Anda di halaman 1dari 3

Siti Zumaroh/ 04010221017/ c1

Sekolah Biasa Saja


Pengarang : TOTO RAHARDJO
Penerbit : INSISTPress
Tahun Terbit : 2021
Tempat Terbit : Yogyakarta
Tebal : 187 Halaman/ 7 Bab

Buku ini menceritakan tentang sekolah SALAM singkatan dari Sanggar Anak Alam,
SALAM berada di Yogyakarta. SALAM tumbuh menjadi komunitas belajar, dengan
menggunakan konsep keselarasan, artinya SALAM tidak melihat strata maupun jurusan
pendidikan mereka. Buku ini berisi cara pandang, prinsip-prinsip, konsep, dan contoh-contoh
praktik pendidikan di SALAM. Sanggar Anak Alam mempelajari prinsip-prinsip metodologis
yang berasal dari pengalaman prakis para pengola SALAM. Hal terpenting bagi SALAM yaitu
hubungan guru dengan murid dengan diperantarai oleh tema-tema belajar dari adanya situasi
masyarakat dan lingkungan sekolah. SALAM memberi kesempatan warga yang belajar di sana
untuk membangun rasa atau ikatan batin dengan pengalaman-pengalaman baru dan Salam
memberikan bekal kepada siswa untuk menjadi pemuda yang hebat di kampung halaman tempat
mereka belajar.
SALAM merupakan sekolah yang memerdekan, sekolah yang mengantarkan dan
menemani perjalanan siswanya untuk menjadi pribadi yang merdeka. SALAM sebuah institusi
pendidikan yang hingga saat ini mengasuh anak-anak pada tingkat Kelompok Bermain sampai
Sekolah Menengah Atas. Toto Rahardjo berpendapat bahwa “membuat anak didik mengerti itu
adalah seni”. Toto rahardjo bersama istrinya seorang relawan dan sejumlah toko pendidikan
lainnya bergabung dan menghasilkan sekolah SALAM yang terletak di tengah-tengah persawahan.
SALAM menggunakan metode pengajaran yaitu siswa harus terlibat full dalam proses pendidikan
berlangsung, selain itu SALAM juga menggunakan metode pengajaran alam (semua kegiatan
pengajaran melibatkan benda-benda alam yang ada di sekitar).
SALAM dibuat dengan senyaman mungkin dengan menggunakan model Sekolah dan
Taman. SALAM melihat bahwa sesungguhnya praktik pembelajara yang ideal itu dilangsungkan
dalam suasana yang mirip dengan suasana taman. Taman dapat menghadirkan suasana
kegembiraan, nyaman dan setiap orang bisa mengukir kenangan. Di dalam buku ini juga mengajak
pembaca untuk melihat dan mempelajari tiga sosok manusia hebat dalam dunia pendidikan yaitu
Tagore, Ki Hadjar Dewantara, dan Julius Nyrere. Tigore yang mendirikan dan mengembangkan
pendidikan Ashram Santiniketan di kawasan Bengal Barat, India. Ki Hadjar Dewantara merupakan
bapak pendidikan yang mendirikan Taman Siswa yang berpusat di balai Ibu Pawiyatan (Majelis
Luhur) di Jalan Taman Siswa, Kota Yogyakarta. Nyerere telah mendirikan Tanganyika Welfare
Association yang kemudian menjadi Tanganyika African Assosiation (TAA). Menurut Nyrere
Siti Zumaroh/ 04010221017/ c1

sekolah itu sebagai kebun, artinya orang yang belajar di sana harus menjadikan lingkungan sebagai
tempat belajar dan penghasil ekonomi.
Sanggar Anak Alam (SALAM) beridi pada tahun 2000 di Kampung Nitiprayan,
Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bnatul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Bagi SALAM belajar itu
berbaur dengan alam, maka SALAM bersama masyarakat menghidupkan kembali budaya-budaya
rakyat, seperti pesta panen, artinya SALAM menghidupkan kembali budaya atau tradisi di sekitar
SALAM. Menurut orang di sekitar SALAM, baginya SALAM merupakan mata air karena
SALAM sekolah yang tidak menuntut apapun dari mereka yang ingin belajar, intinya semua
keadaan apapun ada di SALAM. Di SALAM siswa dapat melihat ayam, kambing, siswa-siswa
yang berpakaian bebas, siswa rajin, nakal, pintar, semuanya ada, karena julukan SALAM adalah
sekolah ndeso. Penekanan SALAM lebih pada “anak alam”, bukan sekolah alam itu sendiri, “anak
alam” yang dimaksud adalah setiap anak itu adalah orisinil dan otentik dilahirkan oleh alam.
Sekolah tidak boleh merusak orisinalitas dan otentisitas setiap anak. Bahkan harusnya sekolah
justru harus membantu setiap anak untuk menumbuhkembangkan orisinalitas dan otentisitas
tersebut.
Penggerak SALAM berkomitmen bahwa sekolah ini bukan lahan untuk mendapatkan
untung. Semangat dasarnya adalah untuk menjawab keprihatinan tentang kondisi pendidikan yang
awut-awutan. Bagi SALAM, pilihan untuk menjadikan alam sekitar sebagai lingkungan
pembelajaran, proses pembelajaran SALAM “di tengah sawah” dilandasi dengan kesadaran bahwa
kita memang hidup di bangsa agraris. SALAM berupaya membangun diri sebagai contoh
bagaimana mestinya pendidikan dikelola, jadi orientasinya itu pengenalan ke hal fundamental
yaitu tentang cara berfikir dan bertindak. Soal mampu baca, menulis, dan berhitung, pengelola
SALAM menganggap bahwa itu akan berjalan dengan sendirinya, SALAM juga menggunakan
kurikulum berbasis riset. Di SALAM, panduan proses belajar disusun dalam kerangka “daur
belajar” dari pengalaman yang distruktur (stuctural experiences learning cycle). SALAM
menyadari bahwa proses belajar tanpa konsep itu tidak bertanggung jawab, bila menganggap
pendidikan bertujuan menambah pengetahuan, itu juga salah besar.
Toto Rahardjo dalam bukunya menuliskan ciri-ciri pendidikan dan sekolah yang ada pada
saat ini, bahwa sekolah bukan perusahaan, artinya sekolah merupakan tempat atau fasilitas untuk
mewujudkan proses pembelajaran agar masing-masing peserta didik dapat secara aktif
mengembangkan potensinya, bukan malah menerapkan standar tertenty layaknya perusahaan.
Pendidikan bukan komoditas artinya dunia pendidikan dibangun berdasarkan nilai-nilai
kemanusiaan, kebijaksanaan, akan tetapi sekarang dimuati oleh nilai-nilai komersial dan
pendidikan tidak seharusnya diperjual belikan. Sekolah tidak seperti mencetak batu bata, karena
anak, siswa, manusia adalah makhluk hidup yang tumbuh dan berkembang, yang dibutuhkan oleh
mereka adalah lahan yang subur dan perhatian yang sungguh-sungguh agar tumbuh dan
berkembang. Sekolah bukan kompetisi unggul-unggulan, artinya sungguh tidak tepat apabila
sekolah yang seharusnya berperan membangun manusia yang utuh, kolektif dijalankan dengan
semangat kompetitif dan prestasi menjadi bahan untuk mengalahkan orang lain.
Kisah Toto Rahardjo dalam mendirikan sekolah ini sangat menarik, dari terbentuknya
nama SALAM (Sanggar Anak Alam) sampai dengan metode-metode dari pembelajaran SALAM
Siti Zumaroh/ 04010221017/ c1

itu sendiri. Toto Rahardjo yang menceritakan perbedaan tentang pendidikan model zaman dahulu
dengan sekarang menjadikan kita belajar bahwa pendidikan zaman sekarang tanpa disadari
dijadikan bahan untuk persaingan dan perusahaan (bisnis). Penulis menceritakan persoalan tujuan
didirikannya SALAM dengan baik sehingga terkesan sangat menarik dan pembaca dapat
mengambil pembelajaran dari dibentuknya sekolah SALAM. Buku ini mudah dibaca oleh
pembaca karena terdapat ilustrasi yang menggambarkan isi tulisan tersebut.
Sayangnya buku ini menggunakan bahasa kiasan yang cukup tinggi, sehingga terkadang
ada makna yang tidak dapat dipahami. Namun, untuk orang dewasa yang notabennya suka baca
buku, tidak bermasalah apabila bahasa itu digunakan. Gambar atau ilustrasi lebih baik lagi bisa
dengan menggunakan warna, karena apabila hanya dengan warna monokrom terkesan tidak
menarik. Seharusnya juga, ditampilkan suasana sekolah SALAM atau bisa menampilkan
bangunan SALAM itu sendiri, agar pembaca dapat mengetahui bagaimana keadaan SALAM yang
sebenarnya.
Akhir dari cerita SALAM yaitu tentang adanya kasih sayang dalam SALAM, sekolah yang
sebenarnya itu butuh kasih sayang. Adanya kasih sayang dapat menjalin dialog yang
sesungguhnya, dan tanpa dialog pendidikan hanya merupakan cara membuat manusia menjadi
objek penguasaan. Kasih sayang yang hampir tidak disebut sebagai dasar pendidikan pada semua
taraf tidak dipahami sebagai daya positif, daya yang memanusiakan, dan daya yang
memerdekakan. Daya inilah yang hanya ditemukan di SALAM (Sanggar Anak Alam), baik dalam
konseptualisasinya maupun dalam kenyataannya di dunia pendidikan.
Perjalanan SALAM yang ditulis dalam buku ini dapat menjadi masukan dan pembelajaran
yang seharusnya mendapat perhatian dari pembaca. Pendidikan yang hanya dijadikan untuk ajang
persaingan dapat diubah menjadi pendidikan yang memerdekakan seperti SALAM. Nilai-nilai
tersebut seharusnya bisa diterapkan dalam kehidupan sehari-hari dan yang akan datang.

Anda mungkin juga menyukai