DISUSUN OLEH :
ISNA ALFIANI HASIBUAN (11190210000009)
NOVITA SARI (11190210000026)
DOSEN PEMBIMBING :
Dr. A. Asdari, M.Ag
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayahnya sehimgga kami
dapat menyelesaikan tugas makalah Ilmu Nahwu ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Dosen pada mata
kuliah Ilmu Nahwu. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang
pengertian Ilmu Nahwu bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Kami mengucap terima kasih kepada Bapak Dr. A. Asdari, M.Ag selaku Dosen mata kuliah Ilmu
Nahwu yang telah memberikan tugas sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan
sesuai dengan bidang study yang kami tekuni.
Kami juga mengucap terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian
pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,
kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan makalah ini.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI............................................................................................................................ ii
A. Kesimpulan .......................................................................................................14
B. Penutup .............................................................................................................14
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Dalam bahasa Arab sering pula kita jumpai kalimat sempurna dan kalimat tidak
sempurna, misalnya kalimat yang didahului oleh isim dan berada diawal kalimat yang biasa
disebut Mubtada dan bagian yang melengkapinya disebut Khobar. Mubtada dan Khobar sering
juga disebut dasar-dasar kalimat jumlah ismiyah dan keduanya merupakan suatu kesatuan yang
tidak dapat dipisahkan. Dalam pelajaran bahasa Indonesia, jika Mubtada sebagai subjek, maka
khobar sebagai predikat yang menjadi pelengkap kalimat sebelumnya, tanpa khobar maka tidak
akan menjadi kalimat yang sempurna.
Berdasarkan latar belakang diatas maka kita harus mempelajari kaidah Ilmu Nahwu
secara mendalam dan memahami bagaimana cara penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.
2. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian di dalam latar belakang, rumusan masalah dalam makalah ini adalah
sebagai berikut :
1) Apa pengertian Mubtada dan Khobar?
2) Apa saja Kriteria Mubtada dan Khobar?
3) Sebutkan Pembagian Mubtada dan Khobar?
3. Tujuan Penelitian
Berdasarkan permasalahan yang telah dikemukakan diatas, maka tujuan yang ingin dicapai
dalam makalah ini adalah sebagai berikut :
1) Memahami pengertian Mubtada dan Khobar.
2) Mengetahui Kriteria Mubtada dan Khobar.
3) Mengetahui pembagian Mubtada dan Khobar.
1
BAB II
PEMBAHASAN
ّ ًو اإلسم ادلرفوع:الخبر
يكون مع ادلبتدأ مجلة مفيدة
“ Khobar adalah isim yang dirafa‟kan, yang bersama mubtada ia membentuk kalimat
sempurna.”
Mubtada: adalah isim yang dirafa‟kan yang berada diawal kalimah yang sepi dari
pada „amil lafadz dan hukumnya rafa‟.
2
d. Menurut „imrity
رلرد
ّ كل لفظ عامل
ّ عن# ادلبتدأ اسم رفعي مؤيّد
“ Mubtada adalah isim yang dibaca rafa‟ yang disepikan dari amil-amil lafdziyah.”
Mubtada adalah isim yang terletak diawal kalimah dan dibaca rafa‟ yang sepi dari amil-
amil lafdziyah.
Khobar adalah isim yang dibaca rafa‟ yang disebutkan sesudah mubtada yang berfungsi
sebagai penyempurna makna mubtada.
Ahmad Bachmid, اإلعراب المعجم في, Pertama (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2018).
1
3
Dan suatu jumlah yang tersusun dari mubtada dan khobar disebut dengan jumlah
ismiyyah.
dengn masdarnya yaitu صومكم. Syaratnya hanya satu yaitu harus diawali
4
dengan أنdan disambung dengan mudhore, maka susunan tersebut bisa
diganti menjadi isim.)2
b. Dibaca Rafa‟ (Al Marfu‟)
Yang merofakan mubtada adalah ibtida (yang menjadi permulaan) yang disebut
padamu)
Amil Zaidah yaitu amil yang wujudnya di dalam kalam sama denga tidak
wujudnya, karen tidak memiliki makna.
Amil Sibih Zaidah yaitu amil-amil lafadz yang wujudnya di dalam kalam
tidak seperti tidak adanya, karena memiliki makna, namun tidak memiliki
ta‟alluq (hubungan makna) dengan lafadz lain.
d. Terletak diawal kalimah. Tetapi terkadang juga diakhirkan (مأخر )مبتدأyaitu jika
isim sifatnya tasniah dan sesudahnya juga tasniah, maka isim sifat= خرب مقدم
2
Sholihuddin Shofwan, Pengantar Memahami Al-Ajurumiyyah (Lirboyo: Darul Hikmah, 1999).
3
Abu Ahmad AL-Murtajim, Terjemah Mulakhos (Jakarta, 2015).
5
e. Mubtada harus ma‟rifat (definit/diketahui), kecuali pada keadaan-keadaan:
a) Apabila disifati, contoh: رجل كرمي عودها (ada lelaki mulia disisi kami).
c) Apabila didahului oleh penafi. Contoh: مااامل هاجح (orang dzolim tidak
d) Apabila didahului oleh istifham. Contoh: ًل رجل فيكم؟ (apakah ada
sakit) asalnya زيد دهف (Zaed dibuang karena sudah ada dalam
عودكما
koran dan seterusnya. Contoh: حاالت رفع اإلسم (posisi rofa‟nya isim).
Tersiratnya: موقفوا صرب مجيل (sikap kami adalah bersabar dengan sabar
yang indah)
2. Kriteria khobar
a. Berupa kalimah isim. Hal ini mencakup 2 macam:
Kalimah isim yang shorih (jelas).
(kelakuan/kebiasaan zaid itu apabila melakukan hal ini). Ditawil: فعل كذا
b. Keserasian mubtada dan khobar dalam hal jumlah (Mufrod, tasniah dan jama‟)
dan jenis (mudzakar dan muanats) contoh:
اذا كان ادلبتدأ مجعا لغًن عاقل جيوز االخبار عوي باجلمع وبادلفرد ادلؤهّث
5
AL-Murtajim, Terjemah Mulakhos.
7
“ Jika mubtada berupa jama‟ muanats tidak berakal, maka khobarnya boleh
berupa jama‟ dan mufrod muanats.”
6
Contoh:مورقات الشجرات
ّ atau الشجرات مورقة
ّ
6
Ali Al-Jarim dan Musthofa Amin, Nahwu Wadih Jilid 3 (Rembang: Al-Hidayah Surabaya, 2002).
8
Apabila hendak menonjolkan makna khobar. Contoh:
dhamah.
Apabila mubtada dan khobar didahului oleh huruf nafi/istifham dan
muakhor.
Apabila khobar berupa Syibhi Jumlah dan mubtadanya ma‟rifat. Contoh:
السمامة
ّ عين
ّ ّ(يف التpada kehati-hatian itu ada keselamatan) penjelasan:
عين
ّ ّ = يف التJar wa majrur khobar muqadam السمامة
ّ = mubtada muakhor
marfu‟ dengan dhamah.
g. Khobar boleh dibuang. Contoh membuang khobar yaitu didalam menjawab
pertanyaan, contoh:
)) ((زًرة رلتهد: ((زًرة)) أي: فيقال يف اجلواب,)) ((من رلتهد؟: وتقول7
h. Khobar wajib dibuang dibeberapa tempat:
7
جامع الدروس العربية,( مصطفى الغاليينىKairo: 7002 ,)شركة القدس.
9
لوالالطّبيب موجود ماشفي ادلريض
Apabila mubtada menunjukan sumpah secara jelas. Contoh:
حنن, اها,اهنت
ّ , اهت, اهتم, اهتما, اهت,ًن
ّ , ًي, ًم, مها,ًو
Contoh: اها قائم – ًو مدرس – ًي مدرسة
ّ ّ
8
Shofwan, Pengantar Memahami Al-Ajurumiyyah.
10
2. Pembagia khobar.
Dasarnya: حاوية معىن الّذي سيقت لي# ومفردا يأيت ويأيت مجلي
a) Khobar mufrod
مثىن أو رلموعا
ّ وًو ماليس مجلة والشبيها هبا ولو كان
“ Yaitu khobar yang tidak berupa jumlah atau yang serupa jumlah (dzorof/jer
majrur), walaupun berupa isim tasniah atau jama‟.”
Catatan: Mufrod disini adalah tunggal, tetapi bukan tunggal secara makna
melainkan secara jumlah kata tersebut. Contoh:
musytaq, dan khobar yang tidak bisa ditasrif. Contoh: ًذا بابserta kata yang
lafadznya sepi dari dhomir yang kembali pada mubtada. Contoh: زيد اخوك
2) Khobar mufrod musytaq, yaitu khobar yang berupa lafadz-lafadz yang
tercetak dari masdar seperti isim fail, maful dan lainnya. Khobar ini wajib
mengandung dhomir yang ruju‟ (kembali) pada mubtada yang wajib disimpan.
Contoh: زيد قام ابوى (Zaid ayahnya berdiri). Penjelasan: Dalam contoh
tersebut, jumlah قام ابوى yang tersusun dari fiil dan fail, kedudukannya
يف ال ّدار adalah jar majrur yang kedudukannya sebagai khobar shibih
maka tidak bisa dijadikan khobar. Contoh: زيد بك. Penjelasan: lafadz
ini tidak bisa difahami maknanya jika tidak menyebutkan
12
Dhorof. Disyaratkan berupa dhorof yang tam, yaitu yang maknanya
bisa difahami tanpa menyebutkan mutaallaqnya. Contoh: زيد عودك
(Zaid disisimu), ini adalah contoh dhorof makan. Catatan: Isim
zaman tidak boleh dijadikan khobar kalau mubtadanya isim dzat,
contoh: خالد ليما (ini tidak bisa karena tidak bermanfaat/ tidak
13
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Mubtada adalah isim yang terletak diawal kalimah dan dibaca rafa‟ yang sepi dari amil-amil
lafdziyah. Sedangkan khobar adalah isim yang dibaca rafa‟ yang disebutkan sesudah
mubtada yang berfungsi sebagai penyempurna makna mubtada. Dan suatu jumlah yang
tersusun dari mubtada dan khobar disebut dengan jumlah ismiyyah.
Kriteria Mubtada ada 6, diantaranya: Berupa kalimah isim, dibaca rofa‟, disepikan dari amil-
amil lafdziyah, terletak diawal kalimah, mubtada harus ma‟rifat dan mubtada tidak boleh
dibuang apabila sudah diketahui.
Kriteria Khobar ada 8, diantaranya: Berupa kalimah isim, keserasian mubtada dan khobar
dalam hal jumlah (Mufrod, tasniah dan jama‟) dan jenis (mudzakar dan muanats), Khobar
harus bisa menyempurnakan pada ma‟na mubtada, dibaca rafa‟, berbentuk Nakiroh
(identitif/belum diketahui), terletak setelah mubtada, Khobar boleh dibuang dan khobar wajib
dibuang dibeberapa tempat tertentu.
Mubtada dibagi menjadi 2, yaitu mubtada isim dzohir dan mubtada isim dhomir. Sama
halnya dengan mubtada khobarpun terbagi menjadi 2, yaitu khobar mufrod (jamid dan
musytaq) dan khobar ghairu mufrad (dzorof, jer majrur, jumlah ismiyah dan jumlah fi‟liyah).
B. Saran
Maka dengan adanya materi “ Mubtada dan Khobar”. Marilah kita memahami mendalam
tentang Ilmu Nahwu, agar lebih memahami bahasa Al-Qur‟an, karena pada dasarnya Ilmu
Nahwu adalah sebagai alat pengantar dalam pembelajaran Bahasa Arab.
Penulis menyadari bahwa makalah ini banyak kekurangan baik dari segi materi maupun dari
segi penulisan. Kami mengharap kritik dan saran dari pembaca ynag membangun demi
perbaikan makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kami khususnya dan
umumnya bag para pembaca.
14
DAFTAR PUSTAKA
Al-Jarim, Ali, dan Musthofa Amin. Nahwu Wadih Jilid 3. Rembang: Al-Hidayah Surabaya,
2002.
AL-Murtajim, Abu Ahmad. Terjemah Mulakhos. Jakarta, 2015.
Bachmid, Ahmad. اإلعراب ادلعجم يف. Pertama. Jakarta: UIN Jakarta Press, 2018.
Shofwan, Sholihuddin. Pengantar Memahami Al-Ajurumiyyah. Lirboyo: Darul Hikmah, 1999.
دار انأمٌن: جومباهج. ألفية ابن مالك. زلمد مجال الدين,ابن مالك, t.t.
جامع الدروس العربية. مصطفى,الغماييىن. Kairo: 7002 ,شركة القدس.
15