Anda di halaman 1dari 12

KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun ucapkan kepada Allah SWT, yang telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya sehingga Makalah Dinasti Bani Umayyah ini dapat
diselesaikan dengan baik. Tidak lupa shalawat dan salam semoga terlimpahkan
kepada Rasulullah Muhammad SAW, keluarganya, sahabatnya, dan kepada kita
selaku umatnya.
Kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam
penyusunan  yang berjudul Makalah Dinasti Bani Umayyah ini. Dan kami juga
menyadari pentingnya akan sumber bacaan dan referensi internet yang telah
membantu dalam memberikan informasi yang akan menjadi bahan makalah.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
memberikan arahan serta bimbingannya selama ini sehingga penyusunan
makalah dapat dibuat dengan sebaik-baiknya. Kami menyadari masih banyak
kekurangan dalam penulisan Makalah Dinasti Bani Umayyah ini sehingga kami
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi penyempurnaan
makalah ini.
Kami mohon maaf jika di dalam makalah ini terdapat banyak kesalahan dan
kekurangan, karena kesempurnaan hanya milik Yang Maha Kuasa yaitu Allah
SWT, dan kekurangan pasti milik kita sebagai manusia. Semoga Makalah Dinasti
Bani Umayyah ini dapat bermanfaat bagi kita semuanya.

Brang Rea, Februari 2023

Penyusun
DAFTAR ISI
 KATA PENGANTAR
 DAFTAR ISI
 BAB I PENDAHULUAN
 A. Latar Belakang
 B. Rumusan Masalah
 BAB II PEMBAHASAN
 A. Sejarah Berdirinya Dinasti Bani Umayyah
 B. Bentuk Pemerintahan Dinasti Bani Umayyah
 C. Peradaban pada Masa Dinasti Bani Umayyah
 1. Sistem Politik dan Perluasan Wilayah
 2. Sistem Ekonomi
 3. Sistem Sosial (Arab Malawi)
 4. Sistim Fiskal (Keuangan)
 5. Sistem Peradilan
 D. Pembangunan pada Masa Dinasti Bani Umayyah
 E. Masa Keemasan Dinasti Bani Umayyah
 F. Keruntuhan Dinasti Bani Umayyah
 BAB III PENUTUP
 A. Kesimpulan
 B. Saran
 DAFTAR PUSTAKA
 Download Contoh Makalah Dinasti Bani Umayyah.docx
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bani Umayyah atau Kekhalifahan Umayyah, adalah kekhalifahan Islam
pertama setelah masa Khulafaur Rasyidin yang memerintah dari 661 sampai 750
di Jazirah Arab dan sekitarnya (beribu kota di Damaskus); serta dari 756 sampai
1031 di Cordoba, Spanyol sebagai Kekhalifahan Cordoba. Nama dinasti ini dirujuk
kepada Umayyah bin ‘Abd asy-Syams, kakek buyut dari khalifah pertama Bani
Umayyah, yaitu Muawiyah bin Abu Sufyan atau kadang kala disebut juga dengan
Muawiyah I.
Berakhirnya kekuasaan khalifah Ali bin Abi Thalib mengakibatkan lahirnya
kekuasaan yang berpola dinasti atau kerajaan. Pola kepemimpinan sebelumnya
(khalifah Ali) yang masih menerapkan pola keteladanan Nabi Muhammad, yaitu
pemilihan khalifah dengan proses musyawarah akan terasa berbeda ketika
memasuki pola kepemimpinan dinasti-dinasti yang berkembang sesudahnya.
Dinasti Bani Umayyah merupakan dinasti yang berkuasa selama lebih kurang
90 tahun (41-132 H / 661-750 M). Dinasti Umayyah merupakan kerajaan Islam
pertama yang didirikan oleh Muawiyah Ibnu Abi Sufyan. Perintisan dinasti ini
dilakukannya dengan cara menolak pembantaian terhadap khalifah Ali bin Abi
Thalib, kemudian ia memilih berperang dan melakukan perdamaian dengan pihak
Ali dengan strategi politik yang sangat menguntungkan baginya.
Jatuhnya Ali dan naiknya Muawiyah juga disebabkan keberhasilan pihak
khawarij (kelompok yang membangkang dari Ali) membunuh khalifah Ali,
meskipun kemudian tampuk kekuasaan dipegang oleh putranya Hasan, namun
tanpa dukungan yang kuat dan kondisi politik yang kacau akhirnya
kepemimpinannya pun hanya bertahan sampai beberapa bulan. Pada akhirnya
Hasan menyerahkan kepemimpinan kepada Muawiyah, namun dengan perjanjian
bahwa pemilihan kepemimpinan sesudahnya adalah diserahkan kepada umat
Islam. Perjanjian tersebut dibuat pada tahun 661 M / 41 H dan dikenal dengan
am jama’ah karena perjanjian ini mempersatukan umat Islam menjadi satu
kepemimpinan, namun secara tidak langsung mengubah pola pemerintahan
menjadi kerajaan.
Meskipun begitu, munculnya Dinasti Umayyah memberikan babak baru
dalam kemajuan peradaban Islam, hal itu dibuktikan dengan sumbangan-
sumbangannya dalam perluasan wilayah, kemajuan pendidikan, kebudayaan dan
lain sebagainya.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana sejarah berdirinya Dinasti Bani Umayyah?
2. Bagaimana bentuk pemerintahan Dinasti Bani Umayyah?
3. Bagaimana peradaban pada Masa Dinasti Umayyah?
4. Bagaimana pembangunan pada masa Dinasti Bani Umayyah?
5. Bagaimana masa keemasan Dinasti Bani Umayyah?
6. Bagaimana proses keruntuhan Dinasti Bani Umayyah?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Sejarah Berdirinya Dinasti Bani Umayyah
Sejarah berdirinya Daulah Umayyah berasal dari nama Umayyah Ibn ‘Abdi
Syams Ibn ‘Abdi Manaf, yaitu salah seorang dari pemimpin kabilah Quraisy pada
zaman jahiliah. Bani Umayyah baru masuk agama Islam setelah mereka tidak
menemukan jalan lain selain memasukinya, yaitu ketika Nabi Muhammad
berserta beribu-ribu pengikutnya yang benar-benar percaya terhadap kerasulan
dan kepemimpinan yang menyerbu masuk ke dalam kota Makkah. Memasuki
tahun ke 40 H/660 M, banyak sekali pertikaian politik di kalangan umat Islam,
puncaknya adalah ketika terbunuhnya Khalifah Ali bin Abi Thalib oleh Ibnu
Muljam.
Setelah khalifah terbunuh, kaum muslimin diwilayah Irak mengangkat al-
Hasan putra tertua Ali sebagai khalifah yang sah. Sementara itu Muawiyah
sebagai gubernur provinsi Suriah juga menobatkan dirinya sebagai Khalifah.
Namun karena Hasan ternyata lemah sementara Muawiyah bin Abi Sufyan
bertambah kuat, maka Hasan bin Ali menyerahkan pemerintahannya kepada
Muawiyah bin Abi Sufyan. Muawiyah sebagai pendiri dinasti Umayyah adalah
putra Abu Sufyan, seorang pemuka Quraisy yang menjadi musuh Nabi
Muhammad saw. Muawiyah dan keluarga keturunan Bani Umayyah memeluk
Islam pada saat terjadi penaklukan kota Makkah. Nabi pernah mengangkatnya
sebagai sekretaris pribadi dan Nabi berkenan menikahi saudaranya yang
perempuan yang bernama Umi Habibah.
Karier politik Muawiyah mulai meningkat pada masa pemerintahan Umar Ibn
Khattab. Setelah kematian Yazid Ibn Abu Sufyan pada peperangan Yarmuk,
Muawiyah diangkat. menjadi kepala di sebuah kota di Syria. Karena keberhasilan
kepemimpinannya, tidak lama kemudian dia diangkat menjadi gubernur Syria
oleh khalifah Umar. Muawiyah selama menjabat sebagai gubernur Syria, giat
melancarkan perluasan wilayah kekuasaan Islam sampai perbatasan wilayah
kekuasaan Bizantine. Pada masa pemerintahan khalifah Ali Ibn Abu Thalib,
Muawiyah terlibat konflik dengan khalifah Ali untuk mempertahankan
kedudukannya sebagai gubernur Syria. Sejak saat itu Muawiyah mulai berambisi
untuk menjadi khalifah dengan mendirikan dinasti Umayyah.

B. Bentuk Pemerintahan Dinasti Bani Umayyah


Setelah Muawiyah memindahkan pusat pemerintahan dari kota Madinah ke
Damaskus, maka pemerintahan Muawiyah berubah bentuk dari Theo-Demokrasi
menjadi monarki (kerajaan/dinasti) hal ini berlaku semenjak ia mengangkat
putranya Yazid sebagai putra mahkota. Kebajikan yang dilakukan oleh Muawiyah
ini dipengaruhi oleh tradisi yang terdapat dibekas wilayah kerajaan Bizantium
yang sudah lama dikuasai oleh Muawiyah, semenjak dia diangkat menjadi
Gubernur oleh Umur Ibn Khatab di Suriah.
Setelah Muawiyah meninggal dunia orang-orang keturunan Umayyah
mengangkat Yazid bin Muawiyah menjadi Khalifah sebagai pengganti ayahnya.
semenjak itu sistim pemerintahan Bani Umayyah memakai sistim turun-temurun
sampai kepada Khalifah Marwan bin Muhammad. Marwan bin Muhammad tewas
dalam pertempuran melawan pasukan Abdul Abbas As-Safah dari Bani Abas
pada tahun 750 M. dengan demikian berakhir Dinasti Bani Umayyah dan diganti
oleh Dinasti Bani Abbas setelah memerintah lebih kurang 90 tahun.
Atas perubahan bentuk pemerintahan dari demokrasi ke monarki,
menimbulkan pertentangan dua tokoh, yakni Husen bin Ali dengan Abdullah bin
Zuber sehingga membuat Husen dan Abdullah meninggalkan kota Madinah.
Adapun khalifah-khalifah terbesar Bani Umayyah adalah Muawiyah bin Abi
Sofyan (661-680 M), Abd Al-Malik bin Marwan (685-750 M), Al-Walid bin Abdul
Malik (705-715), Umar bin Abdul Azis (717-720 M), Hasyim bin Abdul Malik (720-
743 M), puncak kejayaan Dinasti Bani Umayyah terjadi pada masa Umar bin
Abdul Aziz (717-720 M), setelah itu merupakan masa keruntuhannya.

C. Peradaban pada Masa Dinasti Bani Umayyah


1. Sistem Politik dan Perluasan Wilayah
Di jaman Muawiyah, Tunisia dapat ditaklukkan. Di sebelah timur, Muawiyah
dapat menguasai daerah Khurasan sampai ke sungai Oxus dan Afganistan sampai
ke Kabul. Angkatan lautnya melakukan serangan-serangan ke Ibu Kota Bizantium,
Konstantinopel. Ekspansi ke timur yang dilakukan Muawiyah kemudian
dilanjutkan oleh Khalifah Abd Al-Malik, dia menyeberangi sungai Oxus dan dapat
berhasil menundukkan Baikh, Bukhara, Khawarizm, Ferghana dan Samarkand.
Mayoritas penduduk di kawasan ini kaum Paganisme. Pasukan Islam menyerang
wilayah Asia Tengah pada tahun 41 H / 661 M. pada tahun 43 H / 663 M mereka
mampu menaklukkan Salistan dan menaklukkan sebagian wilayah Thakaristan
pada tahun 45 H / 665 M.
Ekspansi ke barat secara besar-besaran dilanjutkan di jaman Al-Walid Ibn
Abd Abdul Malik (705 M – 714 M). Masa pemerintahan Walid adalah masa
ketenteraman, kemakmuran dan ketertiban. Umat Islam merasa hidup bahagia,
tidak ada pemberontakan dimasa pemerintahannya. Dia memulai kekuasaannya
dengan membangun Masjid Jami’ di Damaskus. Masjid Jami’ ini dibangun
dengan sebuah arsitektur yang indah, dia juga membangun Kubbatu Sharkah
dan memperluas masjid Nabawi, di samping itu juga melakukan pembangunan
fisik dalam skala besar.
Pada masa pemerintahannya terjadi penaklukan yang demikian luas,
penaklukan ini dimulai dari Afrika utara menuju wilayah barat daya, benua Eropa
yaitu pada tahun 711 M. Setelah Aljazair dan Maroko dapat ditaklukkan, Tariq Bin
Ziyad pemimpin pasukan Islam dengan pasukannya menyeberangi selat yang
memisahkan antara Maroko dengan Benua Eropa dan mendarat di suatu tempat
yang sekarang dikenal nama Gibraltar (Jabal Tariq). Tentara Spanyol dapat
dikalahkan, dengan demikian Spanyol menjadi sasaran ekspansi.
2. Sistem Ekonomi
Bidang-bidang ekonomi yang terdapat pada jaman Bani Umayyah terbukti
berjaya membawa kemajuan kepada rakyatnya yaitu:

 Dalam bidang pertanian Umayyah telah memberi tumpuan terhadap


pembangunan sektor pertanian, beliau telah memperkenalkan sistem
pengairan bagi tujuan meningkatkan hasil pertanian.
 Dalam bidang industri pembuatan khususnya kerajinan tangan telah menjadi
nadi pertumbuhan ekonomi bagi Umayyah.
3. Sistem Sosial (Arab Malawi)
Masyarakat dunia Islam begitu luas terdiri dari pelbagai kelompok etnis,
Arab, Persia, Rusiah, Kopti, Barbar, Vandal, Gothik, Turki dan lain-lain. Orang-
orang Arab, meskipun merupakan unsur minoritas di daerah-daerah yang
ditaklukkan, tetapi mereka memegang peranan penting dalam politik dan sosial.
Orang Arab menganggap bahwa mereka lebih mulia dari kaum muslimin bukan
Arab sendiri. Kaum muslimin bukan Arab (non-Arab) digelar dengan nama Al-
Muali (asal mula Muwali), yaitu budak-budak tawanan perang yang telah
dimerdekakan. Kemudian disebutnya Muali semua orang Islam yang bukan Arab.
Bahkan mereka menggelarkan “Mawali” dengan Al-Hamra (Si Merah). Orang-
orang Arab memandang dirinya “Sayid” (tuan) atas bangsa bukan Arab, seakan-
akan mereka dijadikan tuan untuk memerintah. Oleh karena itu, orang-orang
Arab dalam zaman ini hanya bekerja dalam bidang politik dan pemerintahan
melulu, sedangkan bidang usaha-usaha lain diserahkan kepada “Mawali” seperti
pertukangan dan kerajinan. Mawali ini membayar pajak jiwa (Jizyah) sama dengan
orang non-Islam yang tinggal diwilayah Islam.
Akibat dari politik kasta yang dijalankan Dinasti Umayyah ini, maka banyaklah
kaum Muwali yang bersikap membantu gerakan Bani Hasyim turunan Alawiyah,
bahkan juga memihak kaum Khawarij. Akhirnya kaum Mawali menjadi berani
untuk menentang kesombongan Arab dengan kesombongan pula, dengan dalil
Al-Qur’an dan Hadist, bahwa tidak ada kelebihan orang arab atas orang ajam
(Mawali) kecuali dengan bertakwa. Di kalangan kaum Mawali lahirlah satu
gerakan rahasia yang terkenal dengan Asy-Syu’ubiyah yang bertujuan melawan
paham yang membedakan derajat kaum Muslimin yang sebetulnya mereka
adalah bersaudara.
4. Sistim Fiskal (Keuangan)
Ada beberapa tambahan sumber uang pada zaman Dinasti Umayyah, seperti
al-Dharaaib, kewajiban yang harus dibayar oleh warga Negara. Kepada penduduk
dari negeri-negeri yang baru dilakukan, terutama yang baru masuk Islam
ditetapkan pajak-pajak istimewa. Saluran uang keluar, pada masa Daulah Bani
Umayyah pada umumnya seperti permulaan Islam. Yaitu untuk:

 Gaji para pegawai dan tentara, serta biaya tata usaha negara.
 Pembangunan pertanian, termasuk irigasi dan penggalian terusan-terusan.
 Ongkos bagi orang-orang tawanan perang.
 Perlengkapan perang.
 Hadiah-hadiah kepada para pujangga.
 Pada masa Umayyah, Khalifah Abddul Malik mencetak mata uang kaum
muslimin secara teratur. Pembayaran diatur dengan menggunakan mata uang
ini, walaupun pada masa Khalifah Umar Bin Khatab sudah dicetak mata uang,
namun belum begitu teratur.
5. Sistem Peradilan
Pada masa dinasti Bani Umayyah ini pengadilan dipisahkan dengan
kekuasaan politik. Kehakiman pada masa ini mempunyai dua ciri khasnya, yaitu:

 Bahwa seorang Qadhi (Hakim) memutuskan perkara dengan ijtihadnya, karena


pada masa itu belum ada “Mazhab Yang Empat” ataupun mazhab-mazhab
lainnya. Pada masa ini para Qadhi menggali hukum sendiri dari Al-Qur’an dan
Sunah dengan berijtihad.
 Kehakiman belum terpengaruh dengan politik. Karena para Qadhi bebas
merdeka dengan hukumnya, tidak terpengaruh pada kehendak orang besar
yang berkuasa. Mereka bebas bertindak, dan keputusan mereka berlaku atas
penguasa dan petugas pajak.

D. Pembangunan pada Masa Dinasti Bani Umayyah


Pada masa Bani Umayyah ini merupakan peletak dasar pembangunan
peradaban Islam yang nanti pada masa Bani Abas merupakan puncak dari
peradaban Islam. Pada masa Bani Umayyah Ilmu Naqliyah mulai berkembang.
Perkembangan yang lebih menonjol adalah ilmu tafsir dan ilmu hadist. Khalifah
Umar Bin Abdul Azis sangat menaruh perhatian yang besar kepada pengumpulan
Hadist. Pengumpulan hadist dilaksanakan oleh ‘Asim al-Anshari. Pada masa ini
munjul ahli-ahli hadist seperti Abu bakar Muhammad bin Muslim bin Abdillah al-
Zuhri dan Hasan Basri. Di samping itu muncul pula ilmu tata bahasa Arab
(Nahwu), Sibaweih menyusun al-Kitab untuk mempelajari bahasa Arab bagi orang
yang tidak mengerti bahasa Arab.
Ilmu Aqliyah pada masa ini mulai dikenalkan. Khalifah Muawiyah
memerintahkan supaya diterjemahkan karya-karya bangsa Grek (Ynani) yang
mengandung bermacam-macam ilmu. Dengan demikian orang Islam pada masa
ini mulai mengetahui ilmu kedokteran, ilmu Kalam, Seni bangun dan sebagainya.
Ilmu Aqliyah pada masa ini baru bertingkat permulaan dan pengenalan. Tingkat
perkembangan adalah pada masa khalifah Abdul Malik. Dinasti Umayyah telah
mampu membentuk peradaban yang kontemporer dimasanya, baik dalam
tatanan sosial, politik, ekonomi dan teknologi.
E. Masa Keemasan Dinasti Bani Umayyah
Masa ke-Khilafahan Bani Umayyah hanya berumur 90 tahun yaitu dimulai
pada masa kekuasaan Muawiyah bin Abu Sufyan, yaitu setelah terbunuhnya Ali
bin Abi Thalib, dan kemudian orang-orang Madinah membaiat Hasan bin Ali
namun Hasan bin Ali menyerahkan jabatan kekhalifahan ini kepada Mu’awiyah
bin Abu Sufyan dalam rangka mendamaikan kaum muslimin yang pada masa itu
sedang dilanda bermacam fitnah yang dimulai sejak terbunuhnya Utsman bin
Affan, pertempuran Shiffin, perang Jamal, terbunuhnya Ali bin Abi Thalib, serta
pengkhianatan dari orang-orang Khawarij dan Syi’ah.
Pada masa Muawiyah bin Abu Sufyan perluasan wilayah yang terhenti pada
masa khalifah Utsman bin Affan dan Ali bin Abi Thalib dilanjutkan kembali,
dimulai dengan menaklukkan Tunisia, kemudian ekspansi ke sebelah timur,
dengan menguasai daerah Khurasan sampai ke sungai Oxus dan Afganistan
sampai ke Kabul,. Sedangkan angkatan lautnya telah mulai melakukan serangan-
serangan ke ibu kota Bizantium, Konstantinopel. Sedangkan ekspansi ke timur ini
kemudian terus dilanjutkan kembali pada masa khalifah Abdul Malik bin Marwan.
Abdul Malik bin Marwan mengirim tentara menyeberangi sungai Oxus dan
berhasil menundukkan Balkanabad, Bukhara, Khwarezmia, Ferghana dan
Samarkand.
Di zaman Umar bin Abdul-Aziz, serangan dilakukan ke Perancis melalui
pegunungan Pirenia. Serangan ini dipimpin oleh Abdurrahman bin Abdullah al-
Ghafiqi. Ia mulai dengan menyerang Bordeaux, Poitiers. Dari sana ia mencoba
menyerang Tours. Namun, dalam peperangan yang terjadi di luar kota Tours, al-
Ghafiqi terbunuh, dan tentaranya mundur kembali ke Spanyol. Di samping
daerah-daerah tersebut di atas, pulau-pulau yang terdapat di Laut Tengah
(mediterania) juga jatuh ke tangan Islam pada zaman Bani Umayyah ini.

F. Keruntuhan Dinasti Bani Umayyah


Sepeninggal Umar bin Abdul-Aziz, kekuasaan Bani Umayyah dilanjutkan oleh
Yazid bin Abdul-Malik. Masyarakat yang sebelumnya hidup dalam ketenteraman
dan kedamaian, pada masa itu berubah menjadi kacau. Dengan latar belakang
dan kepentingan etnis politis, masyarakat menyatakan konfrontasi terhadap
pemerintahan Yazid bin Abdul Malik cenderung kepada kemewahan dan kurang
memperhatikan kehidupan rakyat. Kerusuhan terus berlanjut hingga masa
pemerintahan khalifah berikutnya, Hisyam bin Abdul-Malik. Bahkan pada masa ini
muncul satu kekuatan baru dikemudian hari menjadi tantangan berat bagi
pemerintahan Bani Umayyah. Kekuatan itu berasal dari kalangan Bani Hasyim
yang didukung oleh golongan mawali.
Setelah Hisyam bin Abdul-Malik wafat, khalifah-khalifah Bani Umayyah yang
tampil berikutnya bukan hanya lemah tetapi juga bermoral buruk. Hal ini semakin
memperkuat golongan oposisi. Dan akhirnya, pada tahun 750 M, Daulah
Umayyah digulingkan oleh Bani Abbasiyah yang merupakan bagian dari Bani
Hasyim itu sendiri, di mana Marwan bin Muhammad, khalifah terakhir Bani
Umayyah, walaupun berhasil melarikan diri ke Mesir, namun kemudian berhasil
ditangkap dan terbunuh di sana. Namun, salah satu penerus Bani Umayyah yang
bernama Abdurrahman Ad-dakhil dapat meloloskan diri pada tahun 755 M.
Ia dapat lolos dari kejaran pasukan bani Abbasiyah dan masuk ke Andalusia
(Spanyol). Di Spanyol sebagian besar umat Islam di sana masih setia dengan Bani
Umayyah. Ia kemudian mendirikan pemerintahan sendiri dan mengangkat dirinya
sebagai amir (pemimpin) dengan pusat kekuasaan di Cordoba. Kematian Marwan
bin Muhammad menandai berakhirnya kekuasaan Bani Umayyah di timur
(Damaskus) yang digantikan oleh Daulah Abbasiyah, dan dimulailah era baru Bani
Umayyah di Al-Andalus.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Daulah Umayyah berasal dari nama Umayyah Ibn ‘Abdi Syams Ibn ‘Abdi
Manaf, yaitu salah seorang dari pemimpin kabilah Quraisy pada zaman jahiliah.
Bani Umayyah baru masuk agama Islam setelah mereka tidak menemukan jalan
lain selain memasukinya, yaitu ketika Nabi Muhammad berserta beribu-ribu
pengikutnya yang benar-benar percaya terhadap kerasulan dan kepemimpinan
yang menyerbu masuk ke dalam kota Makkah. Pada masa Bani Umayyah ini
merupakan peletak dasar pembangunan peradaban Islam yang nanti pada masa
Bani Abas merupakan puncak dari peradaban Islam. Pada masa Bani Umayyah
Ilmu Naqliyah mulai berkembang. Perkembangan yang lebih menonjol adalah
ilmu tafsir dan ilmu hadist.
Masa ke-Khilafahan Bani Umayyah hanya berumur 90 tahun yaitu dimulai
pada masa kekuasaan Muawiyah bin Abu Sufyan, yaitu setelah terbunuhnya Ali
bin Abi Thalib, dan kemudian orang-orang Madinah membaiat Hasan bin Ali
namun Hasan bin Ali menyerahkan jabatan kekhalifahan ini kepada Mu’awiyah
bin Abu Sufyan dalam rangka mendamaikan kaum muslimin yang pada masa itu
sedang dilanda bermacam fitnah yang dimulai sejak terbunuhnya Utsman bin
Affan, pertempuran Shiffin, perang Jamal, terbunuhnya Ali bin Abi Thalib, serta
pengkhianatan dari orang-orang Khawarij dan Syi’ah.

B. Saran
Makalah ini masih jauh dari kesempurnaan maka dari itu saya mengharapkan
kritik dan saran yang membangun untuk kemajuan dan kesempurnaan di masa
mendatang.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Usairy, Ahmad. 2007. Sejarah Islam. Jakarta: Akbar.

Amin Samsul Munir. 2009. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: Amzah.

R, Darwin. 2013. Sejarah Peradaban dan Kebudayaan Islam. Bandar Lampung:


Anugrah Utama Raharja.

Sunanto, Musyrifah. 2003. Sejarah Islam Klasik. Jakarta Timur: Fajar Interpratama
Offset.

Yatim, Badri. 2010. Sejarah Peradaban Islam Dirasah Islamiyah II. Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada.

https://id.wikipedia.org/wiki/Kekhalifahan_Umayyah

Anda mungkin juga menyukai