Anda di halaman 1dari 13

Kelompok 6 B

Husn at-Ta’lil
dan
Ta’kid az-zam bima
yusybih al-madh
CLARECHA SYIFA SALSABILA KESUMA
(180910190083)

WAHYU ANOEGRAH NUR APRIZAL


(180910190062)

Anggota FADHILLA KHANSA AMMARIE


(180910190076)

HAVIRA QATRUNNADA
(180910190058)
apa itu Husn at-Ta’lil ?
‫ُحْس ن الّت عليل هو أْن ُينِكر األديُب َص راَحًة أو ِض ْم نا ِع ّلَة‬
‫ ويأتي بعّلة أدبّي ة َط ِريفة ُتناِس ب‬، ‫الّش يء المعروفَة‬
.‫الغْر ض اّلذي َيقِص د إليه‬

Husn at-Ta’lil adalah seorang sastrawan yang ia


mengingkari –secara terang-terangan atau terpendam-
alasan yang telah dikenal umum bagi suatu peristiwa,
dan sehubungan dengan itu ia mendatangkan alasan
lain yang bernilai sastra dan lembut yang sesuai dengan
tujuan yang ingin dicapainya
Husn Husn at-Ta’lil yaitu apabila
menetapkan suatu alasan
yang sesuai pada suatu

At-Ta'lil sifat, dengan cara pandang


yang indah selain
hakikatnya. (M.Sholihuudin
Shofwan. 2008. 76)

Husn at-Ta’lil juga diartikan


sebagai gaya bahasa yang
menggunakan alasan-alasan
lucu dan indah sesuai dengan
tujuannya, dan berpaling dari
alasan-alasan biasa yang
sering dikenal. (Yuyun
Wahyuddin. 2007. 18)
Dapat ditarik sebuah kesimpulan
bahwa Husn at-Ta’lil adalah seorang
sastrawan yang mengingkari alasan
baik secara nyata atau tersembunyi
dengan menggunakan alasan yang
bernilai sastra sesuai dengan tujuan
yang hendak dicapainya.
‫العظيمهذا لفقد االبكاء اليوم هذا المطر اليهطل‬
Artinya:
Bukanlah hari ini hujan turun, melainkan langit telah menangis karena
meratapi kematian sang mulia.
Penjelasan:
Jika diperhatikan contoh di atas, akan kita temukan penyair mengingkari
terjadinya sesuatu dengan sesuatu yang ain secara estetik, namun pada
.hakikatnya tidak ada hubungan antara sebab akibat tersebut
ada contoh tadi, penyair mengaitkan turunnya hujan dengan
kematian seseorang yang sangat dihormati. Dalam puisinya penyair
mengingkari sebab turunnya hujan yang sebenarnya (seperti yang
difahami ahli). Semua diingkari oleh penyair, ia lebih senang
mengatakan bahwa hujan turun di hari ini karena menangis dan
meratapi kematian seseorang yang terhormat.
‫مااهتزت األغصان في الروض بفعل النسيم ولكنها رقصت غبطة‬
‫بقدومكم‬

Artinya:
Bukanlah dahan-dahan bergoyang itu karena dihembus angin pagi, melainkan ia
menari sebagai rasa suka cita atas kehadiranmu.

Penjelasan:
Pada contoh (2), penyair juga mengingkari terjadinya peristiwa alam, yaitu
mengingkari sebab-sebab terjadinya dahan bergerak. Penyair lebih
senang mengatakan bahwa peristiwa bergeraknya dahan tersebut bukan
karena hembusan angin, melainkan sebenarnya ia sedang menari
kegirangan menyambut kehadiran seseorang yang dikaguminya.
Melalui contoh-contoh tersebut,
dapat diketahui adanya kemampuan
penyair memalingkan sebab-sebab
terjadinya suatu peristiwa yang
sebenarnya, dengan mendatangkan
alasan lain yang bukan sebenarnya,
namun bernilai sastra dan sesuai
dengan tujuan yang diinginkannya.
Gaya bahasa yang demikian ini
dalam ilmu Badi’ dinamakan Husnut-
ta’lil.
apa itu Ta’kid az-zam
bima yusybih al-madh ?
Ta’kid az-zam bima yusbih al-madh adalah gaya
bahasa yang bertujuan menghina namun disajikan
dalam ungkapan yang menyerupai bentuk pujian.
(Yuyun Wahyuddin. 2007. 20)
Ta’kid az-zam bima yusybih al-madh (celaan dengan
kalimat yang menyerupai pujian) itu ada dua macam:

Mengecualikan sifat tercela dari sifat terpuji yang


1 dinafikan dari suatu perkara

Menetapkan sifat tercela pada suatu perkara lalu


2 diiringi dengan adat istisna’ yang diiringi dengan
celaan pula.
Contoh
Mengecualikan sifat tercela dari sifat terpuji yang
dinafikan dari suatu perkara

‫ُف َالُن اَل َخْي َر ِف ْي ِه ِاَال َاَّنُه َيِس ى ُء ِاىل َم ْن اْح َس َن ِاَلْي ِه‬

Si Fulan tidak mempunyai kebaikan, kecuali dia suka menjelekkan


kepada orang yang berbuat baik kepadanya.

Penjelasan:
Kata-kata tiada kebaikan si Fulan itu celaan, lalu diikuti
dengan kata-kata suka menjelekkan kepada orang yang
berbuat baik kepadanya, sepintas lalu merupakan pujian,
padahal menambah celaan.
Mengecualikan sifat tercela dari sifat terpuji yang
dinafikan dari suatu perkara
‫ال حسن في المنزل إال أنه مظلم ضيق الحجرات‬

Tiada keindahan dalam rumah, hanya saja gelap dan sempit kamarnya
Penjelasan :
Diperhatikan pada contoh diatas kita menemukan pembicara
mencela sebauh rumah dengan ungkapan ( ‫ ) ال حسن في المنزل‬tiada
keindahan rumah itu, setelah digunakan huruf istisna yang
mengisyaratkan akan datang pujian setelah istisna’. Namun yang
terjadi sebaliknya, pembicara justru memberikan sifat celaan
untuk yang kedua kalinya,yaitu dengan ungkapan ‫مظلم ضيق‬
‫ الحجرات‬gelap dan kamarnya sempit.
Pemberian celaan yang kedua itu sebenarnya dimaksudkan
sebagai penguat terhadap celaan yang pertama.

Anda mungkin juga menyukai