A. Pengertian Saja’
Saja’ secara bahasa bearti ungkapan yang berirama, atau ungkapan
atau lebih atas salah satu hurufnya atau dua huruf yang berdekatan atau lebih 1.
Saja’ berada dalam sebuah syi’ir (puisi) sebagaimana juga ia berada dalam
salah satu huruf sebagaimana dalam Firman Allah SWT surah Ath Thuur ayat
1-4:
Dan Firman Allah Azza Wa Jalla dalam surah Al ‘Aadiyaat ayat 1-3:
1 Basyuni Abdul Fatih Fayud, Ilmu Badi, Cet. Ke-III, (Qaahirah, Universitas Al Azhar, 1998), Hlm
289.
berdekatan. Dan sebagaimana juga Firman Allah SWT dalam surah Qaaf ayat
1-2:
berdekatan.
yaitu saja’ itu tidak ada kecuali pada prosa (natsar), dan ia tidak ada juga
kecuali pada persesuaian antara kedua fashilahnya atau lebih atas salah satu
hurufnya, maka saja’ itu bukanlah sesuai atas huruf-huruf yang berdekatan.
prosa atas salah satu hurufnya dan ini semakna dengan perkataan Sukaaki,
yaitu saja’-saja’ itu ada dalam sebuah prosa seperti irama-irama dalam sebuah
syi’ir, dan sebelumnya kami telah menyebutkannya, karena saja’ itu ada
dalam sebuah syi’ir sebagaimana juga ia ada dalam sebuah prosa, karena
mereka para ahli balaghin telah memjadikan saja’ itu sesuai atas huruf-huruf
yang berdekatan.
kalam natsar atas satu huruf yang akhir3. Saja’ yang ada pada fashilah dalam
dalam kalam natsar itu menyerupai qafiah (akhir bait) dalam kalam sya’ir.
seimbang, dan sajak tidak indah kecuali rangkakaian kalimatnya bagus, tidak
(kalimat akhir) dari natsar dengan satu huruf. Adapun saja’ dalam fashilah
(kalam akhir) dari natsar itu menyerupai qofiah pada syair, (pada wazan,
saja’ juga bearti cocoknya huruf akhir dua Fashilah atau lebih6.
saja’ itu adalah sesuai kedua fashilahnya atau lebih dalam kalam natsar atau
syi’ir.
4 Ali Al-Jarim dan Mustafa Amin, terjemahan Al-Balaaghatul Waadhilah, (Sinar Baru Algensido,
Bandung, 2014) Hlm 391.
5Abdurrahman Al-Ahdori, Terjemah Jauharul Maknun, (Mutiara Ilmu, Surabaya, 2009), Hlm 145.
6 Ali Al-Jarim dan Mustafa Amin, terjemahan Al-Balaaghatul Waadhilah, (Sinar Baru Algensido,
Bandung, 2014) Hlm 391.
Fashilah adalah kata yang ada di akhir kalam atau ayat yang menyerupai
qafiah dalam bait. Dan selamanya fashilah itu dimatikan huruf akhirnya
kalimat yang ada diakhir, atau berupa huruf akhir dari kata tersebut8.
3. Faqrah
Faqrah adalah tempat berhentinya suatu fashilah (kata akhir), sedangkan
1. Saja’ yang paling baik adalah sajak yang kedua faqrohnya (kedua
penggalan kalam atau ayat-ayatnya) itu sama (tidak ada yang lebih
banyak). Seperti dalam Firman Allah Swt dalam surah Al-Waqi’ah ayat
28-29:
2. Urutan berikutnya adalah saja’ yang faqrohnya yang kedua lebih banyak
dan lebih panjang dari faqroh pertamanya. Seperti dalam Firman Allah
3. Urutan berikutnya adalah saja’ yang faqroh pertamanya lebih banyak dari
baik. Dan saja’ juga dinilai baik jika mudah, terlepas dari unsur-unsur
kesulitan dan dibuat-buat. Seperti dalam Firman Allah Swt dalam surah
Al-Fiil 1-2:
Saja’ juga tidak akan bagus kecuali terpenuhi empat hal berikut ini,
yaitu11:
1. Hendaknya kata-kata yang digunakan itu mudah, ringkas atau jelas, dan
lafadz tersebut mengikuti makna tersebut, maka jika engkau melihat saja’
11 Rofiah, Saja’ dalam Surah Nuh (Skripsi, UIN Sunan Ampel) Hlm 22.
cara penambahan atau pengurangan pada lafadz-lafadznya, maka
makna yang berubah atau berbeda yang dijelaskan atau ditunjukkan oleh
saja’ yang lain sehingga saja’ tersebut tidak terulang-ulangi dengan tanpa
D. Jenis-Jenis Saja’
natsar (prosa) dan Syi’ir (Puisi), dan sebagiannya menkhususkan pada syi’ir
maka jenis-jenis saja’ yang disekutukan dari keduanya itu ada tiga12:
1. Saja’ Mutharraf
Yaitu saja’ yang kedua fashilahnya atau lebih berbeda dalam wazannya,
tetapi cocok dalam huruf akhirnya (qafiah). Seperti Firman Allah Swt
12 Basyuni Abdul Fatih Fayud, Ilmu Badi, Cet. Ke-III, (Qaahirah, Universitas Al Azhar, 1998), Hlm
292.
Maka wazan ()يوقيثثارراberbeda dengan wazan ()أيطثي ثيواررا dan dalam satu qafiah
(sama) yaitu huruf ra’, sebagaimana juga dalam QS An- Naba’; 6-7):
dan juga dalam syi’ir Abi tamaam:
ض به يثيددي وأييويرىَ بدده يزنيددي يتللىَّ به ريشددي وأيثَيثر د د
ت بده ييديي وفا ي
يي ي
د
Maka kata شدي د
ير يdan ييديي, berbeda wazannya, dan sama qafiahnya, adapun
kata يثيثددي,يريشثدديdan ييثدديي, maka sama dalam qafiah dan wazannya, maka
2. Saja’ Murashasha’
Yaitu saja’ yang lafadz-lafadz dari salah satu di antara dua faqrohnya
wazan dan qafiahnya. Seperti dalam Firman Allah Swt dalam surah Al-
Dan Hadits Rasulullahu Saw: (pada suatu hari ada seorang hamba yang
memberi salam kepadanya tiada lain ia adalah kedua malaikat yang turun
ع=ُيع س
berikut: طبععع َ العسسعماعع=ُالعسسعجا ع،َ برعزعوارجرر=ُبررجعزارهرر،عوسعرظره =ُ لعسفرظره
َ يعسقعر ع،ع
bila pada saja’ di atas lafadz Al-Asma’ diganti lafadz Al-Aadzan yang
artinya telinga.
3. Saja’ Mutawazi
Yaitu saja’ yang sama dalam kedua fashilahnya baik wazan maupun
dalam syi’irnya:
فيثنييحين ف يجيذلل يوالريويم ف يويجلل والبيثر ف يشغيلل والبييحير ف يخيجلل
Maka sathar (separo bait) pertama itu saja’ mutawazi, dan sathar kedua
saja’ Murashsha’.
Qorinahnya ada dua, yaitu kata سث ثثرور مرفوعث ثثةdan أكث ثواب موضث ثثوعة, kata “sururun”
Contoh:
صيفا فا اليعادصيفات
عييرفا واليرسلت يع ي
مفعلتاdan yang kedua bewazan فاعلتا, akan tetapi qofiahnya sama, yaitu
Ta’.
fashilah-fashilah itu dan demikian itu tidak sempurna pada setiap gambarnya
kecuali berhenti, dan bentuknya sukun16. Seperti ungkapan Qus Bin Saa’idah
al-Iyaadi, yaitu:
ت ل
ِ يو يكرل يما يهيو ات ا ي،ت
ت يفا ي
ِ يويمين يما ي،ت
ش يما ي
يمين يعا ي....
saja’ itu, maka تاdari kata ماتا و فاتاditulis atau digambar fatha dan dari kata
16Basyuni Abdul Fatih Fayud, Ilmu Badi, Cet. Ke-III, (Qaahirah, Universitas Al Azhar, 1998), Hlm
295.
اتاditulis atau digambar kasrah mannunah, dan demikian itu kalkulasi
pembuatan harkat-harakat I’rab atau bentuk akhir suatu fashilah, dan demikian
Saja’ qashir yaitu kata yang terdiri dari suatu ungkapan yang sedikit,
dan dimulai dari dua kata dan diakhiri dengan tujuh kata sampai sepuluh
dimulai dari sebelas kata dan diakhiri sampai dua puluh kata maka
panjang atau pendek maka terbagi lagi menjadi tiga18, yaitu panjang,
pertengah, dan pendek, maka pendek dimulai dari dua kata sampai
empat kata dalam suatu faqrahnya, pertengahan dimulai dari lima kata
dengan dua kata sampai dua puluh kata atau yang mendekatinya.