Anda di halaman 1dari 11

Tugas Makalah Dosen Pembimbing

Ilmu Balaghah H.Masyhuri Putra, Lc.,M.Ag

PANDANGAN UMUM TENTANG BENTUK-BENTUK FASHAHAH


DALAM KALIMAT

Adinda Alfadillah (11930220817)


Ayu Wulandari (11930220882)
Dian Pratama (11930223523)

JURUSAN ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR


FAKULTAS USHULUDDIN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU
PEKANBARU
2020/2021
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah senantiasa kami panjatkan kehadirat Allah SWT


yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini guna memenuhi tugas kelompok untuk mata kuliah
Sejarah Islam Asia Tenggara, dengan judul : “Pandangan Umum Tentang
Bentuk-Betuk Fashahah dalam Kalimat”.

Kami ucapkan terima kasih kepada dosen


pembimbing Bapak H.Masyhuri Putra,Lc.,M.Ag. yang telah memberi
amanah untuk menyelesaikan amanah ini, orang tua yang selalu mengiringi
setiap langkah kami dengan doa tulus mereka, teman-teman yang telah
meluangkan waktu dalam menyelesaikan makalah ini, serta pihak-pihak yang
tidak bisa penulis sebutkan satu-satu.

Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari kata
sempurna dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang kami
miliki. Oleh karena itu, kami mengharapkan segala bentuk saran serta masukan
bahkan kritik yang memotivasi dari berbagai pihak. Akhirnya kami berharap
ini dapat memberikan manfaat dari perkembangan dunia pendidikan.

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
A. Latar Belakang..............................................................................................1
B. Rumusan Masalah.........................................................................................1
C. Tujuan Makalah............................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................2
A. Pengertian Fashahah.....................................................................................2
B. Macam Macam Fashahah..............................................................................3
C. Syarat di Katakan Fashahah..........................................................................5
BAB III PENUTUP................................................................................................7
A. Kesimpulan...................................................................................................7
B. Saran..............................................................................................................7
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................8

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

      Tidak bisa dipungkiri bahwa seseorang untuk bisa membaca al-
Quran dengan baik dan benar harus melalui kaidah-kaidah atau cara-cara
yang telah ditetapkan oleh ahli tajwid sehingga dia bisa membacanya
dengan fasih dan benar. Jika tidak memang yang terjadi adalah kesalahan
yang dikhawatirkan akan mengubah makna ayat al-Quran itu sendiri.
Sebagaimana peristiwa yang dialami oleh Abu Aswad al-Du’ali ketika
mendengar sebagian ayat al-Quran hingga mengubah arti dari kalimat
dalam al-Quran tersebut.
Definisi fasih dalam bahasa Arab dapat dilihat dari berbagai aspek yang
masing-masing memiliki definisi khas tersendiri sehingga antara satu
dengan yang lain cenderung berbeda. Sebagai contoh definisi fasih dalam
bahasa Arab yang dijelaskan dalam ilmu balaghah akan berbeda dengan
apa yang dijelaskan dalam ilmu nahwu. Karena beberapa pertimbangan,
penulis membatasi diri untuk mengkaji tentang fasih menurut kalangan ahli
balaghah. Dengan demikian dari penulisan ini diharapkan dapat menambah
wawasan tentang makna fashahah dalam bahasa Arab.
B. Rumusan Masalah

1.    Apa Yang di maksud Dengan Fashahah?


2.    Apa Saja Macam – macam Fashahah?
3.    Apa Saja syarat kalimat bisa dikatakan fasih

C. Tujuan Makalah

1. Mengetahui Pengertian Fashahah


2. Mengetahui Macam-macam Fashahah
3. Mengetahui syarat-syarat kalimat bisa dikatakan Fashahah

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Fashahah
  Fashahah dalam arti bahasa mempunyai banyak arti, di antaranya adalah '
ُ‫ البَيَان‬/ jelas, fashih' dan 'ُ‫ الظُهُوْ ر‬/ nampak'. Allah berfirman:

َ ‫َواَ ِخ ْي ٰهرُوْ ُن هُ َو اَ ْف‬


‫ص ُح ِمنِّ ْي لِ َسانًا‬
[۳۴ :‫] القصص‬
"Dan saudaraku Harun, dia lebih fasih lidahnya daripada aku" [QS. Al-Qashas:
ayat 34]
Maksud ayat di atas yaitu 'perkataannya lebih jelas dariku'.
Adapun pengertian fashahah dalam arti istilah yaitu perkataan yang
terbentuk dari susunan lafadz yang jelas, terang benderang, yang membuat
pendengar segera paham dengan apa yang dikatakan, dan juga sangat familiar
bagi para pengarang kitab dan juga para pengarang sya'ir karena suatu kata
yang mempunyai sifat fashahah [‫ ]فصاحة‬mempunyai keindahan tersendiri saat
ia dibaca maupun saat didengar.
Fashahah juga menjadi sifat bagi ‫( الكلمة‬kata), (perkataan/ucapan) ‫الكالم‬
dan ‫( المتكلم‬pembicara). Bagaimana tidak, setiap kata bahkan ucapan yang
dikeluarkan oleh mutakallim atau pembicara tentunya mempunyai niali
tersendiri, ketika kata atau ucapan tersebut dikeluarkan dengan fashih atau
jelas, maka ini juga menjadi sifat yang baik bagi kata, ucapan, dan orang yang
mengungkapkannya.
Fashahah sendiri setidaknya ada tiga (3) Macam yang paling mendasar
dan harus dimiliki agar suatu ucapan dapat dikatakan fashahah atau jelas /
fashih, ketiga Macam itu adalah:
a. Fashahatul Kalimah [‫]فصاحة الكلمة‬
b. Fashahatul Kalaam [‫]فصاحة الكالم‬
c. Fashahatul Mutakallim [‫]فصاحة المتكلّم‬

2
B. Macam Macam Fashahah
a. Fashahatul Kalimah [‫]فصاحة الكلمة‬
     Suatu kata disebut fashih atau ‘jelas’, jika kata tersebut selamat dari :
1.  Tanafur al-Huruf.( ‫)تنا فر الحرف‬  , yakni kata – kata yang sukar diucapkan.
Contoh :
‫تَ َر ْكتُهَا تَرْ عَى الهُع ُخ َع‬
     (aku membiarkannya makan rumput)
     Perkataan Hu’khu’u dirasa sulit dan berat untuk
mengucapkannya.kesulitan mengucapkan seperti ini dinamakan tanafurul
huruf. Setiap kata yang tanafur adalah tidak fashih. Karenanya, kalimat
fashih itu harus terhindar dari tanafur huruf.
2.   Mukhalafah al-Qiyas( ‫مخالفة القياس‬  ) , yakni kata – kata yang menyalahi
atau tidak sesuai dengan kaidah umum ilmu sharaf1.
Contoh :
‫فَالَ يُ ْب َر ُم األَ ْم ُر الَّ ِذى هُ َو َحالِ ٌل – َوالَيُحْ لَ ُل األَ ْم ُر الَّ ِذى ه َُو يَ ْب ُر ُم‬
(sesuatu yang lentur akan sulit untuk ditegakkan, dan sesuatu yang keras
akan sulit untuk dilenturkan).
     Pada syiir diatas terdapat dua kata, yaitu “‫ "يُحْ لَ † ُل‬dan "  ٌ‫ َحالِ †ل‬ ” shigah
(bentuk) kedua kata tersebut tidak sesuai dengan kaidah – kaidah ilmu
sharaf. Jika mengikuti kaidah kedua kata tersebut seharusnya “  " ‫يَ ِحل‬ dan
“  ." ‫َح َل‬
3.    Gharabah (  ( ‫غرابة‬, yakni suatu ungkapan yang terdiri dari kata – kata
yang asing, jarang dipakai, dan tidak diketahui oleh banyak orang.2
Contoh :
‫ي َكتَ َكأْ ُكئِ ُك ْم َعلَى ِذىْ ِجنَّ ٍة اِ ْف َر ْنقِعُوا‬
َّ َ‫ماَلَ ُك ْم تَ َكأْ َك ْئتُ ْم َعل‬
Mengenai perkataan ini, sekalipun ia orang Arab, maka akan merasa
kesulitan untuk memahaminya. Setelah dicari dalam kmus barulah
diketahui; yaitu :

1 Mamat Zaenuddin & Yayan Nurbayan, Pengantar Ilmu Balaghah, (Bandung:PT Refika Aditama,
2007), hal. 17
2 Syaikh Musthofa Thamum & Muhammad Afandi Umar, Qowaid al-lughoh ‘arobiyah, (semarang
: Maktabah ‘ulumiah). Hal.102

3
‫ص ِرفُوا‬
َ ‫ي كَأجْ تِ َما ِع ُك ْم َعلَى ِذىْ ِجنَّ ٍة اِ ْن‬
َّ َ‫ماَلَ ُك ْم اِجْ تَ َم ْعتُ ْم َعل‬
     (mengapa kalian berkumpul padaku seperti menonton orang gila?
Pergilah !)
     Kata yang sulit artinya disini ialah Takak-kaktum dan Ifronqi’u. kedua
kata tersebut dianggap gharabah, karena jarang digunakan sehingga sulit
mengartikannnya. Setiap kata yang gharabah adalah tidak fashih.
Karenanya, kalimat fashih itu harus terhindar dari gharabah.

b. Fashahatul Kalaam [‫]فصاحة الكالم‬


     Kalam Fasih, artinya kalimat yang baik dan mudah diucapkan dan
difahami. Suatu kalam dinilai fasih jika selamat dari hal – hal berikut3 :
1.    Susunan kalimatnya tidak tanafur yakni tidak tersusun dari kata – kata
yang berat atau sukar diucapkan.
Contoh :
  ٌ‫ب قَرْ ب‬ َ ْ‫ْس قُر‬
ِ ْ‫ب قَر‬
ٍ ْ‫ب َحر‬ ِ ‫ب بِ َم َكا ٍن – َولَي‬
ٍ ْ‫َوقَ ْب ُر َحر‬
     (adapun kuburan musuh itu di tempat sunyi dan tiada kuburan lain dekat
dengan kuburan itu).
     Susunan kalimat pada syi’ir diatas dianggap berat mengucapkannya,
sebab berkumpul beberapa kata yang hampir bersamaan hurufnya.
2.    Susunan kalimatnya tidak dha’uf al-ta’lif, yaitu susunan kalimat yang
lemah, sebab menyalahi kaidah ilmu nahwu atau sharaf seperti :
‫ضرب زيدا غالمه‬      seharusnya   ‫ضرب غالمه زيدا‬
Kecuali : ‫زيدغالمه‬ ‫ضرب‬   atau ‫ضرب غالمه زيد‬
     Kaimat (jumlah) yang terakhir ini dibolehkan karena ada dhamir
munfashil yang kembali ke fa’il.
3.    Adanya ta’qid lafzhi (kerancuan pada kata – kata) suatu kalimat
termasuk kategori ta’qid lafzhy apabila ungkapan kata – katanya tidak
menunjukan tujuan karena ada cacat dalam susunannya, seperti kata
Farazdaq :
ِ َّ‫َو َما ِم ْثلُهُ فِى الن‬
ِ َ‫اس إالَّ َملِ ًكا اَبُو اُ ِّم ِه َح ٌّي اَبُوهُ يُق‬
  ُ‫اربُه‬
Susunan kalimat diatas asalnya ,

3 Ibid, hlm.102 – 103

4
ُ‫اربُهُ اِالَّ َملِ َكا اَبُو اُ ِّم ِه اَبُوه‬ ِ َّ‫َو َما ِم ْثلُهُ فِى الن‬
ِ َ‫اس َح ٌّي يُق‬
(tiadalah seorangpun yang menyerupainya, kecuali raja yang bapak ibunya
itu masih hidup, yaitu bapaknya (Ibrahim) yang menyerupai dia)
     Maksudnya tiada diantara manusia yang masih hidupyang menyerupai
dia, kecuali raja yang menyerupai bapak ibunya, yaitu Ibrahim.
4.    Ta’qid ma’nawi
Contoh
َ ‫ َوتَ ْس ُكبُ َع ْينَا‬# ‫ار َع ْن ُك ْم لِتَ ْق ُربُوْ ا‬
‫ي ال ُّد ُموْ َع لِتَجْ ُمدَا‬ ْ َ ‫َسا‬
ِ ‫طلُبُ بُ ْع َد ال َّد‬
(aku mecari tempat yang jauh dari kamu sekalian, agar kamu kelak menjadi
dekat denganku dan supaya kedua mataku mengucurkan airmata, kemudian
supaya menjadi keras).
Maksudnya : ( sekarang aku lebih suka berpisahjauh denganmu untuk
sementara waktu meskipun sampai mengucurkan airmata karena prihatin)
Untuk mengambil makna dari syiir diatas sangat sulit, sehingga dinamakan
Ta’qid ma’nawi.
c. Fashahatul Mutakallim [‫]فصاحة المتكلّم‬
     Mutakallim Fashih yaitu bakat kemampuan berekspresi secara baik yang
melekat pada seorang mutakallim. Seorang mutakallim yang fasih adalah
orang yang dapat menyampaikan maksud nya dengan ucapan yang fashihah
atau baik dan lancar 4. Sedang yang yang tidak demikian dinamakan Ghair
Fasih5.
C. Syarat di Katakan Fashahah
Sebuah kalimat dikatakan fashahah, apabila:
a. Apabila kalimatnya sesuai dengan kaidah sharaf dan mudah dipahami.
Syarat pertama kalimat yang fasih harus terlepas dari susunan
kalimat yang lemah, yaitu jika keluar dari kaidah Bahasa Arab yang
yang berlaku, contoh kembalinya dhamir (kata ganti), kepada lafazd
yang berada di depannya, baik dalam ta’bir (ungkapan) maupun dalam
kedudukannya.

4 Wahab Muhsin & Fuad Wahab, Pokok – Pokok IlmuBalaghah, (Bandung:Angkasa, 1991), hal.


18
5 Op.cit, Mamat Zaenuddin & Yayan Nurbayan, hal. 17

5
b. Apabila Susunan kalimatnya tidak Tanafur (Sulit).
Kalimat yang fashih harus terhindar dari kata-kata ‘’Tanaafur’’
yaitu kalimat tersebut tidak dirasa sulit untuk didengar dan diucapkan.
c. Apabila kalimatnya tidak rancu susunannya.
Kalimat yang tidak bisa dipahami maknanya disebut kalimat yang
rancuh, karena ada kejanggalan dalam penyusunan kata, ada kata kata
yang didahulukan atau diakhirkan dari tempat semula, atau kata yang
seharusnya berdekatan ,menjadi terpisah.
d. Apabila terbebas dari kerancuan makna.
Jika seorang mutakallim ingin mengatakan sesuatu, tetapi kata-kata
yang digunakannya tidak menjadi representasi hakikat makna yang
dimaksud, sehingga kalimat tersebut menimbulkan kebingungan dan
bisa menimbulkan kesalahpahaman bagi Pembaca.

6
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Fashahah Adalah perkataan yang terbentuk dari susunan lafadz yang jelas,
terang benderang, yang membuat pendengar segera paham dengan apa yang
dikatakan, dan juga sangat familiar bagi para pengarang kitab dan juga para
pengarang sya'ir karena suatu kata yang mempunyai sifat fashahah [‫]فص††احة‬
mempunyai keindahan tersendiri saat ia dibaca maupun saat didengar.
Fashahah sendiri setidaknya ada tiga (3) Macam yang paling mendasar dan
harus dimiliki agar suatu ucapan dapat dikatakan fashahah atau jelas / fashih,
ketiga itu adalah:
d. Fashahatul Kalimah [‫]فصاحة الكلمة‬
e. Fashahatul Kalaam [‫]فصاحة الكالم‬
f. Fashahatul Mutakallim [‫]فصاحة المتكلّم‬
Adapaun Syarat di Katakan Fashahah Adalah:
a. Apabila kalimatnya sesuai dengan kaidah sharaf dan mudah dipahami.
b. Apabila Susunan kalimatnya tidak Tanafur (Sulit).
c. Apabila kalimatnya tidak rancu susunannya.
d. Apabila terbebas dari kerancuan makna.
B. Saran
Meskipun penulis menginginkan kesempurnaan dalam penyusunan makalah
ini akan tetapi pada kenyataannya masih banyak kekurangan yang perlu penulis
perbaiki. Hal ini dikarenakan masih minimnya pengetahuan penulis. Oleh karena
itu kritik dan saranyang membangun dari para pembaca sangat penulis harapkan
sebagai bahan evaluasi untuk kedepannya.

7
DAFTAR PUSTAKA

Mamat Zaenuddin & Yayan Nurbayan, Pengantar Ilmu


Balaghah, (Bandung:PT Refika Aditama, 2007).

Syaikh Musthofa Thamum & Muhammad Afandi Umar, Qowaid al-


lughoh ‘arobiyah, (semarang : Maktabah ‘ulumiah)

Wahab Muhsin & Fuad Wahab, Pokok – Pokok


IlmuBalaghah, (Bandung:Angkasa, 1991)

Murdiono, AL-QUR’AN Sebagai Media Pembelajaran Ilmu Bayan,(UMM


Press:Malang,2020)

Anda mungkin juga menyukai