Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

SEJARAH PERADABAN ISLAM PADA


MASA DINASTI BANI UMAYYAH I

DOSEN PEGEMPU : Dr. Wahyu Khadafiah, S.Pd.I,MA

DISUSUN OLEH :
WAN BALQIS ZULKARNAIN & WILDA NILA

UNIVERSITAS SERAMBI MEKKAH


FAKULTAS AGAMA ISLAM
SEMESTER 1
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Bangsa yang maju dan beradab adalah bangsa yang tidak terlepas dari peradaban
(civilization) dan memakaikan agama (realigion) sebagai baju kebangaanya, HAR Gibb
(SEJARAHWAN TIMUR TENGAH) (1859- 1940) mengatakan, Islam is a complate civilitazion (Islam
adalah sebuah peradaban yang sempurna). Sejarah Peradaban Islam adalah sesuatu yang
wajib kita ketahui sebagai umat Islam, karena dari Sejarah Peradaban Islam tersebut kita
dapat belajar banyak hal dan banyak nilai-nilai moral yang kita dapat seperti mempelajari
hasil kebudayaan pada suatu peradaban dan sistem pemerintahannya. Dari sinilah kita akan
memperoleh nilai-nilai sosial, moral, budaya, Pendidikan dan politik. Dalam masa lebih dari
tujuh abad kekuasaan pada periode Islam klasik. Banyak orang Eropa mendalami studi di
Universitas-Universitas Islam disana. Ketika itu bisa dikatakan, Islam telah menjadi guru bagi
orang Eropa. Selama delapan abad, Islam pernah berjaya di bumi Eropa(Andalusia) dan
membangun peradaban yang gemilang. Namun peradaban yang di bangun dengan susah
payah dan kerja keras kaum Muslimin itu, harus ditinggalkan dan dilepas begitu saja karena
kelemahan-kelemahan yang terjadi di kalangan kaum Muslimin sendiri dan karena
keberhasilan Bangsa Barat atau Eropa bangkit dari keterbelakangan. Kebangkitan yang
meliputi hampir semua element peradaban, terutama di bidang politik yakni dengan
dikalahkannya kerjaan-kerajaan Islam dan bagian dunia lainnya sampai kemajuan di bidang
sains dan teknologi.Kesemuanya itu dapatmenambah pengetahuan dan wawasan kita, maka
hal inilah yang melatar belakangi disusunnya makalah ini.

B. Rumusan masalah
1. Bagaimanakah sejarah awal berdirinya daulah Bani Umyyah I?
2. Siapa saja khalifah- khalifah daulah Bani Umayyah I?
3. Bagaimana masa kemajuan daulah Bani Umayyah I?

C. TUJUAN MASALAH
1. Untuk mengetahui prosess berdirinya daulah Bani Umayyah
2. Untuk mengetahui masa masa kejayaan daulah Bani Umayyah
3. Untuk mengetahui prosess kemunduran dan kehanncuran daulah Bani
Umayyah
BAB II
PEMBAHASAN

A. Berdirinya dinasti Bani Umayyah


Nama dinasti Umayyah dinisbatkan kepada Umayyah bin Abd Syams bin Abdu Manaf. Ia
adalah seorang tokoh penting ditengah Quraisy pada masa jahiliyyah. Ia dan pamannya Hasyim bin
Abdu Manaf selalu bertarung dalam memperebutkan kekuasaan dan kedudukan.
Sejarah latar belakangnya berdirinya dinasti daulah bani umayyah adalah kekhalifahan kedua
yang didirikan setelah wafatnya nabi Muhammad. Kekhalifahan ini resmi berdiri setelah wafatnya Ali
Bin Abi Thalib, khalifah terakhir dari Khulafaur Rasyidin. Pendiri dan khalifah pertama Bani Umayyah
adalah Muawiyah Bin Abu Sufyan bin Harb bin Umayyah bin Abduk Syam bin Abdul Manaf bin Qusay
bin Kilab. Muawiyah telah masuk islam sebelum peristiwa Fathu Makkah.
Pada masa Rasulullah Muawiyah turut serta dalam perang hunain. Karir politik Muawiyah
terus berlanjut pada masa pemerintahan Khalifah Abu Bakar Ash Siddiq. Ia mendampingi saudaranya
Yazid Bin Abu Sufyan ke syam dan berhasil menaklukkan negeri tersebut ke kekuasaan islam. Setelah
Yazid wafat Abu Bakar mempercayakan kepada Muawiyah menjadi gubernur untuk wilayah syam,
menggantikan Yazid. Pada masa pemerintahan Umar, Muawiyah masih dipercaya sebagai gubernur
wilayah syam.
Pada masa pemerintahan Khalifah Usman Bin Affan (23-35 H / 644-656 M), Muawiyah
diangkat Kembali menjadi gubernur wilayah syam dengan ibu kota Damaskus. Ketika Usman Bin
Affan wafatkarena terbunuh disaat membaca Alquran, Muawiyah menuntut Khalifah Ali bin Abi
Thalib untuk mengusut tuntas siapa saja yang terlibat dalam kasus pembunuhan terhadap Usman
bin Affan.
Karena tuntutan tersebut, Muawiyah tidak mau mengaku Ali bin Abi Thalib sebagai khalifah
sampai Ali menemukan dan menghukum pembunuh khalifah Usman bin Affan. Ali menganggap
Muawiyah sebagai pemberontak karena tidak mau mengakuinya kekhalifahannya, atas itulah Ali
memerangi Muawiyah, sehingga terjadilah perang antara keduanya, peperangan tersebut disebut
dengan perang siffin.
Pada peristiwa perang pasukan Ali hampir mendapatkan kemenangan, namun tiba tiba dari pihak
Muawiyah mengangkat Al quran dengan tombak sebagai tanda berdamai. Pada saat itu pasukan Ali
terbentuk menjadi dua, satu pihak setuju damai dan dilain pihak menolak. Namun pada akhirnya Ali
menerima tawaran damai dengan cara tahkim (arbitrase). Dan dalam peritiwa itu akhirnya Ali
berhasil dibunuh oleh kelompok yang diketuai Abdurrahman bin Muljam. Sedangkan Muawiyah
tidak berhasil dibunuh oleh kelompok Khawarij, karena dikawal dengan pengawalan yang sangat
ekstra ketat.

Kekuasaan dinasti umayyah dimulai pada masa berkuasanya Muawiyah bin Abu Sufyan,
tepatnya setelah terbunuhnya Ali Bin Abi Thalib. Setelah Ali wafat orang -orang arab membaiat
Hasan bin Ali, namun hasan cenderung mengalah dan menyerahkan jabatan kekhalifahannya kepada
Muawiyah bin Abu Sufyan dengan syarat- syarat berikut:
1. Muawiyah tidak menaruh dendam terhadap penduduk Madinah, hijaz, dan irak.
2. Muawiyah harus membayar utang-utangnya Hasan dan Husain dengan sejumlah uang dari
pajak.
3. Setelah Muawiyah, pemilihan atau pengangkatan khalifah harus diserahkan Kembali
kepadanya dan musyawarah kaum muslimin. Tentang jumlah jaminan Muawiyah keapada Hasan dan
Husain disebutkan sejarawan Philip K. Hitti, bahwa Muawiyah akan memberi subsidi dan pensiun
seumur hidup sebesar 5.000.000 dirham dari perbendaharaan Kufah.
Perjanjian tersebut terjadi pada tahun 41 H / 661 M, tahun tersebut disebut dengan Am Al
Jannah (tahun persatuan) karena kaum muslimin Bersatu dalam satu kepemimpinan. Setelah
menjadi pemimpin, Muawiyah mengambil alih Mesir dari seorang gubernur yang diangkat khalifah
Ali, kemudian jabatan tersebut diberikan kepada pendukung setianya Amr ibni Ash. Dengan
perjanjian ini, maka telah berdiri awal pemerintahan Muawiyah sekaligus berakhirnya periode
khulafaurrasidin.
Pada masa kekuasaan Muawiyah, pemerintahan sebelumnya bersifat demokratis berubah
menjadi Monarchiheridetis (kerajaan turun temurun). Pemilihan khalifah tidak lagi berdasarkan
musyawarah pemilihan dan suara terbanyak. Muawiyah bermaksud mencontoh system monarki
kekaisaran Persia dan bizantium. Ia mengangkat anaknya Bernama Yazid bin Muawiyah (60-64
H/660-680 M) sebagai penggantinya.

B. FASE-FASE PEMERINTAHAN DINASTI BANI UMAYYAH


Para sejarahwan sependapat bahwa khalifah terbesar dari daulah bani umayyah ialah
Muawiyah, Abdul Malik dan Umar bin Abdul Aziz
Masa kekuasan Dinasti bani Umayyah dengan ibu kotanya di Damaskus berlangsung selama 90 tahun
dan diperintah oleh 14 khalifah, mereka adalah:
1. Muawiyah bin Abu Sufyan (60-64/660-680)
Muawiyah bin Abi Sufyan adalah bapak pendiri dinasti Bani Umayyah dialah tokoh
pembangunan yang besar. Muawiyah mendapat kursi kekuasaan setelah Hasan bin Ali bin Abi
Thalib berdamai dengannya pada tahun 4 H, karena Hasan menyadari kelemahannya
sehingga ia berdamai dan menyerahkan kepemimpinan umat kepada Muawiyyah sehingga
tahun itu dinamakan ‘Amul Jama’ah, tahun persatuan. Muawiyah wafat pada tahun 60 H di
damaskus karena sakit dan digantikan oleh anaknya Yazid.

2. Yazid bin Muawiyah (60-64/680-684)


Yazid tidak sekuat ayahnya dalam memerintah, banyak tantangan yang
dihadapinya,anatara lain ialah membereskan pemberontakan kaum Syi’ah yang telah
membaiat Husein sepeninggal Muawiyyah. Terjadi perang di karbala yang menyebabkan
terbunuhnya Husain. Yazid menghadapi para pemberontak di Mekkah dan Madinah dengan
keras. Dinding ka’bah runtuh dikarenakan karena lemparan manjaniq, peristiwa terebut
merupakan aib besar terhadap masanya. Yazid wafat pada tahun 64 H setelah memerintah 4
tahun dan digantikan oleh anaknya, Muawiyyah II.

3. Muawiyah II (63-64/683-684)
Ia hanya memerintahkan kurang lebih 40 hari, dan meletakkan jabatan
Sebagai khalifah tiga bulan sebelum wafatnya. Ia mengalami tekanan jiwa berat karena tidak
sanggup memikul tanggung jawab jabatan khalifah yang sangat besar tersebut. Dengan
wafatnya, maka habislah keturunan Muawiyyah dalam melenggangkan kekuasaan dan
berganti ke bani Marwan.
4. Marwan bin Al Hakam (64-65/684-685)
Ia adalah gubernur Madinah di masa Muawiyyah dan penasihat Yazid di Damaskus
dimasa pemerintahan putra pendiri daulah Umayyah. Ia diangkat menjadi khalifah karena
dianggap orang yang dapat mengendalikan kekuasaan karena pengalamannya. Ia dapat
menghadapi kesulitan satu demi satu dan dapat mengalahkan kabilah Ad-Dahak bin Qais,
kamudian menduduki mesir. Marwan menundukan palestina, hijaz, dan irak. Namu ia cepat
pergi hanya memerintah 1 tahun, ia wafat pada tahun 65 H dan menunjuk anaknya Abdul
Malik dan Abdul Aziz sebagai pengganti sepeninggalnya secara berurutan.

5. Abdul Malik bin Marwan (65-86/685-705)


Dia adalah orang kedua yang terbesar dalam deretan para khalifah Bani Umayyah
Yang disebut-sebut sebagai ‘pendiri kedua’ bagi kedaulatan Umayyah. Ia dikenal sebagai
seorang khalifah yang dalam ilmu agamanya, terutama di bidang fiqh. Ia telah berhasil
mengembalikan sepenuhnya integritas wilayah dan wibawa kekuasan keluarga Umayyah dari
segala pengacau negara yang merajalela pada masa-masa sebelumnya. Mulai dari gerakan
sparatis Abdullah bin Zubair di Hijaz, pemberontakan kaum syi’ah dan khawarij, sampai
kepada aksi teror yang dilakukan oleh Al-Mukhtar bin Ubaid As-Saqafy diwilayah kufah, dan
pemberontakan yang dipimpin oleh Mus’ab bin Zubair di Irak.

6. Periode kemunduran dan kejatuhan. Al Walid binAbdul Malik (86-96 H/705-714)


Memerintah 10 tahun lamanya. Pada masa pemerinthanya, kekayaan dan kemakmuran
merintah ruah. Kekuasaan islam melangkah ke Spanyol dibawah pimpinan Thariq Bin Ziyad
Ketika afrika utara dipegang oleh gurbernur Musa bin Nushair. Karena kekayaan melimpah
maka ia sempurnakan pembangunan Gedung Gedung, pabrik- pabrik, dan jalan tersebut, ia
membangun masjid Al-Amawi yang terkenal hingga masa kini di Damaskus. Di samping itu, ia
menggunakan kekayyan negerinya untuk menyantuni para yatim piatu, fakir miski, dan
penderita cacat seperti orang lumpuh, buta, dan sakit kusta.
Khalifah Walid bin Abdul Malik wafat pada tahun 96 H dan digantikan oleh adiknya Sulaiman.

7. Sulaiman bin Abdul Malik (96-99 H/715-717)


Dia tidak sebijak abangnya, ia kurang bijaksana, suka harta sebagimana yang
diperlihatkan Ketika ia mengiginkan harta rampasan perang (ghanimah) dari spanyol yang
dibawa oleh Musa bin Nushair
Khalifah Sulaiman bin Abdul Malik dibenci oleh rakyatnya karena tabiatnya yang
kurang bijaksana itu. Para pejabatnya terpecah belah, demikian pula masyarakatnya. Orang
orang yang berjasa dimasa para pendahuluanya disiksa, seperti keluarga Hajjaj bin Yusuf dan
Muhammad bin Qasim yang menundukan India. Ia meniggal pada tahun 99 H dan
menunjukan Umar Bin Abdul Aziz sebagai pegantinya.

8. Umar bin Abdul Aziz (99-101/717-719)


Adapun khalifah yang besar ialah Umar Bin Abdul Aziz. Meskipun masa
pemerintahanya sangat singkat, nama Umar merupak “Lembaran Putih” Bani Umayyah dan
sebuah periode yang berdiri sendiri, mempunyai karakter yang tidak terpengaruh oleh
berbagai kebijaksann daulah Bani Umayyah yang banyak disesali, Ia merupakan personifikasi
seorang khalifah yang takwa dan bersih, suatu sikap yang jarang sekali ditemukan pada
sebahagian besar pemimpin Bani Umayyah.
Khalifah yang adil ini adalah putra Abdul Azizi, gubernur Mesir. Ia lahir di Hilwan dekat Kairo,
atau Madinah menurut sumber lain, rupanya keadilanya menurun dari Khalifah Umar bin
Khatab yang menjadi kakeknya dari jalur ibunya. Ia menghabiskan waktunya di Madinah
untuk mendalami ilmu Agama Islam, khususnya ilmu hadis dan Ketika ia menjadi khalifah ia
memerintahkan kaum muslim untukk menuliskan hadis, dan inilah perintah resmi pertama
dari peguasaan Islam. Umar adalah orang yang rapi dalam berpaikan, memekai wewangian
dengan rambut yang Panjang dan cara jalan yang tersendiri, sehingga mode Umar itu ditiru
orang pada masanya.
Ia dikhawinkan dengan Fatimah, putri Abdul Malik, khalifah umayyah sekaligus
pamanya. Ia diangkat menjadi gubernur Madinah oleh Khalifah Al-Walid bin Abdul Walid
salah seorang sepupunya. Tetapi ia dipecat dari jabatanya itu karena masalah putra mahkota.
Berbekal pengalamanya sebagai pejabat, kaya akan ilmu dan harta, serta Sebagian
bangsawan arab yang mulai, ia diangkat sebagai khalifah mengantikan sulaiman, adik Al-
Walid. Khalifah Umar bin Abdul Aziz berubah tingkah lakunya, ia menjadi seorang Zahid,
sederhana, berkerja keras, dan berjuang tanpa henti, sampai akhir hayatnya, memerintah
kurang lebih 2 tahun.
Khalifah yang kaya itu menguasai tanah tanah perkebunan di hijaz (wilayah disebelah
barat laut arab Saudi), syiria (sekarang suriah, bagian barat asia tepatnya pada wilayah levant
timut tengah), Mesir, Yaman, dan Bahrain (dipesisir barat teluk Persia, Kawasan timur tengah
benua asia bagian barat) yang menghasilakan kekayaan 40.000 dinar tiap tahun, atau
bersamaan dengan 2 milayar lebih ditahun tersebut. Namun setelah menduduki jabatan
barunya khalifah Umar binAbdul Aziz mengembalikan tanah tanah yang dihibahkan kepdanya
dan meninggalkan kebiasaan kebiasaan lamanya serta menjual barang barang mewah untuk
diserahkan hasil penjualnya ke Baitul mal disamping itu ia mengadakan perdamaian anatara
amawwiyah syiah dan khawariji (orang yang tidak sepakat dengan ali, yang menerima
tahkim/ perjanjian dalam perang siffin), menghentikan peperangan serta caci maki terhadap
khalifah ali bin abi talib dalam khutbah jumaat dan diganti dengan bacaan ayat berikut:

‫َو اِاْل ْح َس اِن َو ِاْيَتۤا ِئ ِذ ى اْلُقْر ٰب ى َو َيْنٰه ى َع ِن اْلَفْح َش ۤا ِء‬ ‫۞ ِاَّن َهّٰللا َيْأُم ُر ِباْلَع ْد ِل‬
‫َلَع َّلُك ْم َتَذَّك ُر ْو َن‬ ‫َو اْلُم ْنَك ِر َو اْلَبْغ ِي َيِع ُظُك ْم‬
90. Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi bantuan
kepada kerabat, dan Dia melarang (melakukan) perbuatan keji, kemungkaran, dan permusuhan. Dia
memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran. (Q.S AN-NAHL:90)

Khalifah yang adil itu berusaha memperbaiki segala tatanan yang ada dimasa
kekhalifahanya seperti menaikan gaji para gubernurnya, memeratakan kemakmuran dengan
memberi santunan kepada fakir miskin dan memperbaharui dinas pos yang semulanya hanya
membawa berita dari gubernur untuk setelah pembaharuan maka dinas pos tersebut bisa
untuk melayani masyarakat setempat. Ia juga menyamakan kedudukan orang-orang non –
arab sebagai warga negara kelas 2 dengan orang-orang arab. Ia mengurangi beban pajak dan
menghentikan pembayaran jizyah bagi orang islam baru.
Khalifah Umar meninggal tahun 101 H dan diganti oleh Yazid 2.

9. Yazid II bin Abdul Malik (101-105 H/720/724)


Pada masa pemerintahannya timbul lagi perselisihan antara kaum mudariah
(arab utara yang menempati Irak) dan yamaniyah. Pemerintah yang singkat itu
mempercepat proses kemunduran bani Umayyah. Kemudian diganti oleh khalifah
Hisyam bin Abdul Malik.

10. Hisyam bin Abdul Malik (105-125 H/724/743)


Meskipun tidak secemerlang tiga khalifah yang masyhur sebagaimana tersebut
Diatas. Yang memerintah dalam waktu yang Panjang yakni 20 tahun. Dia dikategorikan
sebagai khalifah Umayyah yang terbaik karena kebersihan pribadinya, pemurah, gemar
kepada keindahan, berakhlak mulia dan tergolong teliti terutama soal keuangan, disamping
bertaqwa dan berbuat alim pada masa pemerintahannya terjadi gejolak yang dipelopori oleh
kaum syi’ah serta bersekutu dengan kaum Abbasi’ah. Mereka menjadi kuat karena
kebijaksanaan yang diterapkan oleh khalifah Umar bin Abdul Aziz yang bertindak lemah
lembut terhadap semua kelompok. Dalam diri keluarga Umayyah sendiri terjadi perselisihan
tentang putra mahkota yang melemahkan posisi Umayyah.
Masih ada 4 khalifah lagi yang memerintah hanya dalam waktu 7 tahun yakni:
11. Al Walid bin Yazid bin Abdul Malik (125-126 H/743-743)
12. Yazid bin Walid bin Abdul Malik (743/743)
13. Ibrahim bin Al Walid (744 /744)
14. Marwan bin Al Hakam (127-132 H/744-750)

Setelah Muawiyah resmi memimpin dinasti bani Umayyah, ia memindahkan ibu kota ke
Damaskus. Pemindahan ibu kota dari Madinah ke Damaskus melambangkan zaman imperium baru
dengan menggesernya dari pusat Arabia, yaitu Madinah yang mulanya merupakan pusat agama dan
politik pada masa Khulafaurrasyidin kepada sebuah kota Cosmopolitan Damaskus.
Telah disebutkan bahwa dinasti bani Umayyah dipimpin oleh 14 khalifah, dan dari ke 14 pemimpin
tersebut, hanya beberapa saja yang dianggap mempunyai reputasi terhadap perkembangan dinasti
bani Umayyah antara lain, Muawiyah bin Abu Sufyan dan Abdul Malik.

C. MASA KEMAJUAN BANI UMAYYAH 1

Pada masa pemerintahan Muawiyyah diraih dalam kemajuan besar dalam perluasan wilayah,
meskipun pada beberapa tempat masih bersifat rintisan. Peristiwa paling mencolok ialah
keberaniannya mengepung kota Konstantinopel melalui suatu ekspedisi yang di pusatkan di kota
pelabuhan Dardanela, setelah terlebih dahulu menduduki pulau pulau di Laut Tengah seperti
Rodhes, Kreta, Cyprus, Sicilia dan sebuah pulau yang bernama Award, tidak jauh dari ibukota
Romawi Timur itu. Di belahan timur, Muawiyyah berhasil menaklukkan Khurasan sampai ke
sungai Oxus dan Afghanistan.

Ekspansi ke Timur yang telah dirintis oleh Muawiyyah, lalu disempurkan oleh Khalifah Abdul
Malik. Dibawah komando gubernur Irak, Hajjaj bin Yusuf, tentara kaum Muslimin menyeberangi
sungai Amudaria dan menundukan Balk, Bukhoro, Khawarizm, Fargana, Samarkhand, pasukan
Islam juga melalui Makron masuk ke Balukhistan, Syin dan

Punjab sampai ke Multan, Islam menginjakkan kakinya untuk pertama kalinya di bumu India.
Kumudian tiba masa kekuasaan Al Walid 1 yang disebut-sebut sebagai masa kemenangan yang
luas. Pengepungan yang gagal atas kota Knstantinopel di zaman Muawiyyah, dihidupkan kembali
denagn memberikan pukulan-pukulan yang cukup kuat. Walaupun cita-cita untuk menundukkan
ibukota Romawi tetap saja belum berhasil, tetapi tindakan itu sedikit banyak berhasil menggeser
kapal batas pertahanan Islam lebih jauh ke depan, dengan menguasai basis-basis militer kerajaan
Romawi di Mar'asy dan'Amuriah
Bentuk kemajuan kemajuan semasa Dinasti Umayyah berdasarkan bidangnya
masing-masing:

1. Bidang Kemiliteran
Kemajuan masa pemerintahan Dinasti Bani Umayyah yang paling menonjol adalah di bidang
kemiliteran. Selama peperangan dengan militer Romawi pasukan Arab mengambil tekhnik
kemiliteran mereka dan memadukannya dengan sistem pertahanan yang telah di miliki
sebelumnya. Pasalan Islam mendirikan tenda-tenda yang terdiri dari 2-4 pintu dengan
perlindungan benteng dan parit. Kuffah dan Basroh merupakan basis militer untuk wilayah timur,
formasi kekuatan pasukan Muslim terbagi dua barisan Barisan depan dan barisan belakang.
Seluruhnya terdiri lima lapisan, yakni satu lapisan pusat. dua lapisan pasukan sayap, lapisan
penyerbu dan lapisan pertahanan Kekuatan pasukan-pasukan Dinasti
Umayyah ini telah mencatat sukses sukses besar dalam tugas-tugas ekspansi Kemajuan kekuatan
militer pada masa ini juga di tandai dengan terbentuknya angkatan laut Islam oleh Muawiyyah, la
mengarahkan para pakar kelautan untuk merancang pembuatan galangan perkapalan di pantai
Syiria.

2. Sistem Sosial
Terdapat empat kelompok masyarakat, yakni Arab Muslim,Mawalli, non Muslim, dan
kelompok NON-Muslim menduduki kelas sosial tertinggi di sebabkan karena mereka sebagai
kelompok pendatang yang berkuasa, juga di karenakan sistem aristokrasi. Namun pada
prinsipnya mereka semua mendapat perlindungan hak-hak secara penuh sehingga mereka dapat
hidup dengan tenang dan damai. Perbedaan yang menonjol adalah dalam hal kewajiban pajak
Hampir di katakan tidak ada perselisihan antaragama. Yang muncul perselisihan antarsuku.
Contohnya kelompok Mudariyah dengan kelompok Arab Himyariyah.

3. Kemajuan Arsitektur
Penguasa Dinasti Umayyah pada umumnya mahir dalam seni arsitektur, mereka
mencurahkan perhatiannya demi kemajuan bidang ini hasilnya adalah sejumlah bangunan
megah, Masjid Baitul Maqdis di Yerusalem, yang terkenal dengan kubah batunya (qubah al-
sakhra) didirikan pada masa Abdul Malik pada tahun 691 M. Ia adalah masjid pertama yang di
tutup kubah di atasnya. Dan juga masjid al Aqsa yang tidak kalah tinggi arsiteknya sebuah masjid
terindah yang terdapat di Damaskus yang didirikan oleh Walid bin Abdul Aziz. la juga merancang
masjid Madinah antara beberapa monument peninggalan Umayyah yang terkenal adalah istana
Qusayr Amrah Istana ini terbuat dari batu kapur yang berwarna kuning kemerah merahan.

Gambar 1.1 Mesjidil Al-Aqsha yang didirikan Gambar 1.2 istana Qusayr Amrah
pada masa pemerintahan Abdul Malik yang terbuat dari kapur

4. Bidang Politik
Dalam bidang politik, Bani Muawiyyah menyusun tata pemerintahan yang sama sekali
baru Guna untuk memenuhi tuntutan perkembangan wilayah dan administrasi kenegaraan
yang semakin kompleks. Selain mengangkat majelis penasehat sebagai pendamping, khalifah
Bani Umayyah dibantu oleh beberapa orang Al Kuttab (sekretaris) untuk membantu dalam
pelaksanaan tugas yang meliputi:

a. Kartib ar-Rasail, yaitu sekertaris yang bertugas menyelenggarakan administrasi dan surat
menyurat dengan pembesar-pembesar setempat.

b. Kattib al kharraj, sekretaris yang bertugas menyelenggarakan penerimaan pemasukan dan


penerimaan negara.

c. Katib al Jundi, yaitu sekretaris yang bertugas menyelenggarakan hal hal yang berkaitan
dengan ketentaraan.

d. Katib a-Syurtah, yaitu sekertaris yang bertugas menyelenggarakan pemeliharaan keamanan


dan ketertiban.

e. Katib al qudat, yaitu sekretaris yang bertugas menyelenggarakan tertib hukum melalui
badan badan peradilan dan hakim setempat.

5. BIDANG PENDIDIKAN.
Di antara ilmu yang berkembang pada masa ini adalah :
A. Ilmu agama, seperti : al-Qur’an, Hadits, dan Fiqih. Proses pembukuan hadits
terjadi pada masa Khalifah Umar bin Abdul Aziz ( 99-10 H ) sejak saat itulah
hadits mengalami perkembangan pesat.

B. Ilmu sejarah dan geografi, yaitu segala ilmu yang membahas tentang perjalanan
hidup, kisah dan riwayat Ubaid ibn Syariyah Al- Jurhumi berhasil menulis
berbagai peristiwa sejarah.

C. Ilmu pengetahuan di bidang bahasa, yaitu segala ilmu yang mempelajari bahasa,
nahu, saraf, dll.

D. Bidang filsafat, yaitu segala ilmu yang pada umumnya berasal dari bangsa asing,
seperti ilmu mantik, kimia, astronomi, ilmu hitung dan ilmu yang berhubungan
dengan itu, serta ilmu kedokteran.

III. KESIMPULAN

Masa kekhalifahan Bani Umayyah yang hanya berumur 90 tahun yaitu di mulai pada masa
Muawiyyah bin Abu Solyan ini banyak mengalami kemajuan perkembangan yang cukup pesat.
Pada masa Muawiyyah bin Abu Sofyan perluasan wilayah yang terhenti pada masa khalifah
Utsman bin Affan dan Ali bin Abi Thalib di lanjutkan kembali.
Ekspansi ke Barat secara besar-besaran di lanjutkan di zama Al-Walid bin Abdul Malik Masa
pemerintahan Al Walid adalah masa ketentraman, kemakmuran, dan ketertiban.
Disamping ekspansi kekuasaan Islam, Bani Umayyah juga banyak berjasa dalam
pembangunan di berbagai bidang Muawiyyah bin Abu Sofyan mendirikan dinas pos dan tempat-
tempat tertentu dengan menyediakan kuda yang yang lengkap dengan peralatanya di sepanjang
dalan. Dia juga berusaha menertibkan angkatan bersenjatan dan mencetak mata wang. Pada
masanya, jabatan khusus seorang hakim atau qodhi mulai berkembang menjadi profesi tersendiri.
Qodhi adalah seorang spesialis di bidangnya.

IV. PENUTUPAN

Demikian makalah ini kami susun. Penulis menyadari dalam makalah ini masih banyak sekali
kekurangan dan jauh dari kata sempurna, Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun dan
kontruktif sangat di harapkan demi kesempurnaan karya ilmiah selanjutnya. Semoga makalah ini
dapat di jadikan sumber referensi dan bermanfaat bagi dan seluruh umat, Aamin.

Anda mungkin juga menyukai