Isti’arah
Tujuan penggunaan Isti’arah
Rukun Isti’arah
Dari sedikit penjelasan dan contoh di atas, dapat dilihat kalau penggunaan majaz isti’arah itu
memiliki tiga unsur penyusun,
1. musta’ar minhu, yakni kata yang dipinjam darinya atau disebut juga musyabbah
bih (sesuatu yang digunakan untuk menyerupakan).
2. musta’ar lahu, yaitu kata yang dipinjam untuknya, disebut juga musyabbah atau
(sesuatu yang diserupakan).
3. musta’ar, adalah makna yang dipindahkan. Lebih jelasnya akan dijelaskan
bersama dengan contohnya dalam Al-Qur’an setelah ini.
Dalam kitab al-Fawa’id al-Ghiyathiyyah fi ‘Ulum al-Balaghah (157), dijelaskan
bahwa isti’arah itu terjadi dengan penghapusan suatu kata dalam satu kalimat, ini nantinya
terbagi menjadi dua macam. Jika yang disebutkan adalah musyabbah bih dan musyabbah-nya
dihapus maka ia disebut isti’arah tashrihiyyah. Adapun jika yang dihapus adalah musyabbah
bih dan musyabbah-nya disebutkan maka disebut isti’arah makniyyah.
Sebaliknya kegelapan digunakan untuk mewakili kesesatan dan kekufuran, karena keduanya
membuat manusia menjadi buta terhadap dunia dan kebenaran, sehingga ia tidak tahu ke
mana seharusnya berjalan dan sekadar mengikuti hawa nafsunya saja. Dari sini dapat
dipahami bahwa musyabbah atau musta’ar lahu-nya adalah iman dan kesesatan yang tidak
disebutkan sehingga tergolong susunan kalimat isti’arah tashrihiyyah. Wallahu a’lam.
A. Pengertian Isti’arah
َ ) ِاسْ ِت َعmenurut bahasa berarti meminta pinjaman. Sedangkan dalam istilah ilmu
Isti’arah (ارة
balaghah, isti’arah adalah:
ً َفعالقتها المشابه ُة دائما،ِأح ُد َطر َف ْيه َ َت ْشبي ٌه ُحذ هي
َ ِف َ
Isti‘arah adalah tasybih yang dibuang salah satu tharafnya, maka ‘alaqah pada isti’arah adalah
musyabahah (unsur kesamaan) selamanya.
(Baca dulu: Tasybih)
Dalam isti’arah terdapat peminjaman makna suatu kata dari makna aslinya (makna hakiki) kepada
makna baru (makna majazi). Seperti ( سدَ )َأyang makna aslinya singa dipakai untuk makna
seorang yang memiliki sifat pemberani.
Contoh:
ُ َرَأي
فِي الس ُّْو ِق َبحْ رً ا ْت
Artinya: saya melihat “laut” itu di pasar.
Kata ( ) َبحْ رً اpada contoh di atas tidak dimaknai sebagai hakikat melainkan merujuk pada
seseorang yang pemurah.
Untuk diingat bahwa isti‘arah merupakan bagian dari al-majaz. Kesamaannya dengan majaz
mursal dan majaz aqli terletak pada keharusan adanya qarinah (redaksi kalimat) yang mencegah
suatu kata dari makna aslinya. Adapun perbedaannya terletak pada ‘alaqah, di mana pada majaz
mursal dan majaz aqli, ‘alaqah (hubungan) antara makna asli dan makna baru adalah ghair
musyabahah (tidak ada unsur kesamaan). Sedangkan pada isti‘arah, hubungan antara makna asli
dan makna baru adalah musyabahah (adanya unsur kesamaan).
B. Rukun-rukun Isti’arah
Suatu kalimat dinamakan isti’arah jika terpenuhi tiga unsur berikut:
1. Musta’ar minhu (ِم ْنه )مُسْ َت َعار, yaitu kata yang dipinjam darinya atau musyabbah bih.
2. Musta’ar lahu ()مُسْ َت َعار َله, yaitu kata yang dipinjam untuknya atau musyabbah.
َ الرَّ ْأسُ َش ْيبًا َو َل ْم َأ ُكنْ ِب ُد َع َوا ْش َت َع َل َقا َل َربِّ ِإ ِّني َو َه َن ْال َع ْظ ُم ِم ِّني
اِئك َربِّ َش ِق ًّيا
Artinya: “Ia Berkata "Ya Tuhanku, Sesungguhnya tulangku telah lemah dan kepalaku telah
ditumbuhi uban, dan Aku belum pernah kecewa dalam berdoa kepada Engkau, Ya Tuhanku.” (QS.
Maryam [19]: 4).
Pada contoh pertama, penyair diserupakan dengan burung karena sama-sama bernyanyi yang
َ ) yang artinya berkicau. Sedang pada contoh kedua kata uban
disiratkan dengan kata (غرَّ َد
disamakan dengan api yang sama-sama menyala dan disiratkan dengan kata ( ل َ )ا ْش َت َع.
Dari segi kata pembentuknya, isti’arah dibagi menjadi ashliyyah dan taba’iyyah.
1. Isti’arah Ashliyyah
ت فيه اسما ً جام ًدا ُ
ْ اللفظ الذي َج َر ِإذا كان
Isti’arah ashliyyah adalah apabila lafaz yang tempat berlangsungnya al-isti‘arah itu terbentuk dari
isim jamid. Isti’arah ashliyyah qarinahnya tashrihiyyah.
Contoh:
ل2ِ ْفِي ْال َفص َأ َس ًدا ْت ُ َرَأي
فِي الس ُّْوق َبحْ رً ا ْت ُ َرَأي
ُّ اس م َِن
ِ الظلُ َما
ال ُّن ْو ِر ِإ َلى ت َ ِك َتابٌ َأ ْن َز ْل َناهُ ِإ َلي
َ ْك لِ ُت ْخ ِر َج ال َّن
2. Isti’arah Taba’iyyah
ت فيه ُم ْش َت ًّقا َأ ْو ِفعْ ال ُ
ْ اللفظ الذي َج َر كان
َ ِإذا
Isti’arah taba’iyyah adalah lafaz yang tempat berlangsungnya al-isti‘arah itu terbentuk dari isim
musytaq atau fi’il. Isti’arah taba’iyyah qarinahnya makniyyah.
Contoh:
ال َّشاعِ ُر ِب َقصِ يْدَ ٍة َغ َر َد
َ َأ ْظ َف ت
ار َها ْ َأ ْن َش َب َوِإ َذا ْال َم ِن َّي ُة
الرَّ ْأسُ َش ْيبًا َوا ْش َت َع َل
Dari segi tanda, isti’arah dibagi menjadi murasysyahah, mujarradah, dan muthlaqah.
1. Murasysyahah
ما ُذك َِر معها مُالئم المش َّب ِه ب ِه
Yaitu isti’arah yang disebutkan tanda musyabbah bihnya.
Contoh:
139| MEMAHAMI BALAGHAH DENGAN MUDAH"(dan ingatlah akan) hari (yang pada hari itu)
Kami bertanya kepada Jahannam : "Apakah kamu sudah penuh?" Dia Menjawab :
"Masih ada tambahan?" Percakapan Allah dengan jahannam yang sebenarnya tidak bisa
bicara merupakan penggambaran kengerian, kekerasan dan panasnya jahannam.Al-A’raf: 154
"لةمحروىدهاهتخسنيفوحاولألاذخأبضغالىسومنعتكساملونوبهريمهبرلمهنيذلsesudah amarah Musa menjadi reda, lalu
diambilnya (kembali) luh-luh (Taurat) itu; dan dalam tulisannya terdapat petunjuk dan rahmat
untuk orang-orang yang takut kepada Tuhannya." Sebenarnya “ghadab” (marah) tidak bisa
berbuat seperti manusia “sakata” (diam).e.Penerapan Isti’arah Makniyahdalam Pembuatan
Kalimat1.ةقطانيالحينازحأبKeaadaanku mengucapkankesedihanku. 2.ىفكتمصبكتبيبحبجومكتبطخنعCukuplah
diamnya kekasihmu itumenjawab pinanganmu. 3.“انموياذهثدحترابخألاHari kita ini menceritakan kabar-
kabarnya”4.“هذهةدهاشةرجشالعادوالانبحنعPohon ini bersaksi tentang cinta terakhir kita”5.
"املوتكسذاتسألانعبضغالةديفمةحيصنانحصنDan sesudah amarah ustadz mereda, beliau menasehati kita
dengan nasehat yang berguna"6."دقيقوشبهذنسحأامىإلRinduku telah pergi kepada hal yang lebih positif”7.
“ييحتسيرمقالهرونرهظينأكلجألBulan malu menampakkan cahayanya karena kamu”
141| MEMAHAMI BALAGHAH DENGAN MUDAH3)Dia membawa cindera matayang bagus (oleh-
oleh).4)Kebanyakan lelaki memang buaya darat (suka berbohong pada wanita).5)Fatimah adalah
buah hatiku satu-satunya (Anak kesayangan).b.PenjelasanKalau kita membaca contoh-contoh di
atas, kita dapati kata-kata yang bergaris bawah mempunyai arti yang tidak hakiki (bukan
arti sebenarnya). Bunga desa bermakna gadis cantik, jago merah bermakna api, cindera mata
bermakna oleh oleh, buaya darat bermakna lelaki yang suka membohongi wanita danbuah hati
bermakna anak kesayangan. Semuanya merupakan analogi yang membandingkan dua hal
secara langsung. tetapi dalam bentuk singkat. Istilah tersebut dalam bahasa Indonesia
disebut Metafora. Dalam istilah Balaghah disebut dengan Isti’arah
Tasrikhiyah.c.KaidahIsti’arah Tasrikhiyahadalah gaya bahasa yang membandingkan suatu
hal dengan hal lain yang mempunyai sifat yang sama, sama dengan tashbih, perbedaannya
adalah kalau tashbih kedua hal yang dibandingkan (mushabbah) dan yang dibandingi
(mushabbah bih) disebutkan. Dalam Isti’arah Tasrikhiyah yang disebutkan hanya yang
dibandingi (mushabbah bih).Metafora sebagai perbandingan langsung tidak
mempergunakan kata: seperti, bagai, bagaikan, sehingga pokok pertama langsung dihubungkan
dengan pokok kedua.d.Contoh-Contoh Isti’arah Tasrikhiyah dalam al-Qur’anAl-Baqarah : 257
نممهجرخياونمآنيذاليلواللهتاملظالىإلرونالنممهنوجرخيتوغاطالمهؤايلوأاورفكنيذالوأكئلوأتاملظالىإلرونال(نودالخاهيفمهرانالباحص
)٣٥٢"Allah pelindung orang-orang yang beriman; Dia mengeluarkan mereka dari kegelapan
(kekafiran) kepada cahaya (iman). dan orang-orang yang kafir, pelindung-pelindungnya ialah
syaitan, yang mengeluarkan mereka daripada cahaya kepada kegelapan (kekafiran). mereka itu
adalah penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya."
Muhammad Hafidz|142Peminjaman kata al-zulumat (kegelapan) untuk makna kekafiran atau
kesesatan, sedangankan kata al-nur (cahaya) bermakna iman atau hidayah.Al-Baqarah:256 ٌ
)٣٥٢"يمساللهواهلماصفناالىقثوالةورعالبكسمتسادقفلاَّل بنمؤيوتوغاطالبرفكينمف(ميلعKarena itu Barangsiapa yang
ingkar kepada Thaghut dan beriman kepada Allah, Maka Sesungguhnya ia telah berpegang
kepada buhul tali yang Amat kuat yang tidak akan putus. dan Allah Maha mendengar lagi
Maha mengetahui."Peminjaman kata al-‘urwah al-wusthqa (buhul tali yang kuat) untuk makna
iman yang bersih atau tulus.Al-Maidah : 100(اللمكلعلنوحلفت ْ لقاليوتسيثيبخالبيطالوولوكبجعأةرثكثيبخالاوقتافهلالاييلوأباب
)٠١١"Tidak sama yang buruk dengan yang baik,meskipun banyaknya yang buruk itu menarik
hatimu, Maka bertakwalah kepada Allah Hai orang-orang berakal, agar kamu mendapat
keberuntungan."Peminjaman kata khabith untuk makna haram, dan at-tayyib bermakna
halal.Thaha : 27-28(٣٢)(يلوقاوهقفي٣٢")يناسلنمةدقعللحاوdan lepaskanlah kekakuan dari lidahku, supaya
mereka mengerti perkataanku"Peminjaman kata wahlul (lepaskanlah) bermakna azil
(hilangkanlah), dan ‘uqdah (simpul, jerat) bermakna aib lisan. “Penghilangan aib” diserupakan
seperti melepaskan simpul tali.Asy-Syu’ara : 224-225 )٣٣٥)(نوميهيداولكيفمهنأرتمأل٣٣٤غالمهعبتيءارعشالو(نووا
143| MEMAHAMI BALAGHAH DENGAN MUDAH"dan penyair-penyair itu diikuti oleh orang-orang
yang sesat. tidakkah kamu melihat bahwasanya mereka mengembara di tiap-tiap lembah"e.Faidah
Metafora : Pemakaian atau peminjaman kata al-zulumat (kegelapan), al-nur (cahaya), al-‘urwah}
al-wusthqa (buhul tali yang kuat), khabith, at-tayyib, ‘uqdah (jerat, simpul) bertujuan agar lebih
efektif, dan mudah difahami karena bisa ditangkap indera.f.Penerapan Isti’arah Tasrikhiyahdalam
Pembuatan Kalimat5."رونالىإلتاملظالنمكجرخيدشرمذاتسألاUstadz adalah orang yang menunjukkan jalan,
ia mengeluarkan kamu dari kegelapan menuju cahaya."2."ثيبخالاودعبينأبالطال ٌيمجللقKatakanlah pada
semua murid untuk menjauhi sesuatu yang kotor (menjijikkan)"3.†"يبلقنمقوشالةدقعللحايبيبحايWahai
kekasihku, lepaskanlah jerat rindu ini dari hatiku."4."ءاودهلسيليذالضرمكبلقيفنأتبسحSaya menyangka
dalamhatimu ada sakit yang tidak ada obatnya."1."داوالىإلنيريستتنأوقيرطالىإلكدشرأفيكBagaimana
saya bisa menunjukkan jalan kepadamu, kamuberjalan menuju lembah