Channel UJANG ARIP aku gunakan untuk sharing hal-hal umum yang
kualami dalam hidup sehingga aku bisa memiliki kesempatan sejauh
ini. Aku ingin memberikan pandangan bahwa untuk mencapai sesuatu
yang besar harus dengan cara yang aplikatif. Aku tidak menyarankan
hal-hal yang hanya bisa dilakukan oleh segelintir orang saja seperti
investasi saham, reksadana, deposito dan cara-cara lain yang sulit
untuk dilakukan oleh beberapa orang. Sedangkan aku mau ngasih info
yang semua orang bisa melakukanya.
Orang tuaku bisa dikategorikan “sukses” saat ini karena hasil kerja
keras mereka mendirikan pabrik kerupuknya, tapi mereka mana
mungkin kepikiran untuk menyekolahkan anak ke luar negeri waktu
itu. Bahkan kami pernah hidup miskin dan menghadapi banyak
kegagalan sebelumnya yang hampir membuatku putus sekolah
setelah tamat Sekolah Dasar (SD). Meski begitu kami tidak pasrah,
selalu berusaha dan bekerja keras hingga Alhamdulillah hari ini
kehidupan kami jauh lebih baik.
Well, anggaplah saat ini aku sedang bersedekah ilmu. Karena segala
kesempatan dan kemudahan yang aku dapatkan memberikan aku misi
dalam hidup untuk memudahkan pula urusan orang lain. Aku
ngerasain gimana ALLAH SWT yang Maha Baik telah memberiku
banyak hal baik dalam hidup. Jadi aku sendiri bukan hanya sedang
membantu kalian yang butuh informasi. Aku juga membantu diriku
sendiri dalam membentuk karma baik.
Terima kasih kepada Tuhan yang Maha Baik ALLAH SWT yang telah
memberiku banyak kesempatan sejauh ini. Diberikan otak yang setiap
waktu rasa ingin tahunya meningkat, diberikan antusias untuk terus
berkarya, diberi kesempatan untuk membanggakan orang tua,
diberikan kemampuan untuk bisa berbagi dengan kerabat dan
tetangga, diberikan sifat ceria dan aksen ketawa yang aneh,
dipertemukan dengan teman-teman yang tidak pelit memberikan
informasi, dipersatukan dengan istri yang menjadi rekan kerja, rekan
diskusi dan traveling, dan diberikan kesempatan untuk menjalin
hubungan baru dengan kalian para pembaca buku ini.
Terima kasih yang teramat dalam kepada orang tua tercinta Bapak
Engkus Kusnadi dan Ibu Eti yang telah banyak bersumbangsih besar
terhadap perkembangan diriku. Aku merasakan semua level hidup
yang kita alami adalah cara ALLAH SWT membentukku hingga bisa
seperti ini. Kalian dengan kesederhanaan dan keterbatasan diri telah
menjadikan aku manusia yang setidaknya bisa berpikir bagaimana
cara untuk menjadi hebat. Kalian mungkin tak menyangka aku akan
seperti ini sekarang. Didikan keras yang diterima anak sulung, uang
jsajan yang sedikit, banyak mengerjakan pekerjaan rumah, dan
titahan yang memaksa lainya, telah menjadikan pemuda ini kreatif
dan tidak bisa diam untuk terus berkarya.
Aku nggak berani minta apapun lagi ke kalian, karena dengan didikan
dan pola asuh yang membentuk kharakterku yang seperti ini aku
merasa itu sudah lebih dari cukup. Kalian sudah cukup baik dalam
mendidikku. Sejak usia 23 tahun saat pertama kali aku ke luar negeri
aku sudah mendamaikan diri dan mensyukuri kalian berdua yang telah
menjadi orang tuaku. Mamah dan Bapa, terima kasih banyak. I love
you!!
Terima kasih kepada kalian yang hadir dalam hidupku dan menjadi
keberkahan dengan memberikan ilmu yang berguna. Aku mungkin
kurang bagus dalam membina relationship ini. Tapi apapun kebaikan
kalian aku coba mengingatnya dan kudoakan agar mendapatkan
balasan yang besar dari ALLAH SWT. Kalian pula yang menginspirasi
aku untuk terus maju agar kelak bisa berguna.
Satu hal baik apabila tersampaikan pada moment yang tepat akan
mampu memberikan perubahan. Mungkin kalian gak memberikan hal
yang nampak, tapi cerita kalian mampu menginspirasi. Semoga kita
selalu diberikan kesehatan agar bisa terus menanam karma baik.
Kepada istriku Ryaniraffiyadita terima kasih sekali sudah mau
menerima diri dengan kriteria gila ini. Setiap diskusi denganmu
menjadi gairah. Membuka banyak kejutan-kejutan nilai hidup.
Semoga kita menjadi pasangan yang baik, penuh keberkahan dan bisa
berguna bagi banyak orang.
Perlu diketahui
Bekerja di luar negeri secara legal dan sesuai prosedur akan membuat
kalian tenang dan tidak buang-buang waktu. Usia semakin tua, apakah
kalian mau terus hidup dalam ketakutan dan kekhawatiran karena
kerja ilegal?
Jadi lebih baik gunakan waktu sebaik mungkin. bila perlu investasi
uang untuk bisa ke luar negeri, Kenapa nggak gitu loh.
Bekerja secara ilegal juga akan membuat image bangsa kita makin
buruk, sulit mendapatkan kepercayaan dari negara lain, sehingga
perlu dokumen dan prosedur yang rumit ketika mengajukan berbagai
izin, termasuk izin berkunjung sebagai turis.
Imigrant di Australia
Australia menjadi negara yang populer sebagai tujuan pencari rezeki
untuk mengubah kehidupan yang jauh lebih baik. Negara ini termasuk
ke dalam 10 urutan negara yang memberikan gaji tertinggi di dunia.
Aku sendiri sekarang sudah 4 tahun di Australia dan lewat tulisan ini
aku akan menjelaskan apa saja yang aku alami dan aku ketahui
berdasarkan informasi yang aku terima selama ini ya guys. Jadi terus
baca hingga selesai dan jangan lupa bantu aku kembangkan Channel
Dapur Plus Plus dengan cara subscribe channelnya di YouTube ya!!
Estimated resident
Place of birth
population
Total Australian-
17,836,000
born
Total foreign-born 7,529,570
[B]
England 986,460
Mainland
677,240
China[C]
India 660,350
New Zealand 570,000
Philippines 293,770
Vietnam 262,910
South Africa 193,860
Italy 182,520
Malaysia 175,920
Sri Lanka 140,260
Scotland[D] 133,920
Nepal 117,870
South Korea 116,030
Germany 112,420
Greece 106,660
United States 108,570
Hong Kong SAR[E] 101,290
Source: Australian Bureau of Statistics (2019)
Lihat orang-orang dari Philippines, India dan Nepal. Banyak banget ya,
populasi mereka itu tidak hanya mendominasi di Australia, tapi di
berbagai negara lain juga. kalian bisa cek saja data-datanya di negara-
negara lain. Indonesia jumlahnya tidak sebesar mereka.
Bekerja di Australia
Jadi, selagi bisa dicari tahu sendiri, dan jika ada kendala silakan Tanya
dengan spesifik. Contohnya :
“halo Kak, selamat pagi. Aku Ujang Arip dari Dapur Plus Plus. Aku
sudah baca nih kak, untuk bisa ke Australia itu bisa pake WHV dan
Student Visa. Aku sudah tahu apa saja berkas yang dibutuhkan.
Kemungkinan aku bisa mengumpulkan itu semua dan aku ingin
memilih Kota Sydney. Menurut kakak ini gimana ya, Kak? Terus, aku
khawatir banget nggak bisa bayar kuliah. Kakak bisa sharing langsung
gak gimana caranya agar bisa bertahan? Terimakasih, Kak. Sukses
terus ya!”
Buat kalian yang ingin tahu kesempatan apa saja yang bisa didapatkan
dari Australia. Kalian bisa berkunjung ke website Immigration and
Citizenship di link ini:
https://immi.homeaffairs.gov.au/visas/getting-a-visa/visa-finder
https://online.immi.gov.au
untuk yang memilih menggunakan agen, kalian bisa cari tahu sendiri.
Aku nggak bisa rekomendasikan karena memilih agen juga cocok-
cocokan. Menyesuaikan dengan budget yang kalian miliki. By the way,
jangan lupa subscribe ya, Guys!
Besaran gaji
Besarnya gaji yang diterima di setiap state, wilayah atau negara
bagian Australia memiliki rate yang berbeda. Namun perbedaannya
tidak terlalu signifikan. Kita ambil contoh pekerjaan di Darwin. Kalau
kerja di restoran dan hotel, gaji yang akan diterima kira-kira mulai dari
$21-$25 perjam saat weekday, $28 perjam pada hari Sabtu, dan $35
pada hari Minggu. Kerja di perkebunan $21-$23 perjamnya. Kerja
cleaner $25-$28 perjam. Dengan pendapatan yang besar ini, tentu
saja kalian sudah bisa membeli apapun yang kalian mau dan
mengaktualisasikan semua rencana. Makanya aku sangat mendukung
kalian untuk datang ke Australia, karena dengan begitu kalian bisa
memulai hidup jauh lebih gampang dan bisa mencapai sesuatu yang
lebih besar lagi dengan shortcut.
Visas
Visa merupakan otorisasi bersyarat yang diberikan oleh suatu wilayah
kepada orang asing, yang memungkinkan mereka untuk masuk, tetap
di dalam, atau meninggalkan wilayah itu. Visa biasanya dapat
mencakup batasan durasi tinggal orang asing, area dalam negara yang
mereka masuki, tanggal masuknya mereka, jumlah kunjungan yang
diizinkan atau hak individu untuk bekerja di negara yang
bersangkutan. Visa dapat diperoleh dengan mendatangi kantor
kedutaan negara yang akan dituju atau dapat juga dibuat melalui
online. Visa paling umum berupa stiker yang disahkan di paspor
pemohon atau dokumen perjalanan lainnya.
Saat ini ada 71 negara yang membebaskan pemilik paspor Indonesia
untuk berkunjung secara mudah. Beberapa negara tersebut
mengizinkan kita masuk hanya dengan membawa paspor, sedangkan
yang lainnya meminta kita untuk mengurus visa on arrival atau tanda
izin berkunjung yang didapat di bandara saat kita tiba di sana.Sisanya
dari total jumlah negara di dunia ini mewajibkan Warga Negara
Indonesia untuk mengurus visa sebelum berkunjung.
Visa Australia
Visa ini mengizinkan kalian bisa tinggal selama 3 tahun lamanya, tentu
ssaja ada prosedur yang harus diikuti untuk bisa tinggal hingga 3
tahun. Aku akan selalu meyakinkan kalian kalau hal itu mudah
dilakukan.
Aku tiba di Australia pertama kali menggunakan visa ini, saat itu
izinnya masih untuk satu tahun saja, sedangkan sekarang sudah bisa
3 tahun. Enak banget kan. Dalam setahun aku bisa mengumpulkan
uang hingga Rp 680.000.000 dalam hitungan kotor (sebelum di potong
pajak). Apalagi kalau dikasih izin selama 3 tahun. Usia sebelum 30 aku
bisa dapat uang hingga satu milyar kalau aku bisa nabung sampe 350
jutaan bersih.
Informasi mengenai visa Australia bisa kalian cari tahu di web ini :
https://immi.homeaffairs.gov.au/visas/getting-a-visa/visa-
listing/work-holiday-462
Tunggu e-mail untuk medical check up. Mereka akan kirimkan hap-id
yang nanti diberikan kepada pihak rumah sakit yang
direkomendasikan untuk melakukan tes kesehatan. Selama kalian gak
punya penyakit di paru-paru seperti TBC, pasti aman. Mau kalian
pesek, tinggi, jelek, item, tamvan, keriting, tatoan, tindikan, gak
masalah.
Tidur dengan tenang dan tunggu saja dapat email yang membuat
kalian bisa sumringah dan sujud syukur. Setelah visa granted kalian
bisa berpikir mau kemana
dan merencanakan
perjalanya selama setahun.
Dalam periode setahun itu
kalian bisa pergi kapan saja
dan ke bagian manapun di
Australia. Visa kalian akan
dihitung dari awal mula tiba
di Australia dan berlaku
selama setahun.
Untuk apply visa kedua kalian bisa urus sendiri lewat online dengan
syarat-syarat tertentu, yaitu harus bekerja di wilayah utara atau diatas
Garis Carpricorn pada bidang hopitality dan farming.
Total biaya yang dihabiskan untuk mengurus visa ini adalah sekitar 12
jutaan di luar tiket pesawat. Termasuk biaya visa fee AUD 485 dan
IELTS 3.5 juta rupiah.
Selama di Autralia aku memilih Kota Darwin karena banyak yang
bilang kalau di kota ini gaji yang diterima lebih tinggi dari pada wilayah
lain. Aku setahun full kerja di restoran di Kota Darwin dan Palmerston.
Dalam sehari aku bisa kerja 8-12 jam selama 6 hari.
Ini nih enaknya kalau kerja di Australia, kita tidak terikat dengan jam
kerja dan rutinitas yang kaku. Apalagi kerja di industri hopitality, kita
gak punya roster atau jadwal kerja yang tetap. Bisa kapan saja
dipulangkan sesuai dengan kebutuhan.
Ini yang membuat aku untuk berfikir ulang tentang hidup di Autralia.
Mendapatkan kerja
Cara melamar kerja di Australia pun gampang dan gak ribet. Pekerjaan
bisa didapat dari website seperti https://www.gumtree.com.au/ . Ini
adalah website yang serba ada, termasuk jika kalian mencari
akomodasi dan kebutuhan lainya.
kalau kalian ingin kerja di mining site dengan gaji besar dan pulang
pergi dijemput pesawat bisa melamar kerja di website berikut.
https://www.hays.com.au/
https://www.sodexo.com/home.html
http://www.compass-group.com.au/
Jenis pekerjaan
Beberapa pekerjaan bisa diambil oleh pemegang Visa WHV.
Diantaranya kerja di industry hospitality (pelayan, housekeeper, kasir,
all rounder, barista, bartender, unskillful cook, pembuat sandwich);
Farming (sayuran, buah, perkebunan, peternakan, tukang sembeli
hewan, kerja di pabrik daging); Cleaning (cleaning di sekolah, kantor,
tempat gym dan lainya); Retail (supermarket); dan kerja di
perusahaan.
Kalian perlu
Kalau Cuma kerja di hotel atau restoran sih gak perlu ya! Santaai
Pasca WHV
Banyak para pemegang WHV ini yang bingung mau ngapain setelah
WHV, apalagi pikiranya masih idealis banget ngerasa di Indonesia bisa
hebat atau lebih menyukai tinggal di Indonesia, tapi tinggal di
Australia juga sangat mudah untuk melakukan apapun. Mau gonta-
ganti warna rambut, kelamin, sampai nyari modal buat oplas dapat
dengan mudah terealisasi. Jadinya galau merana.
Aku waktu itu kepikiran untuk sekolah cookery tapi belum 100 persen.
Akhirnya aku membeli tiket ke beberapa negara untuk menghibur diri
setelah setelah setahun penuh kerja mati-matian demi Dollar. Aku
traveling ke Iran, Nepal, Myanmar, Hongkong, Macau, Shenzen, dan
beberapa kota di Indonesia menjadi pilihan. Salah satunya Aku
berkunjung ke kota Padang. Aku menikmati indahnya Sumatera Barat,
dan saat itu pula aku mengatakan kalau suatu hari aku ingin tinggal di
sana dan ingin membawa orang tuaku ke sana.
Visa ini gak kenal umur, tapi kalau masih muda tentu saja memiliki
peluang lebih besar. “bagaimana kalau sudah tuir dan gak pede lagi
bakal keterima visanya?” Logikanya, kalau sudah tua ambil sekolah
abal-abal atau jurusan-jurusan yang sembarangan, ya kemungkinan
besar ditolak. Pihak Australia akan berfikir ini orang mungkin saja
emang beneran mau belajar, tapi yang apply Student Visa itu banyak
dan siapa yang menjamin mereka sungguh-sungguh ingin belajar
bahasa. Pasti jawaban paling memungkinkan adalah bahwa ini orang
cuma pengen kerja doang di Australia. Kecuali jika mengambil bidang
pendidikan Bahasa Inggris di Universitas, itu beda cerita. Kalau hanya
setingkat college atau sekolah-sekolah biasa saja kemungkinan besar
ditolak. Sekalipun sungguh-sungguh ingin sekolah.
Tapi ada juga yang berhasil kok, dengan catatan mereka berkunjung
dulu dengan turis visa dan langsung convert ke study visa. Tapi perlu
diperhatikan bahwa :
Kuliah dibiayai dan masih boleh bekerja saat sekolah, pasangan kita
juga bisa kerja di sini. Bahkan mereka bisa bekerja di retail. Belum lagi
kalau bawa anak, anaknya bisa sekolah di Australia. Mantap dah. 2-4
tahun kuliah pulang-pulang bisa jadi miliarder. Naik jabatan pula
karena lulusan luar negeri.
Bagi yang gak pinter seperti aku alias bodoh tapi aktif ngeYouTube
untuk berbagi informasi, semoga mendapatkan dukungan dalam
bentuk subscribe dan like pada channel Dapur Plus Plusnya. Ya sekolah
saja lah bayar sendiri. Yang penting kebayar dan masih bisa nabung
sedikit-sedikit. Setidaknya hidup seperti ini lebih baik secara financial
ketimbang di negara sendiri yang tiap hari makin runyam saja
beritanya.
Enak bukan?
Pengurusan visa
https://studynt.nt.gov.au/
https://www.study.sydney/learn/types-of-study
https://studyadelaide.com/
https://www.studyperth.com.au/
https://study.tas.gov.au/
Masih banyak lagi link kampus yang bisa dipilih. Jadi tinggal di
sesuaikan saja mana yang paling cocok. Untuk harga visa sendiri itu
sekitar AUD 620. Pengurusan visaku dibantu oleh Nona Fitria
(https://www.facebook.com/hungrybabe) yang bekerja di
https://www.studynet.com.au/
Nona Fitria membantu menerjemahkan dokumen dan mengurus
semua urusan visaku dari Sydney, Australia. Terima kasih, Nona. Kalau
kalian daftar ke dia, tolong kasih tau kalo dapat informasi dari aku ya.
Hehehe
Syarat Dokumen
1. COE
2. Paspor
3. KTP
4. KK
5. Surat dukungan dari orang tua
6. Statement of Purpose yang berisi surat pernyataan kenapa
ambil jurusan tersebut
7. Ijazah
8. akta lahir
9. buku nikah jika sudah menikah
10. SIUP orang tua atau nomor pajak
11. bukti keuangan (berupa fotokopi buku tabungan, bank
statement atau rekening koran) dengan nilai cukup fantatis
yang meliputi biaya hidup setahun + biaya kuliah setahun +
tiket PP.
12. Dan nilai IELTS dengan skor sesuai yang sesuai dengan jurusan
yang akan diambil.
13. Asuransi selama masa pendidikan harus dibeli diawal karena
bukti pembelianya nanti harus dilampirkan. Bisa diskusi
dengan agen kalian atau bisa langsung buka BUPA dan Allianz.
Kuliah GUEEEHH
Karena selama ini kerja di industry hospitality dan aku suka banget
masak, aku memilih kuliah sesuai dengan passionku, masak. Selain itu
ada kesempatan untuk mendapatkan Permanent Residence kalau
sudah lulus dan mengikuti prosedurnya. Wah bisa makin lama lagi
tinggal di Australia.
Kalau kalian ambil kuliah masak, pastikan kalian juga bekerja di dapur
karena akan ada beberapa tugas yang datanya harus diambil dari
tempat kerja.
Di akhir pendidikan ada yang namanya cook out dimana kami harus
membuat satu set menu dan membuat makanan tersebut dalam
durasi waktu yang sudah ditentukan. Menu makananya pun hanya
boleh dibuat dari bahan-bahan yang disediakan atau telah ditetapkan
porsinya. Aku suka banget cook out ini. Kala itu aku terbesit untuk
ikutan kompetensi. Aku bangga pada diriku sendiri karena aku bisa
membuat makanan yang cukup complicated dengan baik dan mudah.
Eh, guys, sudah subscribe Dapur Plus Plus belum di YouTube? Ajak
temennya juga dong!
Diploma Of Hospitality
Bisa dibilang ambil jurusan ini tuh seolah buang-buang duit. Karena
aku bekerja di dapur, jadi gak perlu banget belajar bagian front of
house. Tapi karena sudah kubayar dan aku ambil sepaket pas daftar,
aku lanjutkan saja. Aku juga malas mengurus cancelation visa dan
segala macam prosedurnya.
Aku belajar cara nuangin wine, menyapa tamu, dan menata meja
tamu. Di luar dari itu, kami belajar ilmu lainya yang juga berkaitan
dengan hospitality dan ilmu dasar bisnis seperti akuntansi, presentasi
dan manajemen staff.
Sayang aku gagal satu unit karena telat submit perbaikan assessment,
aku tunangan kala itu dengan orang Padang Panjang, Sumatera barat.
Jadi aku belum dapat sertifikatnya dan harus ulang masuk kuliah. Tapi
gak mesti bayar.
Tantangan
Tantangan kuliah di luar negeri tentu bahasa ya, jadi kurang bisa
menjelaskan banyak hal ketika diskusi atau kadang kurang percaya diri
karena takut salah. Namun seiring berjalan waktu dan banyak
interaksi, kemampuan bahasamu juga akan meningkat.
Kerja dan aktifitas lainya yang membuat lelah juga menjadi tantangan
karena ke kampus bawaanya jadi ngantuk banget, sehingga ilmu tidak
bisa diserap maksimal. Di sisi lain, kalau gak kerja takut gak kebayar
kuliahnya. Makanya pemerintah membatasi maksimal 20 jam kerja
perminggu, karena itu sudah paling relevan dengan kapasitas otak
untuk menyerap ilmu.
Memerangi rasa malas ketika banyak assessment dan berhenti untuk
menundanya juga merupakan tantangan yang cukup berat.
Untungnya proses pengerjaan assessment juga didiskusikan sama
dosennya dan dikerjakan bareng-bareng. Dosen memberikan
gambaran gimana menjawabnya dan kita memindahkan dengan
bahasa sendiri serta menguraikan maksudnya itu apa.
Jujur, selama menjadi student aku kurang bergaul dengan orang, jadi
kebanyakan homesick dan kesepian. Gak seperti saat WHV dulu.
Homesick juga menjadi tantangan bukan? Karena banyak yang
menyerah di pertengahan jalan karena tidak kuat menahan rindu
ataupun rasa sepi.
Kalian juga bisa bayangkan banyak orang dari negara seperti China,
Korea, Taiwan dan Jepang yang harus belajar ekstra dalam bahasa,
nulis latin dan belajar Bahasa Inggris. Lebih banyak lagi kan usaha yang
harus mereka lakukan?
Tips sukses
Lebih baik sebelum ke Australia kalian menikah dulu bagi yang sudah
punya pacar. Biar enak nanti di Australia bisa saling bantu. Yang satu
kuliah dan kerja, yang satu lagi bisa full bener-bener kerja. Ini
kesempatan bagus loh.
Ketika kalian sudah sekolah selama dua tahun di Australia dan memilih
jurusan yang mengarah ke PR, kalian bisa mendapatkan kesempatan
untuk tinggal di Australia 1.5 tahun – 2 tahun lamanya.
https://immi.homeaffairs.gov.au/visas/getting-a-visa/visa-
listing/temporary-graduate-485
Nah dengan visa ini aku bisa kerja sakarep dewek di Australia. Penting
untuk diperhatikan, kalian harus memiliki kualifikasi bekerja pada
bidang yang ada di occupation list. Aku juga bisa ajak wanita yang baru
kunikahi untuk join bersama visanya. Seneng banget kan? Dua-duanya
bisa nyari duit.
Jadi sebelum memilih sekolah dan jurusan, kalian bisa check dulu nih
apakah jurusan kalian itu bisa nantinya mendapatkan Graduated Visa
dengan nyari tahu di link ini ya guys !
https://immi.homeaffairs.gov.au/visas/working-in-Australia/skill-
occupation-list
Semua effort yang sudah kita lakukan untuk bayar kuliah, waktu yang
sudah dicurahkan bisa terbayar dengan Graduated Visa ini sehingga
bisa mengembalikan modal yang sudah diinvestasikan sebelumnya.
Untuk police clearance kalian bisa apply online dengan biaya sekitar
AUD 50. Bisa kalian cek disini :
https://www.afp.gov.au/what-we-do/services/criminal-
records/national-police-checks
Syarat untuk apply TRA ini akan aku lampirkan dibagian akhir nanti ya
dokumen-dokumenya bisa disusun seperti yang punyaku ok. Bantu
aku juga dong dengan subscribe dan share channel YouTube Dapur
Plus Plus .
Proses apply visa
Aku coba untuk apply sendiri visa ini. Setelah lulus sekolah aku punya
waktu 3 bulanan sisa visaku. Aku nikah dulu sama gadis Padang
Panjang yang juga baru lulus kuliah S2 di Universitas Pertahanan
Indonesia, dia mendapatkan beasiswa guys. Jadi mampir ke channelku
dan berkenalan ya. Atau bisa follow instagramnya @ry_kdm.
https://immi.homeaffairs.gov.au/help-support/applying-online-or-
on-paper/online
Ada beberapa tahapan yang harus dilalui dan itu detail banget
sehingga banyak bagian yang harus dengan sabar diisi. Kalian bisa
simpan dulu datanya setelah mengisi beberapa kolom kok, gak mesti
langsung disubmit. Jadi selama nunggu kelengkapan semua dokumen,
kalian bisa nyoba untuk mulai mengisi kolom-kolom lainya.
Ketika disubmit, kalau data masih belum lengkap, masa granted
visanya akan menjadi lebih lama atau bahkan bisa gagal. Jangan
sampai ya! Begitu kalian submit semua dokumennya, beberapa jam
kemudian kalian akan mendapatkan e-mail pergantian visa dari
student ke Bridging Visa A.
https://immi.homeaffairs.gov.au/visas/getting-a-visa/visa-
listing/bridging-visa-a-010
Aku sendiri nunggu visanya hingga 2 bulan lebih lamanya saat masa
Corona. Niatnya bisa ngedulang dollar tapi malah gak berkutik
nasibnya. Kasian banget. Istriku juga gak bisa datang karena border
ditutup. Parahnya, 2 hari setelah ditutup visa turisnya baru granted
multiple. Kasian banget kan kita.
Semua dokumen ini harus disusun sesuai yang diminta atau kurang
lebih seperti di atas terus diexport dalam bentuk pdf dan di submit di
website TRA.
Stages berikutnya saat aku urus lagi ya guys. Jadi terus pantengin
YouTube channelku Belajar Dari Nol dan Dapur Plus Plus. Please
banget subscribe ya guys.
Penutup
https://immi.homeaffairs.gov.au/visas/getting-a-visa/visa-
listing/partner-onshore
https://immi.homeaffairs.gov.au/visas/permanent-
resident/evidence-of-residency-status
Katanya ada juga visa yang diperuntukan bagi mereka yang mencari
perlindungan karena di negara asalnya mengalami tindakan yang
kurang baik atau mengancam keeksistensianya.
Bukan cuma duit yang bisa kita dapat, tapi kesempatan lainnya
terutama banyak hal yang bisa meningkatkan potensi dan kualitas diri
kalian. Merantau adalah cara dimana kita bisa makin berguna lagi
untuk diri sendiri dan sekitar dan bisa memaknai value-value hidup
yang terbentuk di masyarakat. Kita juga bisa memandang sesuatu
lebih bijak dari berbagai sisi. Sehingga kita bisa memperbaiki masa
depan bangsa agar lebih baik lagi ke depanya.
AIRPORT TAVERN
January 2017 to 11 July 2017
Kitchen Hand for night shift
RUDI 043
Education
TON DTBC CHEF 04
Certificate III commercial Cookery 2017-2018
Charles Darwin University, Darwin, NT, Australia
Certificate Iv commercial Cookery 2017-2018
Charles Darwin University, Darwin, NT, Australia
Skills
JADI BIAR MAKIN SERU LAGI BACANYA AKU ATTACHED BUKU YANG
KU RILIS DULU BARENG TEMEN-TEMEN DAN BUKU SAAT AKU
SEKOLAH MEMAMASAK
TERIMA KASIH.
Sekolah di
CDU
arip hidayat
Persembahan Penulis
Syukur alhamdulillah, Buku Merantau ke Australia terbit ditengah-
tengah kesibukan baruku sebagai suami dan bekerja di dapur untuk
mengejar step berikutnya agar bisa lulus skill assessmentku yang
nantinya bisa kugunakan untuk berkarir sebagai seorang chef.
Tiada Tuhan yang Maha Baik selain ALLAH SWT yang telah memberiku
banyak kesempatan baik. Diberikan otak yang setiap waktu rasa ingin
tahunya meningkat, diberikan antusias untuk terus berkarya, diberi
kesempatan untuk membanggakan orang tua, diberikan kemampuan
untuk bisa berbagi dengan kerabat dan tetangga, diberikan sifat ceria
dan aksen ketawa yang aneh, ditemukan dengan teman-teman yang
tidak pelit memberikan informasi, dipertemukan dengan istri yang
menjadi rekan kerja, rekan diskusi dan traveling, dan diberikan
kesempatan untuk menjalin hubungan baru dengan kalian para
pembaca buku ini.
Terima kasih yang teramat dalam kepada orang tua tercinta Bapak
Engkus Kusnadi dan Ibu Eti yang telah banyak bersumbangsih besar
terhadap perkembangan diriku. Aku merasakan semua level hidup
yang kita alami. Semua itu adalah cara ALLAH SWT dalam
membentuku hingga bisa seperti ini. Kalian dengan kesederhanaan
dan keterbatasan diri telah menjadikan aku manusia yang setidaknya
bisa berpikir untuk menjadi hebat. Kalian mungkin tak menyangka
aku akan seperti ini sekarang. Didikan keras yang diterima anak
sulung, uang jsajan yang sedikit, interaksi yang kurang, permintaan
mengerjakan pekerjaan rumah, dan titahan yang memaksa telah
menghasilkan pemuda ini kreatif dan tidak bisa diam menikmati
kesuksesan kalian.
Aku baru ssaja nonton Pak Nadiem Makariem menjawab pertanyaan
di YouTubenya Bang Deddy Cobuzer “kalau di rumah tangganya itu
orang tuanya yang berguru atau mendidik, itu mau sekolah sebagus
atau sejelek apapun itu anak bakal oke. Itu anak bakal baik.”
Aku gak berani minta apapun lagi ke kalian, karena dengan merasakan
hal seperti ini pun. Aku mengerti kalau kalian sudah cukup baik dalam
mendidiku. 8 tahun lalu aku sudah mendamaikan diri dan mensyukuri
kalian berdua yang telah menjadi orang tuaku. Mamah dan Bapa,
terima kasih banyak. I love you!!
Terima kasih kepada kalian yang hadir dalam hidupku dan menjadi
keberkahan dengan memberikan ilmu yang berguna. Aku mungkin
kurang bagus dalam memaintain relationship ini. Tapi apapun
kebaikan kalian aku coba mengingatnya dan kudoakan agar
mendapatkan balasan yang besar dari ALLAH SWT . Kalian pula yang
menginspirasi aku untuk berbuat pula bagi orang lain. Satu hal baik
tersampaikan pada moment yang tepat akan mampu memberikan
perubahan. Semoga kita selalu diberikan kesehatan agar bisa terus
menanam karma baik.
Catatan penulis
Riwayat Pendidikan
Aku pernah putus sekolah. Setelah kelas 6 SD, Orang tua tidak
saksikan.
berita itu. Ternyata dia adalah sosok yang humble dan sabar
kagumi dan rasa terima kasih ssaja tidak akan cukup. Terima
berkembang lagi.
Kalau kata dokter Aisyah tentang mengenal watak, tipe dan karakter
manusia. Setiap orang itu memiliki 5 karakter yang menonjol.
Kemampuan dalam bahasa menjadi salah satunya. Jika merasa sulit
dalam belajar bahasa mungkin karakter ini tidak cukup dominan di
diri.
Indonesia.
2. Mendaftarkan diri untuk mendapatkan surat
regristrasi online.
mailmu.
penyakit TBC.
Informasi umum, visa ini bisa diapply oleh siapa ssaja dibawah
visa.
Jika kamu ingin pergi ke luar negeri, yang paling penting adalah
Di bawah ini adalah syarat yang aku urus ketika apply student
visa.
Syaratnya
Berikut ini adalah dokumen yang aku berikan saat apply student
visa;
1. KTP
2. Paspor
3. Ijazah SMK dan Kuliah
4. IELTS
Setiap jurusan kuliah, ada standar requrement yang
diminta oleh sekolah. Aku harus memiliki nilai IELTS
minimal 5.5 poin. IELTS memang perlu waktu ekstra
untuk belajar. Aku juga sempat stress untuk
mengejar nilai tersebut, padahal untuk
mendapatkan poin sebanyak itu tidak perlu high
english skill.
Aku sempat belajar di kampung Inggris, Pare, Kediri
untuk mengetahui lebih dalam. Meski singkat, Pare
cukup membantu juga. Apalagi aku bisa membangun
pertemanan dengan anak-anak muda yang sedang
mengejar mimpi mendapatkan beasiswa kuliah di
berbagai negara.
5. Transkip Nilai (SMK dan kuliah)
6. Akta Lahir
7. Kartu Keluarga
8. Slip gaji
Semua slip gaji yang aku dapatkan saat bekerja di
restoran dilampirkan untuk memperkuat alasan
kenapa ingin kuliah pada jurusan Cookery.
9. Surat Izin Usaha Perorangan /Slip Gaji orang tua
Bukti ini membantu memperkuat dari mana sumber
dana orang tua. Bagaimanapun mereka merupakan
penjamin keberlangungan aktifitas aku di OZ.
Pemerintah juga selektif dan akan melihat profil diri
kita secara lengkap. Agar negara mereka tetap
aman dan damai.
10. Tanda Daftar Perusahaan
TDP hanya bukti tambahan ssaja sebenarnya agar
lebih meyakinkan bahwa orang tua aku memiliki
usaha sendiri.
11. Bukti keuangan
Bisa menggunakan tabungan sendiri, orang tua atau
anggota keluarga yang masih dalam satu KK. Bukti
keuangan juga memiliki standar yang harus
dipenuhi. Misalnya harus memiliki dana untuk biaya
hidup pertahun + biaya kuliah pertahun + biaya
lainya (tiket pesawat kepulangan).
Agen meminta aku melampirkan dana minimal 350
juta rupiah yang terdiri dari ; 200 juta biaya hidup +
140 juta biaya kuliah + 20 juta biaya tiket kepulangan.
12. Statment of purpose
Surat ditulis oleh aku sendiri tentang penyataan
singkat diri dan alasan kenapa aku sekolah. Setelah
beberapa kali mencoba menulis, si Uni mengirimkan
format penulisan SOP. Aku perlu merombak dan
mengikuti format itu.
13. Surat pernyataan dukungan dari orang tua
Surat ini juga ditulis sendiri dan ditanda tangani oleh
pihak yang menjadi penjamin atau orang yang bukti
keuanganya aku lampirkan (ibu aku).
Tipsnya bikin list dari syarat di atas, terus ceklis syarat mana
saja yang sudah kamu penuhi. Jadi secara mudah, kamu sudah
tahu apa saja syarat yang harus dipenuhi. Syarat-syarat
tambahan sebaiknya diskusikan dengan agen pendidikan.
Dibawah aku lampirkan beberapa contoh dokumen:
STATEMENT OF PURPOSE
My name is Arip Pudin Hidayat. I was born on April 7 th,
1991. I am Indonesian. I was currently living in Karawang, West
Java, Indonesia. I surely want to study general english in
Navitas Darwin and then continue to study certificate III
commercial cookery in Charles Darwin University. Previously, I
have ever lived in Darwin by work and holiday visa, so I
attempted to earn much money to pay the tuition and my
parents willing to sponsor me for other expenses.
I studied about engineering in high school in SMK Bina
Karya 2 Karawang. Then, I continued my study about business
management in Universitas Singaperbangsa Karawang. I
graduated as bachelor of economic in 2015. While, my hobby is
traveling, I have been traveling abroad since 2012. I also really
wanted to study abroad someday.
Signature …………………………………………….
Date ……………………………………………
declare as follows:
Charles Darwin University for roughly three years and I shall provide
him with full financial support during his stay in Australia which
Includes tuition fee of AUD 14,000 per annum and living expenses of
Engkus Kusnadi
(+62852222222222
Australian Embassy
Dear Sirs/Madam,
With this letter, I would like to inform you that I am the undersigned
:
Name : Eti
Relation : Mother
Relationship : Son
All kind of expenses during the study above purpose are fully covered
by my personal account.
Kindly grant his necessary visa(s) in order to have study in your
country. Your kind assistance will be very highly appreciated.
Sincerely Yours
(Eti)
Prosesnya
Biaya kuliah itu sudah termasuk semua bahan baku praktek dan
beberapa seragam.
pertahun. At least setiap bulan aku masih bisa nabung dan jauh
lebih besar dari pada aku kerja dengan posisi bagus di
Indonesia.
Pemikiran ini selalu ada dalam otak aku. Karena gaji yang
Akomodasi
biaya segitu. Ada juga yang dapat private, namun jarang sekali.
fan. Tapi aku bukan tipe anak rujit, jadi fine-fine ssaja.
Transportasi a
publik. “aku harus naik beberapa kali bus, aku juga harus
yang agak mahalan. Aku pernah punya mobil ford tahun 1991
layak. Jadi tinggal membayar regonya ssaja. Jadi aku gak perlu
nanti.
Grocery
Agar lebih mudah, setiap minggu dihitung 20 jam ssaja. Hal ini
berbeda.
dan lainya. Bahkan ada yang bisa magang di bidang yang relate
sama perkuliahan.
Mendapatkan pekerjaan juga hanya dengan selembar CV ssaja.
bekerja di sana.
mana yang gak suka, manajer mana yang gak suka, rekan kerja
mana yang gak suka. Dan itu berlaku sebaliknya. Ketika kita
lah ya.
beberapa tahun.
Gaya hidup aku juga akan terpenuhi dengan tinggal di luar
sekarang ini.
kuliah.
Bukan aku tidak mengakui ada jasa orang tua. Aku hanya ingin
lalui ini tanpa orang tua ketahui, bahkan sama sekali tidak
sendiri.
Kuliah akan dimulai dari jam 8.30 am hingga 4.30 pm. Terkadang
lebih dari jam 4.30 pm jika banyak item yang harus dibuat.
atau satu tahun. Gak terasa sama sekali kalau dalam setahun
dua minggu kuliah, dua minggu off. Dalam satu minggu hanya
masa depan.
ssaja dan selalu berusaha melihat dia dari sisi positif. Dia
unit. Aku sebagai student yang biasa saja gak pernah tahu saat
ini ada block apa, unit apa? Pokoknya asal semuanya lancar.
teory test pasti aku selalu ngulang. Namun saat praktek lancar-
lancar saja.
gampang kok belajarnya. Asal kuliah, asal mau dengerin, pasti
lulus.
Practical
assessment.
Cuma, saking begonya aku dan gak mau banyak belajar pasti
Sedikit duka juga ketika ada project grup dimana aku diberi
study and 2 weeks off menjadi duka sebenarnya. Ketika off tidak
ya kerja malam.
kuliah gak harus banyak kerja dan kerja banyak saat tidak ada
Paling jelas sih aku bisa apply Graduated Visa selama jenis
menjadi chef bisa menjadi pilihan yang cukup asik. Bisa kerja di
berbagai negara.
Kehidupan yang dijalani di Australia juga jauh lebih
mendapatkan work and holiday visa atau work visa. Tapi jauh
aku tau kalau setiap nafasnya selalu ada suport berupa doa
baik.
orang lain terinspirasi. Tak ada kata kecil atau besar, bisa jadi
orang.
GATTON
Banyak orang bilang Gatton adalah suburb yang
kecil, gue setuju. Tapi jika dibilang Gatton adalah kota
yang sepi, gue gak sepenuhnya setuju. Mengapa? Karena
kota ini akan sangat ramai di subuh hari, dipenuhi
kelompok-kelompok multi etnis yang lagi nungguin
dijemput juragannya (alias kontraktor) untuk pergi ke
farm. Gatton adalah salah satu surganya para backpacker
yang mencari pekerjaan secara casual di bidang pertanian
dan peternakan. Konon katanya, daerah Lockyer Valley ini
termasuk satu dari lahan pertanian tersubur di dunia.
Pengalaman gue di Gatton di mulai dengan
mendatangi Caravan Park yang terletak di mulut kota
Gatton. Di sinilah basecamp tempat berkumpulnya para
backpacker yang hendak mengadu nasib sebagai pekerja
farm. Suasana country di Gatton memang cukup kental
dengan rumput alam berwarna kuning dan aneka ternak
yang digembalakan. Saat itu gue dan teman gue
mendatangi Caravan Park untuk memperoleh informasi
tentang nomor-nomor kontraktor farm di Gatton yang bisa
dihubungi. Tak dinyana, seorang backpacker asal Italia
berbaik hati mau memberikan list nomor-nomor tersebut
tanpa pamrih apapun. Akhirnya gue mencoba
menghubungi satu-persatu nomor-nomor tersebut. Dari
sekian banyak yang gue hubungi, satu orang mengatakan
“ya”. Akhirnya tanpa pikir panjang, keesokan harinya gue
hijrah dari Brisbane ke Gatton menggunakan kereta. Kali
ini seorang diri.
Sesampainya di Gatton, gue langsung mengubungi
kontraktor asal Iran tersebut. Dia menawarkan gue
pekerjaan dengan syarat gue harus tinggal di share house
miliknya yang rate-nya sebenarnya sedikit lebih mahal dari
share house-share house di Gatton pada umumnya. Tapi gue
menyetujuinya karena dia menjanjikan gue untuk
langsung bekerja di keesokan harinya.
Esok paginya, pukul 04.00 subuh gue sudah siap di
halaman rumah bersama puluhan orang lainnya yang juga
menunggu jemputan. Mobil-mobil jemputan itu
membawa orang-orang ke berbagai destinasi yang
berbeda. Ada yang pergi ke farm onion, ada yang
diantarkan ke farmshallot, dll. Tapi tunggu punya tunggu,
sampai pukul 06.00 gue nggak dijemput juga. Alasannya
mereka kekurangan mobil untuk memfasilitasi semua
pekerja. Akhirnya dengan berat hati, sebagian pekerja
terpaksa pulang lagi ke rumah termasuk gue. Tapi satu
kebodohan pun terjadi. Saat itu gue baru menyadari
bahwasanya gue lupa meminta kunci rumah sama
kontraktor gue. Padahal saat itu semua penghuni share
house sudah berada di farm, kecuali gue. Akhirnya dengan
terpaksa gue harus menunggu orang-orang itu datang
sambil berjemur di depan rumah. Kira-kira pukul 10.00
ada satu orang penghuni share house yang pulang dari farm.
Tentulah saat itu gue sangat senang dengan kedatangan
dia setelah berjam-jam kedinginan menunggu di luar
tanpa melakukan apapun. Akhirnya gue pun masuk ke
dalam rumah bareng dia tanpa ada kecurigaan apa-apa.
Mulanya biasa saja, dia ngsajak gue ngobrol ngalor-
ngidul tentang hal-hal umum yang lama-kelamaan obrolan
tersebut menjurus ke hal-hal yang bersifat pribadi. Singkat
kata dia ngsajakin gue kawin dengan iming-iming ini itu.
Feeling gue mulai nggak enak dan gue mulai berusaha
menghindar dengan gesture sehalus mungkin. Tapi
kemudian dia merangsek masuk ke dalam kamar dan
berusaha melakukan kontak fisik yang tidak sepantasnya
dilakukan kepada gue. Untung saat itu pintu kamar masih
terbuka sehingga gue dapat dengan sigap mengambil tas
dan berlari ke luar rumah.
Di sepanjang jalan keluar dari rumah itu gue
menangis tersedu-sedu. Gue menelepon pacar di tanah air
dan menceritakan apa yang baru ssaja terjadi, lalu ia pun
sibuk menenangkan gue. Gue meminta dia untuk tidak
menceritakan hal ini kepada nyokap karena gue tau
nyokap pasti akan sangat khawatir. Akhirnya seharian itu
gue hanya duduk-duduk di taman sambil memikirkan
baik-baik langkah gue selanjutnya, karena gue tidak
mungkin kembali lagi ke rumah itu. Tiba-tiba gue teringat
akan sosok ibu yang gue kenal di dalam bus saat menuju
Gatton. Ibu itu adalah seorang student asal Lombok yang
sedang mengambil Master di jurusan Agriculture,
University of Queensland di Gatton. Ibu tersebut tampak
khawatir dengan kenekadan gue menjelsajah Gatton
sendirian mengingat gue adalah anak perempuan
bertubuh kecil dan mungil. Dan sebelum berpisah, dia
sempat ngsajak gue untuk tinggal secara gratis di
rumahnya dan menawarkan bantuan kapanpun gue
membutuhkannya. Namun saat itu gue tolak karena
merasa tidak enak. Akhirnya gue menghubungi ibu yang
baik hati tersebut dan menerima tawarannya. Sungguh
pertolongan Tuhan ada dimana-mana.
Singkat kata gue akhirnya tinggal di rumah ibu
tersebut selama kurang lebih satu bulan. Dari sanalah gue
akhirnya mulai mengenal komunitas orang-orang
Indonesia lainnya yang juga tinggal dan menetap di
Gatton. Luar biasa, ternyata persaudaraan dan
kekeluargaan antara sesama orang Indonesia di kota ini
sangat erat. Mereka saling mengunjungi satu sama lain
kapanpun ada kesempatan dan berbagi banyak hal. Dari
sini akhirnya gue mengenal orang-orang yang membantu
gue memperoleh pekerjaan di Gatton.
Sehari-hari di rumah itu kebanyakan gue habiskan
dengan bekerja di farm. Sisanya membantu sang ibu
menyelesaikan tanggung jawab rumah tangganya seperti
menjemput anak-anak sepulang sekolah, memasak,
menyapu, mengepel, cuci piring, dll sebagai balas jasa gue
atas budi baiknya yang luar biasa (semoga Tuhan
membalasnya dengan sesuatu yang lebih baik). Selama di
Gatton, gue mengerjakan apapun yang bisa gue kerjakan,
dari mulai planting lettuce, picking onion, shallot, sampai
pickingcherry tomatoes. Untuk onion dan shallot, gue hanya
mampu melakoni pekerjaan tersebut selama beberapa hari
ssaja karena pekerjaan itu tergolong berat jika dikerjakan
sendirian oleh seorang perempuan. Ukuran tangan gue
yang kecil sangat menghambat gue untuk dapat meraup
bawang dalam jumlah yang banyak. Sementara pekerjaan
tersebut bersistem kontrak yang artinya, penghasilan yang
akan kita dapatkan berbanding lurus dengan kuantitas
dan kualitas bawang yang berhasil kita kerjakan. Belum
lagi gue mesti mengangkat sendiri bawang-bawang
tersebut ke dalam bin-bin berukuran besar. Dengan
demikian, seringnya dalam sehari gue hanya mampu
mengantongi $40 karena gue hanya mampu
menyelesaikan 1 bin seorang diri. Itu pun dengan sangat
bersusah payah.
Lain halnya dengan lettuce, sebenarnya di farm ini
gue bisa menghasilkan banyak uang dalam sehari karena
sistem kerja yang ditawarkan dihitung berdasarkan jam
atau perhour. Saat itu satu jam kerja dihargai $18 cash in
hand alias bersih diterima langsung di tangan tanpa
potongan psajak. Sementara dalam sehari gue mampu
bekerja lebih dari 12 jam walaupun pekerjaan itu bisa bikin
pincang kaki dan bikin encok pinggang gue di keesokan
harinya karena harus terus-terusan membungkuk. Namun
sayang, permintaan kerja di farm tersebut tidak
berlangsung setiap hari sehingga pendapatan yang masuk
tidak stabil.
Beruntungnya saat itu ada teman WHV asal Taiwan
yang menawarkan pekerjaan lain yang lebih cocok untuk
gue lakoni dengan penghasilan yang lebih stabil, yakni
picking cherry tomatoes. Walaupun upahnya tidak terlalu
bagus, tapi setidaknya di farm ini gue bisa memaksimalkan
kemampuan gue untuk bekerja karena tidak terhambat
oleh apapun kecuali cuaca summer yang sangat panas
sehingga gue bisa memperoleh penghasilan yang lebih
baik daripada mengerjakan onion dan shallot. Sama halnya
seperti onion dan shallot, sistem pickingcherry tomatoes juga
berdasarkan sistem kontrak. Saat itu satu bucket tomat
dihargai sekitar $9. Dalam sehari gue mampu
mengumpulkan 10-15 bucket yang berarti gue beroleh
penghasilan sekitar $100 lebih. It’s better than doing onion.
Satu hal yang sangat berkesan dari farm ini adalah
rasa pertemanan yang erat antar sesama pekerja farm.
Setiap harinya, hampir selalu ada teman-teman backpacker
yang datang dan pergi dan ada pula yang menetap lama di
farm ini sampai menghabiskan 2nd year visanya dia. Orang-
orang yang menetap lama tersebut biasanya adalah orang-
orang yang picking tomatnya patas banget, yang setiap
harinya mampu menghasilkan 50-100% lebih banyak dari
tomat yang gue hasilkan. Padahal sebenarnya,
kemampuan picking gue juga nggak bisa dibilang lambat.
Bisa dibayangkan kan cepatnya mereka? Dan mereka ini
adalah anak-anak muda asal Taiwan yang aslinya cakep-
cakep, tapi mereka sangat tahan banting di lapangan.
Terlebih lagi ketika kita semua harus menghadapi
kontraktor yang galak dan cranky-nya minta ampun. Tapi
yang paling berat dari farm ini selain cuaca adalah kita
harus memanggul sendiri bucket-bucket berisi tomat yang
full itu dan berjalan sepanjang kurang lebih 200 m untuk
mengumpulkan tomat-tomat tersebut ke dalam bin-bin
yang forklift-nya ditarik sendiri oleh kontraktor gue.
Pernah pada suatu hari ketika temperatur Gatton
mencapai 41ºC, saat itu gue kebagian picking di line yang
paling pojok, yang nggak ada kebun apa-apa lagi di
sampingnya. Luar biasa panas. Matahari jam 12 siang
nyemprot langsung ke kepala dan punggung gue. Bikin
otak dan tangan kram nggak bisa mikir dan ngapa-
ngapain lagi. Terus gue minta ke kontraktor gue untuk
pindah ke sisi yang ada bayangannya tapi nggak dibolehin
sama dia. Akhirnya gue balik picking lagi sambil nangis.
Melihat gue mewek begitu kontraktor gue akhirnya luluh
juga dan nyuruh gue tukeran tempat sama partner gue dan
meminjamkan topi yang lebih lebar. Sumpah baru kali itu
gue nangis karena matahari.
Kerja farm pas lagi hot hot-nya summer tuh
sebenarnya nggak banget. Belum lagi kalo pas di tengah-
tengah kerja tiba-tiba pengen poop, gue mesti poop di
semak-semak tanpa air. Hanya berbekal tissue basah dan
kantong kresek doang.Dan yang paling menyedihkan
adalah ketika jari-jemari gue kram nggak bisa digerakin
lagi saking kebanyakan picking. Sampai-sampai ngolesin
selai ke roti saja gue sudah nggak mampu lagi, dan itu baru
benar-benar sembuh setelah berbulan-bulan kemudian.
Pada pertengahan Januari 2014, gue memutuskan
quit dari farm tomat ini karena upah yang gue peroleh
setiap bulannya tidak mencapai target gue. Selain itu, di
saat yang sama, gue juga memperoleh tawaran kerja di
farm timun dari sesama teman WHV di Ballina yang
menjanjikan penghasilan yang lebih baik dan stabil. Well,
saat itu rasanya berat untuk meninggalkan kota Gatton
mengingat gue sudah memiliki banyak teman dan
keluarga yang begitu baik di sana. Tapi apa boleh buat,
kesempatan baik tak boleh ditolak bukan?
BALLINA
Sama halnya dengan Gatton, Ballina adalah sebuah
kota kecil yang berada di dekat perbatasan antara
Queensland dan New South Wales. Jika kamu mengenal
Gold Coast sebagai tempat wisata terkenal di Queensland,
maka untuk mencapai Gold Coast dari Ballina hanya
diperlukan waktu satu sampai dua jam ssaja dengan naik
mobil. Dan jangan lupa, di antara Ballina dan Gold Coast,
ada Byron Bay tempat wisata terkenal yang juga tak kalah
indah.
Ballina adalah kota pantai yang terkenal dengan
patung udangnya yang besar, The Big Prawn. Tempat kerja
gue sendiri sebenarnya terletak di Wardell, 15 menit
perjalanan darat dari Ballina City. Sepengetahuan gue,
tidak ada public transportation yang menghubungkan
Ballina dan Wardell kecuali bus-bus sekolah. Maka dari
itu, kehidupan gue selama berbulan-bulan di Wardell bisa
dibilang agak “terbelakang” karena mobilitas gue yang
terbatas. Gue cuma bisa pergi ke Ballina seminggu sekali
dengan mobil van yang biasa dipakai untuk mengantarkan
para pekerja ke farm. Itupun hanya untuk berbelanja
sembako untuk kebutuhan hidup selama seminggu. Jika
dibandingkan dengan dua kota sebelumnya, Ballina
adalah kota yang paling lama gue tinggali selama gue di
Aussie. Kurang lebih sembilan bulan gue habiskan di
tempat ini dan tentunya banyak sekali kenangan suka dan
duka yang gue alami selama menjsajaki peruntungan di
farm ini.
Wardell sendiri adalah sebuah tempat yang sangat
indah. Share house yang gue tempati menghadap langsung
ke sebuah sungai yang bernama Richmond River yang
setiap pagi dan sore harinya akan berkilau keperakan
karena tertimpa cahaya matahari. Setiap pagi, gue dan
teman-teman WHV lainnya akan naik sepeda beramai-
ramai menyusuri sungai ini untuk pergi ke farm yang
jaraknya 10-15 menit dari rumah, sementara yang lain
memilih naik mobil pribadi, atau beramai-ramai dijemput
dengan van.Dalam perjalanan itu, gue akan melewati
kebun-kebun tebu yang sangat luas, kebun sayur-mayur,
atau padang-padang rumput dengan sesekali diserang
burung Magpie saat musim kawin tiba. Teman-teman
yang bekerja di farm ini pun beragam, mulai dari
Australian sendiri, orang-orang Tonga dan Tuvalu dari
Pacific Ocean, anak-anak Taiwan, Hongkong, Ireland,
Germany, dan tentu ssaja Indonesia.
Sebagaimana kita tahu, timun membutuhkan cuaca
yang panas dan cahaya matahari yang cukup untuk dapat
tumbuh subur. Itulah sebabnya farm industry ini didirikan
di kawasan dekat pantai. Perusahaan tempat gue bekerja
ini adalah salah satu suplier utama Coles untuk timun di
Australia. Itulah yang menyebabkan kita semua sangat
sibuk setiap harinya, 7 hari berturut-turut dalam seminggu
tanpa libur di sepanjang tahun kecuali saat natal,tahun
baru, dan winter. Farm yang sangat luas ini terbagi atas dua
blok yang berbeda, blok lama dan blok baru. Di blok yang
lama ssaja, kami memiliki 12 shed yang masing-masing
shed-nya terbagi-bagi lagi menjadi 4 house. Ada tiga jenis
timun yang kami hasilkan setiap harinya di farm ini dan
harganya cukup mahal di pasaran yakni continental, green,
dan lebanese.
Pekerjaan di farm ini pun sangat banyak jenisnya
dan kita dituntut untuk menguasai hampir semua jenis
pekerjaan karena pembagian job yang terkadang random
meskipun pada dasarnya masing-masing orang memiliki
main job tersendiri. Dalam satu masa tanam, pekerjaan
tersebut dilakukan secara sistematis mulai dari
pembibitan, penanaman, peng-clip-an, pemutaran pucuk
tanaman (twist), pembabatan, pembasmian hama,
pemetikan, pemotongan daun, sampai
pengepakan/pengemasan. Gue sendiri memiliki tanggung
jawab di packhouse alias pengepakan. Baru setelah main job
gue selesai, gue dan teman-teman lainnya yang bertugas di
pack house akan “dilempar” ke outside untuk bergabung
dengan yang lain mengerjakan pekerjaan selanjutnya.
Sama halnya seperti lettuce, farm ini juga
memberlakukan sistem upah per hour untuk para
pekerjanya dengan rate $20/hour termasuk tax dan super
annuation yang kelak bisa diklaim kembali di akhir financial
year atau saat kita sudah kembali ke tanah air untuk super.
Jadi jangan takut membayar psajak di Australia karena
uang tersebut tidak akan hilang, alih-alih menjadi
tabungan kita sendiri. Nah, karena permintaan yang besar,
di musim-musim yang normal seringkali kami sangatlah
sibuk, terlebih lagi di waktu summer. Dalam satu hari, di
pack houses saja kami bisa mengerjakan 5-10 pallet timun.
Itulah sebabnya, kecepatan dan ketangkasan menjadi skill
yang mahal di industri ini karena mereka membayar
tenaga kita per jam. Lain halnya dengan sistem kerja
kontrak dimana kita dapat menyesuaikan tingkat
kecepatan sesuai dengan kemauan dan kemampuan kita
sendiri. Dalam sistem kerja per hour, “lambat” bisa berarti
“dipecat” karena “time” benar-benar berarti “money” bagi
mereka. Belum lagi kendala bahasa yang terkadang bikin
frustrasi karena intruksi-intruksi datang dalam bahasa
Inggris yang cepat dan sangat nggak jelas.
Sebenarnya gak banyak yang bisa gue ingat dan gue
ceritakan tentang Ballina selain kehidupan yang sangat
damai sekaligus sangat sibuk setiap harinya. Kehidupan
sehari-hari kami disini hanya berkutat di dua tempat ssaja,
yakni rumah dan farm. Selebihnya, jika ada waktu luang,
kami akan pergi ke pantai yang terletak di belakang farm.
Atau sekedar nongkrong-nongkrong di small shop sambil
ngelihatin orang-orang yang lagi pada mancing. Atau
sesekali ke bar nemenin teman gue main cassino. Tapi
kalau gue boleh jujur, sebenarnya gue sangat mencintai
tempat ini dibanding tempat-tempat lainnya selama gue di
Aussie. Gue merasa, di tempat inilah kerja keras dan
loyalitas gue dihargai dengan baik, lebih dari sekedar
uang.
Bayangkan, saking baiknya bos-bos gue di farm, di
malam perpisahan gue, manager, owner, dan istri-istri
mereka mengundang gue dan teman gue untuk dinner
bareng mereka. Mereka mengundang kita makan sebagai
bentuk terima kasih mereka atas kinerja orang-orang
Indonesia di farm. Nggak nyangka banget saat itu mereka
jemput kita berdua pakai limousine, traktir makan di
restoran bagus, dan mau share makanan bareng-bareng
sama kita. Sungguh malam yang hangat. Dan yang bikin
gue salut, betapa besarnya apresiasi mereka terhadap kerja
keras. Padahal gue di sana nggak lebih dari sekedar kuli
kasar.
Well, demikian sekelumit cerita gue tentang Aussie.
Salah satu pengalaman paling berharga yang pernah gue
jalani dalam hidup ini dan sangat gue syukuri. Gue
berharap suatu hari nanti gue bisa pergi ke sana lagi,
mungkin untuk benar-benar berlibur karena dalam WHV
ini gue sadar kalau gue terlalu menganaktirikan si “H”
saking fokusnya sama si “W” hehehehe... (maklum orang
miskin). Tapi gue nggak nyesel kok, setidaknya dari
penghasilan yang gue tabung selama setahun di sana,
akhirnya gue bisa mewujudkan impian nyokap gue untuk
membeli sebuah rumah. Alhamdulillah...
FAATIH NATASHA
My WHV Story
Sebenarnya saya sudah tahu tentang WHV dari
tahun 2010, karena waktu saya bekerja di Bali dan bekerja
untuk sebuah agen migrasi Australia terdaftar dari tahun
2008 yang memiliki kantor pusat di Perth, WA. Waktu itu
kuota masih 100 orang ssaja, dan saya sangat tertarik
untuk mengikutinya. Namun keinginan itu harus saya
pendam.
Pada tahun 2012, saya bersama sahabat saya tertarik
untuk ikut program ini karena kita ingin berkeliling
Australia dengan campervan, menggantungkan “dream
catcher”di spion depan, berkemah ala pocahontas dan
wuzzzzzzz keliling benua kanguru didalam VW combi
warna pink. Mungkin dia tidak sepinky saya, sudahlah
biasanya Tianri mau-mau saja hehe.
Saya ingat malam itu akan ada final piala sepak bola
entah eropa apa dunia, saya mengambil pesawat pagi jam
6 dari Bali, pesawatnya Mandala. Gak tau masih hidup apa
tidak itu penerbangan. Pagi itu hanya segelintir orang di
dalam pesawat, lebih banyak mbak-mbak pramugari dari
pada penumpangnya. Saya terlelap sejam kemudian sudah
sampai di Jakarta, saya asing dengan kota ini karena tidak
sering main kesini, paling mengantar klien ssaja itupun
tidak bisa berlama-lama. Saya mengambil bis damri ke
Blok M dan kemudian mengambil taxi ke Kuningan. Saya
sarapan di Mall depan kantor imigrasi, mencuci muka dan
menelepon teman-teman siapa tahu ada yang bisa disajak
ketemuan.
Saya membantu teman saya untuk apply visa ini
beberapa tahun lalu, dan dia sudah kembali ke Melbourne
untuk belajar. Dia bernama Erik. Saya menelepon dia
karena ingin bertanya dimana hotel terdekat untuk saya
menginap. Saya bilang bahwa saya sedang berada di
seberang kantor imgrasi karena keesokan harinya saya
ingin antri pagi-pagi. Karena waktu itu kuota masih 100,
jadi kalau tidak pagi nanti ga kebagian, rugi dong sudah
terbang dari Bali. Erik bilang, ga usah cari-cari hotel mau
nginep! Temen-temenku yang dari Jakarta sudah pada
antri dari hari ini! Sana cepat nyebrang dan ikut antri! Saya
pun langsung samber tas dan tiba-tiba jadi pelari cepat,
naik jembatan penyebrangan dengan deru debu yang
mengikuti dari belakang. Satu jembatan pun bergoyang
hebat karena saya larinya heboh. Sesampai di sana
memang benar sudah ada beberapa teman yang
mengantri, saya pun ikut panik dan bertanya bagaimana
prosedurnya tahun ini.
Mereka membuat daftar antrian, menulis nama
mereka dan saya pun ikut menuliskan nama saya dan
duduk gemetar karena catching up my breath. Saya
berkenalan dengan mereka dan berteman baik sampai
sekarang. Saya bertemu Citra, Marisa, Melia, Bang Ijo, dan
beberapa teman lainnya. Saya juga langsung
menghubungi sahabat saya untuk segera datang
mengantri karena semakin sore semakin banyak yang
datang dan menulis nama. Beberapa jam kemudian
sahabat saya datang dan saya girang bukan kepalang, wah
akhirnya kesampaian nih kita nanti road trip keliling
Australia.
Ternyata kabar antrian ini semakin berantai, gone
viral, menjadi trending topic, sehingga semakin malam
semakin ramai yang datang sampai ratusan sampai
hampir terjadi keributan. Karena kertas yang tempat kami
tulis nama tidak cukup menampung nama kita semua.
Banyak yang complain mengapa antri kok dari hari
sebelumnya, padahal pintu belum dibuka. Sampai
akhirnya ada ibu-ibu yang datang dan mensahkan kertas
antrian sebagai urutan interview besok.
Malam itu sangat horror, seperti TKI di
penampungan, ada yang membawa tikar dan kardus
untuk rebahan, ada yang ditemanin mamanya yang siap
mensuplay makanan, selimut dan kasih sayang. Kami
mencoba membunuh waktu dengan bermain kartu dan
bercanda riang. Saya tentu ssaja tidak membawa apa apa,
rebahan di lantai depan kantor imigrasi berbantalkan
ransel dan berteman dengan nyamuk mencoba terlelap
meski perut bernyanyi rap. Pak petugas keamanan
menjadi penyelamat, beliau memberikan nasi kotak sisa
tahanan imigrasi yang ditahan di ruang penjara imigrasi.
Saya pun menyantapnya dengan khidmat.
Ketika pagi menyapa, petugas kebersihan dan
keamanan menghalau kami dari depan kantor imigrasi
karena staff imigrasi mulai berdatangan dan perlu
menggunakan pintu yang dari tadi malam kita dudukin
dan tidurin untuk akses masuk ke kantor mereka. Kami
dikumpulkan di lapangan belakang seperti mau upacara
apel senin pagi. Selang beberapa menit, staff imigrasi
memberikan pemberitahuan mengenai jadwal interview
SRPI, dan saya bersyukur saya berada dalam jadwal
interview hari ini bersama sahabat saya. Saya melihat
banyak muka-muka yang kecewa dengan keputusan ini
karena mereka tidak bisa interview pagi ini atau nama
mereka sudah lewat dari angka 100, saya berharap
kuotanya dinaikkan sehingga semua bisa pergi ke
Australia.
Interview berjalan lancar dan saya bersama Tianri
pulang ke rumahnya di Bekasi. Tianri berkata bahwa
rumahnya dekat, tapi ternyata jauh banget, sampai saya
ketiduran berjam-jam. Oh ini rasanya tinggal di kota besar,
macet mulu. Begitu bangun, sampai dirumah dan
menonton tv, ada berita di TV tentang kemungkinan
kenaikan kuota. Wah semoga kesajaiban ini benar-benar
terjadi!
Setelah itu saya kembali pulang ke Bali keesokan
harinya dan H2C menunggu SRPI, seminggu berlalu,
sebulan berjalan, dua bulan lewat, tiga bulan lewat lagi,
empat bulan menguap… lima bulan patah semangat.
Sudah ah ga usah dipikirin. Saya pun membuat rencana
lain. Namun akhirnya di bulan Maret 2013 tepat setelah 8
bulan penantian, SRPI itu datang! Saya girang bukan
kepalang. Saya pun mengajukan aplikasi visa WHV ini
dan aplikasi dikabulkan ada bulan Mei 2013. Bukan berarti
saya bisa langsung capcuzcin, saya masih punya komitmen
dan janji di Bali yang harus saya tepati. Saya pun
menunggu sampai masa pengaktifan visa habis.
Saya berangkat WHV pada bulan Mei 2014 dan
bertahan di belantara Kota Sydney setahun penuh! Kenapa
sih saya menjadikan Sydney kota impian saya?
• Sydney adalah pusat dimana everything is
happening in Australia, hustle bustle life for
a busy bee like me!
• Sydney memiliki banyak Universitas,
College dan sekolah paling lengkap di
Australia yang menawarkan program
untuk siswa international. Karena saya
ingin berkarir dibidang pendidikan, saya
pilih Sydney karena ingin mengenal
lebih dekat kampus-kampus di kota ini.
Membuka jaringan baru dan mencicipi
rasanya sekolah di salah satu kota paling
keren sedunia.
• Sydney itu kota pelabuhan yang cantik,
semua sudut kota ini instagramable!
Siangnya menggoda, malamnya
menggairahkan.
• Sydney menawarkan 4 musim yang
ciamik for a full luar negeri experience bagi
orang udik seperti saya. Cuaca
bersahabat dan gak labil-labil amat,
summer nan hangat, autumn nan romantic,
winter nan dingin, dan spring yang cantik.
Bisa kekinian pakai boots dan ganjen
pakai coat in the right time pastinya ya.
Dan good mix between laid back style dan
smart casual. Karena saya mengincar
pekerjaan kantor tapi yang tidak strict
banget aturannya.
• Sydney punya tempat-tempat keren
yang bisa dikunjungi di satu state. Mau
salju ada Snowy Mountain dengan pilihan
resort seperti Mt. Selwyn, Thredbo dan
Perisher. Kalau mau gurun sahara di Port
Stephen atau Anna Bay, mau air terjun
dan caving ada Blue Mountain, bahkan
mau ke tebing khas kue pernikahan ada
di wedding cake rock yang fenomenal
itu. Berendam di Figure Eight Pool untuk
weekend ini, atau mandi di kolam tepi
pantai di Bondi minggu depan. Saya
sering bingung mau kemana karena
saking banyaknya pilihan.
• Tiap minggu selalu ada festival, minggu
sebelumnya ada night noodle market,
minggu lalu ada wine cellar door festival,
minggu depan ada mardi grass. Minggu
depannya lagi ada apa ya?
• Mau makanan Indonesia ada semua, dari
yang rumahan, café, warung, sampai
restoran fine dining siap meredam gairah
kekangenan akan masakan bunda dan
nusantara.
• Sydney memiliki tingkat multicultural
paling tinggi di Australia, setidaknya
kalau saya belum bisa ke Bangladesh
saya bisa ke Rockdale dulu, atau kalau
belum pernah ke Perancis kita bisa
mampir ke Leura di Blue Mountain. Mau
ke China? Yuk ke Hurstville! Sydney
bener-bener merupakan kota di antara
kota-kota di dalam kota!
• Sydney menawarkan malam tahun baru
paling megah dan meriah sedunia!
Sydney is the city of fireworks! Absolutely
stunning night you won’t forget, where all
the blasting colours fill up our skies, the
energy…the passion we put into it, definitely
will make you feel the multiple
fireworkgasm.
• Street musician and artist yang keren-
keren bisa kita lihat di titik-titik strategis
seperti depan three wise monkeys,
pojokan hydepark dan starbuck,
sepanjang sisi pelabuhan cirqular quay,
sepanjang lorong station central.
Pastinya menambah romansa cinta
bersemi di Sydney. Lebay.
• Last but not least, bertemu banyak teman
seperjuangan disini dan kalian adalah
kado terindah dari WHV
Memulai Kembali
Aku menghilangkan rasa malu ketika kembali kerja
malam di resort, headchef menyambut kedatangan dengan
candaan. Aku juga meminta jadwal lagi ke restaurant dan
mencoba mencari pekerjaan lain.
Temanku Didik memutuskan untuk keluar dari
tempat kerjanya di Tenant Creek dan datang ke Darwin.
Banyak sekali pekerjaan yang dia lamar, membuahkan
hasil. Salah satunya, ketika dia melamar pekerjaan sebagai
sushi chef, dia diminta datang wawancara dan membawa
orang Indonesia lainya. Setelah mendengar itu, aku pun
ikut denganya untuk melakukan wawancara. Padahal
sebelumnya aku sudah melamar pekerjaan itu juga.
Manajer yang mewancarai kami adalah orang
Indonesia. Dia menjelaskan bahwa status pekerjaan yang
ditawarkan adalah casual worker, gaji yang diterima $23.6
pada weekdays, $28 pada hari sabtu, $35 pada hari minggu
dan 2 kali lipat saat public holiday. Siapa yang tak tergoda
dengan semua itu? Apalagi pekerjaan ini membuat sushi,
artinya ada skill yang akan kudapat.
Pada 14 desember 2015 merupakan hari pertamaku
menjadi sushi chef. Aku sama sekali tidak memiliki
pengalaman mambuat sushi bahkan tidak pernah makan
sushi sebelumnya. Sushi Izu merupakan sushi bar yang
berada di dalam supermarket Woolworth yang tersebar di
Australia. Sushi bar ini baru meluaskan pasarnya ke NT
pada tahun 2015 dan kebetulan saat itu wet season (sepi
kerjaan) jadi aku beruntung sekali mendapatkan pekerjaan
ini.
Seminggu training aku banyak banget melakukan
kesalahan karena grogi, sampai aku menjatuhkan pisau
dan mata pisaunya menusuk kaki. Setelah pulang ke
rumah aku melihat darah kering dan luka tusukan yang
sedikit dalam. Dalam membuat sushi, pisau tsajam
merupakan hal yang sangat penting, jadi jangan ceroboh
dengan yang namanya pisau. Aku hampir menyerah dan
ingin berhenti. Namun, setelah training usai, aku merasa
lebih baik karena bekerja dengan seorang leader dan 4
pekerja yang semuanya termasuk karyawan baru.
Di sisi lain Didik tidak menerima pekerjaan ini
karena alasan tertentu. Dua minggu kemudian dia
memutuskan untuk pindah ke kota lain, dia juga
memberikan pekerjaan malam sebagai kitchen hand di
Aiport Tavern yang lokasinya tak jauh dari rumahku.
Setiap harinya Airport Tavern membutuhkan seorang
kitchen hand. Ada seorang student yang hanya bisa bekerja
empat hari karena tidak boleh bekerja lebih dari 20 jam.
Kutawarkan diri untuk bekerja pada weekdays dan dia
dapat bekerja pada weekend yang rate gajinya berbeda,
tentu dia senang mendengarnya.
Bagaimana dengan pekerjaanku di resort
sebelumnya? Karena wet season aku menawarkan bekerja
saat weekend dan headchefku setuju karena yang aku lihat
restaurantya hanya rame saat weekend. Aku hanya bisa
berusaha memberikan jalan keluar yang terbaik. Aku
selalu mencoba berpikir bagaimana jika aku berada di
posisi dia. Aku tahu sangat susah mengatur jadwal dan
bekerja di saat sepi pengunjung itu bagiku serba salah.
Advice
Selama kita mampu berbuat yang terbaik, lakukan!
Jangan merasa rugi, karena jika hari ini kamu tidak dibayar
untuk itu, banyak cara Tuhan melebihkan rezekimu
dengan cara yang lain. Bekerja dengan baik, menciptakan
nilai dirimu dan petik hasilnya kemudian.
Jangan berpikir mereka memanfaatkan atau
mengeksploitasi tenagamu, selama tugas itu membuatmu
belajar hal baru, lakukan! Karena bos ataupun rekan kerja
akan senang mengsajarimu skil lainya.
Bermimpilah yang mulia dan berdoa. Percaya
bahwa Tuhan akan mengarahkan jalan untuk meraihnya.
Segala rintangan dan kejadian membuat kita menemukan
impian itu. Jangan berkecil hati terhadap kejadian-
kejadian yang tidak enak, bisa jadi kamu tidak berjodoh
pada sesuatu hal atau waktu belum berpihak kepadamu.
Kejadian itu hanya menunda kamu agar kamu bisa
menemukan hal yang tepat di kemudian.
Sebisa mungkin jauhkan sikap iri hati, jika kamu
tidak mendapatkan seperti yang orang lain dapatkan pada
kesempatan ini. Kamu bisa mendapatkanya pada
kesempatan yang lain. Berusaha terus mengembangkan
potensi diri.
DIDIK SYAMSUDIN
Hai…
Nama Lengkap gue Muhammad Ghibran Pasadjo
panggil saja IBEL. (gak usah dibahas kok bisa nyambung
ke IBEL). Lahir di Luwu Utara 20 Juni 1986. Gue seorang
Ssajarana Ekonomi bidang Akuntansi di salah satu Sekolah
Tinggi Swasta di Makassar – Sulawesi Selatan. Gue
seorang akuntan di salah satu perusahaan BUMN (Badan
Usaha Milik Negara) Bidang Pertanian selama 8 tahun.
Gue sudah bergabung di perusahaan tersebut dari jaman
masih kuliah dan status kepegawaian gue mulai dari
tenaga honor sampai jabatan terakhir gue adalah Kepala
Sub Bagian Akuntansi Wilayah Indonesia Timur.
Suatu hari gue ketemu sahabat dan dia
menceritakan tentang Work and Holiday Visa, dimana
program ini merupakan kerjasama Pemerintah Indonesia
dan Australia. Setelah mendengar semua penjelasan
tersebut akhirnya gue mencoba searching apapun di Mbah
Google yang berhubungan dengan Program WHV ini.
Setelah 3 minggu gue mencoba mengulik semuanya,
akhirnya sahabat gue memberitahukan kalau ada Group
Facebook yang didalamnya berisi semua hal yang
berhubungan dengan WHV mulai dari Senior yang sudah
lulus, masih berjuang ataupun teman-teman yang sedang
bimbang memulai langkah WHV ini.
Alasan gue ikut WHV karena ingin melepas penat
dari kegiatan gue yang monotan selama hampir 10 tahun.
Tidak mudah buat gue untuk ikut WHV, mulai dari harus
siapin mental buat resign di perusahaan yang secara
langsung sudah memberikan gue banyak hal. Mengingat
bahasa Inggris gue yang amburadul hingga gue
memutuskan pergi ke Pare (Kampung Inggris) untuk
belajar di sana selama sebulan dan juga meminjam duit
untuk memenuhi persyaratan 5.000 AUD sebagai salah
satu syarat WHV.
Setelah semua persyaratan bisa gue penuhin
akhirnya gue mendaftarkan diri ikut WHV Oktober 2014
dan VISA Granted 27 April 2015. Setelah granted dan setelah
diskusi dengan beberapa teman akhirnya 11 Agustus 2015
gue menuju Sydney – Australia. Sydney menjadi tujuan
pertama, karena sahabat gue memilih ke Sydney jadi
setidaknya gue yang tidak mengenal siapa-siapa di sana
masih ada yang bisa bantu. Yang menjadi dasar
pertimbangan gue, kota ini sudah sangat familiar di otak
gue dari kecil.
Tiba di Sydney gue gak langsung dapat kerjaan dan
itu berlangsung selama 2 minggu. Segala cara sudah
dicoba mulai dari keliling lingkungan sekitar menyebar
CV ataupun mencoba secara online. Tapi yang namanya
usaha gak akan pernah sia-sia. Untungnya gue ke Sydney
gak sendiri tapi bareng sahabat gue. Karena Informasi dari
teman ke teman akhirnya gue mendapatkan kerjaan
sebagai room attendant di salah satu Hotel, dan di hari yang
sama gue juga dapat kerjaan sebagai kitchen hand di salah
satu Indian Resto daerah Pyrmont (Kebayang ga ini lelah
nya gue ketiban 2 kerjaan di hari yang sama).
Sebenarnya kerjaan fisik seperti ini tidak membuat
gue kaget karna gue sudah terbiasa dengan jenis kerjaan
ini. Hanya ssaja intensitas kerjanya ssaja yang harus cepat
di adaptasikan. Gue ga akan banyak bercerita seputar
dunia housekeeping dan kitchen hand karena gue yakin
banyak orang yang bisa sharing akan hal ini. Gue
menjalani double kerjaan ini selama kurang lebih 4 bulan.
Suatu hari gue mendapat tawaran kerja dari
roommate gue di salah satu pabrik tahu dan tempe daerah
Eastgarden. Hmm…. Ini yang bikin gue excited ….. “ada
gitu ya pabrik tahu tempe di Australia” hahahaha. Dan
yang paling menggiurkan adalah jam kerjanya yang
panjang (good money di jaman gue).
Hari pertama bergabung di perusahaan ini gue
diposisikan sebagai Machine Operator Tofu. Hallloo…. Ini
tuh kasarnya gue di suruh jadi penjaga mesin, dimana jenis
kerjaan ini menjadi pengalaman pertama bagi gue. Kerjaan
ini sich lumayan menguras waktu, gue harus bangun jam
5 pagi demi mengejar bus jam 5.50 Pagi (telat dikit bisa
bablas) tiba di pabrik jam 6.35 gak bisa langsung kerja. Hal
yang pertama gue siapin ganti pakaian dulu (setiap pabrik
punya seragamnya masing-masing) abis itu bekal yang
gue bawa tiap hari harus dimasukin ke Freeze biar gak basi
(kebayang kan ini sudah makan waktu berapa menit).
Tepat jam 7 pagi adalah jam operasional pabrik,
berhubung gue ga mau buang-buang waktu biasanya
sebelum jam 7 gue dah finger print dan sudah
mengoperasikan mesin. Kerjaan gue ini di bilang mudah
ya mudah banget, di bilang capek ya mungkin capek
banget. Pagi gue nyalain mesin, ambil kacang di container
(ini untuk persiapan keesokan harinya), siangnya cuma
menjaga kestabilan mesin sambil tiap per 40 sampai 50
menit mengganti karung ampas tahu yang sudah penuh.
Dan ini terjadi tiap hari sampai closing. Yang membuat gue
lelah adalah kerjaan yang membosankan untuk menunggu
dan menahan ngantuk dan yang paling memporsir tenaga
adalah cleaning mesin.
Yah… cleaning…. Ini yang memporsir tenaga, gak
semudah yang gue bayangin. Proses cleaning ini ada
beberapa tahap, tapi gue gak bakalan memporsir pikiran
kalian untuk hal cleaning mesin. Hahahaha Australia salah
satu negara yang mempunyai aturan yang sangat ketat
tentang higenitas di pabrik. Dalam setahun bisa 2 sampai
3 kali mengadakan inspeksi ke setiap pabrik untuk
mengecek kelayakan operasional.
“Pembuat Tahu” yah inilah julukan gue selama
kerja di pabrik. Proses pembuatan tahu ini di kerjakan 80
persen oleh mesin gue cuma menyiapkan kacang
kedelainya dari gudang kacang sampai akhirnya berada di
bak pengelolahan kacang. Di pabrik ini gue disajarin cara
pakai forklift juga biar mudah ambil kacang ataupun buang
ampas tahu “secara satu karung itu mungkin 300 kilo
lebih”. Jam kerja panjang adalah satu-satunya alasan gue
memilih kerjaan ini. Start kerja jam 7 pagi dan pulang
kadang jam 9 atau jam 11 malam. Untuk 8 Jam pertama
dibayar sesuai upah minimum kota Sydney selebihnya di
bayar Overtime. Untuk 2 bulan pertama gue kerja dari
Senin sampai Sabtu dan Sabtu itu hitungannya overtime
karna normal kerja pabrik Senin sampai Jumat. Overtime
biasanya terjadi apabila adanya lonjakan permintaan dari
konsumen.
Selama WHV gue gak selamanya hidup dengan
bekerja. Tiap day off gue sempatin jalan-jalan mau di City
atau pun beberapa daerah sekitar Sydney yang notabene
banyak tempat alam yang mudah di jangkau dengan
transportasi umumnya yang sangat sangat membantu.
Work and Holiday hal ini yang selalu di benak gue, kerja
sambil liburan bukan kerja sambil kerja. Gue ga maksain
diri untuk bekerja selama setahun penuh karena itu sama
saja bohong. Lepas penat di Indonesia malah kerja keras di
negeri orang.
Melbourne dan Canberra menjadi tujuan berlibur
gue selain mengelilingi daerah seputaran Sydney. Sesuatu
pengalaman yang boom bagi gue adalah saat ke Snowy
Mountain, amazing bagi gue yang pertama kali lihat salju,
dan beruntungnya lagi gue tiba di saat saljunya turun.
Hal yang gue sesalkan selama WHV adalah pergi
tanpa insurance. Insurance menurut gue hal sangat penting
karena kita gak bakalan tau apa yang akan terjadi selama
WHV. Di pabrik gue ngalamin kecelakaan kerja
untungnya seluruh biaya di tanggung oleh perusahaan.
Coba kalo ga… bisa terkuras banyak duit gue buat
perawatan kecelakaan kerja. Hal lain yang gue pelsajari
selama WHV “say NO”. Dunia kerja emang penuh
eksploitasi ini terjadi dimana ssaja, akan tetapi untuk di
Australia kalian harus belajar untuk mengatakan tidak
“apabila” hal itu tidak mendatangkan keuntungan bagi
kalian. Hal ini bukan sesuatu yang tabu kok untuk
Australia justru ini adalah hal yang harus kalian terapkan
di dunia kerja.
Cash in Hand. Kerjaan ini harus hati-hati ya. Pastikan
jam kerja kalian harus di catat. Setiap gajian di Re-Check.
Kalo sudah ada 2 kali kekurangan gaji, saran gue mending
kalian cari kerjaan lain saja apalagi kerjanya sama orang
Asia.
Bagi kalian yang ingin sekolah di Australia
sebaiknya nyambi cari kerjaan yang sesuai dengan
background pendidikan kalian, gak ada yang gak
mungkin kok. Take a short course ataupun ikut komunitas
karena terkadang mengorbankan waktu untuk mencari
duit bisa mendatangkan rejeki.
Work and Holiday VISA (WHV) bagi gue suatu
kesempatan yang sangat berharga untuk melangkah satu
step kedepan. Mengetahui kebiasaan-kebiasaan orang lain
yang pada dasarnya jauh dari kebiasaan kita. Dan ini
semua tidak menghabiskan banyak biaya. Kesempatan
yang ada bisa membuka banyak peluang pekerjaan,
pertemanan, informasi, petukaran budaya dan masih
banyak lagi. Yang sudah selesai WHV bisa balik lagi
dengan beberapa opsi, yang gak memih untuk kembali
bisa memanfaatkan pundi yang telah di kumpulkan untuk
melanjutkan karirnya, membuka usaha di Indonesia
ataupun pergi traveling ke beberapa Negara lainnya.
AHMAD ADIB
My WHV Story
Explore, Dream, Discover!
Enlik Tjioe
Pengenalan Pribadi
Hai pembaca, nama saya Enlik Tjioe, saya berasal
dari Pontianak, Kalimantan Barat, namun saya tumbuh
besar di Bekasi, Jawa Barat. Saya kuliah di Universitas
Gunadarma kampus Kalimalang, mengambil jurusan S1
Teknik Informatika, dari tahun 2009-2013. Lulus dari salah
satu kampus swasta terbaik tersebut, saya bekerja sebagai
Game Programmer di perusahaan game developer asal
Jakarta, Touchten Games, selama kurang lebih tiga tahun.
Saya bersama tim Touchten mengembangkan game-game
mobile untuk platform Android dan iOS. Pengembang
mobile game asal Jakarta ini menjadi tempat terakhir saya
berkarir profesional sebelum memulai petualangan baru
saya bekerja casual (baca: kerja kasar) di Australia dengan
Work and Holiday Visa.
Butiran Debu
Pada Pertengahan Juni, saya memutuskan hijrah ke
Northern Territory (NT). Motivasinya adalah
mengumpulkan syarat 88 hari kerja untuk meraih yang
namanya WHV Tahun Kedua di Australia.
Saya melakukan road trip selama satu minggu dari
Melbourne menuju Alice Springs. Perjalanan ini saya
lakukan bersama dua orang teman backpacker asal Chilie
dan Jerman.
Akhirnya, saya merasakan juga perjalanan
melintasi Stuart Highway. Sebuah jalan tol yang lurus
membelah gurun bersemak. Ada perasaan asing sekaligus
letupan-letupan gairah saat menjejakan kaki di NT.
Pasalnya, selain jauh dari mana-mana, NT bisa dibilang
salah satu state paling menantang. Mulai dari peluang
kerja serta suhu udara yang ekstrem.
Saya membagi kisah NT dalam tiga babak. Pertama,
pengalaman bekerja selama tiga minggu di tempat
istirahat dan isi bensin. Orang Australia mengenalnya
dengannama roadhouse. Kita sebut ssaja Koala Roadhouse.
Letaknya ada di Lasseter Highway. Jalan tol yang
menghubungkan kota kecil Yulara dengan sejumlah
kawasan wisata terkenal seperti Uluru, dan Kata Tjuta.
Daerah sekitar Lasseter Highway ini terkenal
dengan tanah yang merah serta langit membiru. Saya
mendapatkan pekerjaan ini cukup mudah. Yakni dengan
mendatangi langsung Koala Roadhouse. Mungkin
lantaran gampang meraihnya, maka melepasnya juga
seperti menjentikkan jari.
Setelah bekerja selama tiga minggu, Saya
diberhentikan dengan alasan “not being good enough.”
Sempat kecewa sama diri sendiri. Roadhouse ini
sebenarnya tempat yang sangat menarik
bagi backpacker yang ingin merasakan kehidupan antah
berantah di Australia. Kita kerap mengenal the real
Australian Outback dari buku ataupun film-film. Bukankah
hal yang seru bisa mengenal lebih dekat secara langsung.
Apalagi, gaji yang ditawarkan pengelola Koala Roadhouse
ini lumayan menjanjikan.
Angin gurun tetap bertiup. Perjalanan saya harus
berlanjut. Persinggahan saya berikutnya adalah Alice
Springs. Sungguh, kota kecil di tengah gurun ini
menawarkan hal-hal di luar ekspektasi orang-orang.
Penduduk Alice Springs sekitar 30.000 jiwa. Kota
ini seperti dibangun dengan cukup efisien yang dipadu
megahnya bukit bebatuan. Dari sebuah bukit di tengah
kota bernama Anzac Hill terlihat bagian pusat kota yang
terkotak-kotak. Saat matahari terbenam, perbukitan
MacDonnell Ranges yang membelah timur dan barat kota
akan terlihat menguning kemerah-merahan.
Itu baru soal alamnya. Lantas, bagaimana dengan
peluang kerja? Seminggu saya menyebar CV di sejumlah
café dan hostel. Sejujurnya, ada periode dimana otak ini
berpikir, “where am I? what am I gonna do,?”. Ini biasanya
terjadi seditik dua detik setelah bangun tidur. Apalagi,
kalau bangunnya di hostel.
Marilah tegar menghadapai kenyataan. Hari
kedelapan saya di Alice, saya mendapat panggilan kerja di
salah satu café paling sibuk. Sebagai kitchen hand. Hampir
dua bulan saya bekerja di café ini.
Namun, tanpa ada tanda apa-apa, pada sebuah
pagi, saya mendapat SMS pemecatan dari salah seorang
chef café tersebut. Isi SMSnya persis begini : “Hey, farid we
decided that you not work for us anymore you got slow again and
again and I told you many times. Sorry,”
Semacam kesel juga karena berasa diputusin pacar
via SMS. Saya mampu nerima kalau hal-hal seperti ini
diungkapkan secara verbal. Tentu ssaja, saya datang
menghadap manajer. Semula, saya bersemangat ingin
mengkonfrontasi kenapa mereka seenaknya mecat-mecat
orang. Namun, pada akhirnya saya hanya memasang
muka lempeng karena apapun yang saya katakan,
keputusan manajer tidak akan berubah.
Babak ketiga cerita saya di NT berujung pada
Katherine. Pindah dari Alice ke Katherine bukan tanpa
alasan. Pasalnya, saya tergiur dengan peluang kerja di
pabrik mangga. Ketika itu, saya pindah ke Katherine pada
Agustus 2016.
Jika suhu cuaca di Alice masih bisa ditoleransi
menjelang akhir September lantaran tidak melebihi 35
dersajat celcius, maka cuaca di Katherine bagaikan
gabungan antara Surabaya, Jakarta, dan Pontianak. Titik
panasnya selalu mencapai 38 dersajat celcius. Dan tingkat
kelembabannya begitu tinggi.
Jujur, saya tidak melihat ada yang menarik dari kota
ini. Namun, Katherine menawarkan banyak pekerjaan di
sektor perkebunan bagi para backpacker. Pekerjaan ini pun
tergantung musim.
Ketika saya pindah ke Katherine belum ada
kepastian dari pihak Job Shop terkait pekerjaan di pabrik
mangga. Perlu diketahui, Job Shop merupakan agen
tenaga kerja yang legit untuk para backpacker yang ingin
mendapatkan pekerjaan di bidang perkebunan
serta hospitality.
Pikir saya, kala itu, jika saya sudah di Katherine,
maka peluang untuk mendapat kerjaan di pabrik manga
bakal lebih besar. Beresiko memang. Apalagi, saya punya
pengalaman kerja di pabrik (Tasmania) sebelumnya.
Datanglah saya dengan begitu percaya dirinya ke
Katherine.
Kenyataannya, saya menganggur tiga minggu
selama di Katherine. Ini lantaran pabrik terdekat dengat
tempat tinggal saya di Katherine butuh waktu lebih lama
untuk memulai produksi secara masal. Sebenarnya ada
pabrik lain di sekitar Katherine yang produksinya lebih
awal. Namun, lantaran saya tidak punya kendaraan, maka
pihak Job Shop lebih memilih pekerja yang memiliki
mobil.
Pertengahan Oktober pabrik manga Sevenfield
berproduksi. Betul ssaja, mereka tak menyia-nyiakan
musim manga ini. Jam kerja per hari rata-rata 11, 12 hingga
13 jam. Kerjanya seminggu penuh tanpa hari libur.
Inilah pekerjaan yang paling menyita energi saya di
Australia. Dengan jam kerja panjang itu, para pekerja
dituntut mengepak manga dengan kecepatan yang stabil
dan wsajah yang antusias. Masuk akal? Ya mungkin ssaja
kalau pekerjanya robot.
Konsekuensi dari jam kerja panjang itu adalah
pundi-pundi dollar yang, alhamdulliah, mendongkrak
tabungan. Kegirangan ini diimbangi dengan badan yang
pegel-pegel.
Sayangnya, euforia ini dipatahkan, lagi-lagi dengan
SMS pemecatan. Kali ini tanpa penjelasan yang berarti.
Hanya dua minggu saya bekerja di Sevenfield. Pihak Job
Shop pun tidak memberikan keterangan kenapa saya
diberhentikan. “They said, they just don’t need you anymore.”
Patah hati. Rasanya pingin makan rendang, nasi
uduk, sambel pedas, lalu tidur pulas. Tuhan sepertinya
punya rencana lain. Ketika dihitung ulang, saya
menyadari sudah punya 14 payslip gaji dari tiga pekerjaan
di NT. Dan ini cukup menjadi bekal mendaftar WHV
tahun kedua.
**********
Lalu apa yang terjadi berikutnya?
“So what it’s your plan, mate?” tanya Rose.
Pertanyaan ini membuyarkan pikiran saya yang tengah
kilas balik hidup selama 10 bulan di Australia. Jujur ssaja,
saya tidak punya rencana pasti. Yang saya mengerti kalau
mendengarkan kata hati, pasti kaki ini akan tahu kemana
mesti melangkah.
Rose menurunkan saya di Palmerston, area di
pinggiran Darwin. Dia tidak menikah, dan memilih untuk
tidak punya keturunan. Rose menolak sejumlah dolar
yang saya tawarkan atas jasanya mengantar saya. Dia
melambaikan tangan, tersenyum dan berucap singkat,
“Enjoy your journey.”
Ucapan itu kembali mengingatkan saya. Betapa
sederhana sebetulnya konsep menikmati sebuah
perjalanan. Sayangnya, rasa nikmat bisa menguap kala kita
lupa akan rasa bersyukur.
Saya hanya singgah beberapa hari di Darwin, untuk
selanjutnya bertolak ke Sydney. Cerita ini saya tulis di
tengah hiruk pikuk kota menjelang musim panas sambil
menyeruput es kopi seharga $8.
Saran yang dapat saya berikan bagi yang akan
datang ke Australia melalui WHV adalah terbukalah
dengan berbagai kemungkinan. Rencana bolehlah kalian
susun matang dan rapi jali. Namun jangan lupa bakal ada
kejutan di tiap babak. Kala itu terjadi, biarkan hidup
mengejutkan kita.
ALDINO TANZA
Housekeeper(1)
Saya bekarja sebagai housekeeper di hotel daerah
bandara dimana sedikit sekali bus yang menuju arah sana.
Awalnya, saya diantar oleh ibu kos atau teman kos setiap
paginya, namun saat pulang saya menunggu teman
housekeeper. Pada dasarnya, housekeeper adalah pekerjaan
untuk membersihkan kamar, mulai dari kasur, kamar
mandi, balkon. Selama seminggu training, jam kerja saya
lebih cepat dibandingkan dengan rekan kerja yang lain,
hingga membuat saya harus menunggu sejam atau dua
jam agar bisa mendapatkan tumpangan hingga halte bus
terdekat. Bahkan pernah saya pulang dengan jalan kaki
dengan menempun kurang lebih satu jam setengan
dengan suhu 37 – 38 0 C. Ini adalah masa-masa tersulit
dimana saya masih belum nerima kenyataan kalau saya
bekerja sebagai pengosek kamar mandi.
Seiring berjalannya waktu, saya mulai sebagai
housekeeper. Akan tetapi, akhir bulan desember, waktu
kerja sering kali di-cancel. Hal ini sangat wsajar
dikarenakan sedikit turis yang datang dan “anak bawang”
akan menjadi orang pertama yang akan di cancel. Bukan
hanya di hotel saya, teman-teman saya pun banyak yang
mengalami peng-cancel-an. Hamper dua minggu tidak ada
pekerjaan dan akhirnya saya dan teman saya mencoba-
coba untuk melamar pekerjaan lainnya.
Karena terlalu gelisah dengan tidak ada pekerjaan,
saya dan teman saya memberanikan diri dengan bermodal
GPS berangkat ke Katherine. Katherina adalah kota kecil
yang berjarak sekitar 300 km dari Darwin. Kami sangat
bersemangat sepanjang perjalanan, semakin jauh semakin
sedikitnya rumah-rumah dan sinyal kami pun hilang.
Karena panasnya matahari, membuat salah satu ban mobil
bocor. Kamipun sangat panik, pasalnya kami berada di
tengan antah berantah dan tidak ada sinyal, harus
menganti ban mobil kami yang bocor.
Setelah setengah jam menepi, kami saja diam dan
saling pandang. Hingga akhirnya kami memberanikan diri
untuk memberhentikan mobil yang lewat untuk meminta
tolong. Penolong pertamapun dengan baiknya datang dan
bersedia memperbaiki ban mobil kami, namun karena
mobil yang kami terlalu tua, sehingga tidak ada spare-part
yang cocok untuk mobil kami, sehingga akhirnya
merekapun menyerah. Dengan keputusasaan, kami
mencoba solat dipinggir jalan dan (alhamdulillah,
memang kuasa ALLAH SWT ) penolong kedua
menghampiri (tanpa kami berhentikan) dan mencoba
menganti ban kami yang bocor dan ini berhasil. Hari pun
hampir larut malam, kami memutuskan kembali ke
Darwin.
Beberapa hari setelah kejadian tersebut, teman saya
menawarkan untuk mencoba melamar pekerjaan di
Katherine melalui agen. Tanpa disangka, saya pun
diterima bekerja di Kebun lemon selama 3 minggu sebagai
picker untuk panen. Atas usulan teman saya, saya
mengajukan unpaid leave untuk 3 minggu dari hotel.
Picker
Pekerjaan di kebun adalah salah satu pekerjaan
yang didambakan oleh para pejuang WHV, karena
mempunyai jam yang panjang dan rate per hournya
cenderung tinggi. Meskipun banyak berita simpang siur
mengenai pekerjaan di kebun, tapi saya tetap ingin
mencoba bekerja disini. Kebun lemon ini mempunyai
pekerja tetap yang berasal Pulau Solomon dan hanya
merekrut 9 part-timer, 5 wanita dan 4 pria, untuk
membantu panen. Sesampainya di Katherine, saya di
jemput oleh agen memperlihatkan akomodasi dan kebun.
Sesampainya di akomodasi, saya sendiripun sangat
kaget. Biasanya akomodasi yang disediakan berada di
tengan kebun dan jauh dari kota. Akomodasi yang saya
tempati tidak bisa dikatakan layak untuk ditempati, ruang
kamar sangat berdebu, dapur banyak lalat berterbangan
dan kamar mandi yang berada di luar sangat kotor.
Pertama kali kami menginjak akomodasi di sana, kami
bergotong-royong untuk membersihkan dapur dan kamar
mandi agar membuat kami “nyaman” tinggal di sana.
Bekerja di kebun pun dimulai dari jam 6 pagi
hingga jam 3 sore dengan 30 menit istirahat pada saat
makan siang. Beruntungnya bekerja di kebun ini, jam
bekerja menetap sehingga saya dapat melaksanakan
shalat. Pekerjaannya sederhana, mengambil lemon yang
sudah matang dan ditaruh diwadah besar dimana wadah
tersebut dapat menampung 2 atau 3 orang. Sistem
bekerjanya secara berkelompok dan yang terdapat 4 atau 5
orang. Awal bekerja sebagai picker, hampir sekujur tubuh
terluka karena duri sangat panjang dan tsajam. Sehingga
dengan suhu yang panas kita harus tetap menggunakan
double pakaian agar terhindar dari duri. Meskipun sangat
capai, tapi saya lebih menyukai bekerja di kebun dari pada
menjadi housekeeper.
Housekeeper…(2)
Setelah serangkaian kejadian diatas, untuk pertama
kalinya saya bersyukur bekerja sebagai housekeeper (lama
banget yah bersyukurnya). Bekerja sebagai housekeeper di
bawah agen di Darwin, ratenya sangat kecil. Mungkin rate
saya merupakan rate terkecil diantara pejuang WHV di
Darwin. Sekembalinya menjadi housekeeper, manager saya
ganti menjadi lebih tegas dan teliti. Manager baru ini
membuat beberapa peraturan baru yang sangatlah tidak
wsajar, seperti memotong waktu untuk membersihkan
kamar check-out (regular) dari 22 menit menjadi 18 menit.
Di dunia per-housekeeping-an, semenit pun sangat
berharga. Ditambah lagi, hotel kami berbeda dengan hotel
lainnya dimana hotel lainnya terdapat houseman yang
bertugas membantu untuk memenuhi perlengkapan
ruangan disaat storeroom kosong. Apabila di hotel kami,
tedapat satu barang yang tidak ada (contoh: sarung bantal)
kami harus mencari sendiri ke area lain (karena hotel kami
sistemnya outdoor, sehingga area satu dengan lainnya
berjauhan) sehingga ini sangat memakan waktu.
Walaupun dengan peraturan-peraturan aneh, rate
kecil, hotel yang susah sekali dijangkau dengan angkutan
umum, tapi saya sangat menikmati sekali pekerjaan
sebagai housekeeper (emang kalau sudah beryukur,
mengerjakan apapun menjadi lebih mudah) dan yang
paling penting pekerjaan ini tidak menganggu waktu solat.
Semakin bertambahnya waktu, sayapun sudah mulai
terbiasa bekerja disini, bahkan saya bisa menyelesaikan
satu kamar regular hanya dengan 14 menit dan akhirnya
saya mendapakan jatah weekend, dimana weekend rate lebih
besar dibandingkan weekday.
Ditambah lagi, semakin banyak para pejuang WHV
yang diterima di hotel saya yang membuat saya semakin
betah bekerja di hotel ini. Sebenarnya, para housekeeper
baru yan diterima di hotel merupakan teman satu rumah.
Bayangkan 5 dari 8 penghuni rumah (yang perempuan)
bekerja di tempat yang sama. Disini saya merasakan
indahnya berbagi, karena semua penghuni rumah
mempunyai waktu kerja yang sama (pagi hari) sehingga
kami harus berbagi kamar mandi. Kami mempunyai
jadwal waktu mandi mulai jam 5.15 hinggal 6.45 dengan
jenjang waktu mandi 10 menit per orang. Hari-haripun
terasa menyenangkan, siang harinya kami bekerja dan
malam harinya kami habiskan (biasanya) makan malam
bersama dan sisanya mengobrol terkait permasalahan
yang kami hadapi. Percaya deh, ngobrol ngalor-ngidul
dengan teman (face to face) itu healing time banget. Karena
saya pernah merasakan sendirian di awal perjalanan dan
itu sangat membuat merasa cepat putus asa.
Setelah enam bulan berkerja di Hotel yang sama,
maka sayapun mengajukan perpanjangan waktu kerja.
Sebagai pejuang WHV, kita hanya dapat bekerja paling
lama enam bulan di satu tempat. Terkecuali di bagian
Utara Australia, kita dapat memperpanjang kerja waktu
kerja kita lebih dari 6 bulan. Nasib berkata lain, agen saya
tidak mengizinkan saya untuk tetap bekerja di hotel yang
sama. Akhirnya, saya dipindahkan di hotel di sekitar city
dimana hotel ini lebih kecil dibandingkan hotel
sebelumnya dan jam kerjanya pun lebih sedikit.
Kehidupan menjadi anak bawang terulang kembali. Saya
hanya mendapatkan jatah di weekday dan apabila kamar
yang dibersihkan sedikit, orang yang di cancel pertama
adalah saya.
Dengan keadaan seperti ini, bisa ssaja saya pindah
state untuk mencari pekerjaan baru. Karena sebagian besar
pejuang WHV bekerja (minimal 88 hari) di Darwin hanya
untuk memenuhi syarat mendapatkan visa tahun kedua.
Namun, saya lebih memilih untuk tetap tinggal di Darwin.
Selain waktu saya yang tersisa hanya tiga minggu (karena
saya harus balik ke Indonesia untuk mempesiapan studi
saya) ditambah lagi para WHV Darwin mempunyai rasa
kekeluargaan yang tinggi.
Penghasilan tambahan
Saya mempunyai dua roommates yaitu Nurdiah
Amalia Sam dan Elisabeth Octiana Satiti. Kami sepakat
untung berbagi makanan bersama-sama. Sehingga
kamipun mempunyai uang kas untuk membeli kebutuhan
makanan kami. Uang kas yang kami kumpulkan bukanlah
bentuk dari penyisihan gaji kami sebagai kerja housekeeper,
melainkan kami melakukan aktivitas lain. Seperti
membagikan pamphlet dan mengumpulkan botol.
Pembagian pamphlet dilakukan, mulai dari mengambil
pamphlet di tempat percetakan, mengepak menjadi satu
eksemplar dan membagikannya dari rumah ke rumah
pada hari rabu dan kami menerima gaji di minggu
berikutnya.
Jadwal pengambilam sampah di daerah rumah
kami yaitu hari selasa, sehingga setiap warga akan
mengeluarkan sampah pada sore harinya. Setiap sore hari,
kami berkeliling untuk mengumpulkan botol bekas (ini
beneran mengambil botol bekasnya dari tong sampah loh).
Setelah botol terkumpul lalu dibersihkan dan dipisahkan
sesusai jenisnya. Satu botol bekas bernilai 10 cent,
pengumpulan botol lebih banyak menghasilkan uang
dibandingkan dengan penyebaran pamphlet. Ditambah
lagi, kami beberapa kali memenemukan alat masak masih
berfungsi dengan baik. Alat-alat masak yang kami
temukan, kami bersihkan kembali dan kami jual melalui
facebook (menguntungkan bukan ?). Pernah suatu ketika,
kami menemukan laptop kecil yang masih berfungsi
dengan baik hanya membutuhkan charger baru untuk
mengoperasikannya kembali.
Hal-hal seperti diatas mengsajarkan saya bahwa
apapun pekerjaanya sangat patut dihargai. Yang biasanya
kita selalu meremehkan pekerjaan pemulung, tukang
bersih-besih atau apalah itu, tapi dengan mengikuti WHV
kita bisa mengetahui, bahwa setiap pekerjaan mempunyai
andil tersendiri dalam siklus kehidupan. Apabila kamu
merasa hebat, coba deh ikut WHV apakah hebat yang
kamu maksud sama dengan hebat dengan orang lain
maksud. Setidaknya dengan mengikuti WHV, kamu tidak
akan mempunyai ego tinggi dan mengatakan“saya lebih
hebat dibandikan yang lain“. Karena dari sini saya belajar
semua orang itu hebat di bidangnya masing-masing.
Jangan takut tidak ada teman, saya yang awalnya
merasakan kesepian pada akhirnya mendapatkan teman-
teman yang layaknya keluarga di akhir pengunjung WHV.
Terlebih lagi jangan takut dengan hal-hal yang belum tentu
terjadi, seperti; kalau nanti ga betah gimana? kalo nanti ga
gabisa imbangi pekerjaan sini gimana? kalo nanti makanan
ga cocok gimama? Jangan kebanyakan berpikir buruk,
bukannya prasangka ALLAH SWT itu prasangka
hambanya ☺
Gambar 4. Perpisahan