Anda di halaman 1dari 11

FUNGSI AL-QURAN SEBAGAI PEDOMAN HIDUP DAN DASAR

PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN
MAKALAH
Diajukan untuk Memenuhi Tugas Terstruktur pada Mata Kuliah
“Tafsir Maudhu’i Pendidikan”

Disusun Oleh Kelompok 2 :


Aminah Tuzzuhriyah : 2019. 2338
Ihdina Mukhlishah : 2019. 2367
Maulida Rizqa Hasanah : 2019. 2386
Yuki Mega Febriani : 2019. 2437

Dosen Pengampu :
Yelmi, M.A

JURUSAN ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR


SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM
PENGEMBANGAN ILMU AL-QUR’AN
SUMATERA BARAT
1443H/2021M
BAB I

PEMBAHASAN

A. Al-Qur’an Sebagai Pedoman Hidup dan Dasar Penyelenggaraan


Pendidikan
Al-Quran diturunkan untuk mengajar manusia tentang pengesaannya
kepada Allah (tauhid). Konsep ibadah yang jelas dan menyeluruh agar
manusia senantiasa mendapat bekalan yang baru dan segar. Al-Quran sebagai
dasar hukum yang pertama, dan tidak di ragukan lagi oleh umat islam bahwa
al-Quran adalah sumber yang asasi bagi syariat Islam. Dari al-Qur’an inilah
dasar-dasar hukum Islam beserta cabang-cabangnya digali. Agama Islam,
agama yang dianut oleh umat muslim di seluruh dunia, merupakan way of life
yang menjamin kebahagian hidup pemeluknya di dunia dan di akhirat kelak.
Al-Quran berfungsi sebagai pedoman bagi umat Islam. Al-Quran
juga mengandung dan membawakan nilai-nilai yang membudayakan
manusia, hampir dua pertiga ayat-ayat al-Quran mengandung motivasi
kependidikan bagi umat Islam. Al-Quran sebagai minhajul hayah (pedoman
hidup), konsepsi inilah yang pada akhirnya dapat mengeluarkan umat
manusia dari kejahiliyahan menuju cahaya Islam. Dari kondisi tidak bermoral
menjadi memiliki moral yang sangat mulia.
Selain sebagai pedoman hidup bagi umat Islam, al-Qur’an juga
berfungsi sebagai dasar penyelenggaran pendidikan (Islam). Dasar adalah
pangkal tolak suatu aktifitas. Dasar juga merupakan landasan untuk
berdirinya sesuatu, sedangkan fungsi dasar ialah memberikan arah kepada
tujuan yang akan dicapai dan sekaligus sebagai landasan untuk berdirinya
sesuatu.
Dasar penyelenggaraan pendidikan agama Islam menurut pandangan
hidup (teologi) adalah al-Qur’an dan as-Sunnah karena dalam teologi umat
Islam al-Qur’an dan as-Sunnah diyakini mengandung kebenaran mutlak yang
bersifat universal dan eternal (abadi). Selain dari dilihat dari al-Qur’an dan
al-Hadis, pendidikan agama Islam juga diselenggrakan berdasarkan Undang-
undang Pendidikan yang ada di Negara kita, karena tidak dapat dipungkiri
bahwa pendidikan agama Islam merupakan pendidikan formal yang harus
diberikan kepada peserta didik.
Abdul Wahab Khallaf mendefinisikan Al-Qur’an adalah Kalam Allah
yang diturunkan melalui Malaikat Jibril kepada hati Rasulullah anak
Abdullah dengan lafadz bahasa Arab dan makna hakiki untuk menjadi hujjah
bagi Rasulullah ‫ ﷺ‬atas kerasulannya dan menjadi pedoman bagi manusia
dengan penunjuknya serta beribadah membacanya.1
Adapun definisi al-Qur’an menurut sebagian besar ulama Ushul Fiqih
adalah kalam Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad ‫ ﷺ‬dalam
bahasa Arab yang dinukilkan kepada generasi sesudahnya secara mutawatir,
membacanya merupakan ibadah, tertulis dalam mushaf, dimulai dari surat al-
Fatihah dan ditutup dengan surat an-Nas.2
Nabi Muhammad ‫ ﷺ‬sebagai pendidik pertama, pada awal masa
pertumbuhan Islam telah menjadikan al-Qur’an sebagai dasar pendidikan
agama Islam disamping Sunnah beliau sendiri. Kedudukan al-Qur’an sebagai
sumber pokok atau dasar pendidikan agama Islam dapat dipahami dari ayat
al-Qur’an itu sendiri.
B. Tafsir Ayat Al-Qur’an yang berkaitan dengan Fungsi Al-Qur’an Sebagai
Pedoman Hidup dan Dasar Penyelenggraan Pendidikan
1. QS. Al-An’am (6: 91-92)
a. QS. Al-An’am (6: 91)
‫علَى بَشَر ِّمن شَىء ۗ قُل َمن‬ َ ُ‫ٱّلل‬
َ ‫نز َل‬َ َ‫ق قَد ِّر ِّۦه إِّذ قَالُواۗ َماۗ أ‬ َ ۗ‫َو َما قَد َُروا‬
َ ‫ٱّللَ َح‬
‫يس‬ ِّ ‫اس ۗ تَجعَلُونَ ۥهُ قَ َر‬
َ ‫اط‬ ِّ َ‫ورا َو ُهدًى ِّللن‬
ً ُ ‫سى ن‬ َ ‫ب ٱلَذِّى َجاۗ َء بِّ ِّۦه ُمو‬ َ َ‫أ‬
َ َ‫نز َل ٱل ِّكت‬
َ ‫ع ِّلمت ُم َما لَم تَعلَ ُموۗاۗ أَنت ُم َو َلۗ َءابَاۗ ُؤكُم ۗ قُ ِّل‬
ُ‫ٱّلل‬ ُ ‫يرا ۗ َو‬ ً ِّ‫ت ُبدُونَ َها َوت ُخفُونَ َكث‬
َۗ3‫ۗ ث ُ َم ذَرهُم فِّى َخو ِّض ِّهم يَلعَبُون‬
Dan mereka tidak menghormati Allah dengan penghormatan yang
semestinya, di kala mereka berkata: "Allah tidak menurunkan
sesuatupun kepada manusia". Katakanlah: "Siapakah yang
menurunkan kitab (Taurat) yang dibawa oleh Musa sebagai cahaya
dan petunjuk bagi manusia, kamu jadikan kitab itu lembaran-
lembaran kertas yang bercerai-berai, kamu perlihatkan
(sebahagiannya) dan kamu sembunyikan sebahagian besarnya,
padahal telah diajarkan kepadamu apa yang kamu dan bapak-bapak
kamu tidak mengetahui(nya)?" Katakanlah: "Allah-lah (yang
1
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2006), Cet Ke-5, hal. 122
2
Rachmat Syafe’I, Ilmu Ushul Fiqih, (Bandung: PT. Pustaka Setia, 2007), cet ke-3, hal. 50
3
Al-Qur’an
menurunkannya)", kemudian (sesudah kamu menyampaikan Al Quran
kepada mereka), biarkanlah mereka bermain-main dalam
kesesatannya.

Tafsir Jalalain menafsirkan ayat tersebut sebagai berikut, orang-


orang Yahudi itu artinya mereka sama sekali tidak mengagungkan-
Nya dengan pengagungan yang seharusnya, atau mereka tidak
mengetahui-Nya dengan pengetahuan yang semestinya kepada Nabi ‫ﷺ‬
yaitu sewaktu mereka mendebat Nabi ‫ ﷺ‬dalam masalah al-Qur’an
kepada mereka dengan memakainya pada tiga tempat kamu
menuliskannya pada lembaran-lembaran kertas yang bercerai-berai
kamu tidak suka menampakkan semua isinya, sebagian besar dari apa
yang terdapat di dalam kandungannya, seperti mengenai ciri-ciri Nabi
Muhammad ‫ﷺ‬. Hai orang-orang Yahudi di dalam al-Qur’an, karena
tidak terdapat di dalam kitab Taurat, maka hal itu membuat kamu ragu
dan berselisih paham tentang Taurat antara sesamamu, jika mereka
tidak mengatakannya, maka tidak ada jawaban lain kecuali jawaban
itu dalam kebatilan mereka.
Sedangkan tafsir ayat di atas menurut Quraish Shihab adalah
orang-orang kafir itu tidak memandang Allah, kasih sayang, dan
kebijaksanaan-Nya sebagaimana mestinya, karena mereka
mengingkari akan diturunkannya kerasulan kepada salah seorang di
antara manusia. Wahai Nabi, tanyakan kepada orang-orang musyrik
dan sekutu mereka dari orang-orang Yahudi, "Siapa yang menurunkan
kitab yang dibawa Musa, yang bagaikan cahaya yang menyinari, dan
hidayah yang membimbing? Kitab yang kalian tulis pada lembaran-
lembaran kertas yang terpisah-pisah, kalian perlihatkan bagian yang
sesuai dengan hawa nafsu, dan kalian sembunyikan banyak bagian
yang bisa membawa kalian untuk mempercayai al-Qur’an. Juga kitab
yang darinya kalian banyak mengetahui hal-hal yang sebelumnya
kalian dan bapak-bapak kalian tidak mengetahuinya." Jawablah, wahai
Nabi, dengan mengatakan, "Allah-lah yang menurunkan Taurat." Lalu
biarkanlah mereka berlalu dalam kesesatan dan bermain-main seperti
anak kecil.
b. QS. Al-An’am/6: 92
ۗ‫ق الَذِّي بَينَ يَدَي ِّه َو ِّلت ُنذ َِّر ا ُ َم القُرى َو َمن َحولَ َها‬ ٌ ‫َوهذَا ِّكت‬
َ ‫ب اَن َزلنهُ ُمب َركٌ ُّم‬
ُ ‫ص ِّد‬
َۗ ‫ظون‬
4 ُ ‫ص ََلتِّ ِّهم يُح ِّف‬
َ ‫َوالَذِّينَ يُؤ ِّمنُونَ بِّال ِّخ َر ِّة يُؤ ِّمنُونَ بِّهۗ َوهُم عَلى‬
Dan ini (Al Quran) adalah kitab yang telah Kami turunkan yang
diberkahi; membenarkan kitab-kitab yang (diturunkan) sebelumnya
dan agar kamu memberi peringatan kepada (penduduk) Ummul Qura
(Mekah) dan orang-orang yang di luar lingkungannya. Orang-orang
yang beriman kepada adanya kehidupan akhirat tentu beriman
kepadanya (Al Quran) dan mereka selalu memelihara
sembahyangnya.

Tafsir Jalalain menafsirkan ayat tersebut sebagai berikut, al-


Qur’an ini yaitu kitab-kitab yang diturunkan sebelumnya dengan
memakai “ta” dan “ya” di’athafkan kepada makna kalimat
sebelumnya, yang artinya kami menurunkan al-Qur’an untuk diambil
keberkahannya, dipercayai dan agar kamu memberi peringatan
dengannya yaitu penduduk kota Mekah dan umat lainnya karena takut
akan siksaan akhirat.
Sedangkan tafsir ayat di atas menurut Quraish Shihab adalah
bahwa Al-Qur’an yang Kami turunkan, sebagaimana halnya Taurat,
adalah kitab yang mempunyai banyak kebaikan, kekal sampai hari
kiamat, membenarkan dan membawa berita tentang penurunan kitab-
kitab sebelumnya dengan maksud untuk memberi kabar gembira
kepada orang-orang mukmin, dan menakut- menakuti orang-orang
musyrik Makkah dan sekitarnya dengan murka Allah apabila tidak
tunduk kepadanya. Orang-orang yang mempercayai hari pembalasan
itu, mempercayainya karena harapan mereka untuk mendapatkan
pahala dan takut siksaan. Dari itu, mereka kemudian selalu berdisiplin
untuk mengerjakan shalat dengan sempurna.
Pelajaran yang dapat diambil dari QS. al-An’am (6: 91-92) di
atas yaitu kita sebagai umat Islam harus beriman dan mengamalkan isi
al-Qur’an yang telah Allah turunkan melalui Rasul-Nya dan

4
Al-Qur’an
menjadikan al-Qur’an sebagai pedoman hidup sekaligus juga dasar
atau sumber utama dalam memberikan pendidikan agama Islam
kepada keluarga dan masyarakat agar menjadi petunjuk ke jalan yang
lurus dan tidak tersesat seperti kaum-kaum terdahulu.
2. QS. Ali-‘Imran (3: 7)
‫شبِّ َهتٌ ۗ فَأ َ َما‬ َ َ‫ب َوأ ُ َخ ُر ُمت‬
ِّ َ‫ب ِّمنهُ َءايَتٌ ُّمح َك َمتٌ هُنَ أ ُ ُّم ٱل ِّكت‬
َ َ‫علَيكَ ٱل ِّكت‬ َ َ‫ه َُو ٱلَذِّىۗ أ‬
َ ‫نز َل‬
‫شبَهَ ِّمنهُ ٱبتِّغَاۗ َء ٱل ِّفتنَ ِّة َوٱبتِّغَاۗ َء تَأ ِّوي ِّل ِّۦه ۗ َو َما‬ َ َ‫ٱلَ ِّذينَ فِّى قُلُوبِّ ِّهم َزي ٌغ فَيَتَبِّعُونَ َما ت‬
‫س ُخونَ فِّى ٱل ِّعل ِّم يَقُولُونَ َءا َمنَا ِّب ِّۦه كُل ِّمن ِّعن ِّد َر ِّبنَا ۗ َو َما‬ ِّ ‫ٱلر‬َ ‫ٱّللُ ۗ َو‬َ ‫يَعلَ ُم تَأ ِّويلَ ۥهُ إِّ َل‬
5
‫ب‬ َ
ِّ َ‫يَذَك َُر إِّ َلۗ أُوۗلُواۗ ٱْللب‬
Dialah yang menurunkan Al Kitab (Al Quran) kepada kamu. Di antara
(isi)nya ada ayat-ayat yang muhkamaat, itulah pokok-pokok isi Al qur'an
dan yang lain (ayat-ayat) mutasyaabihaat. Adapun orang-orang yang
dalam hatinya condong kepada kesesatan, maka mereka mengikuti
sebahagian ayat-ayat yang mutasyaabihaat daripadanya untuk
menimbulkan fitnah untuk mencari-cari ta'wilnya, padahal tidak ada
yang mengetahui ta'wilnya melainkan Allah. Dan orang-orang yang
mendalam ilmunya berkata: "Kami beriman kepada ayat-ayat yang
mutasyaabihaat, semuanya itu dari sisi Tuhan kami". Dan tidak dapat
mengambil pelajaran (daripadanya) melainkan orang-orang yang
berakal.

Tafsir Jalalain menafsirkan ayat tersebut sebagai berikut jelas


maksud dan tujuannya yakni yang menjadi pegangan dalam menetapkan
tidak dimengerti secara jelas maksudnya, misalnya permulaan-permulaan
surah. Semuanya disebut sebagai ‘muhkam’ seperti dalam firman-Nya
'uhkimat aayaatuh' dengan arti tak ada cacat atau celanya, dan
'mutasyaabihat' pada firman-Nya, 'Kitaaban mutasyaabihat' dengan
makna bahwa sebagian menyamai lainnya dalam keindahan dan
kebenaran. Menyeleweng dari kebenaran, dikalangan orang-orang bodoh
dengan menjerumuskan mereka ke dalam hal-hal yang syubhat dan kabur
pengertian sendiri-Nya luas lagi kokoh ilmunya menjadi mubtada’,
sedangkan khabarnya: Berkata, "Kami beriman kepada ayat-ayat
mutasyaabihat bahwa ia dari Allah, sedangkan kami tidak tahu akan
maksudnya, baik yang muhkam maupun yang mutasyabih 'Ta' yang pada
asalnya terdapat pada 'dzal' di-idgamkan pada dzal itu hingga berbunyi

5
Al-Qur’an
'yadzdzakkaru' yang mau berpikir. Mereka juga mengucapkan hal berikut
bila melihat orang-orang yang mengikuti mereka.
Kemudian tafsir ayat di atas menurut Quraish Shihab adalah bahwa
Dialah yang telah menurunkan al-Qur’an kepadamu. Di antara hikmah-
Nya, sebagian ayat al-Qur’an muhkamat: jelas arti dan maksudnya, dan
yang lain mutasyabihat: sulit ditangkap maknanya oleh kebanyakan
orang, samar bagi orang-orang yang belum mendalam ilmunya. Ayat-
ayat mutasyabihat itu diturunkan untuk memotivasi para ulama agar giat
melakukan studi, menalar, berpikir, teliti dalam berijtihad dan
menangkap pesan-pesan agama. Orang-orang yang hatinya condong
kepada kesesatan, mengikuti ayat-ayat mutasyabihat untuk menebar
fitnah dan untuk menakwilkan sesuka hati mereka. Takwil yang benar
dari ayat-ayat tersebut tidak dapat diketahui kecuali oleh Allah dan
orang-orang yang mendalam ilmunya. Mereka berkata, "Kami meyakini
itu datangnya dari Allah. Kami tidak membedakan keyakinan kepada al-
Qur’an antara yang muhkam dan yang mutasyabih." Tidak ada yang
mengerti itu semua kecuali orang-orang yang memiliki akal sehat yang
tidak mengikuti keinginan hawa nafsu.
Kandungan yang dapat kita peroleh dari QS. Ali Imron (3: 7)
adalah bahwa Allah SWT memberitakan tentang keagungan-Nya dan
kesempurnaan pengaturan-Nya, yaitu bahwa Dia-lah yang Esa yang
menurunkan kitab yang agung ini, yang tidak ditemukan dan tidak akan
ditemukan tandingannya dan semisalnya dalam petunjuk, keindahan
bahasa, kemukjizatan dan kebaikannya bagi makhluk. Bahwasanya al-
Qur’an mencakup yang muhkam yang jelas sekali artinya, yang terang
yang tidak serupa dengan lainnya, dan juga mencakup ayat-
ayat mutasyabihat yang mengandung beberapa arti yang tidak ada
satupun dari arti-arti itu yang lebih kuat hanya dengan ayat tersebut
hingga disatukan dengan ayat yang muhkam. Ayat-ayat mutasyabihat itu
diturunkan untuk memotivasi para Ulama agar giat melakukan studi,
pendidikan, pengajaran, menelaah, menalar, berpikir, teliti dalam
berijtihad dan menangkap pesan-pesan agama. Orang-orang yang hatinya
condong kepada kesesatan, mengikuti ayat-ayat mutasyabihat untuk
menebar fitnah dan untuk menakwilkan sesuka hati mereka.
Orang-orang yang dalam hatinya ada penyakit, penyimpangan dan
penyelewengan karena niat mereka yang buruk akhirnya mereka
mengikuti ayat-ayat yang mutasyabih tersebut, mereka mengambil-nya
sebagai dalil demi memperkuat tulisan-tulisan mereka yang batil dan
pemikiran-pemikiran mereka yang palsu, hanya untuk mengobarkan
fitnah dan penyimpangan terhadap kitabullah, serta menjadikannya
sebagai tafsiran untuknya sesuai dengan jalan dan madzhab mereka yang
akhirnya mereka itu tersesat dan menyesatkan.
Adapun orang-orang yang berilmu lagi mendalam ilmunya yang
ilmu dan keyakinan telah mencapai hati mereka, lalu membuah-kan bagi
mereka perbuatan dan pengetahuan maka mereka ini mengetahui bahwa
al-Qur’an itu semuanya dari sisi Allah, dan bahwa semua yang ada di
dalamnya adalah haq, baik yang mutasyabih maupun yang muhkam, dan
bahwasanya yang haq itu tidak akan saling bertentangan dan saling
berbeda, karena ilmu mereka bahwa ayat-ayat yang muhkam
mengandung makna yang tegas dan jelas, dan kepadanya mereka
mengembalikan ayat-ayat mustasyabih yang sering menimbulkan
kebingungan bagi orang-orang yang kurang ilmu dan pengetahuannya.
3. QS. Al-Isra’ (17: 9)
َ‫ت أَن‬ َ ‫إِّنَ َهذَا ٱلقُر َءانَ يَهدِّى ِّللَتِّى ِّه َى أَق َو ُم َويُبَش ُِّر ٱل ُمؤ ِّمنِّينَ ٱلَ ِّذينَ يَع َملُونَ ٱل‬
ِّ ‫ص ِّل َح‬
ً ِّ‫لَ ُهم أَج ًرا َكب‬
‫ا‬6‫ير‬
Sesungguhnya Al Quran ini memberikan petunjuk kepada (jalan) yang
lebih lurus dan memberi kabar gembira kepada orang-orang Mu'min
yang mengerjakan amal saleh bahwa bagi mereka ada pahala yang
besar.

Tafsir Jalalain menafsirkan ayat tersebut sebagai berikut, jalan


yang lebih lurus, lebih adil dan lebih besar dan memberi kabar gembira
kepada orang-orang mukmin yang mengerjakan amal saleh bahwa bagi
mereka ada pahala yang besar.

6
Al-Qur’an
Kemudian tafsir ayat di atas menurut Quraish Shihab adalah bahwa
Sesungguhnya al-Qur’an memberikan petunjuk kepada manusia menuju
jalan yang paling lurus dan selamat untuk mencapai kebahagiaan yang
hakiki di dunia. Al-Qur’an juga memberikan kabar gembira bagi orang-
orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, yang tunduk kepada
kebenaran dan melakukan perbuatan yang shaleh berupa pahala yang
besar pada hari kiamat.
Dari kedua penafsiran tersebut tentang QS. al-Isra’ ayat 9 dapat
kita simpulkan bahwa al-Qur’an itu adalah sebagai pedoman hidup
karena menunjuki kita jalan yang lurus. Dengan demikian maka dapat
mengambil manfaat, menghafal, dan memperhatikan petunjuk Allah
SWT.
BAB II

PENUTUP

Kedudukan al-Qur’an sangat utama dalam hukum Islam karena langsung


diturunkan oleh Allah SWT di dalamnya memuat jawaban segala persoalan, baik
yang menyangkut hubungan antara manusia dengan Allah (hablun-minallah)
maupun antar sesama manusia (hablun-minannas). Allah SWT telah menurunkan
al-Qur’an melalui malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad ‫ﷺ‬. untuk disampaikan
kepada umatnya. Al-Qur’an merupakan pedoman bagi manusia sebagai petunjuk
untuk menemukan makna dari kehidupan yang sebenarnya. Al-Qur’an
mengandung beberapa ayat yang didalamnya berisi mengenai aqidah, ibadah,
akhlak, hukum-hukum, peringatan, kisah-kisah, dan dorongan untuk berfikir.
Maka dari itulah al-Qur’an merupakan pedoman bagi manusia dalam menjalani
kehidupan.
Konsep pendidikan menurut al-Qur’an diarahkan pada upaya menolong
anak didik agar dapat melaksanakan fungsinya mengabdi kepada Allah. Seluruh
potensi yang dimiliki anak didik, yaitu potensi intelektual, jiwa dan jasmani harus
dibina secara terpadu dalam keselarasan, keserasian dan keseimbangan yang
tergambar dalam sosok manusia seutuhnya. Hal ini harus pula berimplikasi
terhadap materi, metode dan lain-lain yang berhubungan dengannya, sehingga
membentuk suatu sistem pendidikan yang sempurna. Deskripsi kependidikan
yang diberikan oleh al-Qur’an nampak memperlihatkan sosok yang komprehensif
mulai dari tujuan, materi, metode, evaluasi dan sebagainya. Namun demikian pada
semua aspek pendidikan itu, al-Qur’an nampak lebih memposisikan dirinya
sebagai pemandu dalam prinsip, dan tidak memasuki kawasan yang lebih bersifat
teknis.
DAFTAR PUSTAKA

Al-Qur’an
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2006), Cet Ke-5, hal.
122
Syafe’I, Rachmat, Ilmu Ushul Fiqih, (Bandung: PT. Pustaka Setia, 2007), cet ke-
3, hal. 50

Anda mungkin juga menyukai