Dosen Pengampuh:
Disusun Oleh:
NIM : 21220120000006
Bahkan lebih jauh lagi Imam Zarkasyi dalam bukunya al-Burhan mengungkapkan
“kalaulah seseorang itu dikaruniai untuk memahami satu ayat al-Quran dengan seribu
pemahaman, niscaya kandungan maknanya tidak akan habis. Karena ia adalah kalam Allah
yang tiada batasnya, dan tidak akan munkin dapat dilampaui oleh kemampuan manusia yang
terbatas”. Aspek bahasa adalah salah satu syarat yang harus dimiliki oleh seeseorang sebelum
berbicara mengenai al-Quran. Sangat tidak bijaksana menafsirkan al-Quran tapi tidak memiliki
pemahaman yang mendalam tentang bahasa Arab itu sendiri. Rasul pernah bersabda “bantulah
dalam menafsirkan al-Quran dengan diwan bahasa kalian, sahabat enjawab apa itu diwan
bahasa kamu, neliau menjawab syair para leluhur kalian.” Dalam kajian tafsirpun faktor
terbesar penyebab terjadinya keberagaman penafsiran al-Quran adalah faktor bahasa.
Bagaimana dalam satu potongan ayat dapat ditafsirkan dengan beragam penafsiran.2
Salah satu ilmu yang penting dikuasai oleh seseorang yang hendak menyelami makna
yang terkandung di dalam Alquran adalah ilmu Balaghah. Karena memang sebuah keharusan
bagi seorang mufasir untuk memperhatikan kemukjizatan yang ada di dalam Alquran dan hal
itu akan terwujud dengan penguasaan mufassir terhadap ilmu Balaghah. Telah disepakati oleh
para pakar Balaghah bahwa ilmu Balaghah terdiri dari tiga pembagian, yaitu ilmu Bayan,
1
Muhammad bin Idris al-Syafi'i, al-Risâlah, Kairo: Dar al-'Aqidah, 1430 H/2009 M, hal. 43.
2
Al-Zarkasyi, al-Burhan fi ‘ulum al-Quran, ( Libanon: Dar Al-fikri,1987 ), Jilid. 1, h. 29
3
Robit Hasyimi Yasin, al-Jauhar al-Maknun fi Jadawil wa Lauh}at; Skema dan Tabel al-Jauhar al-Maknun
(Cirebon: Yayasan Tunas Pertiwi Kebon Jambu, 2017) 4.
B. PEMBAHASAN
1. Pengertian Isti’arah
Isti’arat secara bahasa diambil dari perkataan orang Arab: اِستعار المالseseorang
meminjam benda. Isti’arat secara bahasa artinya “meminjam”, maksudnya meminjam suatu
kata untuk mengungkapkan suatu makna, Atau majaz yang ‘alaqah-nya (hubungan antara
makna asal dan makna yang dimaksud adalah musyabahah (keserupaan).4
Isti'arah adalah dalam ilmu balaghah merupakan bagian dari majaz. Oleh karena itu,
sebelum menjelaskan isti'arah, akan dijelaskan pengertian majaz terlebih dahulu. Majaz
adalah lafazh yang digunakan pada arti bukan semestinya karena ada hubungan beserta
adanya qarinah (petunjuk) yang mencegah dari arti yang asalnya .5
ُ ْ
فعالقتها املشابهة دائما،االستعارة هي تشبيه ُح ِذف أح ُد طرف ْي ِه
Isti‘arah adalah tasybih yang dibuang salah satu tharafnya, maka ‘alaqah pada
isti’arah adalah musyabahah (unsur kesamaan) selamanya.
Kata (حْرا
ً ) َبpada contoh di atas tidak dimaknai sebagai hakikat melainkan merujuk
pada seseorang yang pemurah.
Adapun Majaz itu meliputi Majaz lughawy dan Majaz 'aqly. Majaz lughawy adalah
lafazh yang digunakan dalam makna yang bukan seharusnya karena ada hubungan disertai
qarinah yang menghalangi pemberian makna hakiki. Hubungan antara makna hakiki dan
majazi itu kadang-kadang karena adanya keserupaan dan kadang-kadang bukan penyerupaan.
Sementara qarinahnya itu dapat berupa lafzhiyah maupun halliyah. Jika persesuaian itu
merupakan penyerupaan, maka disebut isti'arah, dan jika bukan penyerupaan, maka disebut
Majaz mursal.6
4
Sholehuddin Shofwan, Pengantar Memahami Nadzom Jauharul Maknun, Vol. 3, (Jombang: Darul Hikmah, 2008),
11.
5
Abu Shalih, Abd al-Qirus & Ahmad Tawfiq. Kitab al-Balaghah, Riyadh: Jami'ah aI-Imam, 1.1.
6
Abu Musa, Muhammad Muhammad. al- 'I'jiiz al-Balaghf, Qahirah: Maktabah Wahbah,1992.
ْ ُّ الظ ُل ٰمت الى
الن ْو ِر ِب ِاذ ِنه
ُّ ْ ٰ َّ
السل ِم و ُيخ ِر ُج ُه ْم ِِّمن ضوان ٗه ُس ُبل ُ َّي ْهد ْي به ه
ْ ّٰللا من َّاتبع ر
ِ ِ ِ ِ ِِ ِ
ٰ
اط ُّم ْست ِق ْي ٍم
ٍ وي ْه ِد ْي ِه ْم ِالى ِصر
Dengan Kitab itulah Allah memberi petunjuk kepada orang yang mengikuti keridaan-Nya ke
jalan keselamatan, dan (dengan Kitab itu pula) Allah mengeluarkan orang itu dari gelap gulita
kepada cahaya dengan izin-Nya, dan menunjukkan ke jalan yang lurus.
Ayat di atas mengandung isti'arah, tepatnya dalam kalimat "dari kegelapan menuju
cahaya". Lafadz ini masing-masing menggantikan Iafadz "kekufuran dan keimanan".
Kekufuran identik dengan kegelapan dan keimanan diidentikkan dengan cahaya. Kegelapan
dan cahaya adaIah Iafadz yang dipinjam (musta'ar) untuk menggantikan kata "kekufuran dan
keimanan" yang berkedudukan sebagai musta 'ar minhunya. Qarinah dari isti'arah ini adalah
konteks ayat yang mengisyaratkan bahwa pengguanaan kedua tersebut bukan untuk makna
yang sebenarnya.
ْ ٰ َّ ُ ْ ْ َّ ٰٰۤ ُ
الضللة ِبال ُه ٰد ۖى فما رِبح ْت ِِّتجارُت ُه ْم وما ك ُان ْوا ُم ْهت ِد ْين اول ِٕىك ال ِذين اشتروا
Artinya: "Mereka itulah orang yang membeli kesesatan dengan petunjuk, maka
tidaklah beruntung perniagaan mereka dan tidakIah mereka mendapat petunjuk"
Kata 'isytarau' yang berarti "membeli" lumrahnya berlaku dalarn aktivitas jual beli.
Dalarn ayat ini kata tersebut merupakan isti'lirah dari 'menukarkan' petunjuk dengan
kesesatan. Karena perbuatan tersebut dianggap biasa oleh mereka, maka seolah-olah mereka
melakukan aktivitas jual beli. Maka dari itu kata Allahfa mli rabihat tijliratuhum
Isti’arah berasal dari ucapan orang Arab “ista’ara al-mal” (meminjamkan uang).
Menurut D. Hidayat, maksud dari meminjam adalah untuk mengungkapkan makna dalam
suatu kata. Seperti peminjaman kata al-zulumat yang digunakan untuk mengungkapkan
makna musyrik dan kata al-nur untuk mengungkapkan makna iman yang terdapat di dalam
surah Ibrahim ayat 1.8
ْ ْ ْ ُّ ٱلظ ُل ٰمت إلى
ُّ َّ ٓالر ۚ ك ٰتب أنزْل ٰن ُه إل ْيك ل ُت ْخرج
9 ٱلحميد
ِ ٱلنور بإذن رِّبه ْم إل ٰى ص ٰرط ٱلعزيز
ِ ِ ِ ِ ِ ِِ ِ ِِ ِ ِ ِ ٱلناس من
ِ ِ ِ ِ ِ
Artinya: Alif, laam raa. (Ini adalah) Kitab yang Kami turunkan kepadamu supaya kamu
mengeluarkan manusia dari gelap gulita kepada cahaya terang benderang dengan izin Tuhan
mereka, (yaitu) menuju jalan Tuhan Yang Maha Perkasa lagi Maha Terpuji
Kata al-zulumat dan al-nur pada ayat di atas merupakan ungkapan majaz, karena
keduanya tidak dimaksudkan pada makna yang sebenarnya. Yakni kata al-zulumat yang
maknanya kegelapan digunakan sebagai makna kesesatan dan kata al-nur yang maknanya
cahaya digunakan sebagai makna hidayah (petunjuk). Alaqah atau hubungan antara keduanya
yaitu karena adanya kemiripan atau keserupaan. Yakni antara makna kesesatan dengan
kegelapan dan makna petunjuk dengan cahaya
7
Mu’tamar ibn Mutsanna Abu ‘Ubaidah, Majaz Al-Qur’an, edisi Muhammad Fu’ad Surkain. (Kairo: Maktabah al-
Khanji: 1970), jilid I, h. 47
8
D. Hidayat, al-Balaghah lil Jami wa al-Shawahidi min Kalam al-Jami’ (Balaghah untuk Semua) (Semarang: PT.
Karya Toha Putra & Bina Masyarakat Qur’ani Jakarta, 2002), 119.
9
Referensi : https://tafsirweb.com/4047-surat-ibrahim-ayat-1.html
Al-isti’arah secara bahasa mempunyai makna meminjam, yakni meminjam sebuah
kata untuk digunakan bukan pada makna aslinya. Namun maknanya didapati dari logika
kalimat dan teks dengan adanya sebuah qorinah (kata penghubung)10
10
Al-isti’arah Posted by FATAH-AL-FATIH on 15 MARET 2018
11
Ahmad Al-Hasyimi, Jawahir al-Balaghah fi al-Ma’ani wa al-Bayan wa al-Badi’ (Mishr: Maktabah Dar Ihya’ al-
Kutub al-Arabiyyah, 1920), 303.
12
Artikel, balaghah-al-quran-majaz-istiarah-dan-penggunaannya-dalam-al-quran
faidah suatu sifat yang sah dianggap sebagai suatu perkara yang kulli maka
diperbolehkan dijadikan Isti’arah.
ditampilkan menjadi Isti’arah dan tampil sebagai kata kiasan, yaitu kata yang
tidak dimaksudkan dalam arti sebenarnya terwujud dari sebuah konteks yang
berfungsi sebagai qarinah, Pada jenis ini yang ditasrihkan (tegaskan) adalah
musta’ar minhu-nya, sedangkan musta’ar-nya dibuang. Dengan istilah lain
pada jenis ini disebut musyabbah bih dan dibuang musyabbah-nya.13
Isti’arah tashrihiyyah ini sama dengan tasybîh yaitu sama-sama
mengungkapkan makna dengan cara membandingkan suatu hal dengan
lainnya yang lebih kuat. Perbedaan dari keduanya, pada tasybih kedua
unsurnya adalah musyabbah dan musyabbah bihnya ditampilkan. Sedangkan
pada isti’arah tashrihiyyah, hanya menyebutkan musyabbah bihnya saja, Atau
bisa dikatakan, susunan kata yang terdapat pada isti‟ârah tashrihiyyah hanya
menyebutkan musta’ar minhunya saja,14 sedangkan musta’ar lahunya
dibuang. Sebagaimana yang dijelaskan dalam kitab al-Kafî fî al-Balâgah:
االستعارة التصرحية هي التي صرح فيها باملشبه به ويحذف املشبه
Isti’arah tashrihiyyah adalah isti’arah yang di dalamnya dijelaskan
musyabbah bihnya dan dibuang musyabbahnya. Seperti contoh:
تكلم األسد علي املنبر
“Singa berbicara di atas mimbar”
13
Mamat Zaenuddin dan Yayan Nur Bayan, Pengantar Ilmu Balaghah, (Bandung: Refika Aditama, 2007), 34.
14
Moh. Chadziq Charisma, Tiga Aspek Kemukjizatan Al-Quran, Surabaya: PT Bina Ilmu Offset, 1991, hal. 311.
Dalam hal ini, seseorang diserupakan dengan seekor singa. Lafadz asad
yang ditampilkan adalah musta’ar minhu atau musyabbah bihnya. Sementara
itu, musta‟âr lahu atau musyabbahnya dibuang. Pada contoh di atas yang
menjadi musta‟âr lahu atau musyabbah adalah lafadz syaikh.15
َّ ُ َّ ُ ٰۤ ٰ ُ َّ ِّ ُاح َّل ل ُك ْم ل ْيلة
الرفث ِالى ِنسا ِٕىك ْم ۗ ُه َّن ِلباس لك ْم وا ْن ُت ْم ِلباس ل ُه َّن ۗ ع ِلم الصي ِام ِ ِ
ُ ْٰ ُْ ُ ُ ُ ْ ْ ُ ْ ُ ْ ُ ُ َّ ُ ه
اش ُر ْو ُه َّن و ْابتغ ْوا ما ِ ّٰللا انك ْم كنت ْم تختانون انفسك ْم فتاب عل ْيك ْم وعفا عنك ْم ۚ فالـن ب
ْ ْ ُ ط ْاال ْبي ُ ْ ْ ُ ُ َّ ه ُ ُ ْ ُ ُ ْ ْ ُ ْ ه
ض ِمن الخ ْي ِط اال ْسو ِد ِمن كتب ّٰللا لكم ۗ وكلوا واشربوا حتى يتبين لكم الخي
ْ ْ َۙ َّ ِّ ْالف ْج ۖر ُث َّم ات ُّموا
اش ُر ْو ُه َّن وا ْن ُت ْم ع ِاك ُف ْون ِفى امل ٰس ِج ِد ۗ ِتلك ُح ُد ْو ُد ُ
ِ الصيام ِالى ال ْي ِ ۚل وال تب ِ ِ ِ
َّ
اس لعل ُه ْم ي َّت ُق ْون َّ ٰ ٰ ُ ْ ُ ْ ۗ ٰ ُ ِّ ُ ه ه
ِ ّٰللا فال تقربوها كذ ِلك يب ِين ّٰللا اي ِته ِللن ِ .
Dihalalkan bagimu pada malam hari puasa bercampur dengan
istrimu. Mereka adalah pakaian bagimu, dan kamu adalah pakaian bagi
mereka. Allah mengetahui bahwa kamu tidak dapat menahan dirimu sendiri,
tetapi Dia menerima tobatmu dan memaafkan kamu. Maka sekarang
campurilah mereka dan carilah apa yang telah ditetapkan Allah bagimu.
Makan dan minumlah hingga jelas bagimu (perbedaan) antara benang putih
dan benang hitam, yaitu fajar. Kemudian sempurnakanlah puasa sampai
(datang) malam. Tetapi jangan kamu campuri mereka, ketika kamu
beriktikaf dalam masjid. Itulah ketentuan Allah, maka janganlah kamu
mendekatinya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepada
manusia, agar mereka bertakwa.
Dalam ayat ini lafadz ( ) ِلباسini bukan makna haqiqi atau bukan
15
Amin Abdul Ghoniy, Al-Kâfî fî Al-Balâgah, Kairo: Dâr Al-Taufîqiyyah li Al-Turath, 2011, hal. 70.
ْ ه ْٓ ْ ْ ُْْ ْ ْ َّ فل َّم ٓا اح
ّٰللا ۗ قال الحو ِارُّي ْون ن ْح ُن
ِ س ِعي ٰس ى ِمن ُه ُم الكفر قال من انص ِاري ِالى
ْ
اشه ْد ِبا َّنا ُم ْس ِل ُم ْون ْ ُ ه ٰ َّ ه
اّٰلل ۚ و
ِ ّٰللا ۚ امنا ِب
ِ انصار
Maka ketika Isa merasakan keingkaran mereka (Bani Israil), dia
berkata, “Siapakah yang akan menjadi penolong untuk (menegakkan
agama) Allah?” Para Hawariyyun (sahabat setianya) menjawab, “Kamilah
penolong (agama) Allah. Kami beriman kepada Allah, dan saksikanlah,
bahwa kami adalah orang-orang Muslim.
(QS. Ali 'Imran Ayat 52)
Kata 'ahassa' pada asalnya berarti merasakan. Tapi tentunya ini adalah
isti’ārah, karena kekufuran tidak dapat dirasakan, melainkan diketahui dengan
akal lewat informasi dan bukti yang diterima. Penggunaannya di sini
menunjukkan bahwa kekufuran dari Bani Israil itu sudah sangat jelas sekali
diketahui oleh Nabi 'Isa. Ditinjau dari perspektif tharfay at'tasybīh, isti’arah di
atas termasuk tashrihiyyah. Sementara ditinjau dari musta’ār-nya, isti’arah di
atas termasuk taba'iyyah. 16
Dalam tafsir an-Nafahat Al-Makkiyah / Syaikh Muhammad bin Shalih
asy-Syawi Surat Ali ‘Imran ayat 52: Ketika 'Isa merasa akan (terbit) kekufuran
dari mereka, ia berkata: "Siapakah penolong-penolongku ke jalan Allah?"
Maka sahabat-sahabatnya berkata: "Kami penolong-penolong (agama) Allah,
Kami telah beriman kepada Allah, dan saksikanlah, bahwa sesungguhnya
kami (ini) orang-orang yang menyerah diri.
Jurnal al-Tsaqafa Volume 14, No. 01, Januari 2017, Isti’arah dan Efek yang ditimbulkannya dalam Bahasa al-
16
17
Ibid....
18
Mamat Zaenuddin dan Yayan Nur Bayan, Pengantar…, 35.
Ali al-Jarimi dan Mushtafa Amin menyebutkan dalam bukunya, al-Balagah
al-Wâdhihah, bahwa pengertian isti’arah makniyyah adalah:
ْ ْ ٰ َّ ُ َّ و
38 س ت ْج ِر ْي ِمل ْستق ِّ ٍر لها ۗذ ِلك ت ْق ِد ْي ُر الع ِزْي ِز الع ِل ْي ِ ۗم
ُ الش ْم
ْ ْ ْ
39 والقمر ق َّد ْرٰن ُه من ِازل ح هتى عاد كال ُع ْر ُج ْو ِن الق ِد ْي ِم
ُ َّ ُ َّ ْ ٓ ْْۢ ُ ْ َّ
40 النه ِار ۗوك ٌّل ِف ْي فل ٍك َّي ْسب ُح ْون س ينب ِغ ْي لها ا ْن ُت ْد ِرك القمر وال ال ْي ُل س ِابق ال الشم
19
Ali al-Jarimi & Musthafa Amin, Al-Balâgah al-Wâdhihah…., hal. 77.
20
Hidayat, al-Balâgah li al-Jami…., hal. 123.
bulan dan malam pun tidak dapat mendahului siang. Dan masing-masing beredar
pada garis edarnya. (Yâsîn/36: 38-40).
Kata tajri (berjalan) pada kalimat wa al-syamsu tajri (matahari berjalan) lebih
efektif karena lebih kuat dan lebih hidup, dengan dimunculkannya sifat-sifat manusia.
Demikian halnya dengan ungkapan matahari tidak dapat mendapatkan bulan dan
malam pun tidak dapat mendahului siang, ini merupakan gaya bahasa personifikasi,
peminjaman kata-kata ini lebih efektif karena inderawi dan diberi atribut
kemanusiaan.21
Artinya: “Ia Berkata "Ya Tuhanku, Sesungguhnya tulangku telah lemah dan
kepalaku telah ditumbuhi uban, dan Aku belum pernah kecewa dalam berdoa
kepada Engkau, Ya Tuhanku.” (QS. Maryam [19]: 4).
Kata uban disamakan dengan api yang sama-sama menyala dan disiratkan
ْ
dengan kata ()اشتعل.
Dalam Tafsir jalalaini (Ia berkata, "Ya Rabbku! Sesungguhnya telah lemah)
menjadi lemah (tulang-tulangku) semuanya (dan kepala ini telah dipenuhi) (oleh
uban) lafal Syaiban menjadi Tamyiz yang dipindahkan dari Fa’ilnya, maksudnya uban
telah merata di rambut kepalanya sebagaimana meratanya nyala api pada kayu dan
sesungguhnya aku bermaksud berdoa kepada-Mu (dan aku belum pernah dengan
21
Husein Aziz, Ilmu Balaghah…., hal. 43.
22
Hidayat, al-Balâgah li al-Jami…., hal. 12.
doaku kepada-Mu) (merasa kecewa, ya Rabbku!) artinya, merasa dikecewakan di
masa-masa lalu, maka janganlah Engkau kecewakan aku di masa mendatang.23
ُ ْ ه ْ ُ ُْ ه ُْْ
ضوا اال ْيمان ب ْعد ت ْو ِك ْي ِدها وق ْد جعل ُت ُم ّٰللا عل ْيك ْمّٰللا ِاذا عاه ْد ُّت ْم وال تنق
ِ واوفوا ِبع ْه ِد
ُ
ك ِف ْيال ۗ ِا َّن هّٰللا ي ْعل ُم ما ت ْفعل ْون
Dan tepatilah perjanjian dengan Allah apabila kamu berjanji dan janganlah
kamu membatalkan sumpah-sumpah (mu) itu, sesudah meneguhkannya, sedang
kamu telah menjadikan Allah sebagai saksimu (terhadap sumpah-sumpahmu itu).
Sesungguhnya Allah mengetahui apa yang kamu perbuat. ”
disandarkan pada kata األيمان, padahal kata تنقضواtersebut dipakai untuk suatu benda
Dalam tafsir jalalain : (Dan tepatilah perjanjian dengan Allah) dalam masalah
jual beli dan sumpah-sumpah serta masalah-masalah yang lain (apabila kalian berjanji
dan janganlah kalian membatalkan sumpah-sumpah itu sesudah meneguhkannya)
artinya sesudah sumpah-sumpah itu kalian teguhkan (sedangkan kalian telah
menjadikan Allah sebagai saksi kalian) untuk memenuhinya, karena kalian telah
bersumpah dengan memakai nama-Nya; jumlah ayat ini berkedudukan menjadi hal
atau kalimat keterangan. (Sesungguhnya Allah mengetahui apa yang kalian perbuat)
ayat ini merupakan ancaman buat mereka yang membatalkan sumpahnya.
23
Artikel : risalahmuslim.id,quran-maryam,19-4, tafsir jalalaini
24
Artikel: Kholid1993.Wordpress.Com,2015-06-06, Istiarah-Tahsrihiyyah-Dan-Maknawiyyah
b Isti’arah ditinjau dari segi bentuk lafazhh terbagi dua:
a) Isti’arah ashliyyah
Isti’arah ashliyyah adalah jenis majaz yang lafazhh musta’ar-nya isim jamid
bukan musytaq (bukan isim sifat).
ِّ الناس من الظلمات الى
النور ِّ كتاب انزلناه اليك لتخرج
Inilah kitab yang telah kami turunkan kepada engkau agar engkau
mengeluarkan manusia dari kegelapan kepada cahaya, yakni dari kesesatan
kepada kebenaran
(Qs. Ibrahim Ayat 1)
Didalam ayat ini sabahat ( )الضاللةdengan ( )الظلماتdan peminjaman lafadz
ُ ُّ ْ
ٱلر ْحم ِة وقل َّر ِ ِّب ْٱرح ْم ُهما كما رَّبيا ِنى ص ِغيرا
َّ ٱلذ ِ ِّل ِمن ْ ٱخ ِف
ض ل ُهما جناح و
Artinya: Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh
kesayangan dan ucapkanlah: "Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya,
sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil"
(surat-al-isra-ayat-24)
ُّ
Dalam ayat ini sabaha ( )ٱلذ ِ ِّلdengan ( )الطائرdan peminjaman lafadz
ُّ
musabah bih adalah ( )الطائرuntuk musabah adalah ()ٱلذ ِ ِّل26
b) Isti’arah Taba’iyyah
Isti’arah taba’iyyah yaitu suatu ungkapan majaz yang musta’ar-nya fi’il, isim
musytaq, atau huruf.
ُ ْ َّ ق ُال ۟وا ٰيو ْيلنا م ْۢن بعثنا ِمن َّم ْرق ِدنا ۜ ۗ ٰهذا ما وعد
ٱلر ْح ٰم ُن وصدق ٱملُ ْرسلون
264 : الصفحة, البيان والبادع, جواهر البالغة في علم المعاني, السيد أحمد الهاسم25
264 ..... نفس المرجع26
Artinya: Mereka berkata: "Aduhai celakalah kami! Siapakah yang
membangkitkan kami dari tempat-tidur kami (kubur)?". Inilah yang
dijanjikan (Tuhan) Yang Maha Pemurah dan benarlah Rasul-rasul(Nya).
(surat-yasin-ayat-52)
Dalam ayat ini peminjaman َّم ْرق ِدuntuk ) )املوتdalam mustaar nya sebagai
Ism yaitu ( )اسم املكانuntuk kuburan ()للقبر27
c Isti’arah Ditinjau dari Kata yang Mengikutinya Terbagi Pada Tiga Jenis:
a) Isti’arah murasysahah
Isti’arah murasysahah adalah suatu ungkapan majaz yang diikuti oleh
kata-kata yang cocok untuk musyabah bih.
ِّ
ألئك الذين اشتروا الضاللة بالهدى فما ربحت تجارتهم وما كانوا مهتدون
Artinya: Mereka itu orang-orang yang membeli kesesatan dengan petunjuk,
maka tidaklah beruntung dagangan mereka. ( Q. S. Al Baqarah: 16).
menghalangi makna aslinya yaitu ( )املاءdan kalau dilihat dari segi ))استعارة
Isti’arah adalah meminjam suatu kata untuk mengungkapkan suatu makna, Atau majaz yang
‘alaqah-nya (hubungan antara makna asal dan makna yang dimaksud adalah musyabahah
(keserupaan), dan rukun istiarah dibagi menjadi 3 yaitu musta’ar lahu. Musta’ar mihu dan mustaar,
1. sedangkan untuk macam macam nya tersendiri dibagi menjadi beberapa bagian yaitu
a isti’arah at-tasrihiyah
b isti’arah al-makniyaj
2. Isti’arah ditinjau dari segi musta’ar lah dan musta’ar minhu dibagi menjadi dua
a Isti’arah al-asliyah
b Isti’arah at-taba’iyah
3. Isti’arah ditinjau dari segi bentuk lafazhh terbagi dua: Isti’arah Ditinjau dari Kata yang
Mengikutinya Terbagi Pada Tiga Jenis
a Isti’arah murasysahah
b Isti’arah muthlaqah
c Isti’arah mujarradah
REFRENSI
Muhammad bin Idris al-Syafi'i, al-Risâlah, Kairo: Dar al-'Aqidah, 1430 H/2009 M, hal. 43.
Al-Zarkasyi, al-Burhan fi ‘ulum al-Quran, ( Libanon: Dar Al-fikri,1987 ), Jilid. 1, h. 29
Robit Hasyimi Yasin, al-Jauhar al-Maknun fi Jadawil wa Lauh}at; Skema dan Tabel al-Jauhar
al-Maknun (Cirebon: Yayasan Tunas Pertiwi Kebon Jambu, 2017) 4.
Abu Shalih, Abd al-Qirus & Ahmad Tawfiq. Kitab al-Balaghah, Riyadh: Jami'ah aI-Imam,
1.1.
Abu Musa, Muhammad Muhammad. al- 'I'jiiz al-Balaghf, Qahirah: Maktabah Wahbah,1992.
Mu’tamar ibn Mutsanna Abu ‘Ubaidah, Majaz Al-Qur’an, edisi Muhammad Fu’ad Surkain.
(Kairo: Maktabah al-Khanji: 1970), jilid I, h. 47
D. Hidayat, al-Balaghah lil Jami wa al-Shawahidi min Kalam al-Jami’ (Balaghah untuk
Semua) (Semarang: PT. Karya Toha Putra & Bina Masyarakat Qur’ani Jakarta, 2002),
119 .
Al-isti’arah Posted by FATAH-AL-FATIH on 15 MARET 2018
Ahmad Al-Hasyimi, Jawahir al-Balaghah fi al-Ma’ani wa al-Bayan wa al-Badi’ (Mishr:
Maktabah Dar Ihya’ al-Kutub al-Arabiyyah, 1920), 303.
Artikel, balaghah-al-quran-majaz-istiarah-dan-penggunaannya-dalam-al-quran
Mamat Zaenuddin dan Yayan Nur Bayan, Pengantar Ilmu Balaghah, (Bandung: Refika
Aditama, 2007), 34.
Moh. Chadziq Charisma, Tiga Aspek Kemukjizatan Al-Quran, Surabaya: PT Bina Ilmu
Offset, 1991, hal. 311.
Amin Abdul Ghoniy, Al-Kâfî fî Al-Balâgah, Kairo: Dâr Al-Taufîqiyyah li Al-Turath, 2011,
hal. 70.
Jurnal al-Tsaqafa Volume 14, No. 01, Januari 2017, Isti’arah dan Efek yang ditimbulkannya
dalam Bahasa al-Qur’ān Surah al-Baqarah dan Âli Imrân.hal.222
Mamat Zaenuddin dan Yayan Nur Bayan, Pengantar…, 35.
Ali al-Jarimi & Musthafa Amin, Al-Balâgah al-Wâdhihah…., hal. 77.
Hidayat, al-Balâgah li al-Jami…., hal. 123.
Husein Aziz, Ilmu Balaghah…., hal. 43.
Hidayat, al-Balâgah li al-Jami…., hal. 12.
Artikel : risalahmuslim.id,quran-maryam,19-4, tafsir jalalaini
Artikel: Kholid1993.Wordpress.Com,2015-06-06, Istiarah-Tahsrihiyyah-Dan-Maknawiyyah
Sholehuddin Shofwan, Pengantar Memahami Nadzom Jauharul Maknun, Vol. 3, (Jombang:
Darul Hikmah, 2008), 11.
264 : الصفحة, البيان والبادع, جواهر البالغة في علم المعاني,السيد أحمد الهاسم