Anda di halaman 1dari 16

MATA KULIAH DOSEN PENGAMPU

Hadist-Hadist Tentang Hukum Afiandi Setiawan,S.Ssy.MA

TUGAS MAKALAH

HADIST- HADIST HUDUD

DISUSUN OLEH

ABDUL HAKIM
11930210816

JURUSAN ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR

FAKULTAS USHULUDDIN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU

PEKANBARU

2020/2021
2
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur bagi Allah ‫ جل جالله‬atas berkat limpahan rahmat, karunia, dan
kuasa-Nya Penulis mampu menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Hadist tentang Hudud”
ini. Shalawat berserta salam juga dihadiahkan kepada Nabi Muhammad ‫ صلى هللا عليه وسلم‬yang
telah membawa umat dari alam kebodohan kepada alam yang penuh denga ilmu pengetahuan.

Tujuan disusunnya makalah ini adalah supaya pembaca dapat menambah wawasan dan
pengetahuan tentang berbagai macam jenis ilmu yang terkandung di dalam AlHadits adalah
suatu ladasan hukum islam yang kedua setelah Al-Qur‟an. Dalam menyelesaikan makalah ini,
penulis melakukan penelaahan melalui studi pustaka dan dari bacaan media lainnya yang
bertujuan untuk melengkapi materi yang diperlukan dalam penyusunan makalah ini.

Makalah ini sangatlah jauh dari kata sempurna, pasti terdapat kesalahan didalamnya,
baik itu tata cara penulisan, keterkaitan materi, maupun pilihan diksi yang digunakan yang mana
hal tersebut disebabkan oleh kurangnya ilmu yang dimiliki oleh penulis. Oleh karena itu , kritik
dan saran yang membangun sangat penulis butuhkan demi memperbaiki penyusunan makalah
selanjutnya.

Pekanbaru, 15 April 2021 penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................................i
DAFTAR ISI...........................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................................1
A. Latar Belakang.............................................................................................................1
B. Rumusan Masalah........................................................................................................1
C. Rumusan Masalah........................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................................3
A. Hadits-hadits tentang hukuman (Hudud)......................................................................3
B. Pengertian Hudud.........................................................................................................4
C. Syarat penerapan Al-Hudud.........................................................................................8
D. Jenis-jenis Hudud..........................................................................................................8
E. Hikmah Hudud.............................................................................................................12
BAB III PENUTUP...............................................................................................................16
A. Kesimpulan................................................................................................................16
B. Saran..........................................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................17

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. LatarBelakang
Makna Hudud: menurut bahasa, had artinya pencegahan. Darinya diambil kata"hadad"
untuk gerbang, karena fungsinya mencegah orangorang masuk. " Hududul lqar" yaitu
pencegah-pencegah terjadinya persekutuan. "Ahadat al-mu'taddah" apabila wanita yang
sedang berada dalam iddah mencegah dirinya dari kenikmatan yang biasa didapatkan dalain
perkawinan. Dinamakannya lafazh general dan pencegah ini dengan had, karena ia
menghimpun berbagai makna dari sesuatu dan mencegah masuknya yang lainnya padanya.
Had-had syara' yaitu pencegah-pencegah dan penghalang-penghalang dari melakukan
berbagai sebabnya.

Jenis-jenis hudud sebagaimana diklasifikasikan oleh fuqaha adalah : perzinahan, qazaf


(menuduh berzinah), pencurian, hirabah (pengacau), dan bughat (makar), murtad, serta
peminum khamar.

Had zina (hukum zina) ditegakkan untuk menjaga keturunan dan nasab. Had al-Qadzf
(hukuman orang menuduh berzina tanpa bukti) untuk menjaga kehormatan dan harga diri,
Had as-Sariqah (hukuman mencuri) untuk menjaga harta. Had al-Hirabah (hukuman para
perampok) untuk menjaga jiwa, harta dan harga diri kehormatan. Had al-Baghi (hukuman
pembangkang) untuk menjaga agama dan jiwa. Had ar-Riddah (hukuman orang murtad)
untuk menjaga agama. Had peminum khamar untuk menjaga akal.

B. RumusanMasalah
1. Apa yang dimaksud dengan Hudud?
2. Hadits apa yang berkaitan dengan Hudud?
3. Apa ciri-ciri Hudud?

1
4. Apa saja jenis-jenis Hudud?
5. Apa saja syarat penetapan Hudud?
6. Apa hikmah disyariatkannya Hudud?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa itu Hudud.
2. Untuk mengetahui Hadits yang berkaitan dengan Hudud.
3. Untuk mengetahui ciri-ciri Hudud.
4. Untuk mengetahui jenis-jenis Hudud.
5. Untuk mengetahui syarat penetapan Hudud.
6. Untuk mengetahui hikmah disyariatkannya Hudud

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Hadis-Hadis tentang Hukuman (hudud)


Hadits 1 Makruhnya Pembelaan dalam Kasus Had bila Telah Diajukan kepada penguasa

ُ‫رْ أَة‬YY‫ا أَهَ َّم ْتهُ ْم ْال َم‬YY‫ا أَ َّن قُ َري ًْش‬YYَ‫ َي هَّللا ُ َع ْنه‬YY‫ض‬ِ ‫ةَ َر‬YY‫رْ َوةَ ع َْن عَائِ َش‬YY‫ب ع َْن ُع‬ ٍ ‫هَا‬Y ‫ْث ع َْن ا ْب ِن ِش‬ ُ ‫ َّدثَنَا اللَّي‬YY‫د َح‬Yُ ‫ ِعي‬Y ‫ة بْنُ َس‬YY‫ َّدثَنَا قتيب‬YY‫َح‬

ِ ‫ئ َعلَ ْي ِه إِاَّل أُ َسا َمةُ بْنُ زَ ْي ٍد ِحبُّ َرس‬


ِ ‫ُول هَّللا‬ ُ ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم َو َم ْن يَجْ ت َِر‬
َ ِ ‫ت فَقَالُوا َم ْن يُ َكلِّ ُم َرسُو َل هَّللا‬ ْ َ‫ْال َم ْخ ُزو ِميَّةُ الَّتِي َس َرق‬
ُ‫ا النَّاس‬YYَ‫ا أَيُّه‬YYَ‫ب قَا َل ي‬ َ َ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم فَقَا َل أَتَ ْشفَ ُع فِي َح ٍّد ِم ْن ُحدُو ِد هَّللا ِ ثُ َّم قَا َم فَ َخط‬
َ ِ ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم فَ َكلَّ َم َرسُو َل هَّللا‬
َ
ِ َ‫وْ أَ َّن ف‬YYَ‫ َّد َوا ْي ُم هَّللا ِ ل‬Y‫ ِه ْال َح‬Y‫ا ُموا َعلَ ْي‬YYَ‫ض ِعيفُ فِي ِه ْم أَق‬
َ‫ ة‬Y‫اط َم‬ َ ‫ق ال َّش ِريفُ تَ َر ُكوهُ َوإِ َذا َس َر‬
َّ ‫ق ال‬ َ ‫ض َّل َم ْن قَ ْبلَ ُك ْم أَنَّهُ ْم َكانُوا إِ َذا َس َر‬
َ ‫إِنَّ َما‬
‫ت لَقَطَ َع ُم َح َّم ٌد يَ َدهَا‬ْ َ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم َس َرق‬
َ ‫بِ ْنتَ ُم َح َّم ٍد‬

Telah bercerita kepada kami Qutaibah bin Sa'id(1) telah bercerita kepada kami
Laits(2) dari Ibnu Syihab(3) dari 'Urwah(4) dari 'Aisyah radliallahu 'anhu(5) bahwa
orang-orang Quraisy sedang menghadapi persoalan yang mengelisahkan, yaitu tentang
seorang wanita suku Al Makhzumiy yang mencuri lalu mereka berkata; "Siapa yang mau
merundingkan masalah ini kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam?". Sebagian
mereka berkata; "Tidak ada yang berani menghadap beliau kecuali Usamah bin Zaid,
orang kesayangan Rasulullah sh allallahu 'alaihi wasallam. Usamah pun menyampaikan
masalah tersebut lalu Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Apakah kamu
meminta keringanan atas pelanggaran terhadap aturan Allah?". Kemudian beliau berdiri
menyampaikan khuthbah lalu bersabda: "Orang-orang sebelum kalian menjadi binasa
karena apabila ada orang dari kalangan terhormat (pejabat, penguasa, elit masyarakat)
mereka mencuri, mereka membiarkannya dan apabila ada orang dari kalangan rendah
(masyarakat rendahan, rakyat biasa) mereka mencuri mereka menegakkan sanksi hukuman

3
atasnya. Demi Allah, sendainya Fathimah binti Muhamamd mencuri, pasti aku potong
tangannya".1

Takhrij hadits

 Al-Bukhari di dalam Kitab : Ahadits Al-Anbiya-, Bab: 53- (nomor 3475), Kitab:
Fadha'il As-Shahabah, Bab: Dzikru Usamah Bin Zaid (nomor 3723), Kitab:
AlHudud, Bab: lqaamat Al-Hudud 'alaa Asy-Syaiif wa Al-Wadhi' (nomor 6787),
Kitab: Al-Hudud, Bab: karahiyyat Asy-Syafa'ah Fii Al-Hadd ldzaa Rafa'a Ilaa As-
Sulthaan (nomor 6788).
 Abu Dawud di dalam Kitab: Al-Hudud,Bab: Fii Al-Hadd Yusyfa'u Fihi (nomor
4373).
 At-Tirmidzi di dalam Kitab : Al-Hudud, Bab : Maa jaa'a Fii Karaahiyyat An
Yusyfa‟a fii Al-Hudud (nomor 1430).
 An-Nasa'i di dalam Kitab: Qath'u As-Saariq, Bab: Dzikru Ikhtilaaf Alfaazh
AnNaqilin Li Khabar Az-Zuhri fii Al-Mahzumiyyah Al-lati saraqat (nomor 4914).
 Ibnu Majah di dalam kitab, Al-Hudud, Bab: Asy-Syafa'ah Fii Al-Huduud (nomor
2547),Tuhfah Al-Asyraaf (nomor 16578).2

Mufrodat (Kosa kata)

ُ‫( أَهَ َّم ْتهُ ْم ْال َمرْ أَة‬Dicemaskan oIeh seoran g wanita) : artinya perkara itu membuatku gelisah
terkait dengan kasus pencurian.

َ ‫( فَقَالُوا َم ْن يُ َكلِّ ُم َرس‬Mereka kemudianberkata, "Siapa yang mau membicarakannya lcepada


‫ُول‬
Rasulullah): Maksudnya, untuk memberikan pembelaan kepada wanita tersebut di hadapan
beliau agar tangarurya tidak dipotong, baik dengan pemaafan atau pun dengan tebusan.

1
Ibnu Hajar Al-Asqalani, Fathul Baari (Kitab: AlHudud, Bab: lqaamat Al-Hudud 'alaa Asy-Syaiif wa Al-
Wadhi' (nomor 6787), jilid 33, hlm 105-131
2
Imam An-Nawawi, Syarah Shahih Muslim, hlm. 355

4
ِ ‫ أَتَ ْشفَ ُع فِي َح ٍّد ِم ْن حُ دُو ِد هَّللا‬beliau kemudian bersabda, "Apakaah engkau mau memberi pembelaan
pada salah satu had Allah?') ini adalah kalimat tanya yang bernada pengingkaran, karena
sebelumnya telah ada larangan memberikan penrbelaan dalam perkara had.

‫( لَقَطَ َع ُم َح َّم ٌد يَ َدهَا‬Kemudian beliau memerintahkan unatk wanita yang mencuri itu, lalu
tangannya dipotong).3

Asbabul wurud Menurut atsar yang diriwayatkan oleh Aisyah bahwa dia menceritakan
seorang perempuan yang sering mengingkari barang yang dia pinjam dari orang lain, maka
nabi menyuruh untuk dipotong tangannya, maka usamah bin zaid sebagai saudara atau
kerabatnya meminta Rasulullah untuk mengampuni kesalahannya.

Menurut atsar yang diriwayatkan oleh Jabir RA bahwa diceritakan ada seorang
wanita dari Bani Makhzum yang mencuri , maka Nabi Saw mendatangkannya, akhrinya ia
meminta perlindungan kepada Ummi Salamah, namun Nabi Saw bersabda: Demi Allah,
seandainya Fatimah binti Muhammad mencuri maka akan aku potong tangannya.4

Makna hadist : Hadits bab ini dijadikan sebagai pedoman oleh mereka yang mewajibkan
pelaksanaan had terhadap orang yang melontarkan tuduhan tanpa bukti bila perkaranya
sudatr sampai kepada imam, walaupun orang yang dituduhnya telah memaafkannya.
Demikian pendapat para ulama madzhab Hanafi, Ats-Tsuari dan Al Auza'i. Sementara
Malik, AsySyaf i dan Abu Yusuf berkata, "Boleh dimaafkan secara mutlak, dan dengan
pemafan itu had nya menjadi gugur, karena bila imam mendapatisi pelaku (si penuduh)
setelah orang yang dituduhnya memaafkannya, maka dia bisa membuktikan kebenaran si
penuduh, sehinga syubhat yang kuat.”

Hadits ini menunjukkan bahwa kaum wanita dan kaum lakilaki masuk dalam ketentuan had
mencuri.
3
Op’cit hal :133
4
Abdullah bin abdurrahman in Shalih Ali Bassam, Taisirul-Allam Syarh Umdatul- Ahkam,
Maktabah As-Sawady Lit-Tuazi, Jeddah, cet. V11, 1412/1992, hlm 899

5
Taubat pencuri diterima. Tidak boleh bersikap pilih kasih dalam melaksanakan had
terhadap orang yang memang harusdilaksankan had walaupun orang tersebut adalah anak,
kerabat atau pun orang terpandang.larangan ini sangat ditekankan, dan sangat diingkari
adanya pengecualian dalam hal ini atau adanya pembelaan bagi orang yang memang harus
dilaksankan had.

Hadits ini menjelaskan anjuran mengambil pelajaran dari umat-umat terdahulu,


terutama mereka yang menentang perintah syariat. Sebagian orang yang berpedoman
dengan ini mengatakan, bahwa syariat umat-uqat sebelum kita adalah syariat bagi kita.
Karena hadits ini mengisyaratkan peringatan terhadap perbuatan yang menyebabkan
kebinasaan yang dialami oleh umat-umat sebelum kita, agar kita tidak binasa sebagaimana
mereka. Mengenai pendapat ini perlu ditinjau lebih jauh, karena yang demikian itu jika
memang tidak ada perintah untuk memotong tangan pencuri di dalam syariat kita.
Sedangkan lafazh yang umum, maka itu sama sekali tidak menunjukkan apa yang
diklaimnya5

B. Pengertian Hudud

Hudud secara bahasa adalah jamak dari kata had yang berarti memisaahkan salah
satu barang (sesuatu), agar tidak tercampur dengan yang lain, atau salah satunya tidak
melampaui batas atas yang lainnya.6

Makna Hudud: menurut bahasa, had artinya pencegahan. Darinya diambil


kata"hadad" untuk gerbang, karena fungsinya mencegah orangorang masuk. " Hududul
lqar" yaitu pencegahpencegah terjadinya persekutuan. "Ahadat al-mu'taddah" apabila
wanita yang sedang berada dalam iddah mencegah dirinya dari kenikmatan yang biasa
didapatkan dalain perkawinan. Dinamakannya lafazh general dan pencegah ini dengan had,

5
Ibnu Hajar Al-Asqalani, Fathul Baari (Kitab: AlHudud, Bab: lqaamat Al-Hudud 'alaa Asy-Syaiif wa Al-
Wadhi' (nomor 6787), jilid 33, hlm 135
6
Nuhannad Bin Mukram Bin Manzhur, Lisanul-Aroby,Juz 2 (Bairut), Darsadir, 1409 H, Hal : 353

6
karena ia menghimpun berbagai makna dari sesuatu dan mencegah masuknya yang lainnya
padanya. Had-had syara' yaitu pencegah-pencegah dan penghalang-penghalang dari
melakukan berbagai sebabnya.7Dalam terminologi fuqaha yaitu: hukuman yang ditentukan
dan wajib dalam rangka memenuhi hak Allah Tabaraka uta Ta'ala. Padanya terkandung
pula pengertian bahasa sebagaimana telah kami jelaskan
Sedangkan secara terminology, Muhammad al-jurujany memeberi defenisi bahwa
hudud adalah hukuman yang teretentu kadarnya yang wajib di tetapkan karena merupakan
hak alloh..8SedangkanMenurut abu bakar jabir al-jazariy, hudud adalah larangan Allah yang
diperintahkan kepada manusia untuk memeliharanya dan tidak mendekatinya.9
Apa yang di kemukakanolehkeduapakartersebut, pendapatabubakar al-
zajarytentanghududlebihluas yang titikpenekanannyabertitikpadalaranganalloh.
Jadisegalalarangan yang di perintahkanuntuk dijauhi di kategorikansebagihududalloh,
artinyadefenisisinitidakterpokuspadajenispelanggarantertentu.
Dalam Islam masalah hudud ditetapkan berdasarkan beberapa ayat dari Al-Qur'an
yang mulia. Seperti ayat tentang zina, ayat tentang pencurian, ayat tentang tuduhan berbuat
zina terhadap wanita-wanita yang tak berdosa, ayat tentang pelaku kerusuhan, ayat tentang
pengharaman khamer, dan sebagainya.
C. Syarat Penerapan Al-Hudud

Penerapan Hudûd tidak dilakukan tanpa empat syarat:

1. Pelaku kejahatan adalah seorang mukallaf yaitu baligh dan berakal.


2. Pelaku kejahatan tidak terpaksa dan dipaksa.
3. Pelaku kejahatan mengetahui larangannya.
4. Kejahatannya terbukti dan bahwa ia melakukannya tanpa ada syubhat. Hal ini bisa
dibuktikan dengan pengakuannya sendiri atau dengan bukti persaksian orang lain.

7
Syaikh Abdurrahman Al-Juzairi, Fikih empat Madzhab( jilid 6). (Pustaka Al-Kautsar) hlm.9
8
Ibid, hal : 9
9
Abu BakarJabar, al-zurjany,.Minhajul Muslim, ( Solo Cet-1 : INSAN KAMIL, 2009), hal :876

7
D. jenis –jenis hudud

Jenis-jenis hudud sebagaimana diklasifikasikan oleh fuqaha adalah : perzinahan, qazaf


(menuduh berzinah), pencurian, hirabah (pengacau), dan bughat (makar), murtad, serta peminum
khamar. Had zina (hukum zina) ditegakkan untuk menjaga keturunan dan nasab. Had al-Qadzf
(hukuman orang menuduh berzina tanpa bukti) untuk menjaga kehormatan dan harga diri, Had as-
Sariqah (hukuman mencuri) untuk menjaga harta. Had al-Hirabah (hukuman para perampok) untuk
menjaga jiwa, harta dan harga diri kehormatan. Had al-Baghi (hukuman pembangkang) untuk
menjaga agama dan jiwa. Had ar-Riddah (hukuman orang murtad) untuk menjaga agama. Had
peminum khamar untuk menjaga akal.
a. Perzinahan Zina adalah melakukan hubungan seksual yang diharamkan dikemaluan dan di
dubur oleh dua orang yang bukan suami istri10. Dengan demikian dapat dikatakan, bahwa
perbuatan zina adalah apabila sudah memiliki unsur-unsur persetubuhan antara dua orang
yang berbeda jenis kelaminnya dan tidak ada kekeliruan atau kesamar-samaran atau
keraguan dalam bersetubuh.
b. Menuduh berzina Kata qazaf bermakna mencaci maki, melempar sesuatu yang bersifat
materi atau immateri, berbicara tanpa berfikir, memfitna lewat lisan maupun tulisan atau
menuduh secara tertulis atau menuduh berzina tanpa bukti. Sedangkan dari segi
terminology, qazf adalah menuduh orang lain berzina, yang hukumannya dengan ta’zir dan
termasuk dosa besar.11
c. Pencurian Pencuri adalah mengambil harta yang tersimpan di tempat yang terjaga dengan
sembunyi-sembunyi. Berdasarka itu, sayid sabiq menyimpulkan bahwa pencurian itu
mencakup 3 faktor : (1) mengambil harta orang lain, (2) proses pengambilannya dalam
keadaan tersembunyi (3) harta yang diambil tersimpan baik-baik. 37 Dasar hukum
pencurian sekaligus sanksinya, termaktup dalam QS. AlMa’idah : 38.
d. Perampokan Perampokan diistilahkan dengan hirabah. Secara etimologi berarti perang,
merampas harta, membuat kerusakan, kebinasaan, kecelakaan, menyebarkan
permusuhan.38 Dari aspek terminology, hirabah adalah tindakan bersenjata dari kelompok

10
Ibid hal : 880
11
Ibrahim Anis, al-mu’jam al-wasth, juz II, (Istanbul-Turki: al-Maktabah al-Islamiyah, 2009), h.749

8
orang untuk melakukan kekacauan, pertumpahan, merusak harta benda serta menentang
perundang-undangan. 39 Al-Qur’an mengancam keras pelaku tindak perampokan
sebagaimana disebutka QS. Al-Ma’idah ayat 33.
e. Pemberontakan Pemberontakan diistilahkan dengan al-bagyu atau makar kepada
pemerintah yang sah. Al-bagyu : secara etimologi bermakna perbuatan yang menyimpang
dari kebenaran.Menurut mazhab hanafi, al-bagyu adalah suatu perlawanan terhadap
pemimpin Negara yang diangkat secara sah dengan cara-cara yang dibenarkan syari’at
islam.42 Dengan demikian, ahl al-bagyi adalah sekelompok muslim yang memiliki
kekuatan yang menentang penguasa resmi dalm bebearapa masalah karena tidak adanya
kesepakatan terhadap ketetapan pemerintah dalam masalah yang mereka tuntut.
Pemberontak ini secara terang-terangan melakukan upaya penentangan terhadap pemerintah
yang sah dengan kekuatan senjata memberlakukan peraturan mereka sendiri.Pemberontakan
merupakan tindak pidana hudud yang diancam dengan hukuman berat.12 sebagaimana
firman Allah SWT dalam QA. Al-Hujurat (49):9.
f. Murtad Kata murtad diistilahkan dengan riddah yang secara etimologi berarti menentang,
menolak, menutup atau mengembalikan.43 Sedangkan secara terminology, murtad adalah
kembalinya orang islam yang berakal dan dewasa kepada kekafiran dengan kehendaknya
sendiri tanpa ada paksaan dari orang lain baik laki-laki maupun perempuan. 13Ketentuan al-
Quran yang memberikan rambu-rambu normative tentang perbuatan ridha antara lain QS.
Al-Baqarah (2): 217.
g. Peminum Khamar Arak ialah minuman keras. Dalam bahasa Arab dinamakan khamar,
bnerasala dari kata “khamara”, artinya menutupi dalam agama Islam, arak itu haram
diminum, sebab dapat menghilangkan akal pikiran. Seseorang yang meminum arakatau
khamar biasanya mabuk dan hilang kesadarannya. Ia lupa diri dan lupa tuhan.
Pembicraanya tidak tentu ujung pangkalnya lagi. Ia mencela dan memaki, membuka rahasia
diri sendiri dan orang lain. Oleh sebab itulah , meminum arak atau khamar diharamkan

12
Abd. Aziz Dahlan, et.al., Ensiklopedia Hukum Islam, Jilid II, (Cet. I; Jakarta: Ikhtiar Baru Van Hoeve,
1996), h. 172
13
Sayyid Sabiq, Fiqh Sunnah (Cet. I; Bandung: al-Ma’arif, 1987), h. 173.

9
dalam agama,karena termasuk perbuatan syetan. 14 Hal ini sesuai dengan firman Allah swt.
QS. Al-Maidah ayat 90.
E. Hikmah Hudud
Allah Ta'ala memerintahkan hamba-Nya untuk beribadah dan ta'at kepada-Nya,
melaksanakan apa yang Dia perintah dan menjauhi apa yang dilarang-Nya, Dia telah menetapkan
beberapa hukum demi untuk maslahat hamba-hamba-Nya, sebagaimana Dia menjanjikan surga bagi
orang yang beriltizam terhadap syari'atnya dan neraka bagi mereka yang menyelisihinya. Apabila
seorang hamba terlalu terburu-buru dan melakukan sebuah dosa, Allah buka baginya pintu taubat
dan istighfar.
Akan tetapi jika seseorang bersikeras untuk melakukan maksiat kepada Allah dan menolak
kecuali ingin menembus penghalang-Nya, melampaui batasan-Nya, seperti menjarah harta serta
kehormatan orang lain, maka dia harus ditarik tali pelananya dengan menegakkan hukuman Allah
Ta'ala; demi untuk merealisasikan keamanan serta ketenangan terhadap umat ini, dan seluruh
hukuman merupakan Rahmat dari Allah dan kenikmatan bagi seluruhnya. Kehidupan manusia akan
berdiri tegak dengan memelihara lima hal yang darurat.
Pelaksanaan hudud akan melindungi serta menjaga hal tersebut, dengan qishas jiwa
manusia menjadi terjaga, dengan pendirian had terhadap pencuri harta akan terjaga, dengan
pelaksanaan had zina serta qodzaf kehormatan akan terjaga, dengan pelaksanaan had bagi pemabuk,
akal akan terjaga, dengan pelaksanaan had, penjarahan keamanan serta harta dan jiwa akan terjaga,
dan dengan pelaksanaan seluruh had seluruh agama akan terjaga olehnya.Hudud merupakan
pembenteng bagi maksiat dan sebagai pembatas bagi dia yang menerimanya, karena yang demikian
itu akan mensucikannya dari kotornya kejahatan serta dari dosa-dosanya, dan juga sebagai
peringatan bagi selainnya untuk tidak terjerumus kedalam perbuatan tersebut.

14
Ibnu Mas’ud dan Zainal Abidin, Fiqh Mazhab Syafi’i: Edisi Lengkap, Muamalat, Munakahat, dan
Jinayat (Bandung: Pustaka Setia, 2000), h.572.

10
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Hudud adalah suatu pemisah atau pembatas yang tidak boleh dilewati karena suatu
pelanggaran yang mempunyai hukuman. Secara terminology, hudud adalah larangan Allah
yang diperintahkan kepada manusia untuk memeliharanya dan tidak mendekatinya. Hudud
pada hakikatnya adalah larangan Allah yang harus di patuhi yang jenisketentuan hukumnya
dan kadar batasan hukumnya telah di tetapkan oleh Allah SWT, sebagai pembuat syari‟ah.

Had dalam terminologi fuqaha yaitu: hukuman yang ditentukan dan wajib dalam rangka
memenuhi hak Allah Tabaraka uta Ta'ala.

Dalam Islam masalah hudud ditetapkan berdasarkan beberapa ayat dari Al-Qur'an yang
mulia. Seperti ayat tentang zina, ayat tentang pencurian, ayat tentang tuduhan berbuat zina
terhadap wanita-wanita yang tak berdosa, ayat tentang pelaku kerusuhan, ayat tentang
pengharaman khamer, dan sebagainya.

Ulama fiqhi memahami hudud dalam arti terbatas dan tertentu kadarnya. Pemahaman
ini yang dianut sehingga memunculkan kategorisasi pelanggaran sebagai wujud yang
dikenakkan hudud yang terbatas pada persoalan saja diantaranya ; berzinah, menuduh
berzinah, mencuri, pengacau, pemberontak, murtad, serta peminum khamar.

11
DAFTAR PUSTAKA

Imam An-Nawawi, Syarah Shahih Muslim jilid 8, Darus Sunnah

Ibnu Hajar Al Asqalani, Fathul Baari jilid 33, Pustaka Azzam

Abd. Aziz Dahlan, et.al., Ensiklopedia Hukum Islam, Jilid II, (Cet. I; Jakarta: Ikhtiar Baru
Van Hoeve, 1996),

Sayyid Sabiq, Fiqh Sunnah (Cet. I; Bandung: al-Ma’arif, 1987)

Ibnu Mas’ud dan Zainal Abidin, Fiqh Mazhab Syafi’i: Edisi Lengkap, Muamalat,
Munakahat, dan Jinayat (Bandung: Pustaka Setia, 2000

Ibrahim Anis, al-mu’jam al-wasth, juz II, (Istanbul-Turki: al-Maktabah al-Islamiyah, 2009),

Syaikh Abdurrahman Al-Juzairi, Fikih empat Madzhab( jilid 6). (Pustaka Al-Kautsar

12

Anda mungkin juga menyukai