Anda di halaman 1dari 20

SEJARAH DAKWAH PADA MASA DINASTI

UMAYYAH

DI SUSUN

OLEH
ADHARI SYAHRI

MUHAMMAD JAILANI

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM


FAKULTAS USSULUDDIN ADAB DAN DAKWAH
INSTITUT IAIN LANGS
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sepeninggalnya khalifah Ali bin Abi Thalib, kekhalifahan Islam dipegang
oleh Muawiyah bin Abu Sufyan. Seorang tokoh yang kecewa atas kebijaksanaan
yang diambil oleh Ali bin Abi Thalib dalam mengambil keputusan terhadap kasus
pembunuhan khalifah Ustman bin Affan. Beliau juga merupakan pendiri dinasti
Umayyah. Dinasti Umayyah didirikan oleh cara yang tidak demokratis. Dengan
Berakhirnya kekuasaan khalifah Ali bin Abi Thalib tersebut mengakibatkan lahirnya
kekuasan yang berpola dinasti atau kerajaan.
Dinasti Umayyah merupakan kerajaan Islam pertama yang didirikan oleh
Mu’awiyah bin Abi Sufyan. Perintisan dinasti ini dilakukannya dengan cara menolak
pembai’atan terhadap khalifah Ali bin Abi Thalib, kemudian ia memilih berperang
dan melakukan perdamaian dengan pihak Ali dengan strategi politik yang sangat
menguntungkan baginya. Jatuhnya Ali dan naiknya Mu’awiyah juga disebabkan
keberhasilan pihak khawarij (kelompok yang menentang dari Ali) membunuh
khalifah Ali, meskipun kemudian tampak kekuasaan dipegang oleh putranya Hasan,
namun tanpa dukungan yang kuat dan kondisi politik yang kacau akhirnya
kepemimpinannya pun hanya bertahan sampai beberapa bulan.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, maka dapat dibuat


perumusan masalah sebagai berikut;

1. Apa itu Dinasti Umayyah?


2. Bagaimana masa keemasan pada masa Dinasri Umayyah?
3. Apa saja Faktor-faktor yang menyebabkan kemunduran dari Dinasti
Umayyah?
BAB II
PEMBAHASAN

A. Dinasti Umayyah
Bani Umayyah (bahasa Arab: ,‫ ب نو أم ية‬Banu Umayyah, Dinasti Umayyah)
atau Kekhalifahan Umayyah, adalah kekhalifahanIslam pertama setelah masa
Khulafaur Rasyidin yang memerintah dari 661 sampai 750 di Jazirah Arab dan
sekitarnya (Ibu Kota di Damaskus); serta dari 756 sampai 1031 di Cordoba, Spanyol
sebagai Kekhalifahan Cordoba. Nama dinasti ini dirujuk kepada Umayyah bin 'Abd
asy-Syams, kakek buyut dari khalifah pertama Bani Umayyah, yaitu Muawiyah bin
Abu Sufyan atau kadangkala disebut juga dengan Muawiyah
Para sejarawan membagi dinasti Umayyah ini menjadi dua, yaitu pertama
dinasti yang dirintis oleh Muawiyah bin Abi Sofyan yang berpusat di Damaskus dan
yang kedua dinasti Umayyah di Andalusia (Spanyol) yang pada awalnya merupakan
wilayah taklukan Umayyah di bawah pimpinan seorang gubernur pada masa khalifah
Walid bin Malik. Dan kemudian diubah menjadi kerajaan yang terpisah dari
kekuasaan dinasti Abasiyah setelah berhasil menaklukan dinasti Umayyah di
Damaskus.
Perintisan dinasti Umayyah dilakukan oleh Muawiyyah dengan cara menolak
membai’at Ali, berperang melawan Ali, dan melakukan perdamaian (tahkim) dengan
pihak ali yang secara politik sangat menguntungkan Muawiyyah. Setelah kaum
Khawarij berhasil membunuh Ali r.a pada tahun 661 M. Jabatan setelah Ali dipegang
oleh putranya Hasan bin Ali selama beberapa bulan. Namun, karena tidak didukung
oleh pasukan yang kuat, sedangkan pihak Muawiyyah kuat akhirnya Muawiyyah
membuat perjanjian dengan Hasan bin Ali, yang berisi bahwa penggantian pemimpin
akan diserahkan kepada umat Islam setelah pemerintahan Muawiyyah berakhir.
Perjanjian ini terjadi pada tahun 661 M. (41 H) Dan tahun itu disebut am jama’ah
karena perjanjian ini mempersatukan umat Islam kembali menjadi satu
kepemimpinan politik yaitu Muawiyyah.1

1
Dedy Supriyadi, Sejarah Peradaban Islam. (Bandung: Pustaka Setia, 2008) Hal.103
Pemindahan kekuasaan pada Muawiyyah mengakhiri bentuk pemerintahan
demokrasi. Kekhalifaan menjadi monarchy heredetis (kerajaan turun temurun).
Karena dia memberikan interpretasi baru dari kata-kata khalifah untuk
mengagungkan jabatannya. Dia menyebutkan “khalifah Allah” dalam pengertian
“penguasa” yang dipilih Allah.2 KetikaMuawiyyah mewajibkan seluruh rakyat untuk
menyatakan setia terhadap anaknya Yazid dimulailah penggantian secara turun-
temurun yang berdasarkan politik, lebih dari pada kepentingan keagamaan. Di
pengaruhi oleh keadaan Syiria (yang merupakan kaki tangan bizantium sebelum
adanya pemerintahan arab). Muawiyyah bermaksud mencontoh monarchy heriditas
yang ada di Persia dan kaisar Bizantium. Yang mana deklarasi ini menyebabkan
adanya pergerakan oposisi dari rakyat yang selanjutnya menyebabkan adanya
perselisihan dan peperangan saudara. Dinasti Umayyah berkuasa hampir satu abad,
tepatnya selama 90 tahun, dengan empat belas khalifah. Namun sebagian diantara
mereka tidak mampu menjalankan tugasnya sebagai khalifah dengan baik mereka
bukan hanya lemah tetapi juga bermoral buruk.
Berikut ini daftar nama Raja pada masa Dinasti Umayyah:
1. Muawiyah bin Sofyan (661-680 M)
2. Yazid bin Muawiyah (681-683 M)
3. Muawiyah bin Yazid (683-684 M)
4. Marwan bin Al-Hakam (684-685 M)
5. Abdul Malik bin Marwan(685-705M)
6. Al-walid bin Abdul Malik (705-715 M)
7. Sulaiman bin Abdul Malik (715-717 M)
8. Umar bin Abdul Aziz (717-720 M)
9. Yazid bin Abdul Malik (720-724 M)
10. Hisyam bin Abdul Malik (724-743 M)
11. Walid bin Yazid (743-744 M)
12. Yazid bin Walid (Yazid II) (744 M)
13. Ibrahim bin Malik (744 M)

2
Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam. (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2008) Hal. l 42
14. Marwan bin Muhammad (745-750 M)3

B. Masa Keemasan Dinasti Umayyah


Masa pemerintahan Bani Umayyah terkenal sebagai suatu era agresif, dimana
perhatian tertumpu kepada usaha perluasan wilayah dan penaklukan, yang terhenti
sejak zaman Khulafa ar-Rasyidin terakhir. Hanya dalam jangka waktu 90 tahun,
banyak bangsa di penjuru empat mata angin beramai-ramai masuk kedalam
kekuasaan Islam, yang meliputitanah Spanyol, seluruh wilayah Afrika Utara, Jazirah
Arab, Suriyah, Palestina, separuh daerah Anatolia, Irak, Persia, Afganistan, India dan
negeri-negeri yang sekarang dinamakan Turkmenistan, Uzbekistan dan Kirgiztan
yang termasuk Sovyet Rusia.4
Memasuki kekuasaan masa Muawiyah yang menjadi awal kekuasaan Bani
Umayyah, pemerintah yang bersifat demokratis berubah menjadi monarchiheridetis
(kerajaan turun temurun). Kekhalifahan Muawiyah diperoleh dengan kekerasaan,
diplomasi dan tipu daya, tidak dengan pemilihan atau suara terbanyak. Sukses
kepemimpinan secara turun-temurun dimulai ketika Muawiyah mewajibkan seluruh
rakyatnya untuk meyatakan setia terhadap anaknya, Yazid. Muawiyah mencontoh
monarchi di Persia dan Bizantium. Dia memang menggunakan istilah khalifah,
namun dia menberikan interprestasi baru dari kata-kata itu untuk mengagungkan
jabatan tersebut. Dia menyebutkan “khalifah Allah” dalam pengertian “penguasa”
yang diangkat oleh Allah.5
Kekuasaan Bani Umayyah yang berumur kurang lebih 90 tahun. Ibu kota
negara dipindahkan Muawiyah dari Madinah ke Damaskus, tempat ia berkuasa
menjadi gubernur sebelumnya. Khalifah-khalifah besar dinasti Bani Umayyah ini
adalah Muawiyah bin Abi Sufyan (661-680 M), Abd al-Malik bin Marwan (685-705
M), al-Walid bin Abd Malik (705-715), Umar bin Abdul Aziz (71720 M) dan Hisyam
bin Abd al-Malik (724-743 M).
3
Prof. Dr. Abu Su’ud, Sejarah Ajaran dan Perannya dalam Peradaban Umat Manusia,
(Jakarta: Rineka Cipta. 2003), Hal. 66-67
4
Dr. Ali Mufradi, Islam di Kawasan Kebudayaan, (Jakarta: Logos. 1997) Hal 81
5
Dr. Badri Yatim, M.A, Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. 1993)
Hal. 42
Ekspansi yang terhenti pada masa Usman dan Ali dilanjutkan oleh dinasti ini.
Di zaman Muawiyah, Tunisia dapat ditaklukan. Di sebelah timur, Muawiyah dapat
menguasai daerah Khurasan sampai ke sungai Oxus dan afganistan sampai ke Kabul.
Angkatan-angkatan lautnya melakukan serangan-serangan ke Bizantium,
Konstantinopel. Ekspansi ke timur yang dilakukan Muawiyah kemudian dilakukan
oleh Abd al-Malik. Dia mengirim tentaranya menyebrangi sungai Oxus dan dapat
berhasil menundukan Balk, Bukhara, Khawarizm, Ferghana dan Samarkand.
Tentaranya bahkan sampai ke India dan dapat menguasai Balukhistan, Sind dan
daerah Punjab sampai ke Maltan.
Ekspansi ke barat secara besar-besaran dilanjutkan oleh al-Walid bin Abd al-
Malik. Masa pemerintahan al-Walid adalah masa ketentraman, kemakmuran dan
ketertiban. Umat Islam merasa hidup bahagia. Pada masa pemerintahannya yang
berlangsung kurang lebih sepuluh tahun itu tercatat suatu ekspedisi militer dari Afrika
Utara menuju wliyah barat daya, Benua Eropa, yaitu pada tahun 711 M setelah al-
Jazair dan Marokko dapat ditundukan, Thariq bin Ziyad, pemimpin pasukan Islam,
dengan pasukannya menyeberangilaut yang memisahkan antara Marokko dengan
benua Eropa, dan mendarat di suatu tempat yang sekarang dikenal dengan nama
Gibraltar (Jabal Tariq). Tentara Spanyol dapat dikalahkan.
Dengan demikian, Spanyol menjadi sasaran ekspansi selanjutnya. Ibu kota
Spanyol, Kordova, dengan cepat dapat dikuasai. Menyusul setelah itu kota-kota lain
seperti Seville, Elvira dan Toledo yang dijadikan ibu kota Spanyol yang baru setelah
jatuhnya Kordova. Pasukan Islam memperoleh kemenangan dengan mudah karena
mendapat dukungan rakyat setempat yang sejak lama menderita akibat kekejaman
penguasa. Di zaman Umar bin Abd Aziz, serangan dilakukan ke Perancis melalui
pegunungan Piranee. Serangan ini dipimpin oleh Abd al-Rahman bin Abdullah al-
Ghafiqi. Ia mulai menyerang Bordeau, Poitiers. Dari sana dia menyerang Tours,
namun peperangan yang terjadi di luar kota Tours, al-Ghafiqi terbunuh, dan
tentaranya mundur kembali ke Spanyol.
Disamping daerah-daerah tersebut di atas, pulau-pulau yang berada di laut
tengah juga jatuh ke tangan Islam pada zaman Bani Umayyah ini. Dengan
keberhasilan ekspansi ke beberapa daerah, baik di timur maupun barat, wilayah
kekuasaan Bani Umayyah ini betul-betul sangat luas. Daerah-daerah ini meliputi
Spanyol, Afrika Utara, Syiria, Palestina, Jazirah Arabia, Irak, sebagian Asia kecil,
Persia, Afganistan, daerah yang sekarang ini disebut Pakistan, Purkmenia, Uzbek, dan
Kirgis di Asia Tengah. Disamping ekspansi kekuasaan Islam, Bani Umayyah juga
banyak berjasa dalam pembangunan di berbagai bidang. Muawiyah mendirikan dinas
pos dan tempat-tempat tertentu dengan menyediakan kuda yang lengkap dengan
peralatannya di sepanjang jalan. Dia juga berusaha menertibkan angkatan bersenjata
dan mencetak mata uang. Pada masanya, jabatan khusus seorang hakim (qadhi) mulai
berkembang menjadi profesi tersendiri, Qadhi adalah seorang spesialis dibidangnya.
Abdul Malik mengubah mata uang Bizantium dan Persia yang dipakai di daerah-
daerah yang dikuasai Islam. Untuk itu, dia mencetak uang tersendiri pada tahun 659
M dengan memakai kata-kata dan tulisan Arab. Khalifah Abdul Malik juga berhasil
melakukan pembenahan-pembenahan administrasi pemerintahan memberlakukan
bahasa Arab sebagai bahasa resmi administrasi Islam. Keberhasilan Khalifah Abdul
Malik diikuti oleh putranya al-Walid bin Abdul Malik (705715 M) seorang yang
berkemauan keras dan berkemampuan melaksanakan pembangunan. Dia membangun
panti-panti untuk orang cacat. Semua personel yang terlibat dalam kegiatan yang
humanis ini digaji oleh negara secara tetap. Dia juga membangun jalan-jalanraya
yang menghubungkan suatu daerah dengan daerah lainnya, pabrik-pabrik,
gedunggedung pemerintahan dan masjid-masjid yang megah.6
Ibu kota Daulah Umayyah pindah ke Damaskus, suatu kota tua di negeri
Syam yang telah penuh dengan peninggalan kebudayaan maju sebelumnya. Daerah
kekuasaannya, selain yang diwariskan oleh Khulafa ar-Rasyidin, telah pula
menguasai Andalu, Afrika Utara, Syam, Irak, Iran, Khurosan, terus ke Timur sampai
benteng Tiongkok. Dalam daerah kekuasaannya terdapat kota-kota pusat kebudayaan,
seperti: Yunani, Iskandariyah, Antiokia, Harran, Yunde, Sahfur, yang dikembangkan
oleh ilmuwan-ilmuwan beragama Yahudi, Nasrani dan Zoroaster. Setelah masuk
Islam para ilmuwan itu tetap memelihara ilmu-ilmu peninggalan Yunani itu, bahkan

6
Dr. Badri Yatim, M.A, Sejarah Peradaban Islam, , Hal. 43-45
mendapat perlindungan. Di antara mereka ada yang mendapat jabatan tinggi di istama
Khalifah. Ada yang menjadi dokter pribadi, bendaharawan, atau wazir, sehingga
kehadiran mereka, sedikit banyak, mempengaruhi perkembangan ilmu pengetahuan.7
Kemajuan Islam di masa Daulah Umayyah meliputi berbagai bidang, yaitu
politik, ekonomi, sosial, ilmu pengetahuan, seni dan budaya. Di antaranya yang
paling spektakuler adalah bertambahnya pemeluk Agama Islam secara cepat dan
meluas. Semakin banyaknya jumlah kaum Muslimin ini terkait erat dengan makin
luasnya wilayah pemerintahan Islam pada waktu itu. Pemerintah memang tidak
memaksakan penduduk setempat untuk masuk Islam, melainkan mereka sendiri yang
dengan rela hati tertarik masuk Islam. Akibat dari makin banyaknya orang masuk
agama Islam tersebut maka pemerintah dengan gencar membuat program
pembangunan Masjid di berbagai tempat sebagai pusat kegiatan kaum Muslimin.
Pada masa Khalifah Abdul Malik, masjid-masjid didirikan di berbagai kota besar.
Selain itu, beliau juga memperbaiki kembali tiga Masjid utama umat Islam, yaitu
Masjidil Haram (Mekkah), Masjidil Aqsa (Yerusalem) dan Masjid Nabawi
(Madinah). AlWalid, Khalifah setelah Abdul Malik yang ahli Arsitektur,
mengembangkan Masjid sebagai sebuah bangunan yang indah. Menara Masjid yang
sekarang ada dimana-mana itu pada mulanya merupakan gagasan Al-Walid ini.
Perhatian pada Masjid ini juga dilakukan oleh Khalifah-Khalifah Bani Umayyah
setelahnya.
Perkembangan lain yang menggembirakan adalah makin meluasnya
pendidikan Agama Islam. Sebagai ajaran baru, Islam sungguh menarik minat
penduduk untuk mempelajarinya. Masjid dan tempat tinggal ulama merupakan
tempat yang utama untuk belajar agama. Bagiorang dewasa, biasanya mereka belajar
tafsir Al-Quran, hadist, dan sejarah Nabi Muhammad SAW. Selain itu, filsafat juga
memiliki penggemar yang tidak sedikit. Adapun untuk anak-anak, diajarkan baca
tulis Arab dan hafalan Al-Quran dan Hadist. Pada masa itu masyarakat sangat
antusias dalam usahanya untuk memahami Islam secara sempurna. Jika pelajaran Al-

7
Prof. Dr. Hj. Musyrifah Sunanto, Sejarah Islam Klasik Perkembangan Ilmu Pengetahuan
Islam, (Jakarta: Prenada Media. 2004), Hal. 38-39
Quran, hadist, dan sejarah dipelajari karena memang ilmu yang pokok untuk
memahami ajaran Islam, maka filsafat dipelajari sebagai alat berdebat dengan orang-
orang Yahudi dan Nasrani yang waktu itu suka berdebat menggunakan ilmu filsafat.
Sedangkan ilmu-ilmu lain seperti ilmu alam, matematika, dan ilmu social belum
berkembang. Ilmuilmu yang terakhir ini muncul dan berkembang denga baik pada
masa dinasti Bani Abbasiyah maupun Bani Umayyah Spanyol.
Bidang seni dan budaya pada masa itu juga mengalami perkembangan yang
maju. Karena ajaran Islam lahir untuk menghapuskan perbuatan syirik yang
menyembah berhala, maka seni patung dan seni lukis binatang maupun lukis manusia
tidak berkembang. Akan tetapi, seni kaligrafi, seni sastra, seni suara, seni bangunan,
dan seni ukir berkembang cukup baik. Di masa ini sudah banyak bangunan bergaya
kombinasi, seperti kombinasi RomawiArab maupun Persia-Arab. Apalagi, bangsa
Romawi dan Persia sudah memiliki tradisi berkesenian yang tinggi. Khususnya dalam
bidang seni lukis, seni patung maupun seni arsitektur bangunan. Contoh dari
perkembangan seni bangunan ini, antara lain adalah berdirinya Masjid Damaskus
yang dindingnya penuh dengan ukiran halus dan dihiasi dengan aneka warna-warni
batu-batuan yang sangat indah. Perlu diketahui bahwa untuk membangun Masjid ini,
Khalifah Walid mendatangkan 12.000 orang ahli bangunan dari Romawi. Tetapi di
antara kemajuan-kemajuan yang terjadi pada masa Daulah Bani Umayyah tersebut,
prestasi yang paling penting dan berpengaruh hingga zaman sekarang adalah luasnya
wilayah Islam. Dengan wilayah yang sedemikian luas itu ajaran Islam menjadi cepat
dikenal oleh bangsa-bangsa lain, tidak saja bangsa Arab.

C. Faktor-faktor Kemunduran Dinasti Umayyah


Setelah sekian lama mengalami masa-masa kemunduran, akhirnya dinasti
Bani Umayyah benar-benar mengalami kehancuran atau keruntuhan. Keruntuhan ini
terjadi pada masa pemerintahan Marwan bin Muhammad setelah memerintah kurang
lebih 6 tahun (744750 M).
Keruntuhan dinasti Bani Umayyah ditandai dengan kekalahan Marwan bin
Muhammad dalam pertempuran zab hulu melawa pasukan Abu Muslim al-Khurasani
pada tahun 748M. pada peristiwa itu terjadi pembersihan etnis terhadap anggota
keluarga Bani Umayyah. Selain itu, pasukan Marwan bin Muhammad yang ditawan
dibunuh. Sementara yang tersisa dan masih hidup, terus dikejar dan kemudian
dibunuh. Bahkan Marwan bin Muhammad yang sempat melarikan diri dapat
ditangkap dan kemudian dibunuh oleh pasukan Abu Muslim al-Khurasani.
Pertikaian dan pembunuhan ini menimbulkan kekacauan sosial dan politik,
sehingga negara menjadi tidak aman dan masyarakat yang pernah merasa tersisih
bersatu dengan kelompok Abu Muslim dan Abul Abbas. Bergabungnya masyarakat
untul mengalahkan kekuatan Bani Umayyah, menandai berakhirnya masa-masa
kejayaan Bani Umayyah, sehingga sekitar tahun 750 M Bani Umayyah tumbang.
Selain itu, Dinasti Bani Umayyah mengalami masa kemunduran, ditandai dengan
melemahnya sistem politik dan kekuasaan karena banyak persoalan yang dihadapi
para penguasa dinasti ini. Diantaranya adalah masalah polotik, ekonomi, dan
sebagainya.8
Dalam buku Sejarah Kebudayaan Islam karya Murodi menjelskan sebab-
sebab kemunduran dinasti Bani Umayyah adalah sebagai berikut:
1. Khalifah memiliki kekuasaan yang absolute. Khalifah tidak mengenal
kompromi. Menentang khalifah berarti mati. Contohnya adalah peristiwa
pembunuhan Husein dan para pengikutnya di Karbala. Peritiwa ini
menyimpan dendam dikalangan para penentang Bani Umayyah. Sehingga
selama masa-masa kekhalifahan Bani Umayyah terjadi pergolakan politik
yang menyebabkan situasi dan kondisi dalam negeri dan pemerintahan
terganggu.
2. Gaya hidup mewah para khalifah. Kebiasaan pesta dan berfoya-foya
dikalangan istana, menjadi faktor penyebab rendahnya moralitas mereka,
disamping mengganggu keuangan Negara. Contohnya, Khalifah Abdul Malik
bin Marwan dikenal sebagai seorang khalifah yang suka berfoya-foya dan
memboroskan uang Negara. Sifat-sifat inilah yang tidak disukai masyarakat,

8
Murodi, Sejarah Kebudayaan Islam, (Semarang: PT. Karya Toha Putra. 1987), Hal. 26
sehingga lambat laun mereka melakukan gerakan pemberontakan untuk
menggulingkan kekuasaan dinasti Bani Umayyah.
3. Tidak adanya ketentuan yang tegas mengenai sistem pengangkatan khalifah.
Hal ini berujung pada perebutan kekuasaan diantara para calon khalifah.
4. Banyaknya gerakan pemberontakan selama masa-masa pertengahan hingga
akhir pemerintahan Bani Umayyah. Usaha penumpasan para pemberontak
menghabiskan daya dan dana yang tidak sedikit, sehingga kekuatan Bani
Umayyah mengendur.
5. Pertentangan antara Arab Utara (Arab Mudhariyah) dan Arab Selatan (Arab
Himariyah) semakin meruncing, sehingga para penguasa Bani Umayyah
mengalami kesulitan untuk mempertahankan kesatuan dan persatuan serta
keutuhan Negara.
6. Banyaknya tokoh agama yang kecewa dengan kebijaksanaan para penguasa
Bani Umayyah, karena tidak didasari dengan syari’at Islam.9
Sedangkan dari sumber lain, secara garis besar dapat disimpulkan
kemunduran Dinasti Umayyah terbagi menjadi dua faktor, yaitu:
1. Faktor Internal
Beberapa alasan mendasar yang sangat berpengaruh terhadap keruntuhan
Dinasti Umayyah adalah karena kekuasaan wilayah yang sangat luas tidak dibaringi
dengan komunikasi yang baik, sehingga menyebabkan suatu kejadian yang
mengancam keamanan tidak segera diketahui oleh pusat. Selanjutnya mengenai
lemahnya para khalifah yang memimpin. Diantara khalifah-khalifah yang ada, hanya
beberapa saja khalifah yang cakap, kuat, dan pandai dalam mengendalikan stabilitas
negara. Selain itu, di antara mereka pun hanya bisa mengurung diri di istana dengan
hidup bersama gundik-gundik, minumminuman keras, dan sebagainya. Situasi
semacam ini pun mengakibatkan munculnya konflik antar golongan, para wazir dan
panglima yang sudah berani korup dan mengendalikan negara.
2. Faktor Eksternal

9
Murodi, Sejarah Kebudayaan Islam, Hal. 27-28
Intervensi luar yang berpotensi meruntuhkan kekuasaaan Dinasti Umayyah
berawal pada saat Umar II berkuasa dengan kebijakan yang lunak, sehingga baik
Khawarij maupun Syiah tak ada yang memusuhinya. Namun, segala kelonggaran
kebijakan-kebijakan tersebut mendatangkan konsekuensi yang fatal terhadap
keamanan pemerintahannya. Semasa pemerintahan Umar II ini, gerakan bawah tanah
yang dilakukan oleh Bani Abbas mampu berjalan lancar dengan melakukan berbagai
konsolidasi dengan Khawarij dan Syiah yang tidak pernah mengakui keberadaan
Dinasti Umayyah dari awal. Setelah Umar II wafat, barulah gerakan ini melancarkan
permusuhan dengan Dinasti Umayyah. Gerakan yang dilancarkan untuk mendirikan
pemerintahan Bani Abbasyiah semakin kuat. Pada tahun 446 M mereka
memproklamasikan berdirinya pemerintah Abbasyiah, namun Marwan menangkap
pemimpinnya yang bernama Ibrahim lalu dibunuh. Setelah dibunuh,
pemimpingerakan diambil alih oleh seorang saudaranya bernama Abul Abbas as-
Saffah yang berangkat bersama-sama dengan keluarganya menuju Kuffah.
Kedudukan kerajaan Abbasyiah tidak akan tegak berdiri sebelum khalifah-khalifah
Umayyah tersebut dijatuhkan terlebih dahulu.10
As-Saffah mengirim suatu angkatan tentara yang terdiri dari laskar pilihan
untuk menentang Marwan, dan mengangkat pamannya Abdullah bin Ali untuk
memimpin tentara tersebut. Antara pasukan Abdullah bin Ali dan Marwan pun
bertempur dengan begitu sengitnya di lembah Sungai Dzab, yang sampai akhirnya
pasukan Marwan pun kalah pada pertempuran itu. Sepeninggal Marwan, maka
benteng terakhir Dinasti Umayyah yang diburu Abbasyiah pun tertuju kepada Yazid
bin Umar yang berkududukan di Wasit. Namun, pada saat itu Yazid mengambil sikap
damai setelah mendengar berita kematian Marwan. Di tengah pengambilan sikap
damai itu lantas Yazid ditawari jaminan keselamatan oleh Abu Ja’far al-Mansur yang
akhirnya Yazid pun menerima baik tawaran tersebut dan disahkan oleh As-Saffah
sebagai jaminannya. Namun, ketika Yazid dan pengikut-pengikutnya telah
meletakkan senjata, Abu Muslim alKhurasani menuliskan sesuatu kepada As-Saffah

10
Ahmad al-Usairy, Sejarah Islam (Jakarta Akbar. 2007), Hal. 211.
yang menyebabkan Khalifah Bani Abbasyiah itu membunuh Yazid beserta para
pengikutnya.

D. Usaha- Usaha Dakwah Dinasti Umayyah


Peran dinasit umayyah dalam pengembangan dakwah Islam cukup lah besar,
dinasti ini telah banyak menyumbang untuk kemajuan islam pada masanya. Berikut
ini kami paparkan metode yang dilakukan umayyah dalam mengembangkan islam ;

1. Dakwah dengan cara ekspansi wilayah

Kejayaan dinasti Umayyah ditandai dengan capaian ekspansinya yang sangat


luas. Langkah ekspansi ini menunjukkan stabilitas politi Umayyah yang cukup
mapan. Ekspansi masa dinasti Umayyah ini merupakan kelanjutan dan perluasan dari
apa saja yang telah dicapai pada masa khulafaur Rasydin. Pada masa itu sempat
berhenti disebabkan konflik dan kekacauan di kalangan umat Islam.

2. Perluasan ke Wilayah Barat

Begitu Mu’awwiyah berhasil menduduki jabatan sebagai khalifah umat islam,


ia langsung membuat langkah-langkah strategis untuk mengembangkan
kekuasaannya. Mu’awwiyah berusaha mematahan imperium Bizantium, dengan
merebut kota Konstantinopel. Mu’awwiyah membayangkan dengan jatuhnya kota
Konstantinopel akan menyebabkan jatuhnya imperium Bizantium.

Untuk kepentingan ini, Mu’awwiyah mempersiapkan armadanya yang telah


dilengkapi dengan persenjataan lengkap, bahkan armada Mu’awwiyah jauh lebih
besar dari armada Bizantium yang bermarkas di antai Licya. Maka mulailah bertolak
armada Mu’awwiyah, setiap pulau yang dilewati di laut tengah berhasil ditaklukkan
satu persatu seperti pulau Rhodes, pulau Kreta. Dan juga diserangnya pulau-pulai
Sisilia dan pulau-pulau Arwad. Ini adalah pulau yang terdapat di sebelah barat laut
Marmora. Kemudian Mu’awwiyah terus bertolak untuk mengepung kota
Konstantinopel. Ketika itu tentara muslimin oleh Yazid bin Mu’awwiyah dan
didampingi oleh Abu Ayyub al-Anshar, Abdullah bin Zubair, Abdullah bin Umar dan
Banu Abbas.

Meskipun penyerangan terus dilancarkan oleh pasukan Islam, tampaknya saat


itu pasukan Bizantium amat tangguh dan juga didukung oleh medan yang sudah
dikenalnya serta dekat dengan ibu kota. Dibandingkan dengan tentara islam yang jauh
dari basis mereka.walaupun orang islam telah membangun pangkalan di laut
Marmora tetapi masih belum bisa menembus benteng Istambul. Sekitar tahun 677M,
Mu’awwiyah memutuskan untuk menghentikan serangan dan berdamai dengan
Bizantium setelah pasukan islam mengalami beberapa kekalahan.

Pada masa kekhalifahan Sulaiman bin Abdul Malik yang saat itu merasa
kekuatan islam sudah cukup kuat untuk merebut Konstantinopel kembali, maka
dengan jumlah armada dan tentara yang lebih besar lebih kurang 80.000 orang dan
1800 kapal mengepung ibu kota musuh selama setahun penuh(Agustus 717-718)
tetapi sekali lagi pasukan islam harus mengakui bahwa kota tersebut terlalu kuat bagi
para penyerang, sehingga pemerintahan pusat memerintahkan menarik mundur
ekspedisinya ini, dan mengarahkan ke wilayah lain.

3. Penaklukan di Afrika Utara

Wilayah-wilayah disekitar pantai Afrika Utara umumnya berada dalam


kekuasaan Romawi, dan diperintah oleh satuan-satuan tentara Romawi. Sedangkan
daerah gurun sahara dan daerah pertanian yang memanjang sampai pantai Atlantik
dibarat dan sampai kenegara Sudan di selatan merupakan negeri-negeri merdeka,
dikuasai oleh raja-raja barbar. Bangsa Romawi dan bangsa Eropa belum sanggup
mengalahkan suku barbar ini, pola hidup mereka masih nomaden.Sebelum pada
zaman Usman orang-orang Arab telah mencapai Barqah dan Tripoli di Libya,
kemudian Mu’awwiyah bertekad merebut kekuasaan dari Romawi di Afrika utara.
Tugas ini dipercayakan pada Uqbah bin Nafi yang sebelumnya juga sudah
ditempatkan di Barqah semenjak daerah tersebut ditaklukkan. Dengan dukungan
orang Barbar dia mengalahkan tentara Bizantium di Ifriyah(Tunisia). Pada tahun
670M Uqbah mendirikan kota Qairawan sebagai kota islam dan markas bala tentara.

Pada tahun 681M Uqbah bin Nafi memimpin ekspansi besar-besaran ke barat
sampai mencapai Atlantik. Tetapi dalam perjalanan pulang dia diserang dan dibunuh
oleh kepala suku Barbar Kusaylah dan Kahira. Dengan tewasnya Uqbah bin Nafi dan
kalahnya satuan-satuan mereka, maka untuk kedua kalinya kekuasaan kembali ke
tangan Bizantium di daerah pantai dan ke tangan Kusylah di daerah pedalaman.
Pasukan-pasukan muslimin mengundurkan diri dari Qairawan ke Barqah. Kemudian
Abd al-Aziz bin Marwan gubernur di Mesir berusaha mengembalikan kekuasaan
muslimin dengan mengirimkan satuan-satuan, tetapi satuan-satuan tersebut kalah.

Ketika jabatan khalifah dipegang oleh Abdul Malik, bani Umayyah mulai
bangkit kembali. Abdul malik mengirimkan satuan yang besar duu bawah pimpinan
Hasan bin Mu’man Al-Ghasani(689M) berhasil mengusur Romawi dari Afrika Utara.
Begitu juga dengan suku Barbar berhasil dipatahkan kekuatannya.Dalam periode
selanjutnya, di awal pemerintahan Al-Walid,Musa bin Nushair ditunjuk menjadi
gubernur Ifriqiyah. Dia berhasil melenyapkan sisa-sisa kekuatan yang tadinya masih
dimiliki oleh suku-suku Barbar. Maka antara tahun 705-708M Musa bin Nushair
mencapai Atlantik dengan kekuatan besar. dia juga menaklukkan Thanjah(Tanqiera)
dan kota Septah(Ceuta) yang terletak dipantai Afrika paling utara yang sebelumnya
takluk kepada raja-raja Ghot. Dengan demikian kaum muslimin mendapat
kemenangan dan stabilitas di kawasan ini.

4. Ekspansi ke Spanyol

Wilayah Spanyol atau yang orang Arab menyebutnya dengan Andalusia


merupakan semenanjung yang merupakan pintu gerbang untuk memasuki laut tengah.
Setelah berjaya di Afrika Utara, tentara islam ingin melanjutkan ekspansi ke daratan
Eropa. Spanyol pada saat itu dikuasai oleh otokrasi keci Visigoth di bawah raja
Roderick.11

11
Fu’adi imam, sejarah peradaban islam, hal 74-77
Bulan juli 710M sebanyak 400 orang melakukan pengintaian yang mendapati
bahwa laporan-laporan mengenai banyaknya jarahan dan lemahnya pertahanan.
Karena itu tahun berikutnya, seorang Barbar pembantu Musa bin Nushai bernama
Tariq bin Ziad (yang namanya dipakai untuk Gilbraltar-Jabal Tariq,gunung Tariq)
menyeberangi selat dengan 7000 orang, kebanyakan orang Barbar. Sementara raja
Roderick sedang berada di bagian utara, orang-orang islam berhasil memantapkan
kedudukan mereka di Algeciras. Ketika Roderick akhirnya bergerak ke selatan untuk
menghadapi orang-orang islam, yang sekarang diperkuat dengan tambahan 5000
orang lagi, dia dikalahkan.

Seluruh Spanyol sekarang terbuka bagi orang-orang islam. Sisa orang-orang


Visigoth tercerai berai. Di sana sini kepala beberapa daerah melakukan perlawanan,
tetapi sebagian besar bisa dikalahkan dalam waktu singka.12 Dengan kemenangan itu
kemudian Tariq terus menaklukkan kota demi kota dan mengembangkan kekuasaan
di Spanyol. Dia berhasil menaklukkan kota Cordova, Granada, dan Toledo(Tolado
dimasa itu adalah ibukota kerajaan Ghot). Setelah itu Musa bin Nushai juga bertolak
ke Spanyol untuk bahu membahu dengan Tariq menaklukkan kota-kota Spanyol, dia
berhasil merebut kota Karma, Musa melanjutkan perjalanan ke kota Toledo dia
sehingga bertemu dengan Tariq.

Kemudian pasukan Musa dan Tariq melanjutkan perjalanan ke utara dan


berhasil menaklukkan kota Barcelona dan Saragosa. Daerah-daerah Aragon dan
Castilla pun bertekuk lutut pada mereka. Pasukan islam terus menuju ke timur laut
sampai ke gunung Pyrenia. Namun tentara islam tidak tuntas menaklukkan
pegunungan yang terletak di laut Calicia. Yang merupakan tempat pelarian dan
pesembunyian bangsa Ghot dari serangan tentara islam.

5. Perluasan ke wilayah Timur

12
W.Montgomery Watt.Kejayaan Islam, Yogyakarta: PT.Tiara Wacana Yogya.1990,hal 41
Penaklukan ke wilayah timur juga mendapat hasil yang cukup gemilang. Dian tara
penaklukan ke wilayah timur ini adalah ke daerah Sind. Yang dimaksud denagn
daerah Sind adalah negri yang melingkari sungan Sind(Indus) membentang dari Iran
sampai pegunungan Himalaya. Negeri Sind ini sebagian besar termasuk negara
Pakistan.wakil gubernur Basrah, Muhammad bin Qasim, berangkat melalui persia
selatan dan Bulukhistan, mencapai Sind (711M) dan Punjab selatan (713M).

Untuk mencapai negeri Sind ini bukanlah mudah, banyak rintangan dan pertempuran
di setiap daerah yang dilalui. Yang terakhir yaitu pertempuran dengan raja
Sind(Dahar). Dalam pertempuran, Dahar melarikan diri sehingga pasukan kucar-kacir
dan banyak yang ditawan oleh pasukan muslim. Dengan hancurnya pasukan Dahar
maka terbentanglah jalan Muhammad bin Qasim dan pasukannya menguasai seluruh
Sind sehingga sampai ke Kasymir. Di antara faktor penting kaum muslimin mencapai
kemenangan, dengan cepat di Sind adalah karena mendapatkan bantuan dari suku
Med dan Zeth.

6. Dakwah Dalam memajukan Kebudayaan/Peradaban Islam

Sejak masa Rasulullah dan dilanjutkan masa khulafaurrasyidin ilmu


pengetahuan islam yang bersumber dari Al.Qur’an dan Hadist Nabi menjadi sumber
pertumbuhan dan perkembangan ilmu-ilmu agama islam. Semangat mencintai agama
islam yang sempurna inilah yang menyebabkan perkembangan ilmu-ilmu islam cepat
menyebar dikalangan umat islam baik yang berbangsa arab sebagai penerus pembawa
cahaya islam maupun non-arab sebagai penerima atas kehadiran islam.

Salah satu pembawa misi cahaya islam tersebut adalah Dinasti Umaiyah,
karena keturunan Umaiyah yang kemudian mendirikan pemerintahan Umaiyah
memiliki prestasi disegala bidang baik social, politik, militer, kebudayaan/kesenian
dan utamanya kemajuan dibidang keilmuan islam. Seperti ilmu hadist, tafsir, fikih,
tauhid dan tasawuf.

a. Bidang Ilmu Hadits


b. Dibidang Ilmu Tafsir

c. Dibidang Ilmu Fiqih

d. Bidang Ilmu Taswuf

BAB III
PENUTUP
Bani Umayyah (bahasa Arab: ,‫ ب نو أم ية‬Banu Umayyah, Dinasti Umayyah)
atau Kekhalifahan Umayyah, adalah kekhalifahanIslam pertama setelah masa
Khulafaur Rasyidin yang memerintah dari 661 sampai 750 di Jazirah Arab dan
sekitarnya (Ibu Kota di Damaskus); serta dari 756 sampai 1031 di Cordoba, Spanyol
sebagai Kekhalifahan Cordoba. Nama dinasti ini dirujuk kepada Umayyah bin 'Abd
asy-Syams, kakek buyut dari khalifah pertama Bani Umayyah, yaitu Muawiyah bin
Abu Sufyan atau kadangkala disebut juga dengan Muawiyah.
Masa pemerintahan Bani Umayyah terkenal sebagai suatu era agresif, dimana
perhatian tertumpu kepada usaha perluasan wilayah dan penaklukan, yang terhenti
sejak zaman Khulafa ar-Rasyidin terakhir. Hanya dalam jangka waktu 90 tahun,
banyak bangsa di penjuru empat mata angin beramai-ramai masuk kedalam
kekuasaan Islam, yang meliputi tanah Spanyol, seluruh wilayah Afrika Utara, Jazirah
Arab, Suriyah, Palestina, separuh daerah Anatolia, Irak, Persia, Afganistan, India dan
negeri-negeri yang sekarang dinamakan Turkmenistan, Uzbekistan dan Kirgiztan
yang termasuk Sovyet Rusia. Secara garis besar dapat disimpulkan kemunduran
Dinasti Umayyah terbagi menjadi dua faktor, yaitu:
1. Faktor Internal, seperti karena kekuasaan wilayah yang sangat luas tidak
dibarengi dengan komunikasi yang baik, sehingga menyebabkan suatu
kejadian yang mengancam keamanan tidak segera diketahui oleh pusat. Serta
mengenai lemahnya para khalifah yang memimpin.
2. Faktor Eksternal, seperti Intervensi luar yang berpotensi meruntuhkan
kekuasaaan Dinasti Umayyah berawal. Gerakan yang dilancarkan untuk
mendirikan pemerintahan Bani Abbasyiah semakin kuat. Pada tahun 446 M
dan memproklamasikan berdirinya pemerintah Abbasyiah.

DAFTAR PUSTAKA
Al-Usairy, Ahmad. 2007. Sejarah Islam. Jakarta: Akbar

Mufradi, Ali. 1997 Islam di Kawasan Kebudayaan, Jakarta: Logos

Murodi. 1987. Sejarah Kebudayaan Islam, Semarang: PT. Karya Toha Putra

Supriyadi, Dedy. 2008 Sejarah Peradaban Islam. Bandung: Pustaka Setia

Su’ud, Abu. 2003. Sejarah Ajaran dan Perannya dalam Peradaban Umat Manusia.
Jakarta: Rineka Cipta

Sunanto, Musyrifah. 2004. Sejarah Islam Klasik Perkembangan Ilmu Pengetahuan


Islam. Jakarta: Prenada Media

Yatim, Badri. 2008. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: Raja Grafindo Persada

Fu’adi, imam. 2011. Sejarah Peradaban Islam, Yogyakarta: Teras

W.Montgomery,Watt.1990. Kejayaan Islam, Yogyakarta: PT.Tiara Wacana Yogya.

Anda mungkin juga menyukai