PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN
MAKALAH
Diajukan untuk Memenuhi Tugas Terstruktur pada Mata Kuliah
“Tafsir Maudhu’i Pendidikan”
Dosen Pengampu :
Yelmi, M.A
PEMBAHASAN
4
Al-Qur’an
menjadikan al-Qur’an sebagai pedoman hidup sekaligus juga dasar
atau sumber utama dalam memberikan pendidikan agama Islam
kepada keluarga dan masyarakat agar menjadi petunjuk ke jalan yang
lurus dan tidak tersesat seperti kaum-kaum terdahulu.
2. QS. Ali-‘Imran (3: 7)
شبِّ َهتٌ ۗ فَأ َ َما َ َب َوأ ُ َخ ُر ُمت
ِّ َب ِّمنهُ َءايَتٌ ُّمح َك َمتٌ هُنَ أ ُ ُّم ٱل ِّكت
َ َعلَيكَ ٱل ِّكت َ َه َُو ٱلَذِّىۗ أ
َ نز َل
شبَهَ ِّمنهُ ٱبتِّغَاۗ َء ٱل ِّفتنَ ِّة َوٱبتِّغَاۗ َء تَأ ِّوي ِّل ِّۦه ۗ َو َما َ َٱلَ ِّذينَ فِّى قُلُوبِّ ِّهم َزي ٌغ فَيَتَبِّعُونَ َما ت
س ُخونَ فِّى ٱل ِّعل ِّم يَقُولُونَ َءا َمنَا ِّب ِّۦه كُل ِّمن ِّعن ِّد َر ِّبنَا ۗ َو َما ِّ ٱلرَ ٱّللُ ۗ َوَ يَعلَ ُم تَأ ِّويلَ ۥهُ إِّ َل
5
ب َ
ِّ َيَذَك َُر إِّ َلۗ أُوۗلُواۗ ٱْللب
Dialah yang menurunkan Al Kitab (Al Quran) kepada kamu. Di antara
(isi)nya ada ayat-ayat yang muhkamaat, itulah pokok-pokok isi Al qur'an
dan yang lain (ayat-ayat) mutasyaabihaat. Adapun orang-orang yang
dalam hatinya condong kepada kesesatan, maka mereka mengikuti
sebahagian ayat-ayat yang mutasyaabihaat daripadanya untuk
menimbulkan fitnah untuk mencari-cari ta'wilnya, padahal tidak ada
yang mengetahui ta'wilnya melainkan Allah. Dan orang-orang yang
mendalam ilmunya berkata: "Kami beriman kepada ayat-ayat yang
mutasyaabihaat, semuanya itu dari sisi Tuhan kami". Dan tidak dapat
mengambil pelajaran (daripadanya) melainkan orang-orang yang
berakal.
5
Al-Qur’an
'yadzdzakkaru' yang mau berpikir. Mereka juga mengucapkan hal berikut
bila melihat orang-orang yang mengikuti mereka.
Kemudian tafsir ayat di atas menurut Quraish Shihab adalah bahwa
Dialah yang telah menurunkan al-Qur’an kepadamu. Di antara hikmah-
Nya, sebagian ayat al-Qur’an muhkamat: jelas arti dan maksudnya, dan
yang lain mutasyabihat: sulit ditangkap maknanya oleh kebanyakan
orang, samar bagi orang-orang yang belum mendalam ilmunya. Ayat-
ayat mutasyabihat itu diturunkan untuk memotivasi para ulama agar giat
melakukan studi, menalar, berpikir, teliti dalam berijtihad dan
menangkap pesan-pesan agama. Orang-orang yang hatinya condong
kepada kesesatan, mengikuti ayat-ayat mutasyabihat untuk menebar
fitnah dan untuk menakwilkan sesuka hati mereka. Takwil yang benar
dari ayat-ayat tersebut tidak dapat diketahui kecuali oleh Allah dan
orang-orang yang mendalam ilmunya. Mereka berkata, "Kami meyakini
itu datangnya dari Allah. Kami tidak membedakan keyakinan kepada al-
Qur’an antara yang muhkam dan yang mutasyabih." Tidak ada yang
mengerti itu semua kecuali orang-orang yang memiliki akal sehat yang
tidak mengikuti keinginan hawa nafsu.
Kandungan yang dapat kita peroleh dari QS. Ali Imron (3: 7)
adalah bahwa Allah SWT memberitakan tentang keagungan-Nya dan
kesempurnaan pengaturan-Nya, yaitu bahwa Dia-lah yang Esa yang
menurunkan kitab yang agung ini, yang tidak ditemukan dan tidak akan
ditemukan tandingannya dan semisalnya dalam petunjuk, keindahan
bahasa, kemukjizatan dan kebaikannya bagi makhluk. Bahwasanya al-
Qur’an mencakup yang muhkam yang jelas sekali artinya, yang terang
yang tidak serupa dengan lainnya, dan juga mencakup ayat-
ayat mutasyabihat yang mengandung beberapa arti yang tidak ada
satupun dari arti-arti itu yang lebih kuat hanya dengan ayat tersebut
hingga disatukan dengan ayat yang muhkam. Ayat-ayat mutasyabihat itu
diturunkan untuk memotivasi para Ulama agar giat melakukan studi,
pendidikan, pengajaran, menelaah, menalar, berpikir, teliti dalam
berijtihad dan menangkap pesan-pesan agama. Orang-orang yang hatinya
condong kepada kesesatan, mengikuti ayat-ayat mutasyabihat untuk
menebar fitnah dan untuk menakwilkan sesuka hati mereka.
Orang-orang yang dalam hatinya ada penyakit, penyimpangan dan
penyelewengan karena niat mereka yang buruk akhirnya mereka
mengikuti ayat-ayat yang mutasyabih tersebut, mereka mengambil-nya
sebagai dalil demi memperkuat tulisan-tulisan mereka yang batil dan
pemikiran-pemikiran mereka yang palsu, hanya untuk mengobarkan
fitnah dan penyimpangan terhadap kitabullah, serta menjadikannya
sebagai tafsiran untuknya sesuai dengan jalan dan madzhab mereka yang
akhirnya mereka itu tersesat dan menyesatkan.
Adapun orang-orang yang berilmu lagi mendalam ilmunya yang
ilmu dan keyakinan telah mencapai hati mereka, lalu membuah-kan bagi
mereka perbuatan dan pengetahuan maka mereka ini mengetahui bahwa
al-Qur’an itu semuanya dari sisi Allah, dan bahwa semua yang ada di
dalamnya adalah haq, baik yang mutasyabih maupun yang muhkam, dan
bahwasanya yang haq itu tidak akan saling bertentangan dan saling
berbeda, karena ilmu mereka bahwa ayat-ayat yang muhkam
mengandung makna yang tegas dan jelas, dan kepadanya mereka
mengembalikan ayat-ayat mustasyabih yang sering menimbulkan
kebingungan bagi orang-orang yang kurang ilmu dan pengetahuannya.
3. QS. Al-Isra’ (17: 9)
َت أَن َ إِّنَ َهذَا ٱلقُر َءانَ يَهدِّى ِّللَتِّى ِّه َى أَق َو ُم َويُبَش ُِّر ٱل ُمؤ ِّمنِّينَ ٱلَ ِّذينَ يَع َملُونَ ٱل
ِّ ص ِّل َح
ً ِّلَ ُهم أَج ًرا َكب
ا6ير
Sesungguhnya Al Quran ini memberikan petunjuk kepada (jalan) yang
lebih lurus dan memberi kabar gembira kepada orang-orang Mu'min
yang mengerjakan amal saleh bahwa bagi mereka ada pahala yang
besar.
6
Al-Qur’an
Kemudian tafsir ayat di atas menurut Quraish Shihab adalah bahwa
Sesungguhnya al-Qur’an memberikan petunjuk kepada manusia menuju
jalan yang paling lurus dan selamat untuk mencapai kebahagiaan yang
hakiki di dunia. Al-Qur’an juga memberikan kabar gembira bagi orang-
orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, yang tunduk kepada
kebenaran dan melakukan perbuatan yang shaleh berupa pahala yang
besar pada hari kiamat.
Dari kedua penafsiran tersebut tentang QS. al-Isra’ ayat 9 dapat
kita simpulkan bahwa al-Qur’an itu adalah sebagai pedoman hidup
karena menunjuki kita jalan yang lurus. Dengan demikian maka dapat
mengambil manfaat, menghafal, dan memperhatikan petunjuk Allah
SWT.
BAB II
PENUTUP
Al-Qur’an
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2006), Cet Ke-5, hal.
122
Syafe’I, Rachmat, Ilmu Ushul Fiqih, (Bandung: PT. Pustaka Setia, 2007), cet ke-
3, hal. 50