NIM : 11930220817
Tanda Tangan :
1. Pengertian fashahah Fashahah yaitu suatu ungkapan kata-kata yang jelas serta mudah
dipahami dan banyak dipergunakan (tidak asing) di kalangan para penulis dan penyair,
karena keindahannya”. Artinya, sesuatu kata yang menurut pendengaran dirasa enak
didengarkan dan juga indah, maka masuk istilah fashahah.
Fashahah meliputi tiga objek yaitu pada kata-kata, pada kalimat dan pada mutakallim (orang yang
bicara).
Kata-kata bisa disebut fasih apabila terhindar dari ketiga kategori berikut:
1. Tanafur al-Huruf (تنافر الحروف )تنافر الحروف هو وصف في الكلمة يوجب ثقلها على السمع وصعوبة أداءها
باللسان بسبب كون حروف الكلمة متقاربة المخارجTanafur Al-Huruf yaitu kata-kata yang terdiri dari
rangkaian huruf-huruf yang sulit diucapkan oleh lidah akibat dekatnya dalam makhraj
(tempat keluar bunyi huruf). Tingkat kesulitanya ada yang ringan seperti kata ( ال َّن ْق َنقَةsuara
kodok), ( ال ُّنقَاحair tawar jernih), ( م ْست َْث ِز َراتmenjulang tinggi). Ada juga yang tingkatanya
sangat sulit seperti ش َّ (tempat kasar), ( اله ْعخعarea gembala unta).
ُّ الظ
3. Gharabah
(غ ََرابة )كون الكلمة غير ظاهرة المعنى وال مألوفة االستعمال عند العرب الفصحاء
Gharabah yaitu kata-kata asing yang memiliki arti tidak jelas dan tidak banyak dipergunakan di
kalangan orang Arab fasih, sehingga untuk mengetahui arti tersebut perlu mura’jaah kembali mu’jam
dan kamus arab.
Contoh seperti kata َ تَكَأ ْ َكأyang berarti ( اجْ تَ َم َعberkumpul) dan kata اِ ْف َر ْنقَ َعyang berarti ف َ ( اِ ْنbubar) pada
َ ص َر
syair Isa Bin ‘Amr Annahwi :
َ ي َكتَكَأْكئِك ْم
َ اِ ْف َر ْنقِع ْوا،ٍعلى ذِي ِج َّنة
عنِي َ َمالَك ْم تَكَأْكَأت ْم
َّ َعل
“Apa yang membuat sekalian mengerumuni-ku seperti mengerumuni orang gila, bubarlah kalian
dariku” Kata-kata akan menjadi asing/gharabah meskipun diambil dari kata yang lumrah dan banyak
dipergunakan, apabila dalam memposisikanya dalam kalimat tidak tepat. Ini dinamakan dengan
‘gharabah isti’mal ()غرابة االستعمال. Kata-kata yang tidak asing secara lafadz namun mengandung banyak
pengertian yang kemudian diletakan dalam suatu kalimat tanpa adanya indikasi atau petunjuk
sehingga orang lain sulit menemukan maksud yang sebenarnya dari kata tersebut.
Contoh seperti kata س َّرج َ مpada bait syair Ru’bah Bin ‘Ajaj: س َّر ًجا ِ َوم ْق َلةً َو َحBola
َ اجبًا مزَ ِج ًجا َو َفاحِ ًما َوم ْر ِس ًنا م
mata yang bulunya seperti bulan sabit, rambut hitam dan hidung yang mancung. Untuk memaknai
kata س َّر ًجا
َ مcukup sulit sebab memiliki banyak pengertian, gemilang, berkilau, cemerlang dan bahkan
nama sebuah pedang. Dianggap sulit sebab tidak adanya petunjuk dari kata lain dalam kalimat yang
sekiranya bisa dijadikan sandaran.
Berbeda apabila dalam sebuah kalimat terdapat petunjuk seperti kata غ ََّز َرpada Firman Allah Ta’ala
surat Al-A’raf ayat 157:
a). Ibtida’iyan/Permulaan
وفي هذه الحالة يلقى إليه الخبر خاليا من أدوات التوكيد، (ابتداءي )أن يكون المخاطب خالى الذهن من الحكمApabila mukhathab
tidak ragu dan tidak mengingkari informasi yang disampaikam (khali al-dzihn), maka kalimat khabar
tidak mesti memakai alat taukid (penegas), Contoh صا ِل َحات َخيْر عِن َد َّ ْال َمال َو ْال َبنونَ ِزينَة ْال َح َياةِ ال ُّد ْن َيا ۙ َو ْال َباقِ َيات ال
٤٦ الكهف. َر ِبكَ ثَ َوابًا َو َخيْر أ َ َم ًال
b). Thalabi/Tuntutan
وفي هذه الحالة يحسن توكيده له لتمكن من،(طلبي )أن يكون المخاطب مترددا وشاكا في الحكم وينبغي الوصول إلى اليقين في معرفته
نفسه ويحل فيها اليقين محل الشكApabila mukhatab merasa ragu. Namun, dia ingin sekali mengetahui haqiqat
informasi tersebut, maka sebaiknya kalimat disampaikan dengan memakai alat taukid agar hilang
keragunya. Contoh أنت ناجح في االمتحان، يا خالدApabila kholid ragu dengan kabar kelulusan dia dalam
ujian, sebaiknya tambahkan taukid, misalkan إ َّنكَ ناجح في االمتحان،يا خالد/ أنت لناجح في االمتحان، يا خالدFirman
َّ إِ َّن
Allah Ta’ala: ّللاَ غَفور َّرحِ يم
c). Inkari/Pengingkaran
(إنكاري )أن يكون المخاطب منكرا لحكم الخبر ففي هذا الحال يجب أن يأكد له الخبر بمأكد أو أكثر على حسب درجة إنكاره من جهة
القوة وا الضعفApabila mukhatab mengingkari informasi yang disampaikan, maka wajib memakai satu
alat taukid atau lebih sesuai dengan kuat dan lemahnya pengingkaran tersebut. Contoh: أنت ناجح،يا خالد
في االمتحانApabila kholid ingkar (tidak percaya sama sekali) dengan kabar kelulusanya, maka wajib
menambahkan 1 atau lebih taukid, misalkan يا خالد/ إنك لناجح في االمتحان،يا خالد/ إنك ناجح في االمتحان،يا خالد،
وللا إنك لناجح في االمتحانFirman Allah Ta’ala: ١٦ يس. َسلون َ قَالوا َر ُّبنَا َي ْعلَم ِإ َّنا ِإلَيْك ْم لَم ْرAlat untuk mentaukid
(mempertegas) bisa menggunakan perangkat seperti lam ibtida, qad, qasam, nun taukid, huruf zaidah,
huruf tanbih dan lainya. Atau mentaukid dengan mengulang-ulang kata.
3. Pengertian taqdim dan takhir adalah suatu dasar atau patokan untuk mengetahui keaadan suatu
lafadzh, atau ayat al-Quran yang didahulukan atau diakhirkan, yang bertujuan untuk menyingkap
rahasia kehususan dan keutamaan dari suatu lafad| maupun ayat sesuai maksud dan tujuannya.
Sehingga makna hakiki yang dikehendaki oleh suatu ayat dapat hadir dibenak, dan dipahami oleh para
pembacanya.
• Taqdim Musnad
a. التخصيص بالمسند اليه
Yaitu mengkhususkan Musnad Ilaih bahwa ia hanya dimiliki oleh Musnad yang ada
bersamanya.
Contoh: ]120 : وهلل ملك السموات واألرض [المائدة
b. التنبيه من اول األمر على انه خبر ال نعت
Yaitu menegaskan kepada pendengar bahwa dari awal kalimat itu bukan sifat melainkan
khabar.
Contoh: له همم وال منتهى لكبارها ÷ وهمته الصغرى اجل من الدهر
c. التشويق للمتأخر اذا كان في المتقدم ما يشوق لذكره
Membuat pendengar penasaran serta bertanya-tanya dengan sayarat dalam jumlah musnad
terkandung makna yang menarik.
Contoh: ]190 : [ال عمران
ان في خلق السموات واألرض واختالف اليل والنهار أليات ألولى األباب
d. التفاؤل
Yaitu berharap akan nasib yang baik, Contoh: في عافية انت
e. إفادة القصر المسند اليه على المسند
Yaitu membatasi musnad ilaih untuk musnad. Artinya peran musnad hanya untuk musnad ilaih
saja.
Contoh: ]7 : لكم دينكم ولي دين [الكافرون
f. المساءة
Yaitu kabar buruk,
Contoh: ومن نكد الدنيا على الحر ان يرى ÷ عدوا له ما من صداقته بد
Qashr bisa dibagi menjadi dua bagian ketika ditinjau dari fungsi umumnya, yaitu qashar
haqiqi dan qashar idhofi.
• Qashr haqiqi ialah suatu pentakhsisan pada hakikat suatu perkara dengan tidak
melampaui pada yang lainya. Jadi qashr ini tidak mempunyai pembanding, artinya qashr
ini hanya meliputi satu sisi saja, yaitu sesuatu yang menjadi yang mengkhususkan saja.
Qashar haqiqi ada dua bagian:
1. Menentukan maushuf hanya bagi shifat,seperti:
= ما زيد اال كاتبTidak ada zaid kecuali seorang penulis, yakni yang disifati itu (maushuf)
tidak bersifat selain sifat itu. Jadi zaid hanya berposisi sebagai kaatib/orang yang menulis,
bukan orang yang membaca atau yang lainnya. Adapun zaid tidak mempunyai pembanding
sifat yang lain dari mukhatab artinya dia tidak tahu menahu tentang zaid.
2. Menentkan sifat hanya bagi maushuf, seperti:
= ما فى الدار اال زيدTidak ada orang dirumah itu kecuali zaid. Atau
= ما أنا اال بشر مثلكمTidaklah aku ini, kecuali manusia seperti kamu semua. Yakni: sya ini
bukan jin dan bukan pula malaikat. Qashar yang demikian ini banyak terjadi.
• Qashr idhofi ( ada juga yang menyebutnya dengan qashq majaziy) ialah suatu
pentakhsisan suatu perkara pada sesuatu yang lain yakni bukan hanya pada satu perkara
saja. Artinya mukhatab mempunyai dugaan lain terhadap suatu perkara yang diqashr, yang
mana dugaan itu menjadi pembanding dari perkara tersebut.
Qashr idhofi secara umum ada dua bagian:
1. Menentukan maushuf pada sifat saja, seperti:
= ما زيد اال كاتبTidak ada zaid, kecuali seorang penulis. Perkataan itu ditujukan pada orang
yang menyangka, bahwa zaid itu bukan seorang penulis saja, tetapi seorang penyair dan
yang lainnya.
2. Menentkan sifat pada maushuf, seperti:
= ما كاتب اال زيدTidak ada penulis kecuali zaid.
Perkataan itu diucapkan kepada orang yang menyangka, bahwa penulis itu bukan hanya
zaid saja, tetapi juga mempunyai dugaau bahwa penulis itu adalah yang lainnya zaid juga.
Bentuk qashar seperti ini bisa saja dikatakan sebagai qashar nafi.
Bentuk qashar seperti contoh diatas bisa saja dikatakan qashar nafi, yakni kalimat qashar
yang didahului oleh kalimat nafi.
Adapun Qashr Idlofiy melihat fungsi khususnya yaitu:
1. Qashr qolabi, ialah menentukan suatu perkara dengan suatu perkara pada tempat
perkara yang lain, yang menurut pendengar adalah sebagai kebalikanya. Jadi bisa dikatakan
Qasr ini adalah untuk meyakinkan mukhatab yang mempunyai keyakinan yang sebaliknya
tentang suatu hal. Contoh: = ما زيد اال كاتبtidak ada zaid, kecuali seoran penulis.
Perkataan diatas merupakan yang dipakai ketika seorang mukhatab mempunya keyakinan
dalam dirinya bahwa zaid tidaklah seorang penulis, kemudian terjadi pengkhususan dengan
qashr tersebut.
Sama seperti yang lain, qashr ini juga terbagi pada dua macam:
a. Qashar maushuf pada sifat, seperti: = ما زيد اال عالمtiada zaid itu kecuali seorang yang
alim. Yang demikian itu diucapkan pada orang yang menyangka, bahwa zaid itu bodoh.
b. Qashar sifat pada maushuf, seperti: = ماالعالم اال زيدtidak ada seorang yang alim kecuali
zaid. Yang demikian itu diucapkan kepada orang yang menyangka, bahwa yang alaim itu
amar, bukan zaid.
2. Qashr ta’yin, ialah menentukan suatu perkara pada suatu perkara ditempat yang lain,
yang sukar bagi pendengar untuk menentukan salah satunya. Qashr ini diucapkan untuk
mukhatab yang mempunyai beberapa keyakinan tentang sesuatu, atau ragu-ragu akan suatu
hal.
Contoh-contohnya sebagai berikut:
a. Qashar maushuf pada sifat, seperti: = ما زيد اال قائمtiada zaid kecuali yang berdiri itu.
Yang demikian itu diucapkan pada orang yang ragu-ragu mengenai berdiri atau tidaknya
zaid.
b. Qashar sifat pada maushuf, seperti: = ما قائم اال زيدtidak ada yang berdiri, kecuali zaid.
Yang demikian itu diucapkan pada orang yang ragu-ragu mengenayang berdiri itu, apakah
zaid atau bukan.
3. Qashr ifrod, ialah ketika pendengar punya keyakinan lain yang bertentangan.
Contoh انما هللا إله واحد, lafadz Allah yang merupakan maushuf ditakhsis dengan ilaahun
waahid, ini diucapkan ketika mukhatab mempunyai keyakinan lain, semisal musyrik, dan
Allah tidak hanya tuhan satu-satunya yang disembah.
Kalau diamati sekilas saja, qashr jenis ini ada kesamaan dengan qashr qolabi, yaitu
mukhatab sama-sama mempunyai keyakinan lain tentang suatu hal. Letak perbedaannya
adalah dalam qolabi mukhatab mempunyai keyakinan yang berkebalikan dengan yang
sebenarnya, dan dalam ifrod mempunyai keyakinan yang berbeda, tidak kebalikannya.