Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Proses perpindahan periode kekuasaan dari Ali bin Abi Thalib ( Khalifah
Rasyidin ke-4) kepada Umayyah ini dicatat sejarah sarat akan hikmah sehingga
patut dicermati dan dikaji lebih mendalam. Tidak hanya itu, pergulatan politik
yang terjadi pada awal berdiri Dinasti Umayyah hingga perkembangan dan
perubahan sistem khilafah menjadi monarki sangat menarik untuk ditelaah.
Namun kita juga tidak dapat menutup mata, meskipun terdapat berbagai persoalan
yang terjadi waktu itu, Dinasti Umayyah yang berkuasa lebih kurang selama 90
tahun (40-132H/661-750M), juga telah memberikan kontribusi yang besardalam
membangun Peradaban Islam di dunia. Banyak kemajuan yang telah dicapai
dalam peradaban Islam oleh Bani Umayyah, diantaranya bidang
Politik,Pemerintahan, Militer, Ekonomi, Sosial Kemasyarakatan, Pendidikan
(Iptek),Kesenian, Pemikiran, Filsafat, serta Pemahaman Keagamaan

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana sejarah daulah umayyah di syiria?


2. Bagaimana pembentukan pemerintahan bani umayyah di syiria?
3. Bagaimana kemajuan yang dialami dinasti umayyah di syiria?

C. Tujuan Penulisan

1. Mengetahui sejarah daulah umayyah di Syiria.

2. Mengetahui pembentukan pemerintahan bani umayyah di syiria?

3. Mengetahui kemajuan yang dialami dinasti umayyah di syiria

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Sejarah Berdirinya Dinasti Umayyah di Syria (661 -750)

Berdasarkan fakta sejarah pendirian Dinasti Umayyah dilakukan oleh


Mu’awiyah dengan cara menolak membai’at Ali, berperang melawan Ali, dan
melakukan perdamaian (tahkim) dengan pihak Ali yang secara politik
menguntungkan Mu’awiyah. Keberuntungan selanjutnya adalah terbunuhnya
khalifah Ali ra. Jabatan khalifah setelah Ali wafat dipegang oleh putranya Hasan
Ibn Ali selama beberapa bulan. Karena tidak didukung pasukan yang kuat,
sedangkan pihak Mu’awiyah semakin kuat, akhirnya Mu’awiyah melakukan
perjanjian dengan Hasan Ibn Ali. Isi perjanjian itu adalah bahwa pergantian
pemimpin akan diserahkan kepada umat Islam setelah masa Mu’awiyah
berakhir1. 2 Perjanjian ini dibuat pada tahun 661 (41 H) dan tahun tersebut disebut
‘am jama’at, karena perjanjian ini menyatukan umat Islam kembali menjadi satu
kepemimpinan politik, yaitu Mu’awiyah, dan Mu’awiyah mengubah sistem
khilafah menjadi kerajaan.2

B. Pembentukan Pemerintahan
Setelah khalifah Ali meninggal dunia bulan Ramadhan 40 H, penduduk
Kufah mengangkat putranya, Hasan menjadi khalifah mereka walaupun
sebenarnya dia tidak berbakat menjadi khalifah karena lebih suka hidup
bersenang-senang dan kawin dengan banyak wanita. Pernah juga dia menantang
Muawiyah dengan mengirim 12.000 orang pasukan untuk menyerang Muawiyah.
Akan tetapi pasukannya kalah dan dia mengajak Muawiyah berdamai.3
Sementara itu, penduduk Syam pun telah mengangkat Muawiyah menjadi
khalifah mereka semenjak peristiwa tahkim. Berbeda dengan Hasan, dia didukung
oleh tentara tentara militan yang keperluan finansial mereka ditanggung

1
Lihat Ibn A’tsam al-kufi, al-futuh,(Beirut: Dar al Fikr, 1992), j.II. hlm. 9-11
2
Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam : Dirasah Islamiyah II, (Jakarta: PT.Raja GrafindoPersada,
1997), hlm.40
3
Syamruddin Nasiution, sejarah peradaban islam :sejarah daulah umayyah di syiria, (, (Jakarta:
PT.Raja GrafindoPersada, 2018), hlm.89

2
Muawiyah, apalagi tanah Syam yang kaya raya mendukung Muawiyah untuk hal
itu.
Nama Dinasti Bani Umayah diambil dari Umayah bin Abd Al-Syam,
kakek Abu Sufyan. Umayah segenerasi dengan Abdul Muthalib, kakek Nabi
Muhammad Saw dan Ali bin Abi Thalib. Dengan demikian, Ali bin Abi Thalib
segenerasi pula dengan Mu’awiyah bin Abi Sufyan. Ali bin Abi Thalib berasal
dari keturunan Bani Hasyim sedangkan Mu’awiyah berasal dari keturunan Bani
Umayah. Kedua keturunan ini merupakan orang-orang yang berpengaruh dalam
suku Quraisy.4
Nama Dinasti Bani Umayah diambil dari Umayah bin Abd Al-Syam,
kakek Abu Sufyan. Umayah segenerasi dengan Abdul Muthalib, kakek Nabi
Muhammad Saw dan Ali bin Abi Thalib. Dengan demikian, Ali bin Abi Thalib
segenerasi pula dengan Mu’awiyah bin Abi Sufyan. Ali bin Abi Thalib berasal
dari keturunan Bani Hasyim sedangkan Mu’awiyah berasal dari keturunan Bani
Umayah. Kedua keturunan ini merupakan orang-orang yang berpengaruh dalam
suku QuraisyMuawiyah dipandang sebagai pembangun dinasti yang oleh sebagian
besar sejarawan awalnya dipandang negatif.Keberhasilannya memperoleh
legalitas atas kekuasannya dalam perang saudara di siffin dicapai melalui cara
yang curang.Lebih dari itu Muawaiyah juga dituduh sebagai penghianat prinsip-
prinsip demokrasi yang diajarkan islam,karena dialah yang mula-mula mengubah
pimpinan negara dari seorang yang dipilih oleh rakyat menjadi kekuasaan raja
yang diwariskan turun temurun (monarchy heredity).
Masa pemerintahan Bani Umayyah terkenal sebagai suatu era
agresif,dimana perhatian tertumpu pada usaha perluasan wilayah dan
penaklukan,yang terhenti sejak zaman kedua khulafaur rasyidin terakhir.Hanya
dalam jangka waktu 90 tahun, banyak bangsa di empat penjuru mata angin
beramai-ramai masuk ke dalam kekuasaan Islam,yang meliputi tanah spanyol,
seluruh wilayah Afrika Utara, Jazirah Arab, Syiria, Palestina, sebagian daerah
Anatolia,Irak,Persia,Afganistan,India dan negeri-negeri yang sekarang dinamakan
Turkmenistan,Uzbekistan dan Kirgiztan yang termasuk Soviet Rusia.

4
Samsul Munir Amin,Sejarah Peradaban Islam, Jakarta: Amzah, 2010, h. 118

3
C. Pertumbuhan Pemerintahan (661 – 680 M)
Pada masa pertumbuhan ini mencakup masa pemerintahan
Muawiyah (661 – 680 M/40-60 H), Yazid bin Muawiyah (680 – 683
M/61-63 H), Muawiyah bin Yazid (683 M/63 H) dan Marwan bin Hakam
(684 – 685 M/64-65H).5
1. Muawiyah (661 – 680 M/40-60 H)

Muawiyah sebagai khalifah pertama melakukan pemindahan ibu kota


negara dari Kufah (pusat kekuasaan Ali) ke Damaskus karena dia sudah 22 tahun
menjadi gubernur di daerah ini. Selain itu dia mempunyai pendukung yang dapat
diandalkan di sana, sedangkan di Kufah hanya terdapat pendukung Ali yang
beraliran Syi’ah.

2. Yazid ibn Muawiyah (680 – 683 M/61-63 H)

Masa pemerintahan Muawiyah digantikan oleh anaknya Yazid yang


memerintah hanya selama tiga tahun (61- 63 H), akan tetapi karena mendapat
perlawanan dari penduduk Kufah, Bashrah, dan penduduk serta sahabatsahabat di
Madinah terutama di Makkah Abdullah bin Zubeir memberontak, maka
pemerintahannya dihadapkan kepada kerusuhan-kerusuhan.

3. Marwan bin Hakam (684 – 685 M/64-65H)

Marwan bin Hakam menggantikan Muawiyah II sebagai Khalifah, dia


bekas sekretaris Utsman bin Affan, dan menjadi gubernur Madinah pada masa
Muawiyah, kini dia menjadi khalifah menggantikan Muawiyah II.

D. Masa Kejayaan Pemerintahan dan Perkembangan Ilmu Pengetahuan


(685 – 715)
Masa puncak pemerintahan daulah Umaiyah berlangsung selama
30 tahun (685 – 715 M), yaitu Abdul Malik bin Marwan (685 – 705 M)
dan puteranya Walid bin Abd. Malik (705 – 715 M).

5
Syamruddin Nasiution, sejarah peradaban islam :sejarah daulah umayyah di syiria, (, (Jakarta:
PT.Raja GrafindoPersada, 2018), hlm.92

4
1. Abdul Malik bin Marwan (685 – 705 M)

Abdul Malik yang menggantikan ayahnya Marwan sebagai Khalifah


adalah sebagai khalifah terbesar kedua sesudah Muawiyah dalam pemerintahan
daulah Umaiyah, karena dia berhasil memadamkan banyak pemberontakan dan
menata administrasi pemerintahan, serta kemampuannya dalam mengendalikan
berbagai urusan sehingga dia berhasil membebaskan daulah Umaiyah dari carut
marut yang merongrong daulah itu dan menggantinya dengan keagungan yang
mempesona.6

2. Walid bin Abd. Malik (705 – 715 M)

Setelah Abdul Malik memerintah selama dua puluh tahun (685-705 M) dia
mengangkat anaknya al-Walid sebagai Khalifah penggantinya. Kalifah Al-Walid
mewarisi stabilitas politik yang memungkinkannya dapat membangun negara.
Oleh sebab itu, dia memperluas Masjid Makkah, membangun Masjid Madinah. Di
Syam sebagai ibu kota negara, dia membangun sejumlah sekolah dan rumah
ibadah serta membantu lembaga-lembaga sosial, seperti lembaga yang menangani
penderita penyakit kusta, lumpuh dan buta.

E. Kemajuan Peradaban Dinasti Umayyah Di Syiria


1. Bidang Pemerintahan
Pada masa Dinasti Umayyah, pusat pemerintahan dari Madinah
dipindahkanke Damaskus. Keputusan ini berdasarkan pada pertimbangan politis
dan keamanan. Karena letaknya jauh dari Kufah, pusat kaum Syi‟ah, dan juga
jauh dari Hijaz, tempat tinggal Bani Hasyim. Lebih dari itu, Damaskus yang
terletak di wilayahSyam (Suriah) adalah daerah yang berada di bawah
genggaman Mu‟awiyah selama 20 tahun sejak dia diangkat menjadi gubernur di
distrik ini sejak zaman KhalifahUmar bin al-Khattab.7

6
Ahmad Syalabi, Sejarah kebudayaan Islam (Jakarta: PT Alhusna Zikra 1995) hlm. 68
7
J.Sayuti Pulungan, Fiqih Siyasah: Ajaran, Sejarah, dan Pemikiran, (Jakarta : LSIK, 1994),hlm.164

5
2. Bidang Hukum
Pada bidang pelaksanaan hukum, Dinasti Umayyah membentuk
suatulembaga yang bernamaNizham al-Qadha (organisasi kehakiman).
Kekuasaan kehakiman di zaman ini dibagi ke dalam tiga badan, yaitu:

a). Al-Qadhi, bertugas memutuskan perkara dengan ijtihadnya, karena pada waktu
itu belum ada “mazhab empat” ataupun mazhab-mazhab lainnya.Pada waktu itu
Al-Qadhi menggali hukum sendiri dari Al-kitab dan As-Sunnah dengan berijtihad.

b). Al-Hisbah, bertugas menyelesaikan perkara-perkara umum dan soal-soal


pidana yang memerlukan tindakan cepat.

c). An-Nazhar fil Mazhalim, yaitu mahkamah tertinggi atau mahkamah banding.8

3. Bidang Militer

Pada masa pemerintahan Dinasti Umayyah, perkembangan militer


bangsaArab telah mencapai kemajuan yang signifikan. Dalam peperangan dengan
tentara Bizantium, bangsa Arab sekaligus mempelajari kelebihan metode militer
Romawi dan menggunakannya sebagai model mereka.9

Sebagai organisator militer, Mu‟awiyah adalah yang paling unggul di


antara rekan-rekan sezamannya. Ia mencetak bahan mentah yang terdiri atas
pasukan Suriahmenjadi satu kekuatan militer Islam yang terorganisir dan
berdisiplin tinggi. Iamenghapus sistem militer yang didasarkan atas organisasi
kesukuan.

Mu‟awiyah melaksanakan perubahan besar dan menonjol di dalam


pemerintahannya dengan mengandalkan angkatan daratnya yang kuat dan
8
Philip K. Hitti, History of The Arabs, R. Cecep Lukman Yasin dan Dedi Slamet Riyadi, penerjemah,
(Jakarta : PT. Serambi Ilmu Semesta, 2010), hlm. 166
9
K. Ali, A Study of Islamic History (Studi Sejarah Islam), Adang Affandi, penerjemah,(Jakarta
:Binacipta, 1995), hlm. 233

6
efisien.Dia dapat mengandalkan pasukan orang-orang Suriah yang taat dan setia,
yang tetap berdiri di sampingnya walau dalam keadaan yang berbahaya sekalipun.
Dengan bantuan pasukan ini, Mu‟awiyah berupaya mendirikan pemerintahan
yang stabil.

4. Bidang Ekonomi

Pada masa Dinasti Umayyah, ekonomi mengalami kemajuan yang luar


biasa. Dengan wilayah penaklukan yang begitu luas, maka hal itu
memungkinkannya untuk mengeksploitasi potensi ekonomi negeri-negeri
taklukan. Mereka juga dapat mengangkut sejumlah besar budak ke dunia Islam.
Penggunaan tenaga kerja ini membuat bangsa Arab hidup dari negeri taklukan dan
menjadikannya kelas pemungut pajak dan sekaligus memungkinkannya
mengeksploitasi negeri-negeri tersebut, seperti Mesir, Suriah dan Irak.10

Adapun sumber utama pemasukan sama saja dengan sumber pendapatan


padamasa Khulafa ar-Rasyidin, yaitu pajak. Di setiap provinsi, semua biaya untuk
urusan administrasi lokal, belanja tahunan negara, gaji pasukan, dan berbagai
bentuk layanan masyarakat dipenuhi dari pemasukan lokal, dan sisanya
dimasukkan kedalam kas negara.

5. Bidang Sosial

Masyarakat pada masa Dinasti Umayyah terbagi ke dalam empat kelas


sosial.Kelas tertinggi biasanya diisi oleh para penguasa Islam, dipimpin oleh
keluargakerajaan dan kaum aristokrat Arab. Kelas sosial kedua adalah para
muallaf yang masuk Islam melalui pemaksaan sehingga negara mengakui hak
penu mereka sebagai warga muslim. Kelas sosial ketiga adalah anggota sekte dan
para pemilik kitab suci yang diakui, yang disebut ahl al-dzimmah, yaitu orang
Yahudi, Kristen dan Saba yang telah mengikat perjanjian dengan umat Islam.
Selanjutnya, kelas paling rendah dalam masyarakat adalah golongan budak.

10
Bosworth, C.E., The Islamic Dynasties (Dinasti-Dinasti Islam), Ilyas Hasan, penerjemah,(Bandung
: Mizan, 1993), hlm. 26

7
Meskipun perlakuan terhadap budak telah diperbaiki, tetapi dalam prakteknya
mereka tetap menjadi penduduk kelas rendah.11

6. Bidang Keagamaan dan Ilmu Pengetahuana.


a. Penyempurnaan tulisan Alquran

Alquran yang dikodifikasi pada zaman Abu Bakar dan Ustman Ibn
Affanditulis tanpa titik, sehingga tidak dapat dibedakan antara huruf Fa
denganQof, Ba dengan Ta dan Tsa; dan baris sehingga tidak dapat dibedakan
antara dhommah yang berbunyi “u”, fathah yang berbunyi “a”, Kasrah yang
berbunyi “i”.

Menurut salah satu riwayat, ulama yang pertama kali memberikan


barisdan titik pada huruf-huruf Alquran adalah Hasan al-Bashri (642-728 M)atas
perintah Abd al-Malik Ibn Marwan (yang menjadi khalifah antara 685-705 M).12

b. Penulisan Hadist

Umar Ibn Abd Aziz adalah khalifah yang mempelopori penulisan (tadwin)
hadist. Beliau memerintahkan kepada Abu Bakar Ibn Muhammad Ibn AmrIbn
Hajm (120 H) gubernur Madinah, untuk menuliskan hadist yang adadalam
hafalan-hafalan penghafal hadist. Atas perintah khalifah, pengumpulan hadist
dilakukan oleh ulama. Di antaranya adalah Abu Bakar Muhammad Ibn Muslim
Ibn Ubaidillah Ibn Syihab al-Zuhri (guru ImamMalik). Akan tetapi kitab hadist
yang dikumpulkan oleh Imam al-Zuhritidak diketahui dan tidak sampai kepada
kita. Dalam sejarah tercatat bahwa ulama yang pertama kali membukukan hadist
adalah Imam al-Zuhri.

c. Teologi Khawarij dan Murji‟ah

Awal pendirian Umayyah ditandai dengan munculnya kelompok yang


kontra terhadap Ali dan Mu‟awiyyah, yaitu khawarij. Disamping berperan sebagai

11
Philip K. Hitti, History of The Arabs,hlm. 289-291
12
T.M. Hashbi Ash-Shiddieqy,Sejarah dan Pengantar Ilmu Al-Qur‟an-Tasir , (Jakarta:Bulan
Bintang, 1980), hlm. 108

8
gerakan politik, khawarij juga berperan sebagai aliran teologiIslam. Gagasan
Khawarij adalah tentang kewajiban menggunakan hukum Allah dengan adagium
la hukm illa lillah.

Bagi Khawarij, menyelesaikansengketa bukan dengan hukum Allah adalah


pengingkaran; dan dalam pandangan mereka Tahkim antara pihak Ali dan
Mu‟awiyah dilakukantanpa hukum Allah. Oleh karena itu, Ali dan Mu‟awiyah
dianggap telah melakukan dosa besar; dan mereka mengkafirkan pihak-pihak
yangmelakukan dosa besar.

Secara bahasa, Murji‟at berasal dari kata al-irja’ (mengakhirkan, al-


ta’khir atau memberikan harapan (I’tha al-Raja’). Arti pertama relevan dengan
Khawarij karena adigium yang mereka gunakan, yaitu maksiat tidak akan merusak
iman seperti taat tidak akan bermanfaat bagi kekafiran; danmakna kedua relevan
dengan khawarij karena mereka tidak mau menentukan hukum bagi yang
melakukan dosa besar di dunia ini; apakahia akan ditempatkan di surga atau di
neraka. Diantara gagasan terpenting mereka adalah bahwa mukmin yang
melakukan maksiat akan disiksa oleh Allah di Akhirat nanti; dan setelah disiksa,
mereka akan ditempatkan disurga.

d. Madrasah Hasan al-Bashri

Hasan al-Bashri dilahirkan pada zaman Khalifah Umar Ibn Khattab ra dan
meninggal pada zaman Hisyam Ibn Abd al-Malik (Dinasti Umayyah).Beliau
meninggalkan sejumlah kitab yang berharga, diantara karya yang bisa dijumpai
saat ini adalah Risalat fi Dzamm al-Qodariyyat dan Kitab fiTafsir al-Qur‟ani.

e. Aliran Fikih

Secara umum, pada zaman Dinasti Umayyah terdapat dua aliran


fikih:aliran Kufah (Madrasat al- Ra‟y) dan aliran Madinah ( Madrasat al- Hadist ).
Aliran Kufah dibesarkan oleh Abu Hanifan dan aliran Madinah dibesarkan
oleh Imam Malik; dan di Madinah terdapat Fuqoha’ Sab’at.

9
F. Keruntuhan Dinasti Umayyah di Damaskus

Sepeninggal Umar Ibn Abd al-Aziz, kekuasaan Bani Umayyah dilanjutkan


oleh Yazid Ibn Abd Malik(720-724M). Masyarakat yang sebelumnya hidup
dalamketenteraman dan kedamaian, pada masa itu berubah menjadi kacau.
Dengan latar belakang dan kepentingan etnis politis, masyarakat menyatakan
konfrontasi terhadap pemerintahan Yazid Ibn Abd Malik cendrung kepada
kemewahan dan kurang memperhatikan kepentingan rakyat.

Kerusuhan terus berlanjut hingga masa pemerintahan khalifah berikutnya,


Hisyam bin Abd Malik(724-743 M). Bahkan pada masa ini muncul satu kekuatan
baru dikemudian hari menjadi tantangan berat bagi pemerintahan Bani Umayyah.
Kekuatan itu berasal dari kalanganBani Hasyimyang didukung oleh golongan
mawali. Walaupun sebenarnya Hisyam bin Abd Malik adalah seorang khalifah
yangkuat dan terampil. Akan tetapi, karena gerakan oposisi ini semakin kuat,
sehingga tidak berhasil dipadamkan. Setelah Hisyam bin Abd Malikwafat,
khalifah-khalifah Bani Umayyah yang menjadi khalifah berikutnya bukan hanya
lemah dalam politik, tetapi juga bermoral buruk. Hal ini semakin memperkuat
golongan oposisi. Dan akhirnya, pada tahun 750 M,Marwan Ibn Muhammad,
khalifah terakhir BaniUmayyah, melarikan diri ke Mesir, namun kemudian
berhasil ditangkap danterbunuh disana. Kematian Marwan Ibn Muhammad
menandai berakhirnyakekuasaan Bani Umayyah di timur (Damaskus) yang
digantikan oleh BaniAbbasiyah yang merupakan bagian dari Bani Hasyim.13

Adapun beberapa faktor yang menyebabkan dinasti Bani Umayyah lemah


danmembawanya kepada kehancuran. Faktor-faktor itu antara lain adalah:

1. Sistem pergantian khalifah melalui garis keturunan yang lebih


menekankanaspek senioritas, pengaturannya tidak jelas dan Ketidak
jelasan sistem pergantian khalifah ini menyebabkan terjadinya persaingan
yang tidak sehatdi kalangan anggota keluarga istana.

13
Badri Yatim,op. cit , hal. 47-48

10
2. Lemahnya pemerintahan daulat Bani Umayyah juga disebabkan oleh
sikaphidup mewah di lingkungan istana sehingga anak-anak khalifah tidak
sanggup memikul beban berat kenegaraan tatkala mereka mewarisi
kekuasaan. Disamping itu, para Ulama banyak yang kecewa karena
perhatian penguasa terhadap perkembangan agama sangat kurang.
3. Latar belakang terbentuknya dinasti Bani Umayyah tidak bisa dipisahkan
darikonflik-konflik politik yang terjadi di masa Ali. Sisa-sisa Syi'ah (para
pengikut Abdullah bin Saba') dan Khawarij terus menjadi gerakan oposisi,
baik secara terbuka seperti di masa awal dan akhir maupun
secaratersembunyi seperti di masa pertengahan kekuasaan Bani
Umayyah.Penumpasan terhadap gerakan-gerakan ini banyak menyedot
kekuatan pemerintah.
4. Penyebab langsung tergulingnya kekuasaan dinasti Bani Umayyah
adalahmunculnya kekuatan baru yang dipelopori oleh keturunan al-Abbas
ibn Abdul-Muthalib. Gerakan ini mendapat dukungan penuh dari Bani
Hasyim dan kaum mawali yang merasa dikelas duakan oleh pemerintahan
Bani Umayyah.

11
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa Dinasti


Umayyah lahir dari gejolak politik dengan pihak Ali Ibn Abi tholib. Akhirnya
ambisi Dinasti Umayyah tercapai oleh keturunannya yang bernama Mu‟awiyah
bin Abi Sufyan hingga mencapai masa keemasannya. Dinasti Umayyah telah
memberikan kontribusi yang besar dalam membangun Peradaban Islam di dunia.
Banyak kemajuan yangtelah dicapai dalam peradaban Islam oleh Bani Umayyah,
diantaranya bidang Politik,Pemerintahan, Militer, Ekonomi, Sosial
Kemasyarakatan, Pendidikan (Iptek),Kesenian, Pemikiran, Filsafat, serta
Pemahaman Keagamaan.
Masa keemasan tersebut tidak berlangsung lama, Dinasti Umayyah mulai
mengalami kemunduran pada masa kepemimpinanYazid Ibn Abd al-Malik(720-
724 M). Pemerintahan Yazid bin Abd al-Malik cenderung kepada
kemewahan,kurang memperhatikan kehidupan rakyat, dan mengakibatkan
kerusuhan hingga pada masa kepemimpinan Hisyam Ibn Abdul-Malik(724-743
M).Dinasti Umayyah mendapatkan perlawanan yang semakin kuat dari gerakan
oposisi. Hingga pada akhirnya, di tahun 750 M, Dinasti Umayyah digulingkan
oleh Bani Abbasiyah yang merupakan bagian dari Bani Hasyim. Kematian
Marwan Ibn Muhammad sebagai khalifah terakhir Dinasti Umayyah, menandai
berakhirnya kekuasaan Dinasti Umayyah di Damaskus

B. SARAN
Penulis makalah ini belum begitu sempurna masih banyak terdapat
kekurangan. Oleh karna itu penulis menyarankan agar pembaca tidak hanya
mengambil referensi dari makalah ini saja tapi harus mengambil dari sumber-
sumber lainnya lagi menmbah pengetahuan dan cekrawala tentang masalah ini.

12
DAFTAR KEPUSTAKAAN

Ibn A’tsam al-kufi, al-futuh,(Beirut: Dar al Fikr, 1992)

Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam : Dirasah Islamiyah II, (Jakarta: PT.Raja
GrafindoPersada, 1997)

Syamruddin Nasiution, sejarah peradaban islam :sejarah daulah umayyah di


syiria, (, (Jakarta: PT.Raja GrafindoPersada, 2018)

Samsul Munir Amin,Sejarah Peradaban Islam, Jakarta: Amzah, 2010

Ahmad Syalabi, Sejarah kebudayaan Islam (Jakarta: PT Alhusna Zikra 1995)


Sayuti Pulungan, Fiqih Siyasah: Ajaran, Sejarah, dan Pemikiran, (Jakarta : LSIK,
1994)

Philip K. Hitti, History of The Arabs, R. Cecep Lukman Yasin dan Dedi Slamet
Riyadi, penerjemah, (Jakarta : PT. Serambi Ilmu Semesta, 2010),

K. Ali, A Study of Islamic History (Studi Sejarah Islam), Adang Affandi,


penerjemah,(Jakarta :Binacipta, 1995),

T.M. Hashbi Ash-Shiddieqy,Sejarah dan Pengantar Ilmu Al-Qur‟an-Tasir , (Jakarta:Bulan


Bintang, 1980),

13

Anda mungkin juga menyukai