Anda di halaman 1dari 46

BAB I

PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Berakhirnya kekuasaan khalifah Ali bin Abi Thalib mengakibatkan lahirnya
kekuasan yang berpola Dinasti atau kerajaan. Pola kepemimpinan sebelumnya
(khalifah Ali) yang masih menerapkan pola keteladanan Nabi Muhammad, yaitu
pemilihan khalifah dengan proses musyawarah akan terasa berbeda ketika memasuki
pola kepemimpinan dinasti-dinasti yang berkembang sesudahnya.

Bentuk pemerintahan dinasti atau kerajaan yang cenderung bersifat


kekuasaan dan turun temurun, hanya untuk mempertahankan kekuasaan, adanya
unsur otoriter, kekuasaan mutlak, kekerasan, diplomasi yang dibumbui dengan tipu
daya, dan hilangnya keteladanan Nabi untuk musyawarah dalam menentukan
pemimpin merupakan gambaran umum tentang kekuasaan dinasti sesudah khulafaur
rasyidin.Dalam makalah ini akan lebih dijelaskan mengenai masa kejayaan bani
Umayyah dan bani Abbasiyyah.

B. Rumusan Masalah
1.     Bagaimana sejarah berdirinya bani Umayyah dan bani Abbasiyah?
2.     Bagaimana perkembangan ilmu pengetahuan, bidang pemerintahan,
bidang ekonomi dan lain-lain pada bani Umayyah dan bani Abbasiyah?
3.     Apa-apa saja yang terjadi pada masa disintegrasi?
C. Tujuan
1.      Untuk mengetahui sejarah berdirinya Dinasti Umayyah dan Abbasiyah
2.      Untuk mengetahui perkembangan ilmu dan ilmuwan yang berpengaruh
pada masa dinasti Umayyah dan Abbasiyah
3.      Untuk mengetahui perkembangan-perkembangan yang sangat menonjol
pada bani Umayyah dan bani Abbasiyah?
4.      Untuk mengetahui lebih banyak tentang hal-hal yang terjadi pada masa
disintegrasi?

3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Masa Kerajaan Bani Umayyah
1. Sejarah Berdirinya Dinasti Umayyah
Nama Dinasti Umayyah dinisbatkan kepada Umayyah bin Abd Syams bin
Abdu Manaf. Ia adalah salah seorang tokoh penting di tengah Quraisy pada masa
Jahiliyyah. Ia dan pamannya Hasyim bin Abdu Manaf selalu bertarung dalam
memperebutkan kekuasaan dan kedudukan. Nama lengkapnya Muawiyah bin Abi
Sofyan bin Harb bin Umayyah bin Abd al- Syams bin Abd Manaf bin Qushai. Ibunya
Hindun binti Utbah bin Rabiah bin Abd al-Syams. Muawiyah dilahirkan di makkah
lima tahun sebelum kerasulan Nabi Muhammad Saw. dan masuk Islam bersama
ayahnya Abu Sofyan saudaranya Yazid dan ibunya Hindun pada waktu penaklukan
kota Makkah. Muawiyah adalah salah seorang yang ahli dan paling menguasai dunia
politik, cerdik, ahli siasat, penguasa yang kuat dan bagus planingnya dalam urusan
pemerintahan.Maka tidak mengherankan jika dia dapat manjadi gubernur selama dua
puluh dua tahun dan menjadi khalifah selama dua puluh tahun.

Pada tahun 41-132 H/661-750 M Mu’awiyah bin Abi Sufyan mendirikan


Dinasti bani umayyah yang merupakan dinasti Islam pertama. Dinasti Umayyah mulai
terbentuk ketika terjadi peristiwa tahkim dan perang siffin, yaitu suatu perang yang
bermaksud untuk menuntut balas atas kematian khalifah Utsman bin Affan, perang ini
terjadi antara Ali bi Abi Thalib dan Muawiyah bin Abu sufyan. Sebenarnya perang
tersebut akan dimenangkan oleh pendukung Ali bin Abi Thalib tetapi melihat gelagat
kekalahan Muawiyah segera mengajukan usul kepada pendukung Ali untuk kembali
kepada hukum Allah Swt. Dalam peristiwa inilah Ali tertipu oleh taktik dan siasat
Muawiyah sehingga Ali kalah secara politis, oleh karena itu Muawiyah mendapat
kesempatan untuk mengangkat dirinya sebagai khalifah sekaligus raja.

Sesudah wafatnya Ali bin Abi Thalib masyarakat Arab, Irak dan Iran
mengangkat Hasan bin Ali untuk menggantikan kedudukan ayahnya, tetapi tidak

4
mendapatkan pengangkatan dari Muawiyah para pendukungnya, saat itu Muawiyah
menjabat sebagai gubernur Damaskus juga menobatkan dirinya sebagai khalifah,
karena Muawiyah sudah sejak lama mempunyai ambisi untuk menduduki jabatan
tertinggi dalam dunia Islam. Namun Hasan adalah sosok yang jujur dan lemah secara
politik. Ia sama sekali tidak ambisius untuk menjadi pemimpin negara. Ia lebih
memilih mementingkan persatuan umat. Hal ini dimanfaatkan oleh Muawiyah untuk
mempengaruhi masa untuk tidak melakukan sumpah setia (bai’at) terhadap Hasan bin
Ali. Sehingga banyak terjadi permasalahan politik termasuk pemberontakan-
pemberontakan yang didalangi oleh Muawiyah bin Abi sufyan.
Melihat kondisi umat dan adanya rasa takut dan kekhawatiran akan terjadinya
peristiwa seperti dialami ayahnya, serta menghindari pertumpahan darah yang lebih
besar, Hasan mengalah, ia melakukan kesepakatan damai dengan kelompok
Muawiyah dan menyerahkan kekuasaannya kepada Muawiyah. Dengan demikian,
secara resmi penerimaan Muawiyah sebagai khalifah setelah Hasan bin Ali
mengundurkan diri dari jabatan khalifah. Peristiwa kesepakatan antara Hasan bin Ali
dengan Muawiyah bin Abi Sufyan lebih dikenal dengan peristiwa “am aljamaah”
dan sekaligus menjadi pembatas antara masa khulafaurrasyidin dengan masa dinasti
umayyah.1
Hasan mengajukan beberapa syarat, bagi Muawiyah hal itu tidak dipersoalkan,
asalkan jabatan khalifah diserahkan Hasan bin Ali kepadanya. Adapun syarat-
syaratnya, yaitu:
a. Hasan menyerahkan jabatan khalifah kepada Muawitah dengan syarat,
Muawiyah berpegang teguh pada kitbullah dan sunnah rasul serta perilaku
khalifah-khalifah yang shaleh.
b. Agar Muawiyah tidak mengangkat seseorang menjadi putra mahkota
sepeninggalnya dan urusan kekhalifahan diserahkan kepada orang banyak untuk
memilihnya.

1
Prof.Asmal May, MA.,Peradaban Islam dalam Lintasan Sejarah, (Jakarta: Citra Harta Prima, 2016),
halaman, 165.

5
c. Agar Muawiyah tidak menaruh dendam terhadap penduduk Irak, menjamin
keamanan dan memaafkan kesalahan mereka.
d. Agar pajak tanah negri Ahwaz di Persia diperuntukkan kepada Hasan dan
diberikan setiap tahun.
e. Agar Muawiyah membayar kepada saudaranya Husein sebanyak 5 juta dirham
dari Baitul Mal.
f. Agar Muawiyah datang secara langsung ke Kufah untuk menerima penyerahan
jabatan khalifah dari Hasan. 2
Meskipun keberhasilan banyak dicapai daulah ini, namun tidak berarti bahwa
politik dalam negri dapat dianggap stabil. Karena Muawiyah dianggap tidak mentaati
isi perjanjiannya dengan Hasan bin Ali ketika dia naik tahta, yang menyebutkan
bahwa persoalan penggantian pemimpin setelah Muawiyah diserahkan kepada
pemilihan umat Islam. Deklarasi pengangkatan anaknya Yazid sebagai putera
mahkota menyebabkan munculnya gerakan-gerakan oposisi di kalangan rakyat yang
mengakibatkan terjadinya perang saudara beberapa kali dan berkelanjutan.Ketika
Yazid naik tahta, sejumlah tokoh terkemuka tidak mau menyatakan setia kepadanya.3

2. Khalifah-Khalifah Bani Umayyah


Masa Kekuasaan Dinasti Umayyah hampir satu abad, tepatnya selama 90 tahun,
dengan 14 orang khalifah. Adapun urutan khalifah umayyah adalah sebagai berikut:
a. Muawiyyah I bin Abi Sufyan (41-60 H/661-679M)
Muawiyyah bin Abi sufyan adalah bapak pendiri Dinasti Bani Umayyah dialah
tokoh pembangunan yang besar. Diantara jasa-jasa Muawiyyah ialah mengadakan
dinas pos dengan menggunakan kuda-kuda yang selalu siap di tiap pos. Dia juga

2
Dr.H.Syamruddin Nasution.M.A., Sejarah Peradaban Islam, (Riau: Yayasan Pusaka, 2010),
Halaman, 104.
3
Prof.Asmal May, MA., Peradaban Islam dalam Lintasan Sejarah, (Jakarta: Citra Harta Prima,
2016), halaman, 170

6
berusaha menertibkan angkatan bersenjata dan mencetak mata uang. 4 Muawiyyah
wafat pada tahun 60 H di Damaskus karena sakit dan digantikan oleh anaknya Yazid.
b. Yazid I bin Muawiyyah (60-64H/679-683M)
Yazid tidak sekuat ayahnya dalam memerintah, banyak tantangan yang
dihadapinya, antara lain ialah membereskan pemberontakan kaum Syi’ah yang telah
membaiat Husein sepeninggal Muawiyyah. Terjadi perang di karbala yang
menyebabkan terbunuhnya Husain. Yazid menghadapi para pemberontak di Mekkah
dan Madinah dengan keras. Yazid wafat pada tahun 64 H setelah memerintah 4 tahun
dan digantikan oleh anaknya, Muawiyyah II
c. Muawiyyah II bin Yazid (64 H/683M)
Ia hanya memerintahkan kurang lebih 40 hari, dan meletakkan jabatan sebagai
khalifah tiga bulan sebelum wafatnya. Ia mengalami tekanan jiwa berat karena tidak
sanggup memikul tanggung jawab jabatan khalifah yang sangat besar tersebut.
Dengan wafatnya, maka habislah keturunan Muawiyyah dalam melenggangkan
kekuasaan dan berganti ke Bani Marwan.
d. Marwan I bin Hakam (64-65 H/683-684M)
Ia adalah gubernur Madinah di masa Muawiyyah dan penasihat Yazid di
Damaskus di masa pemerintahan putra pendiri daulah Umayyah itu. Ia di angkat
menjadi khalifah karena dianggap orang yang dapat mengendalikan kekuasaan karena
pengalamannya. Ia dapat menghadapi kesulitan satu demi satu dan dapat
mengalahkan kabilah Ad-Dahak bin Qais, kemudian menduduki mesir. Marwan
menundukan palestina, hijaz, dan irak. Namun ia hanya memerintah 1 tahun, ia wafat
pada tahun 65 H dan menunjuk anaknya Abdul Malik dan Abdul Aziz sebagai
pengganti sepeninggalannya secara berurutan.
e. Khalifah Abdul Malik (65-86H/684-705M)
Dia adalah orang kedua yang terbesar dalam deretan para khalifah Bani
Umayyah yang disebut-sebut sebagai ‘pendiri kedua’ bagi kedaulatan
Umayyah.Iadikenal sebagai seorang khalifah yang dalam ilmu agamanya, terutama di
4
Ibid., halaman, 169.

7
bidang fiqh. Ia telah berhasil mengembalikan sepenuhnya integritas wilayah dan
wibawa kekuasaan keluarga Umayyah dari segala pemberontak negara yang
merajalela pada masa-masa sebelumnya.Ia juga menundukan tentara Romawi yang
sengaja membuat keguncangan sendi-sendi pemerintahan Umayyah.
Ia memerintahkan menggunakan bahasa Arab sebagai bahasa Administrasi di
wilayah Umayyah, ia juga mencetak uang tersendiri pada tahun 659 M dengan
memakai kata-kata dan tulisan Arab, membangun panti-panti untuk orang cacat,
membangun jalan-jalan raya yang menghubungkan suatu daerah dengan daerah
lainnya, pabrik-pabrik, gedung-gedung pemerintahandan masjid-masjid yang
megah.5Khalifah abdul Malik memerintah selam 21 tahun dan wafat 86 H dan di
ganti oleh putranya Al-Walid
f. Al Walid I bin Abdul Malik (86-96H/705-714M)
Memerintah 10 tahun lamanya.Pada masa pemerintahannya, kekayaan dan
kemakmuran merintah ruah. Kekuasaan Islam melangkah ke Spanyol di bawah
pimpinan pasukan Thariq bin Ziyad ketika afrika utara dipegang oleh gubernur Musa
bin Nushair. Karena kekayaan melimpah maka ia sempurnakan pembanguna gedung-
gedung, pabrik-pabrik, dan jalan-jalan yang dilengkapi dengan sumur untuk para
khalifah yang berlalu lalang di jalan tersebut. Ia membangun masjid Al-Amawi yang
terkenal hingga masa kini di Damaskus. Di samping itu, ia menggunakan kekayaan
negerinya untuk menyantuni para yatim piatu, fakir miskin, dan penderita cacat
seperti orang lumpuh, buta, dan sakit kusta. Khalifah Walid bin Absul Malik wafat
tahun 96 H dan digantikan oleh adiknya, Sulaiman.
g. Sulaiman bin Abdul Malik (96-99H/714-117M)
Dia tidak sebijak kakaknya, ia kurang bijaksana, suka harta sebagaimana yang
diperlihatkan ketika ia menginginkan harta rampasan perang (ghanimah) dari Spanyol
yang dibawa oleh Musa bin Nushair.Khalifah Sulaiman bin Abdul Malik dibenci oleh
rakyatnya karena tabiatnya yang kurang bijaksana itu. Para pejabatnya terpecah
belah, demikian pula masyarakatnya. Orang-orang yang berjasa di masa para
5
Ibid, halaman 170.

8
pendahulunya disiksanya, seperti keluarga Hajjaj bin Yusuf dan Muhammad bin
Qasim yang menundukan India. Ia meninggal pada tahun 99 H dan menunjuk Umar
bin Abdul Aziz sebagai penggantinya.
h. Umar bin Abdul Aziz. (99-101H/717-719M)
Adapun khalifah yang besar ialah Umar bin Abdul Aziz. Meskipun masa
pemerintahannya sangat singkat, nama Umar merupakan ‘lembaran putih’ Bani
Umayyah dan sebuah periode yang berdiri sendiri, mempunyai karakter yang tidak
terpengaruh oleh berbagai kebijaksanaan daulah Bani Umayyah yang banyak disesali.
Ia merupakan personifikasi seorang khalifah yang takwa dan bersih, suatu sikap yang
jarang sekali ditemukan pada sebagian besar pemimpin Bani Umayyah.
Khalifah yang adil ini adalah putra Abdul Aziz, gubernur Mesir.Ia lahir di
Hilwan dekat Kairo, atau Madinah menurut sumber lain. Rupanya keadilannya
menurun dari Khalifah Umar bin Khatab yang menjadi kakeknya dari jalur ibunya. Ia
menghabiskan waktunya di Madinah untuk mendalami ilmu Agama Islam, khususnya
ilmu hadis dan ketika ia menjadi khalifah ia memerintahkan kaum Muslimin untuk
menuliskan hadis, dan inilah perintah resmi pertama dari penguasa Islam. Ia diangkat
menjadi gubernur Madinah oleh khalifah Al-Walid bin Abdul Malik, salah seorang
sepupunya. Berbekal pengalamannya sebagai pejabat, kaya akan ilmu dan harta, serta
sebagai bangsawan Arab yang mulia, ia diangkat sebagai Khalifah menggantikan
Sulaiman, adik al-Walid. Khalifah Umar berusaha memperbaiki segala tatanan
yang ada di masa kekhalifahannya seperti menaikan gaji para gubernurnya,
memeratakan kemakmuran dengan memberi santunan kepada fakir miskin, dan
memperbarui dinas pos. Ia juga menyamakan kedudukan orang-orang non-Arab
sebagai warga negara kelas dua, dengan orang-orang Arab. Ia mengurangi beban
pajak dan menghentikan pembayaran jizyah bagi orang Islam baru.Khalifah Umar
meninggal tahun 101 H dan di ganti Oleh Yazid II bin Abdul Malik.
9.      Yazid II bin Abdul Malik (101-105H/719-723M)
Pada masa pemerintahannya timbul lagi perselisihan antara kaum Mudariyah dan
Yamaniyah. Pemerintahan yang singkat itu mempercepat proses

9
kemunduran Bani Umayyah. Kemudian diganti oleh Khalifah Hisyam bin Abdul
Malik.
i. Hisyam bin Abdul Malik (105-125H/723-745M)
Ia memerintah dalam waktu yang panjang, yakni 20 Tahun. Ia dapat
dikategorikan sebagai khalifah Umayyah yang terbaik karena kebersihan pribadinya,
pemurah, gemar kepada keindahan, berakhlak mulia dan tergolong teliti terutama
soal keuangan, disamping bertaqwa dan berbuat adil. Pada masa pemerintahannya
terjadi gejolak yang dipelopori oleh kaum Syi’ah serta bersekutu dengan kaum
Abbasiyyah. Mereka menjadi kuat karena kebijaksanaan yang diterapkan oleh
Khalifah Umar bin Abdul Aziz yang bertindak lemah lembut terhadap semua
kelompok. Dalam diri keluarga Umayyah sendiri terjadi perselisihan tentang putra
mahkota yang melemahkan posisi Umayyah.Masih ada empat khalifah lagi yang
setelah Hisyam yang memerintah hanya dalam waktu tujuh tahun, yakni :
j. Al-Walid II bin Yazid (125-126H/742-743M)
k. Yazid III bin Al-Walid (126H/743M)
l. Ibrahim bin Al-Walid (126-127H/743-744M)
m. Marwan bin Muhammad (127-132H/744-750M)

3. Kemajuan Dan Perubahan yang Dilakukan pada Masa Dinasti Umayyah


a. Pemisahan kekuasaan, pemisahaan kekuasaan antara kekuasaan agama
dengan kekuasaan politik. Muawiyah bukanlah seorang yang ahli dalam soal-
soal keagamaan, maka masalah keagamaan diserahkan kepada para ulama.
b. Pembagian wilayah, pada masa khalifah Umar bin Khatab terdapat 8
provinsi, maka pada masa dinasti umayyah menjadi 10 propinsi. Tiap-tiap
propinsi dikepalai oleh gubernur yang bertanggung jawab langsung kepada
khalifah. Gubernur berhak menunjuk wakilnya di daerah yang lebih kecildan
mereka dinamakan ‘amil.6

6
Prof.Asmal May, MA.,Peradaban Islam dalam Lintasan Sejarah, (Jakarta: Citra Harta Prima,
2016), halaman 173.

10
c. Kemajuan Dalam Bidang Politik
d. Sistem Pemerintahan
Pada masa pemerintahan dinasti bani umayyah, khalifah diangkat langsung oleh
khalifah sebelumnya dengan menunjuk salah seorang keturunan khalifah sebagai
putra mahkota yang akan menggantikan kedudukan ayahnya sebagai khalifah. Sistem
penunjukan ini menandai era baru dalam sistem pemilihan kepemimpinan
Islam.Sistem pemerintahan yang diterapkan Muawiyah adalah pemerintahan yang
bersifat monarchi heredities yang absolut.Sistem pemerintahan ini merupakan hasil
pengadopsian dalam sistem pemerintahan Persia, Yunani dan Romawi. Dalam sistem
ini, kewenangan ada pada diri sang khalifah, setiap kebijakan yang dikeluarkannya
tidak dapat ditentang, sebab ia adalah raja, bahkan ia menyatakan dirinya sebagai
bayang-bayang tuhan di muka bumi. Muawiyah melakukan cara kekerasan untuk
mengatasi lawan politiknya yang tidak setuju atas kebijakan yang dikeluarkannya.
Setelah Muawiyah berkuasa, ia melakukan beberapa perombakan besar-besaran
dalam sistem pemerintahan dan ketatanegaraan. Muawiyah mendirikan lembaga-
lembaga politik yang bertujuan untuk mempermudah pelaksanaan program
pemerintahan.Berbagai lembaga negara yang dibentuk pemerintahan dinasti
umayyah, merupakan hal baru dalam sistem pemerintahan Islam. Lembaga-lembaga
tersebut di antaranya adalah:
e. Kelembagaan negara
1) Khilafah
Khilafah adalah kepala negara dan penguasa tertinggi. Kekuasaan yang
dimilikinya sangat tidak terbatas, sehingga ia menjadi penentu segalanya di dalam
pembuatan kebijakan pemerintah. Segala keputusan yang telah dikeluarkan oleh
lembaga lain, harus sepengetahuan dan sesuai dengan kehendak khalifah.
2) Ahlu halli wal aqdi
Ahlu halli wal aqdi adalah para anggota dewan.Lembaga ini memiliki tugas
untuk melakukan kajian atas berbagai persoalan yang dihadapi pemerintah dan

11
mencari solusi terbaik untuk memecahkan berbagai masalah yang dihadapi
pemerintah.
3) Qadli al-qudlat
Qadli al-qudlat terdiri dari para ahli hukum Islam dan hukum ketatanegaraan,
memiliki tugas, fungsi dan wewenang untuk membantu khalifah dalam membuat
keputusan hukum dalam pemerintahan.
f. Organisasi politik (an-nidham al-siyasi)
Selama masa-masa pemerintahan dinasti bani umayyah banyak perkembangan
yang terjadi.Hal tersebut terjadi karena para penguasa dinasti bani umayyah selalu
berorientasi pada upaya perluasan wilayah kekuasaan dan penguatan politik militer
guna menjalankan pemerintahan.Pada masa pemerintahan dinasti bani umayyah
terdapat sistem organisasi politik yang cukup mapan, keorganisasian itu meliputi:
1) Lembaga kementrian (Wizarah)
Seorang wazir berfungsi sebagai pendamping khalifah, memiliki kewenangan
untuk meggantikan beban dan tanggung jawab khalifah dalam menjalankan
pemerintahan sehari-hari, apabila khalifah tengah berhalangan atau tidak dapat
menjalankan pemerintahan karena sesuatu.
2) Lembaga kesekretariatan (Kitabah)
Al-kitabah atau sekretariat memiliki tugas dan fungsi menjalankan hal-hal yang
berkaitan dengan masalah kesekretariatan negara, seperti mencatat dan melaporkan
kegiatan-kegiatan di istana, dan lain-lain.7

3) Lembaga keamanan pribadi khalifah (Al-hijabah)

7
Dr.H.Murodi, MA.,Sejarah Kebudayaan Islam, (Semarang: PT.Karya Toha Putra, 2011),
halaman 82.

12
Pembentukan lembaga ini bertujuan untuk memberikan perlindungan dan
keselamatan sang khalifah dari berbagai kemungkinan buruk yang akan menimpa
diri khalifah.
g. Organisasi Tata Usaha Negara (al-nizham al-idary)
Organisasi tata usaha negara yang mengalami perkembangan dan kemajuan pada
masa pemerintahan dinasti bani umayyah adalah pembagian kekuasaan antara
pemerintahan pusat dan pemerintahan daerah. Pemerintah pusat dipegang oleh
khalifah, sementara pemerintahan daerah dikendalikan oleh seorang gubernur yang
disebut wali sebagai tangan kanan pemerintah pusat.Para gubernur bertanggung
jawabkepada pemerintah pusat yang berada dibawah kekuasaan khalifah.Untuk
kepentingan pelaksanaan tata usaha negara dan dalam bidang pemerintahan, pada
masa pemerintahan khalifah bani umayyah dibentuklah lembaga yang disebut
departemen (al-dawawin). Departemen-departemen itu adalah sebagai berikut:
1) Diwanul kharraj, yaitu departemen pajak yang bertugas mengelola pajak tanah di
daerah-daerah yang menjadi wilayah kekuasaan dinasti bani umayyah.
2) Diwanul rasail, yaitu departemen pos dan persuratan yang bertugas
menyampaikan berita atau surat-menyurat dari dan ke seluruh wilayah kekuasaan
dinasti bani umayyah.
3) Diwanul musytaghillat,yaitu departemen yang bertugas menangani berbagai
kepentingan umum.
4) Diwanul khatim, yaitu departemen yang bertugas menyimpan berkas-berkas atau
dokumen-dokumen penting negara.
h. Organisasi ketentaraan (an-nidham al-harbi)
Pada masa pemerintahan bani umayyah, hanya orang-orang Arab atau
keturunannya yang boleh menjadi panglima tentara.Sementara yang bukan berasal
dari Arab tidak mendapatkan kesempatan dan bahkan tidak dibolehkan menjadi
panglima tertinggi di dalam ketentaraan.Pucuk pemimpin dalam militer harus orang
yang berasal dari keturunan bangsa Arab.8
8
Ibid, halaman 80.

13
i. Organisasi keuangan negara (an-nidham al-mal)
Pada masa pemerintahan dinasti bani umayyah, para khalifah yang berkuasa tetap
mempertahankan tradisi lama, yaitu tetap mengelola baitul mal, baik pemasukan
maupun pengeluarannya. Sumber-sumber dana baitul mal diperoleh dari hasil
pemungutan pajak pendapatan negara berupa pajak penghasilan tanah pertanian yang
sering disebut kharraj. Selain dari pajak tanah, pendapatan juga diperoleh dari jizyah,
yaitu pajak pendapatan yang diperoleh dari pajak individu sebagai bentuk kongkrit
dari perlindungan negara atas jiwa dan keluarga masyarakat, terutama masyarakat
non muslim yang berada di dalam pengawasan dan keamanan agama Islam.
Kemudian pendapatan perdagangan yang dikenakan kepada para pedagang asing
yang mengimpor barang dagangannya ke dalam wilayah kekuasaan Islam dinasti bani
Umayyah.
j. Organisasi kehakiman (an-nidham al-qadla)
Bagian kehakiman di antaranya adalah:
1) Al-qadla,bertugas menyelesaikan perkara yang berhubungan dengan negara.
2) Al-hisbah, bertugas menyeleaikan perkara-perkara umum dan persoalan pidana
yang memerlukan tindakan atau penyelesaian secara cepat.
3) Al-nadhar fil-madlami, yaitu mahmakah banding, semacam mahkamah agung di
Indonesia.
k. Kemajuan Dalam Bidang Militer
Dalam catatan sejarah Islam diketahui bahwa para penguasa dinasti bani
umayyah dikenal sebagai penguasa yang memiliki keinginan kuat untuk menyebarkan
Islam ke berbagai wilayah di luar Jazirah Arab. Penyebaran itu biasanya dilakukan
dengan cara menaklukkan wilayah-wilayah yang masih dianggap belum Islam.
Wilayah-wilayah yang ditaklukkan pada masa dinasti bani umayyah adalah seluruh
wilayah yang ada di Jazirah Arab, Afrika Utara, Asia tengah dan Asia selatan hingga
Eropa.

B. KHILAFAH BANI ABBASIYAH

14
1. Proses Pembentukan
Pada abad ketujuh terjadi pemberontakan diseluruh negeri.Pemberontakan
yang paling dahsyat dan merupakan puncak dari segala pemberontakan yakni
perang antara pasukan Abbul Abbas melawan pasukan Marwan ibn Muhammad
(Dinasti Bani Umayyah).Yang akhirnya dimenangkan oleh pasukan Abbul
Abbas.Dengan jatuhnya negeri Syiria, berakhirlah riwayat Dinasti Bani
Umayyah dan bersama dengan itu bangkitlah kekuasaan Abbasiyah.
Di antara situasi yang mendukung berdirinya Daulah Abbasiyah dan
menjadi lemah dinasti sebelumnya adalah:
a. Timbulnya pertentangan politik antara Muawiyyah dengan pengikut Ali
bin Abi Thalib(Syiah).
b. Munculnya golongan khawarij, akibat pertentangan politik
antaraMuawiyyah dengan syiah, dan kebijakan-kebijakan land reform
yang kurang adil.
c. Timbulnya politik penyelesaian khilafah dan konflik dengan cara damai.
d. Adanya dasar penafsiran bahwa keputusan politik harus didasarkkan pada
Al Quran dan oleh golongan khawarij nnon-Arab.
e. Adanya konsep hijrah dimana setiap orang harus bergabung dengan
golongan khawarij yang tidak bergabung dianggapnya sebagai orang
yang berada dalam dar al-harb, dan hanya golongan khawarijlah yang
berada pada dar al-islam.
f. Bertambah gigihnya perlawanan pengikut Syiah terhadap Umayyah
setelah terbunuhnya Husein bin Ali dalam pertempuran Karbala.
g. Munculnya paham mawali, yaitu paham tentang perbedaan antara orang
Islam Arab dan non-Arab.
Kekuasaan dinasti Bani Abbas atau khilafah Abbasiyah adalah
melanjutkan kekuasaa dinasti Bani Umayyah. Dinamakan khilafah
Abbasiyah karena para pendiri dan penguasa dinasti ini adalah keturunan Al-
Abbas paman Nabi Muhammad SAW.Dinasti Abbasiyah didirikan oleh

15
Abdullah Al-Saffah ibn Muhammad ibn Ali ibn Abdullah ibn Al-
Abbas.9Dengan berdirinya pemerintaan Abbasiyah, pusat pemerintahan
dipindahkan dari Siria ke Irak.10
2. Periodesasi Masa Abbasiyah
Kekuasaannya berlangsung dalam rentang waktu yang panjang, dari
tahun 132 H (750 M) s.d 656 H (1258 M).Selama dinasti ini berkuasa, pola
pemerintahan yang diterapkan berbeda-beda sesuai dengan perubahan politik,
sosial, dan budaya. Berdasarkan perubahan pola pemerintahan dan politik itu,
para sejarawan biasanya membagi masa pemerintahan Bani Abbas menjadi
lima periode:11

a. Periode Pertama (132 H/750 M – 232 H/847 M), disebut periode pengaruh
Persia pertama.
b. Periode Kedua (232 H/847 M – 334 H/945 M), disebut masa pengaruh Turki
pertama.
c. Periode Ketiga (334 H/945 M – 447 H/1055M), massa kekuasaan dinasti
Buwaih dalam pemerintahan khalifah Abbasiyah. Periode ini disebut juga
masa pengaruh Persia kedua.
d. Periode Keempat (447 H/1055 M - 590 H/1194 M), masa kekuasaan
dinasti Bani Seljuk dalam pemerintahan khalifah Abbasiyah, biasanya
disebutnya dengan masa pengaruh Turki kedua.
e. Periode Kelima (590 H/194 M – 656 H/1258 M), masa khalifah bebas dari
pengaruh dinasti lain, tetapi kekuasaannya hanya efektif di sekitar kota
Bagdad.

Sedangkan menurut Al-Khudri, Guru Besar Ilmu Sejarah dari Universitas


Mesir (Egyptian University) membagi ke dalam lima masa, yaitu:
9
Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta:PT RAJAGRAFINDO PERSADA,1993),Hlm.49
10
Syed Mahmudunnasir, Islam Konsepsi dan Sejarahnya, (Bandung: PT REMAJA ROSDAKARYA,
2011), Hlm.209
11
Op.Cit, Hlm 49-50

16
1) Masa kuat-kuasa dan bekerja membangun, berjalan 100 tahun lamanya,
dari 132 s.d. 232 H.
2) Masa berkuasanya panglima-panglima Turki, berjalan 100 tahun lamanya,
dari 232 s.d. 334 H.
3) Masa berkuasanya Bani Buyah (Buwayhid), berjalan 100 tahun lamanya,
dari 334 s.d. 447 H.
4) Masa berkuasanya Bani Saljuk (Seljuqiyak), berjalan 100 tahun lamanya,
dari 447 s.d 530 H.
5) Masa gerak balik kekuasaan politik khalifah-khalifah Abbasiyah dengan
merajalelanya para panglima perang, selama 125 tahun, dari 530 H sampai
musnahnya Abbasiyah di bawah serbuan Jengiz Khan dan putranya
Hulagu Khan dari Tartar pada tahun 656 H.12
3. Pendiri Bani Abbasiyah (750 M. – 132-232 H.)
Pada masa kejayaan Abbasiyah terletak 10 khalifah. Yaitu; As-Saffah
(750); Al-Mansur (754); Al-Mahdi (775); Al-Hadi; Ar-Rasyid (786); Al-Amin
(809); Al-Ma’mun (813); Al-Mu’tashim (833); Al-Wasiq (842); dan Al-
Mutawakkil (847).

4. Masa Pemerintahan Bani Abbasiyah


Masa pemerintahan Bani Abbasiyah terbagi kepada dua periode
pemerintahan, yaitu :
a. Masa Pemerintahan Periode I
Pada periode pertama, pemerintahan Bani Abbas mencapai masa
keemasannya.Secara politis, para khalifah betul-betul tokoh yang kuat dan
merupakan pusat kekuasaan politik dan agama sekaligus. Di sisi lain,
kemakmuran, masyarakat mencapai tingkat tertinggi. Periode ini juga berhasil
menyiapkan landasan bagi perkembangan filsafat dan ilmu pengetahuan
dalam Islam.
12
Dedy Supriyadi, Sejarah Peradaban Islam, (Bandung: CV PUSTAKA SETIA, 2008), Hlm.127

17
1) Abul Abbas As-saffah
Dia bernama Abdullah bin Muhammad bin Ali bin Abdullah bin
Abbas, khalifah pertama pemerintahan Abbasiyah. Ayahnya adalah orang yang
melakukan gerakan untuk mendirikan pemerintahan Bani Abbasiyah dan
menyebarkan kemana-mana.Inilah yang membuat Abdullah banyak mengetahui
tentang gerakan ini dan rahasia rahasianya.Dia diangkat oleh saudaranya yang
bernama Ibrahim sebelum dia ditangkap oleh pemerintahan Umawiyah pada
tahun 129 H / 746 M. tertangkapnya Ibrahim membuat Abdullah harus
berangkat ke Kufah bersama-sama dengan pengikutnya secara rahasia.13
Pada masa pemerintahannya, saat pasukan Abbasiyah menguasai
Khurasan dan Irak, dia keluar dari persembunyiannya dan dibaiat sebagai
khalifah pada tahun 132 H / 749 M. setelah itu dia mengalahkan Marwan bin
Muhammad dan menghancurkan pemerintahan Bani Muawyah pada tahun yang
sama. Pemerintahan yang dia pimpin berdasar pada tiga hal utama, yaitu:
Pertama, pada keluarganya. Sebab, dia memiliki paman, saudara saudara, dan
anak anak saudara dalam jumlah besar.Mereka menyerahkan kepempinan dan
pemerintahan wilayah kepadanya.Demikian juga dalam masalah nasihat dan
musyawarah. Kedua, Abu Muslim Khurasani. Dia adalah panglima perang yang
jempolan.Dengan kekuatan dan tekadnya yang kokoh, dia mampu menaklukan
Kharasan dan Irak.Ketiga, Panatisme golongan.Dia muncul pada akhir akhir
dan melemahnya pemerintahan Muawiyah. Peluang ini ditangkap manis oleh
Bani Abbasiyah. Pada masa pemerintahan Abu Abbas Assyafah ini, disibukkan
dengan upaya untuk konsolidasi internal dan menguatkan pilar pilar Negara
yang belum stabil.Abu Abbas Assyafah meninggal pada tahun 136 H / 753 M.
2) Abu Ja’far Al Mansur
Dia bernama Abdullah bin Muhammad Ali bin Abdullah Al Abbas.
Dia seorang yang paling terkenal dari penguasa Bani Abbasiyah dengan
keberanian, ambisi, dan kecerdikannya.Dia menjadi khalifah setelah
13
Op.cit, Hlm.42

18
saudaranya Al Abbas untuk melaksanakan wasiat dari saudaranya itu. Adapun
peristiwa-peristiwa penting pada zaman Al Mansur, yakni gerakan
pemberontak yang diantaranya adalah pemberontakan Ali bin Abdullah bin
Ali, pembunuhan Abu Muslim Khurasani, pemberontakan Muhammad dan
Ibrahim, dan Kharij.
Pada zaman Al Mansur juga beliau telah menaklukan negeri Tibristan,
Dailam, dan Kasmir serta yang lainnya. Beliau juga berhasil membangun Kota
Bagdad yang kemudian dijadikan ibu kota pemerintahannya pada tahun 146 H
/ 763 M. Selain itu, beliau juga membangun Kota Rafiqoh dan memperluas
Masjidil Haram pada tahun 139 H / 756 M. setelah itu, beliau meninggal di
Makah pada tahun 158 H / 774 M pada waktu beliau sedang melaksanakan
ibadah haji.
Khalifah Al-Manshur berusaha menaklukan kembali daerah-daerah
yang sebelumnya membebaskan diri dari pemerintahan pusat, dan
memantapkan keamanan di daerah perbatasan. Diantara usha-usaha tersebut
adalah merebut benteng-benteng di Asia, kota Malatia, wilayah Coppadocia,
Cicilia pada tahun 756-758 M. Ke Utara, bala tentaranya melintas
pengunungan Taurus dan mendekati selat Bsporus. Dipihak lain, dia berdamai
dengan kaisar Constantine V dan selama genjatan senjata 758-765 M,
Bizantium membayar upeti tahunan.Bala tentaranya juga berhadapan dengan
pasukan Turki Khazar di Kukasus, Daylami dilautKaspia, Turki di bagian
lainOskus dan India.
Pada masa Al-Mansur, pengertian khalifah kembali berubah.Dia
berkata, “Innama ana Sulthan Allah fi ardhihi (sesunguhnya saya adalah
kekuasaan Tuhan di bumi-Nya)”.Dengan demikian konsep khalifah dalam
pandangannya dan berlanjut ke generasi sesudahnya yang merupakan mandat
dari Allah, bukan dari manusia, bukan pula sekedar pelanjut nabi sebagaimana
pada masa al-Khulafa al-Rasyadun.14
14
Ibid, Hlm. 52

19
3) Muhammad Al Mahdi
Dia bernama Muhammad Al Mahdi Ibnul Mansur.Dilantik sebagai
khalifah sesuai dengan wasiat ayahnya pada tahun 158 H / 774 M. Dia dikenal
sebagai seorang yang sangat dermawan dan pemurah.Pada masa
pemerintahannya, kondisi dalam negeri saat itu sangat stabil, dan tidak ada
satu gerakan penting dan signifikan di masanya.Dia berhasil mencapai
kemenangan kemenangan atas orang orang romawi.Anaknya, Harun Ar
Rasyid adalah panglima perang dalam penaklukan ini. Dia sampai ke pantai
Marmarah dan berhasi melakukan perjanjian damai dengan Kaisar Agustine
yang bersedia untuk membayar jizyah pada tahun 166 H / 782 M. Muhammad
Al Mahdi meninggal pada tahun 169 H / 785 M setelah memerintah selama 10
tahun beberapa bulan.
Pada masa Al-Mahdi perekonomian mulai meningkat meningkat
dengan peningkatan di sektor pertanian, melalui irigasi dan peningkatan hasil
pertambangan seperti perak, emas, tembaga, dan besi.Terkecuali itu dagang
transit anatara Timur dan Barat juga banyak membawa kekayaan.Basrah
menjadi pelabuhan yang penting.15
4) Musa Al Hadi
Dia adalah Musa Al Hadi bin Muahammad Al Mahdi yang dilantik
sebagai khalifah setelah ayahnya. Pada masa itu, terjadi pemberontakan oleh
Husein bin Ali Ibnul Husein Ibnul Hasan bin Ali di Makkah dan Madinah. Dia
menginginkan agar pemerintahan berada di tangannya. Namun Al Hadi
mampu menaklukannya dalam perang Fakh pada tahun 169 H / 785 M. Pada
saat yang sama juga Yahya bin Abdullah melakukan pemberontakan di
Dailam. Maka, Al Hadi memberangkatkan Ar Rasyid sampai Yahya bin
Abdullah mampu ditaklukan. Musa Al Hadi meninggal pada tahun 170 H /
786 M.
5) Harun Ar Rasyid
15
Ibid, Hlm.52

20
Dia bernama Harun Ar Rasyid Ibnul Mahdi, dia mutiara sejarah Bani
Abbasiyah.Pada masanya pemerintahan Islam mengalami puncak kemegahan
dan kesejahteraan yang belum pernah dicapai sebelumnya.Harun Ar Rasyid
dikenal sebagai sosok yang sangat pemberani.Dia telah melakukan
penyerbuan dan penaklukan negeri romawi pada saat baru berumur 20
tahun.Dia pun dikenal sebagai sosok yang takwa dan takut kepada Allah
dalam segala perkara. Pada masa pemerintahannya adalah masa yang sangat
tenang dan stabil, hanya ada beberapa pemberontakan kecil yang tidak berarti
apa apa, diantaranya adalah pemberontakan Yahya Abdullah, kaum Khawarij,
orang-orang Zindik, dan pemberontakan di Kharasan.
Pada masa pemerintahannya pula dia berhasil melakukan penaklukan
Heraclee.Pada tahun 187 H / 802 M, orang orang romawi mengingkari janji
tatkala yang berkuasa atas mereka adalah Naqfur.Sebelum meninggal, dia
mewariskan kekuasaan kepada kedua anaknya, Al Amin dan Al Makmun.Hal
ini menjadi fitnah yang bertiup kencang yang terjadi antara dua saudara ini
setelah kematiannya.Harun meninggal pada tahun 193 H / 808 M setelah
memerintah selama 23 tahun.
Pada masa khalifah Harun Al-Rasyid (786-809 M) dan puteranya Al-
Ma’mun (813-833 M).Kekayaan yang banyak dimanfaatkanHarun Al-Rasyid
untuk keperluan sosial.Rumah sakit, lembaga pendidikan dokter, dan farmasi
didirikan.Pada masanya, sudah terdapat paling tidak sekitar 800 orang
dokter.Di samping itu, pemandian-pemandian umum juga dibangun.Tingkat
kemakmuran yang tinggi terwujud pada zaman khalifah ini.Kesejahteraan
sosial, kesehatan, pendidikan, ilmu pengetahuan, dan kebudayaan serta
kesusasteraan berada pada zaman keemasannya.Pada masa inilah negara Islam
menempatkan dirinya sebagai negara terkuat dan tak tertandingi.
6) Muhammad Al Amien
Dia bernama Muhammad Al Amin bin Harun Ar Rasyid. Ayahnya
telah membaiatnya sebagai khalifah, lalu untuk saudaranya Al Makmun,

21
kemudian untuk Qasim.Dia diberi kekuasaan di Irak, sedangkan Al Makmun
di Kharasan.Namun, ada salah seorang menteri Al Amin yang mendorongnya
untuk mencopot posisi putera mahkota dari adiknya dan memberikannya
kepada anaknya yang bernama Musa.Al Amin termakan tipuan ini, dan Al
Amin segera memberontak. Pada tahun 195 H / 810 M, Al Amin mengirimkan
dua pasukan untuk memerangi saudaranya, namun berhasil dihancurkan oleh
Thahir bin Husein, panglima perang Al Makmun. Al Amin sendiri dikenal
sebagai seorang yang suka berfoya foya serta banyak melalaikan urusan
Negara. Sehingga setelah lima tahun ia memerintah, kekhalifahannya
digantikan oleh Abdullah Al Makmun.
7) Abdullah Al Makmun
Dia bernama Abdullah Al Makmun bin Harun Ar Rasyid. Pada masa
pemerintahannya banyak peristiwa-peristiwa penting yang terjadi, pertama
adalah pemberontakan Bagdad dan penunjukkan Ibrahim Al Mahdi sebagai
khalifah, kedua Al Khuramiyah, dan ketiga adanya fitnah bahwa Al Quran
adalah makhluk.
Penaklukan-penaklukan pada masa pemerintahannya sangatlah
terbatas. Dia hanya mampu menaklukan Laz, sebuah tempat di Dailam pada
tahun 202 H / 817 M. Pada masanya, dia tidak menjadikan anaknya Al Abbas,
untuk menggantikan dirinya. Dia malah mengangkat saudaranya Al Mu’tasim
karena disa melihat bahwa Al Mu‟tasim lebih memiliki banyak kelebihan
dibandingkan anaknya.Setelah berkuasa selama 20 tahun.Al Ma’mun
meninggal pada tahun 218 H / 833 M.16
Al-Ma’mun adalah khalifah yang cinta kepada ilmu.Pada masa
pemerintahannya, penerjemahan buku-buku asing digalakkan. Untuk
menerjemakan buku-buku Yunani, ia menggaji penerjemahan-penerjemahan
dari golongaan Kristen dan penganut agama lain yang ahli. Ia juga banyak
mendirikan sekolah, salah satu karya besarnya yang terpenting adalah
16
Ibid. Hlm, 43

22
pembangunan Bait al-Hikmah, pusat penerjemahan yang berfungsi sebagai
perguruan tinggi dengan perpustakan yang besar. Pada masa Al-Ma’mun
inilah Baghdad mulai menjadi pusat kebudayaan dan ilmu pengetahuan.
8) Abu Ishaq Al Mu’tashim
Dia bernama Muhammad bin Harun Ar Rasyid naik sebagai khalifah
setelah mendapat wasiat dari saudaranya. Pada masa pemerintahannya, dia
banyak mengangkat pasukan dari orang orang Turki, sehingga ini sama
artinya dengan meletakkan semua masalah pemerintahan di tangan orang-
orang Turki yang berlebihan. Pada waktu itu, Al Mu’tasim mendukung
pendapat bahwa Al Quran adalah makhluk.Adapun peristiwa penting pada
zaman pemerintahannya adalah gerakan Babik Al Khurami.Penaklukan yang
dilakukan oleh Abu Ishaq Al Mu’tasim pada pemerintahannya adalah
penaklukan Al Muriyah yang mana banyak perbuatan yang melampaui batas
kesopanan.Kemudian setelah memerintah selama 9 tahun, Abu Ishaq Al
Mu‟tasim meninggal dunia pada tahun 227 H / 833 M.
Al-Mu’tashim, khalifah berikutnya (833-842 M), memberi peluang
besar kepada orang-orang Turki untuk masuk dalam pemerintahan,
keterlibatan mereka dimulai sebagai tentara pengawal. Tidak seperti pada
masa daulat Umayyah, dinasti Abbasiyah muslim mengikuti perang sudah
terhenti. Tentara dibina secara khusus menjadi prajurit-prajurit
profesional.Maka kekuataan militer dinasti Bani Abbas menjadi kuat.17
9) Harun Al Watsiq
Dia adalah Harun bin Muhammad Al Mu’tasim menjadi khalifah
setelah ayahnya Al Mu’tasim, pada tahun 227 H / 841 M. Panglima-panglima
asal Turki pada masanya mencapai posisi-posisi yang sangat terhormat.
Bahkan, Asynas mendapatkan gelar sultan dari Al Watsiq.Harun Al Watsiq
meninggal pada tahun 223 H / 846 M setelah memerintah selama 5 tahun.
10) Ja’far Al Mutawakkil
17
Ibid, Hlm. 53

23
Dia bernama Ja’far bin Muhammad Al Mu’tasim. Ja’far Al
Mutawakkil adalah salah seorang yang melarang dengan keras pendapat yang
mentapkan bahwa Al Quran adalah makhluk.Pada masa pemerintahannya,
orang-orang romawi melakukan penyerangan di Dimyath, Mesir.Peristiwa ini
terjadi pada tahun 238 H / 852 M. Al Mutawakkil dibunuh oleh anaknya yang
bernama Al Muntasir pada tahun 247 H / 861 M.

Dinasti Abbasiyah, seperti halnya dinasti lain dalam sejarah Islam, mencapai
masa kejayaan politik dan intelektual mereka segera setelah didirikan.
Kekhalifahan Baghdad yang didirikan oleh As-Saffah dan Al-Manshur mencapai
masa keemasannya anatara masa khalifah ketiga, Al-Mahdi, dan khalifah
kesembilan, Al-Wtsiq, dan lebih khusus lagi pada masa Harun Ar-Rasyid dan
anaknya, Al-Ma’mun. Karena kehebatan dua khalifah itulah, Dinasti Abbasiyah
memiliki kesan baik dalam ingatan publik, dan menjadi dinasti paling terkenal
dalam sejarah Islam.Diktum yang dikutip ole seorang penulis antologi, Ats-
Tsa’alabi (w. 1038) bahwa dari para khalifa Abbasiyah, “sang pemuka” adalah
Al-Manshur, “sang penengah” adalah Al-Ma’mun, dan “sang penutup” adalah Al-
Mu’tadhid (892-902) adalah benar.18

b. Masa Pemerintahan Periode II


1) Dominasi Turki
Dari tahun 247-334 H/861-945 M adalah masa di mana orang-orang
militer Turki memegang kendali atas khalifah-khalifah yang lemah.Merekalah
yang memilih khalifah dan mereka pula yang memberhentikannya.Mereka
membunuh para khalifah semau mereka sendiri, begitupun al Mu’tashim yang
mendatangkan orang-orang Turki tersebut sudah ada di tangan mereka.
Al Mu’tashim mendatangkan mereka dari Negara-negara yang berada
di Asia Tengah.Awalnya dia memberi wewenang untuk menjaga keamanan dan

18
Op.Cit, Hlm. 129

24
keselamatan individu-individu.Al Mu’tashim mengangkat salah seorang
diantara mereka untuk menjadi pengawal khusus untuknya.Kemudian mereka
dimasukkan ke dalam jajaran tentara.Dengan keberanian dan kepahlawanan
yang mereka miliki, mereka cepat naik pamornya di mata khalifah. Hingga
akhirnya sampai ke puncak dan masuk ke jajaran elit penguasa terutama dalam
medan perang. Dia tidak menyangka akibat tindakannya ini telah membuat diri
dan anak-anaknya serta pemerintah Islam terjerumus dalam kepahitan dan
kegetiran di bawah tangan manusia-manusia yang berlebihan tersebut.
Kejahatan mereka mulai tampak pada masa pemerintahan al
Mu’tashim.Sehingga mereka banyak melakukan tindakan-tindakan yang di luar
batas kepada banyak orang di Baghdad.
Dengan cepat, mereka menduduki kekuasaan secara penuh, sampai-sampai
mereka berhasil membunuh al Mutawakkil dan kekuasaan mereka sempurna
pada masa pemerintah al Muntashir.Pada selanjutnya, pemerintahan yang
dikuasai oleh orang-orang Turki ini melemah dengan sendirinya.
2) Dominasi Buwaihid
Kehadiran Bani Buwaihid berawal dari tiga orang putra Abu Syuja‟
Buwaih, pencari ikan yang tinggal di daerah Dailam, yaitu Ali, Hasan, dan
Ahmad. Untuk keluar dari tekanan kemiskinan, tiga bersaudara ini memasuki
dinas militer yang ketika itu dipandang banyak mendatangkan rezeki.
Kedudukan mereka bertiga lama kelamaan naik, memegang kedudukan-
kedudukan penting pada pemerintahan.Pada masa pemerintahan Bani Buwaih
ini, para khalifah Bani Abbasiyah benar-benar tinggal namanya
saja.Pelaksanaan pemerintahan sepenuhnya berada di tangan amir-amir Bani
Buwaih.
Sebagaimana para khalifah Abbasiyah periode pertama, para penguasa
Bani Buwaih mencurahkan perhatian secara langsung dan sungguh-sungguh
terhadap pengembangan ilmu pengetahuan dan kesusastraan. Pada masa Bani
Buwaih ini banyak bermunculan ilmuwan besar, diantaranya Al-Farabi, Ibn

25
Sina, Al-Farghani, Abd Al Rahman dan kelompok Ikhwan Al Shafa. Kekuatan
politik Bani Buwaih tidak lama bertahan, Setelah generasi pertama, tiga
bersaudara tersebut, kekuasaan menjadi ajang pertikaian diantara anak-anak
mereka.Masing-masing merasa paling berhak atas kekuasaan pusat.Hal ini
menjadi faktor pemicu kemunduran dan kehancuran pemerintahan.
3) Dominasi Saljuk
Jatuhnya kekuasaan Bani Buwaih ke tangan Seljuk bermula dari
perebutan kekuasaan di dalam negeri.Ketika Al Malik Al Rahim memegang
jabatan amir al umara, kekuasaan itu dirampas oleh panglimanya sendiri,
Arselan al Basasiri.Dengan kekuasaan yang ada ditangannya, Al Basasiri
berbuat sewenang-wenang terhadap Al Malik Al Rahim dan khalifah Qaim dari
Bani Abbas.Hal ini mendorong khalifah meminta bantuan kepada Tughril Bek
dari dinasti Seljuk yang berpangkalan di negeri Jabal.Dengan demikian,
berakhirlah kekuasaan Bani Buwaih dan bermulalah kekuasaan Dinasti Seljuk.
Posisi dan kedudukan khalifah lebih baik setelah Dinasti Seljuk
berkuasa, paling tidak kewibaannya dalam bidang agama mulai kembali.
Meskipun Baghdad dapat dikuasai, namun ia tidak dijadikan sebagai pusat
pemerintahan. Thugrul Bek memilih Naisabur dan kemudian Ray sebagai pusat
pemerintahannya.
Pada masa pemerintahan Dinasti Seljuk ini, ilmu pengetahuan dan
agama mengalami kemajuan. Maka hal ini menimbulkan banyak lahirnya
ilmuwan-ilmuwan muslim pada masanya, misalnya Al Zamakhsyari, Al
Qusyairy dan lain. Bukan hanya pembangunan mental spiritual, dalam
pembangunan fisik pun Bani Seljuk banyak meninggalkan jasa.Misalnya dalam
pembangunan mesjid, jembatan, irigasi, dan jalan raya.Namun sayang, Bani
Seljuk pun mengalami masa kemunduran mulai pada tahun 485 H.
Kemunduran Bani Seljuk ini terutama pada bidang politik yang disebabkan
oleh perebutan kekuasaan diantara anggota keluarga.

26
Tokoh-tokoh yang terkenal dalam bidang ilmu pengetahuan pada masa
Bani Abasiyah antara lain:
a) Zakaria al-Razi (865-925 M)
Al-Razi terkenal dengan Razhes (bahasa latin). Beliau adalah ahli
kedokteran klinis, dan penerus Ibn Hayyan dalam pengembangan ilmu
kimia.Ia melakukan penelitian empiris dengan mengunakan peralatan yang
lebih canggih disbanding dengan kegiatan ilmiah sebelumnya dan mencatat
setiap perlakuan kimiawi dikenakannya terhadap bahan-bahan yang
ditelitinya serta hasilnya.
b) Al-Farabi (870-950 M)
Al-Farabi dikenal di Barat dengan sebutan Alpharabius.Dia adalah
filosof yang juga ahli dalam bidang logika, matematika, dan
pengobatan.Dalam bidang fisika, Al-Farabi menulis kitab al-Musiqa.Kitab-
kitab yang ditulisnya begitu banyakdan sebagian masih dapat dibaca hingga
sekarang ini.
c) Al-Biruni (973-1048 M)
Al-Biruni adalah Ibnu Raian Muhammad al-Biruni.Ia tinggal di istana
Mahmud di Gazni (Afganistan). Akbar S.Ahmed menjulukinya dengan gelar
Ahli Antropologi pertama (Bapak Antropologi). Argumentasinya karena ia
adalah seorang observer partisipan yang luas tentang masyarakat “asing” dan
berupaya mempelajari naskah primer dan pembahasannya. Di samping
sebagai antropolog, al-Biruni juga ahli matematika, astronomi dan sejarah.
d) Ibnu Sina (980-1037 M.)
Nama latin Ibn Sina adalah Avicanna, beliau adalah ahli ilmu
kedokteran dan filsafat. Karya besarnya dalam bidang kedokteran adalah al-
Qanun fi al-Thib. Buku ini selama lima abad menjadi buku pegangan di
universitas-universitas di Eropa. Selain itu, beliau juga memiliki karya iliah
pada bidang logika, matematika, astronomi, fisika, mineralogy, ekonomi,dan
politik.

27
e) Umar Khayam (1038-1148 M)
Umar Kahyam adalah ahli astronomi, kedokteran, fisika, dan sebagian
besar karyanya dalam bidang matematika. Akan tetapi, beliau lebih dikenal
sebagai penyair dan sufi. Beliau adalah penemu koefesien-koefesien binomial
dan memecahkan persamaan-persamaan kubus.

Ciri-ciri yang paling menonjol pada zaman Abbasiyah yang tak terdapat pada
zaman Umayyah adalah:
a) Dengan berpindahnya ibu kota ke Baghdad pemerintahan bani Abbasiyah
menjadi jauh dari pengaruh arab. Sedangkan Dinasti Umayyah sangat
berorintasi kepada Arab.
b) Dalam penyelenggaraan negara, pada masa Bani Abbasiyah ada jabatan wajir.
Sedangkan pada Bani Umayyah tidak ada
c) Ketentaraan profesional baru terbentuk pada masa Bani Abbasiyah.

5. Sistem Politik, Pemerintahan dan Sosial


a. Sistem Politik dan Pemerintahan
Khalifah pertama Bani Abbasiyah, Abdul Abbas yang sekaligus
dianggap sebagai pendiri Bani Abbas, menyebut dirinya dengan julukan Al-
Saffah yang berarti Sang Penumpah Darah.Sedangkan Khalifah Abbasiyah
kedua mengambil gelar Al-Mansur dan meletakkan dasar-dasar pemerintahan
Abbasiyah.Di bawah Abbasiyah, kekhalifahan berkembang sebagai system
politik.Dinasti ini muncul dengan bantuan orang-orang Persia yang merasa
bosan terhadap bani Umayyah di dalam masalah sosial dan politik
diskriminas. Khalifah-khalifah Abbasiyah yang memakai gelar ”Imam”,
pemimpin masyarakat muslim bertujuan untuk menekankan arti keagamaan
kekhalifahan. Abbasiyah mencontoh tradisi Umayyah di dalam
mengumumkan lebih dari satu putra mahkota raja.Al-Mansur dianggap
sebagai pendiri kedua dari Dinasti Abbasiyah. Di masa pemerintahannya

28
Baghdad dibagun menjadi ibu kota Dinasti Abbasiyah dan merupakan pusat
perdagangan serta kebudayaan. Hingga Baghdad dianggap sebagai kota
terpenting di dunia pada saat itu yang kaya akan ilmu pengetahuan dan
kesenian. Hingga beberapa dekade kemudian dinasti Abbasiyah mencapai
masa kejayaan.
Ada beberapa sistem politik yang dijalankan oleh Daulah Abbasiyah, yaitu
1) Para Khalifah tetap dari keturunan Arab murni, sedangkan pejabat lainnya
diambil dari  kaum mawalli.
2) Kota Bagdad dijadikan sebagai ibu kota negara, ang menjadi pusat kegiatan
politik, ekonomi, sosial dan ataupun kebudayaan serta terbuka untuk siapa
saja, termasuk bangsa dan penganut agama lain.
3) Ilmu pengetahuan dianggap sebagai sesuatu yang mulia, yang penting dan
sesuatu yang  harus dikembangkan.
4) Kebebasan berpikir sebagai hak asasi manusia.

b. Sistem Sosial
Pada masa ini, sistem sosial adalah sambungan dari masa sebelumnya
(Masa Dinasti Umaiyah). Akan tetapi, pada masa ini terjadi beberapa
perubahan yang sangat mencolok, yaitu
a. Tampilnya kelompok mawali dalam pemerintahan serta mendapatkan
tempat yang sama dalam kedudukan social
b. Kerajaan Islam Daulah Abbasiyah terdiri dari beberapa bangsa yang
berbeda-beda (bangsa Mesir, Syam, Jazirah Arab dll)
c. Perkawinan campur yang melahirkan darah campuran
d. Terjadinya pertukaran pendapat, sehingga muncul kebudayaan baru.

6.Perkembangan Ilmu pada Masa Abbasiyah


Penelaahan ilmu dimulai pada masa Muawiyah/Umayyah kemudian baru
dilanjutkan pada masa Abbasiyah. Gerakan besar-besaran terjadi pada masa

29
khalifah Ja’far Al-Mansur, setelah ia mendirikan kota Baghdad sebagai ibu kota
negara. Ia meransang usaha pembukuan ilmu agama seperti fiqh, tafsir, tauhid,
hadits, atau ilmu bahasa dan ilmu sejarah. Akan tetapi yang lebih mendapat
perhatian perjemahan buku ilmu yang berasal dari luar.

Perkembangan ilmu yang ada pada masa Abbasiyah ada dua bagian yaitu:

1. Perkembangan Ilmu Naqli


Ilmu naqli adalah ilmu yang bersumber dari naqli (Al-qur’an dan Hadits),
yaitu ilmu yang berhubungan dengan agama islam. Ilmu ini telah disusun
perumusannya sejak sekitar pada 200 tahun setelah hijrah nabi, ilmu-ilmu
tersebut ialah:19

a. Ilmu Tafsir
Untuk memahami suatu kitab tidak cukup hanya mengerti bahasanya
saja tetapi diperlukan keseimbangan taraf pengetahuan antara buku yang di
baca dengan pembacanya.Maka bangunlah para sahabat untuk
menafsirkannya. Yang pertama antara lain sahabat Ibnu Abbas, Ibnu
Mas’ud, Ali Bin Abi Thalib, dan Ubay Bin Ka’ab. Pada awal masa penafsiran
alqur’an para sahabat menafsirkan ayat dengan hadits atau atsar atau kejadian
yang terjadi pada masa itu. Kemudian para tabi’in menafsirkan dengan
menambahkan cerita israiliyat.Dan setelah itu barulah para musafir menyebut
satu ayat dan menerangkan keterangan tafsir dari ayat tersebut.Semakin
perkembangan zaman tafsir mulai berkembang tidak hanya terkait pada ilmu
agama saja tetapi juga mencakup segala ilmu diluar ilmu agama.

Berdasarkan cara penafsirannya maka tafsir dibagi atas dua yaitu:

1) Tafsir bil ma’sur, yaitu menafsirkan al-qur’an dengan hadits nabi.

19
Musyrifah Sunanto, Sejarah Islam Klasik, (Jakarta : Kencana, 2007), hal 55-57.

30
2) Tafsir bir rayi’, yaitu menafsirkan alqur’an dnegan mempergunakan
akal dengan memperluas pemahaman yang terkandung didalamnya20.
b. Ilmu Hadits
Usaha pelestarian dan pengembangannya terjadi pada dua periode
besar yaitu masa mutaqaddim dan masa mutaakhirin

1) Masa Turunnya Wahyu


Para sahabat menerima hadits secara lisan dari nabi. Pada masa
ini nabi muhammad masih khawatir tercampurnya alqur’an denga hadits.
Tetapi lama kelamaan para sahabat mengerti, memahami dan menghapal
alqur’an, sehingga tidak tercampurnya hadits dengan alqur’an.

2) Masa Khulafau Ar-Rasyidin (12-40 H)

Pada masa sesudah rasul wafat banyak sahabat yang safar ke kota
lain untuk menyampaikan ajaran agama islam sehingga periwayatan
Hadits mulai berkembang di kalangan tabi’in. Untuk menjaga keaslian
Hadits tersebut maka para khulafaur rasyidin memperketat penjagaan
Hadits dengan melakukan periwayatan jika perlu saja dan berhati-hati
dalam pengecekan Hadits itu sendiri.21

3) Masa Sahabat Kecil dan Tabi’in (40 H-Akhir Abad I H)


Pada masa ini terjadi pertemuan dan pergumulan ajaran dan
kebudayaan islam dengan kebudayaan non islam. Pertemuan itu
menghasilkan perbedaan pendapat yang membawa pertentangan
golongan. Pertentangan antara arab dan non-arab menjadi penyebab
lahirnya hadits-hadits palsu. Penelitian terhadap rangkaian perawi
melahirkan ilmu rijalul hadits sedangkan ilmu dirayah hadits yaitu ilmu

20
Syamruddin Nasution, Sejarah Peradaban Islam Klasik, (Pekanbaru : Yayasan Pustaka Riau,
2010), hal 197.
21
musyrifah sunanto, op.cit, hal 61.

31
yang membedakan hadits yang sesuai dengan prinsip agama atau hadits
yang tidak seusai dengan agama.

4) Masa Pembukuan Hadits (Awal-Akhir Abad II H)


Pada masa ini umar bin abdul aziz dari daulah muawiyah bergerak
untuk membukukan hadits menyusun dan menulis hadits yang datang dari
rasul saja, namun terasa masih ada kekurangannya karena hadits yang
disusun dengan cara ini masih tercampur antara hadits yang shahih, hasan,
dhaif. Maka bangkitlah para ulama untuk memisahkan hadits yang shahih
dari hadits. Masa ini menulis pula muhammad bin muslim bin syihab al
zuhry yang membukukan hadits yang ada di madinah. Tapi kitab-kitab
tersebut belumlah di saring dengan baik sehingga hadits yang mauquf,
mautuq dan marfu’ belum dipisahkan.

5) Masa pentashihan dan penyaringan hadits ( awal-akhir abad III H)


6) Masa penulisan hadits ini mempergunakan cara yang tidak shahih serta
memisahkan hadits yang kuat dari lemah. Yang mula-mula menulis
hadits dengan menyaring hadits yang shahih adalah imam al-bukhari
yang hasilnya terkenal dengan kitab al-jami’ as-shahih, diikuti oleh
muridnya yaitu imam muslim dengan kitabnya shahih muslim.
c. Ilmu Kalam
Lahirnya ilmu kalam karena ada dua faktor:
1) Untuk membela islam dengan bersenjatakan filsafat seperti halnya
musuh yang memakai senjata itu.
2) Kaum mu’tazilah berjasa dalam menciptakan ilmu kalam, karena
mereka adalah pembela gigih terhadap islam dari serangan yahudi,
nasrani, dan wasani. Menurut riwayat, mereka mengirim juru dakwah
ke segenap penjuru untuk menolak serangan musuh. Diantara pelopor

32
dan ahli ilmu kalam yang terbesar yaitu washil bin atho, abu huzail al-
allaf, abu hasan al-asyari, dan imam ghazali.22
d. Ilmu Tasawuf
Ilmu tasawuf adalah salah satu ilmu yang tumbuh dan matang pada
zaman abbasiyah.Dalam sejarah sebelum timbul aliran tasawuf terlebih dahulu
muncul aliran zuhud. Aliran zuhud ini timbul pada akhir abad I dan permulaan
abad II H sebagai reaksi terhadap hidup mewah dari khalifah dan keluarga
serta pembesar-pembesar negara sebagai akibat dari kekayan yang diperoleh
setelah islam meluas ke syiria, mesir, mesopotamia, dan persia. Bersamaman
dengan lahirnya ilmu tasawuf muncul pula ahli-ahli ulama-ulamanya, antara
lain adalah:

1) Al-Qusyairy, kitab beliau terkenal mengenai tasawuf adalah al-risalatul


qusy airiyaH
2) Syahabuddin, kitab karangannya dalam ilmu tasawuf adalah awariffu
ma’arif
3) Imam al-ghazali, beliau membawa aliran baru dalam dunia tasawuf
dengan kitab ihya ulumuddin dimana beliau mempertemukan ajaran
tasawuf dengan ajaran hidup bermasyarakat sehingga ilmu tasawuf
menjadi suatu ilmu yang dibutuhkan setelah sebelumnya hanya sistem
ibadah saja.
e. Ilmu Bahasa
Dalam masa abbasiyah, ilmu bahasa tumbuh dan berkembang dengan
suburnya karena bahasa arab yang semakin dewasa dan menjadi bahasa
Internasional. Yang dimaksud dengan ilmu bahasa adalah nahwu, syaraf
ma’ani, bayan, bad’i, arudh, qamus dan insya.

f. Ilmu Fiqh

22
ibid, hal 69.

33
Zaman abbasiyah yang merupakan zaman tamadun islam telah
melahirkan ahli-ahli hokum(fuqaha) yang tersohor dalam sejarah islam
dengan kitab-kitab fiqih (hukum)nya yang terkenal sampai sekarang. Para
fuqaha yang lahir dizaman ini terbagi dalam dua aliran yaitu ahli hadits dan
ahli ra’yi.

Tumbuhlah pertentangan antara kedua aliran tersebut mengenai


sumber tempat pengambilan hukum. Karena adanya pertentangan itu para
ulama sibuk membuat apa yang mereka namakan ushul fiqh, yaitu mujtahid
dalam mengambil hukum. Maka lahirlah istilah-istilah seperti wajib, sunnah,
mandub, dan mustahil. Imam-imam fuqaha itu ialah imam abu hanifah, imam
malik, imam syafi’i, imam ahmad.23

2. Perkembangan Ilmu Aqli


Ilmu aqli adalah ilmu yang didasarkan kepada pemikiran (rasio). Ilmu
yang tergolong ilmu ini kebanyakan dikenal umat islam berasal dari
terjemahan asing : dari yunani, persia, atau india. Mereka mendapatkan ilmu
itu dengan cara mendatangi kota-kota pusat pengembangannya, buku
bukunya, dan sarjana-sarjananya. Mereka mengadakan asimilasi ilmu dengan
agama islam. Usaha yang pertama adalah mengadakan penerjemahan secara
besar-besaran. Ilmu yang pertamakali menarik umat islam dan khalifahnya
adalah ilmu kedokteran.

Ilmu-ilmu yang masuk kedalam ilmu aqli adalah :24

a) Ilmu Kedokteran
Minat orang arab terhadap ilmu kedokteran di ilhami oleh hadist nabi
yang membagi pengetahuan kedalam dua kelompok : teologi dan kedokteran.
Ilmu ini mulai mendapat perhatian ketika khalifah al-Mansur dari Bani Abbas

23
ibid, hal 73
24
Philip K. Hitti, History Of The Arab, (Jakarta : Serambi Ilmu Semesta), 2014, hal 455.

34
menderita sakit pada tahun 765 m yang diobati oleh girgis bin banchytishu.
Keluarga banchytishu melahirkan enam atau tujuh generasi dokter
ternama.Hingga paruh pertama abad ke-11.Merekalah yang membangun
apotik pertama, mendirikan sekolah farmasi pertama dan menghasilkan buku
daftar obat-obatan.Setelah terjadinya kasus mal praktik kedokteran sinan ibn
tsabit ibn qurrah diperintahkan oleh al-muqtadir pada 913 m untuk
memeriksa semua dokter praktik dan memberikan sertifikat. Orang yang
kemudian terkenal sebagai dokter islam anatar lain Al-Razi dan Ibnu Sina.

Al-razi terkenal di dunia barat dengan sebutan rozes salah satu


karangan al-razi yang termasyur adalah campak dan cacar. Buku ini disalin
kedalam bahasa inggris sudah 40 kali cetak. Disamping ilmu kedokteran al-
razi juga mengarang ilmu agama islam, filsafat, matematika, astronomi, dan
ilmu alam.

Ibnu Sina lahir di afsyana. Sejak masih berumur 17 tahun ia telah


dikenal sebagai dokter dan atas panggilan istana ia pernah mengobati
pangeran Nuhbin Mansur sehingga pulih kembali kesehatannya. Kemudiania
pindah ke jurjan, suatu kota di dekat laut kaspia. Disanalah ia mulai menulis
ensiklopedianya tentang ilmu kedokteran yang kemudian terkenal dengan
nama al-qanun fi al-thib. Pengaruh ilmunya pada peradaban dan kebudayaan
eropa tidaklah terbatas bukunya al-qanun fi al-thib dianggap orang
pembendaharaan ilmu kedokteran.Sampai kepenghujung tahun 1500 M,
pengaruh ibnu sina terhadap ilmu kedokteran masih sangat terasa.Banyak
penulis barat yang menjulukinya bapak dokter.25

b) Filsafat Islam
Bagi orang arab, filsafat merupakan tentang kebenaran dalam arti yang
sebenarnya, sejauh hal itu bisa dipahami oleh pikiran manusia. Sebagai musli,

25
ibid, hal 462

35
orang arab percaya bahwa alqur’an dan teologi islam merupakan rangkuman
dari hukum dan pengalaman agama. Dengan berlalunya waktu, para penulis
arab akhirnya menerapkan kata falasifah atau hukum terhadap para filosof
yang pemikiran spekulatifnya tidak dibatasi agama dan menerapkan istilah
mutakallimun pada orang yang memosisikan sistem pemikirannya dibawah
agama samawi. Berikut adalah para filosof dunia:26

1) Al-Kindi
Lahir dikufah skitar 801 m, lalu tinggal dan meninggal di
Baghdad pada 873 m. Ia adalah seorang murid aristoteles di dunia timur
yang asli keturunan orang arab. Sistem pemikirannya beraliran
ekletisme, namun al-kindi menggunakan pola neo-platonis untuk
menggabungkan pemikiran plato dan aristoteles, serta menjadikan
matematika neo-pythagorean sebgai landasan smeua ilmu. Al-kindi
lebih dari sekedar seorang filosof, ia juga ahli perbintangan, kimi, ahli
mata dan musik.
2) Al-Farabi
Nama lengakpnya adalah Muhammad Ibn Muhammad Ibn
Tharkhan Abi Nashr Al-Farabi. Seorang keturunan turki. Lahir di
Transoxiana, dididik oleh seorang keturunan dokter kristen dan
penerjemah kristen dari Baghdad. Ia hidup sebagai seorang sufi di
Aleppo dalam istana Sayf Al-Dawlah Al-Hamdani. Ia meninggal di
damaskus tahun 950 M. Filsafat al-farabi camouran antara filsafat
Aristoteles dan neo platonis dengan pikiran keislaman yang jelas dan
corak syi’ah imamiyah. Selain itu, alfarabi adalah seorang filosof
sinkretisme (paduan) yang percaya kesatuan (ketunggalan) filsafat.

26
ibid, hal 465.

36
3) Ibnu Sina

Ibnu Sina banyak mengadopsi pandangan filosofis Al-Farabi.


Meskipun demikian, Ibnu Sina merupakan pemikir yang mampu
menyatukan kebijaksanaan Yunani dengan pemikirannya sendiri, yang
dipersembahkan untuk kalangan muslim terpelajar dalam bentuk yang
mudah dicerna. Melalui karya-karyanya, sistem pemikiran Yunani,
terutama pemikiran Philo, dapat diselaraskan dengan ajaran islam.27

c) Astromomi
Kajian ilmiah tentang perbintangan dalam islam mulai dilakukan
seiring dengan masuknya pengaruh buku india, siddhanta, yang dibawa ke
Baghdad pada 771 M yang diterjemahkan oleh muhammad ibn ibrahim al-
farazi. Pada awal abad ke-9 Al-Ma’mun membangun sebuah observatorium
dengan supervisor seorang yahudI yang baru masuk islam, sind ibn ali dan
yahya ibn abi mansur. Di observatorium itu para astronom tidak hanya
mengamati dengan seksama dan sistematis berbagai pergerakan benda-benda
langit tetapi juga menguji semua unsur penting dalam algamest (sebuah buku
tetang astronomi) dan mnnghasilkan amatan yang sangat akurat tentang sudut
ekliptik bumi, ketepatan lintas matahari, panjang tahun matahari dan
sebagainya.Ahli-ahli astronomi al-ma’mun juga melakukan suatu
penghitungan paling rumit tentang luas permukaan bumi.

Al-Battani juga adalah seorang astronom yang meneliti dan


mengoreksi kesimpulan plothemius dalam karya-karyanya serta memperbaiki
perhitungan orbit bulan juga beberapa planet. Ia membuktikan kemungkinan
terjadinya gerhana matahari cincin, menentukan sudut ekliptik bumu dengan
tingkat keakuratan yang lebih besar dan mengemukakan berbagai teori
orisinal tentang kemungkinan munculnya bulan baru.

27
syamruddin, op.cit, hal 204.

37
Al-Biruni dalam karya-karyanya juga mendiskusikan dnegan cerdas
teori perputaran bumi pada porosnya yang mengundang perdebatan pada masa
belakangan dan menghitung akurat panjang garis lintang dan garis bujur
bumi.28

d) Ilmu Hitung
Angka-angka yang telah biasa kita pakai disebut angka arab. Angka
arab ini pada mulanya diperkenalkan oleh seorang Sidharta dari India yang
bekerja di majlis Al-Mansur sebagai seorang astronom. Ketika Al-Farazi
menerjemahkan buku-buku India , terjemahannya ini membantu terkenalnya
sistem perangkaan ke dunia arab. Angka yang dari India itu disebut raqam Al-
Hindi, tediri dari angka 1,2,3,4,5, kemudian oleh Al-Khawarizmi diciptakan
angaka 6,7,8,9 dan 0. Pada abad ke 8, seorang ahli aljabar barat bernama
Leonardo Fibonacci, berasal dari Pisa, mengadakan penelitian lanjutan tenatng
aljabar yang dipelajari orang barat.Ia mengunjungi mesir syiria dan sisilia.
Kemudian ia dapat memastikan bahwa aljabar adalah suatu ilmu berhitung
berasal dari muslim. Pengetahuan tentang negatif dan positf, begitu pula
pengetahuan tentang akar adalah ciptaan muslim.

Al-Khawarizmi menciptakan aljabar yang lebih rumit yang disebut


dengan aritmatika.Ia menerangkan persamaan tingkat dua dan juaga
menjelaskan bagaimana cara memperbanyak dan membagi. Kemudian
diterangkannya pula soal-soal yang berkaitan dengan ukuran luas muka.Al-
Khawarizmi juga menemukan logaritma dalam ilmu matematika.Dia pula
yang menjembatani antara matematika klasik menjadi matematika modern.
Dia mampu menggunakan sistem matematika yang tinggi yaitu integrasi dan
permasaan yang dalam matematika disebut integral dan differensial yang

28
ibid, hal 206.

38
dalam matematika modern kedua macam teori itu bisa digabungkandan
dinamakan dengan kalkulus.29

Sedangkan Umar Khayyam mengembangkan ilmu aljabar lebih lanjut


sehingga ilmu ini mendapat nama Al-Khayyam. Kalau Al-Khawarizmi
lebih banyak menumpahkan perhatiannya pada kuadratik (lipat empat)
maka Umar Khayyam mengutamakan persamaan kubik dan persamaan
derajat.

7. Pendidikan, Kesenian Dan Arsitektur Pada Peradaban Bani Abbasiyah


a. Pendidikan Dasar, Menengah Dan Perguruan Tinggi
Pendidikan anak-anak dimulai di rumahnya masing-masing dengan
pengajaran kalimat tauhid : Laa ila ha Illallah, ketika si anak mulai mampu
berbicara. Pada usia enam tahun mulai diajari shalat dan dimasukkan ke dalam
pendidikan formal.

Pada periode Abbasiyah, masjid difungsikan sebagai sekolah.Pengajaran


baca al-Quran adalah yang pertama dilanjutkan pelajaran baca-tulis. Murid-
murid terbaik biasanya akan mendapatkan kehormatan untuk mengikuti parade;
menaiki unta dan diarak keliling kota. Anak perempuan mendapatkan
pendidikan yang sama untuk mengetahui pendidikan agama dasar. Namun,
tidak untuk melanjutkan lebih tinggi karena masih dianggap perempuan kurang
memerlukannya.30

Lembaga pendidikan Islam pertama untuk mengajarkan tingkatan yang


lebih tinggi adalah Bait al-Hikmah yang didirikan oleh al-Ma’mun (830) di
Baghdad, ibu kota negara. Selain berfungsi sebagai biro penerjemahan, lembaga
ini juga dikenal sebagai pusat aktivitas kajian akademis dan perpustakaan
umum, serta memiliki observatorium.Tetapi, akademi Islam yang pertama kali
29
musyrifah suananto, op.cit, hal 113.
30
philip k.hitti, op.cit, hal 519.

39
didirikan yang menyediakan kebutuhan fisik untuk mahasiswanya dan
kemudian menjadi model pembangunan madrasah-madrasah lainnya, adalah
Nizhamiyah.

Madrasah Nizhamiyah dibangun sebagai pusat kajian teologi, khususnya


untuk mempelajari ajaran-ajaran mazhab Syafi’I dan teologi Asy’ariyah.Para
pelajar tinggal di asrama sekolah dan banyak yang mendapatkan beasiswa.
Mereka diberikan minuman penajam ingatan yang terbuat dari biji kacang mete
berdosis tinggi. Kesadaran moral merupakan hal yang ditekankan pada anak
didik.Nizhamiyah juga merupakan lembaga satu-satunya yang diakui oleh
negara.Di akademi Nizhamiyah ini pula al-Ghazali mengajar selama empat
tahun (1901-1905). Di sini ia memperkenalkan karya besarnya, Ihya
Ulumuddin.

Madrasah Nizhamiyah bertahan melewati malapetaka ketika Hulagu


Khan pada 1258 menyerang Baghdad juga tetap bertahan ketika bangsa Tartar
menyerang Baghdad. Kemudan madrasah ini bergabung dengan sekolah yang
didirikan al-Muntanshir yang dibangun pada 1234 sebagai pusat pemondokan
dan studi empat mazhab fikih ortodoks.

Selain Nizhamiyah, akademi-akademi lain tersebar di wilayah Khurasan,


Irak, dan Suriah. Di semua lembaga tinggi teologi itu, ilmu hadits dijadikan
sebagai landasan kurikulum, dan metode pembelajarannya lebih menekankan
pada hafalan.Tajamnya hafalan mereka terlacak dari riwayat bahwa al-Ghazali
hafal 300.000 hadits.Imam Ahmad ibn Hambal dikatakan hafal 1.000.000
hadits dan al-Bukhari pernah diuji untuk menghafal seratus hadits lengkap
dengan rangkaian perawinya.31

31
ibid, hal 521.

40
b. Perpustakaan dan Toko Buku
Selain sebagai pusat pendidikan, masjid juga menjadi tempat
penyimpanan buku.Buku-buku ini didapatkan dari hadiah-hadiah yang
diberikan kepada pengurus masjid atau hasil pencarian dari berbagai
sumber.Salah seorang donatur buku adalah seorang sejarawan terkenal, yaitu al-
Khati al-Baghdad (1002-1071) yang menyerahkan buku-bukunya sebagai
wakaf.Perpustakaan-perpustakaan lainnya dibangun oleh para bangsawan atau
orang kaya sebagai lembaga kajian yang terbuka untuk umum.Para pelajar dan
ahli dapat mengakses buku-buku yang diinginkan dengan mudah. Beberapa
perpustakaan dibangun pada abad kesepuluh, di Syiraz oleh penguasa Buwaihi,
‘Adud al-Daulah (977-982), di Bashrah yang para sarjananya diberi upah, juga
di kota Rayy, di mana terdapat ‘rumah buku’ yang menyediakan ribuan
manuskrip yang diangkut oleh lebih dari 400 ekor unta. Seluruh naskah-naskah
itu lalu didaftar dalam sepuluh jilid katalog.32

Gambaran budaya baca juta terlihat dari banyaknya toku buku.Toko buku
yang berfungsi sebagai agen pendidikan muncul pertama kali sejak awal
kekhalfahan Abbasiyah. Al-Ya’qubi meriwayatkan bahwa terdapat lebih dari
seratus toku buku yang berderet di satu ruas jalan yang sama. Para penjual
biasanya berprofresi pula sebagai penulis kaligrafi, penyalin, dan ahli sastra
yang tidak hanya menjadikan toko mereka sebagai tempat jualan, tetapi juga
sebagai pusat kegiatan ilmiah.Dengan begitu, mereka mendapatkan kehormatan
di tengah masyarakat.Tokoh besar seperti Yaqut memulai kariernya sebagai
pegawai di toko buku dan al-Nadim menjalani karirenya sebagai pustakawan
dan penjual buku sebelum melahirkan karya besanya al-Fihrist.

32
ibid, hal 525.

41
c. Perkembangan Media Tulis
Hingga awal abad ke-3 HIjriyah, bahan yang umum digunakan untuk
menulis adalah kain perca dan papirus.Kertas cina masuk ke Irak pada abad ke-
3 Hijriyah.Segera setalah itu, industri kertas tumbuh menjamur, muncul
pertama kali di Samarkhand lalu menyebar ke Irak.Beberapa tawanan Cina
(751) memperkenalkan seni pembuatan kertas dari flax, linen, atau kain rami.
Pabrik kertas Samarkand yang dianggap mempunyai kualitas kertas terbaik,
pada abad kesebelas juga dijumpai kualitas yang sama baiknya di kota-kota
Suriah dan tripoli. Memang Pada akhir abad ke-10, kertas telah menggantikan
papirus dan perca di seluruh wilayah Islam.33

d. Tingkat Peradaban Masyarakat


Memang diakui ada sekolompok elit umat Islam yang memiliki tingkat
pendidikan dan kebudayaan yang tinggi, tapi sulit untuk menentukan tingkat
kebudayaan masyarakat secara umum.Cerita tentang seorang pelajar yang tidak
mau menjual bukunya, bahkan ketika anak perempuannya sedang sakit,
terungkap dalam buku karya Yaqut.Jawaban seorang budak perempuan
bernama Tawaddud yang ketika ditanya oleh seorang terpelajar dalam kisah
seribu satu malam juga bisa dijadikan ukuran untuk mengetahui pengetahuan
yang dicapai oleh masyarakat berbudaya setelah periode Khalifah Harun al-
Rasyid.34

e. Perkembangan Seni dan Arsitektur


Dalam bidang seni, sama halnya seperti bidang sastra, seorang Arab, atau
seorang Semit, memiliki daya apresiasi yang sangat tajam terhadap berbagai hal
yang partikular dan subjektif, serta memiliki rasa yang lembut untuk
mengungkapkan detail suatu objek seni. Sayangnya, ia tidak memiliki
kecakapan untuk mengharmonikan dan menggabungkan sejumlah detail yang

33
syamruddin, op.cit, hal 194.
34
ibid, hal 195.

42
berbeda itu ke dalam satu kesatuan yang besar dan menyeluruh. Karena itulah,
dalam bidang arsitektur, dan secara khusus dalam bidang seni lukis orang Arab
tidak mencapai tingkat kemajuan yang berarti.Kedua bidang itu tidak
berkembang selamanya, sebagaimana yang terjadi pada pengetahuan setelah
abad kesepuluh.

Saat ini, tidak tersisa sedikit pun jejak-jejak monumental arsitektural yang
penah menghiasi kota al-Manshur dan al-Rasyid, selain dua bangunan, yaitu
masjid di Damaskus dan Kubah Agung di Yerussalem. Gerbang Emas (istana
khalifah), Kubah Hijau, istana Barmaki, istana Pleides, rumah pohon, rumah al-
Buwaihi (al-Mu’issiyah) yang kesemuanya merupakan bangunan megah dan
mengagumkan pada saat itu tak tersisa sedikitpun bangunannya pada saat ini.
Seiring perjalanan waktu bangunan-bangunan itu mengalami kerusakan dan
pada akhirnya semua bangunan itu hancur total ketika Hulagu Khan menyerang
Baghdad pada 1258.35

f. Perkembangan Bidang Senirupa


Larangan kalangan teolog terhadap semua bentuk representasi senirupa
tidak cukup kuat untuk menghentikan perkembangan senirupa dalam sejarah
Islam.Buktinya adalah beberapa khalifah banyak menghiasai istananya dengan
lukisan dan patung.Al-Amin, menghiasi istananya di Tigris dengan gambar
singa, elang, dan lumba-lumba. Al-Muqtadir memiliki replika pohon dari emas
dan perak juga lima belas buah patung manusia berkuda.

Naskah berbahasa Arab paling tua yang dilengkapi dengan ilustrasi


adalah karya al-Shufi tentang astronomi bertanggal 1005.Sejak zaman dahulu,
bangsa Persia telah membuktikan dirinya sebagai ahli dalam seni rancang
warna dan dekorasi.Melalui upaya dan perjuangan mereka, industri kesenian
Islam mencapai kejayaannya.Industri karpet dan porselen yang dihiasi lukisan-

35
philip k. hitti, op.cit, hal 529.

43
lukisan manusia, hewan, dan tumbuhan, serta bentuk-bntuk goemetris dan
epigraf, mencapai tingkat yang tiada bandingnya dalam karya seni Islam
lainnya.

Seni kaligrafi, yang mendapatkan popularitas dan tempatnya tersendiri


dalam kesenian Islam, karena tujuan awalnya untuk memperindah lafal Allah
muncul pada abad kedua dan ketiga Hijriyah serta langsung menjadi primadona
kesenian Islam.Seorang kaligrafer memiliki kedudukan yang terhormat dan
mulia terlebih ketika banyak penguasa Muslim yang menyewa jasa
mereka.selain kaligrafi, bidang senirupa yang berkembang ialah, dekorasi
warna, iluminasi, penjilidan buku, dan penyepuhan emas.36

g. Perkembangan Seni Musik


Larangan ahli fikih terhadap musik dan alat musik tidak berlaku efektif di
Baghdad dibandingkan sebelumya di Damaskus.Al-Mahdi merupakan pecinta
musik.Al-Rasyid di dalam istananya semarak dan menyokong serta melindungi
perkembangan musik dan nyanyian.Para musisi mendapatkan gaji rutin.Festival
musik diselenggarakan tiap tahun yang dihadiri tidak kurang dari dua ribu
orang biduan.Pada kesempatan semacam ini, seluruh anggota istana, laki-laki
dan perempuan menari hingga fajar menyingsing.

Musisi jenius akan mendapatkan tempat tersendiri di sisi khalifah.


Mereka dianugrahi kemuliaan dan penghormatan yang tinggi serta diabadikan
dalam bait-bait puisi terpilih dan anekdot-anekdot yang menyenangkan.Pemain
lute, penyanyi, dan komposer terkenal memenuhi istana khalifah di Baghdad.

Diantara karya-karya Yunani yang diterjemahkan pada periode keemasan


Abbasiyah, hanya sedikit yang mengupas teori-teori musik.Dua karya
Aristoteles diterjemahkan ke dalam bahasa Arab dengan judul Kitab al-Masa’il
(problemata) dan Kitab fi al-Nafs (De anima).Juga karya Galen, Euclid,
36
ibid, hal 534.

44
Aristoxenus, dan Nichomachus (anak Aristoteles) yang karyanya tentang musik
banyak memberikan gagasan musik bagi para musisi Arab dan ikhwan al-Shafa.

Penulisan tentang musik setelah mazhab Yunani dipelopori oleh filosof


al-Kindi.Lalu al-Farabi yang merupakan penulis terbesar dalam bidang musik
sepanjang Abad Pertengahan.Sayangnya, sebagian besar kekayaan teknis itu
telah hilang tak tentu rimabanya. Musik Arab, dengan notasinya dan dua
elemen utamanya, yakni nizham (gaya melodis) dan iqa (gaya ritmis),
ditransmisikan lewat mulut ke mulut, hingga pada akhirnya hilang ditelan
zaman.37

37
ibid, hal 537.

45
BAB III
PENUTUP

A.    KESIMPULAN
Dari penjelasan–penjelasan yang telah disebutkan, maka dapat kita
ambil beberapa kesimpulan. Proses terbentuknya kekhalifahan Bani Umayyah
dimulai sejak khalifah Utsman bin Affan tewas terbunuh oleh tikaman pedang
Humran bin Sudan pada tahun 35 H/656 M. Pada saat itu khalifah Utsman bin
Affan di anggap terlalu nepotisme (mementingkan kaum kerabatnya sendiri).
Setelah wafatnya Utsman bin Afan maka masyarakat Madinah mengangkat
sahabat Ali bin Abi Thalib sebagai khalifah yang baru. Dan masyrakat
melakukan sumpah setia ( bai’at ) terhadap Ali pada tanggal 17 Juni 656 M /
18 Djulhijah 35 H.

Dinasti umayyah diambil dari nama Umayyah Ibn ‘Abdi Syams Ibn
‘Abdi Manaf, Dinasti ini sebenarnya mulai dirintis semenjak masa
kepemimpinan khalifah Utsman bin Affan namun baru kemudian berhasil
dideklarasikan dan mendapatkan pengakuan kedaulatan oleh seluruh rakyat
setelah khalifah Ali terbunuh dan Hasan ibn Ali yang diangkat oleh kaum
muslimin di Irak menyerahkan kekuasaanya pada Muawiyah setelah
melakukan perundingan dan perjanjian. Bersatunya ummat muslim dalam satu
kepemimpinan pada masa itu disebut dengan tahun jama’ah (‘Am al Jama’ah)
tahun 41 H (661 M).

Bani Abbasiyah merupakan masa pemerintahan ummat Islam yang


merupakan masa keemasan dan kejayaan dari peradaban ummat Islam yang
pernah ada.Pada masa Bani Abbasiyah kekayaan negara melimpah ruah dan
kesejahteraan rakyat sangat tinggi. Pusat peradaban Islam mengalami
kemajuan yang pesat sehingga pada masa ini  banyak muncul para tokoh
ilmuan dari kalangan Ummat Islam, baik itu ilmu pengatuhan yang bersifat

46
umum seperti ilmu kedokteran yang telah mencetak dokter seperti Ibnu Sina,
Ibnu Rusyd dan lain-lainnya, sehingga pada masa ini telah ada lebih dari 800
dokter yang berada di kota Baghdad. Dalam bidang matematika melahirkan
ilmuan bernama Al-Khawarizmi yang merupakan penemu angka Nol.
Demikian juga dari biang ilmu agama, adanya perkembangan ilmu tafsir, ilmu
kalam, filsafat Islam, dan ilmu tashauf, yang juga melairkan tokoh-tokoh
dibidang ilmu masing-masing. Pada masa pemerintahan khalifah Harun Al-
rasyid kesejahteraan ummat sangat terjamin, karena pada masa inilah puncak
dari kejayaan Bani Abbasiyah, pembangunan dilakukan dimana-mana, baik
pembangunan rumah sakit, irigasi, dan pemandian-pemandian umum.

B.     SARAN
Demikianlah isi dari makalah kami, yang menurut kami telah kami
susun secara sistematis agar pembaca mudah untuk memahaminya. Berbicara
mengenai sejarah, maka sejarah merupakan ilmu yang tidak akan pernah ada
habisnya. Ingatlah, orang yang cerdas adalah orang yang belajar dari sejarah.

Sering kali kita lupa bahwa “meskipun” berkisah mengenai masa


lampau, tapi sejarah begitu penting bagi perjalanan suatu bangsa. Melalui
sejarah, kita belajar untuk menghargai perjuangan para pendahulu kita, belajar
menghargai tetes darah dan keringat mereka untuk apa yang kita nikmati saat
ini. Lewat sejarah kita juga belajar dari pengalaman masa lalu, dan
menjadikannya sebagai modal berharga untuk melangkah di masa depan

Islam merupakan agama yang besar dengan perjalanan sejarah yang


panjang.maka dari itu, marilah kita menggali lebih jauh lagi ilmu-ilmu yang
berkaitan dengan sejarah Islamiah. Demi menguatkan keteguhan dan rasa
kebanggaan hati kita terhadap agama Islam yang kita peluk ini.

47
DAFTAR PUSTAKA

Hitti, Philip K.. Tanpa Tahun.History Of The Arab. Jakarta: Serambi Ilmu
Semesta.

Mahmudunnasir, Syed. 2011.Islam Konsepsi dan Sejarahnya.Bandung: PT


REMAJA ROSDAKARYA.

May, Asmal. 2016.Peradaban Islam dalam Lintasan Sejarah. Jakarta: Citra Harta
Prima.

Murodi. 2011.Sejarah Kebudayaan Islam.Semarang: PT.Karya Toha Putra.

Nasution, Syamruddin. 2010.Sejarah Peradaban Islam Klasik.Pekanbaru :


Yayasan Pustaka Riau.

Nata, Abuddin. 2010. Metodologi Studi Islam. Jakarta: Rajawaaaali Pers.

Rahim, Annur F. 1998.Pemikiran dan Peradaban Islam.Yogyakarta: UII PRESS.

Sunanto, Musyrifah. 2007.Sejarah Islam Klasik. Jakarta: Kencana.

Supriyadi, Dedy. 2008.Sejarah Peradaban Islam. Bandung: CV PUSTAKA


SETIA.

Yatim, Badri. 1993.Sejarah Peradaban Islam. Jakarta:PT RAJAGRAFINDO


PERSADA

Yusrianto, Edi. 2008.Pendidikan Islam. Pekanbaru: Intania Grafika.

48

Anda mungkin juga menyukai