Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

IMPLEMENTASI PENDIDIKAN DI SEKOLAH DAN PENGARUH


GENDER DALAM PERGAULAN DAN INTERAKSI DI
LINGKUNGANNYA

Makalah ini disusun untuk memenuhi Tugas Terstruktur


Mata Kuliah “Kajian Gender Dalam Pembelajaran IPS”
Dosen Pengampu : Septiani Resmalasari M.Pd

Disusun Oleh:

MUHAMMAD JA`PAR SODIK (1908104119)


SULTONI (1908104122)
FADHLIKA MULYAWATI PUTRI (1908104124)

TADRIS ILMU PENGETAHUAN SOSIAL / 5C


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SYEKH NURJATI CIREBON
2021
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, senantiasa kita ucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang hingga
saat ini masih memberikan kita nikmat iman dan kesehatan, sehingga kami diberi kesempatan
yang luar biasa ini yaitu kesempatan untuk menyelesaikan tugas penulisan makalah tentang
“Implementasi Pendidikan Sekolah Dan Pengaruh Gender Dalam Pergaulan Dan Interaksi di
Lingkungannya” Shalawat serta salam tidak lupa selalu kami haturkan untuk junjungan nabi
agung kita, yaitu Nabi Muhammad SAW yang telah menyampaikan petunjuk Allah SWT
untuk kita semua, yang merupakan sebuah petunjuk yang paling benar yakni Syariat agama
Islam yang sempurna dan merupakan satu-satunya karunia paling besar bagi seluruh alam
semesta. Adapun penulisan makalah ini merupakan bentuk dari pemenuhan beberapa Tugas
Terstruktur dari mata kuliah Kajian Gender Dalam Pembelajaran IPS.

Kami juga berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi setiap
pembaca. Tak lupa dengan seluruh kerendahan hati, kami meminta kesediaan pembaca untuk
memberikan kritik serta saran yang membangun mengenai penulisan makalah kami ini, untuk
kemudian kami akan merevisi kembali pembuatan makalah ini di waktu berikutnya.

Majalengka, 10 September 2021

Penulis
DAFTAR ISI

Kata Pengantar..............................................................................................i

Daftar isi.........................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN..............................................................................1
A. Latar Belakang..........................................................................................1
B. Rumusan Masalah.....................................................................................1
C. Tujuan........................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN...............................................................................3
1. Konsep Dasar Yang Melatarbelakangi Munculnya Feminisme Dalam
Masyarakat Pendidikan..............................................................................3
2. Konsep Dasar Pendidikan Islam................................................................6
3. Feminisme..................................................................................................10
BAB III PENUTUP.......................................................................................15
A. Kesimpulan.................................................................................................15
B. Saran...........................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................16
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Indonesia telah melaksanakan berbagai konvensi PBB dalam berbagai kebijakan
publik yang berisikan perjuangan kesetaraan gender. Kebijakan publik berupa Undang-
Undang dan peraturan sebagai berikut: (a) Undang-Undang Repeblik Indonesia No. 7
Tahun 1994 tentang Pengesahan Konvensi Mengenai Penghapusan Segala bentuk
diskriminasi terhadap wanita (Convention on the Elimination of All Formes of
Discrimination Against Women). (b) Undang-Undang Republik Indonesia No 34 tahun
1999 tentang Hak Asasi Manusia. Dalam Pasal 48 Undang-Undang dikatakan Wanita
berhak untuk memperoleh pendidikan sesuai dengan persyaratan yang telah ditentukan.
Pasal 60 ayat (1) menyatakan setiap anak berhak untuk memperoleh pendidikan dan
pengajaran dalam rangka pengembangan pribadinya sesuai dengan minat, bakat dan
tingkat kecerdasannya.
Melihat kedudukan dan peranan strategis dari seorang ibu dalam proses
pendidikan, sudah sewajarnyalah apabila peranan perempuan dalam proses pendidikan
dalam hidup bermasyarakat mendapatkan tempat sewajarnya untuk dapat melindungi hak
asasi manusianya. Hal ini dapat dilihat dari perempuan dalam kesempatan pengembangan
atau pemerdekaan dirinya. Pendidikan bagi kaum perempuan sebagai barang Lux,
sehingga mendapatkan pendidikan yang baik dan bermutu bukan merupakan kebutuhan
hakiki dari kaum perempuan, perubahan mindset dalam masyarakat mengenai kedudukan
perempuan yang setara merupakan inti dari gerakan feminisme sedunia.
Ketika mendengar kesetaraan gender mungkin dibenak kita ada yang berpikir ke
arah emansipasi kaum perempuan, artinya perempuan memiliki hak yang sama dengan
laki-laki. Tak perlu berpikir manakah yang benar mengenai gambaran kesetaraan gender
itu sendiri. Emansipasi atas kaum perempuan dapat dikatakan mulai lahir ketika muncul
kontrovensi yang menyangkut sikap atau perilaku atau pandangan seseorang dalam hal
mengenai menghargai perempuan. Namun saat ini merasa bahwa kesetaraan gender ini
sudah diterapkan dalam pemerintahan Negara Indonesia. Hal ini dapat dilihat bahwa
pemerintah menerapkan program pemerataan pendidikan di seluruh Indonesia yang dapat
dilihat sampai saat ini bahwa telah banyak generasi penerus bangsa yang merupakan
calon pembangunan negara ini mendapatkan kesempatan yang sama dalam mengenyam
pendidikan.

B. Rumusan Masalah
1. Apa konsep dasar yang melatarbelakangi munculnya feminisme dalam masyarakat
pendidikan?
2. Apa konsep dasar pendidikan Islam?
3. Apa itu feminisme?

C. Tujuan
1. Dapat mengetahui konsep dasar yang melatarbelakangi munculnya feminisme
dalam masyarakat pendidikan.
2. Dapat mengetahui konsep dasar pendidikan Islam
3. Dapat mengetahui apa itu feminisme.
BAB II
PEMBAHASAN

1. Konsep Dasar Yang Melatarbelakangi Munculnya Feminisme Dalam Masyarakat


Pendidikan
Latar belakang munculnya feminisme dipengaruhi oleh arus-arus pemikiran teori.
Yang pertama adalah teori sruktural fungsional yang meyakini adanya pembagian peran
agar timbul keharmonisan. Teori yang ke dua adalah teori konflik sosial pada dasarnya
teori ini muncul untuk menentang struktural fungsional. Teori ini menyatakan adanya
pembagian peran untuk mencapai keharmonisan. Dan menyatakan bahwa struktur sosial
perlu adanya pembagian peran serta aktivitas.
Gerakan feminisme di Indonesia muncul sekitar abad 18-19 M. Tokoh feminisme
di Indonesia abad ke-19 R.A. Kartini karena dipengaruhi oleh politik etis, sadar akan
kaumnya masih terbelakang dan terkukung dalam budaya feodalis. Ia lahir di Jepara
tahun 1870, ia merupakan anak ke-2 dari bupati Jepara. Bermula dari kebiasaannya
menulis. Sering kali Ia menulis sebuah surat yang berisikan amarah yang selama ini
mengengkang kebebasannya dan menghalangi emansipasi rakyat Jawa, kaum perempuan
khususnya. Inti dari gerakan Kartini ialah untuk pengarahan, pengajaran agar anak-anak
perempuan mendapatkan pendidikan.
Selain Kartini pada generasi berikutnya muncul pahlawan emansipasi lainnya
seperti Dewi Sartika berasal dari Priangan Jawa Barat, Rohana Kudus Sumatera Barat.
Semakin lama tumbuhlah kesadaran akan emansipasi kaum perempuan. Akhirnya
dibentuk sebuah wadah dalam bentuk organisasi. Organisasi dibentuk guna kepentingan
kaum perempuan untuk memperjuangkan perempuan dalam perkawinan mempertinggi
kecakapan dan pemahaman ibu sebagai pengatur dan pengontrol dalam rumah tangga.
Hal ini bisa dilakukan dengan cara memperluas lapangan pekerjaan, memperbaiki
pendidikan dan mempertinggi kecakapan. Namun sayangnya organisasi pada masa itu
yang di nilai bertentangan dengan orde baru dibubarkan. Selanjutnya Soeharto
menciptakan organisasi yang berbasis “ibuisme” dan pada 1 Oktober 1965 di mulailah
rezim pemerintahan orde baru.
Pada abad ke 20 muncullah organisasi perempuan secara formal. Seperti Putri
Mardika tahun 1912 di Jakarta. Organisasi ini dibentuk bertujuan untuk memajukan
pendidikan bagi perempuan serta berusaha membiasakan perempuan untuk tampil di
depan umum dengan tanpa rasa takut. Kemudian muncul organisasi perempuan di Tasik
1913, Sumedang dan Cianjur 1916, Ciamis 1917. Organisasi ini di bentuk bertujuan
menyediakan sekolah khusus bagi perempuan yang bernama Kartini di Jakarta, kemudian
didirikan lagi di Madiun, Malang, Cirebon, Pekalongan, Indramayu dan Rembang.
Namun sekolah ini kebanyakan diikuti oleh para kaum bangsawan.
Organisasi perempuan yang bergaris agama muncul pada tahun 1920. Di
Yogyakarta ada Aisyiyah sebuah organisasi perempuan dibentuk dalam rangka
pembaharuan Muhammadiyah yang berdiri tahun 1917. Dan juga pada tahun 1925
berdiri Serikat Putri Islam. Munculnya kesadaran politik ditandai dengan adanya kongres
wanita tanggal 22-23 Desember 1928 di Yogyakarta. Kongres perempuan ini diadakan
oleh organisasi-organisasi perempuan antara lain Wanita Utama. Puteri Indonesia, Wanita
Katholik, Wanita Muljo, Aisyiyah, Serikat Isteri Buruh Indonesia, Jong Java, Wanita
Taman Siswa. Yang menghasilkan keputusan bahwa kesamaan derajat akan tercapai
dalam susunan masyarakat yang tidak terjajah. Tahun 1932 organisasi Isteri
Kesadaran ini pula yang melatarbelakangi para pelopor gerakan feminis. Mereka
sadar bahwa selama ini jarang terjadi kesetaraan peran antara dua jenis kelamin
(pembedaan peran antara dua jenis kelamin yang lebih bersifat sosial kultur ini kemudian
lebih populer dengan istilah gender).

2. Konsep Dasar Pendidikan Islam


Menilik dari dalam bahasa Indonesia, istilah pendidikan berasal dari kata “didik”
dengan memberinya awalan “pe” dan akhiran “an”, mengandung arti Perbuatan (hal, cara
dan sebagainya). Istilah pendidikan ini semula berasal dari bahasa Yunani, yaitu
“paedagogie”, yang berarti bimbingan yang diberikan kepada anak. Istilah ini kemudian
diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris dengan “education” yang berarti pengembangan
atau bimbingan. Dalam bahasa Arab istilah ini sering diterjemahkan dengan “tarbiyah”
yang berarti pendidikan. Dalam perkembangannya istilah pendidikan berarti bimbingan
atau pertolongan yang diberikan dengan sengaja terhadap anak didik oleh orang dewasa
agar ia menjadi dewasa. Dalam perkembangan selanjutnya, pendidikan berarti usaha yang
dijalankan oleh seseorang atau sekelompok orang untuk mempengaruhi seseorang atau
sekelompok orang agar menjadi dewasa atau mencapai tingkat hidup dan penghidupan
yang lebih tinggi dalam arti mental. Di dalam Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional dijelaskan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan
terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik
secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan
yang diperlukan dirinya, masyarakat bangsa dan Negara. Dengan demikian pendidikan
berarti, segala usaha orang dewasa dalam pergaulan dengan peserta didik untuk
memimpin perkembangan potensi jasmani dan rohaninya ke arah kesempurnaan.
1) Pengertian pendidikan islam
Kata “Islam”, Apabila dicari dari asal katanya, Islam berasal dari kata aslama,
yang artinya bersih dan selamat dari kecacatan lahir batin. Kata Islam juga dapat
diambil dari kata assilmu dan assalmu yang berarti perdamaian dan keselamatan.
Pengertian Islam secara terminologis diungkapkan Ahmad Abdullah Almasdoosi
bahwa Islam adalah kaidah hidup yang diturunkan kepada manusia sejak manusia
digelarkan ke muka bumi, dan terbina dalam bentuknya yang terakhir dan sempurna
dalam Al-Qur’an yang suci yang diwahyukan Tuhan kepada Nabi-Nya yang terakhir,
yakni Muhammad Ibn Abdullah, satu kaidah hidup yang memuat tuntunan yang jelas
dan lengkap mengenai aspek hidup manusia.
Di dalam Al-Qur’an tidak ditemukan kata Al-Tarbiyat, namun terdapat istilah
lain yang seakar dengannya, yaitu Al-Rabb, Rabbayâni, Murobby, Yurbiy dan
Rabbaniy. Istilah lain dari pendidikan adalah Ta’lim yang berarti pengajaran yang
bersifat pemberian atau penyampaian pengertian, pengetahuan dan ketrampilan.
Adapun tentang pengertian Ta’lim hanya sebatas proses pentransferan seprangkat nilai
antar manusia. Ia hanya dituntut untuk menguasai nilai yang di transfer secara
kognitif dan psikomotorik, akan tetapi tidak dituntut pada domain afektif. Ia hanya
sekedar memberi tahu atau memberi pengetahuan, tidak mengandung arti pembinaan
kepribadian yang disebabkan pemberian pengetahuan.
Sekarang ini, penggunaan istilah yang paling popular dipakai orang adalah
“Tarbiyyah”. Dengan demikian maka istilah pendidikan Islam disebut Tarbiyyah
Islâmiyyah. Mustafa Al-Maraghiy membagi kegiatan Al-Tarbiyyah dengan dua
macam. Pertama, Tarbiyyah Khalqiyyah yaitu penciptaan, pembinaan dan
pengembangan jasmani peserta didik agar dapat dijadikan sebagai sarana bagi
pengembangan jiwanya. Kedua, Tarbiyyah Diniyyah Tahzibiyyah yaitu pembinaan
jiwa manusia dan kesempurnaannya melalui petunjuk wahyu Ilâhi.
Pendidikan Islam di Indonesia dapat dikelompokan ke dalam lima jenis, Yaitu:
1) Pondok pesantren atau madrasah diniyah, yang menurut UU No.20 tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional disebut sebagai pendidikan keagamaan
̓
(Islam) formal seperti Pondok Pesantren/Madrasah Diniyah ( Ula, Wustha, Ulya,
dan Ma’had ‘Ali ).
2) Madrasah dan pendidikan lanjutannya seperti IAIN/STAIN atau Universitas Islam
Negeri yang bernaung di bawah Departemen Agama.
3) Pendidikan usia dini/TK, sekolah/perguruan tinggi yang diselenggarakan oleh
dan/atau berada di bawah naungan yayasan dan organisasi Islam.
4) Pelajaran agama Islam di sekolah/madrasah/perguruan tinggi yang
diselenggarakan oleh dan/atau sebagai program studi, dan
5) Pendidikan Islam dalam keluarga atau di tempat-tempat ibadah, dan/atau di
forum-forum kajian keislaman, seperti: majlis ta’lim, dan institusi-institusi lainnya
yang sekarang sedang digalakan oleh masyarakat, atau pendidikan Islam melalui
jalur pendidikan non formal, dan informal.

2) Dasar-dasar pendidikan islam


Setiap usaha, kegiatan dan tindakan yang disengaja untuk mencapai suatu
tujuan harus mempunyai tempat landasan berpijak yang baik dan kuat, sehingga
pendidikan Islam sebagai suatu upaya untuk membentuk manusia harus mempunyai
landasan kemana kegiatan dan perumusan tujuan pendidikan Islam diarahkan. Dari
sini dasar adalah merupakan landasan berpijaknya sesuatu yang akan memberikan
arah yang jelas kepada tujuan yang hendak diraih.
Penentuan dasar ini memiliki urgensi untuk:
1. Mengarahkan tujuan pendidikan Islam yang ingin dicapai
2. Membingkai seluruh kurikilum yang dilakukan dalam proses belajar mengajar
yang didalamnya termasuk materi, metode, media, sarana dan evaluasi
3. Menjadi standar tolak ukur dalam evaluasi, apakah kegiatan pendidikan telah
mencapai dan sesuai dengan apa yang diharapkan atau belum .

Dasar pendidikan Islam identik dengan dasar ajaran Islam itu sendiri.
Keduanya berasal dari sumber yang sama yaitu Al-Quran dan Hadits. Kemudian dasar
tadi dikembangkan dalam pemahaman para ulama dan lain sebagainya. Al-Qur’an
dijadikan sebagai sumber pertama dan utama dalam pendidikan Islam, Karena nilai
absolut yang terkandung didalamnya yang datang dari Tuhan. Umat Islam sebagai
umat yang dianugerahkan Tuhan suatu kitab Al-Qur’an yang lengkap dengan segala
petunjuk yang meliputi seluruh aspek kehidupan dan bersifat universal. Nilai esensi
didalam Al-Qur’an selamanya abadi dan selalu relevan pada setiap waktu dan zaman,
yang terjaga dari perubahan apapun, sehingga pendidikan Islam yang ideal
sepenuhnya mengacu pada nilai-nilai dasar Al-Qur’an tanpa sedikit pun menyimpang
darinya. Hal ini diperlukan karena ada dua isi penting yang diperlukan dalam sebuah
pendidikan, yaitu mencakup sejarah pendidikan Islam dan nilai-nilai normatif
pendidikan Islam. Dalam Al-Qur’an terdapat banyak ajaran yang berisi prinsip-prinsip
berkenaan dengan kegiatan atau usaha pendidikan,
Dasar kedua dalam pendidikan Islam adalah As-Sunnah. Menurut bahasa As-
Sunnah adalah tradisi yang biasa dilakukan atau jalan yang dilalui baik yang terpuji
maupun yang tercela. As-Sunnah adalah sesuatu yang dinukilkan kepada Nabi
Muhammad Saw berupa perkataan, perbuatan, Taqrir atau ketetapannnya. Sunnah
juga berisi aqidah dan syariah. Sunnah berisi petunjuk (pedoman) untuk kemaslahatan
hidup manusia dalam segala aspeknya untuk membina umat menjadi manusia
seutuhnya atau muslim yang bertaqwa, sehingga rosul menjadi guru dan pendidik
utama .

3) Landasan pemikiran pendidikan islam


Landasan pemikiran pendidikan Islam merupakan landasan operasional yang
terbentuk sebagai aktualisasi dan realisasi dari dasar-dasar pendidikan Islam diatas.
Hasan Langgulung memberikan pemikiran dengan mengajukan enam macam
landasan, yang kemudian ada beberapa ahli pendidikan yang menambahkan satu
landasan lagi sebagai penyempurnaan. Satu landasan ini ditambahkan dengan tujuan
agar segala proses pendidikan yang dilakukan dapat bernafaskan dan bernuansa
Islami, sehingga dapat bernilai ‘ubudiyyah .
a. Landasan Historis
Dasar historis adalah dasar berorientasi pada pengalaman pendidikan masa
lalu, baik dalam bentuk undang-undang maupun peraturan-peraturan, agar
kebijakan yang ditempuh masa sekarang akan lebih bermakna dan mencerahkan.
Sebagai contoh kalau pada masa dulu masyarakat bangsa Arab sangat gemar
bersastra, maka pendidikan sastra di Arab menjadi penting dalam kurikulum masa
kini, sebab selain sastra menjadi identitas dan potensi akademik bagi bangsa Arab
juga sebagai sumber perekat bangsa .
b. Landasan Sosologis
Dasar sosiologis adalah dasar yang memberikan kerangka sosial budaya,
yang dengannya itu pendidikan dilaksanakan. Dasar ini dapat berfungsi sebagai
tolak ukur dalam prestasi belajar. Artinya tinggi rendahnya suatu pendidikan dapat
di ukur dari tingkat relevansi output pendidikan dengan kebutuhan dan keinginan
masyarakat. Pendidikan yang baik adalah pendidikan yang tidak kehilangan
konteks atau tercerabut dari masyarakatnya .

c. Landasan Ekonomi
Dasar ini akan memberikan perspektif tentang potensi-potensi manusia,
keuangan, materi, persiapan yang mengatur sumber keuangan dan bertanggung
jawab terhadap anggaran pembelanjaan . Dalam masa sekarang ini dapatlah
dikatakan bahwa pendanaan merupakan salah satu faktor yang menentukan akan
maju mundurnya suatu pendidikan yang dilaksanakan.
d. Landasan Politik dan Administratif
Dasar yang memberi bingkai ideologis, yang digunakan sebagai tempat
bertolak untuk mencapai tujuan yang dicita-citakan dan direncanakan bersama.
Dasar politik menjadi penting untuk pemerataan pendidikan, baik secara kualitatif
maupun kuantitatif. Sementara dasar administrasi berguna untuk memudahkan
pelayanan pendidikan, agar pendidikan dapat berjalan dengan lancar tanpa ada
gangguan teknis dalam pelaksanaannya.
e. Landasan Psikologi
Dasar yang memberi informasi tentang watak peserta didik, pendidik,
motivasi dan inovasi peserta didik, karakter, metode terbaik dalam praktek,
pengukuran dan penilaian bimbingan dan penyuluhan, tenaga administrasi dan
sumber daya manusia yang lain. Dasar ini pula yang memberikan suasana batin
yang tenang, damai dan indah dilingkungan pendidikan, meskipun dalam
kedamaian dan ketenangan itu senantiasa terjadi dinamika dan gerak cepat untuk
lebih maju bagi pengembangan lembaga pendidikan.
f. Landasan Filosofis
Dasar yang memberikan kemampuan memilih yang terbaik, memberi arah
suatu sistem yang mengontrol dan memberi arah kepada semua dasar-dasar
operasional lainnya. Sementara bagi masyarakat religious, dasar ini hanya sekedar
bagian dari cara berpikir dibidang pendidikan secara sistematik, radikal, dan
universal yang asasnya diturunkan dari nilai ilaahiyyah.
g. Landasan Religius
Dasar religius adalah dasar yang diturunkan dari ajaran agama. Urgensi
dasar ini terletak pada tujuannya agar seluruh proses bahkan hasil dari pendidikan
Islam dapat bermakna. Aplikasi dasar-dasar yang lain merupakan realisasi diri
yang bersumberkan agama dan bukan sebaliknya. Dengan tujuan yang hendak di
capai adalah adanya tindakan kependidikan dapat dinilai ibadah, sebab ibadah
merupakan aktualisasi diri yang paling ideal dalam pendidikan Islam

3. Feminisme
Feminisme adalah gerakan yang menuntut persamaan hak sepenuhnya antara
kaum wanita dan pria. Tujuan feminisme untuk memajukan secara politis dan ekonomi
dalam pengertian khusus pemilihan suatu sifat kewanitaan yang agak menonjol. Istilah
feminisme menurut pandangan Wolf adalah feminisme sebagai suatu hal yang
mengungkapkan harga diri pribadi dan harga diri semua perempuan. Istilah “feminism”
bagi Wolf harus diartikan dengan “menjadi manusia”. Pada pemahaman yang demikian
maka perempuan akan percaya pada diri mereka sendiri. Jika emansipasi dikaitkan
dengan perempuan emansipasi lebih cenderung pada penekanan partisipasi tanpa
mempersoalkan gender. Perempuan dalam pandangan femininsme mempunyai aktivitas
tersendiri untuk memperjuangkan hak dan kepentingan tersebut serta dalam menuntut hak
sebagai manusia secara utuh.
Gerakan feminis telah dan terus mengampanyekan hak-hak perempuan, termasuk
hak untuk memilih, memegang jabatan politik, bekerja, mendapatkan upah yang adil,
upah yang setara dan menghilangkan kesenjangan upah gender, untuk memiliki properti,
mendapatkan pendidikan, masuk kontrak, memiliki hak yang sama dalam pernikahan, dan
untuk memiliki cuti kehamilan. Feminis juga berupaya untuk memastikan akses terhadap
aborsi yang legal dan integrasi sosial, serta untuk melindungi perempuan dari
pemerkosaan, pelecehan seksual, dan kekerasan dalam rumah tangga. Perubahan dalam
berpakaian dan aktivitas fisik yang dapat diterima sering menjadi bagian dari gerakan
feminis.
A. ALIRAN FEMINISME
Setiap kelompok feminis, baik dalam satu generasi maupun berbeda,
memiliki ragam pemikiran dan agenda pokok dalam perjuangan mereka. Dalam
melakukan aktivismenya, kelompok-kelompok feminis dari aneka aliran juga
kerap mendapatkan kritik dari satu sama lain yang memiliki pemikiran baru.
Gagasan-gagasan baru yang senantiasa berkembang dalam feminisme inilah yang
sering kali melahirkan aliran-aliran baru feminisme, yang tetap memiliki napas
yang sama, yaitu perjuangan untuk keadilan dan kesetaraan gender. Berikut ini
adalah penjelasan singkat mengenai beberapa aliran feminisme untuk membantu
kita memahami kelompok-kelompok yang beragam tersebut
1) Feminisme Liberal
Apa yang disebut sebagai Feminis Liberal ialah pandangan untuk
menempatkan perempuan yang memiliki kebebasan secara penuh dan individual.
Aliran ini menyatakan bahwa kebebasan dan kesamaan berakar pada rasionalitas
dan pemisahan antara dunia privat dan publik. Perempuan harus mempersiapkan
diri agar mereka bisa bersaing di dunia dalam kerangka "persaingan bebas" dan
punya kedudukan setara dengan lelaki. Tokoh aliran ini adalah Naomi Wolf,
sebagai "Feminisme Kekuatan" yang merupakan solusi. Kini perempuan telah
mempunyai kekuatan dari segi pendidikan dan pendapatan, dan perempuan harus
terus menuntut persamaan haknya serta saatnya kini perempuan bebas
berkehendak tanpa tergantung pada lelaki.
Feminisme liberal mengusahakan untuk menyadarkan wanita bahwa
mereka adalah golongan tertindas. Pekerjaan yang dilakukan wanita di sektor
domestik dikampanyekan sebagai hal yang tidak produktif dan menempatkan
wanita pada produktif dan menempatkan wanita pada posisi sub-ordinat. Budaya
masyarakat Amerika yang materialistis, mengukur segala sesuatu dari materi, dan
individualis sangat mendukung keberhasilan feminisme. Wanita-wanita tergiring
keluar rumah, berkarier dengan bebas dan tidak tergantung lagi pada pria.
2) Feminisme Radikal
Trend ini muncul sejak pertengahan tahun 70-an di mana aliran ini
menawarkan ideologi "perjuangan separatisme perempuan". Pada sejarahnya,
aliran ini muncul sebagai reaksi atas kultur seksisme atau dominasi sosial berdasar
jenis kelamin di Barat pada tahun 1960an, utamanya melawan kekerasan seksual
dan industri pornografi. Pemahaman penin- dasan laki-laki terhadap perempuan
adalah satu fakta dalam sistem masyarakat yang sekarang ada. Dan gerakan ini
adalah sesuai namanya yang "radikal".
3) Feminisme Post Modern
Ide Posmo- menurut anggapan mereka ialah ide yang anti absolut dan anti
otoritas, gagalnya modernitas dan pemilahan secara berbeda-beda tiap fenomena
sosial karena penentangannya pada peng universalan pengetahuan ilmiah dan
sejarah. Mereka berpendapat bahwa gender tidak bermakna identitas atau struktur
sosial.
4) Feminisme Anarkis
Feminisme Anarkisme lebih bersifat sebagai suatu paham politik yang
mencita- citakan masyarakat sosialis dan menganggap negara dan laki-laki adalah
sumber permasalahan yang sesegera mungkin harus dihancurkan.
5) Feminisme Sosialis
Sebuah faham yang berpendapat "Tak Ada Sosialisme tanpa Pembebasan
Perempuan. Tak Ada Pembebasan Perempuan tanpa Sosialisme". Feminisme
sosialis berjuang untuk menghapuskan sistem pemilikan. Lembaga perkawinan
yang melegalisir pemilikan pria atas harta dan pemilikan suami atas istri
dihapuskan seperti ide Marx yang mendinginkan suatu masyarakat tanpa kelas,
tanpa pembedaan gender. Dan lain sebagainya.
6) Feminisme Eminisme Postkolonial
Dasar pandangan ini berakar di penolakan universalitas pengalaman
perempuan. Pengalaman perempuan yang hidup di negara dunia ketiga
(koloni/bekas koloni) berbeda dengan perempuan berlatar belakang dunia
pertama. Perempuan dunia ketiga menanggung beban penindasan lebih berat
karena selain mengalami penindasan berbasis gender, mereka juga mengalami
penindasan antar bangsa, suku, ras, dan agama. Dimensi kolonialisme menjadi
fokus utama feminisme pos kolonial yang pada intinya menggugat penjajahan,
baik fisik, pengetahuan, nilai- nilai, cara pandang, maupun mentalitas masyarakat.
Beverley Lindsay dalam bukunya Comparative Perspectives on Third World
Women: The Impact of Race, Sex, and Class menyatakan “hubungan
ketergantungan yang didasarkan atas ras, jenis kelamin, dan kelas sedang
institusi-institusi ekonomi, sosial, dan pendidikan.”
7) Feminisme Eminisme Nordic
Kaum Feminis Nordic dalam menganalisis sebuah negara sangat berbeda
dengan pandangan Feminis Marxis maupun Radikal. Nordic yang lebih
menganalisis Feminisme bernegara atau politik dari praktik-praktik yang bersifat
mikro. Kaum ini menganggap bahwa kaum perempuan “harus berteman dengan
negara” karena kekuatan atau hak politik dan sosial perempuan terjadi melalui
negara yang didukung oleh kebijakan sosial negara.
BAB III
PENUTUP

1) Kesimpulan
1. Gender adalah perbedaan peran dan tanggungjawab antara laki-laki dan
perempuan sebagai hasil konstruksi sosial budaya masyarakat. Tataran bias gender
banyak terjadi dalam berbagai bidang terutama bidang pendidikan, misalnya peran
gender terjadi dalam hal mengakses lembaga pendidikan yang menyebabkan
rendahnya partispasi perempuan.
2. Konsep pendidikan agama Islam dibangun berdasarkan al-Qur’an dan sunnah
diharapkan mampu memberikan kontribusi terhadap generasi umat Islam agar
menjadi manusia yang memiliki pandangan hidup luas dan disaat bersamaan tetap
dalam wadah perilaku baik.
3. Pendidikan merupakan alat yang sangat penting untuk mencapai kesetaraan
gender hubungan antara laki-laki dengan perempuan, masih banyak dijumpai
kebijakan-kebijakan pembangunan yang bias gender dan terkesan mengabaikan
peran perempuan. Itu terlihat dalam kehidupan masyarakat masih terdapat banyak
nilai-nilai dan praktek budaya yang menghambat keadilan serta kesetaraan gender.

D. Saran
1. Diharapkan bahwa tantangan kedepan adalah membangun kembali pendidikan
sebagai bagian dari gerakan kultur (cultural force). Untuk menjamin pemenuhan
HAM dan implementasi, dimana perempuan dapat maju bersama dan merasakan
perlakuan yang sama dengan warga negara laiinya yakni kaum laki-laki karena
sesungguhnya juga manusia yang memiliki hak asasi manusia yang sama.
2. Diharapkan dengan terbukanya akses pendidikan yang lebih luas adalah satu kinci
untuk meningkatkan pemberdayaan perempuan agar dapat berpartisipasi dalam
pembuatan keputusan di segala bidang kehidupan masyarakat.
Daftar Pustaka

Warni Tune Sumar, IMPLEMENTASI KESETARAAN GENDER DALAM BIDANG


PENDIDIKAN. MUSAWA, Vol. 7 No.1 Juni 2015 : 158 – 182
Enlighten: Jurnal Bimbingan Konseling Islam
https://www.google.com/url?
sa=t&source=web&rct=j&url=https://sc.syekhnurjati.ac.id/esscamp/risetmhs/BAB314136310023.pdf
&ved=2ahUKEwjM0aaSy_PyAhUmILcAHVIdAeAQFnoECCQQAQ&usg=AOvVaw1qr0AmfvYdm
V9QK9g259z8
https://id.wikipedia.org/wiki/Feminisme
https://magdalene.co/story/aliran-feminisme

Anda mungkin juga menyukai