Husn at-Ta’lil
dan
Ta’kid az-zam bima
yusybih al-madh
CLARECHA SYIFA SALSABILA KESUMA
(180910190083)
HAVIRA QATRUNNADA
(180910190058)
apa itu Husn at-Ta’lil ?
ُحْس ن الّت عليل هو أْن ُينِكر األديُب َص راَحًة أو ِض ْم نا ِع ّلَة
ويأتي بعّلة أدبّي ة َط ِريفة ُتناِس ب، الّش يء المعروفَة
.الغْر ض اّلذي َيقِص د إليه
Artinya:
Bukanlah dahan-dahan bergoyang itu karena dihembus angin pagi, melainkan ia
menari sebagai rasa suka cita atas kehadiranmu.
Penjelasan:
Pada contoh (2), penyair juga mengingkari terjadinya peristiwa alam, yaitu
mengingkari sebab-sebab terjadinya dahan bergerak. Penyair lebih
senang mengatakan bahwa peristiwa bergeraknya dahan tersebut bukan
karena hembusan angin, melainkan sebenarnya ia sedang menari
kegirangan menyambut kehadiran seseorang yang dikaguminya.
Melalui contoh-contoh tersebut,
dapat diketahui adanya kemampuan
penyair memalingkan sebab-sebab
terjadinya suatu peristiwa yang
sebenarnya, dengan mendatangkan
alasan lain yang bukan sebenarnya,
namun bernilai sastra dan sesuai
dengan tujuan yang diinginkannya.
Gaya bahasa yang demikian ini
dalam ilmu Badi’ dinamakan Husnut-
ta’lil.
apa itu Ta’kid az-zam
bima yusybih al-madh ?
Ta’kid az-zam bima yusbih al-madh adalah gaya
bahasa yang bertujuan menghina namun disajikan
dalam ungkapan yang menyerupai bentuk pujian.
(Yuyun Wahyuddin. 2007. 20)
Ta’kid az-zam bima yusybih al-madh (celaan dengan
kalimat yang menyerupai pujian) itu ada dua macam:
ُف َالُن اَل َخْي َر ِف ْي ِه ِاَال َاَّنُه َيِس ى ُء ِاىل َم ْن اْح َس َن ِاَلْي ِه
Penjelasan:
Kata-kata tiada kebaikan si Fulan itu celaan, lalu diikuti
dengan kata-kata suka menjelekkan kepada orang yang
berbuat baik kepadanya, sepintas lalu merupakan pujian,
padahal menambah celaan.
Mengecualikan sifat tercela dari sifat terpuji yang
dinafikan dari suatu perkara
ال حسن في المنزل إال أنه مظلم ضيق الحجرات
Tiada keindahan dalam rumah, hanya saja gelap dan sempit kamarnya
Penjelasan :
Diperhatikan pada contoh diatas kita menemukan pembicara
mencela sebauh rumah dengan ungkapan ( ) ال حسن في المنزلtiada
keindahan rumah itu, setelah digunakan huruf istisna yang
mengisyaratkan akan datang pujian setelah istisna’. Namun yang
terjadi sebaliknya, pembicara justru memberikan sifat celaan
untuk yang kedua kalinya,yaitu dengan ungkapan مظلم ضيق
الحجراتgelap dan kamarnya sempit.
Pemberian celaan yang kedua itu sebenarnya dimaksudkan
sebagai penguat terhadap celaan yang pertama.