Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Dalam undang-undang Nomor 32 tahun 2002 tentang penyiaran atau UU
penyiaran didefinisikan, bahwa penyiaran adalah:
"Kegiatan pemancar luasan siaran melalui sarana pemancaran dan atau sarana
transmisi di darat, di laut atau di antariksa dengan menggunakan spektrum
frekuensi radio melalui udara, kabel, dan/atau media lainnya untuk dapat diterima
secara serentak dan bersamaan oleh masyarakat dengan perangkat penerima siaran
".
Berdasarkan pada Pengertian tersebut, maka hukum penyiaran adalah seluruh
kaidah dan aturan yang menyangkut kegiatan pemancar luasan, termasuk sarana
teknis,sistem dan spektrum frekuensi hingga penerimaan masyarakat secara
serentak melalui alat penerima siaran. Catatan utama dari pengertian ini
mengindikasikan bahwa segala bentuk teknologi telekomunikasi yang memancar
luaskan " siaran "yang dapat diterima secara serentak dan bersamaan oleh
masyarakat melalui alat penerima siaran dikategorikan sebagai penyiaran. saat ini,
regulasi baru menetapkan dua jenis telekomunikasi yang dikategorikan sebagai
penyiaran, yaitu radio siaran dan televisi. Sehingga hukum penyiaran hanya
berlaku bagi Kedua jasa penyiaran tersebut.1

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka rumusan masalah
dalam makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana sistem kerja penyiaran ?
2. Bagaimana spektrum frekuensi dalam teknologi penyiaran?
3. Bagaimana penjelesan tentang digitalisasi penyiaran dalam teknologi
penyiaran?
4. Bagaimana sertifikasi peralatan teknis dalam teknologi penyiaran?

1
Judhariksawan, Hukum Penyiaran (Jakarta : Raja Grapindo Persada, 2013),hal. 17.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Memahami Sistem Kerja Penyiaran


Mengkaji hukum secara baik menurut pemahaman yang komprehensif
terhadap objek dan subjek hukum terkait. Untuk memahami bagaimana hukum
penyiaran berlaku, maka harus dapat dipahami terlebih dahulu Bagaimana
sesungguhnya sistem kerja teknologi penyiaran. Dalam sistem telekomunikasi
yang juga berlaku pada penyiaran terdapat beberapa sistem penyebarluasan siaran
yang dapat dilakukan, antara lain system kabel, sistem nirkabel dan sistem satelit.
Sejarah telekomunikasi menunjukkan penemuan pertama manusia terhadap
perangkat telekomunikasi diawali oleh komunikasi kaleng benang, yang sebagai
permulaan ditemukannya kawat telegraf dengan menggunakan kabel sebagai
medium penghantar. Sistem ini hanya membutuhkan suatu alat Pancar
(transmitter), kemudian Kabel penghubung (dapat berupa kawat atau serabut
coaxial atau serat optik), dan Sebuah alat yang dapat menerima (receiver) dan
mengirimkan kembali (retransmitting) pulsa-pulsa suara.2
Perkembangan terakhir dari penyiaran sistem kabel adalah dengan
ditemukannya serat optik (optical) yang dapat memformulasikan cahaya sebagai
sarana penghantar. yang lebih bagus daripada sistem kabel konvensional yang
menggunakan tembaga tunggal atau serat kawat (coaxial candle). Penggunaan
serat optik efisien selain karena bentuknya yang lebih kecil, kualitas dan daya
tahan terhadap interferensi lebih baik dibandingkan sistem kabel coaxial. karena
frekuensi cahaya yang begitu tinggi menyebabkan jumlah informasi yang mampu
diangkut oleh serat optik sangat besar, yaitu sekitar 100.000 kali lebih banyak tari
yang dapat dilakukan dengan kabel coaxial.3
Berbeda halnya dengan sistem kabel atau wireless system, James Clerk
Maxwell adalah orang pertama yang mengatakan bahwa telekomunikasi dapat
dilakukan dengan sarana penghantar udara yang kecepatannya sama dengan

2
Judhariksawan, Hukum Penyiaran (Jakarta : Raja Grapindo Persada, 2013),hal. 18.
3
John Stevenson, Telecomunications (Jakarta : Gramedia, 1987),hal .39.

2
kecepatan cahaya. Teori gelombang elektromagnetik inilah yang menjadi tonggak
teori komunikasi tanpa kabel (Wireless telecommunication). Heinrich Hertz dan
Guglielmo Marconi adalah ilmuwan yang dapat membuktikan secara
eksperimental teori Maxwell tersebut, dalam ketentuan telekomunikasi yang
dibuat oleh ITU,sistem ini dikenal dengan istilah telekomunikasi teresterial
(terestrial telecommunication).
Perbedaan mendasar lainnya adalah, sistem tanpa kabel membutuhkan
perangkat antena untuk mempropagasikan gelombang elektromagnetik yang
bermuatan materi komunikasinya. Dari pemancar ke antena dihubungkan oleh
sistem kabel coaxial dan dari antena dilepas ke udara untuk merambat dan
dipantulkan (ceiling) pada lapisan atmosfer untuk kemudian diterima oleh sistem
antena sederhana pada perangkat penerima (receiver)
Sistem penyiaran semakin berkembang dengan digunakannya satelit untuk
mendukung propagasi siaran dalam menjangkau wilayah yang lebih luas. sistem
penyiaran menggunakan satelit sangat bermanfaat bagi negara-negara yang
memiliki wilayah negara yang luas seperti halnya Indonesia. Sistem penyiaran
satelit pada prinsipnya sama dengan sistem teresterial, hanya saja memperoleh
bantuan penguatan dan pantulan (ceiling) pada satelit yang mengorbit pada garis
edar GSO (Geostationery Orbit). Satelit komunikasi pada hakekatnya adalah
Stasiun penghubung gelombang mikro yang diletakkan di ruang angkasa pada
suatu ketinggian tertentu. Stasiun pancar bumi (Ground Station) mengirimkan
gelombang mikro (microwaves) melalui antena parabola yang diarahkan tepat
pada kedudukan satelit pada garis edar orbit satelit (Geostationary orbit).
Gelombang mikro yang dikirim dari stasiun bumi ke Satelit menggunakan
frekuensi uplink. Satelit yang menerima gelombang mikro tersebut kemudian
memantulkannya ke arah bumi secara teresterial,gelombang mikro tersebut diubah
frekuensinya oleh satelit menggunakan frekuensi downlink. Oleh Stasiun bumi
penerima, gelombang mikro dan link tersebut kemudian diterima melalui antena
parabola.satelit mampu menangani hubungan telepon, pengiriman teleks,
Pengiriman data komputer, surat elektronik atau pengiriman salinan dokumen, di
samping untuk penyiaran.

3
Dewasa ini, khususnya di pada dinas penyiaran, setelah digunakan suatu
sistem satelit yang dapat secara langsung diterima oleh masyarakat tanpa melalui
Stasiun relai. Direct broadcasting broadcasting by satelit (DBS) adalah suatu
sistem satelit yang dapat memantulkan gelombang mikro secara teresterial untuk
ditangkap oleh pemirsa pemirsa televisi secara langsung dengan menggunakan
antena parabola. dengan teknologi inilah masyarakat pedesaan pinggiran dapat
menyaksikan siaran siaran televisi nasional dan bahkan siaran-siaran asing.
Pada sistem penyiaran (broadcasting system), sebelum di Pancar luaskan
melalui pemancar dan antena, terlebih dahulu dilakukan proses studio melalui
berbagai perangkat elektronik. Dalam proses Studio, suara, gambar, dan informasi
yang akan dipancarkan melalui pemancar terlebih dahulu diubah ke dalam bentuk
gelombang mekanik (gelombang listrik) yang dihubungkan dari studio ke
perangkat pemancar dengan menggunakan kabel coaxial.4

B. Spektrum Frekuensi
Seluruh sistem telekomunikasi nirkabel (terestrial atau wireless) yang dikenal,
ditemukan, ataupun digunakan membutuhkan Apa yang disebut sebagai spektrum
frekuensi (frequency spectrum). Spektrum frekuensi radio adalah:5
"Susunan pita frekuensi radio yang mempunyai frekuensi lebih kecil dari 3000
GHz sebagai satuan getaran gelombang elektromagnetik, merambat dan terdapat
dalam Dirgantara (ruang udara dan antariksa)".
Spektrum frekuensi merupakan istilah penamaan yang diberikan untuk
mengukur jumlah atau panjang gelombang radio yang beredar dalam ukuran satu
detik. atau dengan kata lain frekuensi adalah banyaknya gelombang dalam satu
detik. Satuan ukuran yang digunakan adalah Hertz (Hz), diambil dari nama
Heinrich Hertz ilmuwan Jerman yang pertama kali membuktikan teori gelombang
elektromagnetik (electromagnetic wave Theory) yang diutarakan Maxwell.
Tinggi rendah frekuensi yang saat ini diketahui didasarkan pada kemampuan
manusia menciptakan teknologi telekomunikasi. Berdasarkan peraturan radio

4
Jhudirksawan, Hukum Penyiaran,. Hal.23.
5
Ibid,. Hal.24.

4
perhimpunan telekomunikasi internasional (International telecommunication
Union radio regulation), ukuran-ukuran frekuensi yang digunakan gelombang
radio untuk radio komunikasi sebagai berikut:

Masing-masing frekuensi memiliki karakteristik propagasi atau sifat


perambatannya. Untuk Frekuensi Tinggi (HF) gelombang yang dapat dipantulkan
secara sempurna oleh lapisan ionosfer pada atmosfer bumi,demikian pula oleh
tanah permukaan bumi sehingga dapat menjangkau jarak propagasi yang sangat
jauh. Untuk frekuensi menengah (FM) sifat propagasi gelombang yang tidak
terlalu sempurna dipantulkan oleh ionosfer dan permukaan bumi serta cenderung
menimbulkan suara derau, jarak yang jangkauannya terbatas sampai ratusan
kilometer. Sedangkan untuk frekuensi sangat tinggi (VHF), perambatannya seperti
cahaya, tetapi tidak dipantulkan oleh ionosfer sehingga jarak yang dicapai tidak
terlalu jauh. Demikian halnya dengan frekuensi tinggi lainnya, semakin sulit
untuk dipantulkan oleh lapisan ionosfer.
Spektrum frekuensi adalah "Res communes" atau merupakan milik bersama
umat manusia (common thing) dan bukan "res nullius" (a thing belonging to no
one). Jika disebut sebagai Res nullius maka siapa yang menemukannya maka dia
berhak mengklaim sebagai miliknya. Walaupun dikatakan spektrum frekuensi
sebagai common thing,akan tetapi untuk menggunakan spektrum yang terbatas itu
dibutuhkan suatu mekanisme perizinan, baik di tingkat nasional maupun
internasional.kenyataan yang ada khususnya di Indonesia banyak sekali pengguna

5
frekuensi ilegal, yang salah satu alasan tindakan mereka adalah karena kerumitan
dan mahalnya perizinan tersebut.6
Perizinan memang diperlukan semata-mata untuk menjamin penggunaan
frekuensi secara efisien dan efektif, serta mencegah terjadinya interferensi yang
merugikan (harmful interference). Mekanisme perizinan penggunaan spektrum
frekuensi tidak hanya mengatur tentang alokasi frekuensi yang dapat digunakan,
tetapi perizinan juga meliputi kualitas dan klasifikasi teknik dari alat-alat
telekomunikasi yang digunakan.sehingga untuk melakukan permohonan izin
penggunaan spektrum frekuensi atau izin mendirikan suatu Stasiun
telekomunikasi, pemohon wajib menyertakan spesifikasi teknik sesuai standar
yang ditetapkan pemerintah masing-masing negara yang mengacu pada standar
ITU yang direkomendasikan oleh CCIT.
Dalam berbagai literatur dan regulasi,baik nasional maupun internasional
sering dikatakan bahwa frekuensi adalah " sumber daya alam yang terbatas "
(natural limited eesource). Hal ini mesti dipahami bahwa keterbatasan ini tidak
serupa dengan seperti keterbatasan sumber daya alam seperti minyak yang apabila
dipakai terus menerus akan habis cadangannya.
frekuensi sesungguhnya tidak dapat dikategorikan sebagai sumber daya alam
terbatas dalam pemahaman terminologi Seperti di atas, karena frekuensi walaupun
terbatas tetapi jika digunakan terus-menerus dan sampai kapanpun juga maka
frekuensi tersebut tidak akan habis.Hanya saja karena sifatnya yang hanya dapat
dipergunakan untuk satu transmisi pada satu periode maka pada saat frekuensi itu
sedang digunakan maka transmisi lainnya tidak dapat menggunakannya secara
bersamaan,kecuali jika jarak antar kedua transmisi berjauhan atau daya Pancar
keduanya lemah sehingga tidak saling mengganggu (interference). Karena
sifatnya yang demikian maka lebih tepat kalau dikatakan bahwa frekuensi adalah
sumber daya terbatas".
mekanisme permohonan penggunaan frekuensi pada prinsipnya menganut
sistem first-come, first-served.penggunaan dalam lingkungan lokal atau nasional
suatu negara ditetapkan oleh administrasi yang ditunjuk oleh negara.setiap

6
Ibid,. Hal.37.

6
permohonan yang masuk akan dilakukan Analisis terhadap database frequency
existing melalui prosedur clearance frequency. jika dinyatakan frekuensi yang
diajukan belum terpakai dan sesuai peruntukannya,maka administrasi akan
melakukan proses penunjukan (assignment)dan penetapan dalam database
frekuensi yang dimilikinya. Penggunaan frekuensi oleh suatu negara kemudian
dilaporkan kepada RRB (radio regulation board) untuk dicatat dalam daftar induk
frekuensi internasional (Master International frequency Register). Setiap
pencatatan diberikan kode dengan istilah call sign atau tanda Panggil. Pemancaran
call signtersebut berguna untuk mengetahui apakah karena frekuensi telah ada
penggunaannya atau apakah frekuensi telah digunakan sebagaimana mestinya.
Penggunaan frekuensi memiliki batas waktu yang dapat dilakukan perpanjangan.
Article 6 (Peraturan Nomor 339) dari ITU Radio Regulation dan yang juga
diatur dalam konvensi telekomunikasi menekankan bahwa para anggota harus
berusaha untuk membatasi jumlah frekuensi seminimal mungkin dengan yang
diperlukan untuk menyelenggarakan dinas-dinas secara baik dan memenuhi
syarat,yang direalisasikan dengan menerapkan kemajuan teknologi yang terakhir
sedini mungkin.7
Dalam World Administrative Radio Conference (WARC) 1997 diterapkan
bahwa dalam pemanfaatan spektrum frekuensi dan orbit satelit harus sesuai
dengan prinsip-prinsip the equitable, effective and economically use of the linked
orbit - spectrum, the Equal Rights of all countries, dan the view that the
Geostationary satellite orbit and the radio frequency spectrum are limited
resource. Agar terdapat keteraturan, maka mekanisme yang dilakukan ITU adalah
dengan membuat tabel alokasi frekuensi (table of frequency allocations) yang
mendistribusikan frekuensi berdasarkan dinas telekomunikasi, status dinas, dan
regiontitik dengan tabel alokasi frekuensi ini maka suatu negara telah memiliki
pedoman dalam pengalokasian frekuensi bagi industri telekomunikasi di
negaranya masing-masing8

7
Ibid,. Hal.41.
8
Ibid,. Hal.42.

7
Suatu negara yang akan menggunakan spektrum frekuensi harus
menyampaikan notifikasi kepada RRB untuk dicatat dalam daftar induk frekuensi
internasional apabila:
a) penggunaan frekuensi tersebut dapat menimbulkan interferensi yang
merugikan pada setiap dinas dari administratif lainnya atau
b) Jika frekuensi tersebut dipakai untuk komunikasi Radio Internasional
atau
c) Jika penggunaan frekuensinya ingin mendapat pengakuan
internasional.
Dengan demikian, penggunaan spektrum frekuensi yang diatur berdasarkan
peraturan nasional suatu negara tidak wajib didaftarkan dengan catatan bahwa
alokasi frekuensi yang digunakan telah merujuk pada frekuensi yang dialokasikan
(frequency allocations).
IFRB atau RRB saat ini adalah badan khusus ITU yang berwenang terhadap
seluruh permasalahan koordinasi, notifikasi, dan pendaftaran frekuensi.
Bentuk notifikasi yang diajukan kepada RRB harus sesuai dengan section D
Appendix 1 Radio Regulation,di mana setiap administrasi harus menunjukkan
alasan dari dasar permintaannya, bersama dengan kemungkinan kemungkinan
perubahan yang dapat dilakukan sebagai bahan pertimbangan biro pendaftar
bilamana memperoleh permasalahan atas spektrum yang dimintakan notifikasi
juga harus dilengkapi dengan keterangan tentang karakteristik dasar dinas yang
akan dioperasikan, yang bilamana kurang lengkap maka biru akan
mengembalikan dengan alasan-alasan pengembalian.

C. Digitalisasi Penyiaran
Suatu perjanjian yang ditandatangani 16 Juni 2006 sebagai suatu keputusan
dalam regional radiocommunication conference (RRC-06) yang diselenggarakan
oleh International telecommunication Union (ITU) di Geneva,telah menandai
upaya internasional untuk melaksanakan pembangunan digitalisasi terhadap
seluruh penyiaran radio dan televisi terestrial.9

9
Ibid,. Hal.49.

8
Konferensi antar negara anggota ITU tersebut telah menargetkan bahwa pada
tahun 2015 seluruh negara di dunia Telah beralih ke digital sesuai dengan target
the Millennium Development Goals (MDGs).konferensi tersebut bahwa periode
transisi dari analog ke digital dimulai pada pukul 00.01 UTC pada tanggal 17 Juni
2006 dan akan berakhir pada tanggal 17 Juni 2015,walaupun beberapa negara
mengajukan tambahan waktu selama 5 tahun untuk penyiaran pada band frekuensi
very high frequency (VHF) atau kisaran 174-230 MHz.
Di Indonesia pada tanggal 13 Agustus 2008 Wakil Please M.Jusuf Kalla telah
melakukan soft launching televisi digital di Jakarta.ini berarti Babakan Baru
teknologi penyiaran Indonesia telah dimulai.Migrasi dari analog ke digital
dirancang akan berakhir (cut off) pada tahun 2017. Artinya pada tahun 2017
seluruh penyiaran di Indonesia akan berbasis digital.
Menurut data dari Kementerian komunikasi dan Informatika, root map migrasi
ke digital akan dibagi dalam tiga tahap. Tahap pertama (2008-2012) dilakukan
moratorium perizinan penyiaran analog, pengenalan televisi digital, periode
simulcast (maksudnya lembaga penyiaran menyiarkan Analog dan digital
bersamaan), dan migrasi secara selektif di kota-kota besar.
Tahap kedua (2013-2017)seluruh penyiaran analog telah pindah ke digital
khusus di kota besar dan beberapa daerah pilihan,serta memulai perizinan baru
dalam konteks penyiaran digital.
Terakhir 2017 seluruh penyiaran telah migrasi ke digital (cut off).argumentasi
utama pemerintah Mengapa harus migrasi dari analog ke digital adalah solusi
untuk ketersediaan ruang (slot) bagi penyelenggaraan penyiaran. Maksudnya
ketersediaan spektrum frekuensi yang saat ini digunakan untuk siaran analog tidak
mencukupi.
Selain peningkatan dari sisi kuantitas, teknologi penyiaran digital pun
menawarkan kehandalan di sisi kualitas penerimaan yang jauh lebih baik
dibandingkan penyiaran analog. Selain itu teknologi penyiaran digital
memungkinkan penggunaan menara pemancar bersama untuk menyalurkan semua
program siaran pada suatu wilayah layanan titik sehingga akan tercapai suatu

9
efisiensi efisiensi infrastruktur yang sangat baik dan penerimaan siaran yang
sampai di masyarakat pun akan merata.
Dalam hal konten siaran, regulator (KPI dan pemerintah) dapat menjamin
terciptanya diversity of content yang lebih tajam titik bukanlah hal mustahil jika
setiap program berbeda segmentasinya. Ada program khusus berita, olahraga,
anak, perempuan dan sebagainya. Publik akan mempunyai banyak pilihan
tayangan dan tentu saja kualitas menjadi taruhannya.
Jika Indonesia tidak turut melakukan migrasi ke digital dalam hal ini terdapat
dua pilihan. Pertama pemerintah harus menjamin ketersediaan suku cadang karena
produsen asing umumnya akan beralih ke digital. Sebagai informasi, mayoritas
peralatan yang digunakan industri penyiaran di Indonesia diimpor dari luar
negeri.pilihan kedua adalah kita harus mampu untuk memproduksi sendiri suku
cadang analog titik ketersediaan teknologi, bahan baku, dan skill adalah persoalan
lainnya.
Migrasi dari analog ke digital tidak hanya berkisar teknologi titik migrasi ini
juga akan membawa perubahan besar dalam konteks penyelenggara (lembaga)
penyiaran.jika selama ini sebuah lembaga penyiaran memiliki keseluruhan mulai
dari Studio program, pemancar sampai sewa satelit, maka pada era digital tidak
lagi demikian.
Pemerintah sudah merancang bahwa nantinya terdapat dua bagian dalam
kelembagaan penyiaran digital. yaitu, penyediaan infrastruktur dan penyedia
program. Penyedia infrastruktur adalah lembaga atau perusahaan yang diberikan
izin untuk menyediakan infrastruktur penyiaran digital. Dalam hal ini sistem
pemancaran antena dan satelit. Dengan kata lain sebagai penyedia hardware
penyiaran digital.untuk menjadi penyedia program maka sebuah perusahaan harus
menyewa 1 karena program pada penyelenggaraan infrastruktur. Selain itu,
terlebih dahulu harus memperoleh izin prinsip sebagai lembaga penyedia program
melalui mekanisme perizinan yang melibatkan KPI dan pemerintah.
Migrasi penyiaran analog ke digital Jika dilihat dari satu sisi maka
cenderung hanya untuk merespon kecanggihan teknologi dan kebutuhan kanal
bagi investor.dalam rilis pemerintah, pasca peluncuran yang pertama akan dikaji

10
pemerintah adalah model bisnis penyiaran. Aspek kesiapan masyarakat "hanya"
menjadi pelengkap.
Publik sebagai pihak yang menjadi "komoditas" bisnis penyiaran
(baca;rating) harus terlibat.paling tidak publik harus tahu bahwa sebentar lagi
pesawat televisi dan radio analog mereka tidak akan berfungsi
Pemerintah telah memutuskan sistem digital video broadcasting-terestrial
(DVB-T) sebagai standar nasional Indonesia karena dari hasil uji coba yang
dilakukan oleh tim nasional migrasi TV dan radio dari analog ke digital teknologi
DVB-Tlebih unggul dan memiliki manfaat lebih dibandingkan dengan teknologi
penyiaran digital lainnya. Teknologi ini mampu memultipleks beberapa program
sekaligus,di mana 6 program siaran dapat "dimasukkan" ke dalam satu kanal TV
berlebar pita 8 MHz dengan kualitas jauh lebih baik.
Bagi industri radio, secara logis akan ditentukan penggunaan teknologi
DAB ( Digital Audio Broadcasting) yang dikembangkan sebagai penyeimbang
teknologi DVB-T sebagaimana sudah diimplementasikan di lebih dari 40 negara
khususnya negara-negara Eropa. Teknologi DAB bila dikembangkan
menggunakan teknologi digital multimedia broadcasting (DMB), yaitu dengan
menambahkan DMB multimedia prosesor, akan mampu menyiapkan konten
gambar bergerak sebagaimana siaran TV. Hal ini telah menstimulasi para pelaku
industri radio untuk mengembangkan bisnisnya dengan menambah konten berupa
gambar bergerak seperti informasi cuaca, peta Jalan, video klip dan film
sebagaimana yang terjadi di industri televisi.
Berbeda dengan industri TV yang harus total berimigrasi ke digital karena
tuntutan perkembangan teknologi migrasi digital dalam industri radio hanya
sebuah pilihan karena teknologi radio FM dianggap sudah cukup memiliki
kualitas dan efisiensi yang baik.
Belajar dari pengalaman negara lain jika kita melihat penyiaran digital di
Jepang sering dikenal dengan istilah Chijou Dejiteru Terebi Housou telah mulai
diperkenalkan sejak 1 Desember 2003. Hal menarik yang patut dicontoh dari
proses digitalisasi di negara Sakura ini adalah sosialisasi tentang migrasi analog
ke digital yang akan cut off pada 24 Juli 2011.

11
langkah pertama yang dilakukan pemerintah Jepang dalam
mensosialisasikan migrasi analog ke digital adalah dengan pemberian stiker. stiker
yang berisi rencana migrasi tersebut ditempelkan pada seluruh TV analog yang
masih dijual.
Pemerintah Jepang juga mengumum kan melalui siaran televisi, pamflet
dan internet. Hal menarik adalah adanya demo penyiaran digital yang
disandingkan dengan penyiaran analog di stasiun-stasiun kereta.
Jika migrasi analog ke digital di Indonesia mulai berlangsung,maka
sejumlah masalah baru menanti titik Selain faktor daya beli masyarakat dan
jaminan atas konten siaran yang berkualitas masalah regulasi dalam bidang
penyiaran perlu menjadi perhatian. UU penyiaran beserta peraturan pelaksanaan
perlu dikaji kembali apakah masih sesuai atau harus direvisi. hal terpenting adalah
pengertian lembaga penyiaran titik jika sebelumnya nomenklatur ini meliputi
seluruh aspek kelembagaan penyiaran maka dengan sistem digital tentu harus
dipertegas mana yang dimaksud dengan lembaga penyiaran.
Masih banyak masalah yang akan dihadapi dengan migrasi analog ke
digital ini titik Dengan demikian, Sepertinya kita harus menyambut kedatangan
abad baru sistem telekomunikasi terutama dalam bidang penyiaran. sosialisasi dan
pengkajian yang komprehensif adalah tugas utama pemerintah titik agar rencana
peluncuran migrasi pada hari kemerdekaan tahun ini tidak berbuah penjajahan
baru bagi bangsa atas nama teknologi.

D. Sertifikasi Peralatan Teknis


UU penyiaran mensyaratkan bahwa setiap lembaga penyiaran wajib
mematuhi atau mengikuti standar teknis peralatan yang telah ditetapkan
pemerintah titik rencana dasar teknik penyiaran memuat hal-hal yang berkaitan
dengan pendirian Stasiun penyiaran meliputi arah kebijakan penyelenggaraan
penyiaran dengan mempertimbangkan perkembangan teknologi penyiaran,
kecenderungan permintaan pasar ekonomi sosial budaya dan kondisi lingkungan
lainnya, kemudian pedoman propagasi maksimum dan pengembangan wilayah
jangkauan penyiaran, penggunaan spektrum frekuensi radio untuk penyiaran

12
pemanfaatan teknologi baru dan penggelaran infrastruktur penyiaran, pedoman
mengenai daftar Uji pemeriksaan sendiri, serta pedoman pengamanan dan
perlindungan sistem perawatan terhadap lingkungan.10
Perangkat transmisi penyiaran yang digunakan ataudioperasikan untuk
keperluan penyelenggaraan penyiaran wajib memiliki standar nasional dan
memenuhi persyaratan teknis sesuai dengan ketentuan dan peraturan perundang-
undangan yang berlaku titik penetapan persyaratan teknis perangkat transmisi
dilaksanakan atas dasar hasil pengembangan industri inovasi serta rekayasa
teknologi penyiaran dan Telekomunikasi nasional, adopsi standar internasional
atau standar regional.
Pemerintah Indonesia juga mengatur bahwa alat dan perangkat penyiaran
yang digunakan mengutamakan produksi dalam negeri. sehingga setiap perangkat
transmisi yang dibuat dirakit, diperdagangkan, dioperasikan dan dimasukkan ke
dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia untuk keperluan penyiaran
wajib di sertifikat sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.untuk keperluan sertifikasi tersebut pemerintah telah menunjuk
kementerian negara komunikasi dan Informatika yang membawahi Direktorat
Jenderal pos dan Telekomunikasi sebagai institusi yang bertanggung jawab
terhadap proses sertifikasi tersebut.
Kewajiban untuk sertifikasi peralatan merupakan implikasi dari peraturan
pada UU Nomor. 36 tahun 1999 tentang telekomunikasi, khususnya pasal 32 ayat
(1) yang menyebutkan bahwa perangkat telekomunikasi yang diperdagangkan,
dibuat, dirakit, dimasukkan dan atau digunakan di wilayah negara Republik
Indonesia wajib memperhatikan persyaratan teknis dan berdasarkan izin sesuai
dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. dalam penjelasan yang juga
tertera di dalam UU tersebut disebutkan bahwa persyaratan teknis alat/perangkat
telekomunikasi merupakan syarat yang diwajibkan terhadap alat/perangkat
telekomunikasi agar pada waktu dioperasikan tidak saling mengganggu
alat/perangkat telekomunikasi lain dan/atau jaringan telekomunikasi atau
alat/perangkat selain perangkat telekomunikasi. persyaratan teknis dimaksud lebih

10
Ibid,. Hal.61.

13
ditujukan terhadap fungsi alat/perangkat telekomunikasi yang berupa parameter
elektrik elektronik serta dengan memperhatikan pula aspek di luar parameter
elektrik/elektronik sesuai dengan ketentuan yang berlaku dan aspek lainnya,
misalnya lingkungan keselamatan dan kesehatan. ketentuan persyaratan teknis
memperhatikan standar teknis yang berlaku secara internasional,
mempertimbangkan kepentingan masyarakat dan harus berdasarkan pada
teknologi yang terbuka.

14
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Dalam aspek hukum teknologi terdapat empat hal yang penting didalam
nya yaitu;
5. Memahami sistem kerja penyiaran
6. Spektrum Frekuensi
Adalah susunan pita frekuensi radio yang mempunyai frekuensi lebih
kecil dari 3000 GHz sebagai satuan getaran gelombang elektromagnetik,
merambat dan terdapat dalam Dirgantara (ruang udara dan antariksa)
7. Digitalisasi Penyiaran
Adalah pengubahan sistem televisi dan radio dari analog ke digital.
8. Sertifikasi Peralatan Teknis
Adalah syarat bagi substansi televisi maupun radio untuk melakukan
sertifikasi peralatan sesuai dengan ketentuan yang telah di tetapkan.

15
DAFTAR PUSTAKA

Judhariksawan. 2013. Hukum Penyiaran. Jakarta : Raja Grapindo Persada.

Stevenson, John. 1987. Telecomunications.Jakarta : Gramedia.

16

Anda mungkin juga menyukai