Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Bangsa yang maju dan beradab adalah bangsa yang tidak terlepas dari beradaban
(civilization) dan memakaikan agama (religion) sebagai baju bangganya, HAR. Gibb (1859-
1940) mengatakan, Islam is a complete civilization (Islam adalah sebuah peradaban yang
sempurna).  Meskipun demikian, kenyataannya masyarakat masih banyak yang belum mengerti
betul apa itu peradaban dan Islam sebagai agama yang sempurna belum masuk di hati bangsa ini.

Ro aitu al-Muslimah duna al-Islam, wa ro aitu al-Islama duna al-Muslimah, yaitu nilai-nilai
Islam dapat ditemukan di tengah-tengah non-Muslim, dan sebaliknya nilai-nilai non-Muslim
banyak ditemukan pada masyarakat Islam. Mengapa? Karena masyarakat Muslim sekarang
sudah banyak melakukan penyimpangan-penyimpangan yang membuat Islam sendiri runtuh dari
nilai tauhidnya.

Dalam perkembangan dan tuntutan zaman yang semakin lama dikuasai oleh non-Muslim,
alangkah baiknya, sebagai negara yang menghormati peradaban dan sejarah. Khususnya Muslim
ditekankan mengetahuai sejarah-sejarah nenek moyang yang sudah mendahuluinya sebagai
bahan renungan dan pembelajaran.

B. RUMUSAN MASALAH
1) Berdirinya Dinasti Bani Umayyah
2) Ekspansi  Politik
3) Pemerintahan dan Administrasi
4) Prestasi di Bidang Sains dan Kebudayaan
5) Analisis Kemunduran dan Kejatuhan
BAB II
PEMBAHASAN

A.    Latar Belakang Berdirinya Bani Umayyah


            Nama Dinasti Bani Umayah diambil dari Umayah bin Abd Al-Syam, kakek Abu Sufyan.
Umayah segenerasi dengan Abdul Muthalib, kakek Nabi Muhammad Saw dan Ali bin Abi
Thalib. Dengan demikian, Ali bin Abi Thalib segenerasi pula dengan Mu’awiyah bin Abi
Sufyan. Ali bin Abi Thalib berasal dari keturunan Bani Hasyim sedangkan Mu’awiyah berasal
dari keturunan Bani Umayah. Kedua keturunan ini merupakan orang-orang yang berpengaruh
dalam suku Quraisy.
            Dinasti Umayyah didirikan oleh Muawiyyah bin Abu Sufyan bin Harb (661-680 M).
Muawiyyah sebagai pendiri daulah Bani Abbasiyyah juga sekaligus menjadi khalifah
pertama yang berpusat di Damaskus. Ia memindahkan ibukota kekuasaan Islam dari Kuffah ke
Damaskus. Dinasti Umayah timur merupakan fase ketiga dari kekuasaan Islam yang berlangsung
selama lebih kurang satu abad (661-750 M).
            Muawiyyah dipandang sebagai pembangun Dinasti yang oleh sebagian besar sejarawan
awalnya dipandang negatif. Keberhasilannya memperoleh legalitas atas kekuasaannya dalam
perang saudara di Siffin dicapai melalui cara yang curang. Lebih dari itu, Muawiyyah juga
dituduh sebagai pengkhianat prinsip-prinsip demokrasi yang diajarkan Islam, karena dialah yang
mula-mula mengubah pimpinan negara dari seorang yang dipilih oleh rakyat menjadi kekuasaan
raja yang diwariskan turun-temurun (monarchy heredity).
            Ciri yang menonjol ditampilkan oleh dinasti Umayah ini adalah perpindahan ibukota dari
Madinah ke Damaskus. Kepemimpinan dikuasai militer Arab dari lapisan bangsawan, dan
ekspansi kekuasaan Islam yang lebih meluas yaitu pada masa kekuasaan Islam terbentang sejak
dari Spanyol, Afrika Utara, Timur Tengah, sampai ke perbatasan Tiongkok. Dengan demikian,
selama periode Umayah berlangsung langkah-langkah baru untuk merekonstruksi otoritas dan
sekaligus kekuasaan khilafah, dan menerapkan faham golongan bersama dengan elite
pemerintah. Kekuasaan Arab menjadi sebuah sentralisasi monarkis.
Umayyah berkuasa kurang lebih selama 90 tahun. Reformasi cukup banyak terjadi,
terkait pada bidang pengembangan dan kemajuan pendidikan Islam. Perkembangan ilmu tidak
hanya dalam bidang agama semata melainkan juga dalam aspek teknologinya. Sementara sistem
pendidikan masih sama ketika Rasul dan khulafaur rasyidin, yaitu kuttab yang pelaksanaannya
berpusat di masjid.
Setting cikal bakal dinasti ini bermula ketika Ali bin Abi Thalib dibaiat sebagai khalifah
menggantikan kedudukan khalifah Usman bin Affan, salah satu kebijakan awal dan Ali adalah
pengambil alihan tanah-tanah dan kekayaan negara yang telah dibagi-bagikan oleh Usman
kepada keluarganya dan memecat gubemur-gubemur dan pejabat pemerintahan yang diangkat
Usman untuk meletakkan jabatannya, namun Muawiyyah Gubernur Syiria menolak pemecatan
itu sekaligus tidak mau membaiat Ali sebagai khalifah dan bahkan membentuk kelompok yang
kuat dan menolak untuk memenuhi perintah-perintah Ali. Dia berusaha membalas kematian
khalifah Usman, atau kalau tidak dia akan menyerang kedudukan khalifah bersama-sama dengan
tentara Syiria. Desakan Muawiyyah akhirnya tertumpah dalam perang Shiffin.
Dalam pertempuran itu hampir-hampir pasukan Muawiyyah dikalahkan pasukan Ali, tapi
berkat siasat penasehat Muawiyyah yaitu Amr bin 'Ash, agar pasukannya mengangkat mushaf-
mushaf Al Qur'an di ujung lembing mereka, pertanda seruan untuk damai dan melakukan
perdamaian (tahkim) dengan pihak Ali dengan strategi politik yang sangat menguntungkan
Mu’awiyah. Bukan saja perang itu berakhir dengan Tahkim Shiffin yang tidak menguntungkan
Ali, tapi akibat itu pula kubu Ali sendiri menjadi terpecah dua yaitu yang tetap setia kepada Ali
disebut Syiah dan yang keluar disebut Khawarij. Sejak peristiwa itu, Ali tidak lagi
menggerakkan pasukannya untuk menundukkan Muawiyyah tapi menggempur habis orang-
orang Khawarij, yang terakhir terjadi peristiwa Nahrawan pada 09 Shafar 38 H, dimana dari
1800 orang Khawarij hanya 8 orang yang selamat jiwanya sehingga dari delapan orang itu
menyebar ke Amman, Kannan, Yaman, Sajisman dan ke Jazirah Arab.
            Jatuhnya Ali dan naiknya Muawiyah juga disebabkan keberhasilan pihak khawarij
(kelompok yang membangkang/ keluar dari kelompok Ali) membunuh khalifah Ali, meskipun
kemudian tampuk kekuasaan dipegang oleh putranya Hasan, namun tanpa dukungan yang kuat
dan kondisi politik yang kacau akhirnya kepemimpinannya pun hanya bertahan sampai beberapa
bulan. Pada akhirnya Hasan menyerahkan kepemimpinan kepada Muawiyah, namun dengan
perjanjian bahwa pemmilihan kepemimpinan sesudahnya adalah diserahkan kepada umat Islam.
Perjanjian tersebut dibuat pada tahun 661 M / 41 H dan dikenal dengan am jama’ah karena
perjanjian ini mempersatukan ummat Islam menjadi satu kepemimpinan politik. 
            Setelah terjadi kesepakatan antara Hasan bin Ali  dengan Mu’awiyah bin Abi Sufyan
pada tahun 41 H/ 661 M, maka secara resmi Mu’awiyah diangkat menjadi khalifah oleh umat
Islam secara umum. Pusat pemerintahan Islam dipindahkan Mu’awiyah dari Madinah ke
Damaskus. Pemerintahan Mu’awiyah berubah bentuk dari theo-demokrasi menjadi
monarchi (kerajaan/dinasti) yang berbasiskan Islam, ini terjadi sejak dia mengangkat anaknya
Yazid sebagai putra mahkota. Sejak itulah sistem pemerintahan mamakai system monarchi
hingga pada khalifah terakhir Marwan bin Muhammad, yang tewas dalam pertempuran melawan
pasukan Abul Abbas As-Safah dari Bani Abbas pada tahun 750 M. Dengan tewasnya Marwan
bin Muhammad berakhir Dinasti Bani Umayah dan digantikan oleh Dinasti Bani Abbas.
            Pola pemerintahan menjadi kerajaan ini terjadi karena pada masa itu umat Islam telah
bersentuhan dengan peradaban Persia dan Bizantium. Oleh karena itu, Mu’awiyah juga
bermaksud meniru cara suksesnya kepemimpinan yang ada di Persia dan Bizantium yaitu
Kerajaan tetapi gelar pemimpin tetap menggunakan Khalifah dengan makna konotatif yang
diperbaharui.

B. Ilmu Pengetahuan yang berkembang Pada Dinasti Umayyah di Damaskus


1.Pada Bidang Sains
            Dalam hal ini terbagi menjadi dua, yaitu material dan immaterial.  
a). Bidang Material :
1) Muawiyah mendirikan Dinas pos dan tempat-tempat tertentu dengan menyediakan kuda
dengan peralatannya disepanjang jalan. Dia juga berusaha menertibkan angkatan
bersenjata.
2) Mu’awiyah merupakan khalifah yang mula-mula menyuruh agar dibuatkan ”anjung”
dalam masjid tempat sembahyang. Ia sangat khwatir akan keselamatan dirinya,    karena
khalifah Umar dan Ali, terbunuh ketika sedang melaksanakan shalat
3) Lambang kerajaan sebelumnya Al-Khulafaur Rasyidin, tidak pernah membuat lambang
Negara baru pada masa Umayyah, menetapkan bendera merah sebagai lambang
negaranya. Lambang itu menjadi ciri khas kerajaan Umayyah.
4) Mu’awiyah sudah merancang pola pengiriman surat (post), kemudian dimatangkan lagi
pada masa Malik bin Marwan. Proyek al-Barid (pos) ini, semakin ditata dengan baik,
sehingga menjadi alat pengiriman yang baik pada waktu itu.
5) Arsitektur semacam seni yang permanent pada tahun 691H, Khalifah Abd Al-Malik
membangun sebuah kubah yang megah dengan arsitektur barat yang dikenal dengan “The
Dame Of The Rock” (Gubah As-Sakharah).
6) Pembuatan mata uang dijaman khalifah Abd Al Malik yang kemudian diedarkan
keseluruh penjuru negeri islam.
7) Pembuatan panti Asuhan untuk anak-anak yatim, panti jompo, juga tempat-tempat untuk
orang-orang yang infalid, segala fasilitas disediakan oleh Umayyah.
8) Pengembangan angkatan laut muawiyah yang terkenal sejak masa Uthman sebagai Amir
Al-Bahri, tentu akan mengembangkan idenya dimasa dia berkuasa, sehingga kapal perang
waktu itu berjumlah 1700 buah
9) Khalifah Abd Al-Malik juga berhasil melakukan pembenahan-pembenahan administrasi
pemerintahan dan memberlakukan bahasa arab sebagai bahasa resmiadministrasi
pemerintahan Islam yang tadinya berbahasa Yunani dan Pahlawi sehingga sampai
berdampak pada orang-orang  non  Arab  menjadi  pandai  berbahasa Arab dan untuk
menyempurnakan pengetahuan tata bahasa Arab orang-orang non Arab, disusun buku
tata bahasa Arab oleh Sibawaih dalam al-Kitab.
10) Merubah mata  uang  yang  dipakai  di  daerah-daerah    yang  dikuasai  Islam.
Sebelumnya mata  uang  Bizantium  dan  Persia  seperti  dinar  dan  dirham.
Penggantinya uang dirham terbuat dari mas dan dirham dari perak dengan memakai kata-
kata dan tulisan Arab.
11) Perluasaan wilayah kekuasaan dari Afrika menuju wilayah Barat daya, benua Eropa,
bahkan perluasaan ini juga sampai ke Andalusia (Spanyol) di bawah kepemimpinan
panglima Thariq bin Ziad, yang berhasil menaklukkan Kordova, Granada, dan Toledo.
12) Dibangun mesjid-mesjid dan istana. Katedral St. Jhon di Damaskus dirubah menjadi
mesjid, sedang Katedral yang ada di Hims dipakai sebagai mesjid dan gereja. Di  al-
Quds  (Jerussalem) Abdul Malik membangun mesjid  al-Aqsha. Monumen terbaik yang
ditinggalkan zaman ini adalah Qubah al-Sakhr di al-Quds. Di mesjid al-Aqsha yang
menurut  riwayatnya  tempat Nabi  Ibrahim hendak menyembelih Ismail dan Nabi
Muhammad mulai dengan mi’raj ke langit, mesjid Cordova  di  Spanyol dibangun,
mesjid  Mekah  dan Madinah  diperbaiki  dan diperbesar oleh Abdul Malik dan Walid
13) Bahkan pada masa, Sulaiman ibn Malik, telah dibangun pembangunan megahraksasa
yang terkenal dengan Jami’ul Umawi.

b.) Bidang Immaterial
a) Mendirikan pusat kegiatan ilmiah di Kufah dan Bashrah yang akhirnya memunculkan
nama- nama besar seperti Hasan al-Basri, Ibn Shihab al-Zuhri dan kalam. Washil bin
Atha. Bidang yang menjadi perhatian adalah tafsir, hadits,  fikih.
b) Penyair-penyair Arab baru bermunculan setelah perhatian mereka terhadap syair    Arab
Jahiliyah dibangkitkan. Mereka itu adalah Umar Ibn Abi Rabiah (w. 719 m.), Jamil al-
Udhri (w. 701 M.),  Qays Ibn al-Mulawwah (w. 699 M.) yang lebih dikenal dengan nama
Majnun Laila, al-Farazdaq (w 732M.), Jarir (w. 792 M) dan al-Akhtal (w. 710 M.).
c) Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Sastra-Seni Waktu dinasti ini telah mulai dirintis
jalan ilmu naqli ; berupa filsafat dan eksakta.  Dan ilmu pengetahun berkembang dalam
tiga bidang, yaitu bidang diniyah, tarikh, dan filsafat. Kota-kota yang menjadi pusat ilmu
pengetahuan selama pemerintahan          dinasti Umaya h, antara lain kota Kairawan,
Kordoba, Granda dan lain sebagainya.     Sehingga secara perlahan ilmu pengetahuan
terbagi menjadi dua macam, yaitu : pertama, Al-Adaabul Hadits (ilmu-ilmu baru), yang
meliputi : Al-ulumul Islamiyah (ilmu al-Qur’an, Hadist, Fiqh, al-Ulumul Lisaniyah, At-
Tarikh dan al-Jughrafi), Al-            Ulumul khiliyah (ilmu yang diperlukan untuk
kemajuan Islam), yang meliputi : ilmu thib, filsafat, ilmu pasti, dan ilmu eksakta lainnya
yang disalin dari Persia dan     Romawi. Kedua :Al-Adaabul Qadamah (ilmu lama), yaitu
ilmu yang telah ada pasa         zaman Jahiliyah dan ilmu di zaman khalifah yang empat,
seperti ilmu lughah, syair,khitabah dan amtsal.
d) Gerakan Penerjemahan dan Arabisasi. Gerakan penerjemahan ke dalam bahasa Arab
(Arabisasi buku), juga dilakukan, terutama pada masa khalifah Marwan. Pada saat itu, ia
memerintahkan penerjemahan sebuah buku kedokteran karya Aaron, seorang dokter dari
iskandariyah, ke dalam bahasa Siriani, kemudian diterjemahkan lagi ke dalam bahasa
Arab. Demikian pula, Khalifah memerintahkan menerjemahkan buku dongeng dalam
bahasa sansakerta        yang dikenal dengan Kalilah wa Dimnah, karya Bidpai. Buku ini
diterjemahkan oleh      Abdullah ibnu Al-Muqaffa. Ia juga telah banyak menerjemahkan
banyak buku lain, seperti filsafat dan logika, termasuk karya Aristoteles :Categoris,
Hermeneutica, Analityca Posteriorserta karya Porphyrius :Isagoge.

2. Pada Bidang kebudayaan


            Dalam lapangan sosial budaya, bani Umayyah telah membuka terjadinya kontak antara
bangsa-bangsa muslim (Arab) dengan negeri-negeri taklukan yang terkenal memiliki tradisi yang
luhur seperti Persia, Mesir, Eropa dan sebagainya. Hubungan itu lalu melahirkan kreatifitas baru
yang menakjubkan di bidang seni dan ilmu pengetahuan. Di lapangan seni, terutama seni
arsitektur, Bani Umayyah mencatat prestasi puncak, seperti Qubah as- Shakhra di Yerusalem
menjadi monument terbaik yang hingga kini tak henti-hentinya di kagumi orang
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
1) Dinasti Umayyah didirikan oleh Muawiyyah bin Abu Sufyan bin Harb (661-680 M).
Muawiyyah sebagai pendiri daulah Bani Abbasiyyah juga sekaligus menjadi khalifah
pertama yang berpusat di Damaskus. Ia memindahkan ibukota kekuasaan Islam dari
Kuffah ke Damaskus. Dinasti Umayah timur merupakan fase ketiga dari kekuasaan Islam
yang berlangsung selama lebih kurang satu abad (661-750 M).
2) Pada Bidang Sains terbagi menjadi dua, yaitu material dan immaterial.  Dalam lapangan
sosial budaya, bani Umayyah telah membuka terjadinya kontak antara bangsa-bangsa
muslim (Arab) dengan negeri-negeri taklukan yang terkenal memiliki tradisi yang luhur
seperti Persia, Mesir, Eropa dan sebagainya.

B. SARAN
Demikianlah isi dari makalah kami, yang menurut kami  telah kami susun secara
sistematis agar pembaca mudah untuk memahaminya. Berbicara mengenai sejarah, maka sejarah
merupakan ilmu yang tidak akan pernah ada habisnya. Ingatlah, orang yang cerdas adalah orang
yang belajar dari sejarah.

Anda mungkin juga menyukai