DISUSUN OLEH :
WAN BALQIS ZULKARNAIN & WILDA NILA
A. Latar belakang
Bangsa yang maju dan beradab adalah bangsa yang tidak terlepas dari peradaban
(civilization) dan memakaikan agama (realigion) sebagai baju kebangaanya, HAR Gibb
(SEJARAHWAN TIMUR TENGAH) (1859- 1940) mengatakan, Islam is a complate civilitazion (Islam
adalah sebuah peradaban yang sempurna). Sejarah Peradaban Islam adalah sesuatu yang
wajib kita ketahui sebagai umat Islam, karena dari Sejarah Peradaban Islam tersebut kita
dapat belajar banyak hal dan banyak nilai-nilai moral yang kita dapat seperti mempelajari
hasil kebudayaan pada suatu peradaban dan sistem pemerintahannya. Dari sinilah kita akan
memperoleh nilai-nilai sosial, moral, budaya, Pendidikan dan politik. Dalam masa lebih dari
tujuh abad kekuasaan pada periode Islam klasik. Banyak orang Eropa mendalami studi di
Universitas-Universitas Islam disana. Ketika itu bisa dikatakan, Islam telah menjadi guru bagi
orang Eropa. Selama delapan abad, Islam pernah berjaya di bumi Eropa(Andalusia) dan
membangun peradaban yang gemilang. Namun peradaban yang di bangun dengan susah
payah dan kerja keras kaum Muslimin itu, harus ditinggalkan dan dilepas begitu saja karena
kelemahan-kelemahan yang terjadi di kalangan kaum Muslimin sendiri dan karena
keberhasilan Bangsa Barat atau Eropa bangkit dari keterbelakangan. Kebangkitan yang
meliputi hampir semua element peradaban, terutama di bidang politik yakni dengan
dikalahkannya kerjaan-kerajaan Islam dan bagian dunia lainnya sampai kemajuan di bidang
sains dan teknologi.Kesemuanya itu dapatmenambah pengetahuan dan wawasan kita, maka
hal inilah yang melatar belakangi disusunnya makalah ini.
B. Rumusan masalah
1. Bagaimanakah sejarah awal berdirinya daulah Bani Umyyah I?
2. Siapa saja khalifah- khalifah daulah Bani Umayyah I?
3. Bagaimana masa kemajuan daulah Bani Umayyah I?
C. TUJUAN MASALAH
1. Untuk mengetahui prosess berdirinya daulah Bani Umayyah
2. Untuk mengetahui masa masa kejayaan daulah Bani Umayyah
3. Untuk mengetahui prosess kemunduran dan kehanncuran daulah Bani
Umayyah
BAB II
PEMBAHASAN
Kekuasaan dinasti umayyah dimulai pada masa berkuasanya Muawiyah bin Abu Sufyan,
tepatnya setelah terbunuhnya Ali Bin Abi Thalib. Setelah Ali wafat orang -orang arab membaiat
Hasan bin Ali, namun hasan cenderung mengalah dan menyerahkan jabatan kekhalifahannya kepada
Muawiyah bin Abu Sufyan dengan syarat- syarat berikut:
1. Muawiyah tidak menaruh dendam terhadap penduduk Madinah, hijaz, dan irak.
2. Muawiyah harus membayar utang-utangnya Hasan dan Husain dengan sejumlah uang dari
pajak.
3. Setelah Muawiyah, pemilihan atau pengangkatan khalifah harus diserahkan Kembali
kepadanya dan musyawarah kaum muslimin. Tentang jumlah jaminan Muawiyah keapada Hasan dan
Husain disebutkan sejarawan Philip K. Hitti, bahwa Muawiyah akan memberi subsidi dan pensiun
seumur hidup sebesar 5.000.000 dirham dari perbendaharaan Kufah.
Perjanjian tersebut terjadi pada tahun 41 H / 661 M, tahun tersebut disebut dengan Am Al
Jannah (tahun persatuan) karena kaum muslimin Bersatu dalam satu kepemimpinan. Setelah
menjadi pemimpin, Muawiyah mengambil alih Mesir dari seorang gubernur yang diangkat khalifah
Ali, kemudian jabatan tersebut diberikan kepada pendukung setianya Amr ibni Ash. Dengan
perjanjian ini, maka telah berdiri awal pemerintahan Muawiyah sekaligus berakhirnya periode
khulafaurrasidin.
Pada masa kekuasaan Muawiyah, pemerintahan sebelumnya bersifat demokratis berubah
menjadi Monarchiheridetis (kerajaan turun temurun). Pemilihan khalifah tidak lagi berdasarkan
musyawarah pemilihan dan suara terbanyak. Muawiyah bermaksud mencontoh system monarki
kekaisaran Persia dan bizantium. Ia mengangkat anaknya Bernama Yazid bin Muawiyah (60-64
H/660-680 M) sebagai penggantinya.
3. Muawiyah II (63-64/683-684)
Ia hanya memerintahkan kurang lebih 40 hari, dan meletakkan jabatan
Sebagai khalifah tiga bulan sebelum wafatnya. Ia mengalami tekanan jiwa berat karena tidak
sanggup memikul tanggung jawab jabatan khalifah yang sangat besar tersebut. Dengan
wafatnya, maka habislah keturunan Muawiyyah dalam melenggangkan kekuasaan dan
berganti ke bani Marwan.
4. Marwan bin Al Hakam (64-65/684-685)
Ia adalah gubernur Madinah di masa Muawiyyah dan penasihat Yazid di Damaskus
dimasa pemerintahan putra pendiri daulah Umayyah. Ia diangkat menjadi khalifah karena
dianggap orang yang dapat mengendalikan kekuasaan karena pengalamannya. Ia dapat
menghadapi kesulitan satu demi satu dan dapat mengalahkan kabilah Ad-Dahak bin Qais,
kamudian menduduki mesir. Marwan menundukan palestina, hijaz, dan irak. Namu ia cepat
pergi hanya memerintah 1 tahun, ia wafat pada tahun 65 H dan menunjuk anaknya Abdul
Malik dan Abdul Aziz sebagai pengganti sepeninggalnya secara berurutan.
َو اِاْل ْح َس اِن َو ِاْيَتۤا ِئ ِذ ى اْلُقْر ٰب ى َو َيْنٰه ى َع ِن اْلَفْح َش ۤا ِء ۞ ِاَّن َهّٰللا َيْأُم ُر ِباْلَع ْد ِل
َلَع َّلُك ْم َتَذَّك ُر ْو َن َو اْلُم ْنَك ِر َو اْلَبْغ ِي َيِع ُظُك ْم
90. Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi bantuan
kepada kerabat, dan Dia melarang (melakukan) perbuatan keji, kemungkaran, dan permusuhan. Dia
memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran. (Q.S AN-NAHL:90)
Khalifah yang adil itu berusaha memperbaiki segala tatanan yang ada dimasa
kekhalifahanya seperti menaikan gaji para gubernurnya, memeratakan kemakmuran dengan
memberi santunan kepada fakir miskin dan memperbaharui dinas pos yang semulanya hanya
membawa berita dari gubernur untuk setelah pembaharuan maka dinas pos tersebut bisa
untuk melayani masyarakat setempat. Ia juga menyamakan kedudukan orang-orang non –
arab sebagai warga negara kelas 2 dengan orang-orang arab. Ia mengurangi beban pajak dan
menghentikan pembayaran jizyah bagi orang islam baru.
Khalifah Umar meninggal tahun 101 H dan diganti oleh Yazid 2.
Setelah Muawiyah resmi memimpin dinasti bani Umayyah, ia memindahkan ibu kota ke
Damaskus. Pemindahan ibu kota dari Madinah ke Damaskus melambangkan zaman imperium baru
dengan menggesernya dari pusat Arabia, yaitu Madinah yang mulanya merupakan pusat agama dan
politik pada masa Khulafaurrasyidin kepada sebuah kota Cosmopolitan Damaskus.
Telah disebutkan bahwa dinasti bani Umayyah dipimpin oleh 14 khalifah, dan dari ke 14 pemimpin
tersebut, hanya beberapa saja yang dianggap mempunyai reputasi terhadap perkembangan dinasti
bani Umayyah antara lain, Muawiyah bin Abu Sufyan dan Abdul Malik.
Pada masa pemerintahan Muawiyyah diraih dalam kemajuan besar dalam perluasan wilayah,
meskipun pada beberapa tempat masih bersifat rintisan. Peristiwa paling mencolok ialah
keberaniannya mengepung kota Konstantinopel melalui suatu ekspedisi yang di pusatkan di kota
pelabuhan Dardanela, setelah terlebih dahulu menduduki pulau pulau di Laut Tengah seperti
Rodhes, Kreta, Cyprus, Sicilia dan sebuah pulau yang bernama Award, tidak jauh dari ibukota
Romawi Timur itu. Di belahan timur, Muawiyyah berhasil menaklukkan Khurasan sampai ke
sungai Oxus dan Afghanistan.
Ekspansi ke Timur yang telah dirintis oleh Muawiyyah, lalu disempurkan oleh Khalifah Abdul
Malik. Dibawah komando gubernur Irak, Hajjaj bin Yusuf, tentara kaum Muslimin menyeberangi
sungai Amudaria dan menundukan Balk, Bukhoro, Khawarizm, Fargana, Samarkhand, pasukan
Islam juga melalui Makron masuk ke Balukhistan, Syin dan
Punjab sampai ke Multan, Islam menginjakkan kakinya untuk pertama kalinya di bumu India.
Kumudian tiba masa kekuasaan Al Walid 1 yang disebut-sebut sebagai masa kemenangan yang
luas. Pengepungan yang gagal atas kota Knstantinopel di zaman Muawiyyah, dihidupkan kembali
denagn memberikan pukulan-pukulan yang cukup kuat. Walaupun cita-cita untuk menundukkan
ibukota Romawi tetap saja belum berhasil, tetapi tindakan itu sedikit banyak berhasil menggeser
kapal batas pertahanan Islam lebih jauh ke depan, dengan menguasai basis-basis militer kerajaan
Romawi di Mar'asy dan'Amuriah
Bentuk kemajuan kemajuan semasa Dinasti Umayyah berdasarkan bidangnya
masing-masing:
1. Bidang Kemiliteran
Kemajuan masa pemerintahan Dinasti Bani Umayyah yang paling menonjol adalah di bidang
kemiliteran. Selama peperangan dengan militer Romawi pasukan Arab mengambil tekhnik
kemiliteran mereka dan memadukannya dengan sistem pertahanan yang telah di miliki
sebelumnya. Pasalan Islam mendirikan tenda-tenda yang terdiri dari 2-4 pintu dengan
perlindungan benteng dan parit. Kuffah dan Basroh merupakan basis militer untuk wilayah timur,
formasi kekuatan pasukan Muslim terbagi dua barisan Barisan depan dan barisan belakang.
Seluruhnya terdiri lima lapisan, yakni satu lapisan pusat. dua lapisan pasukan sayap, lapisan
penyerbu dan lapisan pertahanan Kekuatan pasukan-pasukan Dinasti
Umayyah ini telah mencatat sukses sukses besar dalam tugas-tugas ekspansi Kemajuan kekuatan
militer pada masa ini juga di tandai dengan terbentuknya angkatan laut Islam oleh Muawiyyah, la
mengarahkan para pakar kelautan untuk merancang pembuatan galangan perkapalan di pantai
Syiria.
2. Sistem Sosial
Terdapat empat kelompok masyarakat, yakni Arab Muslim,Mawalli, non Muslim, dan
kelompok NON-Muslim menduduki kelas sosial tertinggi di sebabkan karena mereka sebagai
kelompok pendatang yang berkuasa, juga di karenakan sistem aristokrasi. Namun pada
prinsipnya mereka semua mendapat perlindungan hak-hak secara penuh sehingga mereka dapat
hidup dengan tenang dan damai. Perbedaan yang menonjol adalah dalam hal kewajiban pajak
Hampir di katakan tidak ada perselisihan antaragama. Yang muncul perselisihan antarsuku.
Contohnya kelompok Mudariyah dengan kelompok Arab Himyariyah.
3. Kemajuan Arsitektur
Penguasa Dinasti Umayyah pada umumnya mahir dalam seni arsitektur, mereka
mencurahkan perhatiannya demi kemajuan bidang ini hasilnya adalah sejumlah bangunan
megah, Masjid Baitul Maqdis di Yerusalem, yang terkenal dengan kubah batunya (qubah al-
sakhra) didirikan pada masa Abdul Malik pada tahun 691 M. Ia adalah masjid pertama yang di
tutup kubah di atasnya. Dan juga masjid al Aqsa yang tidak kalah tinggi arsiteknya sebuah masjid
terindah yang terdapat di Damaskus yang didirikan oleh Walid bin Abdul Aziz. la juga merancang
masjid Madinah antara beberapa monument peninggalan Umayyah yang terkenal adalah istana
Qusayr Amrah Istana ini terbuat dari batu kapur yang berwarna kuning kemerah merahan.
Gambar 1.1 Mesjidil Al-Aqsha yang didirikan Gambar 1.2 istana Qusayr Amrah
pada masa pemerintahan Abdul Malik yang terbuat dari kapur
4. Bidang Politik
Dalam bidang politik, Bani Muawiyyah menyusun tata pemerintahan yang sama sekali
baru Guna untuk memenuhi tuntutan perkembangan wilayah dan administrasi kenegaraan
yang semakin kompleks. Selain mengangkat majelis penasehat sebagai pendamping, khalifah
Bani Umayyah dibantu oleh beberapa orang Al Kuttab (sekretaris) untuk membantu dalam
pelaksanaan tugas yang meliputi:
a. Kartib ar-Rasail, yaitu sekertaris yang bertugas menyelenggarakan administrasi dan surat
menyurat dengan pembesar-pembesar setempat.
c. Katib al Jundi, yaitu sekretaris yang bertugas menyelenggarakan hal hal yang berkaitan
dengan ketentaraan.
e. Katib al qudat, yaitu sekretaris yang bertugas menyelenggarakan tertib hukum melalui
badan badan peradilan dan hakim setempat.
5. BIDANG PENDIDIKAN.
Di antara ilmu yang berkembang pada masa ini adalah :
A. Ilmu agama, seperti : al-Qur’an, Hadits, dan Fiqih. Proses pembukuan hadits
terjadi pada masa Khalifah Umar bin Abdul Aziz ( 99-10 H ) sejak saat itulah
hadits mengalami perkembangan pesat.
B. Ilmu sejarah dan geografi, yaitu segala ilmu yang membahas tentang perjalanan
hidup, kisah dan riwayat Ubaid ibn Syariyah Al- Jurhumi berhasil menulis
berbagai peristiwa sejarah.
C. Ilmu pengetahuan di bidang bahasa, yaitu segala ilmu yang mempelajari bahasa,
nahu, saraf, dll.
D. Bidang filsafat, yaitu segala ilmu yang pada umumnya berasal dari bangsa asing,
seperti ilmu mantik, kimia, astronomi, ilmu hitung dan ilmu yang berhubungan
dengan itu, serta ilmu kedokteran.
III. KESIMPULAN
Masa kekhalifahan Bani Umayyah yang hanya berumur 90 tahun yaitu di mulai pada masa
Muawiyyah bin Abu Solyan ini banyak mengalami kemajuan perkembangan yang cukup pesat.
Pada masa Muawiyyah bin Abu Sofyan perluasan wilayah yang terhenti pada masa khalifah
Utsman bin Affan dan Ali bin Abi Thalib di lanjutkan kembali.
Ekspansi ke Barat secara besar-besaran di lanjutkan di zama Al-Walid bin Abdul Malik Masa
pemerintahan Al Walid adalah masa ketentraman, kemakmuran, dan ketertiban.
Disamping ekspansi kekuasaan Islam, Bani Umayyah juga banyak berjasa dalam
pembangunan di berbagai bidang Muawiyyah bin Abu Sofyan mendirikan dinas pos dan tempat-
tempat tertentu dengan menyediakan kuda yang yang lengkap dengan peralatanya di sepanjang
dalan. Dia juga berusaha menertibkan angkatan bersenjatan dan mencetak mata wang. Pada
masanya, jabatan khusus seorang hakim atau qodhi mulai berkembang menjadi profesi tersendiri.
Qodhi adalah seorang spesialis di bidangnya.
IV. PENUTUPAN
Demikian makalah ini kami susun. Penulis menyadari dalam makalah ini masih banyak sekali
kekurangan dan jauh dari kata sempurna, Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun dan
kontruktif sangat di harapkan demi kesempurnaan karya ilmiah selanjutnya. Semoga makalah ini
dapat di jadikan sumber referensi dan bermanfaat bagi dan seluruh umat, Aamin.