َشابَهَة َم َع قَ ِر ْينَ ٍة َمانِ َع‬Suatu susunan kalimat yang
‫لِي‬q‫ص‬
digunakan bukan pada makna aslinya karena ada hubungan keserupaan ( antara
makna asli dan makna majazi ) disertai adanya qarinah yang menghalangi
pemahaman terhadap kalimat tersebut dengan makna asli

Unsur-unsur Isti’arah Unsur-unsur Isti’arah mempunyai 3 unsur :

• Musta’ar minhu ( Lafal Musyabbah bih )

• Musta’ar ( Lafal Musyabbah )

• Musta’ar lahu (titik temu antara keduanya ) Pada hakikatnya isti’arah


1
https://hahuwa.blogspot.com/2017/05/pengertian-istiarah-dan-macam-macamnya.html
adalah tasybih yang dibuang salah satu tharafainnya ( must’ar minhu atau
musta’arlahnya ) dan dibuang pada wajah syibh dan adat tasybihnya.

Contoh –contoh Isti’arah Tamtsiliyah

a. Surat Al – Hujurat ayat 1

‫َي هّٰللا ِ َو َرسُوْ لِ ٖه َو اتَّقُوا هّٰللا َ ۗ اِ َّن هّٰللا َ َس ِم ْي ٌع َعلِ ْي ٌم‬ ٰ ۤ
ِ ‫ ٰيا َ يُّهَا الَّ ِذ ْينَ ا َمنُوْ ا اَل تُقَ ِّد ُموْ ا بَ ْينَ يَد‬:

“Hai orang – orang yang beriman, janganlah kamu mendahului Allah dan
Rasulnya dan bertakwalah kepada Allah....”

Pada contoh diatas kalimat majazi nya adalah ‫وله‬q‫دى هللا ورس‬q‫ ّدموا بين ي‬q‫ال تق‬
(janganlah kamu mendahului Allah dan Rasulnya ) diserupakan dengan tidak
boleh menetapkan sesuatu hukum, sebelum ada ketetapan dari Allah dan
Rasulnya.

ُ ‫ َو َح َّل اللَّي‬, ‫عَا َد ال َسيْفُ اِلَى قِ َرابِ ِه‬


b. ‫ْث َمنِ ْي َع غَابِ ِه‬

( Pedang itu telah kembali ke sarungnya dan singa itu menempati sarang
nya dihutan )

Pada kalimat diatas semua kalimat tersebut merupakan kalimat majazi dan
diserupakan dengan seorang mujahid yang kembali ke negaranya setelah
berpergian. Karena ketika seorang laki – laki yang habis bekerja pulang
kenegaranya maka ia bukanlah pedang hakiki yang kembali kesarungnya dan
bukan singa yang menempati kembali sarangnya. Dengan demikian kedua
susunan kalimat itu tidak dipergunakan dalam arti yang hakikat, sehingga kedua
kalimat itu adalah majaz. Karinah nya adalah haliya. Hubungan antara kedua
makna, hakiki dan majazinya, adalah musyabbahah ( unsur keserupaan ) karena
keadaan orang yang pergi jauh dari negaranya untuk bekerja keras dan
kembalinya kenegaranya setelah lama bersusah payah diserupakan dengan pedang
yang terhunus dari sarungnya untuk berperang dan setelah mendapatkan
kemenangan, ia akan kembali ke sarungnya. Demikian juga sing yang menempati
sarang nya.

BAB II

KESIMPULAN
Isti’arah (‫ )اِ ْستِ َعا َرة‬menurut bahasa berarti meminta pinjaman. Sedangkan
dalam istilah ilmu balaghah, isti’arah adalah:

ً ‫ فَعالقتها المشابهةُ دائما‬،‫ه َي تَ ْشبيهٌ حُ ِذفَ أ َح ُد طَرفَ ْي ِه‬

Isti‘arah adalah tasybih yang dibuang salah satu tharafnya, maka ‘alaqah
pada isti’arah adalah musyabahah (unsur kesamaan) selamanya.

Dalam isti’arah terdapat peminjaman makna suatu kata dari makna aslinya
(makna hakiki) kepada makna baru (makna majazi). Seperti (‫ )أَ َسد‬yang makna
aslinya singa dipakai untuk makna seorang yang memiliki sifat pemberani.

Pengertian Isti’arah Tamstiliyah

Secara bahasa isti’arah artinya peminjaman, Menurut pandangan Ibn


Qutaibah, orang arab punya kelaziman untuk “meminjam kata” dan
menempatkannya untuk kata lain yang tatkala ditemukan sebab ataupun alasan –
alasan yang memungkinkannya. Dalam kitab terjemahan Al- Balaghatul
Wadhihah isti’arah adalah : “ Tasybih yang dibuang salah satu tharafnya
( musyabbah dan musyabbah bih ), oleh karena itu hubungan antara makna hakiki
dan makna majazi adalah musyabbahah

ْ َ‫اهُ ْاأل‬qqَ‫ ٍة ِم ْن اِ َرا َد ِة َم ْعن‬q‫“ لِ َعالَقَة ْال ُم َشابَهَة َم َع قَ ِر ْينَ ٍة َمانِ َع‬Suatu susunan kalimat yang
‫لِي‬q‫ص‬
digunakan bukan pada makna aslinya karena ada hubungan keserupaan ( antara
makna asli dan makna majazi ) disertai adanya qarinah yang menghalangi
pemahaman terhadap kalimat tersebut dengan makna asli

Anda mungkin juga menyukai