Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH

BALAGHAH

“FASHAHAH”

Makalah sebagai syarat untuk tugas mata kuliah BALAGHAH

DOSEN PENGAMPU : Isnol Khotimah, M, Pd

OLEH :

RAHMATUL AZIZ

PROGRAM STUDY PENDIDIKAN BAHASA ARAB

FAKULTAS AGAMA ISLAM UNIVERSITAS NURUL JADID

TAHUN AKADEMIK 2018-2019


KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT. Yang telah melimpahkan
hidayah serta taufiq-Nya sehingga kita senatiasa dapat tetap istiqomah dalam
menjalankan perintah-perintah-Nya serta penulis dapat menyelesaikan karya ini.

Sholawat dan salam semoga selalu tercurahkan kepada junjungan kita Nabi
Muhammad SAW, beserta keluarganya, sahabatnya, dan semoga tercurah kepada
kita selaku ummatnya. Amin.

Selanjutnya, penulis berterimakasih kepada seluruh pihak yang telah


berkontribusi khususnya untuk dosen pembimbing dan umumnya untuk semua
yang telah memberikan bantuan baik materi, do’a, maupun pikiran hingga karya ini
dapat tersusun hingga selesai.

Menafsirkan ayat-ayat Alquran yang sangat indah dan sangat sarat ilmu di
setiap katanya tidaklah mudah. Ditambah, Alquran merupakan mukjizat terindah
dan teragung yang diberikan kepada Nabi Muhammad SAW sebagai pedoman
hidup umat manusia. Hal itulah yang merupakan salah satu faktor pendorong
manusia untuk mengusai ilmu-ilmu yang dapat membawanya memahami,
mengeruk dan memaknai Alquran secara rinci.

Berangkat dari sebuah proses penalaran, ilmu balaghoh merupakan suatu


disiplin ilmu yang berdasarkan kepada kejernihan jiwa dan ketelitian menangkap
keindahan dan kejelasan perbedaan yang samar diantara macam-macam ungkapan.
Setelah ilmu nahwu dan ilmu shorof, ilmu balaghoh adalah ilmu yang mutlaq, yang
harus dikuasai seseorang untuk dapat memahami, mengeruk dan memaknai
Alquran secara rinci.

Maka dari itulah, kami sebagai penulis akan membahas beberapa aspek
dalam ilmu balaghoh sebagai penunjang, umumnya bagi para pembaca khususnya
untuk penulis untuk mengenal dan memahami ilmu balaghoh agar selanjutnya dapat
membawa kita semua memahami, mengeruk dan memaknai Alquran secara rinci.

Semoga karya ini dapat dipahami oleh semua kalangan, khususnya bagi para
pembaca agar dapat menambah pengetahuan, pengalaman, wawasan bagi para
pembaca, dan untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah
isi karya ini agar menjadi lebih baik lagi.

Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman, penulis yakin


masih banyak kekurangan dalam karya ini, Oleh karena itu penulis sangat
mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan
karya ini di masa yang akan datang.

Akhir kata, penulis memohon maaf sebesar-besarnya jika terdapat kesalahan dan
kata-kata yang kurang berkenan dalam karya ini, selamat membaca.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menurut bahasa fashahah bermakna ‘jelas’ atau ‘terang’1, sedangkan menurut
istilah fashahah ada tiga macam yaitu kalimat fashahah, kalam fasih, dan
mutakallim fasih. Fashahah merupakan bagian dari balaghah, karena kedua nya
merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari ilmu bayan.
Didalam pembahasan makalah ini akan dipaparkan mengenai kalimat – kalimat
yang dikatakan fasih dengan tujuan agar mempermudah seseorang memahami suatu
teks atau ucapan khususnya dalam bahasa arab.
B. Rumusan Masalah
1. Pengertian Fashahah
2. Macam – macam Fashahah
3. Syarat – syarat kalimat bisa dikatakan fasih

1 Mamat Zaenuddin & Yayan Nurbayan, Pengantar Ilmu Balaghah, (Bandung:PT Refika
Aditama, 2007), hal.16
BAB II
PEMBAHASAN
Menurut bahasa fashahah bermakna ‘jelas’ atau ‘terang’2, sedangkan menurut
istilah fashahah ada tiga macam yaitu kalimat fashahah, kalam fasih, dan
mutakallim fasih3.

A. Kalimat Fashihah (kata Fashih)


Suatu kata disebut fashih atau ‘jelas’, jika kata tersebut selamat dari :
1. Tanafur al-Huruf )‫( تنا فر الحرف‬. , yakni kata – kata yang sukar diucapkan.
Contoh :

َ ‫ت ََر ْكت ُ َها ت َْر‬


‫عى ال ُهع ُخ َع‬
(aku membiarkannya makan rumput)
Perkataan Hu’khu’u dirasa sulit dan berat untuk mengucapkannya.kesulitan
mengucapkan seperti ini dinamakan tanafurul huruf. Setiap kata yang tanafur
adalah tidak fashih. Karenanya, kalimat fashih itu harus terhindar dari tanafur huruf.
2. Mukhalafah al-Qiyas ) ‫( مخالفة القياس‬, yakni kata – kata yang menyalahi atau
tidak sesuai dengan kaidah umum ilmu sharaf4.
Contoh :
‫فَالَ يُب َْر ُم األ َ ْم ُر الَّذِى ُه َو َحا ِل ٌل – َوالَيُحْ لَ ُل األ َ ْم ُر الَّذِى ُه َو يَب ُْر ُم‬
(sesuatu yang lentur akan sulit untuk ditegakkan, dan sesuatu yang keras akan sulit
untuk dilenturkan).
Pada syiir diatas terdapat dua kata, yaitu “‫ "يُحْ لَ ُل‬dan " ‫ ” َحا ِل ٌل‬shigah (bentuk)
kedua kata tersebut tidak sesuai dengan kaidah – kaidah ilmu sharaf. Jika mengikuti
kaidah kedua kata tersebut seharusnya “ ‫" َي ِحل‬dan “ ‫" َح َل‬.

2 Mamat Zaenuddin & Yayan Nurbayan, Pengantar Ilmu Balaghah, (Bandung:PT Refika
Aditama, 2007), hal.16

3 Syaikh Musthofa Thamum & Muhammad Afandi Umar, Qowaid al-lughoh ‘arobiyah,
(semarang : Maktabah ‘ulumiah). Hal.102

4 Op.cit, Mamat Zaenuddin & Yayan Nurbayan, hal. 17


3. Gharabah ( ‫ ( غرابة‬, yakni suatu ungkapan yang terdiri dari kata – kata yang
asing, jarang dipakai, dan tidak diketahui oleh banyak orang.5
Contoh :
‫ِى ِِجنَّة اِ ْف َر ْن ِقعُوا‬ َ ‫ي َكت َ َكأ ْ ُك ِئ ُك ْم‬
ْ ‫علَى ِذ‬ َ ‫ماَلَ ُك ْم ت َ َكأ ْ َكئْت ُ ْم‬
َّ َ‫عل‬
Mengenai perkataan ini, sekalipun ia orang Arab, maka akan merasa kesulitan
untuk memahaminya. Setelah dicari dalam kmus barulah diketahui; yaitu :
‫ص ِرفُوا‬ ْ ‫ي َكأِجْ ِت َما ِع ُك ْم َعلَى ِِذ‬
َ ‫ى ِِجنَّة اِ ْن‬ َّ َ‫ماَلَ ُك ْم اِِجْ ت َ َم ْعت ُ ْم َعل‬
(mengapa kalian berkumpul padaku seperti menonton orang gila? Pergilah !)
Kata yang sulit artinya disini ialah Takak-kaktum dan Ifronqi’u. kedua kata
tersebut dianggap gharabah, karena jarang digunakan sehingga sulit
mengartikannnya. Setiap kata yang gharabah adalah tidak fashih. Karenanya,
kalimat fashih itu harus terhindar dari gharabah.

B. Kalam Fasih
Kalam Fasih, artinya kalimat yang baik dan mudah diucapkan dan difahami.
Suatu kalam dinilai fasih jika selamat dari hal – hal berikut6 :
1. Susunan kalimatnya tidak tanafur yakni tidak tersusun dari kata – kata yang
berat atau sukar diucapkan.
Contoh :
ٌ‫ب َح ْرب قَ ْرب‬ َ ‫َوقَب ُْر َح ْرب ِب َم َكان – َولَي ِْس قُ ْر‬
ِ ‫ب قَ ْر‬

(adapun kuburan musuh itu di tempat sunyi dan tiada kuburan lain dekat dengan
kuburan itu).
Susunan kalimat pada syi’ir diatas dianggap berat mengucapkannya, sebab
berkumpul beberapa kata yang hampir bersamaan hurufnya.
2. Susunan kalimatnya tidak dha’uf al-ta’lif, yaitu susunan kalimat yang lemah,
sebab menyalahi kaidah ilmu nahwu atau sharaf seperti :
‫ضرب زيدا غالمه‬ seharusnya ‫ضرب غالمه زيدا‬

5 Ibid

6 Loc. Cit, Syaikh Musthofa Thamum & Muhammad Afandi Umar. Hal.102 – 103
Kecuali : ‫ ضرب زيدغالمه‬atau ‫ضرب غالمه زيد‬
Kaimat (jumlah) yang terakhir ini dibolehkan karena ada dhamir munfashil yang
kembali ke fa’il.
3. Adanya ta’qid lafzhi (kerancuan pada kata – kata) suatu kalimat termasuk
kategori ta’qid lafzhy apabila ungkapan kata – katanya tidak menunjukan tujuan
karena ada cacat dalam susunannya, seperti kata Farazdaq :

ِ َ‫ي اَبُوهُ يُق‬


ُ‫اربُه‬ ِ َّ‫َو َما ِمثْلُهُ فِى الن‬
ٌّ ‫اس إالَّ َم ِل ًكا اَبُو ا ُ ِم ِه َح‬
Susunan kalimat diatas asalnya ,
ُ‫اربُهُ اِالَّ َم ِل َكا اَبُو ا ُ ِم ِه اَبُوه‬
ِ َ‫ي يُق‬ ِ َّ‫امثْلُهُ فِى الن‬
ٌّ ‫اس َح‬ ِ ‫َو َم‬
(tiadalah seorangpun yang menyerupainya, kecuali raja yang bapak ibunya itu
masih hidup, yaitu bapaknya (Ibrahim) yang menyerupai dia)
Maksudnya tiada diantara manusia yang masih hidupnya menyerupai dia,
kecuali raja yang menyerupai bapak ibunya, yaitu Ibrahim.
4. Ta’qid ma’nawi
Contoh
‫ع ِلتَجْ ُمدَا‬
َ ‫ي الدُّ ُم ْو‬
َ ‫ع ْينَا‬ ُ ‫ َوت َ ْس ُك‬# ‫ع ْن ُك ْم ِلت َ ْق ُرب ُْوا‬
َ ‫ب‬ َ ‫ب بُ ْعدَ الد َِّار‬ ْ َ ‫سا‬
ُ ُ‫طل‬ َ
(aku mecari tempat yang jauh dari kamu sekalian, agar kamu kelak menjadi dekat
denganku dan supaya kedua mataku mengucurkan airmata, kemudian supaya
menjadi keras).
Maksudnya : ( sekarang aku lebih suka berpisahjauh denganmu untuk sementara
waktu meskipun sampai mengucurkan airmata karena prihatin)
Untuk mengambil makna dari syiir diatas sangat sulit, sehingga dinamakan Ta’qid
ma’nawi.
C. Mutakalim Fashih
Mutakallim Fashih yaitu bakat kemampuan berekspresi secara baik yang
melekat pada seorang mutakallim. Seorang mutakallim yang fasih adalah orang
yang dapat menyampaikan maksud nya dengan ucapan yang fashihah atau baik dan
lancar7. Sedang yang yang tidak demikian dinamakan Ghair Fasih8.

7Loc.cit, Mamat Zaenuddin & Yayan Nurbayan, hal.19

8 Wahab Muhsin & Fuad Wahab, Pokok – Pokok IlmuBalaghah, (Bandung:Angkasa,


1991), hal. 18
BAB III
KESIMPULAN

Menurut bahasa fashahah bermakna ‘jelas’ atau ‘terang’9, sedangkan menurut


istilah fashahah ada tiga macam yaitu kalimat fashahah, kalam fasih, dan
mutakallim fasih.
Syarat – syarat Fashahah :
1. Tanafur al-Huruf )‫( تنا فر الحرف‬. , yakni kata – kata yang sukar diucapkan.
2. Mukhalafah al-Qiyas ) ‫( مخالفة القياس‬, yakni kata – kata yang menyalahi atau
tidak sesuai dengan kaidah umum ilmu sharaf.
3. Gharabah ( ‫ ( غرابة‬, yakni suatu ungkapan yang terdiri dari kata – kata yang
asing, jarang dipakai, dan tidak diketahui oleh banyak orang.
Macam – macam Fashahah :
1. Kalimat Fashihah
2. Kalam Fasih, ada empat macam :
a. Susunan kalimatnya tidak tanafur
b. Susunan kalimatnya tidak dha’uf al-ta’lif
c. Adanya ta’qid lafzhi
d. Ta’qid ma’nawi
3. Mutakalim Fashih

9 Mamat Zaenuddin & Yayan Nurbayan, Pengantar Ilmu Balaghah, (Bandung:PT Refika
Aditama, 2007), hal.16
DAFTAR PUSTAKA

Muhsin, Wahab & Fuad Wahab. 1991. Pokok – Pokok IlmuBalaghah.

Bandung:Angkasa

Thamum, Syaikh Musthofa & Muhammad Afandi Umar. Qowaid al-lughoh

‘arobiyah. semarang : Maktabah ‘ulumiah

Zaenuddin, Mamat & Yayan Nurbayan. 2007. Pengantar Ilmu Balaghah.

Bandung:PT Refika Aditama

Anda mungkin juga menyukai