Anda di halaman 1dari 20

SEMANTIK:

AT-TAURIYYAH
oleh:
NANDA WARDAH AFIFAH
NURI ANJANI
ALVINA AYU KUSUMANINGTYAS
TASQIYA RATNASARI
FATIMAH TRI PUSPO ARUM
HISMA AFIFATUTAMIM
APA SAJA YANG DIBAHAS?

1. Pengertian Tauriyyah (definisi, contoh, dan tauriyyah dalam Al-

Quran)
2. 4 Macam Tauriyyah

a. Mujarradah
b. Murasysyahhah
c. Mubayyanah
d. Muhayya'ah
PENGERTIAN Badi'

AT-TAURIYYAH muhassinat
lafdziyyah
muhassinat
ma'nawiyah

Salah satu bagian bahasan ilmu badi,


at-tauriyyah adalah mengungkapkan jinâs tibâq
suatu lafadz yang mempunyai dua
makna: pertama; makna dekat dan
jelas yang mudah dipahami (ditangkap iqtibâs muqâbalah
oleh ak al ) ; kedu a; mak na jau h dan
samar yang tidak mudah dipahami oleh
saja' tauriyyah
akal, tetapi yang dimaksudkan oleh
lafadz tersebut adalah makna jauh atau
makna kedua, dengan adanya faidah husn al-
ta'lîl
sebab ada Qorinah yang masih samar.
(definisi tauriyyah) Tauriyyah oleh ‘Umar bin Khaththab radhiyallahu
‘anhu dikatakan sebagai pilihan daripada berdusta,

o Nama lain: tarjîh, taujîh, takhyîr, ibhâm, takhyîl, dan ‫ذك اك ا مجمل يف غي ام مالك يفضير عم يف نإ‬
îham.
o Tauriyah memiliki makna harfiah ‘menyembunyikan’, “Sesunggguhnya dalam bahasa-bahasa
yakni menyembunyikan maksud yang sebenarnya tauriyah itu sudah mencukupi seseorang
dengan ungkapan yang memiliki dua makna (makna sehingga dia tidak perlu berdusta secara terang-
dekat dan makna jauh), dan yang dikehendaki terangan.” (Ighatsatul Lahafaan, 1: 381)
pembicara adalah makna jauh.
o T aur iyahber b e d a d e n g a n d u s t a , s e b a b y a n g
Sedangkan oleh Ibnu Abbas, tauriyyah bahkan
dimaksudkan dengan ungkapan tersebut benar dan
diibaratkan lebih berharga dari unta merah,
tidak bohong, meskipun pendengar akan memaknai
berbeda dengan yang pembicara maksudkan. ‫ام م ضمك مي مجمل يف غي يض يفل م‬

Dalam Islam, hukum tauriyah: “Tidaklah membahagiakanku ketika bahasa-


• diperbolehkan jika ada maslahat bahasa tauriyah itu diganti dengan unta merah
• wajib jika untuk menghindari kedzaliman (harta yang paling mahal ketika itu, pent.)”
• jika pada perkara yang main-main saja, ada (Ighatsatul Lahafaan, 1: 381)
yang menghukumi haram dan ada yang masih
memperbolehkan.
(contoh) 2 Ketika di masa perjanjian Hudaibiyah, Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersama ‘Umar bin
1 Ada orang dzalim (si A) yang mengejar dan
Khaththab radhiyallahu ‘anhu, ‘Umar bin Khaththab
radhiyallahu ‘anhu ber t anya kepada Ras ulullah
bermaksud untuk mendzalimi si B. Lalu si B lari dan shallallahu ‘alaihi wa sallam,
bersembunyi di rumah kita. Dan ketika si B masuk ke ‫َ َم َلأ‬ ‫الاَ َ َك يفِادَحا ا ما س‬
‫َ س‬ ‫َف اطمكا مس اْ ََباسلام أامَم ا‬
‫أافاد ا‬
rumah kita, kita sedang duduk di kursi teras rumah. Lalu “Bukankah Engkau mengabarkan kepada kita
datanglah si A dan menanyakan apakah melihat si B? bahwa kita akan mendatangi baitullah dan
Karena kita mengetahui bahwa si A akan berbuat thawaf di sana?”
dzalim pada si B, maka kita menjawab, “Sejak aku Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan,
َ
berdiri di sini, aku tidak melihat seorang pun.” Yang ‫ميأ‬‫ماىالَ أاااَ ا َِْا اضَا أامَلا اَ َد َل يف ا ا‬
dipahami oleh si A dari kalimat ini adalah bahwa kita “Iya benar. Akan tetapi, appakah aku
memang tidak melihat siapa pun, termasuk si B. Inilah mengatakan kalau kita akan mendatanginya
makna yang ditangkap A. tahun ini?”
Padahal makna yang kita maksud, dan ini juga ‘Umar menjawab, “Tidak. Kemudian Rasulullah
makna yang benar, adalah bahwa kita tidak melihat shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan,
siapa pun itu sejak kita berdiri. Karena tadi si B masuk ‫َ َم َل‬
ّ َ‫َ ب‬َ ‫اا َمَلا ّ َد َل ا سا‬
ke rumah, ketika kita sedang duduk. Jadi apa yang kita “Sesungguhnya Engkau akan mendatanginya
sampaikan itu sebetulnya bukan kebohongan. Akan dan thawaf di sana.” (HR. Bukhari no. 2731
tetapi, makna yang ditangkap oleh orang lain itu seolah- dan 2732)
olah adalah bohong karena mereka menangkap maksud
lain dari kalimat kita.
Tauriyyah dalam Al-quran
Tauriyah digunakan sebagai salah satu konsep dalam metode
tafsir Al-quran dan hadist. Tauriyah dalam Al-quran ditemukan
dalam ayat-ayat mutasyabih, yaitu ayat-ayat yang samar, ambigu,
dan memiliki makna lain. Akan tetapi, tauriyah dalam Al-quran ini
bersifat nisbi/relatif, sebab datang dari nalar manusia sedangkan
hanya pemilik redaksi yang tahu, yaitu Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Apalagi terdapat perbedaan pendapat pada beberapa akidah
terkait penafsiran ayat-ayat mutasyabihat, sehingga tauriyah yang
ditemukan dalam Al-quran bukanlah kebenaran mutlak yang
harus diyakini semua muslim.
Perbedaan pendapat terhadap ayat-ayat mutasyabihat, khususnya pada konteks sifat-sifat Allah, di
antaranya:
1. Kelompok Salaf yang mengimani ayat-ayat mutasyabih dan menyerahkan makna sesungguhnya kepada
Allah. Dikutip dari almanhaj.or.id, bentuk ayat mutasyabih ada dua, yaitu hakiki dan relatif. Hakiki maksudnya
tidak dapat diterangkan secara nalar, seperti sifat-sifat Allah Subhanahu wa Ta’ala, dan tidak boleh
dipertanyakan. Sedangkan yang relatif adalah ayat-ayat yang tersamar maknanya namun dapat diketahui
oleh sebagian orang yang dalam ilmunya, ini boleh dipertanyakan.
2. Kelompok Khalaf yang menolak makna dekat dan mentakwilkan ayat-ayat mutasyabih yang menyangkut
sifat-sifat Allah, dengan maksud menyucikan sifat-sifat Allah dari sifat-sifat yang bisa diserupakan dengan
makhluk, golongan ini disebut juga muharrif.
3. Ada pula golongan yang menolak sifat-sifat Allah dengan alasan tidak ingin menyerupakan Allah dengan
makhluk, namun mengembalikan makna sesungguhnya kepada Allah, golongan ini disebut mu’athil.

contoh

Kata istawa pada sifat Allah dalam Alquran:


‫َْامَِلرع مع عل ى ع‬
‫ح‬5(‫َلَمل مَْحَّرلا‬ ‫ّلر ل ع)م َو م‬
Artinya: “(Yaitu) Yang Maha Pemurah,
yang bersemayam di atas ‘Arsy.” (Qs. 20:5)
4 Macam Tauriyyah

01 Mujarradah 02 Murasysyahah

03 Mubayyanah 04 Muhayya’ah
01 MUJARRADAH
Tauriyyah Mujarradah ialah tauriyyah yang
tidak dibarengi dengan sesuatu (ungkapan)
yan g s es u a i d e n g a n d u a m a c a m m a k n a
(makna dekat dan makna jauh). Atau dalam
artian lain, mujarradah merupakan badî‟
tauriyyah yang tidak didukung oleh qarînah
yang sesuai dengan makna qarîb-nya.
CONTOH:

Jawaban Nabi Ibrahim ketika ditanya Tuhan tentang istrinya, ia


mengatakan “‫( “هذه يتخأ‬ini saudariku). Kata“‫ ”يتخأ‬dalam konteks
kalimat ini mengandung dua makna: pertama, makna dekat yang
mudah dipahami, yaitu saudariku ‫ يتخأ يأ بسنلا‬sedangkan makna
kedua, yaitu saudariku seagama ‫ يتخأ يأ ا‬. Dan yang dimaksudkan
oleh lafadz tersebut adalah makna jauh atau makna kedua.

Pada kalimat di atas terdapat ungkapan tauriyyah yaitu kata “‫“يتخأ‬.


Pada contoh di atas tidak terdapat kata-kata (ungkapan) yang
sesuai dan munasabah untuknya.
CONTOH:

Dalam Alquran Allah swt berfirman:

‫ﻢهﺎ بسﻟﺍ ﻠﺮﺎيﺎﺘﺟ ﺭﺎسﻳﺎﺑ ﻢﻠﻌﻳﺟ ﺎﺎ ﻢﺘﺣﺮﺟ ﺭﺎسﻨﻟﺎﺑ‬


Artinya:“Dan Dialah yang mewafatkan
(menidurkan) kamu di malam hari dan Dia
mengetahui apa yang kamu kerjakan pada siang
hari.” (al-An’am : 60 ).

Pada kalimat di atas terdapat


ungkapan tauriyyah yaitu kata ‘ ‫’ ﻢﺘﺣﺮﺟ‬.
Pada kedua contoh di atas tidak terdapat kata
kata yang sesuai dan munasabah untuk
keduanya, sehingga dinamakan tauriyyah
mujarradah.
02 MURASYSYAHAH
Tauriyyah murasysyahah ialah tahriyyah yang disertai
dengan ungkapan yang sesuai dengan makna dekat.
Tauriyyah ini dinamakan murasysyahah karena
dengan menyertakan ungkapan yang sesuai dengan
makna dekat, makna sebuah kata akan menjadi
lebih kuat. Apabila makna yang dekat tersebut tidak
dikehendaki karena termasuk makna yang lemah,
maka dengan menyertakan kata lain yang sesuai
dengannya makna kata tersebut akan menjadi kuat.
CONTOH:

‫ل لﺎ اﺎ لَ ﺭلنلﻠ َمن لﻟﺎ سﺭﺎ ل مﻠ بِ ّﻢبسنّﺎ سل وﺎ مﻢ سلﻌو مﻢَل‬


ّ ‫لﻢبس‬
Artinya : Dan langit itu Kami bangun dengan kekuasaan (Kami) dan
Sesungguhnya Kami benar-benar berkuasa (QS. Adz Dzaariyaat : 47)

Lafadz “ayd” pada ayat itu mempunyai makna qarîb (tangan) dan
makna baîd (kekuasaan). Karena terdapat qarînah yang sesuai dengan
makna qarîb, yaitu lafazh “banaynaaha” dan qarînah yang tidak
tampak, bahwa Allah tidak sama dengan makhluk-Nya, karena
mustahil bagi-Nya membangun dengan tangan.

Pada ayat di atas terdapat ungkapan tauriyyah, yaitu pada kata “ ِ‫” سﺭﺎ ل مﻠ ب‬.
Kata tersebut kemungkinan diartikan dengan tangan, yaitu diberi
makna anggota tubuh, dan itulah makna yang dekat. Sedangkan
makna jauhnya adalah kekuasaan. Disebutkan juga ungkapan yang
sesuai dengan makna yang dekat itu dari segi untuk menguatkan, yaitu
kata " ‫" ﺭلنلﻠ َمن لﻟﺎ‬. Namun demikian, pada ayat di atas ungkapan tauriyyah
mengandung kemungkinan makna yang jauh yang dikehendaki.
03 MUBAYYANAH

Yaitu kalimat yang di dalamnya terdapat qarinah


yang merujuk pada makna yang jauh, baik muncul
sebelum lafadz yang mengandung Tauriyah ataupun
setelahnya.
CONTOH:

‫ يل لﻟ مَ وﺎ مﺎ سﺘَ يلَ بسَلال بسللل خ ملُﻳو وَ ؟‬# ‫ُﺎ سسﻌﺎ ط‬ ‫ﺎَ يس مأ بُويو س‬
‫ل ل‬ ‫يﺑأ لذ منا بس ل‬
‫ل مﺑ لﺣ س‬
Aku melihat cahaya di ufuk yang memancar , mugkinkah
matahari akan terbit?

• Kata “ َ‫ ” ذنا بسلﺑﺣﺎ‬memiliki makna dekat “ekor binatang”.


Adapun makna jauh dari kata tersebut adalah “cahaya
mentari di pagi/siang hari” dan diperkuat dengan qarinah
“ ‫ ”بُيل‬ufuk.

• Lafadz lainnya adalah “ ‫ ” بس َلال ب سللو‬yang memiliki makna dekat


“rusa” dan makna jauh “matahari”. Kehadiran makna jauh
semakin terasa dengan adanya qarinah “ : terbit (َ‫ ”)خُﻳو و‬setelah
lafadz yang mengandung tauriyyah tersebut.
04 MUHAYYA’AH
Tauriyyah Muhayya’ah, yaitu tauriyyah yang tidak
terwujud, kecuali dengan qarinah berupa lafadz
sebelum dan sesudahnya.
Tauriyyah Muhayya’ah dibagi menjadi dua :

1. Sesuatu yang disiapkan melalui lafadz sebelumnya, seperti perkataan


penyair :

‫ ﻢ يرﻟﺑأ ذبذ بسفﺑا ﻢ ذبسذ بسنِا‬# ‫ﻢ يرﻟﺑأ يﻠنﺎ ﺎَ لﺎﻠذ لنل‬


Artinya: “Anda tampakkan tabiat asli anda dihadapan kami #dan anda
tempakkan pemberian itu kepada orang yang cepat memenuhi keinginan
dan hajatnya”.

Kata ‫ بسفﺑا‬dan ‫ بسنِا‬memiliki makna dekat ‘Sunnah dan wajib berdasarkan


hukum syariat islam, Kata yang menunjukkan adanya Tauriyah. Karena
terdapat makna jauh dimaksudkan oleh pembicara (dalam konteks ini
adalah Ibnu Sina) adalah ‘pemberian’ dan ‘orang yang dapat memenuhi
berbagai keinginan dan hajat’.

Pada kalimat tersebut terdapat kata “‫ ”لنل‬yang bermakna tabiat yang


berfungsi sebagai qarinah yang terletak sebelum kata.
2.Sesuatu yang disiapkan melalui lafadz sesudahnya, seperti
perkataan Sayyidina Ali r.a tentang Asy’as bin Qais.

َ‫ينأ ﺘﺎَ ﻠلﺣم وﺑذو بسمﺎﺎَ ﺭﺎسﻠﺎﻠ‬


Artinya: “sesungguhnya ia menggerakkan baju mantel (jubah)
yang menyelubungi seluruh badan dengan tangan kanan” .

Kata َ‫ بسمﺎﺎ‬memiliki makna dekat ‘kiri’. Adapun makna jauh yang


dimaksud oleh penyair adalah ‘jubah/mantel yang menyelubungi
seluruh badan’, kata yang menunjukkan adanyaTauriyah. Pada
kalimat di atas terdapat kata “ َ‫“ بسﻠﺎﻠ‬. Kata ini berfungsi sebagai
qarinah yang terletak setelah kata.
KESIMPULAN
At-tauriyyah merupakan pengungkapan suatu lafadz yang
memilki dua makna, yaitu makna dekat dan jelas yang tidak
dimaksud, dan makna jauh dan samar yang dimaksud dengan
lafadz tersebut. Yang dimaksud dengan makna dekat dan jelas
adalah makna yang mudah dipahami, sedangkan makna jauh
dan samar adalah makna yang kurang jelas dan tidak dapat
langsung dipahami dan ditangkap oleh akal. Ilmu badi’ at-
tauriyyah terdiri dari empat macam, yaitu at-tauriyyah
mujarradah, at-tauriyyah murasysyahah, at-tauriyyah
mubayyanah, dan at-tauriyyah muhayya’ah.
SEKIAN DAN
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai