Anda di halaman 1dari 13

PEMBAGIAN TASYBIH

(‫التشبيه‬ ‫)أقسام‬

Diajukan untuk memenuhi mata kuliah Ilm Al-Bayan

Dosen Pengampu :

Drs. H. Abdul Ghofar,, MA

Novitasari (11190210000026)

Saiful Fai (11190210000033)

UNIVERSITAS UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA

JURUSAN BAHASA DAN SASTRA ARAB

2021
KATA PENGANTAR

Tiada syukur terlewatkan kepada ALLAH SWT yang telah memberikan nikmat Iman,
Islam, sehat serta Ilmu yang tiada batasnya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini
dengan judul “‫” أقسام التشبيه‬
Sholawat serta salam tercurah limpahkan kepada baginda Alam Nabi Muhammad
SAW. Semoga kita semua mendapatkan syafa’atnya di hari kiamat nanti. Aamiin…
Kami menyadari bahwa dalam proses pembuatan makalah ini masih banyak sekali
kekurangan serta keterbatasan ilmu yang dimiliki, maka dari itu kami ingin mengucapkan
segenap rasa syukur dan terimakasih kepada para penulis yang telah membantu kami dalam
pencapaian sumber kajian makalah ini. Dan kami haturkan terimakasih kepada Bapak Dosen,
Bapak Drs. H. Abdul Ghofar,, MA yang telah membimbing dan mengajarkan mata kuliah Ilm
Al-Bayan. Kami juga mengharapkan kritik serta saran yang membangun kepada para
pembaca naskah ini.

Ciputat, 28 September 2021

Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................. 2


DAFTAR ISI ................................................................................................................. 3
BAB I ............................................................................................................................. 4
A. Latar Belakang .................................................................................................. 4
B. Rumusan Masalah ............................................................................................. 5
C. Tujuan ............................................................................................................... 5
BAB II ........................................................................................................................... 6
a. Tasybih dari Segi Ada atau Tidaknya Adat al-tasybih...................................... 6
b. Tasybih dari Segi Ada atau Tidaknya Wajh Al-syibh....................................... 7
c. Tasybih dari Segi Ada atau Tidaknya Adat dan Wajh al-syibh ....................... 8
d. Tasybih Dilihat dari Bentuk Wajh Al-syibh ..................................................... 9
e. Tasybih yang Keluar dari Kebiasaan ................................................................ 11
BAB III .......................................................................................................................... 12
PENUTUP ..................................................................................................................... 12
A. Kesimpulan ........................................................................................................ 12
B. Kritik dan saran .................................................................................................. 12
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................... 13

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Ilmu balaghah adalah salah satu bidang ilmu dalam kajian sastra Arab, ilmu ini
juga popular dikenal dengan stilistika Arab. Balaghah secara uum adalah ilmu yang
mempelajari tentang bagaimana mengolah kata atau susunana kalimat bahasa Arab yang
indah namun tetap menjaga kejelasan makna dengan juga memperhatikan situasi dan
kondisi saat ungkapan tersebut terjadi. Ilmu balaghah terbagi pada 3 cabang ilmu besar
dan salah satunya adalah ilmu bayan yaitu secara bahasa memiliki arti kiasan.

Salah satu pembahasan dari ilmu bayan adalah tasybih. Gaya bahasa tasybih
merupakan upaya penutur dalam mengungkapkan sesuatu dengan menyerupakan hal
yang ia maksud dengan sesuatu lain yang mempunyai kesamaan efek dan akibat. Tasybih
mempunyai 4 rukun yaitu musyabbah, musyabbah bih, adat tasybih dan wajh al-tasybih
yang mana dari rukun-rukun itu tasybih terbagi pada beberapa bagian.

4
B. Rumusan Masalah
1. Apa saja jenis Tasybih dari Segi Ada atau Tidaknya Adat al-tasybih ?
2. Apa saja jenis Tasybih dari Segi Ada atau Tidaknya Wajh Al-syibh ?
3. Apa jenis Tasybih dari Segi Ada atau Tidaknya Adat Al-tasybih dan Wajh Al-syibh ?
4. Apa saja jenis Tasybih Dilihat dari bentuk Wajh Al-syibh ?
5. Apa saja jenis Tasybih yang Keluar dari Kebiasaan ?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui Tasybih dari Segi Ada atau Tidaknya Adat al-tasybih
2. Untuk mengetahui Tasybih dari Segi Ada atau Tidaknya Wajh Al-syibh
3. Untuk mengetahui Tasybih dari Segi Ada atau Tidaknya Adat Al-tasybih dan Wajh Al-syibh
4. Untuk mengetahui Tasybih dari bentuk Wajh Al-syibh
5. Untuk mengetahui Tasybih yang Keluar dari Kebiasaan

5
BAB II

PEMBAHASAN

Berdasarkan rukun-rukunnya, para ahli balaghah membagi tasybih kedalam beberapa


bagian. Pembagian ini dilihat berdasarkan beberapa sudut pandang sehingga bisa jadi satu
dengan lainnya akan ada persamaan dan perbedaan dan hal tersebut tidaklah mendasar, karena
hal terpenting adalah memahami masing-masing bagian tasybih.

A. Dilihat dari segi ada atau tidak adanya adat tasybih


a. Tasybih mursal
‫وهو الذي تذكر فيه أداة التشبيه‬

Yaitu tasybih yang adat al-tasybihnya disebutkan dalam ungkapan tersebut. Contoh :

‫أنا كاملاء إن رضيت صفاء‬# ‫وإذا ما سخطت كنت هليبا‬

"Bila aku rela, maka aku setengah air yang jernih; dan bila aku marah, maka aku
sepanas api menyala."
Pada bait tersebut penyair menyerupakan dirinya dengan air jernih yang tenang dikala
ia sedang rela, dan ketika marah bagaikan api yang bergejolak, yaitu sebagai sesuatu
yang disukai namun berpengaruh. Pada syair tersebut terdapat ungkapan tasybih yaitu

‫ أنا كاملاء‬, dan adat tasybihnya disebutkan yaitu "‫ " ك‬. Contoh lainnya :

‫سرنا ىف ليل هبيم كأنه البحر ظالما وإرهابا‬

"Aku berjalan pada suatu malam yang gelap dan menakutkan, bagaikan berjalan
ditengah laut."
Pada contoh tersebut, penyair menyerupakan malam yang gelap gulita dengan kondisi
laut yang gelap mencekam. Jika syair tersebut kita perhatikan, sipenuturnya
memyertakan adat tasybih (perangkat) dalam menggabungkan keserupaan dua hal.

Perangkat yang dimaksud diatas yaitu huruf "‫“ كأن‬.

b. Tasybih muakkad
‫وهو الذي حتذف منه أداة التشبيه‬

6
Yaitu tasybih yang adat al-tasybihnya dihilangkan. Contohnya :
‫اجلواد ىف السرعة برق خاطف‬

"Kecepatan kuda balap itu bagaikan kilat yang menyambar"


Pada contoh tersebut kuda balap diserupakan dengan kilat yang menyambar. Dan
dalam contoh itu tidak disebutkan adat al-tasybihnya, hal ini dimaksudkan untuk
menguatkan anggapan bahwa pihak musyabbah adalah pihak musyabbah bih itu
sendiri. Contoh lain :
‫ حنن نبت الرباء وأنت الغمام‬# ‫أين أزمعت أيهذ اهلمام؟‬

"Kemanakah tuan hendak menuju, wahai raja yang pemurah? # kami adalah tumbuh-
tumbuhan pegunungan dan tuan adalah mendung"
Pada syiir tersebut terdapat ungkapan tasybih yaitu pada ungkapan ‫ا وأنت‬FF ‫حنن نبت الرب‬

‫ الغمام‬dan tidak ada adat al-tasybihnya sehingga dinamakan tasybih muakkad.

B. Dilihat dari segi ada atau tidak adanya wajh al-syibh

a. Tasybih mufashshal
‫هو الذي يذكر فيه وجه الشبه‬

Yaitu tasybih yang dalam rangkaian sebuah ungkapan wajh al-syibhnya jelas
disebutkan. Contohnya :
‫ إرهامه والليث ىف إقدامه‬# ‫كالسيف ىف إخدامه والغيث ىف‬

"Laksana pedang tajamnya, laksana hujan lebatnya, laksana singa beraninya"


Dari ungkapan tersebut terdapat 3 uslub tasybih dan ketiganya wajh al-syibhnya

disebutkan yaitu berupa kata " ‫ "ىف إرهامه‬, "‫ “ ىف إخدامه‬dan "‫“ ىف إقدامه‬. Dengan demikian

dinamakan tasybih mufashshal. Contoh lainnya :


‫ وألفاظه كالعسل حالوة‬# ‫كالمه كالدر حسنا‬

"Kalimatnya seperti mutiara dalam hal baiknya dan kata-katanya seperti madu dalam
manisnya"
b. Tasybih mujmal

7
‫هو الذي ال يذكر فيه وجه الشبه‬

Yaitu tasybih yang dalam rangkaian sebuah ungkapan wajh al-syibhnya tidak jelas
disebutkan. Contohnya :
‫إمنا الدنيا كبيت نسجة من عنكبوت‬

Dalam ungkapan tersebut musyabbahnya = ‫دنيا‬FF‫ ال‬, musyabbah bihnya =‫جة من‬FF‫بيت نس‬

‫وت‬FF ‫ عنكب‬, sedangkan wajh al-syibhnya tidak disebutkan. Contoh lainnya, perkataan

Ibnu Mu'tazz : ‫وكأن الشمس املنرية دينار جلته حدائد الضراب‬

"Matahari yang bersinar itu sungguh bagaikan dinar (uang logam) yang tampak
kuning cemerlang berkat tempaan besi cetakannya"
Dalam ungkapan tersebut, Ibnu Mu'tazz menyerupakan matahari ketika terbit dengan
dinar yang baru saja selesai dicetak. Ia tidak menyebutkan wajh al-syibhnya, yakni
warna kekuning-kuningannya yang mengkilat.

C. Dilihat dari segi ada atau tidak adanya adat tasybih dan wajh al-syibh

a. Tasybih baligh
‫وهو التشبيه الذي يذكر فيه املشبه واملشبه به فقط‬

Yaitu tasybih yang dalam rangkaian sebuah ungkapan tidak menyebutkan adat al-
tasybih dan wajh al-syibhnya, disebut baligh karena untuk mencari wajh al-shibnya
dibutuhkan pemikiran yang mendalam. Contohnya dalam Al-Quran surat Al-Ahzab
ayat 6 :
‫النيب أوىل باملؤمنني من أنفسهم وأزواجه أمهتهم‬

Musyabbah = ‫لم‬FF ‫ه وس‬FF ‫لى اهلل علي‬FF ‫ول ص‬FF ‫ أزواج الرس‬, musyabbah bih = ‫ات‬FF ‫ األمه‬, dan adat al-

tasybih dan wajh al-syibhnya tidak disebutkan. Contoh lain :


‫أنت مشس أنت بدر أنت نور فوق نور‬

"Engkau adalah matahari, engkau adalah bulan, engkau adalah cahaya diatas cahaya".
b. Tasybih ghairu baligh
Yaitu tasybih yang merupakan kebalikan dari tasybih baligh.

8
D. Dilihat dari bentuk wajh al-syibbhnya

a. Tasybih tamtsil
‫هو ما كان فيه وجه الشبه صورة مركبت من أجزاء‬

Yaitu tasybih yang wajh al-syibhnya adalah gambaran dari sesuatu yang tidak tunggal
(berbilang). Contohnya :
‫ كغنقود مالحية حني نورا‬# ‫وقد الح بالفجر الثرايا كما ترى‬

"Dan sungguh bintang tsuroyya telah terbit pada waktu fajar, sebagaimana kamu
lihat, seperti tangkaian anggur (putih dan panjang bijinya) ketika berbunga."
Dalam syair tersebut, wajh al-syibhnya merupakan sifat yang terdiri dari warna putih,
bertangkaian, kecil-kecil dan bulat, dalam pandangan mata. Contoh lainnya :
‫ ىزهر ىف الشطني فصال‬# ‫واملاء يفصل بني روض ال‬

‫ أيدى القيون عليه نصال‬# ‫كبساط وشي جردت‬

"Sungai yang memisahkan taman bunga itu pada kedua pinggirnya, bagaikan baju
sulaman yang dihamparkan, sedangkan diatasnya tergeletak sebilah pedang yang
telah terhunus dari sarungnya."
Dari syiir tersebut Abu Firas menyerupakan keadaan air sungai, yaitu air yang
membelah taman menjadi dua bagian dikedua pinggirnya, yang dihiasi oleh bunga-
bunga berwarna-warni yang tersebar diantara tumbuh-tumbuhan hijau segar,
diserupakan dengan pedang berkilau yang dihunus oleh pembuat senjata, lalu
diletakkan diatas kain sutra yang bersulaman aneka warna. Dari paparan ini, dapat
diketahui bahwa Abu Firas ingin menyerupakan suatu keadaan yang ia lihat dengan
keadaan lain yang ia bayangkan. Maka wajh al-syibhnya adalah gambaran secara
menyeluruh.
b. Tasybih ghair tamtsil
‫هو ما كان فيه وجه الشبه مفردا سواء كان واحدا أو متعددا‬

Yaitu tasybih yang wajh al-syibhnya tidak terdiri dari rangkaian gambaran beberapa
hal. Wajh al-syibh pada tasybih ghair tamtsil hanya terdiri dari satu hal/mufrod.
Tasybih ini merupakan kebalikan dari tasybih tamtsil. Contohnya :

9
‫وما املرء إال كالشهاب وضوءه يوايف متام الشهر مث يغيب‬

"Tidaklah seseorang itu seperti bulan dan cahayanya yang menempati sebulan penuh
kemudian menghilang. "
Dari contoh tersebut, wajh al-syibhnya yaitu kondisi "cepatnya binasa", penyair
mengambil keadaan tersebut dari pemaknaan penggalan bait terakhir pada syair itu.

Munculnya kalimat "‫هر‬FF‫ “ متام الش‬adalah merupakan proses dari keadaan cahaya bulan

yang berangsur-angsur yakni dimulai dari kemunculan bulan pertama "‫ “ هالل‬hingga

bulan purnama ‫در‬FF ‫"ب‬.” Dalam kondisi demikian tetap dikategorikan tunggal (tidak

berbilang). Contoh lainnya :


‫املرءة الصاحلة ىف هذا الزمان كالكربيت األمحر‬

"Perempuan shalihah pada zaman ini seperti belerang merah."


Dalam kalimat itu, wajh al-shibnya merupakan sifat yang tidak terdiri dari hal-hal
yang berbilang, yaitu kelangkaannya.
c. Qarib mubtadzil adalah tasybih yag ketika terjadi peralihan pandangan pembicara
dari musyabbah menuju musyabbah bih tidak membutuhkan pemikiran mendalam, ini

diarenakan wajh al-syibbhnya sudah jelas, contohnya : ‫خدك كالورد ىف احلمرة‬

"Pipimu seperi bunga mawar dalam hal merahnya."


f. Ba'id gharib adalah tasybih yang ketika terjadi peralihan pandangan pendengar
membutuhkan pemikiran mendalam, hal ini karena samarnya wajh al-syibbh dan
banyak rinciannya, langkanya musyabbah bih karena berupa wahm, murakkab
khayali atau murakkab aqli, contoh :
1. Menyerupakan matahari dengan kaca cermin ditelapak tangan orang yang lumpuh
(banyak rinciannya), karena bentuknya yag bulat, dan rupanya yang berkilau tidak
dapat dipandang oleh mata
2. Menyerupakan sesuatu degan taring hantu (wahm)
3. Menyerupakan bendera yaqut dengan batang zabarjud (murakkab khayali)

E. Tasybih yang keluar dari kebiasaan/kaidah

10
a. Tasybih maqlub
Yaitu tasybih yang posisi musyabbahnya dijadikan musyabbah bih, sehingga yang
seharusnya musyabbah menjadi musyabbah bih dan yag seharusnya musyabbah bih
menjadi musyabbah dan anggapan wajh al-syibh pada musyabbah lebih kuat.
Contohnya :
‫ وجه اخلليفة حني ميتدح‬# ‫وبدا الصباح كأن غرته‬

"Telah terbit fajar, cahayanya seakan-akan wajah khalifah ketika menerima pujian."
Dalam syiir tersebut, terangnya fajar diibaratkan dengan wajah khalifah, padahal
seharusnya sebaliknya. Pada tasybih yang biasa, wajah khalifah disamakan dengan
fajar yang menyingsing. Pembalikan posisi antar musyabbah dan musyabbah bih
pada tasybih maqlub dilakuan untu memberi gambaran bahwa kecerahan wajah
khalifah sangat kuat.
b. Tasybih dhimniy, yaitu tasbih yang kedua tharafnya (musyabbah dan musyabbah
bihnya) tidak dirangkai dalam betuk tasybih seperti yang sudah dijelaskan
sebelumnya dan bahwa susunan kalimatnya tidak disertakan adat al-tasybih, hanya
saja dalam susunan kalimat keduanya berdampingan. Contohnya :
‫ العاىل‬F‫ال تنكري عطل الكرمي من الغن فالسيل حرب للمكان‬

"jangan kau ingkari bila melihat orang dermawan yang tidak memiliki kekayaan,
sebab banjir adalah musuh ditempat yang tinggi."

BAB III
PENUTUP

11
A. Kesimpulan
Tasybih dilihat dari segi ada atau tidak adanya adat tasybih ada dua macam tasybih yaitu
tasybih mursal dan tasybih muakkad. Dilihat dari segi ada atau tidak adanya wajh al-syibh
tasybih ada dua yaitu tasybih mufashshal dan tasybih mujmal. Jika dilihat dari segi ada atau
tidak adanya adat al-tasybih dan wajh al-syibhnya maka tasybih ada dua macam yaitu
tasybih baligh dan tasybih ghairu baligh. Sedangkan apabila dilihat dari bentuk wajh al-
syibhnya ada empat yaitu tasybih tamtsil, ghair tamtsil, Qarib mubtadzil dan ba’id gharib.
Ada dua jenis tasybih yang keluar dari kebiasaan yaitu tasybih maqlub dan tasybih dhimniy.

B. Kritik dan saran


Dalam menyusun makalah ini penulis telah mengusahakan untuk menyajikan hasil yang
terbaik. Namun, mungkin dalam pelaksanaannya masih terdapat kelalaian dan kekurangan.
Untuk itu kami mohon dibukakan pintu maaf atas kesalahan-kesalahan tersebut dan meminta
pembaca untuk memberikan kritik dan sarannya yang membangun.

DAFTAR PUSTAKA

12
Al-Jarim Ali dan Amin Musthafa, Terjemahan Al-Balaaghatul Waadihah, 2018. Bandung: Sinar Baru
Algensindo, hlm. 25-30

١٠-٧٥ .٢٠٠٠٦ ،)‫ تسري البالغة (علم البيان‬،‫البحريي أسامة‬

Suryaningsih Iin dan Hendrawanto. "Tasybih dalam Manuskrip 'Syarh Fi Bayan Al-Majaz Wa Al-Tasybih
Wa Al-Kinayah". Jurnal Al-Azhar Indonesia Seri Humaniora 4, no.1 (Maret 2018): 1-9

Khamim dan Subakir H. Ahmad, Ilmu Balaghah, 2018. Kediri: IAIN Kediri Press, hlm. 111-125

Sagala Hj. Rumadani, Balaghah, 2016. Lampung, hlm. 38

13

Anda mungkin juga menyukai