Anda di halaman 1dari 8

Definisi 

Isti’arah

Kata isti’arah  secara bahasa berasal dari kata ista’ara-yasta’iru-isti’arah yang berarti


meminjam sesuatu. Adapun secara istilah, Sayyid Ahmad al-Hasyimi dalam kitab Jawahir
al-Balagah  (hal. 258) menyebutkan,

‫ هي استعمال اللفظ في غير ما وضع له لعالقة‬:‫وفي اصطالح البيانيين‬


‫ مع قرينة صارفة‬,‫المشابهة بين المعنى المنقول عنه والمعنى المستعمل فيه‬
‫عن إرادة المعنى األصلي‬.
“Menurut para ulama sastra, isti’arah adalah menggunakan lafaz tidak sesuai dengan
penggunaan asalnya karena adanya ‘alaqah musyabahah (hubungan keserupaan) antara
makna yang dinukil dengan makna yang digunakan didalamnya, disertai adanya indikator
yang menghalangi dari penggunaan makna asalnya (pertama) tersebut.”

Tujuan penggunaan Isti’arah

Ada beberapa faidah penggunaan majas isti’arah dalam berbahasa, di antaranya adalah


sebagai berikut,

1. Untuk memperindah ungkapan ketika berkata-kata, sehingga menarik perhatian


lawan bicara dengan ungkapan-ungkapan yang indah tersebut
2. Memancing lawan bicara untuk berpikir terkait makna ungkapan tersebut.
3. Serta terkadang menggunakan isti’arah itu bisa menekankan makna dengan lebih
kuat dari yang dimaksud oleh pembicara.
Misalnya menggunakan kata ‘singa’ sebagai ganti ‘orang yang berani’. Itu memberikan
makna yang lebih kuat kepada para pendengar dan juga lebih menarik daripada jika
diungkapkan secara apa adanya. Ungkapan bahwa ‘Soekarno adalah singa podium’ itu lebih
kuat dan lebih menarik perhatian pembaca/pendengar daripada sekadar kalimat ‘Soekarno itu
jago berpidato’.

Rukun Isti’arah
Dari sedikit penjelasan dan contoh di atas, dapat dilihat kalau penggunaan majaz isti’arah itu
memiliki tiga unsur penyusun,

1. musta’ar minhu, yakni kata yang dipinjam darinya atau disebut juga musyabbah
bih (sesuatu yang digunakan untuk menyerupakan).
2. musta’ar lahu, yaitu kata yang dipinjam untuknya, disebut juga musyabbah atau
(sesuatu yang diserupakan).
3. musta’ar, adalah makna yang dipindahkan. Lebih jelasnya akan dijelaskan
bersama dengan contohnya dalam Al-Qur’an setelah ini.
Dalam kitab al-Fawa’id al-Ghiyathiyyah fi ‘Ulum al-Balaghah (157), dijelaskan
bahwa isti’arah itu terjadi dengan penghapusan suatu kata dalam satu kalimat, ini nantinya
terbagi menjadi dua macam. Jika yang disebutkan adalah musyabbah bih  dan musyabbah-nya
dihapus maka ia disebut isti’arah tashrihiyyah. Adapun jika yang dihapus adalah musyabbah
bih dan musyabbah-nya disebutkan maka disebut isti’arah makniyyah.

Contoh Penggunaan Isti’arah dalam Al-Qur’an

Ada beberapa ayat yang menggunakan majaz isti’arah dalam ungkapannya. Beberapa di


antaranya adalah apa yang terdapat pada firman Allah QS. Ibrahim [14]: 1 berikut,

ِ ُّ‫ت ِإلَى الن‬


…‫ور‬ ُّ ‫اس ِم َن‬
ِ ‫الظلُ َما‬ َ ‫… ِكتَابٌ َأ ْن َز ْلنَاهُ ِإلَ ْي‬
َ َّ‫ك لِتُ ْخ ِر َج الن‬
“…(Ini adalah) Kitab yang Kami turunkan kepadamu supaya kamu mengeluarkan manusia
dari kegelapan kepada cahaya terang benderang…”

Pada ayat di atas Allah ‘meminjam’ kata al-zhulumat (kegelapan) dan al-nur (cahaya) untuk


mewakili makna kesesatan dan keimanan. Hal ini bisa dipahami karena jika dibaca secara
tekstual, bagaimana mungkin sebuah kitab bisa mengeluarkan manusia dari kegelapan
menuju cahaya? Sedangkan buku tidak bisa menghasilkan cahaya. Ini
adalah qarinah (indikasi) bahwa makna yang diinginkan pada ayat ini adalah makna majas
bukan makna hakiki.
Maka sebagaimana disebutkan oleh al-Zuhaili dalam al-Tafsir al-Munir (7/217) bahwa ayat
ini memiliki kandungan balagah, yakni majas isti’arah. Maksudnya, kitab (Al-Qur’an) itu
membimbing manusia agar keluar dari gelapnya kesesatan dan kekufuran menuju cahaya
petunjuk serta keimanan.

Di sini kata al-nur dan al-zhulumat dipakai untuk menggantikan kata iman dan kekufuran.


Sehingga dua kata ini disebut sebagai musta’ar minhu atau musyabbah bih. Kata al-
nur dipadankan dengan petunjuk dan keimanan, karena petunjuk dan keimanan itu seakan-
akan memberikan cahaya bagi umat manusia, sehingga mampu melihat dunia dan mampu
memilah mana yang baik dan mana yang benar.

Sebaliknya kegelapan digunakan untuk mewakili kesesatan dan kekufuran, karena keduanya
membuat manusia menjadi buta terhadap dunia dan kebenaran, sehingga ia tidak tahu ke
mana seharusnya berjalan dan sekadar mengikuti hawa nafsunya saja. Dari sini dapat
dipahami bahwa musyabbah atau musta’ar lahu-nya adalah iman dan kesesatan yang tidak
disebutkan sehingga tergolong susunan kalimat isti’arah tashrihiyyah. Wallahu a’lam.

A.    Pengertian Isti’arah
َ ‫ ) ِاسْ ِت َع‬menurut bahasa berarti meminta pinjaman. Sedangkan dalam istilah ilmu
Isti’arah (‫ارة‬
balaghah, isti’arah adalah:
ً ‫ َفعالقتها المشابه ُة دائما‬،ِ‫أح ُد َطر َف ْيه‬ َ ‫ َت ْشبي ٌه ُحذ‬ ‫هي‬
َ ‫ِف‬ َ
Isti‘arah adalah tasybih yang dibuang salah satu tharafnya, maka ‘alaqah pada isti’arah adalah
musyabahah (unsur kesamaan) selamanya.
(Baca dulu: Tasybih)
Dalam isti’arah terdapat peminjaman makna suatu kata dari makna aslinya (makna hakiki) kepada
makna baru (makna majazi). Seperti ( ‫سد‬َ ‫ )َأ‬yang makna aslinya singa dipakai untuk makna 
seorang yang memiliki sifat pemberani.
Contoh:
ُ ‫َرَأي‬
‫فِي الس ُّْو ِق‬ ‫ َبحْ رً ا‬ ‫ْت‬
Artinya: saya melihat “laut” itu di pasar.
Kata (‫ ) َبحْ رً ا‬pada contoh di atas tidak dimaknai sebagai hakikat melainkan merujuk pada
seseorang yang pemurah.
Untuk diingat bahwa isti‘arah merupakan bagian dari al-majaz. Kesamaannya dengan majaz
mursal dan majaz aqli terletak pada keharusan adanya qarinah (redaksi kalimat) yang mencegah
suatu kata dari makna aslinya. Adapun perbedaannya terletak pada ‘alaqah, di mana pada majaz
mursal dan majaz aqli, ‘alaqah (hubungan) antara makna asli dan makna baru adalah ghair
musyabahah (tidak ada unsur kesamaan). Sedangkan pada isti‘arah, hubungan antara makna asli
dan makna baru adalah musyabahah (adanya unsur kesamaan).
B.    Rukun-rukun Isti’arah
Suatu kalimat dinamakan isti’arah jika terpenuhi tiga unsur berikut:
1.     Musta’ar minhu (‫ِم ْنه‬ ‫)مُسْ َت َعار‬, yaitu kata yang dipinjam darinya atau musyabbah bih.
2.     Musta’ar lahu (‫)مُسْ َت َعار َله‬, yaitu kata yang dipinjam untuknya atau musyabbah.

3.     Musta’ar (‫)مُسْ َت َعار‬, yaitu sifat yang dipinjamkan.


Pada contoh yang pertama yang menjadi musta’ar minhu adalah kata ( ‫) َبحْ رً ا‬, yang menjadi
musta’ar lahunya (‫ريْم‬ ِ ‫ َك‬ ‫ ) َرجُل‬dan yang menjadi musta’arnya adalah (‫)ال َك َرم‬.
C.     Pembagian Isti’arah
Dari segi qarinahnya, isti’arah dibagi menjadi tashrihiyyah dan makniyyah.
1.     Isti’arah Tashrihiyyah
‫هي ما صُرَّ َح فيها ب َلفظِ المشبَّه ب ِه‬
Isti’arah tashrihiyyah adalah isti’arah yang disiratkan dengan musyabbah bih.
Contoh:
‫ل‬2ِ ْ‫فِي ْال َفص‬ ‫َأ َس ًدا‬ ‫ْت‬
ُ ‫ َرَأي‬ 
Artinya: Saya melihat “singa” di kelas.
ِ ‫ِإ ْذ ِن َرب ِِّه ْم ِإ َلى‬2 ‫ ِب‬ ‫ور‬
ِ‫ َراط‬2 ‫ص‬ ُّ  ‫اس م َِن‬
ِ ‫الظلُ َما‬
ِ ‫ال ُّن‬ ‫ِإ َلى‬ ‫ت‬ َ ‫الر ِك َتابٌ َأ ْن َز ْل َناهُ ِإ َل ْي‬
َ ‫ك لِ ُت ْخ ِر َج ال َّن‬
‫يز ْال َحمِي ِد‬ِ ‫ْال َع ِز‬
Artinya: “Alif, Lam Ra. (Ini adalah) Kitab yang kami turunkan kepadamu supaya kamu
mengeluarkan manusia dari gelap gulita kepada cahaya terang benderang dengan izin Tuhan
mereka, (yaitu) menuju jalan Tuhan yang Maha Perkasa lagi Maha Terpuji.” (QS. Ibrahim [14]: 1)
Pada contoh di atas, seorang yang pemberani ( ‫جاع‬ ُ  ‫ )َرجُل‬diserupakan dengan (‫( )أسدا‬singa),
َ ‫ش‬
karena sama-sama memiliki sifat keberanian. Pada contoh kedua diserupakan lafaz ( ‫َلة‬ ‫ضاَل‬
َّ ‫)ال‬
artinya kesesatan dengan ( ‫ )الظلمات‬artinya kegelapan dan lafaz ( ‫ )الِهدَا َية‬artinya petunjuk
dengan (‫ )النور‬artinya cahaya.
2.     Isti’arah Makniyyah
‫ِف فيها الم َش َّب ُه ب ِه و ُرم َِز ل ُه بشيء ِمنْ لوازمه‬
َ ‫هي ما ُحذ‬
Isti’arah makniyyah adalah kalimat yang musyabbah bihnya dibuang lalu disiratkan dengan
sesuatu dari salah satu sifatnya.
Contoh:
‫الشاعر ِب َقصِ يْدَ ة‬ ‫َغرَّ َد‬
Artinya: Penyair itu berkicau (bernyanyi).

َ ‫الرَّ ْأسُ َش ْيبًا َو َل ْم َأ ُكنْ ِب ُد َع‬ ‫ َوا ْش َت َع َل‬ ‫َقا َل َربِّ ِإ ِّني َو َه َن ْال َع ْظ ُم ِم ِّني‬
‫اِئك َربِّ َش ِق ًّيا‬
Artinya: “Ia Berkata "Ya Tuhanku, Sesungguhnya tulangku telah lemah dan kepalaku telah
ditumbuhi uban, dan Aku belum pernah kecewa dalam berdoa kepada Engkau, Ya Tuhanku.” (QS.
Maryam [19]: 4).
Pada contoh pertama, penyair diserupakan dengan burung karena sama-sama bernyanyi yang
َ ) yang artinya berkicau. Sedang pada contoh kedua kata uban
disiratkan dengan kata (‫غرَّ َد‬
disamakan dengan api yang sama-sama menyala dan disiratkan dengan kata ( ‫ل‬ َ ‫)ا ْش َت َع‬.
Dari segi kata pembentuknya, isti’arah dibagi menjadi ashliyyah dan taba’iyyah.
1.     Isti’arah Ashliyyah
‫ت فيه اسما ً جام ًدا‬ ُ
ْ ‫اللفظ الذي َج َر‬ ‫ِإذا كان‬
Isti’arah ashliyyah adalah apabila lafaz yang tempat berlangsungnya al-isti‘arah itu terbentuk dari
isim jamid. Isti’arah ashliyyah qarinahnya tashrihiyyah.
Contoh:
‫ل‬2ِ ْ‫فِي ْال َفص‬ ‫َأ َس ًدا‬ ‫ْت‬ ُ ‫َرَأي‬
‫فِي الس ُّْوق‬ ‫ َبحْ رً ا‬ ‫ْت‬ ُ ‫َرَأي‬
ُّ  ‫اس م َِن‬
ِ ‫الظلُ َما‬
‫ال ُّن ْو ِر‬ ‫ِإ َلى‬ ‫ت‬ َ ‫ِك َتابٌ َأ ْن َز ْل َناهُ ِإ َلي‬
َ ‫ْك لِ ُت ْخ ِر َج ال َّن‬
2.     Isti’arah Taba’iyyah
‫ت فيه ُم ْش َت ًّقا َأ ْو ِفعْ ال‬ ُ
ْ ‫اللفظ الذي َج َر‬ ‫كان‬
َ ‫ِإذا‬
Isti’arah taba’iyyah adalah lafaz yang tempat berlangsungnya al-isti‘arah itu terbentuk dari isim
musytaq atau fi’il. Isti’arah taba’iyyah qarinahnya makniyyah.
Contoh:
‫ال َّشاعِ ُر ِب َقصِ يْدَ ٍة‬ ‫َغ َر َد‬
َ ‫َأ ْظ َف‬ ‫ت‬
 ‫ار َها‬ ْ ‫َأ ْن َش َب‬ ‫َوِإ َذا ْال َم ِن َّي ُة‬
‫الرَّ ْأسُ َش ْيبًا‬ ‫َوا ْش َت َع َل‬
Dari segi tanda, isti’arah dibagi menjadi murasysyahah, mujarradah, dan muthlaqah.
1.     Murasysyahah
‫ما ُذك َِر معها مُالئم المش َّب ِه ب ِه‬
Yaitu isti’arah yang disebutkan tanda musyabbah bihnya.
Contoh:

َ ‫ار ُت ُه ْم َو َما َكا ُنوا ُم ْه َتد‬


‫ِين‬ ْ ‫ضاَل َل َة ِب ْال ُه َدى َف َما َر ِب َح‬
َ ‫ت ت َِج‬ َّ ‫ال‬ ‫ا ْش َت َروُ ا‬ ‫ِين‬ َ ‫ُأو َل‬
َ ‫ِئك الَّذ‬
Artinya: “Mereka itulah orang yang membeli kesesatan dengan petunjuk, maka tidaklah
beruntung perniagaan mereka dan tidaklah mereka mendapat petunjuk.” (QS. Al-Baqarah: 16).
َ ‫ )ا ْش َت‬yang berarti membeli dan yang dimaksudkan
Yang menjadi isti’arah adalah kata (‫روُ ا‬
ْ ‫َر ِب َح‬
memilih. Kata tersebut ditandai dengan kata ( ‫ت‬ ‫ ) َف َما‬yang artinya tidak mendapat untung.
2.     Mujarradah
‫ما ذك َِر معها مُالئ ُم المش َّب ِه‬
Yaitu isti’arah yang disebutkan tanda musyabbahnya.
Contoh:
‫فال يُضي ُء لها َنجْ ٌم وال َق َم ُر‬ ... ‫من ُك ِّل نا ِح َي ٍة‬ ‫ت‬ َ ‫ َم ِر‬ ‫و َل ْي َل ٍة‬
ْ ‫ض‬
Artinya: dan malam yang sakit dari segala penjuru, maka bintang juga bulan tidak meneranginya.
ْ ‫ض‬
Kata (‫ت‬ َ ‫ ) َم ِر‬yang berarti sakit merupakan penyerupaan dari ( ‫ )ظلم‬yang berarti gelap. Kata (
‫ )ظلم‬sebagai musyabbah diisyaratkan dengan kalimat (‫يُضي ُء‬ ‫ )فال‬yang berarti tidak menerangi.
3.     Muthlaqah
ْ ‫ما َخ َل‬
ِ ‫ت منْ مُالئما‬
‫ت المش َّب ِه به أو المشبَّه‬
Yaitu isti’arah yang tidak ada tanda musyabbah bih atau musyabbahnya.
Contoh:

ِ ‫ ْال َماء َح َم ْل َنا ُك ْم فِي ْال َج‬ ‫ َط َغى‬ ‫ِإ َّنا َلمَّا‬


‫ار َي ِة‬
Artinya: “Sesungguhnya Kami, tatkala air telah naik (sampai ke gunung) Kami bawa (nenek
moyang) kamu, ke dalam bahtera.” (QS. Al-Haqqah: 11).
َ ) bermakna (‫ ) َزا َد‬dan setelahnya tidak ada tanda yang menjelaskan keduanya.
Kata (‫ط َغى‬

2.Personifikasi(Majaz Isti’arah Makniyah)a.Contoh Bahasa Indonesia :1)Angin yang meraung


ditengah malam yang gelap menambah lagi ketakutan kami. 2)Aku datang ketika matahari kembali
ke peraduannya.3)Pohon ini bersaksi tentang cinta terakhir kita.4)Rumput-rumput menari
menyambut kedatanganmu.5)Kesesatan menyelimuti mereka.6)Kebenaran telah datang.7)Laut Aceh
marah8)Angin sepoi-sepoi menghiburku9)Gunung-gunung itu menantangpenduduk10)Bulan malu
untuk bersinar malam mini.b.Penjelasan

137| MEMAHAMI BALAGHAH DENGAN MUDAHAngin meraung, matahari kembali, rumput


menari, kesesatan menyelimuti,kebenaran datang,laut marah,angin menghibur, gunung
menantang dan bulan malu. Benda-benda atau makna tersebut seolah-olah bisa berbuat dan
beraktifitas seperti manusia. Penggunaan gaya bahasa tersebut disebut Personifikasi. Dalam
istilah balaghah bisa disebutIsti’arah Makniyahc.Kaidah 1)Personifikasiadalah gaya bahasa
kiasan yang menggambarkan benda-benda mati atau barang-barang yang tidak bernyawa
seolah-olah memiliki sifat-sifat kemanusiaan. Kiasan yang seolah-olah benda mati
bertindak, berbuat, dan berbicara seperti manusia.2)Isti’arah Makniyahmemiliki kesamaan dengan
Personifikasidalam gaya bahasa Indonesia. Yaitu seperti halnya tashbih berusaha membangun
ungkapan dengan membandingkan suatu hal dengan hal lain yang lebih kuat, hanya saja dalam
Isti’arah Makniyah yang dibandingkan dan yang dibandingi tidak disebutkan dalam ungkapan,
tetapi diwakili oleh salah satu ciri atau sifatnya. Atau bahasa mudahnya memberi sifat manusia
pada benda benda, hewan, dan makna (konsep). d.Contoh-Contoh Isti’arah Makniyahdalam al-
Qur’anAl baqarah: 93‫“مهرفكبلجعالمهبولقيفاوبرشأو‬Dan diresapkanlah(diminumkan) ke dalam hati mereka
itu(kecintaan menyembah patung) anak sapi karena kekafiran mereka.” Seolah-olah kecintaan
menyembah berhala itu seperti minum air yang lezat.Al-Fajr : 4‫“رسياذإليلالو‬Dan demi malam apabila
berlalu”Yasin : 38‫اهلرقتسمليرجتسمشالو‬

Muhammad Hafidz|138"dan matahari berjalan ditempat peredarannya"Peminjaman kata “yasr”


(berlalu), dalam ayat tersebut, kata “tajri” (berjalan)lebih efektif karena lebih kuat dan lebih hidup
karena mempunyai sifat-sifat manusiaAt-Takwir: 18‫“سفنتاذإحبصالو‬dan demi subuh ketika bernafas
(menyingsing)”Peminjaman kata “tanaffas” (bernafas) pada subuh menjadikan hidup seperti
manusia.Yunus : 108†‫“مكبرنمقحالمكءاجدق‬Telah datang kepadamu kebenaran(al-Qur’an) dari
Tuhanmu”“al-haq” (kebenaran), “nur”, “khauf”,datang “ja’a” dengan makna sebenarnya, tetapi
datang secara maknawi.Al Ahzab: 19 ‫)بازحألا(مهنيعأرودتكيإلنورظنيمهتيأرفوخالءا‬51‫تكوروناللهنممكءاجدقةدئامال(نيبمبا‬
)51‫"جاذإف‬apabila datang ketakutan (bahaya), kamu Lihat mereka itu memandang kepadamu
dengan mata yang terbalik-balik"Hud : 74‫"عبهذاملفطولموقيفانلداجيىرشبالهتءاجوعورالميهاربإن‬Maka tatkala
rasa takut hilang dari Ibrahim dan berita gembira telah datang kepadanya, diapun bersoal
jawab dengan (malaikat-malaikat) Kami tentang kaum Luth."Begitujuga peminjaman kata
“dhahaba” (pergi) untuk “al-rou’u”.Qaf : 30‫ديزمنملهلوقتوتألتمالهمنهجللوقنموي‬

139| MEMAHAMI BALAGHAH DENGAN MUDAH"(dan ingatlah akan) hari (yang pada hari itu)
Kami bertanya kepada Jahannam : "Apakah kamu sudah penuh?" Dia Menjawab :
"Masih ada tambahan?" Percakapan Allah dengan jahannam yang sebenarnya tidak bisa
bicara merupakan penggambaran kengerian, kekerasan dan panasnya jahannam.Al-A’raf: 154
‫"لةمحروىدهاهتخسنيفوحاولألاذخأبضغالىسومنعتكساملونوبهريمهبرلمهنيذل‬sesudah amarah Musa menjadi reda, lalu
diambilnya (kembali) luh-luh (Taurat) itu; dan dalam tulisannya terdapat petunjuk dan rahmat
untuk orang-orang yang takut kepada Tuhannya." Sebenarnya “ghadab” (marah) tidak bisa
berbuat seperti manusia “sakata” (diam).e.Penerapan Isti’arah Makniyahdalam Pembuatan
Kalimat1.‫ةقطانيالحينازحأب‬Keaadaanku mengucapkankesedihanku. 2.‫ىفكتمصبكتبيبحبجومكتبطخنع‬Cukuplah
diamnya kekasihmu itumenjawab pinanganmu. 3.‫“انموياذهثدحترابخألا‬Hari kita ini menceritakan kabar-
kabarnya”4.‫“هذهةدهاشةرجشالعادوالانبحنع‬Pohon ini bersaksi tentang cinta terakhir kita”5.
‫"املوتكسذاتسألانعبضغالةديفمةحيصنانحصن‬Dan sesudah amarah ustadz mereda, beliau menasehati kita
dengan nasehat yang berguna"6.‫"دقيقوشبهذنسحأامىإل‬Rinduku telah pergi kepada hal yang lebih positif”7.
‫“ييحتسيرمقالهرونرهظينأكلجأل‬Bulan malu menampakkan cahayanya karena kamu”

Muhammad Hafidz|1408.‫“بضغيلبجالنيكلهمالىلع‬Gunung marah pada para perusak”9.


‫“يتأيسمهفالدهجالدعب‬kefahaman akan datang setelah ketekunan”11.‫“برشأوكبلقيفبحال‬Aku mengairi/member
minum hatimu dengan cinta”11.‫“لكأيدسحالبطحالراناللكأيامكتانسحال‬Hasud memakan kebaikan-kebaikan
seperti halnya api memakan kayu”Peminjaman kata wadi / al audiyah (lembah), bukan turuq
atau masalik(jalan) merupakanpenggambaran syair-syair yang jauh dari syariat, yang tercipta
dari fikiran-fikiran orang kafir dan penuh dengan kesamaran serta ketidak jelasan. Mereka
para penyair kafir yang memusuhi dan mendzolimi Nabi diumpamakan seperti orang
yang mengembara disuatulembah. Bisa kita bayangkan, orang yang mengembara tersebut
adalah pengemberaan yang membingungkan dan tanpa tujuan yang jelas. Berbeda dengan
orang yang melakukan pengembaraan pada suatu jalan, maka ia mempunyai arah yang jelas,
visi-misinya jelas.Muhammad : 29(٣٢‫")مهناغضأاللهجرخينلنأضرممهبولقيفنيذالبسحمأ‬atau Apakah orang-orang
yang ada penyakit dalam hatinya mengira bahwa Allah tidak akan Menampakkan kedengkian
mereka?"Peminjaman kata marad (sakit, maknaasal adalah sakit fisik) untuk menggambarkan
sakit jiwa (iri, dengki, kemunafikan). Penggunaan kata marad lebih bisa difahami karena
inderawi.3.Metafora (Isti’arah Tasrikhiyah)a.Contoh Bahasa Indonesia : 1)Bunga desaitu telah pergi.
(Gadis cantik). 2)Si jago merahtelah dipadamkan ( api).

141| MEMAHAMI BALAGHAH DENGAN MUDAH3)Dia membawa cindera matayang bagus (oleh-
oleh).4)Kebanyakan lelaki memang buaya darat (suka berbohong pada wanita).5)Fatimah adalah
buah hatiku satu-satunya (Anak kesayangan).b.PenjelasanKalau kita membaca contoh-contoh di
atas, kita dapati kata-kata yang bergaris bawah mempunyai arti yang tidak hakiki (bukan
arti sebenarnya). Bunga desa bermakna gadis cantik, jago merah bermakna api, cindera mata
bermakna oleh oleh, buaya darat bermakna lelaki yang suka membohongi wanita danbuah hati
bermakna anak kesayangan. Semuanya merupakan analogi yang membandingkan dua hal
secara langsung. tetapi dalam bentuk singkat. Istilah tersebut dalam bahasa Indonesia
disebut Metafora. Dalam istilah Balaghah disebut dengan Isti’arah
Tasrikhiyah.c.KaidahIsti’arah Tasrikhiyahadalah gaya bahasa yang membandingkan suatu
hal dengan hal lain yang mempunyai sifat yang sama, sama dengan tashbih, perbedaannya
adalah kalau tashbih kedua hal yang dibandingkan (mushabbah) dan yang dibandingi
(mushabbah bih) disebutkan. Dalam Isti’arah Tasrikhiyah yang disebutkan hanya yang
dibandingi (mushabbah bih).Metafora sebagai perbandingan langsung tidak
mempergunakan kata: seperti, bagai, bagaikan, sehingga pokok pertama langsung dihubungkan
dengan pokok kedua.d.Contoh-Contoh Isti’arah Tasrikhiyah dalam al-Qur’anAl-Baqarah : 257
‫نممهجرخياونمآنيذاليلواللهتاملظالىإلرونالنممهنوجرخيتوغاطالمهؤايلوأاورفكنيذالوأكئلوأتاملظالىإلرونال(نودالخاهيفمهرانالباحص‬
)٣٥٢"Allah pelindung orang-orang yang beriman; Dia mengeluarkan mereka dari kegelapan
(kekafiran) kepada cahaya (iman). dan orang-orang yang kafir, pelindung-pelindungnya ialah
syaitan, yang mengeluarkan mereka daripada cahaya kepada kegelapan (kekafiran). mereka itu
adalah penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya."
Muhammad Hafidz|142Peminjaman kata al-zulumat (kegelapan) untuk makna kekafiran atau
kesesatan, sedangankan kata al-nur (cahaya) bermakna iman atau hidayah.Al-Baqarah:256 ٌ
)٣٥٢‫"يمساللهواهلماصفناالىقثوالةورعالبكسمتسادقفلاَّل بنمؤيوتوغاطالبرفكينمف(ميلع‬Karena itu Barangsiapa yang
ingkar kepada Thaghut dan beriman kepada Allah, Maka Sesungguhnya ia telah berpegang
kepada buhul tali yang Amat kuat yang tidak akan putus. dan Allah Maha mendengar lagi
Maha mengetahui."Peminjaman kata al-‘urwah al-wusthqa (buhul tali yang kuat) untuk makna
iman yang bersih atau tulus.Al-Maidah : 100(‫اللمكلعلنوحلفت‬ ْ ‫لقاليوتسيثيبخالبيطالوولوكبجعأةرثكثيبخالاوقتافهلالاييلوأباب‬
)٠١١"Tidak sama yang buruk dengan yang baik,meskipun banyaknya yang buruk itu menarik
hatimu, Maka bertakwalah kepada Allah Hai orang-orang berakal, agar kamu mendapat
keberuntungan."Peminjaman kata khabith untuk makna haram, dan at-tayyib bermakna
halal.Thaha : 27-28(٣٢)‫(يلوقاوهقفي‬٣٢‫")يناسلنمةدقعللحاو‬dan lepaskanlah kekakuan dari lidahku, supaya
mereka mengerti perkataanku"Peminjaman kata wahlul (lepaskanlah) bermakna azil
(hilangkanlah), dan ‘uqdah (simpul, jerat) bermakna aib lisan. “Penghilangan aib” diserupakan
seperti melepaskan simpul tali.Asy-Syu’ara : 224-225 )٣٣٥)‫(نوميهيداولكيفمهنأرتمأل‬٣٣٤‫غالمهعبتيءارعشالو(نووا‬

143| MEMAHAMI BALAGHAH DENGAN MUDAH"dan penyair-penyair itu diikuti oleh orang-orang
yang sesat. tidakkah kamu melihat bahwasanya mereka mengembara di tiap-tiap lembah"e.Faidah
Metafora : Pemakaian atau peminjaman kata al-zulumat (kegelapan), al-nur (cahaya), al-‘urwah}
al-wusthqa (buhul tali yang kuat), khabith, at-tayyib, ‘uqdah (jerat, simpul) bertujuan agar lebih
efektif, dan mudah difahami karena bisa ditangkap indera.f.Penerapan Isti’arah Tasrikhiyahdalam
Pembuatan Kalimat5.‫"رونالىإلتاملظالنمكجرخيدشرمذاتسألا‬Ustadz adalah orang yang menunjukkan jalan,
ia mengeluarkan kamu dari kegelapan menuju cahaya."2.‫"ثيبخالاودعبينأبالطال ٌيمجللق‬Katakanlah pada
semua murid untuk menjauhi sesuatu yang kotor (menjijikkan)"3.†‫"يبلقنمقوشالةدقعللحايبيبحاي‬Wahai
kekasihku, lepaskanlah jerat rindu ini dari hatiku."4.‫"ءاودهلسيليذالضرمكبلقيفنأتبسح‬Saya menyangka
dalamhatimu ada sakit yang tidak ada obatnya."1.‫"داوالىإلنيريستتنأوقيرطالىإلكدشرأفيك‬Bagaimana
saya bisa menunjukkan jalan kepadamu, kamuberjalan menuju lembah

Anda mungkin juga menyukai